Pelatihan - Tsunami
Pelatihan - Tsunami
Pada awalnya tsunami dikenal sebagai gelombang pasang surut seismik (Seismic
Tidal waves) karena pada saat itu orang mengenal sebagai gelombang pasang surut
yang disebabkan karena adanya aktivitas seismik misalnya oleh gempa bumi saja.
Tetapi seperti telah disebutkan diatas bahwa selain akibat adanya gempa bumi,
tsunami dapat juga disebabkan karena adanya letusan gunungapi laut, lonsoran
tanah di pantai dan juga oleh tumbukan benda luar angkasa. Maka semenjak tahun
1946 dunia internasional mengenal gelombang panjang ini dengan nama Tsunami.
Tsunami juga
dikenal sebagai
Killer wave atau
gelombang
pembunuh, hal ini
dikarenakan
tsunami dengan
tinggi gelombang
yang tinggi atau
yang kecil
sekalipun dapat
berbahaya dan
mempunyai potensi untuk membunuh. Kondisi ini disebabkan karena tsunami
merupakan gelombang serial yang datang tidak hanya sekali, tetapi bisa datang 10
menit sampai 60 menit kemudian kembali.
Seringkali gelombang pertama bukan merupakan gelombang yang terbesar, tetapi
gelombang terbesar bisa saja terjadi dari gelombang susulannya. Hal lain yang
sangat membahayakan dari tsunami setelah sampai di daratan adalah kecepatan
limpasannya bisa lebih
cepat dari kecepatan
kemampuan manusia
berlari. Tsunami didarat
juga akan sangat berbahaya
apabila telah
menghanyutkan puing-
puing dari benda-benda
atau bangunan yang
dilaluinya, selain itu
tsunami di daratan sendiri
memiliki daya tekan bidang
sekitar 8 ton/ m2 sehingga
memiliki daya hancur yang
cukup besar.
Sebagian besar tsunami diakibatkan oleh gempa bumi besar yang diakibatkan karena
adanya perubahan dasar laut yang dikarenakan adanya aktivitas lempeng di dasar
laut. Tetapi seperti telah disebutkan diatas selain gempa bumi ada penyebab lainnya
yang dapat membangkitkan tsunami. Untuk lebih jelasnya, pembangkit tsunami
dapat diuraikan berikut ini:
GEMPA BUMI
Gempa bumi merupakan kejadian alam yang biasa, seperti halnya hujan. Gempa
bumi sudah sangat sering terjadi sejak jaman dahulu kala. Secara sederhana, gempa
bumi berawal dari aktivitas pergerakan lempeng kulit bumi, pada pertemuan dua
lempeng kulit bumi akan menimbulkan energi akibat pertemuan, gesekan dan
tumbukan antara kedua lempeng ini. Selanjutnya
pada kondisi tertentu dimana energi ini
dilepaskan secara mendadak dan menimbulkan
goncangan di kulit bumi karena rambatan energi
yang terlepas tadi.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa lempeng bumi pada kenyataannya relatif
bergerak, dan bumi ini terdiri dari beberapa lempeng dan tidak terbentuk dari satu
lempengan yang besar. Pada satu zona tertentu dimana ada salah satu lempeng yang
melesak masuk kedalam lempeng lainnya akibat pergerakan lempeng tersebut, zona
ini dikenal sebagai zona subduksi (daerah pertemuan dua lempeng). Ketika lempeng
ini bergerak dan melesak kedalam lempeng lainnya di daerah subduksi, disinilah
pada umumnya gempa bumi dibangkitkan.
Gempa bumi di
zona subduksi terjadi apabila lempeng bagian atas
yang tertekan oleh pergerakan lempeng
dibawahnya patah atau memantul seperti pegas,
menyebabkan terangkatnya dasar laut sekaligus mendorong lapisan air yang berada
diatasnya seperti terlihat pada gambat dibawah. Proses pengangkatan ini merupakan
awal dari terjadinya tsunami.
GUNUNGAPI
Seperti halnya gempa bumi, letusan gunungapi bawah laut juga dapat mengganggu
kestabilan dasar laut, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya perubahan dasar
laut yang diikuti oleh perubahan muka air laut diatasnya secara ekstrim. Gangguan
ini selanjutnya akan menimbulkan tsunami yang mekanisme sama dengan
pembangkitan tsunami oleh gempa bumi. Untul lebih jelasnya mengenai
pembangkitan tsunami oleh gunung berapi dapat dilihat contoh ilustrasi Tsunami
Krakatau pada gambar dibawah.
Simulasi Rekontruksi Tsunami Krakatau 1883
Sumber: Hamzah Latief, Aditnya, Pusat Penelitian Tsunami – ITB (2002)
LONGSORAN
Penyebab tsunami lainnya adalah longsoran disekitar pantai. Kondisi ini pernah
terjadi di Papua. Longsoran sedimen dalam jumlah besar di pesisir mengganggu
kestabilan muka air laut sehingga menimbulkan tsunami.
Perlu menjadi catatan juga bahwa karakteristik gelombang yang melewati satu
kawasan pantai itu akan berbeda dengan gelombang lainnya. Beberapa ilmuan
menyebutkan bahwa tsunami yang melewati satu daerah pada awalnya dapat sangat
kecil, yang selanjutnya pada lokasi yang sama gelombang ikutannya akan sangat
tinggi dan berbahaya.
PERBEDAAN TSUNAMI DENGAN GELOMBANG BIASA
Gelombang yang dibangkitkan oleh angin, pergerakan air sebatas pada lapisan
permukaan laut saja. Lain halnya dengan gelombang tsunami, pergerakan air selain
di permukaan juga sampai pada air di kedalaman. Seperti terlihat pada gambar
dibawah, gelombang yang dibangkitkan oleh angin mempunyai ciri-ciri panjang
gelombang yang pendek di sekitar pantai. Sedangkan gelombang tsunami
merupakan pergerakan masa air yang sangat besar, sehingga tsunami mempunyai
potensi daya hancur yang besar dibandingkan dengan gelombang yang dibangkitkan
oleh angin.
Gambar 1. Tektonik Lempeng Asia Tenggara -termasuk Indonesia dan sekitarnya- (Hall,1997)
Gambar 2. Plot gempa yang terjadi di Indonesia dari 1960-2000 (Triyoso, 2002)
Dilihat dari gambar 2 diatas, tampak bahwa Indonesia berada pada kawasan rawan
gempa, hal ini diperlihatkan dari titik-titik merah sebagai catatan kejadian gempa
dengan kedalaman yang relatif dangkal, selain itu juga kawasan Indonesia tampak
dipenuhi oleh titik hijau untuk gempa kedalaman sedang serta titik biru untuk
gempa dengan sumber gempa pada kedalaman yang relatif dalam. Apabila ditelaah
kembali dari gambar 1 dan gambar 2 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dari
sudut pandang geologi, kondisi alamiah kawasan ini menempatkan Indonesia
sebagai kawasan yang rawan ancaman bencana alam yang disebabkan oleh
pergerakan dari lempeng-lempeng bumi, hal ini dapat menyebabkan ancaman
bencana alam gempa bumi, gunung merapi bahkan Tsunami.
Berdasarkan penelitian, diketahui
bahwa dari berbagai sumber
pembangkit tsunami seperti telah
dijelaskan pada bagian sebelumnya,
khususnya di Indonesia dan pada
umumnya kejadian tsunami di dunia
disebutkan bahwa sebagian besar
pembangkit tsunami yang paling
dominan adalah diakibatkan karena
adanya gempa bumi. Hal ini seperti
yang diungkapkan oleh Latief (2005),
berdasarkan kajian tsunami dari tahun 1600 sampai 2005 disebutkan bahwa
kejadian tsunami di Indonesia 90,7% diantaranya dibangkitkan oleh gempa bumi;
8,4% dibangkitkan oleh gunungapi dan sisanya dibangkitkan oleh longsoran tanah
di sekitar pantai. Menurut Latief (2005) juga, dalam periode tahun yang sama
disebutkan bahwa sekitar 110 kejadian tsunami terjadi di Indonesia, dan beberapa
diantaranya merupakan tsunami dengan kekuatan besar yang menimbulkan
bencana kemanusiaan, diantaranya adalah tsunami Flores, Biak, Pancer dan Aceh.
Selain itu, tidak lama setelah terjadi tsunami Aceh yang memakan banyak korban
jiwa dan materil, terjadi kembali tsunami pangandaran yang dibangkitkan oleh
gempa bumi akibat terjadinya penunjaman lempeng indo-australia kedalam
lempeng Eurasia yang juga memakan korban jiwa dan kerugian yang cukup besar.
Zona-A : Busur Sunda bagian Barat, terletak di sebelah Barat Laut Selat Sunda,
antara lain Pulau Sumatera dan Pulau Andalas.
Zona-B : Busur Sunda bagian Timur, ternbentang antara Selat Sunda ke Timur
sampai dengan Sumba, yang terdiri dari Pulau Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa
dan Pulau Sumba.
Zona-C : Busur Banda, terletak di Lau Banda, antara lain Flores, Timor,
Kepulauan Banda, Kepulauan Tanimbar, Seram dan Pulau Buru.
Data historis tsunami Indonesia pada periode 1600 sampai dengan 2000 telah
dikompilasi dan disusun Katalognya oleh Latief, dkk (2000) dalam bentuk basis
data kejadian tsunami. Hasil kompilasi tersebut dapat dilihat pada catalog tsunami
Indonesia (Latief dkk, 2000) yang menunjukkan data kejadian tsunami di
Indonesia pada periode 1600-2000 dan Plot data tsunami yang memliki atribut
lengkap diperlihatkan pada Gambar dibawah.
Plot data Tsunami dan tahun Kejadiannya (Latief dkk, 2000)
Berdasarkan data di atas telah terjadi 110 bencana tsunami terjadi di Indonesia,
100 kejadian diantaranya disebabkan oleh gempa bumi, 9 tsunami disebabkan oleh
letusan gunung berapi dan 1 kejadian disebabkan oleh tanah longsor. Sebagian
besar data untuk kejadian sebelum tahun 1970 tidak dilaporkan dengan baik,
sedangkan bencana tsunami yang terjadi akhir-akhir ini seperti Flores tahun 1992,
Jawa Timur 1994, Timor Timur tahun 1996, Sulawesi tahun 1996, Tsunami Irian
Jaya tahun 1996, dan Tsunami Banggai 2000 telah di teliti dan dilaporkan oleh
International Tsunami Survey Team.
Dalam kurun waktu kurang lebih 400 tahun bencana tsunami telah menyebabkan
korban jiwa kurang lebih sebanyak 500.000 orang, pada Tabel dibawah.
menunjukkan jumlah tsunami dan korban jiwa untuk masing-masing zona.
Aktivitas Tsunami di Indonesia
Berikut ini akan diperlihatkan fenomena tsunami yang pernah terjadi di Indonesia
agar dapat lebih memahami fenomena tsunami sebagai salah satu faktor alam yang
dapat mengancam kehidupan manusia di bumi. Kawasan selat makasar
berdasarkan catatan sejarah dan penelitian yang pernah dilakukan, kejadian
tsunami di kawasan ini pernah terjadi beberapa kali diantaranya pada tahun 1818
dengan sumber tsunami berasal dari perairan sekitar utara Bali, tahun 1820
dengan sumber tsunami bergerak kearah perairan utara Bima, tahun 1969 dengan
sumber tsunami berasal dari perairan disekitar daerah Mandar, Sulawesi Selatan,
dan catatan lainnya yang menunjukkan tsunami disekitar Selat Makasar yaitu pada
tahun 1996 dengan sumber tsunami di kawasan perairan Toli-Toli, Sulawesi
Selatan. Tsunami yang disebutkan tadi merupakan tsunami yang sebagian
dampaknya mengancam kawasan Selat makasar yang tentunya juga mengancam
kawasan disekitar sumber seperti Tsunami Bali yang mengancam kawasan Bali,
Lombok dan kawasan lainnya disekitarnya selain mengancam kawasan Selat
Makasar.
The 1818 Bali Tsunami The 1820 Bima Tsunami The 1969 Mandar Tsunami The 1996 Toli-ToliTsunami
Sumber: Hamzah Latief dan Haris, Pusat Penelitian Tsunami - ITB (2002)
Tsunami yang berkekuatan besar lainnya adalah Tsunami Flores yang terjadi pada
tahun 1992, dimana tsunami ini bersumber disekitar perairan Flores, pada saat itu
tsunami flores menimbulkan dampat yang cukup besar dimana korban jiwa yang
berjatuhan cukup banyak, begitu juga dengan kerugian fisik materil. Lalu pada
tahun 1994, kembali kejadian tsunami menimpa Indonesia, dimana sumber
tsunami terdapat disekitar pantai selatan Jawa Timur, tsunami ini dikenal sebagai
tsunami Pancer.
Sumber: Hamzah Latief, Aditya, Pusat Penelitian Tsunami – ITB (2002)
Pada tahun 1996 terjadi tsunami di kawasan Indonesia paling timur, tepatnya
terjadi disekitar perairan Biak, selain menimbulkan kerugian dan kerusakan lokal
dikawasan Biak, 2 jam setelahnya tsunami ini juga menimbulkan kerusakan di
perairan Jepang akibat penjalaran tsunami.
Pada tahun 2000, disekitar teluk Tolo, Sulawesi Tengah, tepatnya didaerah
Banggai terjadi juga tsunami, walaupun kekuatannya tidak terlalu besar dan
kerugian materil, fisik dan korban jiwa tidak terlalu besar. Tinggi Tsunami Banggai
ini mencapai kurang lebih sekitar 1,5 meter.
Sumber: Hamzah Latief, Aditya, Pusat Penelitian Tsunami – ITB (2002)
Sebelum dan sesudah wilayah Lhok ngak, Aceh, akibat hantaman Tsunami
Pada tanggal 17 Juli 2006, terjadi tsunami di bagian selatan Jawa Barat yang
kemudian dikenal sebagai Tsunami Pangandaran, dimana tsunami ini digenerate
oleh gempa bumi yang disebabkan oleh proses subduksi lempeng Indo-australian
yang menunjam lempeng Eurasia di sebelah utara. Menurut informasi BMG
(Badan Meteorologi dan Geofisika)
pusat gempabumi terletak pada
koordinat 9, 460 LS, 107,190 BT,
kedalaman 33 km di bawah dasar
laut, dan magnitudo gempa 6,8
SR. Gempa ini berada pada jarak
+286 km di Selatan Bandung.
Sedangkan menurut USGS
(Amerika Serikat) pusat gempa
terletak pada koordinat 9,2950 LS,
107,3470 BT, kedalaman 10 km di
bawah dasar laut, dan magnitudo
Episenter gempa utama (sumber: BMG, USGS, dan
gempa 7,7 Mw. Gempa ini berjarak GEOFON)
225 km di Timur-Laut Christmas Island, 240 km di Tenggara Tasikmalaya, +260
km di selatan Bandung. Seperti halnya tsunami di Aceh, Tsunami Pangandaran
juga menimbulkan kerugian fisik dan materil serta kerusakan tatanan kehidupan
masyarakat, kondisi ini terutama dialami oleh kawasan wisata Pangandaran. Selain
kawasan wisata Pangandaran berdasarkan korban jiwa yang jatuh, dampak dari
Tsunami Pangandaran ini dapat dirasakan sampai ke kawasan pesisir Tasikmalaya,
Garut, Cilacap dan Yogyakarta.
Sumber: Hamzah Latief, Aditya, Haris, Pusat Penelitian Tsunami – ITB (2006)
Tsunami merupakan ancaman bencana alam yang kejadiannya tidak terduga dan
tidak dapat terprediksi atau diramalkan sebelumnya. Hal ini berbeda dengan
bencana alam lainnya misalnya letusan gunungapi dan banjir, untuk kedua
bencana tersebut kejadian bencananya dapat diprediksi lebih awal dibandingkan
dengan bencana tsunami. Oleh sebab itu wawasan serta kesiapan masyarakat
terutama di daerah pesisir merupakan salah satu kunci dalam upaya mengurangi
dampak dari bencana. Selanjutnya akan dibahas mengenai pengetahuan dan
wawasan bagi masyarakat agar dapat akrab dengan ancaman bencana alam,
khususnya tsunami.
Berikut ini akan adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan
upaya persiapan perlindungan diri dalam menghadapi ancaman tsunami:
Mengenal area dimana kita berada, bekerja, bermain atau berwisata khususnya
untuk area penyelamatan, rute penyelamatan, infrastruktut penting, dll
Apabila tinggal di wilayah rawan Tsunami dan ketika terjadi bencana maka
yang harus dilakukan adalah:
Berlari dengan tertib, tetap tenang ke area evakuasi atau ketempat yang
dapat dipergunakan untuk evakuasi (gedung tinggi, tower, dll)
Ikuti anjuran dan arahan dari petugas tanggap darurat lokal yang ada
atau pihak berwenang yang bertugas
Apabila kita sedang berada di wilayah pantai dan merasakan gempa bumi,
maka:
Oleh karena itu untuk mengurangi jumlah korban dikawasan rawan bencana, hal
yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pengetahuan dan wawasan
mengenai ancaman bencana tsunami, diantaranya adalah dengan mengenalkan
tanda-tanda alami sebelum datangnya tsunami.
Dari hasil laporan dokumen lama serta prasasti yang ada di Jepang, serta
pangalaman dari hasil survei lapangan memperlihatkan bahwa beberapa tanda-
tanda alami sebelum datangnya tsunami adalah sebgai berikut:
a. Gerakan tanah
Gerakan tanah ini timbul karena adanya penjalaran gelombang di lapisan bumi
padat akibat adanya gempa. Jika gempa dangkal besar yang terjadi di bawah
permukaan laut, maka sangat berpotensi terjadinya tsunami. Khusus bagi tsunami
nearfield (sumber dekat dengan pantai) gerakan ini dapat dirasakan secara
langsung oleh indera manusia tanpa menggunakan alat ukur, namun untuk
tsunami dengan sumber far-field (sumber jauh dengan pantai) misalnya Tsunami
Chili 1960, tidak dirasakan oleh indera manusia di Jepang namun setelah 12 Jam
tsunami tersebut menghatam daerah Tohoku (North-East) Pulau Honshu, Jepang.
Tsunami bore adalah pergerakan tsunami yang menjalar di perairan dangkal dan
terus menjalar di atas pantai berupa gelombang pecah yang berbentuk dinding
dengan tinggi yang hampir rata, Tsunami bore ini disebabkan karena adanya
gangguan secara meteorologi (Nagaoka, 1907). Berikut ini diperlihatkan
beberapa contoh rekaman tsunami di beberapa tempat di Jepang.
Dari studi literatur dan pengalaman dari hasil survei penulis terhadap Tsunami
Biak 1996 (dilakukan oleh penulis pada tahun 1996), Tsunami Flores 1992
(dilakukan oleh pada tahun 2001) dan pada Tsunami Banyuwangi 1994 (dilakukan
penulis pada tahun 1997, 2001, 2002) di dapatkan keterangan dari saksi mata
bahwa: khususnya untuk Tsunami Biak 1996 dan Tsunami Flores 1992 yang terjadi
pada siang hari (sedangkan Tsunami Banyuwangi 1994 terjadi pada malam hari)
disaksikan bahwa gelombang yang datang menyerupai tembok hitam dan gelap
serta berupa tembok putih yang bergerak ke arah pantai. Perbedaan pengamatan
ini bergantung pada jenis serta morfologi dasar laut di lepas pantai. Untuk daerah
dimana landai serta gelombang tsunami menggerus sedimen di bawahnya maka
dinding tesebut kelihatan hitam atau kelabu, sedangkan untuk daerah berkarang
maka dinding tersebut berwarna putih di penuhi oleh busa air laut.
Saksi mata mengemukakan bahwa saat sebelum tsunami datang terjadi angin
dengan berhawa agak dingin bercampur dengan bau garam laut yang cukup kuat,
hal ini kemungkinan besar akibat olakan air laut di lepas pantai.
Apabila kita merasakan kedatadangan tsunami disekitar kita, terutama ketika kita
berada di sekitar pantai, dimana terasa gempa bumi dan mendengarkan suara yang
tidak normal datang dari arah laut, maka segeralah kita dan mengajak orang
disekitar kita untuk melarikan diri menuju tempat yang lebih tinggi.
Perlu diingat juga bahwa tsunami terjadi bisa kapan saja, baik itu siang hari atau
bahkan malam hari sekalipun. Oleh karena itu penyiapan masyarakat dalam
menghadapi bencana tsunami ini sangat lah di perlukan. Berikut ini akan
diuraikan tindakan-tindakan penyelamatan ketika terjadi tsunami.
Apabila kita terutama murid-murid sedang berada disekolah dan terjadi tsunami
maka hal utama yang harus dilakukan murid-murid adalah untuk tetap tenang dan
mendengarkan apa yang diperintahkan oleh kepala sekolah, guru atau petugas
sekolah lainnya untuk segera melarikan diri ke tempat penyelamatan (evacuation
zone). Pada kondisi ini petugas sekolah yang bersangkutan menjadi kunci utama
dalam proses evakuasi murid-murid di sekolah ketika terjadi tsunami.
Sedangkan apabila kita sedang berada di atas perahu dan di tengah lautan, maka
tindakan yang dapat dilakukan ketika terjadi tsunami adalah seperti berikut ini:
o Tsunami dapat menyebabkan perubahan muka air laut yang sangat cepat
dan arus yang berbahaya yang semakin besar di daratan. Nelayan (orang-
orang yang berada di atas kapal) termasuk kelompok yang mempunyai
resiko bahaya tinggi.
o Kapal akan lebih aman apabila berada pada area perairan dengan
kedalaman lebih dari 400 m dibandingkan di dekat daratan. Pantai terus
radio komunikasi dengan daratan sampai keadaan aman.
Segera membantu korban yang terluka atau masih terjebak dalam puing dan
sebagainya. Memberikan bantuan kepada korban yang membutuhkan bantuan
segera. Segera mencari bantuan, jangan dulu memindahkan korban serius
(patah tulang, pendarahan, dan lain sebagainya) kecuali apabila terpaksa
dilakukan karena berada di lokasi yang berbahaya atau dapat menyebabkan
luka lanjutan.
Tetap berada di luar ruangan atau bangunan apabila air telah kering. Hal ini
dikarenakan air tsunami dapat merusak fondasi bangunan, selain itu dapat
menyebabkan bangunan amblas, lantai pecah atau dinding runtuh.
Apabila terpaksa harus memasuki bangunan atau rumah, harus dengan hati-
hati karena tsunami dapat merusak bangunan.
Pergunakan alas kaki yang kuat, sering kali jatuh korban setelah bencana
karena kakinya terluka akibat pecahan material bawaan air tsunami.
Khusus untuk kasus di Indonesia dimana tidak tersedia cukup dana untuk
perlindungan pantai dengan hard pretection maka perlindungan dengan
vegetasi lebih visible, apalagi Indonesia sebagai negara tropis dimana
terdapat banyak hutan mangrove.
Hutan mangrove adalah salah satu yang mungkin dapat digunakan sebagai
hutan pelindung, karena kekuatan akar-akarnya maka mangrove ini
merupakan penyangga yang sangat efektif untuk melawan terjangan
gelombang besar atau tsunami. Simulasi konfigurasi vegetasi seperti
diameter batang, kerapatan (densitas), yang optimal dalam mereduksi
energi gelombang badai telah diteliti baik melalui penyelesaian analitik,
numerik maupun melalui eksperimen di laboratorium (Latief, 2000, ,
Harada dkk, 2000, Latief, 2002, dan Hadi, dkk, 2002).