Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. A. Latar Belakang Masalah

Sejak ditetapkannya Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan berikutnya
Permendiknas No 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan(SKL), maka sekolah dari
jenjang pendidikan dasar dan menengah diterapkan kerikulum baru yang dikenal dengan sebutan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sebagai penyempurnaan dari Kurikulum
Berbasis kompetensi (KBK) tahun 2004. Semangat yang menjadi dasar pemberlakuan KTSP ini
adalah semangat perubahan, perubahan dari suasana keterpasungan menjadi suasana yang penuh
dengan kebebasan dan kreativitas. Dari segi proses pembelajaran, KTSP menghembuskan
perubahan dari model pembelajaran yang berpusan pada guru (Teacher Centerd) menjadi model
pembelajaran yang berpusat pada siswa ( Student Centered), perubahan dari kegiatan mengajar
menjadi kegiatan membelajarkan.

Penerapan KTSP membuat guru semakin pintar dan kreatif, karena dituntut harus mampu
menyusun sendiri kurikulum yang disesuaikan dan tepat bagi siswa, guru dituntut harus mampu
merencanakan sendiri materi pelajarannya untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Hal ini berbeda dengan kurikulum sebelumnya yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, guru
tinggal menerapkannya, sehingga nyaris tidak memberikan ruang dan tantangan bagi
perkembangan ide dan kreativitas guru.

Selain perubahan-perubahan besar dan mendasar yang dihembuskan oleh KTSP,


tantangan yang dicapai oleh guru tidaklah semakin ringan, melainkan semakin berat. Penerapan
Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan sebagai acuan dasar dalam penyusunan KTSP
membawa konsekuensi yang tidak ringan dalam implementasinya di lapangan. Hal ini berarti
KTSP menuntut adanya profesionalisme yang tinggi dari seorang guru.

Pada pembelajaran misiologi, KTSP menghendaki dilakukannya perubahan mendasar


dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Kesalahan yang selama ini terjadi dalam penyelenggaraan
pembelajaran misiologi harus ditingkatkan. Tugas seorang guru sekarang ini bukanlah “mengajar
misiologi”, tetapi “membelajarkan siswa tentang misiologi”. Hal ini berarti bahwa kegiatan
pembelajaran harus berpusat pada siswa, bukan pada guru. Guru tidak lagi harus mendominasi
kegiatan pembelajaran dengan metode ceramah sampai berbusa-busa, sementara siswa hanya
duduk manis mendengarkan samapi bengong atau bahkan sampai terkantuk-kantuk.

Dengan demikian proses belajar mengajar misiologi bukan sekedar transfer ilmu dari
guru kepada siswa. Pola interaksi seharusnya terjadi antara siswa dengan materi dan guru hanya
bertindak sebagai motivator, fasilitator dan supervisor. Itulah perubahan mendasar dalam pola
pembelajaran misiologi yang harus diakomodir dan disikapi secara positif oleh guru misiologi
seiring dengan penerapan KTSP.

Namun demikian, meskipun sikap positif terhadap perubahan telah diakomodir oleh guru, bukan
berarti bahwa guru akan serta merta terbatas sama sekali dari masalah-masalah yang
berhubungan dengan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran di kelas sepertinya akan
selalu memunculkan parmaslahan seiring dengan perkembangan pribadi didik dan seiring pula
dengan perkembangan sekolah dan tuntutan masyarakat yang semakin dinamis. Terkait dengan
itu tugas guru adalah merespon dan mencari pemecahan masalah yang timbul sepanjang masih
dalam batas jangkauan kompetensi dan profesi demi tercapainya suasana belajar yang lebih baik
dan kondusif dan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

Seperti halnya yang terjadi dalam pembelajaran misiologi di kelas X Semester Ganjil
1 Tahun Pelajaran 2016/2017, khususnya terhadap penguasaan Konsep Kesebangunan, guru
dengan berbagai cara telah mengusahakan agar semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran standar juga telah dilakukan oleh guru, berbagai media pembelajaran yang ada di
sekolah telah dimanfaatkan, berbagai bentuk penugasan telah diberikan pula untuk dilaksanakan
oleh siswa, baik di dalam maupun di luar kelas, mulai dari tugas terstruktur dan tugas mandiri
tidak terstruktur. Namun demikian, dalam berbagai kesempatan tanya jawab, ulangan harian, .

[Type the company name] | [Type the company address]


2

Melihat data aktivitas dan prestasi belajar siswa yang demikian rendah maka perlu guru
harus secepatnya melakukan tindakan atau mengidentifikasi permasalahan seris dalam kegiatan
pembelajaran yang harus dicari pemecahannya. Bertolak dari permasalahan tersebut maka guru
dapat mendiagnosis faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab timbulnya masalah tersebut.
Dapat diperoleh beberapa faktor kemungkinan penyebab, diantaranya adalah:

1. Rendahnya minat dan motivasi belajar siswa,


2. Penyampaian materi dari guru,
3. Metode yang dipakai oleh guru membuat bosan, jenuh,
4. Kesulitan pemahaman konsep dan kerjasama di antara siswa.

Dari berbagai faktor kemungkinan penyebab tersebut guru lebih condong pada faktor 1
dan 3 yaitu faktor rendahnya minat dan motivasi belajar siswa serta faktor metode yang dipakai
guru monoton diduga kuat sebagai faktor utama penyebab rendahnya aktivitas dan prestasi
belajar siswa kelas X SMTK BaaLobalain Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017 pada
Konsep Kesebangunan. Dugaan tersebut sangat beralasan, karena siswa kelas X motivasi belajar
siswa masih rendah hal ini ada kemungkina adanya metode yang kurang tepat dan monoton
dalam pembelajaran sehingga siswa merasa jenuh, bosan.

Berdasarkan pemikiran yang telah terurai maka pnelitian tindakan kelas ini dengan judul
:“Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement
Divisions) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Matematika pada Konsep
Kesebangunan.(Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Matematika di SMP Negeri 1
Lobalain Kelas IX B Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016)”.

Pada akhirnya diharapkan, melalui penerapan metode pembelajaran koopertif tipe STAD ini
nantinya dapat memacu tumbuhnya semangat, saling membantu dan saling memotivasi di antara
siswa, dan akhirnya juga dapat meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar pada mata
pelajaran matematika, khususnya pada konsep Kesebangunan.

1. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah diuraikan dan supaya penelitian ini lebih
terarah maka perlu dirumuskan masalah pokok yang ingin dicari jawaban pemecahannya adalah
sebagai berikut:

1. Apakah dengan mengunakan metode Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement Divisions) dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa dan prestasi belajar siswa pada konsep Kesebangunan
2. Bagaimana Proses meningkatkan aktivitas siswa dan prestasi belajar siswa pada konsep
Kesebangunan sebelum dan sesudah menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe
STAD (Student Teams Achievement Devisions)?.
3. Seberapa besar peningkatan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa pada konsep
Kesebangunan dengan Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student
Taeams Achievement Divisions)?

1. C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement


Divisions) dapat membantu meningkatkan aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar
siswa pada konsep Kesebangunan
2. Peningkatan proses belajar dan aktivitas siswa dan prestasi belajar siswa pada konsep
Kesebangunan sebelum dan sesudah menggunakan motode pembelajaran kooperatif tipe
STAD (Student Teams Achievement Divisions).
2 3. 3. Peningkatan aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar siswa pada konsep
Kesebangunan melalui Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ( Student
Teams Achievement Divisions).

[Type the company name] | [Type the company address]


3

1. D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian tindakan kelas dengan menggunakan Metode pembelajaran kooperatif type
STAD (Student Teams Achievement Divisios) ini akan memberikan manfaat seperti di bawah ini:

1. Bagi siswa:
1. Menjadikan Proses Pembelajaran Matematika lebih menyenangkan dan berkesan
serta tidak menjenuhkan.
2. Melatih siswa untuk meningkatkan kerjasama, saling membantu dan saling
memotivasi dalam belajar.
3. Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam konsep Kesebangunan.
4. Melatih tanggung jawab siswa dalam menyelesaikan masalah atau menyelesaikan
soal.
5. Membantu pemahaman konsep kesebangunan dan pemecahan masalah dalam
konsep Kesebangunan.
6. Bagi Guru:
1. Meningkatkan kompetensi profesionalisme guru dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan
menyenangkan.
2. Memperbaiki dan meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan
kemampuan menulis penelitian.
3. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran Matematika yang bisa
diidolakan oleh siswa.
4. Meningkatkan keterampilan guru dalam menggunakan metode
pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar.

[Type the company name] | [Type the company address]


4

BAB II

LANDASAN TEORI

1. A. Metode Pembelajaran Kooperatif


2. 1. Pengertian

Cooperative learning mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah
tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesakan suatu tugas, atau untuk mengerjakan
sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Bukanlah cooperative learning jika siswa duduk
bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan mempersilahkan salah seorang diantaranya untuk
menyelesaikan pekerjaan seluruh kelompok. Menurut Suherman dkk (2003:260) cooperative
learning menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai
sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas.

Menurut Suherman dkk (2003:260) ada beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam
cooperative learning agar lebih menjamin para siswa bekerja secara kooperatif, hal tersebut
meliputi: pertama para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka
adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai. Kedua para
siswa yang tergabung dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka
hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi
tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok itu. Ketiga untuk mencapai hasil yang
maksimum, para siswa yang tergabung dalam kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam
mendiskusikan masalah yang dihadapinya.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa dalam “setting” kelas kooperatif, siswa lebih banyak
belajar dari teman ke teman yang lain di antara sesama siswa dari pada belajar dari guru. Hasil
lain penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat
positif untuk siswa yang rendah hasil belajarnya.

1. 2. Manfaat Pembelajaran Kooperatif

Manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah, antara lain
(Ibrahim dkk, 2000:18) seperti berikut ini:

1) Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas.

2) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi.

3) Memperbaiki sikap terhadap PAK dan sekolah.

4) Memperbaiki kehadiran.

5) Angka putus sekolah menjadi rendah.

1. 3. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

1) Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa yaitu guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa.

4 2) Menyajikan informasi yaitu guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

3) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok besaryaitu guru menjelaskan


kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membuat setiap kelompok
agar melakukan transisi secara efisien.

[Type the company name] | [Type the company address]


5

4) Membimbing kelompok belajar dan bekerja yaitu guru membimbing kelompok-kelompok


belajar pada saat mengerjakan tugas

1. B. Metode Pembelajaran Type STAD


2. 1. Pengertian

Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang mengisyaratkan adanya


orang yang mengajar dan belajar dengan didukung oleh komponen lainnya, seperti kurikulum,
fasilitas belajar mengajar. Dalam proses tersebut, terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan
mengembangkan metode atau pendekatan untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.

STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.
Pembelajaran Kooperatif type STAD merupakan pendekatan yang dikembangkan untuk
melibatkan siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran (Rachmadinarti,
2001)

Pada Model Pembelajaran Kooperatif type STAD siswa dalam suatu kelas tertentu dibagi
menjadi kelompok dengan 4–5 siswa, dan setiap kelompok harus heterogen, yang berasal dari
berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, anggota tim menggunakan
lembar kegiatan untuk menuntaskan materi pembelajarannya dan kemudian saling membantu
satu sama lain untuk memahami materi pelajaran melalui tutorial, lembar kerja siswa dengan
diskusi (rachmadinarti, 2001). Metode diskusi yang digunakan dalam pembelajaran Kooperatif
type STAD ini dengan ceramah, tanya jawab, diskusi dan sebagainya. Yang disesuaikan dengan
kemampuan dan kebutuhan siswa (Permana, 2004).

1. 2. Langkah-langkah STAD

Menurut Slavin (2010) ada 5 langkah utama di dalam pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran STAD, yaitu:

1) Penyajian Kelas

Tujuannya adalah menyajikan materi berdasarkan pembelajaran yang telah disusun.


Setiap pembelajaran dengan model STAD, selalu dimulai dengan penyajian kelas. Sebelum
menyajikan materi, guru dapat memulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran, memberikan
motivasi untuk berkooperatif dan sebagainya.

Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam persentasi di dalam kelas. Ini
merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang
dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya presentasi
kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus
pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar
member perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat
membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.

Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing dari


keseluruhan pelajaran dengan penekanan dalam penyajian materi pelajaran.

1. Pembukaan

1) Menyampaikan pada siswa apa yang hendak mereka pelajari dan mengapa hal itu penting.
Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah
kehidupan nyata, atau cara lain.

2) Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan konsep atau
merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut.
5
3) Ulangi secara singkat keterampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak.

1. Pengembangan

[Type the company name] | [Type the company address]


6

1) Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam
kelompok.

2) Pembelajaran kooperatif menekankan bahwa belajar adalah memahami makna bukan


hapalan.

3) Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-


pertanyaan.

4) Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau salah.

5) Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok masalahnya.

1. Latihan Terbimbing

1) Menugaskan semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang diberikan.

2) Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan soal. Hal ini bertujuan
supaya semua siswa selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin.

3) Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama. Sebaiknya siswa
mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik.

2) Tahapan Kegiatan Belajar Kelompok

Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada setiap poinnya, yang ditekankan
adalah membuat tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap
anggotanya. Tim ini memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting dalam
pembelajaran, dan itu adalah untuk memberikan perhatian dan respek yang mutual yang penting
untuk akibat yang dihasilkan seperti hubungan antar kelompok, rasa harga diri, penerimaan

Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut:

1. Mintalah anggota kelompok memindahkan meja/ bangku mereka bersama-sama dan


pindah ke meja kelompok.
2. Berilah waktu lebih kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok.
3. Bagikan lembar kegiatan siswa.
4. Serahkan pada siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga atau satu kelompok
utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika mereka mengerjakan soal,
masing-masing siswa harus mengerjakan soal sendiri dan kemudian dicocokkan dengan
temannya. Jika salah satu tidak dapat mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu
kelompok bertanggung jawab menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan dengan jawaban
pendek, maka mereka lebih sering bertanya dan kemudian antara teman saling bergantian
memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu.
5. Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin teman-
teman satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada kuis. Pastikan siswa
mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk diisi dan
diserahkan. Jadi penting bagi siswa mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri
mereka dan teman-teman sekelompok mereka pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa
jika mereka mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya menanyakan teman
sekelompoknya sebelum bertanya guru.
6. Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya
memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk
dalam kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekerja dan
sebagainya.

[Type the company name] | [Type the company address]


7

3) Tahapan Menguji Kinerja Individu

Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai, diadakan tes secara
individual, setiap siswa berusaha untuk bertanggung jawab secara individual, melakukan yang
terbaik sebagai kontribusinya kepada kelompok mengenai materi yang telah dibahas. Pada
penelitian ini tes individual diadakan pada akhir pertemuan, masing-masing selama 10 menit
agar siswa dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari secara individu selama bekerja
kelompok. Skor perolehan individu ini didata dan diarsipkan, yang akan digunakan pada
perhitngan perolehan skor kelompok.

4) Penskoran Peningkatan Individu

Perhitungan skor dihitung berdasarkan skor awal, dalam penelitian ini didasarkan pada nilai
evaluasi hasil belajar materi sebelumnya. Berdasarkan skor awal setiap siswa memiliki
kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya
berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Perhitungan perkembangan skor individu dimaksudkan
agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya. Adapun
perhitungan skor pekembangan individu dikemukakan Slavin (2010) seperti terlihat pada tabel
berikut:

Skor Perkembangan
No Skor Test
Individu
1 Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 5
2 10 hingga 1 poin dibawah skor awal 10
3 Skor awal sampai 10 poin diatasnya 20
4 Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30
Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor
5
awal) 30

Perhitungan skor dkelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing


perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok. Pemberian
penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor rata-rata yang dikategorikan menjadi
kelompok baik, kelompok hebat dan kelompok super. Adapun kriteria yang digunakan untuk
menentukan pemberian penghargaan terhadap kelompok adalah sebagai berikut:

1) Kelompok dengan skor rata-rata 15, sebagai kelompok baik,

2) Kelompok dengan skor rata-rata 20, sebagai kelompok hebat,

3) Kelompok dengan skor rata-rata 25 sebagai kelompok super.

Tujuan memberikan skor peningkatan individu adalah memberikan kesempatan bagi setiap siswa
untuk menunjukkan gambaran kinerja pecapaian tujuan dan hasil kerja maksimal yang telah
dilakukan setiap individu untuk kelompoknya.

1. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Kelebihan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut:

1. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan ketrampilan bertanya


dan membahas suatu masalah.
7 2. Mengembangkan serta menggunakan keterampilan berpikir kritis dan kerjasama
kelompok.
3. Dapat menyuburkan hubungan antar pribadi yang positif diantara siswa.
4. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan ketrampilan berdiskusi.
5. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai,
menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain

[Type the company name] | [Type the company address]


8

Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan
fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa ketrampilan-ketrampilan dasr sedangkan
kegiatan psikis berupa ketrampilan terintegrasi. Ketrampilan dasar yaitu mengobservasi,
mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menghitung menyimpulkan dan mengkomunikasikan.
Sedangkan ketrampilan terinegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi,
menyajikan data, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah,
menganalisis.

Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas.
Aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Dalam
aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yaitu
pandangan ilmu jiwa lama dan moderen. Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas
didominasi oleh guru sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa moderen, aktivitas didominasi
oleh siswa.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar

Dalam aktifitas belajar, seorang individu membutuhkan suatu dorongan atau motivasi sehingga
sesuatu yang diinginkan dapat tercapai, dalam hal ini beberapa faktor yang mempengaruhi antara
lain:

1. Faktor Individual seperti kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi,


dan faktor pribadi.
2. Faktor Sosial seperti keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajar, alat-alat dalam
belajar. (Purwanto, 2002:102)
3. Terkait dengan hal yang telah disebutkan, maka Dimyanti dan Mudjiono mengemukakan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi Aktivitas, Motivasi belajar antara lain:

1. D. Prestasi Belajar
2. 1. Definisi Prestasi Belajar

Prestasi belajar banyak diartikan sebagai hasil yang telah dicapai siswa dalam pengusaan
tugas atau materi pelajaran yang diterima dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar pada
umumnya dinyatakan dalam angka atau huruf sehingga dapat dibandingkan denagn satu kriteria
(Prakosa, 1991).

Prestasi belajar diartikan sebagai tingkat keterkaitan siswa dalam proses belajar mengajar
sebgai hasil evaluasi yang dilakukan guru. Menurut Sutratinah Tirtonegoro (1984:4),
mengemukakan bahwa: Prestasi belajar adalah penialaian hasil usaha kegiatan belajar yang
dinyatakan dalam bentuk simbol angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil
yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu. Menurut Sunarya (1983: 51),
menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan perubahan tingkah laku yang meliputi ranah
kognitif, afektif dan psikomotor yang merupakan ukuran keberhasilan siswa. Untuk mengukur
prestasi belajar menggunakan tes prestasi yang dimaksud sebagai alat untuk mengungkap
kemampuan aktual sebagai hasil belajar atau learning. Menurut Sumardi Suryabrata (1987
:324), Nilai merupakan perumusan terakhir yang dapat diberikan oleh guru mengenai kemajuan
atau prestasi belajar siswa selama masa tertentu. Dengan nilai raport, kita dapat mengetahui
prestasi belajar siswa. Siswa yang nilai raportnya baik dikatakan prestasinya tinggi, sedangkan
yang nilainya jelek dikatakan prestasi belajarnya rendah.

Berdasarkan uraian tentang prestasi belajar tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan kegiatan belajar siswa dalam menguasai
sejumlah mata pelajaran selama periode siswa dalam mengusai sejumlah mata pelajaran selama
periode tertentu yang dinyatakan dalam nilai berbentuk rapor dan laporan lain seperti nilai.

1. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar


8
Prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan yang diperoleh siswa selama proses belajarnya.
Keberhasilan itu ditentukan oleh berbagai faktor yang berkaitan. Menurut Dimyati mengatakan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa mencakup: Faktor internal dan
faktor eksternal.

[Type the company name] | [Type the company address]


9

1) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, yang terdiri dari
kebutuhan atau dorongan motivasi untuk berprestasi.

2) Faktor Eksternal

Faktor Eksternal adalah faktor yang berasal dari luar si pelajar. Hal ini dapat berupa sarana
prasana, situasi lingkungan baik lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat.

3) Faktor yang berasal dari si pelajar

Faktor ini meliputi motivasi, perhatian pada mata pelajaran yang berlangsung, tingkat
penerimaan dan pengingatan bahan, kemampuan menerapkan apa yang dipelajari, kemampuan
memproduksi dan kemampuan menggeneralisasi.

4) Faktor yang berasal dari si pengajar

Faktor ini meliputi kemempuan membangun hubungan dengan si pelajar, kemampuan


menggerakan minat pelajaran, kemampuan memberikan penjelasan, kemampuan menyebutkan
pokok-pokok masalah yang diajarkan, kemampuan mengarahkan perhatian pada pelajaran yang
sedang berlangsung, kemampuan memberikan tangapan terhadap reaksi. Sedangkan menurut
Ngalim Purwanto (1990; 270) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
adalah faktor dari luar dan faktor dari dalam. Dari pendapat ahli ini dapt dijelaskan bahwa faktor
dari luar dan faktor dari dalam sangat mempengaruhi prestasi belajar..

1. E. Konsep Kesebangunan
2. 1. Kesebangunan Bangun Datar

Dua bangun datar dikatakan sebangun jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Panjang sisi-sisi yang bersesuaian dari kedua bangun tersebut memiliki perbandingan
senilai.
2. Sudut-sudut yang bersesuaian dari kedua banguntersebut sama besar. Persegi ABCD dan
EFGH dibawah ini:

an persegi tersebut, maka diperoleh hubungan sebagai berikut.

1. Perbandingan sisi-sisi persegi ABCD dan EFGH

AB = BC = DC = AD = 3

2. Segitiga-segitiga yang Sebangun

Dua buah segitiga dikatakan sebangun jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Sudut-sudut yang besesuian sama besar ÐA =ÐE, ÐB = ÐD dan ÐC =ÐC


2. Sisi-sisi yang bersesuaian sebanding.

AB = AC = BC = 3: 2

ED EC DC

[Type the company name] | [Type the company address]


10

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. A. Metode Penelitian

Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Division (STAD) sebagai upaya meningkatka aktivitas dan prestasi
belajar siswa terhadap pembelajaran matematika. Penelitian ini bersifat kualitatif sehingga
penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu suatu upaya untuk
mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan.
Tindakan tersebut dilakukan oleh guru bersama-sama dengan siswa di bawah bimbingan dan
arahan guru, dengan maksud memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Pemilihan
metode ini berdasarkan pada tujuan penelitian tindakan kelas yaitu untuk memperbaiki dan
meningkatkan pembelajaran secara berkesinambungan yang pada dasarnya melekat pada
terlaksananya proses pembelajaran.

Desain penelitian yang dilaksanakan terdiri dari dua siklus dengan tiap siklus terdiri dari
dua pertemuan dengan materi kesebangunan. Pertemuan pada siklus I dengan materi
Kesebangunan Bangun Datar dan Segitiga Sebangun. Pertemuan pada siklus II Segitiga
Kongruen dan Pemecahan Masalah. Desain penelitian yang akan dilaksanakan supaya penelitian
terarah dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka penelitian yang dilaksanakan adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mengacu kepada teori PTK menurut Jhon
Elliot(Muslhudin2009:72) yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Adapun alur pelaksanaan tindakan dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini:

1. 1. Perencanaan.
1. Merencanakan pembelajaran yang akan ditetapkan berdasarkan masalah yang
akan dipecahkan dan hipotesis yang diajukan yaitu Kesebangunan dan Kongruen
di kelas IX Semester Ganjil.
2. Menentukan Kompetensi Dasar pada pelaksanaan tindakan. Siklus I
mengidentifikasi bangun-bangun datar yang sebangun dan kongruen serta
mengidentifikasi sifat-sifat dua segitiga sebangun, sedangkan Kompetensi Dasar
pada siklus II Mengidentifikasi sifat-sifat dua segitiga yang kongruen,
Menggunanakan konsep kesebangunan dalam pemecahan masalah.
3. Menyiapkan perangkat pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
pertemuan ke satu dan ke dua tiap-tiap siklus. Pada silklus I materi yang dibahas
Ppengertian kesebangunan, menentukan panjang sisi pada dua bangun yang
sebangun, syarat-syarat dua segitiga sebangun, Siklus II materi yang dibahas
Gambar dan Model Berskala, menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan
kesebangunan.
4. Menyiapkan bahan ajar yang berupa LKS, kuis dan tugas terstruktur sesuai
dengan materi yang disampaikan serta menyiapkan format evaluasi yang berupa
soal tes akhir siklus dengan bentuk soal uraian.
5. Menyiapkan lembar observasi pelaksanaan tindakan yang berisikan pertanyaan
tentang kegiatan siswa, kegiatan guru dalam proses belajar mengajar untuk
mengukur tingkah laku individu siswa ataupun proses kegiatan pembelajaran
yang dapat diamati.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan mengacu kepada rencana pembelajaran yang telah disusun


berdasarkan kurikulum yang ditetapkan yaitu Kurikulum SMP Negeri 1 Sukaresmi (KTSP) dan
dengan pertimbangan perkembangan pelaksanaan kurikulum dan kegiatan pembelajaran di kelas.

Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, peneliti terlebih dahulu mengembangkan Rencana
10 Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dua siklus yang mengacu pada Kurikulum SMP Negeri 1
Sukaresmi.

[Type the company name] | [Type the company address]


11

1. Pembelajaran siklus I

Kegiatan dalam pembelajaran siklus I terdiri dari dua kali pertemuan yang meliputi:

1) Melaksanaan pembelajaran mengacu kepada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang


telah disusun dan disesuaiakan dengan model pembelajaran tipe STAD.

2) Peneliti meminta siswa untuk melakukan dan mengikuti proses pembelajaran dengan model
pembelajaran tipe STAD dari penyajian kelas, kegiatan belajar kelompok, menguji kinerja
individu, penskoran peningkatan individu sampai mengukur kinerka kelompok.

3) Pembelajaran diakhiri dengan adanya tes siklus I untuk melihat keberhasilan pola penyajian
materi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD) dalam upaya meningkatkan akitivitas belajar siswa dan prestasi belajar matematika
khusus pada materi kesebangunan.

4) Peneliti melakukan tindak lanjut untuk siklus II dengan cara menyusun serta memperbaiki
rencana selanjutnya berdasarkan hasil tes dan refleksi pelaksanaan siklus I.

1. Pembelajaran siklus II

Pelaksanaan Siklus II masih mengikuti pola penyajian sebagaimana rencana tindakan I yaitu:

1) Membuat serta merancang pelaksanaan siklus II yang telah di sesuaikan dengan perbaikan
pelaksanaan tindakan dari hasil refleksi dari siklus I .

2) Menerapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II tentang gambar dan model
berskala, Segitiga-segitiga Kongruen.

3) Pembelajaran dilakukan menggunakan model kooperatif tipe Student Teams Achievement


Divisions (STAD) dengan langkah-langkah penyajian kelas, kegiatan belajar kelompok, menguji
kinerja individu, peningkatan individu, dan mengukur kinerja kelompok.

4) Memberikan tes siklus II sebagai hasil akhir dan sebagai bahan penarikan kesimpulan apakah
penggunaan model pembelajaran tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi
belajar matematika di kelas IX B.

5) Peneliti beserta tim observer menganalisis serta merefleksi hasil pembelajaran siklus II.

6) Peneliti dan observer menyimpulkan kegiatan pembelajaran dan hasil penelitian.

1. 3. Observasi

Pengamatan penelitian dibantu oleh 2 orang guru sebagai pengamat atau observer. Pelaksanaan
pengamatan selama kegiatan pembelajaran berlangsung yaitu kegiatan siswa dan kegiatan guru
pada saat proses pembelajaran berlangsung . Pada tahap ini dilakukan tes akhir siklus untuk
mengetahui sejauh mana tingkat penyerapan, pemahaman materi yang diajarkan dengan model
pembelajara kooperatif tipe STAD pemberian jurnal siswa skala sikap siswa untuk mengetahui
respon siswa terhadap prose pembelajaran matematika, serta lembar kerja siswa untuk
mengetahui sejauh mana tingkat kerja dalam kelompok pada materi Kesebangunan.

1. C. Waktu Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2015/ 2016
tepatnya dari bulan Juli 2015 sampai dengan Desember 2015. Waktu yang diperlukan untuk
pembelajaran materi Kesebangunan adalah 12 jam, dalam satu minggu terdiri 2 kali pertemuan,
11 setiap pertemuan terdiri dari 2 x 40 menit. Setiap siklus memerlukan 2 kali pertemuan. Penelitian
Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus sehingga membutuhkan waktu 6 kali pertemuan
yang terbagi menjadi 4 kali pertemuan proses Siklus I dan II, dan 2 kali pertemuan test akhir
siklus.

[Type the company name] | [Type the company address]


12

1. D. Instrumen Penelitian

Untuk kelancaran dan keberhasilan penelitian maka peneliti menggunakan instrument, sebab
data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (masalah) dan menguji hipotesis
yang diperoleh melalui instrument. Instrumen sebagai alat pengumpul data harus betul-betul
dirancang dan dibuat sedemikian sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana adanya.

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan penelitian ini dan sesuai dengan
karakteristik pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka digunakan instrument sebagai berikut.

1. Tes Tertulis

Tes adalah penilaian yang komperhensif terhadap seorang individu atau keseluruhan usaha
evaluasi program. Bentuk instrument tes meliputi: pilihan ganda, uraian objektif, uraian non
objektif, jawaban singkat, menjodohkan, benar-salah, unjuk kerja, dan portofolio..

Tes tertulis ini dilakukan setiap akhir siklus (Tes Siklus I dan Tes Siklus II,) dan setiap siklus
siswa diberi LKS. Tes ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan, kemampuan atau
penguasaan materi yang telah disampaikan melalui ketuntasan belajar setiap individu dan
ketuntasan belajar klasikal..

1. E. Instrumen Penelitian

a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksaaan Pembelajaran (RPP) adalah satuan rencana pelaksanaan kegitan


pembelajaran dalam kurun waktu tertentu yang disusun sebelum melaksanakan kegiatan
pembelajaran, yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar,
indicator, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi pokok, metode, langkah-langkah
pembelajaran, sumber belajar, media/ alat pembelajaran, serta penilaian/ evaluasi.

RPP merupakan penjabaran lebih lanjut dari silabus dan merupakan persiapan mengajar
bagi guru untuk setiap pertemuan sebagai acuan untuk melaksanakan proses pembelajaran agar
dapat berjalan efektif dan efisien, dengan tujaun untuk mempermudah dan memperlancar serta
meningkatkan hasil belajar.

b) Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah suatu sarana untuk mentransfer pengetahuan dan
keterampilan kepada siswa, sehingga penegtahuan siswa bertambah dan pemahaman serta
keterampilan siswa meningkat.

LKS merupakan lembaran duplikat yang diberikan guru pada siswa untuk melakukan
kegiatan belajar mengajar. Proses pembelajaran berpaduan menuntut suru terampil mengelola
proses pembelajaran secara kooperatif. LKS berfungsi untuk meningkatkan motivasi siswa
dalam belajar dan mengarahkan siswa dalam belajar mengajar sehingga akan mampu berdiskudi
tentang materi yang sedang dipelajarinya. berlatih berpikir kritis dan objektif, dapat
mengemukakan pendapatnya serta diharapkan mampu menarik kesimpulan.

LKS diberikan kepada siswa dalam kelompok untuk dikerjakan sesuai dengan petunjuk
atau langkah-langkah yang harus dikerjakan atau dilaksanakan oleh siswa pada setiap akhir
siklus, dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman dan kemapuan siswa tentang materi yang
diajarkan. Kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran koopetatif tipe STAD yang
mengguanakan LKS akan melibatkan banyak siswa secara aktif.

12

[Type the company name] | [Type the company address]


13

1. F. Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilakukan dan jadwal penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan Awal/ Orientasi dan Observasi

Pada kegiatan ini, peneliti melakukan observasi untuk mengidentifikasi permasalahan yang
menyangkut kemampuan belajar matematika dan kompetensi dasar yang pencapaian
kemampuan rendah dan dan alat evaluasi yang akan digunakan, maka peneliti menetapkan kelas
IX B adalah kelas yang kemampuan belajar matematikanya rendah dan motivasi dalam
belajarnya kurang sehingga dapat dikembangkan penelitian tindakan kelas ini.

1. Persiapan Sebelum Tindakan

Pada tahap persiapan ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil observasi maka disusunlah suatu komponen-komponen pembelajaran


yang akan digunakan diantaranya yaitu: bahan ajar, rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP), lembar kerja siswa (LKS), media, metode, cara evaluasi/ penilaian instrumen
penelitian dan jumlah tindakan (siklus) yang dilakukan.
2. Bersama guru yang bertindak sebagai observer mendiskusikan dalam menetapkan kelas
yang akan digunakan sebagai kelas penelitian yaitu kelas IX B.
3. Menetapkan fokus observasi, yaitu faktor siswa meliputi pemahaman dan respon siswa
dalam pembelajaran dengan model STAD.
4. Menetapkan cara observasi, yaitu akan menggunakan metode observasi terbuka dan akan
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
5. Menetapkan jenis data dan cara pengumpulan data yaitu jenis data kualitatif akan
dikumpulkan melalui observasi dan data kuantitatif akan dikumpulkan melalui tes hasil
belajar siswa yang kemudian dianalisis sebagai bahan untuk mengetahui tingkat
kemampuan belajar siswa.

1. Pelaksanaan Tindakan

Pada kegiatan ini dilakukan implementasi dari penyusunan komponen-komponen pembelajaran


yang telah dipersiapkan sebelumnya. Hasil analisis, evaluasi, dan refleksi dari setiap pelaksanaan
tindakan merupakan bahan masukan, acuan untuk perbaikan tindakan selanjutnya. Beberapa
tindakan yang secara keseluruhan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yang harus
dijalani, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Adapun tahapan pembelajaran
pada setiap siklusnya adalah sebagai berikut:

1. a. Perencanaan (Planning)

1) Menyusun rencana pembelajaran,

2) Merancang pembelajaran dengan membentuk kelompok belajar siswa tiap kelompok


beranggotakan 4-5 siswa. Pembagian kelompok dilakukan dengan tingkat kecerdasan menyebar,

3) Menentukan kolaborasi dengan teman sejawat sebagai pengamat,

4) Menyusun instrumen yang akan digunakan dalam siklus diantaranya lembar tes siklus,
lembar observasi, jurnal harian siswa, dan skala sikap siswa,

5) Menyusun lembar kerja siswa,

6) Merancang soal-soal latihan untuk tugas di rumah sebagai tugas terstruktur.

13 1. b. Tindakan (Acting)

1) Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa,

2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan,

[Type the company name] | [Type the company address]


14

3) Guru menyampaikan kompetensi dasar dan menginformasikan model pembelajaran yang


akan digunakan,

4) Guru menjelaskan materi yang akan dibahas atau penyajian kelas,

5) Guru menginformasikan kepada siswa agar duduk dalam kelompok masing-masing yang
telah ditentukan sebelumnya,

6) Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal pada LKS secara kelompok,

7) Guru meminta siswa mendiskusikan hasil pemikirannya dalam kelompok,

8) Guru meminta masing-maslng wakil dari anggota kelompok secara bergiliran untuk
menjelaskan hasil kerjanya atau mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan,

9) Guru memberikan kesimpulan akhir dari diskusi kelas,

10) Menjelang akhir waktu, guru memberikan latihan pendalaman secara klasikal untuk
mengetahui kinerja kelompok,

11) Guru memberikan kuis sesuai dengan indikator yang ditentukan untuk mengetahui kinerja
individu,

12) Guru memberikan pekerjaan rumah atau tugas terstruktur untuk memperdalam pemahaman
materi yang diajarkan.

– Mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan awal siswa/ prasyarat.

– Menerangkan secara singkat materi pokok dengan jelas.

– Mengatur siswa dalam kelompok-kelompok belajar.

– Membimbing siswa mengerjakan LKS dengan benar.

– Mendorong dan membimbing dilakukannya keterampilan kooperatif oleh siswa.

– Memberikan umpan balik yang berupa soal atau kuis yang disesuaikan dengan indikator
pencapaian.

– Memberi pekerjaan rumah atau tugas terstruktur untuk penalaman pemahaman materi dan
ketrampilan memecahkan, mengerjakan soal..

G. Evaluasi Tindakan

Setelah dilaksanakan pembelajaran pada siklus I dan siklus II, dilakukanevaluasi keseluruhan
tindakan, serta penyempurnaannya kegiatan ini diantaranya;

1. Menganalisis tabel hasil observasi aktivitas siswa dan guru selama siklustindakan
berlangsung.
2. Menganalisis respon siswa baik melalui skala sikap, jurnal, maupun observasiterhadap
pembelajaran matematika materi kesebangunan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3. Menganalisis dan merefleksi keseluruhan tindakan yang dilakukan.
4. Menarik kesimpulan dan memberikan rekomendasi tentang implementasi pembelajaran
matematika dengan menggunakan model STAD.

14 2) Pengumpulan Dan Pengolahan Data

Pada penelitian ini bersifat kualitatif karena dilaksanakan untukmeningkatkan prestasi siswa dan
kualitas proses belajar mengajar,sehingga data yang diperoleh berupa skala sikap, jurnal, lembar
observasi, dan tes dianalisis secara deskriptif. Dari hasil analisis tersebut diperolehtemuan yang

[Type the company name] | [Type the company address]


15

1. 2. Menganalisis Tingkat penguasaan materi

Penguasaan siswa terhadap materi untuk setiap siklusnya dapat dibedakan menjadi tingkat
penguasaan tinggi, tingkat penguasaan rendah, tingkat penguasaan rata-rata. Adanya
peningkatan rata-rata siswa untuk tiap siklusnya menunjukkan hal yang positif karena akan
meningkatkan prosentase ketuntasan dan penguasaan materi untuk setiap siklusnya.

1. 3. Menganalisis Jurnal Siswa

Menganalisis jurnal siswa dengan mengelompokkan kesan siswa ke dalam kelompok siswa yang
berpendapat positif dan siswa yang berpendapat negatif. Analisis jurnal siswa untuk mengetahui
aktivitas siswa dikelas terhadap pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement
Divisions (STAD). Untuk menghitung prosentase pendapat positif atau negatif dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:

MP = å siswa yang responnya positif x 100%

å Seluruh siswa

Untuk mengetahui bahwa siswa setuju dan termotovasi dengan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD jika perolehan prosentase setuju ≥ 75% serta perolehan prosentase setuju < 75%
siswa tidak setuju atau tidak ada motivasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1. 4 Menganalisis lembar Observasi

Lembar observasi kegiatan siswa dan kegiatan guru yang telah diperoleh dihitung,
diinterprestasikan dalam kategori ya dan tidantuk setiap aktivitas selama kegiatan pembelajaran
berlangsung serta efektifnya model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1. 5. Menyimpulkan data.

Langkah penyimpulan hasil penelitian dilihat dari prosentase motivasi positif dari jurnal siswa,
dan sikap siswa/ aktivitas siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD yang diperoleh dari skala sikap siswa serta prosentase ketuntasan belajar setiap siklus.
Indikator keberhasilan tindakan untuk aspek motivasi, sikap siswa atau respon terhadap model
pembelajaran tipe STAD dan ketuntasan belajar siswa/ pretasi belajar siswa dapat diukur dengan
cara berikut:

 Motivasi Positif= Prosentase Respon Positif Siklus II – Prosentase Respon positif Siklus I
 Prestasi belajar siswa= Prosentase kekuntasan Siklus II – Prosentase Ketuntasan Siklus I
 Jika dari selisih motivasi positif ada kenaikan maka respon siswa dan aktivitas siswa
terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD) dalam materi Kesebangunan dapat diterima.
 Jika Selisih prosentase ketuntasan siklus I, Siklus II ada peningkatan maka penerapan
model pemeblajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat
meningkatakan prestasui belajar siswa dalam kosep Kesebangunan dan dapat dibuktikan
serta diterima.

15

[Type the company name] | [Type the company address]


16

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. A. Hasil Penelitian
1. 1. Tahap Orientasi Kelas

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di SMP Negeri 1 Sukaresmi sekolah ini beralamat Jln.
Mariwati Km 8 Desa Cikanyere Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur. SMP Negeri 1
Sukaresmi termasuk sekolah terbesar di Kecamatan Sukaresmi dengan jumlah siswa 1116 dan
membawahi tiga Cerdas Seatap (CSA), tenaga pengajar 80% sesuai dengan bidang yang diampu.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IX B yang terdiri dari 43 siswa dengan jumlah
siswa perempuan 23 orang dan siswa laki-laki 20 orang.Tingkat kemampuan belajar matematika
di kleas IX B heterogen. Berdasarkan nilai yang diperoleh dari tes sebelumnya menujukkan
bahwa kemampuan dan motovasi belajar matematika pada umumnya di kelas ini menunjukan
kelas yang tingkat kemampuan dan motivasi belajar matematikanya rendah dan tidak
memuaskan. Prestasi belajar di kelas IX B ini masih rendah karena jumlah siswa yang mencapai
nilai diatas KKM yang ditetapkan masih sedikit. KKM pada semester ganjil mata pelajaran
matematika 75 hasil kumulatif perhitungan KKM dari kompetensi dasar yang terdapat pada
semester ganjil

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diuraikan maka pada di kelas IX B perlu adanya
tindakan yang bervariatif sehingga perolehan prestasi belajar siswa meningkat maka peneliti
mengambil sikap bahwa pada kesebangunan semester ganjil ini menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) agar pencapaian
hasil yang diharapkan sesuai dengan KKM. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD) salah satu model pembelajaran yang tepat untuk meningkatakan
aktivitas belajar siswa karena dengan model pembelajaran ini siswa mempunyai motivasi yang
tinggi untuk meningkatkan kinerja kerja kelompok, bertanggung jawab, meningkatkan kinerja
individu sehingga prestasi belajar akan meningkat.

1. 2. Hasil Tindakan Siklus I


1. a. Perencanaan

a) Menyusun perencanaan langkah-langkah penelitian yang akan dilaksanakan bersama dengan


guru serumpun agar guru serumpun yang bertugas sebagai observer mengatahui dan memahami
langkah-langkah penelian pembelajaran dengan model STAD.

b) Menentukan materi yang akan dijadikan materi atau tsandar kompetensi yang dijadikan
bahan penelitian. Materi yang dijadikan bahan penelitian adalah “Kesebangunan” karena materi
ini termasuk materi yang sulit dimengerti sebagian besar siswa.

c) Menyususn rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk pelaksanaan Siklus I yang


terbagi menjadi dua pertemuan yaitu pertemuan pertama dengan kompetensi dasar
“Mengidentifikasi bangun-bangun datar yang sebangun” serta pertemuan kedua dengan
kompetensi dasar “Mengidentifikasi sifat-sifat dua segitiga sebangun”. Kompetensi dasar yang
dibahas siklus II pertemuan pertama “Mengidintifikasi Sifat-sifat Segitiga Kongruen” dan
pertemuan kedua “Menggunakan konsep kesebangunan dalam pemecahan masalah”.

d) Mengembangkan format evaluasi yang berupa tes akhir siklus dengan bentuk soal uraian
berstruktur bertujuan untuk melihat proses pemikiran langkah demi langkah.

e) Menyusun Lembar Kerja yang berupa soal-soal yang akan diselesaikan oleh tiap kelompok
16 dan menyusun kuis untuk mengukur peningkatan individu .

f) Mengembangkan format observasi pembelajaran yang terdiri dari observasi kegiatan guru
dan observasi kegiatan siswa selama kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran tipe
STAD.

[Type the company name] | [Type the company address]


17

g) Menyusun Jurnal siswa dan angket skala sikap untuk mengetahui respon dan pendapat siswa
terhadap pembelajaran dengan model tipt STAD.

1. b. Pelaksanaan Tindakan

Sesuai dengan rencana, pembelajaran matematika dilakukan dengan menggunakan model


pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan dalam dua
kali pertemuan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran Siklus I terdiri dua pertemuan yaitu pertama dilaksanakan


hari Senin tanggal 26 Juli 2010 dan pertemuan kedua hari Rabu tanggal 28 Juli 2010.
2. Pembelajaran pada siklus I terdiri dari dua pertemuan waktu yang disediakan adalah 4 x
40 menit untuk penyajian materi, satu kali pertemuan 2 x 40 menit untuk mengadakan tes
siklus I. Kompetensi dasar yang disampaikan pada pertemuan kesatu adalah
“Mengidentifikasi bangun-bangun datar yang sebangun” sedangkan kompetensi dasar
yang dibahas pada pertemuan kedua “ mengidentifikasi sifat-sifat segitiga sebangun”.
3. Membagi kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 s.d. 5 siswa yang heterogen dari
tingkat kemampuan tinggi hingga rendah dan jender.
4. Langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
sebagai berikut:
1. Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan.
3. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan menginformasikan model
pembelajaran yang akan digunakan serta langkah-langkah penyajian kelas, diskusi
kelompok, presentasi, kuis.
4. Guru menjelaskan materi atau penyajian kelas dengan kompetensi dasar
pertemuan pertama”mengidentifikasi bangun-bangun datar yang sebangun”,
sedangkan pertemuan kedua” Mengidentifikasi sifat-sifat dua segitiga sebangun” .
5. Guru menginformasikan kepada siswa agar duduk dalam kelompok masing-
masing yang telah ditentukan sebelumnya.
6. Guru membagikan LKS 1 untuk pertemuan pertama LKS 2 untuk pertemuan
kedua dan meminta siswa untuk mengerjakan soal pada LKS secara kelompok
guru bertindak sebagai fasilitator membimbing dan membantu kepada siswa yang
mengalami kesulitan.
7. Guru meminta siswa menjelaskan atau mempresentasikan hasil pemikirannya
dalam kelompok kepada anggota kelompok.
8. Guru meminta masing-masing wakil dari anggota kelompok secara bergiliran
untuk menjelaskan hasil kerjanya atau mempresentasikan hasil pekerjaannya di
depan.
9. Guru memberikan kesimpulan akhir dari diskusi kelas dan memberikan penguatan
atau penegasan.
10. Guru memberikan kuis 1 untuk pertemuan pertama dan kuis 2 untuk pertemuan
kedua yang disesuai dengan indikator yang ditentukan untuk mengetahui kinerja
individu, dalam kuis siswa disarankan tidak bertanya atau bekarjasama sengan
siswa lain.
11. Guru memberikan pekerjaan rumah atau tugas terstruktur untuk memperdalam
pemahaman materi yang diajarkan.
12. Pada akhir siklus I guru menginfomasikan individu dan kelompok yang terbaik
dan siswa agar mengisi jurnal dan angket skla sikap untuk mengetahui respon
siswa terhadap pembelajaran pada siklus

17

[Type the company name] | [Type the company address]


18

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. A. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian, hasil penelitian, dan pembahasannya yang terdapat pada bab IV,
maka penelian ini yang dilaksanakan di kelas IX B di SMP Negeri 1 Sukaresmi dapat
disimpulkan hasil penelitian, sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams


Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas IX B SMP
Negeri 1 Sukaresmi. Hal ini terlihat adanya peningkatan aktivitas siswa untuk setiap
siklusnya yang dapat diketahui dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa setiap akhir
siklus oleh observer.
2. Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas siswa dan aktivitas terhadap kegiatan guru
selama pembelajaran berjalan dengan baik dan mengalami peningkatan sehingga dapat
menggambarkan bahwa siswa senang dan termotivasi dalam belajar matematika. Model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) terbukti
dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran matematika pada konsep kesebangunan di
kelas IX B. Siswa dengan sungguh-sungguh mengikuti proses pembelajaran mulai dari
penyajian kelas, diskusi kelompok, presentasi, kuis, dan penialain kinerja kelompok.
Pada umumnya siswa dapat menggunakan waktu yang tersedia selama pembelajaran
untuk untuk belajar aktif, berani untuk bersaing antar teman dalam kuis dan saling
bekerjasama dalam berdiskusi antar siswa, mengemukakan jawaban dalam memperoleh
prestasi dalam kelompok.
3. Respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement
Divisions (STAD) menunjukkan respon positif yang didapat dari jurnal siswa setiap
siklus, sebagian besar siswa tertarik dan senang dengan pembelajaran model STAD.
Sikap dan respon siswa merupakan salah satu potensi untuk menciptakan situasi belajar
yang efektif sehingga pencapaian ketuntasan atau prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran matematika meningkat.
4. Minat siswa untuk berkompetisi dalam pemahaman materi dapat diketahui dari
peningkatan kemampuan menjawab kuis dalam setiap pertemuan. Pada akhir siklus I
banyak siswa yang mampu dan berani menjawab kuis dengan benar mencapai 9 orang,
serta pada akhir siklus II banyak siswa yang mampu dan berani menjawab kuis dengan
benar mencapai 14 orang.
5. Prestasi belajar siswa bisa diketahui dari test akhir siklus I dan test akhir siklus II
mengalami peningkatan yang siqnifikan, Peningkatan prestasi belajar siswa, peneliti
dapat menyimpulkan dari peningkatan prosentase ketuntasan belajar setiap akhir siklus.
Peningkatan tersebut dari 67% pada siklus I menjadi 84% pada akhir siklus II, dengan
rata-rata dari 65,2 pada siklus I menjadi 75,5 pada akhir siklus II.

1. B. Saran

Berdasarkan uraian kesimpulan tersebut, maka peneliti perlu mengemukakan saran yang
bertujuan untuk perbaikan pada pembelajaran matematika selanjutnya. Adapun sarannya sebagai
berikut:

1. Bagi Siswa
18 2. Dengan model pembelajaran STAD siswa termotivasi untuk bertanggung jawab dalam
meningkatkan nilai, mampu bersaing dengan kelompok lain.
3. Model pembelajaran kooperatif type Student Teams Achievement Divisions (STAD)
dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar.
4. Memperbanyak latihan mengerjakan soal sehingga mempunyai banyak pengalaman
dalam memecahkan berbagai macam soal dan menyelesaikan dengan jelas dan benar.

[Type the company name] | [Type the company address]


19

5. Bagi Guru
1. Guru mempunyai pengetahuan dan ketrampilan serta menerapkan pendekatan
atau model pembelajaran di sekolah. Sebab dengan pengetahuan dan kemauan
berinovasi dalam penggunaan model pembelajaran, serta memvariasikan kegiatan
belajar mengajar maka minat belajar, motivasi belajar serta aktivitas belajar siswa
terhadap pembelajaran matematika akan tumbuh. Penggunaan model
pembelajaran yang bervariatif bertujuan untuk menghindari kejenuhan siswa.
Salah satunya dari model pembelajaran yang ada adalah model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions(STAD).
2. Model pembelajaran STAD ini dapat dikembangkan dan dipakai pada kompetensi
dasar lain serta dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut dengan aspek-aspek
berbeda.
3. Penerapan model pembelajaran STAD ini memberi referensi guru bahwa dengan
model pembelajaran STAD adalah model yang melibatkan siswa selalu aktif
selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
4. Bagi Sekolah.
1. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD) sebagai model pembelajaran alternatif yang digunakan di SMP
Negeri 1 Sukaresmi pada mata pelajaran selain matematika dan
disesuaikan dengan karakteristik masing-masing karena penerapan model
STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa serta prestasi belajar
siswa.
2. Sekolah memberi kesempatan kepada semua guru dalam meningkatkan
inovasi dan kemauan untuk menulis penelitian yang dituangkan dalam
RKS maupun RAKS.

19

[Type the company name] | [Type the company address]


20

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi, 1997, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,

Jakarta: PT. Rineka Cipta

Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006, Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Matematika SMP. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiona, 2002 Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka

Cipta

Hamalik Omar, 2004, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara

Lie Anita. 2002, Cooperative Learning ; Mempraktikkan Cooperatif Learning

di Ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo.

Muslihuddin, 2008, Kiat Sukses Melakukan Penelitian Tindakan Kelas dan

Sekolah, LPMP Jawa Barat.

Nana Sudjana.1995. Penelitian Hasil Proses Belajar mengajar. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Nasution, 2004, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar,

Jakarta: Bumi Aksara.

Nunik Avianti Agus,2007,Mudah Belajar Matematika Untuk Kelas IX SMP/MTs, BSE


Pusat Perbukuan Depniknas.

Suharsimi Arikunto. 1996. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta: PT Raja


20
Grafindo Persada.

Sukadi, 2006, Guru Powerful Guru Masa Depan, Bandung: Penerbit Kolbu.

[Type the company name] | [Type the company address]


21

21

[Type the company name] | [Type the company address]

Anda mungkin juga menyukai