Anda di halaman 1dari 24

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA

TERHADAP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA


KRISTEN MELALUI METODE TANYA JAWAB
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses membantu siswa untuk mencapai tingkat


perkembagan yang optimal dalam seluruh aspek kepribadian sesuai dengan potensi
yang dimiliki dan sistem nilai yang berlaku di lingkungan dimana dia hidup.
Pendidikan bersifat holistik dan integrative, potensi yang dimiliki hanya dapat
dikembangkan dan bermanfaat jika siswa menintegrasikan dirinya kedalam kehidupan
sehari-hari baik dilingkungan bermain, keluarga dan masyarakat. Pendidikan bukanlah
proses memaksakan kehendak guru kepada siswa, melainkan menciptakan kondisi
yang kondusif bagi optimalisasi perkembangan anak.
Upaya menigkatkan keberhasilan pembelajaran, merupakan tantangan yang selalu
dihadapi oleh setiap guru. Banyak upaya yang telah dilakukan, banyak pula
keberhasilan yang telah dicapai, meskipun disadari bahwa apa yang telah dicapai
belum sepenuhnya memberikan kepuasan sehingga menuntut renungan, pemikiran
dan kerja keras untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Menganalisis upaya
meningkatkan keberhasilan proses pembelajaran, pada intinya tertumpu pada suatu
persoalan, yaitu bagaimana guru memberikan pembelajaran yang memungkikan bagi
siswa terjadi proses belajar yang efektif atau dapat mencapai hasil sesuai dengan
tujuan.
Untuk melaksanakan proses pembelajaran suatu materi pembelajaran perlu dipikirkan
media dan metode pembelajaran yang tepat. Efektifitas penggunaan media dan
metode pembelajaran tergantung pada kesesuaian metode pembelajaran dengan
beberapa faktor, yaitu tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, kemampuan guru,
kondisi siswa, sumber atau fasilitas, situasi kondisi dan waktu.
Berkaitan dengan hal yang dimaksud di atas, penulis menyadari kurangnya tingkat
pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran yang diharapkan pada saat kegiatan proses

1
pembelajaran yang dilakukan penulis di SMTK Baa Rote Ndao Kelas X. Secara spesifik
ditemukan kurangnya perhatian siswa pada mata pelajaran dikarenakan siswa lebih
suka diam dari pada bertanya, dan kurangnya pemahaman siswa dalam penguasaan
materi. Sehingga hasil yang diharapkan tidak sesuai dengan tujuan ini terbukti pada
setiap kali evaluasi, siswa tidak dapat mengisi dengan benar, sehingga siswa yang
memperoleh nilai ideal hanya sekitar 60,74 % dari 27 siswa
Dalam mengidentifikasi masalah dari prasiklus pada proses pembelajaran, penulis
yang dibantu Pemandu menemukan masalah dari pembelajaran yang dilaksanakan,
yang berdampak pada kurangnya tingkat pencapaian nilai dalam proses belajar siswa.
Masalah-masalah yang timbul yaitu :
1. Siswa kurang berani bertanya saat berlangsungnya proses pembelajaran.
2. Rendahnya nilai yang diperoleh siswa.

Dari hasil analisis yang dilakukan melalui diskusi dengan Pemandu terdapat
kelemahan dan kekurangan dari cara penulis melakukan proses pembelajaran, hal
tersebut disebabkan oleh :
1. Kurang terbiasa untuk mengajukan pertanyaan.
2. Kurang percaya diri dalam mengajukan pertanyaan.
3. Kurang adanya pendekatan dengan siswa.
4. Kurang trampil dalam menggunakan kata-kata.
5. Kurang adanya pendekatan dengan siswa.
Berdasarkan hal tersebut di atas menjadi fokus perbaikan adalah bagai mana
memotivasi perhatian dan mengaktifkan siswa dalam pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan pemahaman pada materi pembelajaran.
Atas dasar inilah penulis terdorong untuk melakukan perbaikan pembelajaran melalui
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan bimbingan Pemandu untuk memberikan
masukan dan koreksi dalam upaya meningkatkan efektifitas dan kualitas
pembelajaran yang bermakna dan bermanfaat.

2
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang terdapat pada analisis masalah, maka yang menjadi fokus
perbaikan adalah : “Bagaimana upaya meningkatkan pemahaman siswa terhadap
pembelajaran Pendidikan Agama Kristen melalui metode tanya jawab”.

C. Tujuan Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang kami lakukan khususnya pelajaran


Pendidikan Agama Kristen tentang materi peristiwa dan pengaruh Gaya Hidup
terhadap Keluarga bertujuan selain untuk memperbaiki pembelajaran.
Bila dijabarkan tujuan yang dicapai dalam tujuan yang dicapai dalam penelitian ini
adalah
1. Guru dapat memperbaiki pembelajaran.
2. Guru dapat berkembang secara professional.
3. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran
4. Meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya, menjawab, dan mengemukakan
pendapat.
5. Berperan aktif untuk mengembangkan pendidikan agama kristen dan gaya hidup
terhadap keluarga.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang kami lakukan tentang upaya meningkatkan siswa
untuk berani bertanya dan menjawab pertanyaan sehingga timbul rasa percaya diri
dan dapat meningkatkan tentang penguasaan materi pembelajaran. adapun
manfaatnya sebagai berikut :
1. Siswa lebih aktif untuk berani bertanya dan menjawab yang berkaitan dengan
materi pembelajaran.
2. Timbul rasa percaya diri siswa dalam mengikuti pembelajaran.
3. Sebagai proses pembiasaan siswa untuk aktif dalam pembelajaran.
4. Siswa lebih tertarik, tertantang dan menyenangkan dalam mengikuti pembelajaran
PAK.
5. Sebagai solusi bagi guru dalam memotivasi.
6. Mengembangkan kemampuan professional guru.

3
7. Memberikan sumbangan positif terhadap kemajuan sekolah dalam perbaikan
proses dan hasil belajar siswa, perubahan menyeluruh, serta konsifnya iklim
pendidikan di sekolah.

E. Definisi Operasional

Dalam perbaikan Pendidikan Agama Kristen melalui Penelitian Tindakan Kelas, kami
menetapkan hipotesa tindakan yang layak dan benar-benar dapat dilaksanakan
sesuai dengan kemampuan, kondisi, sarana dan iklim sekolah.
Upaya maksimal dalam memupuk keberanian siswa, berinteraktif serta memotivasi
perhatian agar terfokus pada saat proses pembelajaran berlangsung. Langkah-
langkah yang ditempuh dalam proses perbaikan pembelajaran Pendidikan Agama
Kristen, kami melakukan berbagai cara dan metode :
1. Metode tanya jawab.
a. Melakukan interaksi dua arah dimana siswa dirangsang untuk dapat
mengemukakan pendapatnya.
b. Siswa dirangsang untuk berani mengajukan dan menjawab pertanyaan secara lisan.

2. Metode demontrasi.
a. Guru menyiapkan kliping yang berhubungan dengan materi pembelajaarn
(gambar- gambar: orang mabuk, chatting, bully, geng motor, tawuran, KDRT,
pergaulan bebas, kehidupan yang foya – foya, waktu adalah uang).
b. Betanya jawab antara guru dan siswa tentang gambar peristiwa yang ada disekitar
tempat tinggalnya.

3. Metode diskusi.
Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan materi
pembelajaran pengaruh gaya hidup terhadap keluarga.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Pembelajaran

Dalam Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan, kami mengkaji beberapa teori
konsep yang berkaitan serta relevan dengan masalah yang dirumuskan. Teori-teori
yang disajikan meliputi tujuan pembelajaran, memahami pembelajaran, tingkah laku
siswa dalam pembelajaran, dan media pembelajaran serta bagaimana upaya
memotivasi siswa dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran bermanfaat dan
bermakna.
Teori dan konsep yang relevan dan memperkuat teori yang sudah diungkapkan
terhadap penelitian yang dilakukan kami yaitu sebagai berikut :
1. Tujuan Dalam Sistem Pembelajaran
Tujuan pembelajaran pada dasarnya merupakan harapan, yaitu apa yang diharapkan
dari siswa sebagai hasil belajar. Robert F. Meager memberi batasan yang lebih jelas
tentang tujuan pembelajaran, yaitu maksud yang dikomunikasikan melalui pernyataan
yang menggambarkan tentang perubahan yang diharapkan dari siswa. Jadi tujuan
merupakan deskripsi pola-pola prilaku atau performance yang diinginkan dapat
didemontrasikan siswa. Robert F. Meager (1962:12).
Rumusan tujuan selengkapnya untuk kepentingan pembelajaran menurut Robert F.
Meager (1962:12) adalah sebagai berikut :
a) Secara spesifik menyatakan prilaku yang akan dicapai.
b) Membatasi dalam keadaan maka perubahan prilaku diharapkan dapat terjadi
(kondisi perubahan perilaku).
c) Secara spesifik menyatakan kriteria perubahan perilaku dalam arti menggambarkan
standar minimal prilaku yang dapat diterima sebagai hal yang dicapai.
Tujuan pembelajaran adalah arah atau sasaran yang hendak dituju dalam proses
pembelajaran, tujuannya menuntun apa yang hendak dicapai. Setiap tujuan yang
ingin dicapai dari manapun sumbernya dapat menuntun kegiatan yang dilakukan.
Untuk mencapai tujuan itu perlu melalui langkah-langkah pencapaian tujuan
perantara yang sifatnya lebih sempit dan waktu yang digunakanpun lebih pendek.

5
Baik tujuan akhir (ultimate goal), tujuan perantara (intermediate goal) maupun tujuan
segera (immediate goal) berada pada satu kerangka. Artinya tujuan sebenarnya yang
hendak dicapai adalah tujuan akhir.
Bentuk prilaku sebagai tujuan, digolongkan ke dalam tiga klasifikasi. Benyamin S.
Bloom dan kawan-kawan menamakan cara mengklasifikasi itu dengan “The
Taxonomy Of Education Objectives”. Taksonomi tujuan pendidikan Bloom dan kawan-
kawan bahwa tujuan pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam tiga domain
(disebut pula daerah, aspek, ranah atau matra) yaitu :
a) Domain Kognitif – Pengetahuan
b) Domain Afeftif – Sikap
c) Domain Psikomotor – Keterampilan

2. Aspek Pemahaman Dalam Domain Kognitif


Berkaitan dengan rumusan masalah yang terdapat pada Penelitian Tindakan Kelas ini,
penulis mengambil satu aspek dari Bloom yaitu Domain Kognitif tentang pemahaman
(understand) yang diungkapkan oleh Lukmanul Hakim. 2009: … diuraikan di bawah ini
:
Memahami (Understand)
Memahami artinya menyusun makna dari pesan-pesan pembelajaran, mencakup
komunikasi oral, tertulis dan garafis. Kemampuan memahami terdiri dari atas hal-hal
berikut :
a) Menginterpretasikan, yaitu mengubah dari suatu bentuk representasi (misalnya
numeric) ke dalam bentuk lain (misalnya verbal). Termasuk ke dalam kemampuan
menginterpretasikan adalah mengklasifikasi, pera frase, merepresentasi,
menerjemahkan.
b) Memberikan Contoh, yaitu menemukan contoh atau gambaran khusus dari suatu
konsep atau prinsip umum yang terdiri atas : menggambarkan (ilustrasi) dan
instantiating.
c) Mengklasifikasikan, yaitu menentukan bahwa sesuatu memiliki kategori (misalnya
prinsip atau konsep) istilah lain dari kemampuan ini adalah mengkategorisasikan dan
subsiming.
d) Merangkum, yaitu membuat abstraksi dari suatu tema umum, istilah lain

6
kemampuan ini adalah mengeneralisasikan.
e) Menyimpulkan, (inferring), yaitu menggambarkan suatu kesimpulan logis dan
informasi yang disajikan. Yang termasuk ke dalam kemampuan ini adalah
menyimpulkan (concluding), membuat ekstrapolasi, interpolasi, dan
meramalkan/memperkirakan (predicting).
f) Membandingkan, yaitu menemukan hubungan antara dua ide objek dan
sebagainya, yang termasuk ke dalam kemampuan ini adalah membedakan
(contrasting), memetakan (mapping) dan memasangkan (mateking).
g) Menjelaskan, (explaining), yaitu kemampuan untuk menyusun dan menggunakan
suatu model sebab akibat dari suatu sistem. Model tersebut bisa diambil dari suatu
teori formal atau dari hasil eksperimen maupun pengalaman dilapangan. Istilah lain
dari kemampuan ini adalah menyusun model (contructing models).
Proses kognitif turut ambil bagian selama proses belajar berlangsung. Oleh karena itu,
faktor tahap perkembangan kognitif siswa menjadi pertimbangan utama
berlangsungnya proses belajar (pendidikan).
Salah satu tokoh aliran kognitifisme Jean Piageat Ilmuan Prancis melakukan penelitian
tentang perkembangan kognitif individu ke dalam empat tahapan utama yang secara
kualitatif setiap tahapan memunculkan karakteristik yang berbeda-beda.Tahapan
perkembangan kognitif itu sebagai berikut :
a) Periode sensori motor (0;0 th – 2;0 th).
Periode ini ditandai oleh penggunaan sensori motorik (dalam pengamatan dan
penginderaan).
b) Periode praoperasional (2;0 th – 7;0 th).
Periode ini terbagi atas dua tahapan, yaitu pra konseptual (2;0 th – 4;0 th) dan intuitif
(4;0 th – 7;0 th).
Periode konseptual dengan cara berfikir yang transduktif (mencari kesimpulan)
tentang suatu klausur. Periode intuitif ditandai oleh dominasi pengamatan yang
bersifat egosentris (belum memahami cara lain memandang objek yang sama).
c) Periode operasional konkret (7;0 th – 11th atau 12;0 th).
Tiga kemampuan di atas dan kecakapan baru yang menandai periode ini adalah
mengklasifikasikan angka-angka atau bilangan dan mengkonversi pengetahuan
tertentu. Perilaku kognitif yang tampak ialah kemampuan proses berfikir untuk
mengoperasikan kaidah-kaidah logika meskipun masih terkait dengan objek-objek

7
yang bersifat kongkret.
d) Periode operasional formal (10;0 th atau 12;0 th – 14;0 th atau 15;0 th).
Periode ini ditandai dengan kemampuan untuk mengoperasionalkan kaidah-kaidah
logika formal yang tidak terikat lagi oleh objek-objek yang bersifat konkret.
3. Stimulus Respons Siswa Dalam Belajar
J.B. Watson (1878-1958) mengemukakan bahwa stimulant respon, artinya perilaku
manusia sebagai hasil pembentukan melalui kondisi lingkungan, perilaku individu
dapat dibentuk sesuai dengan kehendak lingkungan.
Thondike (1879-1974) mengemukakan berlajar lebih bersifat meningkat bertahap
(incoemental) dari pada kehadiran insight (pemahaman). Artinya belajar melalui
langkah-langkah kecil yang sistematis dari pada sebuah lompatan besar.
Hukum-hukum belajarnya yaitu ;
a) Hukum kesiapan
b) Hukum latihan
c) Hukum akibat
d) Respon berganda
e) Sikap
f) Elemen-elemen pra potensi
g) Respon dengan analogi
h) Pergeseran asosiatif.
Teori belajar behaviorisme ini menganggap bahwa tingkah laku manusia merupakan
kumpulan respon terhadap rangsangan. Respon ini meliputi dua macam yaitu :
a) Konveksionis atau asosiasme yang mengungkap tingkah laku. Itu merupakan
respon terhadap stimulus tertentu. Suatu stimulus (S) mempunyai ikatan dengan
respon (R) tertentu.
b) Kognitif atau gestalt yang menganggap bahwa proses kognitif yaitu insight
(pemahaman) merupakan ciri pundamental (asasi) dari respon manusia. Dengan
demikian perilaku siswa itu ditandai oleh kemampuan melihat membuat hubungan
antar unsur-unsur dalam situasi problematic, sehingga diperoleh insight.
Teori behaviorisme mengungkapkan bahwa belajar akan menampakan hasil yang
dapat diawali dan diukur, belajar itu dimodifikasi oleh lingkungan. Proses belajar
terjadi dengan adanya tiga komponen pokok yaitu stimulus, respon dan akibat. (a)
Stimulus adalah unsur lingkungan yang dapat membangkitkan respon individu; (b)

8
respon menimbulkan perilaku jawaban atas stimulus; (c) akibat adalah sesuatu yang
terjadi setelah individu merespon, baik berupa positif maupun negatif.
Dalam memperoleh insight siswa belajar melalui pengalaman mempelajari Ilmu
Pengetahuan Sosial tidak hanya dilakukan dengan mempelajari jawaban soal, tetapi
yang paling penting disini adalah proses dalam menyelesaikan soal sehingga
diperoleh hasil atau jawaban yang tepat.
Perencanaan pembelajaran yang disusun berlandaskan teori ini lebih menekankan
pada materi-materi pembelajaran yang bertalian dengan latihan berfikir analitik
melalui pemecahan masalah. Materi pembelajaran disusun dengan mementingkan
suatu struktur suatu disiplin ilmu, yaitu ide-ide atau konsep maupun teoring yang
asasi dari cabang ilmu pengetahuan tertentu. Belajar dilakukan dengan pendekatan
proses (learning by process). Dengan demikian siswa dapat menguasai bagaimana
cara memecahkan soal atau masalah sekitar teori itu. Dengan penguasaan itu
kemampuannya dapat ditransfer ke dalam berbagai situasi sehubungan dengan teori
yang dipelajarinya. (Lukmanul Hakim:2009:.. ).

B. Konsep Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan bagian integral dalam sistem pembelajaran. Banyak


macam media pembelajaran dapat digunakan. Penggunaanya meliputi banyak
manfaat pula. Penggunaan media pembelajaran harus didasarkan pada pemilihan
yang tepat. Sehingga dapat memperbesar arti dan fungsi dalam meunjang efektivitas
dan efesiensi proses pembelarjan.
a. Arti dan Konsep Dasar Media Pembelajaran
Media pebelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untk
menyalurkan pesan (message), merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan kemauan
siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Bentuk-bentuk media pembelajaran
digunakan untuk meningkatkan pengalalaman belajar agar menjadi lebih konkret.
Pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran tidak hanya sekedar
menggunakan kata-kata (symbol verbal). Dengan demikian, dapat kita harapkan hasil
pengalaman belajar lebih berarti bagi siswa. Dalam hal ini Gagne dan Briggs (1979)
menkankan pentingnya media pembelajaran sebagai alat untuk merangsang proses
belajar.

9
b. Jenis-Jenis Media Pembelajaran
Beberapa kesimpulan (generalisasi) hasil penelitian para ahli, seperti Dr. William Allen,
Universitas California; DR. Wilburn Schramm, Standford University; Dr. Ray Carpenter
dan Dr. Loran C. Tyford. Departemen Pendidikan Negara Bagian New York (1995:…),
pada intinya menyatakan bahwa berbagai macam media pembelajaran memberikan
bantuan yang sangat besar kepada siswa dalam proses pembelajaran. Namun
demikian, peran yang dimainkan oleh guru itu sendiri juga menentukan terhadap
efektifitas penggunaan media pembelajaran dalam pembelajaran. Peran ini tercermin
dari kemampuan media pembelajaran dalam pembelajaran. Peran ini tercermin dari
kemampuan memilih aneka ragam media pembelajaran sesuai dengan situasi dan
kondisi.
Berdasarkan pembuatan dan pemanfaatanya, jenis media pembelajaran terdiri atas :
1) Media by design, yaitu media pembelajaran yang dirancang, dipersiapkan dan
dibuat sendiri oleh guru lalu digunakan untuk proses pembelajaran. Contohnya
semua media pembelajaran yang dirancang, dipersiapkan dan dibuat sendiri oleh
guru.
2) Media by utilization atau media pembelajaran yang dimanfaatkan, yaitu media
pembelajaran yang dibuat oleh orang lain atau suatu lembaga/institusi, sedangkan
guru hanya tinggal menggunakan atau memanfaatkannya. Contohnya, semua media
pembelajaran yang hanya digunakan atu dimanfaatkannya dan tidak dibuat sendiri.
c. Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat atau kelebihan media pembelajaran antara lain :
1) Menjelaskan materi pembelajaran atau obyek yang abstrak (tidak nyata) menjadi
konkrit (nyata).
2) Memberikan pengalaman nyata dan langsung karena siswa dapat berkomunikasi
dan berinteraksi dengan lingkungan tempat belajarnya.
3) Mempelajari materi pembelajaran secara berulang-ulang.
4) Memungkinkan adanya persamaan pendapat dan persepsi yang benar terhadap
suatu materi pembelajaran atau obyek.
5) Menarik perhatian siswa, sehingga membangkitkan minat, motivasi, aktivitas, dan
kreativitas belajar siswa.
6) Membantu siswa belajar secara individual, kelompok, atau klasikal.
7) Materi pembelajaran lebih lama diingat dan mudah untuk diungkapkan kembali

10
dengan cepat dan tepat.
8) Mempermudah dan mempercepat guru menyajikan materi pembelajaran dalam
proses pembelajaran, sehingga memudahkan siswa untuk mengerti dan
memahaminya.
9) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan indera.
d. Memilih Media Pembelajaran
Gagne dan Briggs (1979:195) menyarankan suatu cara dalam langkah-langkah memilih
media pembelajaran untuk pembelajaran. Langkah dalam memilih media
pembelajaran menurut keduanya adalah :
1) Merumuskan tujuan pembelajaran.
2) Mengklasifikasi tujuan berdasarkan domein atau tipe belajar.
3) Memilih peristiwa-peristiwa pembelajaran yang akan berlangsung.
4) Menentukan tipe perangsang untuk tiap peristiwa.
5) Mendaftar media pembelajaran yang dapat digunakan pada setiap peristiwa dalam
pembelajaran.
6) Mempertimbangkan (berdasarkan nilai kegunaan) media pembelajaran yang
dipakai.
7) Menentukan media pembelajaran yang terpilih akan digunakan.
8) Menulis rasional (penalaran) memilih media pembelajaran tersebut.
9) Menuliskan tata cara pemakaiannya pada setiap event (peristiwa).
10) Menuliskan script (naskah) pembicaraan dalam penggunaan media pembelajaran.
e. Prinsip-Prinsip Pembuatan Media Pembelajaran
Membuat media pembelajaran tidak bisa sembarangan asal jadi, namun harus
direncanakan dan diperhatikan beberapa prinsip berikut ini :
1) Mudah mendapatkan bahan bakunya, diutamakan yang ada di sekitar lingkungan
tempat tinggal siswa atau sekitar sekolah.
2) Murah bahan bakunya sehingga terjangkau oleh siswa, guru, atau sekolah untuk
menyediakan dan membuatnya.
3) Multi guna atau manfaatnya banyak.
4) Menimbulkan kreatifitas siswa.
5) Menarik perhatian, sehingga siswa berminat untuk menggunakannya dan
mendapatkan pemahaman dari materi pembelajaran yang disampaikan melalui media
pembelajaran tersebut.

11
6) Menggunakan bahan yang tidak membahayakan bagi siswa atau guru.
7) Menggunakan media pembelajaran tersebut bisa secara individual, kelompok, atau
klasikal.
8) Menyesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa, baik fisik, mental, atau
fikirannya.

f. Syarat-Syarat Pembuatan Media Pembelajaran


Media pembelajaran yang dibuat (media by design) harus memenuhi syarat-syarat
berikut ini: :
1) Faktor edukatif, meliputi ketepatan atau kesesuaian media pembelajaran dengan
tujuan atau kompetensi yang telah ditetapkan dan harus dicapai siswa sesuai dengan
kurikulum yang berlaku.
2) Faktor teknik pembuatan, meliputi kebenaran atau tidak menyalahi konsep ilmu
pengetahuan, bahan dan bentuknya kuat, tahan lama, tidak mudah berubah, luwes
(fleksibel) sehingga dapat dikombinasikan dengan media pembelajaran atau alat
lainnya.
3) Faktor keindahan (Estetika), meliputi : bentuknya estetis, ukurannya serasi dan tepat
dengan kombinasi warna menarik, sehingga menarik perhatian dan minat siswa untuk
menggunakannya.
g. Prinsip-Prinsip penggunaan Media Pembelajaran
Menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran hendaknya
memperhatikan hal-hal berikut :
1) Sesuai dengan tujuan dan materi pembelaran yang tercantum dalam garis-garis
program pembelajaran yang telah ditentukan dalam kurikulum yang berlaku di
sekolah.
2) Memberikan pengertian dan penjelasan tentang suatu konsep.
3) Mendorong kreativitas siswa dan memberikan kesempatan siswa untuk
bereksperimen dan bereksplorasi (menentukan sendiri).
4) Memenuhi unsur kebenaran dalam ukuran, ketelitian dan kejelasan untu
menghindari kesalahan pengertian tentang sesuatu yang digambarkan atau dijelaskan
melalui media pembelajaran tersebut.
5) Media pembelajaran harus aman dan tidak membahayakan siswa atau guru.

12
6) Media pembelajaran menarik, menyenangkan, dan tidak membosankan bagi siswa
untuk menggunakannya.
7) Memenuhi unsur keindahan dalam bentuk, warna dan kombinasinya serta rapi
pembuatannya.
8) Mudah digunakan, baik oleh guru maupun oleh siswa.
9) Penggunaan media pembelajaran dalam suatu proses pembelajaran tidak sekaligus
dipertunjukan kepada siswa melainkan bergantian sesuai dengan materi
pembelajaran yang dijelaskan.
10) Media pembelajaran yang digunakan merupakan bagian dari materi pembelajaran
yang sedang dijelaskan bukan sebagai selingan atau alat hiburan.
11) Siswa mempunyai tanggung jawab dalam menggunakan media pembelajaran,
sehingga mereka akan merawat dan menyimpannya kembali dengan keadaan utuh
pada tempat yang ditentukan.
12) Media pembelajaran lebih banyak berisikan materi pembelajaran yang
mengandung pesan positif dibandingkan dengan yang negatif.
Penggunaan media pembelajaran (termasuk didalamnya sumber belajar, dan alat-alat
pelajaran) untuk membantu kegiatan belajar seharusnya disesuaikan dengan isi atau
materi pembelajaran dan tujuan yang hendak dicapai. Disamping kesesuaian tersebut,
faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah :
1) Waktu yang tersedia dan yang dibutuhkan untuk belajar menggunakan media
pembelajaran tersebut.
2) Kecakapan guru maupun siswa menggunakan media pembelajaran.
3) Dana yang tersedia untuk pengadaan media pembelajaran yang diperlukan.

C. Metode PembelajaranMetode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam


melaksanakan kegiatan belajar mengajar dikelas sebagai upaya untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Salah satu metode yang sering digunakan ialah metode tanya jawab.
Metode tanya jawab adalah salah satu cara mengelola pembelajaran dengan
menghasilkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi
tersebut. Mentode tanya jawab akan menjadi efektif bila materi yang menjadi topik
bahasan menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi tinggi. Pertanyaan yang

13
diajukan bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup (pertanyaan yang jawabanya hanya
satu kemungkinan) dan pertanyaan terbuka (pertanyaan dengan banyak banyak
kemungkinan jawaban), serta disajikan dengan cara yang menarik.

1. Manfaat Metode Tanya Jawab


Manfaat metode tanya jawab dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen adalah :
1) Pertanyaan dapat membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa, serta mampu
menghubungkan pelajaran lama dengan pelajaran baru.
2) Pertanyaan dapat membangkitkan hasrat melakukan penyelidikan yang
mengarahkan siswa berpikir secara ilmiah.
3) Pertanyaan fakta atau masalah dapat mengarahkan belajar seperti yang dituju oleh
suatu mata pelajaran yang dapat membantu siswa dalam mengetahui bagian-bagia
yang perlu diketahui dan diingat.
4) Siswa belajar menjawab pertanyaan dengan benar, baik isi jawaban maupun
susunan bahasa yang dipergunakan untuk mengekspresikan perasaan dan ide-ide
atau pikiranya sehingga dapat ditelaah dan dinilai oleh guru.
5) Siswa diajak berani bertanya untuk kepentingan proses belajar mengajar dalam
kehidupan bermasyarakat, selain itu siswa belajar mengemukakan pertanyaan yang
layak dan menghargai pertanyaan orang lain.
6) Pertanyaan-pertanyaan oleh guru atau siswa dapat menimbulkan suasana kelas
menjadi hidup dan gembira.
2. Tujuan Metode Tanya Jawab
Tujuan metode tanya jawab adalah :
1) Mengetahui penguasaan bahan pelajaran melalui ingatan dan pengungkapan
perasaan serta sikap siswa tentang fakta yang dipelajari, didengan atau dibaca.
2) Mengetahui jalan berpikir siswa secara sistematis dan logis dalam memecahkan
masalah (cara berpikir siswa tidak meloncat-loncat dalam menangkap dan
memecahkan suatu masalah).
3) Memberikan tekanan perhatian pada bagian-bagian pelajaran yang dipandang
penting serta mampu menyimpulkan dan mengikutsertakan pelajaran sehingga
mencapai perumusan yang baik dan tepat.
4) Memperkuat lagi kaitan antara suatu pertanyaan dengan jawabannya sehingga
dapat membantu tumbuhnya perhatian siswa pada pelajaran dan mengembangkan

14
kemampuanya untuk menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang telah
dimilikinya.

D. Motivasi Belajar

Motivasi adalah suatu yang mendorong individu untuk berprilaku yang berlangsung
menyebabkan munculnya prilaku. Seseorang akan melakukan suatu perbuatan
betatapun beratnya jika ia mempunyai motivasi tinggi. Demikian pula dalam belajar
motivasi memegang peranan cukup besar terhadap pencapaian hasil. Tanpa motivasi
seseorang tidak dapat belajar. Motivasi pada dasarnya merupakan dorongan yang
muncul dari dalam diri sendiri untuk bertingkah laku. Dorongan itu pada umumnya
diarahkan untuk mencapai sesuatu atau tujuan.
Prinsip-prinsip motivasi dalam belajar (Depdiknas, 2004:3) yaitu :
1) Jika materi pembelajaran yang dipelajarinya bermakna karena sesuai dengan bakat,
minat, dan pengetahuan dirinya, maka motivasi belajar siswa akan meningkat.
2) Pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang telah dikuasai siswa dapat dijadikan
landasan untuk menguasai pengetahuan, sikap dan keterampilan selanjutnya.
3) Motivasi belajar siswa akan meningkat jika guru mampu menjadi model bagi siswa
untuk dilihat dan ditirunya.
4) Materi atau kegiatan pembelajaran yang disajikan guru hendaknya selalu baru dan
berbeda dari yang pernah dipelajari sebelumnya, sehingga mendorong siswa untuk
mengikutinya.
5) Pelajaran yang dikerjakan siswa tepat dan sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuan yang dimilikinya.
6) Memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk melakukan tugas.
7) Suasana proses pembelajaran yang menyenangkan dan nyaman bagi siswa.
8) Guru memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk belajar sesuai dengan
strategi, metode, dan teknik belajarnya sendiri.
9) Dapat mengembangkan kemampuan belajar siswa seperti berpikir logis, sistematis,
induktif, atau deduktif.
10) Siswa lebih menguasai hasil belajar jika melibatkan banyak indra.
11) Antara guru dan siswa terjadi komunikasi yang akrab dan menyenangkan sehingga
mampu dan berani mengungkapkan pendapatnya sesuai dengan tingkat berpikirnya.
Motivasi berkaitan erat dengan tujuan yang ingin dicapai oleh siswa, karena motivasi

15
dan tujuan merupakan bagian penting dari proses belajar agar mendapatkan hasil
yang diinginkan. (Lukmanul Hakim hal. 35-36).

E. Pendekatan Holistik Dan Kontruktivitis

Pendekatan holistik atau terpadu dalam pembelajaran diilhami oleh psikologi Gestalt
yang dipelajari oleh Wertheiner, koffka dan Kohler. Menurut mereka, objek atau
peristiwa tertentu akan dipandang oleh individu sebagai suatu keseluruhan yang
terorganisasikan. Suatu objek atau peristiwa baru dapat dilihat maknanya jika diamati
dari segi keseluruhannya dan keseluruhan itu bukanlah bagian-bagian. Sebaliknya
suat bagian baru akan bermakna jika berada dalam kaitan dengan keseluruhan.
Para penganut konstruktivisme barpendapat bahwa pengetahuan itu adalah
merupakan konstrksi dari kita yang sedang belajar. Pengetahuan bukanlah kumpulan
fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, tetapi merupakan konstruksi
kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungannya.
Pengetahuan bukanlah suatu yang sudah ada di sana dan orang tinggal
mengambilnya, tetapi merupakan suatu bentukan terus-menerus dari seseorang yang
setiap kali mengadakan reorganisasi karena munculnya pemahaman yang baru. (Paul
Suparno, 1997: ).
Selanjutnya, M. Solahudin (1999: ) merumuskan sejumlah pemikiran yang
memungkinkan aktivitas belajar siswa SD lebih bermakna dengan menerapkan prinsip
konstruktivisme. Pemikiran ini terutama berkenaan dengan upaya peningkatan
kualitas proses pembelajaran. Jika para guru cenderung menggunakan cara
pembelajaran yang terarah dengan berpusat pada guru (teacher centered teaching
approach), tentu pendekatan itu tidak relevan dengan prinsip-prinsip pandangan
konstruktivisik.
Cara mengajar demikian, tidak memberi peluang kepada anak untuk mengkreasi dan
membangun pengetahuan. Sebaliknya pandangan konstruktivisme menghendaki
para guru untuk menerapkan pendekatan mengajar yang berpusat pada anak (child
centered teaching approach).
Secara lebih terperinci, cara pembelajaran anak diharapkan dapat dideskripsikan
berikut ini :
1) Orientasi mengajar tidak hanya pada segi pencapaian prestasi akademik, melainkan
juga diarahkan untuk mengembangkan sikap dan minat belajar serta potensi dasar

16
siswa.
2) Untuk membuat pelajaran bermakna bagi siswa, topik-topik yang dipelajari dan
disarkan pada pengetahuan siswa yang relevan.
3) Metode yang digunakan harus membuat siswa terlibat dalam suatu aktivitas
langsung dan bersifat bermain yang menyenangkan (a puasurable hands-on and
playful activity).
4) Dalam proses belajar, kesempatan siswa untuk bermain dan bekerja sama dengan
orang lain juga perlu diperioritaskan.
5) Bahan-bahan yang diajarkan hendaknya bahan yang konkret.
6) Dalam menilai harus pula mencakup semua domain perilaku siswa yang relevan
dengan melibatkan sejumlah alat penilaian.
7) Perlunya para guru menampilkan peran utama sebagai guru dalam proses
pembelajaran siswa, memiliki kemampuan yang kuat untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas dengan mengubah sikap dan strategi dalam mengajar.
(Dra. Sumiati, dkk:2009:…)

Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan di atas, penulis menyimpulkan


bahwa proses pembelajaran yang baik hanya bisa diciptakan melalui perencanaan
yang baik dan tepat. Perencanaan proses pembelajaran perlu memperhatikan tujuan,
perkembangan siswa, ruang lingkup materi pembelajaran, teknik dan metodik serta
pendekatan yang dilakukan.
Hakikat teori-teori belajar yang sesuai dengan pembelajaran Pendidikan Agama
Kristen perlu dipahami sungguh-sungguh sehingga tidak keliru dalam penerapannya
dan pengembangan kreatifitas siswa disekolah. Dengan demikian pelajar

Pendidikan Agama Kristen akan lebih mudah di pahami, mempunyai pengetahuan


yang berarti, bermanfaat dan berguna, serta bermakna.

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Perbaikan Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dilaksanakan di kelas X SMTK Baa


Rote Ndao.

17
1. Siklus pertama tanggal 8 April 2017
2. Siklus kedua tanggal 22 April 2017.

B. Prosedur Pelaksanaan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam perbaikan pembelajaran Pendidikan Agama


Kristen.
1. Tanya jawab materi pembelajaran yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari dan
pembelajaran sebelumnya tentang peristiwa alam.
2. Memberikan gambaran secara umum tentang tujuan, tugas, atau kegiatan yang
akan dilaksanakan selama pembelajaran.
3. Pembahasan materi dengan diskusi kelompok dan tanya jawab.
4. Mengawasi kegiatan yang dilaksanakan siswa selama pembelajaran. Sehingga guru
akan siap membantu dalam berbagai masalah yang dihadapi siswa dalam belajar.
5. Mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan kesimpulan.
6. Tindak lanjut dengan pekerjaan rumah.
Sesuai masalah yang dihadapi yaitu : Bagaimana siswa agar berani bertanya dan
menjawab pertanyaan sehingga akan timbul percaya diri dan meningkatkan
penguasaan materi pelajaran, maka dilaksanakan beberapa kegiatan yang menjadi
fokus perhatian dalam perbaikan Pendidikan Agama Kristen.

C. Deskripsi Temuan dan Refleksi

Fokus perbaikan pada mata pembelajaran Pendidikan Agama Kristen, memotivasi


siswa dan media pembelajaran menjadi poin penting sebagai penunjang kegiatan
belajar mengajar dengan berfokus kepada “Meningkatkan kemampuan siswa dalam
memahami pengaruh gaya hidup terhadap keluarga”.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembahasan Singkat Mengenai Temuan

18
Dengan penelitian sederhana yang berdasarkan kepada langkah-langkah PTK, hasil
yang diperoleh sudah menunjukan perubahan positif. Dilengkapi dengan data-data
rasional juga tindakan tersebut hampir sesuai dengan teori-teori pendidikan dan
pembelajaran yang dipelajari sebelumnya, pengalaman pribadi, dan hasil diskusi
dengan teman sejawat serta pemandu.
Masalah yang ditemukan amatlah kompleks dan saling berkaitan satu sama lain.
Proses pembelajaran dapat berhasil dengan baik manakala :
1. Scenario pembelajaran rencana perbaikan disusun dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan teori pembuatan perencanaan pembelajaran, tujuan, langkah kegiatan, materi
dan evaluasi harus saling berkesuaian dan merupakan satu kesatuan yang padan.
2. Pengelolaan kelas yang baik dan penuh strategi berpengaruh pada kondusifnya
kelas.
Fungsi pengelolaan kelas mencakup kegiatan :
a. Perencanaan pembelajaran diantaranya : Tujuan pembelajaran, materi, media,
metode dan instrument evaluasi yang tepat.
b. Pelaksanaan pembelajaran (adanya interaksi antara guru dengan siswa dan proses-
proses kognitif).

B. Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari pembelajaran pertama hingga terakhir


menunjukan adanya perubahan yang berarti.
Perolehan nilai rata-rata pembelajaran adalah 60,74 pada perbaikan pembelajaran 1
yaitu 66,48 dan pada perbaikan pembelajaran 2 nilai rata-rata mencapai 71,11 berikut
grafik perolehan nilai rata-rata kelas dari pembelajaran pertama, siklus pertama
hingga siklus ke dua.

NILAI YANG DICAPAI SISWA KELAS XII


MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
MATERI PERISTIWA SEMESTER I
NO NAMA L/P NILAI YANG DICAPAI RATA-RATA TUNTAS TIDAK TUNTAS
RPP RPP I RPP II
1. ADRY BALUKH L 75 75 60 70 V
2 JERI SONI NEMSI NASI L 45 70 70 61,6 v

19
3 HESLI SIUBELAN L 30 55 60 48,3 V
4 DELCI ELIAS P 75 75 75 75 V
5 HELDA KO. MANAFE P 60 75 90 75 V
6 JEFRON SOAI L 40 55 55 50 V
7 MERLIN SIUBELAN P 70 70 70 70 V
8 MEKSI NDUN L 55 55 70 60 V
9 SOLEMAN KEBKOLE L 70 70 90 76.6 V
10 NOVIA NDUN P 85 85 95 88.3 V
11 BOBI LESIANGI L 70 70 70 70 V
12 RIFAN LANGGA L 30 30 45 35 V
13 YOHANIS DETHAN L 65 65 65 65 V
14 RUDY BALUKH L 60 60 90 70 V
15 MIRANTI BOLLA P 60 60 60 60 V
16 FALDI BALUKH L 35 60 50 48.3 V
17 RIFEN MAKANDOLU L 35 60 80 65 V
18 BETRIS LIUNESI P 55 55 75 61.6 V
19 MARLIN NDUN P 60 60 60 60 V
20 RIVALDI SIUBELAN L 60 70 75 68.3 V
21 YORI MENOH L 60 65 70 65 V
22 SEPRIYANTO RISSI L 90 100 100 96.6 V
23 PISTON MALELAK L 65 65 65 65 V
24 JAKSON NEHEMIA ADU L 50 70 60 60 V
25 YUNALDI DANIAL NDUN L 60 60 60 60 V
26 YOVANTRI DILLAK L 100 100 100 100 V
27 ATIM MUSKANAN L 60 60 60 60 V
Jumlah Nilai 1640 1795 1920
Rata-Rata Nlai 60,74 66,48 71,11
Daya Serap 60,74% 66,48% 71,11%

Interpretasi Data
1. Secara Individu
a. Banyaknya siswa = 27
b. Siswa tuntas belajar ada 23 siswa

20
c. Pesertase siswa yang telah tuntas = 23 : 27 X 100 % = 85 %
2. Secara Klasikal
a. Siswa belum tuntas belajar karena ketuntasan belajar secara klasikal harus
mencapai 90 %, sedangkan pencapaian belajar setelah siklus ke I dan II mencapai 85
%, sehingga untuk mencapai ketuntasan klasikal masih kurang 5 %.
b. Rata-rata skor sebelum perbaikan = 60,74
c. Rata-rata skor setelah perbaikan = 71,11
Gain skor (perolehan nilai) rata-rata = 10,37
Berdasarkan hasil analisis perbedaan hasil tes, maka dapat diketahui bahwa indikator
keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas telah tercapai. Sehingga penelitian yang
dilakukan telah berhasil telah meningkatkan prestasi belajar siswa.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan


sebagai berikut :
1. Keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan dapat ditingkatkan melalui
pertanyaan yang singkat dan jelas, serta pemberian waktu yang cukup untuk berfikir.
2. Memberikan kesempatan pada siswa untuk menampilkan keberaniannya dalam

21
memberikan tanggapan terhadap teman-temannya yang lain yang dinilai cukup baik.
3. Guru tidak mendominasi kelas sehingga interaksi menjadi lebih hidup disrtai rasa
percaya diri dan bertanggung jawab.
4. Meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan.

B. Saran

Sebagai guru harus dapat dipercaya dalam kualitas keprofesiannya sehingga dapat
meningkatkan potensi siswa dalam berbagai aktifitas di dalam kelas. Diharapkan ada
kesesuaian antara pendapat ahli dengan penelitian kelas yang dilaksanakannya.
Seyogyanya tindakan yang dilakukan guru adalah :
1. Guru harus dapat menyusun scenario pembelajaran yang tercakup dalam rencana
perbaikan dengan rincian dan struktur yang sistematis, maka kegiatan belajar
mengajar akan lebih bermakna.
2. Guru harus dapat menguasai kelas dengan pengorganisasian yang baik, maka
situasi kelas akan terkendali sekaligus menyenangkan.
3. Metode yang berfariasi dan dapat melibatkan siswa lebih aktif sehingga siswa tidak
bosan.
4. Guru harus mampu mengatur strategi pembelajaran dan menguasai kaidah-kaidah
pembuatan soal yang baik, maka diharapkan ketercapaian tujuan pelajaran akan
sesuai dengan target yang diharapkan.
Disamping itu, berdasarkan pengalaman melaksanakan perbaikan pembelajaran,
melalui penelitian tindakan kelas, kiranya perlu adanya kelompok kerja diatara guru
untuk saling tukar informasi dan pegalaman berkenaan dengan tugas mengajar
sehari-hari. Dengan demikian guru mengalami masalah dalam proses pembelajaran
akan turut terbantu dan menemukan solusi terbaik.

22
DAFTAR PUSTAKA

Andayani, dkk. (2009). Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas


Terbuka Departemen Pendidikan Nasional.
Mulyani Sumarni, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas
Terbuka Departemen Pendidikan Nasional.
Ismail, Andar. Selamat Ribut Rukun. Jakarta: Gunung Mulia. 2001. Departemen
Pendidikan.
Lukmanul Hakim. (2009). Perencanaaan Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.
Sumiati, dkk. (2009). Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.

23
Paterson, Katherine. Siapakah Aku. Jakarta: Gunung Mulia. 2004.
Soemanto, Wasty, Drs, M.Pd. Psikologi Pendidikan. Penerbit Rineka Cipta (SMA, SMP).
1994

24

Anda mungkin juga menyukai