Anda di halaman 1dari 41

TUJUAN 1.

Mengenal ancaman bahaya (hazard) tsunami


2. Menyiapkan masyarakat terhadap ancaman
bahaya Tsunami sejak usia dini

SASARAN 1. Mengetahui dan mengenal tsunami beserta


karakteristiknya
2. Meningkatkan pengetahuan tsunami sebagai
upaya mitigasi
3. Mengetahui langkah-langkah mitigasi sebelum,
ketika dan setelah terjadinya tsunami.
4. Mengenalkan upaya persiapan sebagai bagian
dari mitigasi masyarakat

PERUNTUKAN Pengayaan Guru Sekolah Dasar dan sederajat.


MATERI

TIM PENYUSUN Ketua Tim


(Tsunami Research Dr. Eng. Hamzah Latief
Group – ITB)
Editor
Dodi Julkarnaen., S.Si
Materi
Dr. Eng Hamzah Latief
Dr. Safwan Hadi
Haris Sunendar., S.Si, M.T
Aditya Riadi G., S.Si, M.T
Dodi Julkarnen., S.Si
I. TSUNAMI DAN KARAKTERISTIKNYA
APA ITU TSUNAMI?
Tsunami adalah gelombang panjang yang timbul karena adanya perubahan dasar
laut atau perubahan badan air yang terjadi secara tiba-tiba dan impulsif, akibat
gempabumi, erupsi vulkanik, longsoran bawah laut, atau runtuhan gunung es
bahkan akibat terjangan benda-benda angkasa ke permukaan laut.

Tsunami diklasifikasi sebagai gelombang panjang,


TAHUKAH KAMU..? karena panjang gelombangnya mencapai beberapa ratus
Tsunami merupakan kilometer dengan amplitudo gelombang yang kecil yaitu
ancaman bencana alam
sekitar satu meteran di perairan dalam, sehingga sangat
yang biasanya terjadi
setelah gempa bumi sulit untuk dideteksi dari udara atau dari atas kapal.
yang cukup besar
dengan pusat gempa di Gelombang ini merambat dengan kecepatan yang
laut. Kemudian berbanding lurus dengan akar kedalaman perairan. Di
gelombang ini menjalar
dengan kecepatan yang laut dalam kecepatan rambat tsunami dapat mencapai
sangat tinggi di lautan.
Dan ketika sampai di ratusan kilometer perjam, sebagai gambaran penjalaran
pantai kecepatannya tsunami Biak 1996 mencapai pantai Jepang
berkurang dengan
ketinggian yang cukup membutuhkan waktu tempuh sekitar 7 jam.
tinggi sehingga dapat
merusak kota dan Tsunami berasal dari bahasa Jepang, yaitu soo-NAH-
menelan korban.
mee yang berarti gelombang pelabuhan. Tsunami
merupakan gelombang laut yang memiliki panjang
gelombang yang sangat panjang dibandingkan dengan gelombang laut yang dibentuk
oleh angin biasanya. Tsunami menyebar ke segala arah dari sumber terjadinya
Tsunami bergerak menjalar menyebrangi lautan. Hal ini terjadi diakibatkan karena
adanya gangguan dasar laut yang bisa disebabkan oleh adanya gempa bumi yang
bersumber dekat dengan dasar laut, letusan gunungapi laut (misal: Krakatau) dan
longsoran tanah di pantai, bisa juga disebabkan karena adanya tumbukan dari benda
luar angkasa (meteor).

Pada awalnya tsunami dikenal sebagai gelombang pasang surut seismik (Seismic
Tidal waves) karena pada saat itu orang mengenal sebagai gelombang pasang surut
yang disebabkan karena adanya aktivitas seismik misalnya oleh gempa bumi saja.
Tetapi seperti telah disebutkan diatas bahwa selain akibat adanya gempa bumi,
tsunami dapat juga disebabkan karena adanya letusan gunungapi laut, lonsoran
tanah di pantai dan juga oleh tumbukan benda luar angkasa. Maka semenjak tahun
1946 dunia internasional mengenal gelombang panjang ini dengan nama Tsunami.

Tsunami juga
dikenal sebagai
Killer wave atau
gelombang
pembunuh, hal ini
dikarenakan
tsunami dengan
tinggi gelombang
yang tinggi atau
yang kecil
sekalipun dapat
berbahaya dan
mempunyai potensi untuk membunuh. Kondisi ini disebabkan karena tsunami
merupakan gelombang serial yang datang tidak hanya sekali, tetapi bisa datang 10
menit sampai 60 menit kemudian kembali.
Seringkali gelombang pertama bukan merupakan gelombang yang terbesar, tetapi
gelombang terbesar bisa saja terjadi dari gelombang susulannya. Hal lain yang
sangat membahayakan dari tsunami setelah sampai di daratan adalah kecepatan
limpasannya bisa lebih
cepat dari kecepatan
kemampuan manusia
berlari. Tsunami didarat
juga akan sangat berbahaya
apabila telah
menghanyutkan puing-
puing dari benda-benda
atau bangunan yang
dilaluinya, selain itu
tsunami di daratan sendiri
memiliki daya tekan bidang
sekitar 8 ton/ m2 sehingga
memiliki daya hancur yang
cukup besar.

BAGAIMANA TERJADINYA TSUNAMI?


Secara garis besar tsunami terjadi dalam tiga tahapan, yaitu: Pembangkitan,
Penjalaran dan Perendaman. Gangguan terhadap dasar laut, seperti misalnya
gerakan disepanjang sesar/patahan, mendorong vertikal keatas dari lapisan air
diatas dasar laut. Kemudian gelombang yang dibangkitkan menjalar di lautan dalam
dengan kecepatan tinggi (seperti kecepatan pesawat terbang) dengan panjang
gelombang lebih dari 600 kali tingginya sehingga ditengah lautan gelombang
Tsunami tidak terlalu tampak jelas secara kasat mata. Diperairan yang cukup dalam,
Tsunami tidak dapat dilihat dan dirasakan, misalnya oleh perahu atau kapal yang
berada di tengah laut, hal ini karena panjang gelombang yang mencapai ratusan mile
dengan tinggi gelombang yang beberapa meter saja, hal ini juga yang menyebabkan
penjalaran Tsunami tidak dapat dilihat dari udara, misalnya dari pesawat terbang
atau dari pengamatan luar angkasa sekalipun. Memasuki kawasan yang lebih
dangkal, kecepatan gelombang tsunami berkurang, disisi lait karena pengaruh
pemantulan / refraksi dan pendangkalan kedalaman (shoaling), menyebabkan
energi gelombang meninggikan muka air laut menjadi dinding air yang sangat tinggi.

Sebagian besar tsunami diakibatkan oleh gempa bumi besar yang diakibatkan karena
adanya perubahan dasar laut yang dikarenakan adanya aktivitas lempeng di dasar
laut. Tetapi seperti telah disebutkan diatas selain gempa bumi ada penyebab lainnya
yang dapat membangkitkan tsunami. Untuk lebih jelasnya, pembangkit tsunami
dapat diuraikan berikut ini:

1. Aktivitas Seismik (Gempa bumi)

2. Aktivitas Non-seismik (Letusan gunung merapi laut, longsoran di sekitar pantai


serta tumbukan benda langit misalnya meteor).

Berikut ini akan dijelaskan bagaimana terjadinya tsunami berdasarkan sebab-sebab


seperti diuraikan diatas.

GEMPA BUMI

Gempa bumi merupakan kejadian alam yang biasa, seperti halnya hujan. Gempa
bumi sudah sangat sering terjadi sejak jaman dahulu kala. Secara sederhana, gempa
bumi berawal dari aktivitas pergerakan lempeng kulit bumi, pada pertemuan dua
lempeng kulit bumi akan menimbulkan energi akibat pertemuan, gesekan dan
tumbukan antara kedua lempeng ini. Selanjutnya
pada kondisi tertentu dimana energi ini
dilepaskan secara mendadak dan menimbulkan
goncangan di kulit bumi karena rambatan energi
yang terlepas tadi.

Pada umumnya gempa bumi disebabkan oleh


pergerakan lempeng kulit bumi. Ketika lempeng-
lempeng tersebut bergeser atau bergerak satu
sama lainnya, lempeng tersebut akan melengkung
atau tertarik. Lengkungan atau penarikan
lempeng ini akan menyimpan energi akibat
gerakan pertemuan lempeng ini. Pada kondisi
tertentu, lempeng ini akan patah atau terangkat.
Dan ketika lempeng kulit bumi ini patah atau
terangkat maka energi yang tersimpan tadi akan
dilepaskan mengakibatkan getaran, hal ini dapat diilustrasikan pada gambar
disamping dimana plat gergaji yang diberikan tekanan sehingga melengkung dan
terangkat, dan apabila daya elastisitas atau kemampuan plat gergaji dalam menahan
gaya tekanan ini terlampaui maka gergaji ini akan patah yang mengakibatkan
patahan plat gergaji ini bergetar, begitu juga yang terjadi dengan lempeng lapisan
bumi.

Sehubungan dengan tsunami, tidak semua gempa bumi dapat menimbulkan


tsunami. Untuk dapat menimbulkan tsunami, sesar atau patahan lempeng (fault)
dimana tempat awal terjadinya gempa bumi haruslah berada di laut, dan
membentuk pergerakan sesar vertikal (terangkat beberapa meter) dengan lebar yang
cukup luas (lebih dari ratusan ribu kilometer persegi).

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa lempeng bumi pada kenyataannya relatif
bergerak, dan bumi ini terdiri dari beberapa lempeng dan tidak terbentuk dari satu
lempengan yang besar. Pada satu zona tertentu dimana ada salah satu lempeng yang
melesak masuk kedalam lempeng lainnya akibat pergerakan lempeng tersebut, zona
ini dikenal sebagai zona subduksi (daerah pertemuan dua lempeng). Ketika lempeng
ini bergerak dan melesak kedalam lempeng lainnya di daerah subduksi, disinilah
pada umumnya gempa bumi dibangkitkan.

Lesakan lempeng pada lempeng lain diatasnya


akan menyebabkan lempeng yang berada
diatasnya akan tergesek dan tertekan, sementara
lempeng yang masuk akan terus bergerak relatif ke
arah bawah. Kondisi ini berlangsung terus
menerus selama sekian lama (tahunan bahkan
lebih) secara perlahan yang menimbulkan tekanan
terhadap
lempeng yang
berada di bagian
atasnya.

Gempa bumi di
zona subduksi terjadi apabila lempeng bagian atas
yang tertekan oleh pergerakan lempeng
dibawahnya patah atau memantul seperti pegas,
menyebabkan terangkatnya dasar laut sekaligus mendorong lapisan air yang berada
diatasnya seperti terlihat pada gambat dibawah. Proses pengangkatan ini merupakan
awal dari terjadinya tsunami.

GUNUNGAPI

Terjadinya tsunami seperti telah


dijelaskan pada bagian awal bahwa
selain disebabkan oleh gempa bumi
di dasar laut, hal lainnya yang dapat
membangkitkan Tsunami adalah
letusan gunungapi bawah laut. Hal
ini seperti yang pernah terjadi pada
saat letusan gunung krakatau di
Indonesia pada tahun 1883. Dimana pada saat itu letusan gunung Krakatau
menimbulkan tsunami dengan tinggi gelombang di darat mencapai kurang lebih 10
m dan menelan korban yang cukup tinggi.

Seperti halnya gempa bumi, letusan gunungapi bawah laut juga dapat mengganggu
kestabilan dasar laut, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya perubahan dasar
laut yang diikuti oleh perubahan muka air laut diatasnya secara ekstrim. Gangguan
ini selanjutnya akan menimbulkan tsunami yang mekanisme sama dengan
pembangkitan tsunami oleh gempa bumi. Untul lebih jelasnya mengenai
pembangkitan tsunami oleh gunung berapi dapat dilihat contoh ilustrasi Tsunami
Krakatau pada gambar dibawah.
Simulasi Rekontruksi Tsunami Krakatau 1883
Sumber: Hamzah Latief, Aditnya, Pusat Penelitian Tsunami – ITB (2002)

LONGSORAN

Penyebab tsunami lainnya adalah longsoran disekitar pantai. Kondisi ini pernah
terjadi di Papua. Longsoran sedimen dalam jumlah besar di pesisir mengganggu
kestabilan muka air laut sehingga menimbulkan tsunami.

Gempa bumi yang terjadi sebelum membangkitkan tsunami, sebelumnya


menyebabkan sedimen yang berada di sekitar pantai. Dimana lapisan sedimen ini
tidak stabil sehingga gempa bumi menimbulkan longsor terlebih dahulu, kemudian
materia atau sedimen longsoran tersebut meluncur ke arah pantai dalam volume
yang cukup besar sehingga kemudian menimbulkan tsunami. Pada umumnya
tsunami yang dibangkitkan oleh longsoran materian yang masuk ke badan air akan
bersifat lokal.
Sumber: Slide and Slump (Skinner & www.geology.sdsu.edu, 1994)

Sumber: Piroclastic Flow (Soufrière Hills – Montserrat) (Source: (www.geology.liverpool.ac.uk)

TUMBUKAN BENDA LANGIT (METEOR)


Bumi merupakan salah satu planet diantara banyak planet lainnya yang berada di
sistem tata surya kita. Selain planet-planet, sistem tata surya kita juga mengenal
benda-benda luar angkasa lainnya, misalnya comet, asteroid dan lain sebagainya.
Planet bumi mempunyai sistem perlindungan yang sedemikian rupa untuk
melindungi planet ini dari tabrakan dengan benda langit lainnya yang berada pada
sistem tata surya. Pada kondisi normal, apabila ada benda langit yang menghujam
menuju ke bumi maka sistem perlindungan bumi yang berupa lapisan-lapisan udara
akan membakar benda langit yang akan masuk tersebut, sehingga benda langit yang
menghujam tersebut akan hangus sebelum sempat sampat di permukaan bumi.
Tetapi dari sekian banyak benda langit yang
hangus terbakar pada sistem lapisan udara
kita, ada beberapa benda langit yang
berhasil menembus pertahanan bumi.
Benda langit yang berhasil menembus
pertahanan bumi dan sampai ke permukaan
bumi maka selanjutnya dikenal sebagai
meteor.

Hujaman meteor yang jatuh di lautan,


seperti telah disinggung pada bagian
sebelumnya dapat juga menimbulkan tsunami. Berdasarkan penelitian para ahli
menyebutkan bahwa hujaman meteor di permukaan bumi pernah terjadi sekitar 56
juta tahun yang lalu. Meteor ini jatuh disekitar lautan Caribia, Meksiko, dengan
diameter meteor kurang lebih mencapai 10
km. Para ahli meyakini bahwa meteor ini
juga berperan dalam memusnahkan
dinosaurus yang hidup pada jaman itu. Para
ahli juga mencoba mensimulasikan tsunami
yang ditimbulkan oleh meteor seperti terlihat
pada gambar dibawah.

Secara sederhana tsunami yang dibangkitkan oleh hujaman meteor dapat


diilustrasikan dengan percobaan sederhana. Gangguan terhadap kesetimbangan
badan air oleh hujaman meteor dapat diibaratkan gangguan air pada ember apabila
kita melemparkan kerikil kedalamnya, selain menimbulkan percikan disekitar kerikil
yang masuk kedalam air, efek
lainnya yaitu timbulnya
gelombang yang menyebar dari
tempat kerikil masuk kedalam
badan air ke semua arah dan
menimbulkan tsunami yang
cukup besar.
BAGAIMANA TSUNAMI MENJALAR SAMPAI KE PANTAI
Hampir semua wilayah pantai mempunyai potensi ancaman terserang oleh
gelombang tsunami, meskipun letaknya ribuan kilometer jauhnya dari sumber
tsunami terjadi. Hal ini disebabkan karena tsunami dapat menjalar dari satu sisi
lautan menyebrang menjalar ke sisi lautan lainnya. Seperti misalnya Tsunami Aceh,
26 Desember 2004, menjalar
dari wilayah perairan Aceh,
Indonesia sejauh sampai ke
Afrika Selatan.

Upaya alamiah mengembalikan


kesetimbangan muka air laut
pada posisi normal
membangkitkan serangkaian
gelombang yang menjalar ke
semua arah. Prilaku tsunami
sangat lah berbeda dengan tipe
gelombang yang dibangkitkan oleh angin. Tsunami merambat berikut pada lapisan
dalam lautan (sampai kedalaman air beberapa kilometer) dan berbeda dibandingkan
dengan gelombang yang
dibangkitkan oleh angin,
dimana gelombang ini hanya
merambat pada lapisan
permukaannya saja. Oleh
karena itu tsunami dapat
membangkitkan energi
gelombang yang sangat besar,
merambat dengan kecepatan
yang sangat tinggi dan dapat
menjalar melintasi samudra
dari satu sisi ke sisi lain
dengan kehilangan energi yang relatif kecil.

Kecepatan penjalaran tsunami sangat bergantung pada kedalaman lautan. Pada


kedalaman sekitar 5.000 meter, kecepatan penjalaran tsunami mencapai sekitar 800
km/jam, kecepatan yang hampir
menyamai pesawat jet. Memasuki
kawasan yang didaratan,
ketinggian gelombang dapat
mencapai kurang lebih 10 meter,
kecepatan tsunami berkurang
menjadi sekitar 36 km/jam setara
dengan kecepatan mobil atau motor. Dengan kecepatan seperti itu didaratan,
tsunami akan sangat mudah menerjang orang yang berusaha lari menyelamatkan
diri.

BERAPAKAH TINGGI TSUNAMI DI PANTAI?


Tinggi tsunami setelah mencapai ke daratan bervariasi tergantung pada topografi
atau ketinggian daratan disekitar pantai. Seperti telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya bahwa tsunami dalam bahasa Jepang berarti “gelombang pelabuhan”,
berdasarkan penelitian disebutkan bahwa di lautan lepas tinggi tsunami relatif kecil,
tetapi setalah memasuki kawasan pelabuhan atau kedalaman yang lebih dangkal,
tinggi tsunami menjadi akan sangat tinggi. Terutama untuk kawasan pantai yang
berbentuk tanjung, tinggi tsunaminya akan lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi
tsunami di sekitarnya.

Tsunami di garis pantai dapat bertambah tinggi sampai mencapai ketinggian 30


meter bahkan lebih untuk kejadian tertentu. Dengan bertambah tinggi 10 meter
merupakan kondisi yang sangat luar biasa. Penambahan tinggi muka air di daratan
ini dinamakan sebagai tinggi run up (tinggi tsunami di pantai). Tinggi tsunami di
pantai sangat bervariasi untuk tiap titipnya disepanjang garis pantai. Seperti telah
disinggung sebelumnya bahwa variasi ini bergantung pada topografi di pinggir
pantai. Pada topografi yang terjal maka run up tsunami yang timbul relatif kecil
dibandingkan dengan topografi pantai yang landai, tsunami yang masuk kedaratan
akan sangat tinggi.

Perlu menjadi catatan juga bahwa karakteristik gelombang yang melewati satu
kawasan pantai itu akan berbeda dengan gelombang lainnya. Beberapa ilmuan
menyebutkan bahwa tsunami yang melewati satu daerah pada awalnya dapat sangat
kecil, yang selanjutnya pada lokasi yang sama gelombang ikutannya akan sangat
tinggi dan berbahaya.
PERBEDAAN TSUNAMI DENGAN GELOMBANG BIASA
Gelombang yang dibangkitkan oleh angin, pergerakan air sebatas pada lapisan
permukaan laut saja. Lain halnya dengan gelombang tsunami, pergerakan air selain
di permukaan juga sampai pada air di kedalaman. Seperti terlihat pada gambar
dibawah, gelombang yang dibangkitkan oleh angin mempunyai ciri-ciri panjang
gelombang yang pendek di sekitar pantai. Sedangkan gelombang tsunami
merupakan pergerakan masa air yang sangat besar, sehingga tsunami mempunyai
potensi daya hancur yang besar dibandingkan dengan gelombang yang dibangkitkan
oleh angin.

BAHAYA TSUNAMI DI KAWASAN PANTAI


Dampak akibat tsunami di pantai sangatlah bervasiasi, hal ini bergantung pada
morfologi (bentuk) dasar laut dan bentuk pantainya juga. Apabila perairan disekitar
pantai yang dilewati tsunami merupakan perairan dengan kedalaman yang cukup
dalam maka dampak tsunami di pantainya tidak akan terlalu berbahaya
dibandingkan dengan pantai yang morfologi kedalamannya relatif landai, maka
dampak yang dihasilkan dari tsunami akan sangat merusak.
Ketika tsunami menerjang pantai, ketinggian tsunami dapat mencapai sekitar 30
meter, tetapi pada umumnya ketinggian
tsunami dipantai mencapai 10 meteran,
dan hal ini akan sangat bervariasi pada
tempat yang berbeda. Seperti terlihat
pada gambar, diperlihatkan tsunami
yang melanda kawasan Lhok Nga di
Aceh, pada foto udara tersebut terlihat
bahwa sebagian besar daratan hancur
karena dilanda Tsunami, tetapi masih
dikawasan itu terlihat masih ada
daratan yang berwarna hijau dan tidak
ikut hancur karena di landa tsunami, hal
Wilayah Lhok Nga, Aceh, yang hancur akibat Tsunami
ini disebabkan karena mada perbedaan
morfologi atau bentukan pantai serta ketinggian daratan antara daratan yang hancur
oleh tsunami dengan daratan yang dimaksud tadi.
II. TSUNAMI DI INDONESIA
KONDISI ALAMIAH POTENSI BENCANA TSUNAMI DI INDONESIA
Indonesia dan sekitarnya merupakan kawasan yang terletak pada lokasi dengan
konvergensi lempeng yang sangat rumit, dimana terdiri dari pertemuan dua
lempeng termasuk didalamnya penunjaman dan tumbukan lempeng serta rekahan
lempeng kulit bumi. Berdasarkan kondisi tersebut apabila ditinjau dari sudut
pandang geofisik, hal ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu daerah yang
paling aktif di dunia (gambar 1). Berdasarkan penelitian tidak kurang dari 460
gempa dengan magnitudo M > 4.0 terjadi setiap tahunnya di kawasan ino
(Ibrahim, dkk., 1989). Banyak di antara gempa-gempa besar menimbulkan
kerusakan yang sangat besar serta jumlah kematian yang sangat tinggi (Latief, dkk,
2000). Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya banyak diantara gempa
dangkal yang besar dan terjadi di bawah laut membangkitkan tsunami berkekuatan
besar. Tsunami ini juga menimbulkan kerugian serta kematian jiwa yang cukup
tinggi.

Gambar 1. Tektonik Lempeng Asia Tenggara -termasuk Indonesia dan sekitarnya- (Hall,1997)
Gambar 2. Plot gempa yang terjadi di Indonesia dari 1960-2000 (Triyoso, 2002)

Dilihat dari gambar 2 diatas, tampak bahwa Indonesia berada pada kawasan rawan
gempa, hal ini diperlihatkan dari titik-titik merah sebagai catatan kejadian gempa
dengan kedalaman yang relatif dangkal, selain itu juga kawasan Indonesia tampak
dipenuhi oleh titik hijau untuk gempa kedalaman sedang serta titik biru untuk
gempa dengan sumber gempa pada kedalaman yang relatif dalam. Apabila ditelaah
kembali dari gambar 1 dan gambar 2 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dari
sudut pandang geologi, kondisi alamiah kawasan ini menempatkan Indonesia
sebagai kawasan yang rawan ancaman bencana alam yang disebabkan oleh
pergerakan dari lempeng-lempeng bumi, hal ini dapat menyebabkan ancaman
bencana alam gempa bumi, gunung merapi bahkan Tsunami.
Berdasarkan penelitian, diketahui
bahwa dari berbagai sumber
pembangkit tsunami seperti telah
dijelaskan pada bagian sebelumnya,
khususnya di Indonesia dan pada
umumnya kejadian tsunami di dunia
disebutkan bahwa sebagian besar
pembangkit tsunami yang paling
dominan adalah diakibatkan karena
adanya gempa bumi. Hal ini seperti
yang diungkapkan oleh Latief (2005),
berdasarkan kajian tsunami dari tahun 1600 sampai 2005 disebutkan bahwa
kejadian tsunami di Indonesia 90,7% diantaranya dibangkitkan oleh gempa bumi;
8,4% dibangkitkan oleh gunungapi dan sisanya dibangkitkan oleh longsoran tanah
di sekitar pantai. Menurut Latief (2005) juga, dalam periode tahun yang sama
disebutkan bahwa sekitar 110 kejadian tsunami terjadi di Indonesia, dan beberapa
diantaranya merupakan tsunami dengan kekuatan besar yang menimbulkan
bencana kemanusiaan, diantaranya adalah tsunami Flores, Biak, Pancer dan Aceh.
Selain itu, tidak lama setelah terjadi tsunami Aceh yang memakan banyak korban
jiwa dan materil, terjadi kembali tsunami pangandaran yang dibangkitkan oleh
gempa bumi akibat terjadinya penunjaman lempeng indo-australia kedalam
lempeng Eurasia yang juga memakan korban jiwa dan kerugian yang cukup besar.

Berdasarkan hubungan antara tsunami, aktivitas kegempaan dan karakteristik


seismotektonik Indonesia dapat dibagi ke dalam 6 zona seismotektonik seperti
yang diperlihatkan pada Gambar dibawah (Latief dkk, 2000) yaitu :

 Zona-A : Busur Sunda bagian Barat, terletak di sebelah Barat Laut Selat Sunda,
antara lain Pulau Sumatera dan Pulau Andalas.

 Zona-B : Busur Sunda bagian Timur, ternbentang antara Selat Sunda ke Timur
sampai dengan Sumba, yang terdiri dari Pulau Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa
dan Pulau Sumba.

 Zona-C : Busur Banda, terletak di Lau Banda, antara lain Flores, Timor,
Kepulauan Banda, Kepulauan Tanimbar, Seram dan Pulau Buru.

 Zona-D : Selat Makassar.


 Zona-E : Laut maluku, termasuk didalamnya Sangihe dan Halmahera;

 Zona-F : Sebelah Utara Irian Jaya.

Pembagian Zona seismotektonik di Indonesia (Latief dkk, 2002)

BELAJAR DARI SEJARAH KEJADIAN TSUNAMI DI INDONESIA


Seperti telah disinggung sebelumnya, kawasan Indonesia merupakan kawasan
yang berpotensi untuk ancaman bencana alam khususnya tsunami. Berdasarkan
informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ahli seperti telah disebutkan diatas
bahwa di Indonesia pada perioda tahun 1600 – 2005 telah terjadi kurang lebih 110
kejadian tsunami. Beberapa diantara tsunami tersebut merupakan tsunami dengan
kekuatan besar yang menimbulkan kerugian diberbagai faktor, baik itu kormban
jiwa, materil, infrastruktur bahkan hancurnya tatanan sosial dan kehidupan suatu
masyarakat.

Data historis tsunami Indonesia pada periode 1600 sampai dengan 2000 telah
dikompilasi dan disusun Katalognya oleh Latief, dkk (2000) dalam bentuk basis
data kejadian tsunami. Hasil kompilasi tersebut dapat dilihat pada catalog tsunami
Indonesia (Latief dkk, 2000) yang menunjukkan data kejadian tsunami di
Indonesia pada periode 1600-2000 dan Plot data tsunami yang memliki atribut
lengkap diperlihatkan pada Gambar dibawah.
Plot data Tsunami dan tahun Kejadiannya (Latief dkk, 2000)

Berdasarkan data di atas telah terjadi 110 bencana tsunami terjadi di Indonesia,
100 kejadian diantaranya disebabkan oleh gempa bumi, 9 tsunami disebabkan oleh
letusan gunung berapi dan 1 kejadian disebabkan oleh tanah longsor. Sebagian
besar data untuk kejadian sebelum tahun 1970 tidak dilaporkan dengan baik,
sedangkan bencana tsunami yang terjadi akhir-akhir ini seperti Flores tahun 1992,
Jawa Timur 1994, Timor Timur tahun 1996, Sulawesi tahun 1996, Tsunami Irian
Jaya tahun 1996, dan Tsunami Banggai 2000 telah di teliti dan dilaporkan oleh
International Tsunami Survey Team.

Dalam kurun waktu kurang lebih 400 tahun bencana tsunami telah menyebabkan
korban jiwa kurang lebih sebanyak 500.000 orang, pada Tabel dibawah.
menunjukkan jumlah tsunami dan korban jiwa untuk masing-masing zona.
Aktivitas Tsunami di Indonesia

Jumlah Persentasi Jumlah Persentasi


Zona Region Kejadian Kejadian Korban Korban
Tsunami Jiwa Jiwa
A Busur Sunda bagian 16 15.3 36,360*) 67,7
B Barat 10 9.5 3,261 6.0
C Busur Sunda bagian 35 32.3 5,570 10.3
D Timur 9 8.6 1,023 1.9
E Busur Banda 32 30.8 7,576 13.9
F Selat Makassar 3 2.9 357 0.7
Selat Maluku
Irian Jaya bagian Utara
Jumlah 105 100 54,147*) 100
*) Belum termasuk korban gempa tsunami aceh (±230.000 jiwa) dan tsunami Pangandaran

Berikut ini akan diperlihatkan fenomena tsunami yang pernah terjadi di Indonesia
agar dapat lebih memahami fenomena tsunami sebagai salah satu faktor alam yang
dapat mengancam kehidupan manusia di bumi. Kawasan selat makasar
berdasarkan catatan sejarah dan penelitian yang pernah dilakukan, kejadian
tsunami di kawasan ini pernah terjadi beberapa kali diantaranya pada tahun 1818
dengan sumber tsunami berasal dari perairan sekitar utara Bali, tahun 1820
dengan sumber tsunami bergerak kearah perairan utara Bima, tahun 1969 dengan
sumber tsunami berasal dari perairan disekitar daerah Mandar, Sulawesi Selatan,
dan catatan lainnya yang menunjukkan tsunami disekitar Selat Makasar yaitu pada
tahun 1996 dengan sumber tsunami di kawasan perairan Toli-Toli, Sulawesi
Selatan. Tsunami yang disebutkan tadi merupakan tsunami yang sebagian
dampaknya mengancam kawasan Selat makasar yang tentunya juga mengancam
kawasan disekitar sumber seperti Tsunami Bali yang mengancam kawasan Bali,
Lombok dan kawasan lainnya disekitarnya selain mengancam kawasan Selat
Makasar.

The 1818 Bali Tsunami The 1820 Bima Tsunami The 1969 Mandar Tsunami The 1996 Toli-ToliTsunami

Sumber: Hamzah Latief dan Haris, Pusat Penelitian Tsunami - ITB (2002)

Tsunami yang berkekuatan besar lainnya adalah Tsunami Flores yang terjadi pada
tahun 1992, dimana tsunami ini bersumber disekitar perairan Flores, pada saat itu
tsunami flores menimbulkan dampat yang cukup besar dimana korban jiwa yang
berjatuhan cukup banyak, begitu juga dengan kerugian fisik materil. Lalu pada
tahun 1994, kembali kejadian tsunami menimpa Indonesia, dimana sumber
tsunami terdapat disekitar pantai selatan Jawa Timur, tsunami ini dikenal sebagai
tsunami Pancer.
Sumber: Hamzah Latief, Aditya, Pusat Penelitian Tsunami – ITB (2002)

Sumber: Hamzah Latief, Aditya, Pusat Penelitian Tsunami – ITB (2002)


Sumber: Hamzah Latief, Haris, Pusat Penelitian Tsunami – ITB (2002)

Pada tahun 1996 terjadi tsunami di kawasan Indonesia paling timur, tepatnya
terjadi disekitar perairan Biak, selain menimbulkan kerugian dan kerusakan lokal
dikawasan Biak, 2 jam setelahnya tsunami ini juga menimbulkan kerusakan di
perairan Jepang akibat penjalaran tsunami.

Pada tahun 2000, disekitar teluk Tolo, Sulawesi Tengah, tepatnya didaerah
Banggai terjadi juga tsunami, walaupun kekuatannya tidak terlalu besar dan
kerugian materil, fisik dan korban jiwa tidak terlalu besar. Tinggi Tsunami Banggai
ini mencapai kurang lebih sekitar 1,5 meter.
Sumber: Hamzah Latief, Aditya, Pusat Penelitian Tsunami – ITB (2002)

Selanjutnya adalah kejadian tsunami terbesar yang pernah terjadi di kawasan


Indonesia, tsunami ini dikenal sebagai tsunami Aceh atau dunia internasional
mengenal juga dengan sebutan tsunami lautan pasific. Sumber tsunami ini relatif
besar memanjang dari sekitar perairan Aceh sampai ke arah utara di sekitar
perairan Thailand dengan skala gempa yang terjadi sekitar 6,8 skala richeter
dengan kedalaman pusat gempa (epicentre) kurang dari 40 km. Tsunami Aceh
menyisakan cerita bencana alam yang sangat dramatis, dimana hampir sekitar
230.000 orang meninggal yang disertai kerugian materil dan fisik yang tidak
terhingga, kerusakan utama yang paling memberikan dampak adalah rusaknya
tatanan kehidupan masyarakat aceh, baik itu tatanan sosial dimana sebagian besar
masyarakat kehilangan orang-orang terdekat, maupun kerusakan tatanan
kemasyarakatan seperti rusaknya jaringan komunikasi, air bersih, listrik dan
sebagainya. Selain melanda Aceh, tsunami 26 Desember 2006 ini juga melanda
dan merusak wilayah pantai yang jauh akibat penjalaran tsunami, seperti di pantai
sebelah barat Thailand (pantai Phuket), pantai barat Malaysia, Srilanka, bahkan
sampai ke kawasan pantai Afrika selatan.
10 menit 20 menit 30 menit

40 menit 50 menit 180 menit

Sumber: Hamzah Latief, Aditya, Pusat Penelitian Tsunami – ITB (2005)

Sebelum dan sesudah wilayah Lhok ngak, Aceh, akibat hantaman Tsunami
Pada tanggal 17 Juli 2006, terjadi tsunami di bagian selatan Jawa Barat yang
kemudian dikenal sebagai Tsunami Pangandaran, dimana tsunami ini digenerate
oleh gempa bumi yang disebabkan oleh proses subduksi lempeng Indo-australian
yang menunjam lempeng Eurasia di sebelah utara. Menurut informasi BMG
(Badan Meteorologi dan Geofisika)
pusat gempabumi terletak pada
koordinat 9, 460 LS, 107,190 BT,
kedalaman 33 km di bawah dasar
laut, dan magnitudo gempa 6,8
SR. Gempa ini berada pada jarak
+286 km di Selatan Bandung.
Sedangkan menurut USGS
(Amerika Serikat) pusat gempa
terletak pada koordinat 9,2950 LS,
107,3470 BT, kedalaman 10 km di
bawah dasar laut, dan magnitudo
Episenter gempa utama (sumber: BMG, USGS, dan
gempa 7,7 Mw. Gempa ini berjarak GEOFON)
225 km di Timur-Laut Christmas Island, 240 km di Tenggara Tasikmalaya, +260
km di selatan Bandung. Seperti halnya tsunami di Aceh, Tsunami Pangandaran
juga menimbulkan kerugian fisik dan materil serta kerusakan tatanan kehidupan
masyarakat, kondisi ini terutama dialami oleh kawasan wisata Pangandaran. Selain
kawasan wisata Pangandaran berdasarkan korban jiwa yang jatuh, dampak dari
Tsunami Pangandaran ini dapat dirasakan sampai ke kawasan pesisir Tasikmalaya,
Garut, Cilacap dan Yogyakarta.
Sumber: Hamzah Latief, Aditya, Haris, Pusat Penelitian Tsunami – ITB (2006)

Berdarakan gambar XX dapat dilihat bahwa penjalaran Tsunami Pangadaran


sampai ke daerah lain, bahkan kesetimbangan muka air laut pada saat itu
terganggu sampai pada hampir sebagian besar perairan selatan Indonesia, atau
samudra Indonesia. Tetapi berdasarkan tinggi tsunami di daratan (run up) serta
jumlah korban yang jatuh, tsunami Pangandaran hanya berdampak pada beberapa
kawasan seperti disebutkan pada bagian sebelumnya.
Kawasan Wisata Pangandaran sebelum (kiri) dan sesudah (kanan)
Sumber: IKONOS, www. Crispt.com
III. UPAYA PERLINDUNGAN DIRI DARI
ANCAMAN TSUNAMI

Tsunami merupakan ancaman bencana alam yang kejadiannya tidak terduga dan
tidak dapat terprediksi atau diramalkan sebelumnya. Hal ini berbeda dengan
bencana alam lainnya misalnya letusan gunungapi dan banjir, untuk kedua
bencana tersebut kejadian bencananya dapat diprediksi lebih awal dibandingkan
dengan bencana tsunami. Oleh sebab itu wawasan serta kesiapan masyarakat
terutama di daerah pesisir merupakan salah satu kunci dalam upaya mengurangi
dampak dari bencana. Selanjutnya akan dibahas mengenai pengetahuan dan
wawasan bagi masyarakat agar dapat akrab dengan ancaman bencana alam,
khususnya tsunami.

Berikut ini akan adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan
upaya persiapan perlindungan diri dalam menghadapi ancaman tsunami:

 Mengetahui perihal Tsunami. Hal ini dapat membantu dalam menghadapi


Tsunami

 Saling berbagi pengetahuan dengan lingkungan disekitar

 Mengenal area dimana kita berada, bekerja, bermain atau berwisata khususnya
untuk area penyelamatan, rute penyelamatan, infrastruktut penting, dll

 Apabila tinggal di wilayah rawan Tsunami dan ketika terjadi bencana maka
yang harus dilakukan adalah:

 Menyelamatkan keluarga untuk segera meninggalkan rumah

 Berlari dengan tertib, tetap tenang ke area evakuasi atau ketempat yang
dapat dipergunakan untuk evakuasi (gedung tinggi, tower, dll)

 Ikuti anjuran dan arahan dari petugas tanggap darurat lokal yang ada
atau pihak berwenang yang bertugas

 Apabila kita sedang berada di wilayah pantai dan merasakan gempa bumi,
maka:

 secepatnya lari ke tempat yang lebih tinggi, jangan menunggu sampai


ada peringatan.
 Jauhi area sekitar sungai.

 Apabila sedang berada di sekolah dan terjadi Tsunami maka segera


menyelamatkan diri dan mengikuti arahan dari guru atau kepala sekolah

 Gedung-gedung tinggi yang berkontruksi kuat (beton) dapat dipergunakan


sebagai tempat evakuasi (lantai 3 keatas) apabila tidak sempat melarikan diri
ke Area Penyelamatan

BAGAIMANA TANDA-TANDA SEBELUM TERJADINYA TSUNAMI?

Seperti telah disinggung sebelumnya, tsunami merupakan fenomena alam yang


tidak dapat diramalkan sebelumnya, oleh karena itu upaya evakuasi atau
penyelamatan penduduk lebih awal sebagai langkah persiapan dalam menghadapi
bencana seperti halnya pada bencana letusan gunungapi tidak dapat dilakukan.

Oleh karena itu untuk mengurangi jumlah korban dikawasan rawan bencana, hal
yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pengetahuan dan wawasan
mengenai ancaman bencana tsunami, diantaranya adalah dengan mengenalkan
tanda-tanda alami sebelum datangnya tsunami.

Dari hasil laporan dokumen lama serta prasasti yang ada di Jepang, serta
pangalaman dari hasil survei lapangan memperlihatkan bahwa beberapa tanda-
tanda alami sebelum datangnya tsunami adalah sebgai berikut:

a. Gerakan tanah

b. Riakan air laut (Tsunami forerunners)

c. Penarikan / surutnya muka air laut (initial withdrawal of water)

d. Pembentukan dinding muka air di tengah laut (Tsunami bore)

e. Timbulnya suara abnormal

f. Pengamatan visual ke arah lepas pantai saat tsunami datang

g. Pengamatan melalui indera penciuman dan indera perasa

Berikutnya akan dijelaskan mengenai fenomena alamiah seperti disebutkan diatas


agar lebih jelas.
Gerakan Tanah

Gerakan tanah ini timbul karena adanya penjalaran gelombang di lapisan bumi
padat akibat adanya gempa. Jika gempa dangkal besar yang terjadi di bawah
permukaan laut, maka sangat berpotensi terjadinya tsunami. Khusus bagi tsunami
nearfield (sumber dekat dengan pantai) gerakan ini dapat dirasakan secara
langsung oleh indera manusia tanpa menggunakan alat ukur, namun untuk
tsunami dengan sumber far-field (sumber jauh dengan pantai) misalnya Tsunami
Chili 1960, tidak dirasakan oleh indera manusia di Jepang namun setelah 12 Jam
tsunami tersebut menghatam daerah Tohoku (North-East) Pulau Honshu, Jepang.

Riakan air laut (Tsunami forerunners)

Nakamura dan Watanabe (1961) mendefinisikan tsunami forerunners adalah


deretan osilasi atau riakan muka laut yang mendahului kedatangan tsunami
utama. yang dengan mudah dapat dilihat pada rekaman stasiun pasut dengan
tipikal amplitudo dan perioda yang lebih kecil. Menurut mereka tidak selamanya
forerunners ini muncul. Di pantai Utara dan Selatan Amerika forerunners tidak
hadir karena kemiringan alami dari inisial tsunami terhadap pantai. Sedangkan
kehadiran forerunners di tempat lain seperti Jepang karena akibat terjadinya
resonansi (gelombang ikutan) tsunami awal di teluk dan di paparan benua
sebelum tsunami utama datang. Gambar dibawah ini memperlihatkan
forerunners di Hanasaki untuk Tsunami Chili 1960.

Tsunami forerunners di Hansaki Rekaman Tsunami Papua Nugini,


Jepang, untuk Tsunami Chili 1960 1998 di beberapa pulau di lepas
pantai Jepang

Penarikan Mundur atau Surutnya Muka Laut (initial withdrawal water)


Dalam beberapa tulisan baik yang popular maupun ilmiah mengemukakan tentang
hadirnya penarikan mudur muka air laut sebelum tsunami utama mencapai
pantai. Dari hasil rekaman tsunami, Murty (1977) mengemukakan ada ratusan
kasus dimana penarikan mundur muka laut (initial withdrawal water) ini terjadi,
namun pada beberapa kejadian tidak hadir. Secara teoritis Spielvogel (1976)
situasi semacam ini umumnya disebabkan oleh muka gelombang negatif yang
menjalar duluan diikuti oleh gelombang positif.

Dinding Muka Air Laut yang Tinggi di Laut (Tsunami Bore)

Tsunami bore adalah pergerakan tsunami yang menjalar di perairan dangkal dan
terus menjalar di atas pantai berupa gelombang pecah yang berbentuk dinding
dengan tinggi yang hampir rata, Tsunami bore ini disebabkan karena adanya
gangguan secara meteorologi (Nagaoka, 1907). Berikut ini diperlihatkan
beberapa contoh rekaman tsunami di beberapa tempat di Jepang.

Timbulnya Suara Aneh

Banyak dokumen lama di Jepang melaporkan timbolnya suara abnormal sebelum


kedatangan tsunami, hal ini terukir pada Monumen Tsunami di Prefektur Aomori
yang berbunyi : “ Earthquake, sea roar, then tsunami” (Gempa. Suara menderu,
kemudian tsunami). Monumen ini dibangun setelah 1993 Showa Great Sanriku
Tsunami, bertujuan untuk melanjutkan perhatian masyarakat generasi yang akan
datang terhadap tsunami. Ini menganjurkan agar melakukan evakuasi jika
terdengar suara abnormal setelah terjadi gempa. Suara seperti ini juga diceritakan
oleh saksi mata tsunami di Biak, Banyuwangi dan Flores dimana suara tersebut
ada yang menyebutkan suara yang terdengar menyerupai: bunyi pesawat
helikopter, suara drum band, serta suara roket yang mendesing. Jenis-jenis dan
tipikal suaru tersebut hubungannya dengan posisi tsunami saat menjalar atau saat
menghantam tebing batu (clift) atau pantai yang landai di Jelaskan oleh Shuto
(1997).

Dinding Muka Air di Laut (Tsunami Bore)

Dari studi literatur dan pengalaman dari hasil survei penulis terhadap Tsunami
Biak 1996 (dilakukan oleh penulis pada tahun 1996), Tsunami Flores 1992
(dilakukan oleh pada tahun 2001) dan pada Tsunami Banyuwangi 1994 (dilakukan
penulis pada tahun 1997, 2001, 2002) di dapatkan keterangan dari saksi mata
bahwa: khususnya untuk Tsunami Biak 1996 dan Tsunami Flores 1992 yang terjadi
pada siang hari (sedangkan Tsunami Banyuwangi 1994 terjadi pada malam hari)
disaksikan bahwa gelombang yang datang menyerupai tembok hitam dan gelap
serta berupa tembok putih yang bergerak ke arah pantai. Perbedaan pengamatan
ini bergantung pada jenis serta morfologi dasar laut di lepas pantai. Untuk daerah
dimana landai serta gelombang tsunami menggerus sedimen di bawahnya maka
dinding tesebut kelihatan hitam atau kelabu, sedangkan untuk daerah berkarang
maka dinding tersebut berwarna putih di penuhi oleh busa air laut.

Pengamatan Indera Penciuman dan Indera Perasa

Saksi mata mengemukakan bahwa saat sebelum tsunami datang terjadi angin
dengan berhawa agak dingin bercampur dengan bau garam laut yang cukup kuat,
hal ini kemungkinan besar akibat olakan air laut di lepas pantai.

BAGAIMANA MENYELAMATKAN DIRI DARI TSUNAMI


Pengetahuan mengenai potensi ancaman bencana tsunami merupakan kunci
utama bagi masyarakat yang hidup disekitar kawasan rawan bencana tsunami.
Oleh karena itu pengetahuan umum mengenai penyelamatan diri ketika akan
terjadi tsunami merupakan hal penting untuk diketahui.

Apabila kita merasakan kedatadangan tsunami disekitar kita, terutama ketika kita
berada di sekitar pantai, dimana terasa gempa bumi dan mendengarkan suara yang
tidak normal datang dari arah laut, maka segeralah kita dan mengajak orang
disekitar kita untuk melarikan diri menuju tempat yang lebih tinggi.

Tsunami dapat bergerak lebih cepat dibandingkan dengan kemampuan manusia


berlari. Selain itu harus juga diingat bahwa tsunami mempunyai kekuatan yang
sangat besar. Tsunami dapat menghancurkan, mengangkat dan membawa
bongkahan beton dari tembok-tembok yang dilaluinya sampai beberapa kilometer
kedarat, selain membawa bongkohan bangunan yang dilaluinya, tsunami dapat
lebih berbahaya dikarenakan debris atau material yang terbawa hanyut oleh air
tsunami dapat menambah daya hancur tsunami.

Perlu diingat juga bahwa tsunami terjadi bisa kapan saja, baik itu siang hari atau
bahkan malam hari sekalipun. Oleh karena itu penyiapan masyarakat dalam
menghadapi bencana tsunami ini sangat lah di perlukan. Berikut ini akan
diuraikan tindakan-tindakan penyelamatan ketika terjadi tsunami.

Apabila sedang berada di sekolah

Apabila kita terutama murid-murid sedang berada disekolah dan terjadi tsunami
maka hal utama yang harus dilakukan murid-murid adalah untuk tetap tenang dan
mendengarkan apa yang diperintahkan oleh kepala sekolah, guru atau petugas
sekolah lainnya untuk segera melarikan diri ke tempat penyelamatan (evacuation
zone). Pada kondisi ini petugas sekolah yang bersangkutan menjadi kunci utama
dalam proses evakuasi murid-murid di sekolah ketika terjadi tsunami.

Apabila sedang berada di rumah


Apabila kita sedang berada dirumah dan mendengan peringatan terjadinya
tsunami, hal pertama yang harus dilakukan adalah agar kita dan anggota keluarga
lainnya segera memperhatikan peringatan tersebut, kalaupun peringata belum ada
maka ketika kita merasakan gempa bumi yang cukup besar dan terdengar tanda-
tanda akan datangnya tsunami seperti telah dijelaskan sebelumnya, maka
segeralah memperintari anggota keluarga lainnya akan bahaya ini. Segeralah ajak
dan bimbing keluarga yang lainnya agar segera menyelamatkan diri ke tempat
penyelamatan dengan tenang dan teratur dan jangan panik. Selain itu juga harus
diperhatikan peringatan dan arahan dari petugas berwenang setempat dalam
melakukan proses evakuasi.

Apabila sedang berada di pantai


Apabila kita sedang berada di pantai atau kawasan yang dekat dengan lautan,
ketika kita merasakan gempa yang cukup besar serta mendapati salah satu tanda-
tanda terjadinya tsunami seperti telah dijelaskan sebelumnya, maka harus segera
menuju ke tempat yang lebih tinggi dan aman, dan jangan menunggu sampai ada
pengumuman mengenai kejadian tsunami ini. Segeralah menjauh dari badan
sungai yang berhubungan dengan laut secara langusung. Untuk kawasan rawan
tsunami yang januh dari sumber gempa bumi pembangkit tsunami, maka
masarakat yang berada di sekitar pantai mempunyai waktu kurang lebih 20 – 30
menit untuk segera mencapai tempat yang paling tinggi. Tetapi untuk kawasan
pantai yang mempunyai potensi tsunami dengan sumber pembangkit tsunami
lokal, maka masyarakat yang hidup dikawasan ini harus segera menyelamatkan
diri ketempat yang aman.
Selain bukit-bukit yang tinggi dijadkan sebagai tempat penyelamatan, tempat
lainnya yang dapat dipergunakan sebagai tempat penyelamatan ketika terjadi
tsunami ada misalnya gedung-gedung tembok dengan struktur bangunan yang
kuat serta tinggi, atau bertingkat.

Apabila sedang berada di atas perahu

Sedangkan apabila kita sedang berada di atas perahu dan di tengah lautan, maka
tindakan yang dapat dilakukan ketika terjadi tsunami adalah seperti berikut ini:

o Jangan kembali ke daratan apabila mengetahui ada isu Tsunami di


tengah lautan

o Tsunami dapat menyebabkan perubahan muka air laut yang sangat cepat
dan arus yang berbahaya yang semakin besar di daratan. Nelayan (orang-
orang yang berada di atas kapal) termasuk kelompok yang mempunyai
resiko bahaya tinggi.

o Kapal akan lebih aman apabila berada pada area perairan dengan
kedalaman lebih dari 400 m dibandingkan di dekat daratan. Pantai terus
radio komunikasi dengan daratan sampai keadaan aman.

o Jangan mengambil resiko memaksakan kapal berlayar ke perairan dalam


apabila terlalu dekat dengan gelombang datang Tsunami.

o Tetap berkomunikasi dengan daratan (pelabuhan) untuk meyakinkan


kondisi aktual di daratan

APA YANG HARUS DILAKUKAN SETELAH TERJADI TSUNAMI


 Tetap memantau informasi terbaru dari sumber berita resmi baik itu dari mass
media berupa TV dan radio lokal yang menyiarkan informasi tsunami, ataupun
dari badan khusus yang berkaitan dengan bencana misalnya BMG, BAKORNAS
dan lainnya. Informasi ini diperlukan untuk mengetahui kondisi eksisting
pasca bencana di kawasan terkena bencana, hal ini diperlukan karena tsunami
dapat merusak jalan, jembatan atau tempat-tempat yang dinyatakan bahaya.

 Segera membantu korban yang terluka atau masih terjebak dalam puing dan
sebagainya. Memberikan bantuan kepada korban yang membutuhkan bantuan
segera. Segera mencari bantuan, jangan dulu memindahkan korban serius
(patah tulang, pendarahan, dan lain sebagainya) kecuali apabila terpaksa
dilakukan karena berada di lokasi yang berbahaya atau dapat menyebabkan
luka lanjutan.

 Membantu tetangga atau orang disekitar yang mungkin memerlukan bantuan


khusus segera, misalnya bayi, orang lanjut usia atau orang dengan keterbatasan
lainnya (lumpuh, dll)

 Menggunakan telepon atau handphone hanya untuk kepentingan yang sangat


mendesak. Hal ini dikarenakan untuk mengurangi load jalur dan frekuensi
telepon yang mungkin akan menjadi sibuk pada saat pasca bencana.

 Tetap berada di luar ruangan atau bangunan apabila air telah kering. Hal ini
dikarenakan air tsunami dapat merusak fondasi bangunan, selain itu dapat
menyebabkan bangunan amblas, lantai pecah atau dinding runtuh.

 Apabila terpaksa harus memasuki bangunan atau rumah, harus dengan hati-
hati karena tsunami dapat merusak bangunan.

 Pergunakan alas kaki yang kuat, sering kali jatuh korban setelah bencana
karena kakinya terluka akibat pecahan material bawaan air tsunami.

 Apabila memasuki gedung atau rumah pergunakan senter batrei untuk


menghindari kebakaran.

 Mengamati kemungkinan terjadinya collateral damage atau bencana ikutan,


khususnya kebakaran yang mungkin disebabkan oleh kebaran karena
konsleting kabel listrik, gas dan lain sebagainya.

 Periksa kerusakan saluran air bersih dan pembuangan. Apabila terjadi


kerusakan segera meminta bantuan pada orang disekitar atau para relawan
yang ahli menangani saluran air bersih dan pembuangan untuk menghindari
kerusakan dan kerugian lebih lanjut.

 Pergunakan keran air bersih setempat apabila petugas kesehatan telah


mengijinkan untuk dapat dipergunakan.

 Hati-hati dengan binatang buas, misalnya ular. Pergunakan tongkat untuk


menyingkirkan debris atau material bawaan tsunami. Hal ini dikarenakan
tsunami dapat membawa hewan liar air misalnya ular masuk ke dalam rumah
atau tempat pengungsian.
IV. LANGKAH-LANGKAH PENYIAPAN
MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI
APA MITIGASI ITU
Mitigasi secara umum dapat diartikan sebagai upaya atau tidakan-tindakan
yang dapat dilakukan dalam langkah mengurangi resiko kerugian materil,
jiwa dan kerusakan tatanan sosial akibat bencana, khususnya bencana alam
seperti tsunami.

Tindakan mitigasi yang banyak dilakukan sekarang ini secara garis


besar meliputi:

a. Pengkajian Hazard (identifikasi serta peta potensi rendaman


tsunami)

b. Pengkajian resiko bencana melalui citra satelit dan pemodelan


matematik.

c. Monitoring secara real time terhadap tsunami serta sistem


peringatan dini (pendistribusian informasi kepada penduduk)

d. Pendidikan masayarakat (respons komunitas dan awareness


penduduk)

Tindakan mitigasi bencana secara garis besar dilakukan dengan hardware


(Structural Measures) maupun software (Non Structural Measures).
Hardware disini meliputi sistem perlindungan pantai dengan membangun
tembok penahan ombak berupa breakwater dan seawall yang dikenal
sebagai hard protection, dan perlindungan dengan menggunakan vegetasi
atau soft protection. Selanjutnya untuk Software mitigasi adalah penyedian
peta zonasi tsunami, basisdata dan sistem peringatan dini seperti TIMING
system (Imamura, 2001) serta konsep penataan ruang yang akrab
bencana tsunami.

Hard protection atau structural measures dan soft protection, merupakan


dua metoda proteksi pantai ini saling melengkapi tergantung kasus-kasus
daerah rawan tsunami yang akan ditinjau. Untuk daerah dimana potensi
bencana tsunami dengan sumber yang sangat dekat (near-field)
penyelesaian masalahnya dilakukan dengan hard protection, namum cara
hard protection ini membutuhkan biaya tinggi. Sebagai contoh, di awal
tahan 1950-an Jepang menggalakkan perlindungan pantai terutama setelah
diterjang bencana Tsunami yang dikirim dari aktivitas sesimik di lepas
pantai Chili. Perlindungan pantai berupa pemecah ombak (breakwater)
dan dinding laut (seawall) memainkan peranan penting untuk mengurangi
bencana alam serta kerusakan di pantai. Namun demikian, disamping
pembangunan fisik yang menghabiskan dana yang sangat besar juga
menimbulkan masalah lingkungan berupa terputusnya ekosistem laut-
darat bagi hewan atau tumbuhan yang hidup di daerah pantai,
ketidaknyamanan bagi penduduk yang bermukim di belakang bangunan
tersebut baik kemudahan akses ke pantai maupun dari segi psikologis
dimana penduduk dibelakangnya merasa dipenjara. Melihat dampak
tersebut, saat ini mulai diperkenalkan serta direalisasikan penggunaan
vegetasi sebagai penyangga yang berfungsi untuk mereduksi gempuran
gelombang badai dan tsunami. Penggunaan vegetasi sebagai pelindung
pantai sangat ekonomis dan efektif dari sudut pandang perawatan dalam
jangka waktu lama serta berwawasan lingkungan, yaitu: sebagai tempat
pembijakan biota laut, berfungsi sebagai filter terhadap penetrasi air laut,
dan tempat tinggal unggas. Daun-daun vegetasi ini dapat berfungsi sebagai
filter untuk menahan pasir-pasir yang diterbangkan oleh tiupan angin di
pantai, sehingga udara di belakang daerah hutan penyangga ini menjadi
bersih.

Khusus untuk kasus di Indonesia dimana tidak tersedia cukup dana untuk
perlindungan pantai dengan hard pretection maka perlindungan dengan
vegetasi lebih visible, apalagi Indonesia sebagai negara tropis dimana
terdapat banyak hutan mangrove.

Hutan mangrove adalah salah satu yang mungkin dapat digunakan sebagai
hutan pelindung, karena kekuatan akar-akarnya maka mangrove ini
merupakan penyangga yang sangat efektif untuk melawan terjangan
gelombang besar atau tsunami. Simulasi konfigurasi vegetasi seperti
diameter batang, kerapatan (densitas), yang optimal dalam mereduksi
energi gelombang badai telah diteliti baik melalui penyelesaian analitik,
numerik maupun melalui eksperimen di laboratorium (Latief, 2000, ,
Harada dkk, 2000, Latief, 2002, dan Hadi, dkk, 2002).

BAGAIMANA RENCANA MENGHADAPI ANCAMAN TSUNAMI?


Tindakan selanjutnya yang dapat dilakukan dalam rangka perlindungan
diri, keluarga dan lingkungan untuk menghadapi ancaman bahaya tsunami
diantaranya disebutkan berikut ini:

Menyusun perancanaan persiapan menghadapi bencana alam.


Mempersiapkan diri sendiri menghadapi bencana minimal untuk
mempertahankan hidup selama tiga hari pasca bencana.

Mencari informasi mengenai area lingkungan kita sehubungan dengan


kerentanan bencana tsunami, serta jalur-jalur penyelamatan serta
lokasi penyelamatan yang dapat di capai di lingkungan kita. Serta
mendiskusikan pada tingkat lingkungan warga tindakan-tindakan yang
sebaiknya dilakukan dalam menghadapi bencana.

Menciptakan persiapan menghadapi bencana. Diskusikan bersama


keluarga mengenai persiapan menghadapi bencana. Memepelajari
bersama tindakan-tindakan yang dapat dilakukan sebelum, ketika dan
sesudah terjadi bencana, serta mendiskusikan jalur dan lokasi
penyelamatan yang akan dicapai. Mempersiapkan dan
menginformasikan kepada keluarga nomor telepon penting yang
dipergunakan ketika terjadi bencana.

Merealisasikan rencana persiapan bencana dalam bentuk aksi. Hal ini


dapat dilakukan dengan mempersiapkan perlengkapan pertolongan
pertana, serta perlengkapan persiapan bencana lainnya yang
dipersiapkan di kendaraan, dirumah dan di tempat kerja. Pada
perlengkapan ini dapat dilengkapi dengan radio beserta batrei
tambahan, senter, makanan yang tahan lama (biskuit, dll), obat-obatan,
foto copy identitas, sepatu, sandal, perlengkapan kebersihan badan
serta perlengkapan lain yang sekitanya perlu.
Membiasakan diri mengingat dan melaksanakan perencanaan serta
mendiskusikan kembali rencana persiapan tersebut dalam kurun waktu
tertentu untuk tetap mengingat dan membiasakan diri.

Anda mungkin juga menyukai