Anda di halaman 1dari 8

MEKANISME TRANSPOR MELALUI

MEMBRAN PLASMA

NAMA KELOMPOK :
AQIL FADHIL MS
MUH. DIMAS RAMADHAN
HASYIM MANSYUR
PRIA SISKA

KELAS : XI. MIPA. 4


MEKANISME TRANSPOR MELALUI
MEMBRAN PLASMA

Membran sel merupakan pembatas antara intra dengan ekstraseluler. Salah


satu fungsi dari membran sel adalah sebagai lalu lintas molekul dan ion secara dua
arah. Sifat permeabilitas dari membran sel ini memungkinkan molekul yang
penting seperti ion, oksigen, air, glukosa, asam amino dan asam lemak gliserol
dapat mudah masuk ke dalam sel, sedangkan senyawa kimia hasil metabolisme sel
tetap berada dalam sel dan senyawa yang tidak diperlukan oleh sel akan
meninggalkan sel. Dengan demikian permiabilitas selektif dari membran sel
memungkinkan sel dapat memelihara lingkungan internalnya.

Kita dapat mulai meninjau beberapa prinsip umum transportasi di seluruh


membran, antara lain tentang struktur membran sel dan mekanismenya terkait lalu
lintas ion dan senyawa organik, suatu mekanisme khusus bagi transportasi suatu
molekul polar dengan ukuran besar.

Tranportasi lewat membran digolongkan menjadi dua cara, yaitu dengan


transpor pasif bagi molekul-molekul yang mampu melalui membran tanpa
mekanisme khusus, dan transpor aktif bagi molekul yang membutuhkan
mekanisme khusus.

A. Transpor pasif

Transpor pasif merupakan suatu perpindahan molekul berdasarkan perbedaan


gradien konsentrasinya, yaitu molekul berpindah dari konsentrasinya yang tinggi
ke konsentrasi rendah dan tidak ada energi metabolik yang terlibat. Transpor pasif
meliputi difusi, difusi terfasilitasi dan osmosis

a). Difusi

Difusi merupakan perpindahan senyawa dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi


rendah dan semakin besar gradien konsentrasi senyawa semakin cepat laju
difusinya dan akan terhenti setelah tercapai kesetimbangan gradient. Molekul
polar hidrofobik merupakan molekul yang lebih cepat berdifusi melintasi bilayer
fosfolipid misalnya diethylurea, demikian pula molekul non polar misalnya O2
dan molekul polar yang tidak bermuatan misalnya CO2.

b). Difusi terfasilitasi

Difusi ini difasilitasi oleh protein yang tersusun dalam bentuk saluran
(protein trans membran) dan carrier protein yang merupakan protein pembawa.
Difusi melalui protein transmembran sering digunakan oleh sel-sel syaraf untuk
perpindahan ion Na+ dan K+ serta ion-ion seperti Cl-,Ca2+ dan HCO3- Protein
pembawa (carrier protein) memiliki permukaan spesifik untuk ion, glukosa dan
asam amino sehingga masing-masing senyawa tersebut dapat berikatan. Difusi
melalui protein pembawa dapat terjadi beberapa macam sebagai berikut, (1)
uniport, terjadi kalau protein pembawa hanya mengikat satu macam ion, misal
glukosa ekstraseluler yang relatif tinggi maka lintasannya menggunakan cara ini
(2) kotransport, terjadi jika protein pembawa mengikat sepasang ion. Kotransport
ada dua macam yaitu pertama, simport, jika transpor memindahkan dua macam
ion kearah yang sama, misalnya glukosa ekstraseluler dengan konsentrasi rendah
akan terikat ke sisi protein pembawa dan masuk ke dalam sel bersama dengan
Na+, kedua dengan cara antiport, jika transpor memindahkan dua macam ion
yang terikat pada protein pembawa dan berpindah dengan arah berlawanan.
Contoh antiport adalah “chloridebicarbonate exchanger” yaitu pertukaran ion Cl-
dengan ion HCO3-.

B. Transpor Aktif

Transport aktif merupakan suatu cara pemindahkan molekul ataupun ion


dari gradien konsentrasi rendah menuju gradient konsentrasi tinggi dengan
menggunakan energy, selain itu juga membutuhkan bantuan dari carrier protein
dan saluran protein. Energi yang digunakan dalam pemindahan molekul tersebut
ada yang diperoleh dari hidrolisis ATP seperti yang dipergunakan sewaktu
pemindahan molekul Na+ dan K+ (pompa Na+ dan K+). Dalam keadaan stabil,
ekstraseluler memiliki konsentrasi Na+ 10 kali lebih tinggi dari pada di dalam sel,
sedangkan konsentrasi ion K+ lebih rendah di dalam sel dari pada di luar sel. Kalau
konsentrasi Na+ dalam sel meningkat maka Na+ perlu dikeluarkan, maka
diperlukan ATP untuk memompa Na+ keluar dengan cara Na+ akan terikat pada
sisi spesifik pada saluran protein, sehingga menyababkan rangsangan fosforilasi
dan terjadi hidrolisis ATP, menghasilkan suatu perubahan pada konformasi
saluran protein berakibat Na+ yang terikat bergerak keluar sel dan terjadi reduksi
afinitas ikatan Na+ pada protein saluran sehingga Na+ terlepas. Pada waktu
bersamaan, di bagian ekstraseluler K+ mengalami afinitas di bagian sisi protein
saluran, terjadi stimulus defosforilasi berakibat perubahan konformasi saluran
protein sehingga terjadi gerakan yang menyebabkan K+ bergerak ke bagain
interseluler. Saluran protein memiliki tiga tempat spesifik untuk ikatan Na+ dan
dua untuk K+, sehingga setiap kali siklus transpor tiga Na+ dan dua K+ lewat
membran sel membutuhkan satu molekul ATP yang terhidrolisa
Gambar 5 : Model pompa Na+ dan K+ (dikutip dari Cooper et al.,
2009)

Dari penjelasan diatas tampak bahwa pompa Na+- K+ berperan untuk kestabilan
gradien konsentrasi Na+- K+ hal ini dapat ditunjukkan pada rambatan signal
elektrik pada sel saraf dan otot. Selain itu pompa Na+- K+ berfungsi juga

untuk menggerakkan transpor aktif dari molekul lainnya, dan juga untuk

memelihara keseimbangan osmosis (osmotic balance) dan volume sel.

Transpor aktif juga memindahkan mikromolekul yang berada di daerah

lumen usus, misalnya perpindahan glukosa dan asam amino berkonsentrasi

rendah ke dalam sel usus dengan konsentrasi relatif tinggi. Perpindahan ini tidak

menggunakan ATP hasil hidrolisis tetapi digerakkan karena perbedaan gradien


Na+. Konsentrasi Na+ ekstraseluler usus lebih rendah dari pada dalam sel,

sehingga terjadi perpindahan ion ke dalam sel dengan cara berikatan dengan

bagian sisi protein saluran, selanjutnya diikuti oleh glukosa yang berikatan

dengan protein saluran yang sama tetapi pada sisi yang lain. Transpor seperti ini

disebut transpor aktif sekunder.


Gambar 6 : Transpor aktif glukosa. Transpor aktif ini digerakkan oleh gradien
Na+. Setiap terjadi transpor aktif, tranporter (protein saluran) akan mengikat 2 ion
Na+ dan 1 molekul glukosa dan bergerak ke dalam sel usus(dikutip dari Cooper
et al., 2009)

Bagaimana dengan lintasan makromolekul lewat membran sel?

Bagaimana sel menghadapi makromolekul misalnya bakteri yang ada di

ekstraseluler? Sel akan melakukan endositosis, yaitu tranpor makromolekul ke

dalam sel dengan cara membentuk vesikula yang bersifat ingested material

kearah luar melingkupi makromolekul dan selanjutnya vesikula dilepas ke dalam

sel dan makromolekul dicernakan.

Terdapat dua macam endositosis, pertama fagositosis dan pinositosis,

beda keduanya adalah ukuran diameter vesikula yang berisi partikel yang masuk

ke dalam sel. Pada fagositosis molekul yang masuk ke dalam sel berukuran

besar diperlihatkan oleh ukuran diameter vesikula yaitu ˃0,25 µm, vesikula

seperti ini disebut fagosom. Ukuran vesikula lainnya adalah ˃150 nm dan

umumnya berupa cairan (fluida) dan disebut pinosom.


Sel hewan yang mengadakan fagositosis umumnya makromolekulnya

berupa bakteri, dan debris sel. Terjadi ikatan antara partikel tersebut dengan

reseptor pada permukaan sel, yang merangsang terbentuknya pseudopodia

merupakan hasil gerakan dari aktin disekitar membran sel. Pseudopodia

mengelilingi partikel dan berlanjut pada meleburnya membran sel dan

membentuk suatu vesikula yang disebut fagosom. Di dalam sitoplasma fagosom

bergabung dengan lisosom yang selanjutnya terjadi ingested partikel oleh asam

hidrolase yang dihasilkan oleh lisosom.

Gambar 7 : Fagositosis sel terhadap bakteri. Ikatan bakteri dengan reseptor di


permukaan sel merupakan stimulus terbentuknya pseudopodia yang selanjutnya
melingkupi bakteri (dikutip dari Tortora et al.,2004)
Selain endositosis, ada pula yang disebut eksositosis. Prinsip eksositosis adalah
transpor makromolekul dari dalam sel ke arah ekstraseluler.

Anda mungkin juga menyukai