BAB I
PENDAHULUAN
Sejak ditetapkannya Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan berikutnya
Permendiknas No 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan(SKL), maka sekolah dari
jenjang pendidikan dasar dan menengah diterapkan kerikulum baru yang dikenal dengan sebutan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sebagai penyempurnaan dari Kurikulum
Berbasis kompetensi (KBK) tahun 2004. Semangat yang menjadi dasar pemberlakuan KTSP ini
adalah semangat perubahan, perubahan dari suasana keterpasungan menjadi suasana yang penuh
dengan kebebasan dan kreativitas. Dari segi proses pembelajaran, KTSP menghembuskan
perubahan dari model pembelajaran yang berpusan pada guru (Teacher Centerd) menjadi model
pembelajaran yang berpusat pada siswa ( Student Centered), perubahan dari kegiatan mengajar
menjadi kegiatan membelajarkan.
Penerapan KTSP membuat guru semakin pintar dan kreatif, karena dituntut harus mampu
menyusun sendiri kurikulum yang disesuaikan dan tepat bagi siswa, guru dituntut harus mampu
merencanakan sendiri materi pelajarannya untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Hal ini berbeda dengan kurikulum sebelumnya yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, guru
tinggal menerapkannya, sehingga nyaris tidak memberikan ruang dan tantangan bagi
perkembangan ide dan kreativitas guru.
Dengan demikian proses belajar mengajar misiologi bukan sekedar transfer ilmu dari
guru kepada siswa. Pola interaksi seharusnya terjadi antara siswa dengan materi dan guru hanya
bertindak sebagai motivator, fasilitator dan supervisor. Itulah perubahan mendasar dalam pola
pembelajaran misiologi yang harus diakomodir dan disikapi secara positif oleh guru misiologi
seiring dengan penerapan KTSP.
Namun demikian, meskipun sikap positif terhadap perubahan telah diakomodir oleh guru, bukan
berarti bahwa guru akan serta merta terbatas sama sekali dari masalah-masalah yang
berhubungan dengan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran di kelas sepertinya akan
selalu memunculkan parmaslahan seiring dengan perkembangan pribadi didik dan seiring pula
dengan perkembangan sekolah dan tuntutan masyarakat yang semakin dinamis. Terkait dengan
itu tugas guru adalah merespon dan mencari pemecahan masalah yang timbul sepanjang masih
dalam batas jangkauan kompetensi dan profesi demi tercapainya suasana belajar yang lebih baik
dan kondusif dan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
Seperti halnya yang terjadi dalam pembelajaran misiologi di kelas X Semester Ganjil
1 Tahun Pelajaran 2016/2017, khususnya terhadap penguasaan Konsep Kesebangunan, guru
dengan berbagai cara telah mengusahakan agar semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran standar juga telah dilakukan oleh guru, berbagai media pembelajaran yang ada di
sekolah telah dimanfaatkan, berbagai bentuk penugasan telah diberikan pula untuk dilaksanakan
oleh siswa, baik di dalam maupun di luar kelas, mulai dari tugas terstruktur dan tugas mandiri
tidak terstruktur. Namun demikian, dalam berbagai kesempatan tanya jawab, ulangan harian, .
Melihat data aktivitas dan prestasi belajar siswa yang demikian rendah maka perlu guru
harus secepatnya melakukan tindakan atau mengidentifikasi permasalahan seris dalam kegiatan
pembelajaran yang harus dicari pemecahannya. Bertolak dari permasalahan tersebut maka guru
dapat mendiagnosis faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab timbulnya masalah tersebut.
Dapat diperoleh beberapa faktor kemungkinan penyebab, diantaranya adalah:
Dari berbagai faktor kemungkinan penyebab tersebut guru lebih condong pada faktor 1
dan 3 yaitu faktor rendahnya minat dan motivasi belajar siswa serta faktor metode yang dipakai
guru monoton diduga kuat sebagai faktor utama penyebab rendahnya aktivitas dan prestasi
belajar siswa kelas X SMTK BaaLobalain Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017 pada
Konsep Kesebangunan. Dugaan tersebut sangat beralasan, karena siswa kelas X motivasi belajar
siswa masih rendah hal ini ada kemungkina adanya metode yang kurang tepat dan monoton
dalam pembelajaran sehingga siswa merasa jenuh, bosan.
Berdasarkan pemikiran yang telah terurai maka pnelitian tindakan kelas ini dengan judul
:“Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement
Divisions) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Matematika pada Konsep
Kesebangunan.(Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Matematika di SMP Negeri 1
Lobalain Kelas IX B Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016)”.
Pada akhirnya diharapkan, melalui penerapan metode pembelajaran koopertif tipe STAD ini
nantinya dapat memacu tumbuhnya semangat, saling membantu dan saling memotivasi di antara
siswa, dan akhirnya juga dapat meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar pada mata
pelajaran matematika, khususnya pada konsep Kesebangunan.
1. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah diuraikan dan supaya penelitian ini lebih
terarah maka perlu dirumuskan masalah pokok yang ingin dicari jawaban pemecahannya adalah
sebagai berikut:
1. Apakah dengan mengunakan metode Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement Divisions) dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa dan prestasi belajar siswa pada konsep Kesebangunan
2. Bagaimana Proses meningkatkan aktivitas siswa dan prestasi belajar siswa pada konsep
Kesebangunan sebelum dan sesudah menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe
STAD (Student Teams Achievement Devisions)?.
3. Seberapa besar peningkatan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa pada konsep
Kesebangunan dengan Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student
Taeams Achievement Divisions)?
1. C. Tujuan Penelitian
1. D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian tindakan kelas dengan menggunakan Metode pembelajaran kooperatif type
STAD (Student Teams Achievement Divisios) ini akan memberikan manfaat seperti di bawah ini:
1. Bagi siswa:
1. Menjadikan Proses Pembelajaran Matematika lebih menyenangkan dan berkesan
serta tidak menjenuhkan.
2. Melatih siswa untuk meningkatkan kerjasama, saling membantu dan saling
memotivasi dalam belajar.
3. Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam konsep Kesebangunan.
4. Melatih tanggung jawab siswa dalam menyelesaikan masalah atau menyelesaikan
soal.
5. Membantu pemahaman konsep kesebangunan dan pemecahan masalah dalam
konsep Kesebangunan.
6. Bagi Guru:
1. Meningkatkan kompetensi profesionalisme guru dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan
menyenangkan.
2. Memperbaiki dan meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan
kemampuan menulis penelitian.
3. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran Matematika yang bisa
diidolakan oleh siswa.
4. Meningkatkan keterampilan guru dalam menggunakan metode
pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar.
BAB II
LANDASAN TEORI
Cooperative learning mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah
tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesakan suatu tugas, atau untuk mengerjakan
sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Bukanlah cooperative learning jika siswa duduk
bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan mempersilahkan salah seorang diantaranya untuk
menyelesaikan pekerjaan seluruh kelompok. Menurut Suherman dkk (2003:260) cooperative
learning menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai
sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas.
Menurut Suherman dkk (2003:260) ada beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam
cooperative learning agar lebih menjamin para siswa bekerja secara kooperatif, hal tersebut
meliputi: pertama para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka
adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai. Kedua para
siswa yang tergabung dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka
hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi
tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok itu. Ketiga untuk mencapai hasil yang
maksimum, para siswa yang tergabung dalam kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam
mendiskusikan masalah yang dihadapinya.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa dalam “setting” kelas kooperatif, siswa lebih banyak
belajar dari teman ke teman yang lain di antara sesama siswa dari pada belajar dari guru. Hasil
lain penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat
positif untuk siswa yang rendah hasil belajarnya.
Manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah, antara lain
(Ibrahim dkk, 2000:18) seperti berikut ini:
4) Memperbaiki kehadiran.
1) Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa yaitu guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa.
4 2) Menyajikan informasi yaitu guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.
Pembelajaran Kooperatif type STAD merupakan pendekatan yang dikembangkan untuk
melibatkan siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran (Rachmadinarti,
2001)
Pada Model Pembelajaran Kooperatif type STAD siswa dalam suatu kelas tertentu dibagi
menjadi kelompok dengan 4–5 siswa, dan setiap kelompok harus heterogen, yang berasal dari
berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, anggota tim menggunakan
lembar kegiatan untuk menuntaskan materi pembelajarannya dan kemudian saling membantu
satu sama lain untuk memahami materi pelajaran melalui tutorial, lembar kerja siswa dengan
diskusi (rachmadinarti, 2001). Metode diskusi yang digunakan dalam pembelajaran Kooperatif
type STAD ini dengan ceramah, tanya jawab, diskusi dan sebagainya. Yang disesuaikan dengan
kemampuan dan kebutuhan siswa (Permana, 2004).
1. 2. Langkah-langkah STAD
Menurut Slavin (2010) ada 5 langkah utama di dalam pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran STAD, yaitu:
1) Penyajian Kelas
Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam persentasi di dalam kelas. Ini
merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang
dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya presentasi
kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus
pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar
member perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat
membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.
1. Pembukaan
1) Menyampaikan pada siswa apa yang hendak mereka pelajari dan mengapa hal itu penting.
Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah
kehidupan nyata, atau cara lain.
2) Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan konsep atau
merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut.
5
3) Ulangi secara singkat keterampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak.
1. Pengembangan
1) Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam
kelompok.
5) Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok masalahnya.
1. Latihan Terbimbing
2) Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan soal. Hal ini bertujuan
supaya semua siswa selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin.
3) Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama. Sebaiknya siswa
mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik.
Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada setiap poinnya, yang ditekankan
adalah membuat tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap
anggotanya. Tim ini memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting dalam
pembelajaran, dan itu adalah untuk memberikan perhatian dan respek yang mutual yang penting
untuk akibat yang dihasilkan seperti hubungan antar kelompok, rasa harga diri, penerimaan
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai, diadakan tes secara
individual, setiap siswa berusaha untuk bertanggung jawab secara individual, melakukan yang
terbaik sebagai kontribusinya kepada kelompok mengenai materi yang telah dibahas. Pada
penelitian ini tes individual diadakan pada akhir pertemuan, masing-masing selama 10 menit
agar siswa dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari secara individu selama bekerja
kelompok. Skor perolehan individu ini didata dan diarsipkan, yang akan digunakan pada
perhitngan perolehan skor kelompok.
Perhitungan skor dihitung berdasarkan skor awal, dalam penelitian ini didasarkan pada nilai
evaluasi hasil belajar materi sebelumnya. Berdasarkan skor awal setiap siswa memiliki
kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya
berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Perhitungan perkembangan skor individu dimaksudkan
agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya. Adapun
perhitungan skor pekembangan individu dikemukakan Slavin (2010) seperti terlihat pada tabel
berikut:
Skor Perkembangan
No Skor Test
Individu
1 Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 5
2 10 hingga 1 poin dibawah skor awal 10
3 Skor awal sampai 10 poin diatasnya 20
4 Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30
Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor
5
awal) 30
Tujuan memberikan skor peningkatan individu adalah memberikan kesempatan bagi setiap siswa
untuk menunjukkan gambaran kinerja pecapaian tujuan dan hasil kerja maksimal yang telah
dilakukan setiap individu untuk kelompoknya.
Kelebihan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut:
Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan
fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa ketrampilan-ketrampilan dasr sedangkan
kegiatan psikis berupa ketrampilan terintegrasi. Ketrampilan dasar yaitu mengobservasi,
mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menghitung menyimpulkan dan mengkomunikasikan.
Sedangkan ketrampilan terinegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi,
menyajikan data, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah,
menganalisis.
Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas.
Aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Dalam
aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yaitu
pandangan ilmu jiwa lama dan moderen. Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas
didominasi oleh guru sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa moderen, aktivitas didominasi
oleh siswa.
Dalam aktifitas belajar, seorang individu membutuhkan suatu dorongan atau motivasi sehingga
sesuatu yang diinginkan dapat tercapai, dalam hal ini beberapa faktor yang mempengaruhi antara
lain:
1. D. Prestasi Belajar
2. 1. Definisi Prestasi Belajar
Prestasi belajar banyak diartikan sebagai hasil yang telah dicapai siswa dalam pengusaan
tugas atau materi pelajaran yang diterima dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar pada
umumnya dinyatakan dalam angka atau huruf sehingga dapat dibandingkan denagn satu kriteria
(Prakosa, 1991).
Prestasi belajar diartikan sebagai tingkat keterkaitan siswa dalam proses belajar mengajar
sebgai hasil evaluasi yang dilakukan guru. Menurut Sutratinah Tirtonegoro (1984:4),
mengemukakan bahwa: Prestasi belajar adalah penialaian hasil usaha kegiatan belajar yang
dinyatakan dalam bentuk simbol angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil
yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu. Menurut Sunarya (1983: 51),
menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan perubahan tingkah laku yang meliputi ranah
kognitif, afektif dan psikomotor yang merupakan ukuran keberhasilan siswa. Untuk mengukur
prestasi belajar menggunakan tes prestasi yang dimaksud sebagai alat untuk mengungkap
kemampuan aktual sebagai hasil belajar atau learning. Menurut Sumardi Suryabrata (1987
:324), Nilai merupakan perumusan terakhir yang dapat diberikan oleh guru mengenai kemajuan
atau prestasi belajar siswa selama masa tertentu. Dengan nilai raport, kita dapat mengetahui
prestasi belajar siswa. Siswa yang nilai raportnya baik dikatakan prestasinya tinggi, sedangkan
yang nilainya jelek dikatakan prestasi belajarnya rendah.
Berdasarkan uraian tentang prestasi belajar tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan kegiatan belajar siswa dalam menguasai
sejumlah mata pelajaran selama periode siswa dalam mengusai sejumlah mata pelajaran selama
periode tertentu yang dinyatakan dalam nilai berbentuk rapor dan laporan lain seperti nilai.
1) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, yang terdiri dari
kebutuhan atau dorongan motivasi untuk berprestasi.
2) Faktor Eksternal
Faktor Eksternal adalah faktor yang berasal dari luar si pelajar. Hal ini dapat berupa sarana
prasana, situasi lingkungan baik lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat.
Faktor ini meliputi motivasi, perhatian pada mata pelajaran yang berlangsung, tingkat
penerimaan dan pengingatan bahan, kemampuan menerapkan apa yang dipelajari, kemampuan
memproduksi dan kemampuan menggeneralisasi.
1. E. Konsep Kesebangunan
2. 1. Kesebangunan Bangun Datar
Dua bangun datar dikatakan sebangun jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Panjang sisi-sisi yang bersesuaian dari kedua bangun tersebut memiliki perbandingan
senilai.
2. Sudut-sudut yang bersesuaian dari kedua banguntersebut sama besar. Persegi ABCD dan
EFGH dibawah ini:
AB = BC = DC = AD = 3
Dua buah segitiga dikatakan sebangun jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
AB = AC = BC = 3: 2
ED EC DC
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. A. Metode Penelitian
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Division (STAD) sebagai upaya meningkatka aktivitas dan prestasi
belajar siswa terhadap pembelajaran matematika. Penelitian ini bersifat kualitatif sehingga
penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu suatu upaya untuk
mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan.
Tindakan tersebut dilakukan oleh guru bersama-sama dengan siswa di bawah bimbingan dan
arahan guru, dengan maksud memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Pemilihan
metode ini berdasarkan pada tujuan penelitian tindakan kelas yaitu untuk memperbaiki dan
meningkatkan pembelajaran secara berkesinambungan yang pada dasarnya melekat pada
terlaksananya proses pembelajaran.
Desain penelitian yang dilaksanakan terdiri dari dua siklus dengan tiap siklus terdiri dari
dua pertemuan dengan materi kesebangunan. Pertemuan pada siklus I dengan materi
Kesebangunan Bangun Datar dan Segitiga Sebangun. Pertemuan pada siklus II Segitiga
Kongruen dan Pemecahan Masalah. Desain penelitian yang akan dilaksanakan supaya penelitian
terarah dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka penelitian yang dilaksanakan adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mengacu kepada teori PTK menurut Jhon
Elliot(Muslhudin2009:72) yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Adapun alur pelaksanaan tindakan dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini:
1. 1. Perencanaan.
1. Merencanakan pembelajaran yang akan ditetapkan berdasarkan masalah yang
akan dipecahkan dan hipotesis yang diajukan yaitu Kesebangunan dan Kongruen
di kelas IX Semester Ganjil.
2. Menentukan Kompetensi Dasar pada pelaksanaan tindakan. Siklus I
mengidentifikasi bangun-bangun datar yang sebangun dan kongruen serta
mengidentifikasi sifat-sifat dua segitiga sebangun, sedangkan Kompetensi Dasar
pada siklus II Mengidentifikasi sifat-sifat dua segitiga yang kongruen,
Menggunanakan konsep kesebangunan dalam pemecahan masalah.
3. Menyiapkan perangkat pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
pertemuan ke satu dan ke dua tiap-tiap siklus. Pada silklus I materi yang dibahas
Ppengertian kesebangunan, menentukan panjang sisi pada dua bangun yang
sebangun, syarat-syarat dua segitiga sebangun, Siklus II materi yang dibahas
Gambar dan Model Berskala, menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan
kesebangunan.
4. Menyiapkan bahan ajar yang berupa LKS, kuis dan tugas terstruktur sesuai
dengan materi yang disampaikan serta menyiapkan format evaluasi yang berupa
soal tes akhir siklus dengan bentuk soal uraian.
5. Menyiapkan lembar observasi pelaksanaan tindakan yang berisikan pertanyaan
tentang kegiatan siswa, kegiatan guru dalam proses belajar mengajar untuk
mengukur tingkah laku individu siswa ataupun proses kegiatan pembelajaran
yang dapat diamati.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, peneliti terlebih dahulu mengembangkan Rencana
10 Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dua siklus yang mengacu pada Kurikulum SMP Negeri 1
Sukaresmi.
1. Pembelajaran siklus I
Kegiatan dalam pembelajaran siklus I terdiri dari dua kali pertemuan yang meliputi:
2) Peneliti meminta siswa untuk melakukan dan mengikuti proses pembelajaran dengan model
pembelajaran tipe STAD dari penyajian kelas, kegiatan belajar kelompok, menguji kinerja
individu, penskoran peningkatan individu sampai mengukur kinerka kelompok.
3) Pembelajaran diakhiri dengan adanya tes siklus I untuk melihat keberhasilan pola penyajian
materi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD) dalam upaya meningkatkan akitivitas belajar siswa dan prestasi belajar matematika
khusus pada materi kesebangunan.
4) Peneliti melakukan tindak lanjut untuk siklus II dengan cara menyusun serta memperbaiki
rencana selanjutnya berdasarkan hasil tes dan refleksi pelaksanaan siklus I.
1. Pembelajaran siklus II
Pelaksanaan Siklus II masih mengikuti pola penyajian sebagaimana rencana tindakan I yaitu:
1) Membuat serta merancang pelaksanaan siklus II yang telah di sesuaikan dengan perbaikan
pelaksanaan tindakan dari hasil refleksi dari siklus I .
2) Menerapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II tentang gambar dan model
berskala, Segitiga-segitiga Kongruen.
4) Memberikan tes siklus II sebagai hasil akhir dan sebagai bahan penarikan kesimpulan apakah
penggunaan model pembelajaran tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi
belajar matematika di kelas IX B.
5) Peneliti beserta tim observer menganalisis serta merefleksi hasil pembelajaran siklus II.
1. 3. Observasi
Pengamatan penelitian dibantu oleh 2 orang guru sebagai pengamat atau observer. Pelaksanaan
pengamatan selama kegiatan pembelajaran berlangsung yaitu kegiatan siswa dan kegiatan guru
pada saat proses pembelajaran berlangsung . Pada tahap ini dilakukan tes akhir siklus untuk
mengetahui sejauh mana tingkat penyerapan, pemahaman materi yang diajarkan dengan model
pembelajara kooperatif tipe STAD pemberian jurnal siswa skala sikap siswa untuk mengetahui
respon siswa terhadap prose pembelajaran matematika, serta lembar kerja siswa untuk
mengetahui sejauh mana tingkat kerja dalam kelompok pada materi Kesebangunan.
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2015/ 2016
tepatnya dari bulan Juli 2015 sampai dengan Desember 2015. Waktu yang diperlukan untuk
pembelajaran materi Kesebangunan adalah 12 jam, dalam satu minggu terdiri 2 kali pertemuan,
11 setiap pertemuan terdiri dari 2 x 40 menit. Setiap siklus memerlukan 2 kali pertemuan. Penelitian
Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus sehingga membutuhkan waktu 6 kali pertemuan
yang terbagi menjadi 4 kali pertemuan proses Siklus I dan II, dan 2 kali pertemuan test akhir
siklus.
1. D. Instrumen Penelitian
Untuk kelancaran dan keberhasilan penelitian maka peneliti menggunakan instrument, sebab
data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (masalah) dan menguji hipotesis
yang diperoleh melalui instrument. Instrumen sebagai alat pengumpul data harus betul-betul
dirancang dan dibuat sedemikian sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana adanya.
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan penelitian ini dan sesuai dengan
karakteristik pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka digunakan instrument sebagai berikut.
1. Tes Tertulis
Tes adalah penilaian yang komperhensif terhadap seorang individu atau keseluruhan usaha
evaluasi program. Bentuk instrument tes meliputi: pilihan ganda, uraian objektif, uraian non
objektif, jawaban singkat, menjodohkan, benar-salah, unjuk kerja, dan portofolio..
Tes tertulis ini dilakukan setiap akhir siklus (Tes Siklus I dan Tes Siklus II,) dan setiap siklus
siswa diberi LKS. Tes ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan, kemampuan atau
penguasaan materi yang telah disampaikan melalui ketuntasan belajar setiap individu dan
ketuntasan belajar klasikal..
1. E. Instrumen Penelitian
RPP merupakan penjabaran lebih lanjut dari silabus dan merupakan persiapan mengajar
bagi guru untuk setiap pertemuan sebagai acuan untuk melaksanakan proses pembelajaran agar
dapat berjalan efektif dan efisien, dengan tujaun untuk mempermudah dan memperlancar serta
meningkatkan hasil belajar.
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah suatu sarana untuk mentransfer pengetahuan dan
keterampilan kepada siswa, sehingga penegtahuan siswa bertambah dan pemahaman serta
keterampilan siswa meningkat.
LKS merupakan lembaran duplikat yang diberikan guru pada siswa untuk melakukan
kegiatan belajar mengajar. Proses pembelajaran berpaduan menuntut suru terampil mengelola
proses pembelajaran secara kooperatif. LKS berfungsi untuk meningkatkan motivasi siswa
dalam belajar dan mengarahkan siswa dalam belajar mengajar sehingga akan mampu berdiskudi
tentang materi yang sedang dipelajarinya. berlatih berpikir kritis dan objektif, dapat
mengemukakan pendapatnya serta diharapkan mampu menarik kesimpulan.
LKS diberikan kepada siswa dalam kelompok untuk dikerjakan sesuai dengan petunjuk
atau langkah-langkah yang harus dikerjakan atau dilaksanakan oleh siswa pada setiap akhir
siklus, dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman dan kemapuan siswa tentang materi yang
diajarkan. Kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran koopetatif tipe STAD yang
mengguanakan LKS akan melibatkan banyak siswa secara aktif.
12
1. F. Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan dan jadwal penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pada kegiatan ini, peneliti melakukan observasi untuk mengidentifikasi permasalahan yang
menyangkut kemampuan belajar matematika dan kompetensi dasar yang pencapaian
kemampuan rendah dan dan alat evaluasi yang akan digunakan, maka peneliti menetapkan kelas
IX B adalah kelas yang kemampuan belajar matematikanya rendah dan motivasi dalam
belajarnya kurang sehingga dapat dikembangkan penelitian tindakan kelas ini.
Pada tahap persiapan ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Tindakan
1. a. Perencanaan (Planning)
4) Menyusun instrumen yang akan digunakan dalam siklus diantaranya lembar tes siklus,
lembar observasi, jurnal harian siswa, dan skala sikap siswa,
13 1. b. Tindakan (Acting)
5) Guru menginformasikan kepada siswa agar duduk dalam kelompok masing-masing yang
telah ditentukan sebelumnya,
6) Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal pada LKS secara kelompok,
8) Guru meminta masing-maslng wakil dari anggota kelompok secara bergiliran untuk
menjelaskan hasil kerjanya atau mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan,
10) Menjelang akhir waktu, guru memberikan latihan pendalaman secara klasikal untuk
mengetahui kinerja kelompok,
11) Guru memberikan kuis sesuai dengan indikator yang ditentukan untuk mengetahui kinerja
individu,
12) Guru memberikan pekerjaan rumah atau tugas terstruktur untuk memperdalam pemahaman
materi yang diajarkan.
– Memberikan umpan balik yang berupa soal atau kuis yang disesuaikan dengan indikator
pencapaian.
– Memberi pekerjaan rumah atau tugas terstruktur untuk penalaman pemahaman materi dan
ketrampilan memecahkan, mengerjakan soal..
G. Evaluasi Tindakan
Setelah dilaksanakan pembelajaran pada siklus I dan siklus II, dilakukanevaluasi keseluruhan
tindakan, serta penyempurnaannya kegiatan ini diantaranya;
1. Menganalisis tabel hasil observasi aktivitas siswa dan guru selama siklustindakan
berlangsung.
2. Menganalisis respon siswa baik melalui skala sikap, jurnal, maupun observasiterhadap
pembelajaran matematika materi kesebangunan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3. Menganalisis dan merefleksi keseluruhan tindakan yang dilakukan.
4. Menarik kesimpulan dan memberikan rekomendasi tentang implementasi pembelajaran
matematika dengan menggunakan model STAD.
Pada penelitian ini bersifat kualitatif karena dilaksanakan untukmeningkatkan prestasi siswa dan
kualitas proses belajar mengajar,sehingga data yang diperoleh berupa skala sikap, jurnal, lembar
observasi, dan tes dianalisis secara deskriptif. Dari hasil analisis tersebut diperolehtemuan yang
Penguasaan siswa terhadap materi untuk setiap siklusnya dapat dibedakan menjadi tingkat
penguasaan tinggi, tingkat penguasaan rendah, tingkat penguasaan rata-rata. Adanya
peningkatan rata-rata siswa untuk tiap siklusnya menunjukkan hal yang positif karena akan
meningkatkan prosentase ketuntasan dan penguasaan materi untuk setiap siklusnya.
Menganalisis jurnal siswa dengan mengelompokkan kesan siswa ke dalam kelompok siswa yang
berpendapat positif dan siswa yang berpendapat negatif. Analisis jurnal siswa untuk mengetahui
aktivitas siswa dikelas terhadap pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement
Divisions (STAD). Untuk menghitung prosentase pendapat positif atau negatif dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:
å Seluruh siswa
Untuk mengetahui bahwa siswa setuju dan termotovasi dengan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD jika perolehan prosentase setuju ≥ 75% serta perolehan prosentase setuju < 75%
siswa tidak setuju atau tidak ada motivasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Lembar observasi kegiatan siswa dan kegiatan guru yang telah diperoleh dihitung,
diinterprestasikan dalam kategori ya dan tidantuk setiap aktivitas selama kegiatan pembelajaran
berlangsung serta efektifnya model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
1. 5. Menyimpulkan data.
Langkah penyimpulan hasil penelitian dilihat dari prosentase motivasi positif dari jurnal siswa,
dan sikap siswa/ aktivitas siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD yang diperoleh dari skala sikap siswa serta prosentase ketuntasan belajar setiap siklus.
Indikator keberhasilan tindakan untuk aspek motivasi, sikap siswa atau respon terhadap model
pembelajaran tipe STAD dan ketuntasan belajar siswa/ pretasi belajar siswa dapat diukur dengan
cara berikut:
Motivasi Positif= Prosentase Respon Positif Siklus II – Prosentase Respon positif Siklus I
Prestasi belajar siswa= Prosentase kekuntasan Siklus II – Prosentase Ketuntasan Siklus I
Jika dari selisih motivasi positif ada kenaikan maka respon siswa dan aktivitas siswa
terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD) dalam materi Kesebangunan dapat diterima.
Jika Selisih prosentase ketuntasan siklus I, Siklus II ada peningkatan maka penerapan
model pemeblajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat
meningkatakan prestasui belajar siswa dalam kosep Kesebangunan dan dapat dibuktikan
serta diterima.
15
BAB IV
1. A. Hasil Penelitian
1. 1. Tahap Orientasi Kelas
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di SMP Negeri 1 Sukaresmi sekolah ini beralamat Jln.
Mariwati Km 8 Desa Cikanyere Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur. SMP Negeri 1
Sukaresmi termasuk sekolah terbesar di Kecamatan Sukaresmi dengan jumlah siswa 1116 dan
membawahi tiga Cerdas Seatap (CSA), tenaga pengajar 80% sesuai dengan bidang yang diampu.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IX B yang terdiri dari 43 siswa dengan jumlah
siswa perempuan 23 orang dan siswa laki-laki 20 orang.Tingkat kemampuan belajar matematika
di kleas IX B heterogen. Berdasarkan nilai yang diperoleh dari tes sebelumnya menujukkan
bahwa kemampuan dan motovasi belajar matematika pada umumnya di kelas ini menunjukan
kelas yang tingkat kemampuan dan motivasi belajar matematikanya rendah dan tidak
memuaskan. Prestasi belajar di kelas IX B ini masih rendah karena jumlah siswa yang mencapai
nilai diatas KKM yang ditetapkan masih sedikit. KKM pada semester ganjil mata pelajaran
matematika 75 hasil kumulatif perhitungan KKM dari kompetensi dasar yang terdapat pada
semester ganjil
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diuraikan maka pada di kelas IX B perlu adanya
tindakan yang bervariatif sehingga perolehan prestasi belajar siswa meningkat maka peneliti
mengambil sikap bahwa pada kesebangunan semester ganjil ini menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) agar pencapaian
hasil yang diharapkan sesuai dengan KKM. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD) salah satu model pembelajaran yang tepat untuk meningkatakan
aktivitas belajar siswa karena dengan model pembelajaran ini siswa mempunyai motivasi yang
tinggi untuk meningkatkan kinerja kerja kelompok, bertanggung jawab, meningkatkan kinerja
individu sehingga prestasi belajar akan meningkat.
b) Menentukan materi yang akan dijadikan materi atau tsandar kompetensi yang dijadikan
bahan penelitian. Materi yang dijadikan bahan penelitian adalah “Kesebangunan” karena materi
ini termasuk materi yang sulit dimengerti sebagian besar siswa.
d) Mengembangkan format evaluasi yang berupa tes akhir siklus dengan bentuk soal uraian
berstruktur bertujuan untuk melihat proses pemikiran langkah demi langkah.
e) Menyusun Lembar Kerja yang berupa soal-soal yang akan diselesaikan oleh tiap kelompok
16 dan menyusun kuis untuk mengukur peningkatan individu .
f) Mengembangkan format observasi pembelajaran yang terdiri dari observasi kegiatan guru
dan observasi kegiatan siswa selama kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran tipe
STAD.
g) Menyusun Jurnal siswa dan angket skala sikap untuk mengetahui respon dan pendapat siswa
terhadap pembelajaran dengan model tipt STAD.
1. b. Pelaksanaan Tindakan
17
BAB V
1. A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penelitian, hasil penelitian, dan pembahasannya yang terdapat pada bab IV,
maka penelian ini yang dilaksanakan di kelas IX B di SMP Negeri 1 Sukaresmi dapat
disimpulkan hasil penelitian, sebagai berikut:
1. B. Saran
Berdasarkan uraian kesimpulan tersebut, maka peneliti perlu mengemukakan saran yang
bertujuan untuk perbaikan pada pembelajaran matematika selanjutnya. Adapun sarannya sebagai
berikut:
1. Bagi Siswa
18 2. Dengan model pembelajaran STAD siswa termotivasi untuk bertanggung jawab dalam
meningkatkan nilai, mampu bersaing dengan kelompok lain.
3. Model pembelajaran kooperatif type Student Teams Achievement Divisions (STAD)
dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar.
4. Memperbanyak latihan mengerjakan soal sehingga mempunyai banyak pengalaman
dalam memecahkan berbagai macam soal dan menyelesaikan dengan jelas dan benar.
5. Bagi Guru
1. Guru mempunyai pengetahuan dan ketrampilan serta menerapkan pendekatan
atau model pembelajaran di sekolah. Sebab dengan pengetahuan dan kemauan
berinovasi dalam penggunaan model pembelajaran, serta memvariasikan kegiatan
belajar mengajar maka minat belajar, motivasi belajar serta aktivitas belajar siswa
terhadap pembelajaran matematika akan tumbuh. Penggunaan model
pembelajaran yang bervariatif bertujuan untuk menghindari kejenuhan siswa.
Salah satunya dari model pembelajaran yang ada adalah model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions(STAD).
2. Model pembelajaran STAD ini dapat dikembangkan dan dipakai pada kompetensi
dasar lain serta dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut dengan aspek-aspek
berbeda.
3. Penerapan model pembelajaran STAD ini memberi referensi guru bahwa dengan
model pembelajaran STAD adalah model yang melibatkan siswa selalu aktif
selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
4. Bagi Sekolah.
1. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD) sebagai model pembelajaran alternatif yang digunakan di SMP
Negeri 1 Sukaresmi pada mata pelajaran selain matematika dan
disesuaikan dengan karakteristik masing-masing karena penerapan model
STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa serta prestasi belajar
siswa.
2. Sekolah memberi kesempatan kepada semua guru dalam meningkatkan
inovasi dan kemauan untuk menulis penelitian yang dituangkan dalam
RKS maupun RAKS.
19
DAFTAR PUSTAKA
Cipta
Remaja Rosdakarya.
Sukadi, 2006, Guru Powerful Guru Masa Depan, Bandung: Penerbit Kolbu.
21