Materi Konstuksi Jalan Dan Jembatan
Materi Konstuksi Jalan Dan Jembatan
OLEH:
SULAWESI TENGGARA
KENDARI
2018
3.1. KLASIFIKASI JALAN
Setiap jalan yang acap kita lewati sejatinya dibagi kedalam beberapa klasifikasi atau ada yang
menyebutnya dengan istilah hirarki jalan. Definisinya adalah pengelompokan jalan dengan
beberapa dasar, anatra lain berdasarkan administrasi pemerintahan atau berdasarkan fungsi jalan.
Selain itu ada pula klasifikasik dikelompokkan berdasarkan muatan sumbu, yang di dalamnya ada
faktor lain yang berhubungan dengan masalah dimensi dan berat kendaraan.
Dalam klasifikasi jalan masih ada pula ketentuan lain, yaitu terkait dengan volume kendaraan yang
melintas, besarnya kapasitas jalan raya, dan juga pembiayaan pembangunan serta perawatannya.
1. Jalan arteri
adalah jalan umum yang fungsinya lebih pada pelayanan kendaraan dengan jarak tempuh
perjalanan jauh, oleh karenanya biasa berkecepatan tinggi.
2. Jalan kolektor
yaitu jalan raya yang berfungsi melayani kendaraan dengan perjalanan jarak sedang,
kecepatan melaju tentu juga sedang.
3. Jalan lokal
merupakan jalan raya yang digunakan demi melayani kendaraan lokal di suatu tempat,
ciri perjalanannyapun adalah jarak dekat, sementara kecepatannya juga rendah.
4. Jalan lingkungan
adalah jalan raya yang digunakan untuk melayani angkutan lingkungan yang
perjalanannya berjarak dekat, dan berkecepatanpun rendah.
5. Freeway dan Highway
adalah dua jenis jalan yang posisinya diatas jalan arteri
Tatkala kita bisa mengategorikan jalan berdasarkan fungsi sebagaimana tersebut di atas, maka
masih ada pula pengelompokan jalan yang didasari oleh administrasi pemerintahan, dengan tujuan
untuk mewujudkan kepastian hukum penyelenggaraan jalan, dimana kewenangan pemerintah
pusat pun pemerintah daerah sangat berperan disini.
Jalan nasional
yaitu jalan arteri dan juga jalan kolektor yang menghubungkan antara dua ibukota
provinsi serta jalan tol.
Jalan provinsi
ymerupakan jalan kolektor yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota
kabupaten/kota, atau antara ibukota kabupaten/kota yang satu dengan ibukota
kabupaten/kota lainnya.
Jalan kabupaten
adalah jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk jalan yang
menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan,
ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan
umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis
kabupaten.
Jalan kota
merupakan jalan raya yang menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota,
menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antara persil satu
dengan persil lainnya, serta menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di
dalam kota.
Jalan desa
adalah jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antara permukimansatu
dengan pemukiman lainnya dalam suatu desa.
Di atas adalah klasifikasi jalan yang didasarkan atas fungsi dan administarsi pemerintahan,
kenyataannya masih ada pula klasifikasi jalan yang didasarkan pada faktor muatan sumbu.
Jalan Kelas I
Jalan Kelas I merupakan jalan arteri yang dapat dilewati kendaraan angkut berukuran lebar
maksimal 2.500 milimeter (2,5 meter), dan panjang maksimal adalah 18.000 milimeter (18
meter). Sementara di Indonesia ini untuk muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih dari
10 ton.
Jalan Kelas II
Untuk jalan kelas II merupakan jalan arteri yang bisa dilewati kendaraan bermotor dengan
ukuran lebarmaksimal adalah 2.500 milimeter (2,5 meter), sementara untuk ukuran
panjang maksimalnya adalah 18.000 milimeter (18 meter). Untuk muatan sumbu terberat
yang diizinkan adalah 10 ton, dimana jalan kelas ini biasanya merupakan jalan yang
digunakan untuk angkutan peti kemas.
Adalah jalan raya yang dapat dilalui angkutan berukuran lebar maksimal 2.500 milimeter
(2,5 meter), dan panjang maksimalnya adalah 18.000 milimeter (18 meter). Sementara
muatan sumbu terberat yang diizinkan adalah 8 ton.
Jalan kelas IIIB adalah jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi
12.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton
Dengan diklasifikasikan jalan dengan berbagai dasar tersebut tentunya agar masyarakat pengguna
jalan bisa menyadari perannya masing-masing, sehingga kerusakan jalan bisa diminimalisir
sedangkan pengguna jalan juga akan sedikit merasa aman, nyaman, dan jauh dari kecelakaan.
2. Jembatan Gerak :Yaitu jembatan jembatan yang dapat gerakkan karena adanya lalu lintas lain
yang melewatinya dan jembatan ini umumnya terbuat dari baja dan komposit karena sifat dan
karakteristiknya mudah dalam proses pengoperasiannya. jembatan ini terbagi menurut cara
kerjanya sebagai berikut :
a. Jembatan yang dapt berputar di atas poros mendatar seperti jembatan angkat,baskul, dan lipat
stroos.
b. Jembatan yang dapat berputar di atas poros mendatar dan dapat berpindah secara sejajar.
c. jembatan yang dapat berputar diatas poros tegak atau jembatan putar.
* Menurut Bentuk Struktur atas yang digunakan jembatan dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. jembatan balok
2. jembatan pelat
3. jembatan busur
4. jembatan rangka
5. jembatan gantung
6. jembatan cable stayed
* Menurut Lantai Kendaraan yang ada pada jembatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Jembatan lantai atas
2. Jembatan lantai bawah
3. Jembatan lantai ganda
4. Jembatan lantai tengah
5. Jembatan laying
* Dan yang terakhir yaitu menurut lama waktu yang digunakan jembatan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
1. Jembatan sementara/ darurat : jembatan yang penggunaanya hanya sementara karena
penggunaan jembatan ini sambil menunggu proses penyelesaian jembatan yang utama.
contoh dari jembatan darurat yaitu jembatan kayu atau jembatan plat
2. Jembatan semi permanen : Jembatan sementara yang dapat ditingkatkan menjadi jembatan
permanen, misalnya dengan cara mengganti material lantai jembatan dengan bahan yang lebih
baik,kuat dan juga awet sehingga kapasitas umur pada jembatan juga dapat bertambah lebih baik.
3. Jembatan permanen : Yaitu jembatan yang penggunanya bersifat permanen dan juga di
sesuaikan dengan umur rencana jembatan. contoh jembatan permanen yaitu jembatan baja, beton
bertulang / prategang dan juga jembatan komposit.
Sistem drainase merupakan serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan atau
membuang kelebihan air dari suatu kawasan ke badan air (sungai dan danau) atau tempat peresapan
buatan.
Dalam merencanakan sistem drainase jalan berdasarkan pada keberadaaan air permukaan dan
bawah permukaan, sehingga perencanaan drainase jalan dibagi menjadi:
Secara umum, langkah perencanaan sistem drainase jalan dimulai dengan memplot rute jalan yang
akan ditinjau di peta topografi untuk mengetahui daerah layanan sehingga dapat memprediksi
kebutuhan penempatan bangunan drainase penunjang seperti saluran samping jalan, fasilitas
penahan air hujan dan bangunan pelengkap. Dalam merencanakan harus memperhatikan
pengaliran air yang ada di permukaan maupun yang ada di bawah permukaan dengan mengikuti
ketentuan teknis yang ada tanpa menggangu stabilitas konstruksi jalan.
Sistem drainase permukaan jalan berfungsi untuk mengendalikan limpasan air hujan di permukaan
jalan dan juga dari daerah sekitarnya agar tidak merusak konstruksi jalan akibat air banjir yang
melimpas di atas perkerasan jalan atau erosi pada badan jalan.
Sistem drainase bawah permukaan bertujuan untuk menurunkan muka air tanah dan mencegah
serta membuang air infiltrasi dari daerah sekitar jalan dan permukaan jalan atau air yang naik dari
subgrade jalan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan drainase permukaan antara lain:
1. Plot rute jalan pada peta topografi
Plot rute ini untuk mengetahui gambaran/kondisi topografi sepanjang trase jalan yang akan
direncakanan sehingga dapat membantu dalam menentukan bentuk dan kemiringan yang akan
mempengaruhi pola aliran.
Data ini digunakan untuk perencanaan sistem drainase jalan tidak menggangu sistem drainase yang
sudah ada.
Dalam menentukan panjang segmen saluran berdasarkan pada kemiringan rute jalan dan ada
tidaknya tempat buangan air seperti sungai, waduk dan lain-lain.
Digunakan untuk memperkirakan daya tampung terhadap curah hujan atau untuk memperkirakan
volume limpasan permukaan yang akan ditampung saluran. Luasan ini meliputi luas setengah
badan jalan, luas bahu jalan dan luas daerah disekitarnya untuk daerah perkotaan kurang lebih 10
m sedang untuk luar kota tergantung topografi daerah tersebut.
5. Koefisien pengaliran
Angka ini dipengaruhi oleh kondisi tata guna lahan pada daerah layanan. Koefisien pengaliran
akan mempengaruhi debit yang mengalir sehingga dapat diperkirakan daya tampung saluran. Oleh
karena itu diperlukan peta topografi dan survey lapangan.
6. Faktor limpasan
Merupakan faktor/angka yang dikalikan dengan koefisien runoff, biasanya dengan tujuan supaya
kinerja saluran tidak melebihi kapasitasnya akibat daerah pengaliran yang terlalu luas.
7. Waktu konsentrasi
Yaitu waktu terpanjang yang diperlukan untuk seluruh daerah layanan dalam menyalurkan aliran
air secara simultan (runoff) setelah melewati titik-titik tertentu.
Menganalisa data curah hujan harian maksimum dalam satu tahun (diperoleh dari BMG) dengan
periode ulang sesuai dengan peruntukannya (saluran drainase diambil 5 tahun) untuk mengetahui
intensitas curah hujan supaya dapat menghitung debit aliran air.
3.4. MEMAHAMI SPESIFIKASI BAHAN PEKERASAN JALAN
Secara umum, suatu jalan harus mampu mendukung beban lalu lintas tanpa adanya perubahan
bentuk pada permukaan, lapis pondasi atas dan bawah. Hal ini sering disebut sebagai stabilitas,
kadang-kadang disebut kekuatan mekanik. Stabilitas ini tidak hanya mencakup ketahanan
langsung terhadap beban roda seberapa kg/cm2 tekanan roda, tetapi juga ketahanan terhadap
kerusakan internal dan pergerakan butiran oleh aksi peremasan oleh lalu lintas.
Selama musim kemarau, jalan tanah mempunyai stabilitas yang baik untuk lalu lintas ringan.
Akan tetapi, peremasan oleh lalu lintas yang agak tinggi menyebabkan kerusakan internal
terhadap butiran tanah sampai kubangan debu yang cukup dalam terbentuk dalam waktu singkat.
Suatu lapisan berbutir akan meningkatkan stablilitas jalan dan akan dapat mendukung lalu
lintas yang lebih berat. Hal ini dapat digambarkan bahwa penyebaran beban lalu lintas melalui
suatu lapisan berbutir akan memberikan distribusi pembebanan yang melebar sehingga lapisan
tanah dasar dapat memberikan daya dukung yang lebih besar. Akan tetapi, peremasan oleh lalu
lintas akan menghasilkan penggesekan antar butiran dalam lapisan berbutir. Hal ini dapat
menyebabkan kerusakan internal butiran dan perubahan bentuk yang cepat atau timbulnya alur
(rutting). Tebal lapisan berbutir, bentuk dan gradasi butiran adalah faktor penting dalam
menentukan tingkat kestabilan. Dalam pembahasan ini, diasumsikan bahwa kekuatan mekanik
yang cukup akan mampu mendukung beban lalu lintas.
2. Melindungi tanah dasar dari air
Kelebihan air dalam material konstruksi jalan akan menyebabkan pelumasan butiran sehingga
menghilangkan stabilitas alami. Pengendalian air permukaan dan air bawah permukaan harus
diperhatikan dalam perencanaan suatu jalan. Hujan dan rembesan bawah permukaan pada jalan
tanah akan mengakibat-kan tanah menjadi lumpur dengan cepat.
Lapisan berbutir akan menyediakan semacam perlindungan terhadap aliran permukaan.
Kelebihan air tidak akan menurunkan kekuatan mekanik lapisan berbutir tersebut, tetapi akan
sangat mempengaruhi daya dukung tanah, sehingga jika kondisi dalam basah lapisan berbutir
yang lebih tebal harus disediakan untuk memperkecil beban pada tanah dasar
3. Memperkecil kemungkinan pelepasan butir pada permukaan
Lintasan kendaraan akan menyebabkan keausan yang bervariasi pada permukaan jalan. Keausan
ini bervariasi mulai dari abrasi langsung pada permukaan yang keras, sampai pada pelepasan
butiran debu, and pelepasan butiran yang lebih besar.
Jalan tanah dalam kondisi kering dapat mendukung beban lalu lintas, tetapi kondisi ini
meniadakan daya ikat antar butiran dan lalu lintas akan membawa butiran debu ini. Pelepasan
butir pada jalan dengan material berbutir oleh lalu lintas menjadi masalah serius. Material
berbutir mudah terangkat oleh roda dan terbuang ke luar jalan. Dengan demikian, kehilangan
biaya yang besar akan terjadi, juga munculnya bahaya dan gangguan pada pengemudi.
Bitumen yang cukup pada lapis permukaan dapat mengikat butiran sede-mikian hingga lapis
permukaan dapat tahan terhadap aksi pelepasan butir oleh lalu lintas, juga tahan terhadap aksi
pengausan.
4. Memberikan texture permukaan yang memadai
Texture permukaan harus aman untuk kendaraan pada umumnya dan harus cukup mulus
untuk kenyamanan maupun umur roda. Jalan tanah tidak pernah memberikan texture permukaan
yang memadai pada setiap saat. Permukaan jalan menjadi licin jika basah dan kelebihan air akan
segera membentuk alur dan lubang yang membahayakan dan merusak kendaraan. Permukaan
jalan dengan material berbutir umumnya belum dapat memberikan texture yang baik. Pelepasan
material dapat menyebabkan tergelincir pada kecepatan tinggi.
Permukaan yang mulus sulit untuk dipertahankan, dan lubang, alur dan ketidakrataan
berkembang selama periode waktu tertentu.
5. Lentur terhadap lapis tanah dasar
Jalan tanah umumnya menyesuaikan kelenturan terhadap lendutan tanah dasar karena semua
material jalan adalah sejenis. Adlaha hal yang mudah untuk mempertahankan kemulusan
permukaan dengan pisau grader pada cuaca yang cocok.
Permukaan berbutir dapat menyesuaikan kelenturan terhadap lendutan tanah dasar.
Permukaan agaknya dapat dibentuk kembali ke bentuk semula.
Permukaan beraspal adalah relatif lentur dan akan menyesuaikan kelenturan terhadap berbagai
pondasi. Permukaannya tidak mudah dibentuk kembali seperti halnya jalan tanah atau
jalan dengan material berbutir tetapi jalan beraspal dapat ditambal atau dilapis ulang agar
kembali ke bentuk semula
6. Tahan terhadap cuaca
Matahari, hujan, angin, panas, dan dingin adalah faktor yang berpengaruh terus menerus pada
permukaan. Beberapa material atau kombinasinya akan tahan terhadap daya rusaknya
dibandingkan dengan material lainnya dan tentu akan memperpanjang umur permukaan.
Air dan angin pada jalan tanah adalah perusak terbesar dibandingkan pengaruh cuaca lainnya.
Pengaruh cuaca pada jalan dengan material berbutir sangat kecil. Pengaruh lalu lintaslah yang
terbesar sehingga pemeliharaan dengan frekwensi tinggi dan penambahan material baru
diperlukan.
Matahari, angin dan variasi temperatur akan berpengaruh pada material ber-aspal dan pengaruh
ini harus dipertimbangkan. Material beraspal dapat mempertahankan daktilitas dan ikatan antar
material sehingga dapat memberikan umur yang permukaan yang lebih panjang.
3.5. SPESIFIKASI JEMBATAN
Pada pelaksanaan jembatan diperlukan suatu panduan pelaksanaan atau acuan pelaksanaan
yang menjadi patokan bagi para pelaksana dalam melaksanakan pekerjaannya. Spesifikasi yang
merupakan bagian dari dokumen kontrak merupakan bagian yang sangat penting dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan.
Persyaratan teknis yang disusun oleh perencana untuk mencapai mutu bangunan
sesuai dengan yang diinginkan oleh Pemilik
Bagian dari perjanjian kerja antara Pemilik dan Pelaksana
Acuan pelaksana untuk menyusun strategi dalam penyusunan harga penawaran pada
proses tender
Acuan prosedur kerja untuk mewujudkan rencana perencana, pelaksana dan pengawas
untuk mencapai mutu, waktu pelaksanaan dan dana yang telah disepakati bersama dalam
perjanjian kontrak.
Acuan pokok pelaksana, memberikan batas-batas bagi usahanya yang kreatif untuk
melakukan penghematan sumber daya, pengehematan waktu pelaksanaan dan
meningkatkan keuntungan bagi pelaksana.
Pembayaran tumpang tindih : hasil kerja yang sudah dihitung dan dibayar di satu pasal
pembayaran dihitung kembali pada pembayaran lain.
Metoda disyaratkan, hasil akhir juga disyaratkan : menimbulkan rancu mana yang
dipilih atau kalu dua-duanya dipilih pasti akan terjadi pemborosan
Menetapkan batasan yang tidak jelas, misalnya tentang batas pekerjaan yang
membolehkan menggunakan tenaga manusia dan harus menggunakan mesin.
Ketidak pastian petunjuk: akan ditetapkan oleh Direksi, memberikan biaya tambahan
berupa cadangan untuk menanggung resiko
Menyebutkan produk yang hanya dipasok oleh satu sumber : akan terkadi monopoli
pasokan, biaya tinggi, kecuali ada alasan khusus untuk itu dan yang telah disepakati
bersama.
SISTEMATIKA SPESIFIKASI
Spesifikasi secara umum mempunyai suatu struktur penulisan atau sistematika penulisan yang
digunakan untuk semua divisi kecuali pad divisi 1.
a) Umum
Dalam bagian umum ini menjelaskan tentang ruang lingkup yang tercakup dalam seksi yang
bersangkutan, yang akan ada hubungannya dengan analisa harga satuan yang harus dipahami
pengguna jasa dalam melakukan penawaran. Karena tanpa hal ini penawaran akan menjadi
salah dan kemungkinan besar penyedia jasa dapat mengalami kerugian yang cukup besar.
b) Persyaratan
Dalam bagian persyaratan dijelaskan tentang standar rujukan atau acuan yang digunakan
dalam pelaksanaan pekerjaan, serta toleransi-toleransi yang diizinkan atau yang menjadi acuan
dalam hasil pelaksanaan untuk pengukuran dan penerimaan hasil kerja. Demikian juga dengan
bahan yang harus digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan serta persyaratan-persyaratan kerja
sebelum pelaksanaan pekerjaan tersebut dimulai.
c) Pelaksanaan
Pada pasal pelaksanaan dijelaskan tentang tata cara pelaksanaan pekerjaan yang mengacu pada
pedoman pelaksanaan atau standar-standar yang ada. Pada pasal ini dijelaskan tahapan
pelaksanaan pekerjaan yang mencakup penggunaan bahan sampai dengan persyaratan
pernggunaan peralatan atau manajemen peralatan yang harus digunakan dan tata cara
pelaksanaannya. Jadi bagi seorang penyedia jasa wajib memahami permasalahan pelaksanaan ini
agar produk yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan mutu sesuai dengan spesifikasi atau
persyaratan pengguna jasa.
d) Pengendalian mutu
Di dalam pasal pengendalian mutu tercakup hal-hal persyaratan penerimaan hasil pekerjaan dan
tata cara pengendalian mutunya, dalam pelaksanaan pekerjaan. Pasal pengendalian mutu ini
sangat penting, bagi penyedia jasa yang ingin maju dan sukses dalam produk yang dihasilkan
serta memuaskan pelanggan. Pengendalian mutu ini mencakup masalah penerimaan bahan,
jaminan mutu, perbaikan dan pemeliharaan selama pekerjaan berlangsung.
e) Pengukuran dan pembayaran
Pengukuran dan pembayaran merupakan bagian yang terakhir atau tahap terakhir setelah hasil
pekerjaan selesai dilaksanakan dan kemudian dilakukan pengukuran hasil kerja, tetapi perlu
diingat bahwa pengukuran ini baru dapat dilaksanakan setelah hasil pekerjaan diterima.
Permasalahan pengukuran juga merupakan bagian yang penting bagi penyedia jasa, karena
tanpa mengetahui cara pengukuran, maka penyedia jasa tidak mudah atau tidak dapat membuat
analisa harga satuan atau penawaran yang akan diajukan pada saat lelang.
Pembayaran sangat berhubungan erat dengan pengukuran. Dalam pembayaran dijelaskan tentang
dasar pembayaran yang akan dilaksanakan sesuai dengan seksi yang bersangkutan. Jadi hal inipun
sangat penting untuk dipahami oleh penyedia jasa dalam pelaksanaan tugasnya.
A. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan mencakupi pembuatan drainase pasangan batu, pembuatan cor beton bertulang
plat drainase dan timbunan bahu jalan.
a) Tenaga kerja yang dilibatkan dalam pelaksanaan harus harus memakai tenaga yang
sesuai dengan tingkat keahlian, pengalaman, serta tidak melanggar ketentuan-ketentuan
perubahan yang berlaku di Indonesia.
b) Kontraktor harus mengunakan tenaga yang ahli dalam bidang pelaksanaan
(Skill Labour), baik tenaga pelaksana, mandor maupun tukang.
c) Semua tenaga kerja dipimpin oleh seorang Manejer lapangan atau Pelaksana sebagai
Wakil Kontraktor di lapangan.
d) Tenaga kerja pelaksana dari sub kontraktor harus dipilih yang sudah
berpengalaman dan mampu menangani pekerjaan yang disub-kontraktorkan.
e) Hubungan kontraktor dengan sub-kontraktor dalam menyangkut keseluruhan
pekerjaan, dan menjadi tanggung jawab kontraktor.
f) Klasifikasi Site Manager adalah sebagai berikut :
1) Sarjana Teknik Sipil/Teknik Arsitektur dengan pangalaman kerja pada bidang yang
sesuai dengan dokumen lelang.
g) Alat-alat untuk melaksanakan pekerjaan harus disesuaikan oleh kontraktor dalam
keadaan baik dan siapa pakai dalam jumlah mencukupi.
h) Harus disiapakan tenaga operator yang mampu untuk mengoperasikan dan
memperbaiki peralatan mekanik/mesin sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan
benar.
2. Pemakaian Merk Dagang
a) Apabila dalam rencana kerja dan syarat-syarat hanya disebutkan satu merk bahan,
bukan berarti hanya dapat dipakai merk tersebut, melainkan dapat dipakai merk lain
dengan standar mutu dan ciri-ciri fisik yang sama dan mendapat persetujuan Direksi
b) Kontraktor dapat mengusulkan perubahan pemakaian merk dengan cara tertulis apabila
merk dagang tersebut tidak tersedia dipasaran, dengan melampirkan bukti tertulis dari
distributor yang menyatakan bahwa barang/bahan tersebut tidak tersedia dipasaran.
c) Kontraktor harus dapat membuktikan kesetaraan kualitas dan ciri-ciri fisik yang
dituntut pada rencana kerja dan syarat-syarat, dan untuk mempergunakannya harus ada
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas dan/atau Pengelola Kegiatan/Penanggung
Jawab Kegiatan.
2. Truss Bridge
Truss bridge adalah desain versi lebih kokoh dibandingkan beam bridge. Hal ini disebabkan
karena karena adanya kerangka truss yang berbentuk triangular yang dibangun di atas jembatan.
Desain truss biasanya perpaduan dari berbagai bentuk segitiga yang dapat menciptakan kedua
struktur menjadi sangat kaku.
Fungsi truss ini tidak lain untuk mentransfer beban dari satu titik ke daerah yang jauh lebih luas
sehingga beban tidak tertumpu di satu titik.
3. Arch Bridge
Arch bridge ini memiliki desain yang melengkung menyerupai sebuah busur atau panahan di
bagian bawah jalan yang berbentuk horizontal. Pembuatannya lebih sedikit membutuhkan
material bangunan dibandingkan dengan model beam bridge. Meski begitu, jembatan dengan
desain seperti ini memiliki ketahanan yang lebih kuat dibandingkan dengan model truss bridge.
4. Suspension Bridge
Suspension bridge atau biasa disebut dengan jembatan gantung ini adalah desain jembatan yang
terdiri dari menara dan rangkaian tali yang menjadi sebuah sistem dalam mengurangi tegangan
dan kompresi pada jembatan. Umumnya, jembatan jenis ini membutuhkan minimal dua menara
atau tiang untuk menahan beban.
Pembangunan jembatan seperti ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit karena bentuknya
yang rumit, namun sekaligus menghasilkan jembatan yang indah yang bisa menjadi icon khas
sebuah negara.
5. Cantilever Bridge
Jembatan ini terbagi ke dalam tiga ruas yang masing-masing memiliki fungsi untuk menahan
tegangan dan kompresi yang diterima pada jembatan dengan sangat baik. Dua ‘lengan’ jembatan
memiliki peran untuk membawa beban secara vertikal. Meski desainnya rumit, namun
penampilan luarnya sangat unik dan cantik.
3.9. PRINSIP ALINYEMEN HORIZONTAL DAN VERTIKAL
A. ALINYEMEN HORISONTAL
alinyemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal dikenal juga dengan
sebutan "situasi jalan". Alinyemen horizontal terdiri dari garis-garis lurus yang dihubungkan
dengan garis-garis lengkung. Garis-garis lengkung tersebut terdiri dari busur lingkaran ditambah
busur peralihan, busur peralihan saja, ataupun busur lingkaran saja.
Spiral - Spiral
dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:
B. ALINYEMEN VERTIKAL
Alinyemen Vertikal adalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang permukaan perkerasan
jalan melalui sumbu jalan untuk jalan 2 lajur 2 arah atau melalui tepi dalam masing-masing
perkerasan untuk jalan dengan median. Seringkali disebut juga sebagai penampang memanjang
jalan. Alinyement vertikal disebut juga penampang memanjang jalan yang terdiri dari garis-
garis lurus dan garis-garis lengkung. Garis lurus tersebut bisa datar, mendaki atau menurun, biasa
disebut berlandai. Landai dinyatakan dengan persen.
Pada umumnya gambar rencana suatu jalan dibaca dari kiri ke kanan, maka landai jalan diberi
tanda positip untuk pendakian dari kiri ke kanan, dan landai negatip untuk penurunan dari kiri.
Dalam alinyement vertikal hal-hal yang dibahas mengenai audit jalan adalah :
a) Kelandaian
1). Landai Minimum
Berdasarkan kepentingan arus lalu lintas, landai ideal adalah landai datar (0%). Sebaiknya ditinjau
dari kepentingan drainase jalan, jalan berlandai > 0%.
2). Landai Maksimum
Untuk landai maksimum nilai 3% mulai memberikan pengaruh kepada gerak kendaraan mobil
penumpang, walaupun tidak seberapa dibandingkan dengan gerakan kendaraan truk yang
terbeban penuh. Untuk membatasi pengaruh perlambatan kendaraan truk terhadap arus lalu
lintas, maka ditetapkan landai maksimum untuk kecepatan rencana tertentu, seperti pada
tabel berikut ini:
Kecepatan Landai
Rencana Maksimum
(km/jam) (%)
100 3
80 4
60 5
50 6
40 7
30 8
20 9
Sumber: Ditjen. Bina Marga, 1992
3). Panjang Landai Kritis
Selain landai maksimum terdapat panjang kritis untuk kelandaian sebagai faktor yang dapat
mempengaruhi dalam perencanaan alinyemen vertikal. Ditjen Bina Marga memberikan panjang
kritis yang merupakan kira-kira panjang 1(satu) menit perjalanan. Hal ini dapat dilihat pada tabel
berikut:
Pergantian dari satu kelandaian ke kelandaian yang lain dilakukan dengan mempergunakan lengkung
vertikal. Lengkung vertikal di rencanakan sedemikian rupa sehingga memenuhi keamanan, kenyamanan
dan drainase. Persamaan umum lengkung vertikal adalah sebagai berikut:
Keterangan :
L : Panjang lengkung vertikal sama dengan panjang proyeksi lengkung pada bidang horizontal
A : Besarnya titik peralihan dari bagian tangen ke bagian lengkung vertikal (g1-g2)
Ev = A L/800
Jika A dinyatakan dalam %(persen) untuk x = ½ L dan y = Ev maka diperoleh :
Keterangan :
Ev : Pergeseran pada bagian titik perpotongan kedua bagian tangen atau pusat perpotongan vertikal
(PPV)
Persamaan diatas berlaku baik untuk lengkung vertikal cembung maupun vertikal cekung. Hanya bedanya
jika Ev yang diperoleh positif, berarti lengkung vertikal cembung, jika negatif berarti lengkung vertikal
cekung.
Setelah itu hasil perhitungan disesuaikan dalam Standar Perencanaan Geometrik Jalan yang ditetapkan oleh
Direktorat Jenderal Bina Marga seperti pada tabel berikut:
vertikal (m)
100 85
80 70
60 50
50 40
40 35
30 25
20 20
Pengukuran jarak
Pengukuran sudut
Pengukuran beda tinggi
Tahapan-tahapan dan prosedur pengukuran topografi teristris yang dilakakan untuk pekerjaan
perencanaan jalan dan jembatan yang meliputi :
Tahap persiapan (personil,bahan atau alat dan adminitrasi)
Tahap survey atau pengukuran (survey pendahuluan dan survey detail)
Tahap pengolahan data.
Tahap penggambaran.
1.Suvey Pendahuluan.
Survey pendahuluan (reconnaissance) dilakukan untuk mengetahui secara factual kondisi rencana
trase jalan yang telah di buat. Peralatan dan bahan yang di perlukan antara lain peta rencana trase
jalan diatas peta topografi skala 1 : 50.000 atau skala 1 : 25.000, GPS navigasi, heling meter /
clinometers, kompas, formulir survey dan calculator, GPS navigasi dan kompas berfungsi untuk
penentuaan prosentase kemiringan vertical pada AS rencana. Jika trase rencana yang telah di buat
tidak memungkinkan diterapkan dilapangan maka dilakukan pemilihan alternatif trase jalan.
Sketsa penampang melintang tidak boleh terbalik antara sisi kanan dengan sisi kiri. Untuk
mempermudah pengecekan, pada masing masing sisi koridor di beri notasi yang berbeda, misalnya
koridor sebelah kiri dari center line jalan diberi notasi alphabetic dan untuk koridor sebelah kanan
di beri notasi numbers. Pengukuran penampang melintang dilakukan dengan persyaratan : Kondisi
datar, landai dan lurus dilakukan pada interval tiap 50 m dengan lebar koridor 75 m ke kiri dan 75
m ke kanan AS trase jalan.
9. Pengukuran Situasi.
Pengukuran situasi dilakukan dengan menggunakan electronic total station (ets) atau dengan alat
ukur teodolit dengan ketelitian bacaan ≤ 20”. Data yang diukur mencakup semua obyek bentukan
alam dan buatan manusia yang ada disekitar rencana jembatan. Pada pengukuran situasi tersebut,
pengambilan titik ukur haru detail / rapat. Hal ini karena pada lokasi disekitar rencana jembatan
akan dilapangkan. Selain itu pada lokasi lokasi tersebut biasanya akan dilakukan desain desain
yang bersifat khusus .
Dimana posisi yang akan di stake out antara lain : PI (point intersection), TC (target circle) CT
(circle tangent), untuk tikungan bentuk full circle : TS (tangent spiral), SC (spiral circle), CS (circle
spiral), ST (spiral tangent) untuk tikungan bentuk spiral – circle – spiral . jarak dari titik diatas
sudah terdapat dalam rencana (design drawing). Alat ukur yang digunakan adalah teodolit / EDM
/ ETS.
Data ukur lapangan yang sudah tersimpan didalam memory dat recorder atau data collector bisa
langsung di download kekomputer dengan bantuan interface. Format data ini di konversi keformat
raw data dan selanjutnya dilakukan proses konversi kedalam file book(data file book ini
mempunyai format yang sama dengan batch file). Data file book di hitung dengan perangkat lunak
khusus topografi untuk memperoleh harga koordinat.
Klasifikasi menurut kelas jalan & ketentuannya serta kaitannya dengan kasifikasi menurut fungsi
jalan dapat dilihat dalam Tabel (Pasal 11, PP. No.43/1993).
Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar kemiringan medan yang diukur
tegak lurus garis kontur. Klasifikasi menurut medan jalan untuk perencanaan geometrik dapat
dilihat dalam Tabel.
Lapisan Penetrasi Macadam (lapen), merupakan lapis perkerasan yang terdiri dari agregat pokok
dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal dengan cara
disemprotkan di atasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Di atas lapen ini biasanya diberi
laburan aspal dengan agregat penutup. Tebal lapisan bervariasi dari 4-10 cm.
Struktur Telford
Konstruksi Telford yaitu susunan batu pecah berukuran besar (10/15 dan 15/20) disusun berdiri
dengan batu pecah yang lebih kecil mengisi rongga diatasnya sehingga rata, kemudian
dipadatkan/digilas dengan mesin gilas, selanjutnya ditabur sirtu diseluruh permukaan untuk
dibabar basah.
Rigid Pavement atau Perkerasan Kaku adalah suatu susunan konstruksi perkerasan di mana
sebagai lapisan atas digunakan pelat beton yang terletak di atas pondasi atau di atas tanah dasar
pondasi atau langsung di atas tanah dasar (subgrade).
JEMBATAN
A. Pengertian Jembatan
Jembatan secara umum diartikan sebagai suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan
dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan – rintangan seperti lembah yang dalam,
alur sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan kereta api, jalan raya yang melintang tidak sebidang
dan lain – lain.
1. Berdasarkan fungsinya
2. Berdasarkan lokasinya
Umumnya kondisi tanah dasar pondasi mempunyai karakteristik yang bervariasi, berbagai
parameter yang mempengaruhi karakteristik tanah antara lain pengaruh muka air tanah
mengakibatkan berat volume tanah terendam air berbeda dengan tanah tidak terendam air
meskipun jenis tanah sama.
Jenis tanah dengan karakteristik fisik dan mekanis masing-masing memberikan nilai kuat dukung
tanah yang berbeda-beda. Dengan demikian pemilihan tipe pondasi yang akan digunakan harus
disesuaikan dengan berbagai aspek dari tanah di lokasi tempat akan dibangunnya bangunan
tersebut.
Suatu pondasi harus direncanakan dengan baik, karena jika pondasi tidak direncanakan dengan
benar akan ada bagian yang mengalami penurunan yang lebih besar dari bagian sekitarnya.
Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi dalam perencanaan suatu pondasi, yakni :
1. Pondasi harus ditempatkan dengan tepat, sehingga tidak longsor akibat pengaruh luar.
2. Pondasi harus aman dari kelongsoran daya dukung.
3. Pondasi harus aman dari penurunan yang berlebihan.
Jenis pondasi ini terbuat dari batu belah ukuran 15 – 25 cm dengan batu pengunci. Batu belah
tersebut diatas diatur pada bagian lapisan pasir setebal 10 cm dengan tujuan lapisan pasir dipakai
untuk keperluan kemungkinan drainasi. PEngaturan batu belah dilakukan dengan sistem manual
dan diusahakan agar rongga-rongga yang terjadi di antara batu belah tersebut sekecil mungkin.
Untuk memperkuat berdirinya batu belah tersebut, di sela-sela batu belah dipasang pasak-pasak
batu kemudian digilas. Batu-batuan yang kecil ditebarkan di bagian atasnya untuk mengisi rongga-
rongga yang terjadi di antara batu belah tersebut kemudian di lakukan penggilasan lagi.
Pada saat pelaksanaan penggilasan, kadang kala diberi air secukupnya dengan tujuan agar batu-
batu kecil dapat masuk ke dalam sela-sela batu belah yang ada. Kekuatan jenis konstruksi telford
ditimbulkan oleh gesekan antar batu-batu tersebut, sehingga kekuatan konstruksi ini sangat
tergantung pada bidang-bidang kontak antar batu serta permukaan batu harus kasar. Semakin besar
bidang kontak dan semakin kasar permukaan batu, maka akan memberi daya dukung yang besar
pula. Maka untuk konstruksi Telford dipergunakan batu belah yang memberikan gesekan yang
lebih besar.Apabila bidang kontak permukaan batu tersebut kecil atau tidak ada sama sekali maka
konstruksi Telford akan rusak.
Hal-hal yang dapat menyebabkan kerusakan pondasi Telford antara lain :
Penopang tepi pada pondasi terlepas
Batu yang dipakai ternyata tidak tahan aus
Beban yang diderita terlalu besar, sehingga gesekan yang tersedia untuk melawan beban tersebut
tidak mencukupi.
Pengertian Aspal Beton (Hot Mix)
Aspal Beton (Hotmix) adalah campuran agregat halus dengan agregat kasar, dan bahan pengisi (
Filler ) dengan bahan pengikat aspal dalam kondisi suhu panas tinggi. Dengan komposisi yang
diteliti dan diatur oleh spesifikasi teknis.
Berdasarkan bahan yang digunakan dan kebutuhan desain konstruksi jalan aspal Beton mempunyai
beberapa jenis Antara Lain:
Ø Binder Course ( BC ) dengan tebal minimum 4cm biasanya digunakan sebagai lapis kedua
sebelum wearing course.
Ø Asphalt Traeted Base ( ATB ) dengan tebal minimum 5 Cm digunakan sebagai lapis pondasi
atas konstruksi jalan dengan lalu lintas berat / Tinggi.
Ø Hot Roller Sheet ( HRS ) / Lataston / laston 3 dengan tebal penggelaran minimum 3 s/d 4 cm
digunakan sebagai lapis permukaan konstruksi jalan dengan lalu lintas sedang
Ø ( FG ) Fine Grade dengan tebal minimum 2.8 cm maks 3 cm bisanya digunakan untuk jalan
perumahan dengan beban rendah.
Ø Sand Sheet dengan tebal Maximum 2.8 cm biasanya digunakan untuk jalan perumahan dan
perparkiran.
Ø Wearing Course ( ACWC ) / Laston dengan tebal penggelaran minimum 4 Cm digunakan
sebagai lapis permukaan jalan dengan lalu lintas berat.
Aspal Beton (Hotmix) secara luas digunakan sebagai lapisan permukaan konstruksi jalan
dengan lalu lintas berat, sedang, ringan, dan lapangan terbang, dalam kondisi segala macam cuaca
Kelebihan Aspal Beton Hot Mix :
* Waktu pekerjaan yang relatif sangat cepat sehingga terciptanya efesiensi waktu.
* Lapisan konstruksi Aspal beton tidak peka terhadap air.
* Dapat dilalui kendaraan setelah pelaksanaan penghamparan.
* Mempunyai sifat flexible sehingga mempunyai kenyamanan bagi pengendara,
* Pemeliharaan yang relative mudah dan murah.
* Stabilitas yang tinggi sehingga dapat menahan beban lalu lintas tanpa terjadinya deformasi
Karakteristik Aspal
Definisi dan Komposisi
Aspal adalah campuran yang terdiri dari bitumen dan mineral. Bitumen adalah bahan yang
berwarna coklat hingga hitam, keras hingga cair mempunyai sifat baik larut dalam Cs2 atau CCL4
dengan sempurna dan mempunyai sifat lunak dan tidak larut dalam air, ter adalah bahan cair
berwarna hitam tidak larut dalam air, larut sempurna dalam Cs2 atau CCL4, mengandung zat-zat
organik yang terdiri dari gugusan aromat dan mempunyai sifat kekal.
Bitumen secara kimia terdiri aromat, Naphten dan alkan sebagai komponen terpenting dan secara
kimia fisika merupakan campuran colloid dimana butir-butir yang merupakan komponen yang
padat (disebut Asphaltene) berada dalam fase cairan yang disebut Malten. Asphlatene terdiri
campuran gugusan aromat Naphten dan Alkan dengan berat molekul yang lebih tinggi, sedangkan
Malten terdiri campuran gugusan aromat. Napthen dan alkali dengan berat molekul yang lebih
rendah.
Jenis-Jenis Aspal
Aspal yang digunakan untuk bahan perkerasan jalan terdiri dari aspal alam dan aspal buatan.
1. Aspal alam
a. Aspal alam dapat dibedakan atas :
· Aspal gunung (Rock Asphalt) contoh : aspal dari pulau Buton
· Aspal danau (Lake Asphalt) contoh : aspal dari Bermudus Trinidat
b. Berdasarkan kemurniannya sebagai berikut :
· Murni dan hampir murni (Bermuda Lake Asphalt)
· Tercampur dengan mineral di Pylau Buton, Aspal gunung (Rock Asphalt) contoh : aspal
dari pulau Buton, Trinidat, Prancis dan Swiss
c. Berhubung aspal alam tidak mempunyai mutu tertentu penggunaan aspal tersebut dapat
dievaluasi dengan baik.
2. Aspal buatan
Jenis ter dibuat dari proses pengolahan minyak bumi. Jadi bahan baku yang dibuat untuk aspal
pada umumnya adalah minyak bumi yang banyak mengandung aspal.
Ter merupakan hasil penyulingan batu bara tidak umum digunakan untuk perkerasan jalan karena
lebih cepat mengeras, peka terhadap temperature dan beracun.
Aspal minyak bumi dengan bahan dasar dapat dibedakan atas :
a. Aspal Keras
Aspal keras/panas (Asphalt Cement, Ac) adalah aspal yang digunakan dalam keadaan cair dan
panas, aspal ini berbentuk padat pada keadaan penyimpanan temperatur ruang (25oC – 30oC).
Aspal semen terdiri dari beberapa jenis tergantung dari proses pembuatannya dan jenis minyak
bumi asalnya. Pengelompokan aspal semen dapat dilakukan berdasarkan nilai penetrasi (tingkat
kekerasan pada temperatur 25oC ataupun berdasarkan nilai Visiositasnya.
Di Indonesia aspal semen biasanya dibedakan berdasarkan nilai penetrasi.
· AC per 40/50 → yaitu AC dengan penetrasi antara 40 - 50
· AC per 60/70 → yaitu AC dengan penetrasi antara 60 - 70
· AC per 84/100 → yaitu AC dengan penetrasi antara 85 - 100
· AC per 120/150 → yaitu AC dengan penetrasi antara 120 - 150
· AC per 200/300 → yaitu AC dengan penetrasi antara 200 - 300
Aspal semen dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas (lalu lintas dengan
volume tinggi) sedangkan aspal semen dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah bercuaca
dengan lalu lintas ber volume rendah.
Di Indonesia pada umumnya dipergunakan aspal semen dengan penetrasi (60/70 dan 80/100)
b. Aspal Cair
Aspal cair adalah campuran antara aspal semen dengan bahan pencair dari hasil penyulingan
dengan minyak bumi, dengan demikian cut back aspal berbentuk cair dalam temperatur ruang.
Berdasarkan bahan pencairnya dan kemudahan menguap bahan pelarutnya, aspal cair dapat
dibedakan atas :
· RC (Rapid Curing Cut Back)
Merupakan aspal (semen yang dilarutkan dengan bensin atau premium).
RC merupakan Cut Back aspal yang paling cepat menguap.
· MC (Medium Curing Cut Back)
Merupakan aspal semen yang dilarutkan dengan bahan pencair yang lebih kental seperti minyak
tanah.
· SC (Slow curing Cut Back)
Merupakan aspal semen yang dilarutkan dengan bahan yang lebih kental seperti solar, aspal jenis
ini merupakan cut back aspal yang paling lama menguap.
Berdasarkan jenis pelarut
· RC dari Ac + Premium
· MC dari Ac + Bensin
· SC dari + Solar
3. Aspal Emulsi
Aspal emulsi adalah suatu campuran aspal dengan air dan bahan pengemulsi berdasarkan muatan
listrik yang dikandungnya aspal emulsi.
Dalam aspal emulsi Kationik dan anionic, kedua golongan tersebut masih dipecahkan lagi menurut
sifat labil sebagai berikut :
Kationik
Disebut juga aspal elmulsi alkali, merupakan aspal emulsi yang bermuatan arus listrik negatif.
Berdasarkan sifat labil dibedakan atas :
- (ML), labil Memisah dengan cepat, tidak dapat dipergunakan untuk campuran sebelum
dihampar.
- (MS) Agak Stabil, mempunyai kestabilan sehingga dapatdipergunakan untuk campuran dengan
jenis-jenis batuan dan gradasi tertentu sebelum dihampar.
- (ML) Stabil, dapat dicampurkan dengan semua jenis batuan yang bisa digunakan segala macam
gradasi termasuk gradasi filler semen portland.
Katonik
Merupakan aspal emulsi yang bermuatan positif berdasarkan sifat bekerja dapat dibedakan atas :
- (MCK) Bekerja Cepat
Cepat bereaksi dengan batuan pada terjadinya kontak dengan permukaan jalan maupun
batuan sehingga tidak dapat batuan sebelum dihampar.
- (MSK) Bekerja Kurang Cepat
Reaksi kurang cepat dengan batuan menyebabkan jenis ini dapat digunakan untuk pekerja,
pencampuran dengan bantuan bergradasi kasar dan bersih.
- (MLK) Bekerja Lamban
Karena reaksi lamban sekali maka jenis ini dapat dipergunakan untuk menampung dengan
batuan bergradasi halus mis : glury dan tidak bersih.
1.Suvey Pendahuluan.
Survey pendahuluan (reconnaissance) dilakukan untuk mengetahui secara factual kondisi rencana
trase jalan yang telah di buat. Peralatan dan bahan yang di perlukan antara lain peta rencana trase
jalan diatas peta topografi skala 1 : 50.000 atau skala 1 : 25.000, GPS navigasi, heling meter /
clinometers, kompas, formulir survey dan calculator, GPS navigasi dan kompas berfungsi untuk
penentuaan prosentase kemiringan vertical pada AS rencana. Jika trase rencana yang telah di buat
tidak memungkinkan diterapkan dilapangan maka dilakukan pemilihan alternatif trase jalan.
2. Pemasangan Bench Mark (BM).
Sebelum dilakukan pengukuran, dilakukan pemasangan patok sebagai sarana penyimpan
informasi koordinat hasil pengukuran. Monument pengukuran jalan dan jembatan berupa bench
mark (BM), patok CP (concrete point) dan patok kayu pengukuran. Bench mark (BM) di pasang
di sepanjang ruas jalan yang di ukur pada setiap interval jarak ± 1 KM. di setiap pemasangan BM
harus disertai pemasangan patok CP. Sebagai pasangan untuk mendapatkan azimuth pada
pekerjaan stake_out tahap pelaksanaan.
Pemasangan BM untuk jalan exsisting sebaiknya di pasang di kiri jalan dan CP di kanan jalan
searah dengan jalur pengukuran dengan posisi saling tampak satu sama lain. Pemasangan patok
kayu di lakukan di setiap interval 50 m pada jalur yang lurus dan datar serta setiap 25 m pada jalur
yang berbelok / perbukitan pada sisi jalan yang sama. Pada daerah tertentu yang tidak bisa di
pasang patok kayu bisa dig anti dengan pemasangan paku payung dengan di tandai cat sekitarnya
dan di beri nomor sesuai urutannya untuk memudahkan pencarian patok, sebaiknya pada daerah
sekitarnya di beritanda khusus.
3. Pengukuran Kerangka Kontrol Vertical (KKV)
Pengukuran kerangka control vertical dilakukan dengan metode sipat datar disepanjang trase jalan
melewati BM, CP dan semua patok kayu. Pengukuran sipat datar dilakukan pergi pulang secara
kring pada setiap seksi. Panjang seksi ± 1 – 2 km dengan persyaratan (toleransi) ketelitian ≤
(kurang dari atau sama dengan) 10 mm √D, dimana D adalah jumlah jarak dalam km.Elevasi titik
referensi yang di gunakan sebagai elevasi awal harus di hitung dari tinggi MSL (muka air laut rata
rata).
Pengukuran sifat datar harus menggunakan alat sipat datar otomatis atau yang sederajat dengan
deviasi standar ketelitian pengukuran alat per 1 km pergi pulang ketelitianya ≤ 5 mm, pembacaan
rambu harus dilakukan pada tiga benang yaitu benang atas, benang bawah, benang tengah.untuk
control bacaan.rambu ukur harus dilengkapi nivo kotak untuk pengecekan vertical rambu.
4. Pengukuran Kerangka Kontrol Horizontal (KKH)
Pengukuran titik titik control horizontal dilakukan untuk merapatkan titik-titik control horizontal yang ada
di sekitar lokasi proyek. Titik-titik koordinat yang di pakai sebagai control horizontal tersebut di anjurkan
dalam system koordinat nasional dengan system proyeksi yang di gunakan adalah UTM (Universal
Transverse Mecator) dengan pertimbangan bahwa pengukuran topografi bidang jalan bersifat memanjang.
Pengukuran titik titik control horizontal dilakukan dengan metode polygon terbuka terikat sempurna atau
dengan polygon tertutup. Pengukuran polygon horizontal meliputi pengukuran sudut tiap titik polygon,
pengukuran jarak tiap sisi polygon dengan azimuth.
3. Setelah itu, pertebal garis jalan tersebut dengan cara klik Objek Propetis pilih width 10px atau
8 px (semakin tinggi nilainya, maka garisnya akan semakin tebal). Kemudian tentukan pula warna
jalanya sesuai dengan keinginan Anda.
4. Setelah itu, kita masukan beberapa ikon tempat dengan cara klik Insert Character. Pada Font,
pilih webdings dengan Code Page: All. Pilih character sesuai dengan yang Anda butuhkan.
5. Pembahasan tentang cara membuat denah atau peta lokasi telah selesai. Anda bisa
menambahkan gambar sungai, jembatan dan sebagainya jika memang itu diperlukan.
Kegiatan perencanaan teknis jalan dan jembatan sampai dengan penyiapan dokumenpelelangan
dilaksanakan oleh Konsultan Perencanaan Penyiapan Loan SRIP (
Project Preparation Consultant-
PPC-TA SRIP) yang dilanjutkan oleh
Core Team Consultant
(CTC)dimana koordinasi pelaksanaannya dilakukan oleh Subdit Teknik Jalan dan Subdit TeknikJembatan
Direktorat Bina Teknik. Kegiatan perencanaan teknis ini berdasarkan programpenanganan jalan
yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Program. Kegiatanperencanaan teknis untuk program penanganan
Tahun Pertama (Group-1) dilaksanakanoleh konsultan perencana lokal (di bawah kendali Dit. Bina Teknik
maupun SNVT P2JN)dan dikaji ulang oleh Konsultan Persiapan
Loan
(TA SRIP). Kaji ulang perencanaanmencakup aspek keselamatan jalan
(road safety)
dan review terhadappersimpangan/
intersection
. Sedangkan kegiatan perencanaan teknis dan review terhadapaspek keselamatan untuk program
penanganan Tahun Kedua dan Ketiga (Group-2 dan 3)akan dilaksanakan oleh
Core Team Consultant
(CTC).Standar dan pedoman yang digunakan untuk membuat dokumen pelelangan danperencanaan teknis
disiapkan oleh Direktorat Bina Teknik berdasarkan
Standard Bidding Document
(SBD) yang dikeluarkan oleh Bank Dunia. Didalam Perencanaan Teknis harusmemperhatikan rekomendasi
yang dihasilkan dalam Dokumen Lingkungan.
4.2 JENIS PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN
Jenis penanganan jalan dan jembatan yang termasuk dalam program SRIP ini mencakuppekerjaan
peningkatan kekuatan/struktur jalan (
Betterment
), peningkatan kapasitas jalan(
Capacity Expansion-Capex
), pembangunan jalan baru (
New Roads
), rehabilitasi jembatandan bangunan pelengkap, penggantian jembatan dan pembangunan jembatan
barutermasuk jalan layang (
Overpass
) dan
underpass
/terowongan jalan raya.
Bab 4 Prosedur Pelaksanaan Teknis dan Review Desain Jalan dan Jembatan
4 - 24.2.1 Jenis Penanganan Jalan yang memerlukan perencanaan teknis meliputi:Tipe 1 : Pekerjaan
Peningkatan jalan
(Betterment)
.Pekerjaan peningkatan struktur perkerasan jalan yang ada denganpenambahan beberapa lapis perkerasan.
Tipe 2 : Pekerjaan Peningkatan Kapasitas Jalan
(Capex)
Pekerjaan pelebaran jalan menjadi 4 (empat) lajur 2 (dua arah).
Tipe 3 : Pekerjaan Pembangunan Jalan Baru
(New Roads)
Pekerjaan pembuatan jalan baru termasuk pembangunan jalan
setelah lahan dibersihkan kemudian dilakukan pekerjaan perataan tanah dengan menggunakan alat
buldozer
untuk memindahkan tanah bekas galian maka digunakan dump truk
2) Penghamparan material pondasi bawah
penghamparan material pondasi bawah berupa batu kali menggunakan alat
transportasi dump truk kemudian diratakan dan dipadatkan dengan menggunakan
alat tandem roller
pekerjaan perataan dengan tandem roller di lakukan lagi pada saat penghamparan
lapis pondasi atas, dan lapir permukaan.
pada saat penghamparan material pondasi dilakukan pekerjaan pengukuran elevasi
urugan dengan alat teodolit dan perlengkapanya.
3) Penghamparan lapis asphalt
setelah lapisan pondasi bawah selesai dikerjakan, proses selanjutnya adalah
penghamparan asphalt yang sebelumya sudah dipanaskan terlebih dahulu sehingga
mencair.
untuk menghamparkan asphalt digunakan alat asphalt finisher
setelah asphalt berhasil dihamparkan dengan elevasi jalan raya yang sudah diukur
menggunakan theodolit sesuai perencanaan pekerjaan selanjutnya adalah
pemadatan dengan buldozer hingga memenuhi kepadatan dan elevasi yang
direncanakan.
Pekerjaan Galian
Pekerjaan galian adalah pekerjaan pemotongan tanah dengan tujuan untuk memperoleh bentuk
serta elevasi permukaan sesuai dengan gambar yang telah direncanakan. Adapun prosedur
pekerjaan dari pekerjaan galian, yaitu :
Lokasi yang akan dipotong (cutting) haruslah terlebih dahulu dilakukan pekerjaan clearing dan
grubbing yang bertujuan untuk membersihkan lokasi dari akar-akar pohon dan batu-batuan.
Untuk mengetahui elevasi jalan rencana, surveyor harus melakukan pengukuran dengan
menggunakan alat ukur (theodolit). Apabila elevasi tanah tidak sesuai maka tanah dipotong
kembali dengan menggunakan alat berat (motor grader), sampai elevasi yang diinginkan.
Memadatkan tanah yang telah dipotong dengan menggunakan Vibrator Roller.
Melakukan pengujian kepadatan tanah dengan tes kepadatan (ujiDdensity Sand Cone test) di
lapangan.
Pekerjaan galian dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian :
a. Galian Biasa Commond Excavation)
Dalam pekerjaan ini dilakukan penggalian untuk menghilangkan atau membuang material yang
tidak dapat dipakai sebagai struktur jalan, yang dilakukan menggunakan excavator untuk
memotong bagian ruas jalan sesuai dengan gambar rencana, sedangkan pengangkutan dilakukan
dengan menggunakan dump truck.
b. Galian Batuan / Padas
Pekerjaan galian batu (padas) mencakup galian bongkahan batu dengan volume 1 meter kubik atau
lebih. Pada pekerjaan galian batu ini biasa dilakukan dengan menggunakan alat bertekanan udara
(pemboran) dan peledekan.
c. Galian Struktur
Pada pekerjaan galian struktur ini mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan
yang disebut atau ditunjukkan dalam gambar untuk struktur. Pekerjaan galian ini hanya terbatas
untuk galian lantai pondasi jembatan.
4. Berilah warna dengan mengecat seluruh bagian sesuai dengan warna yang telah direncakan
sebelumnya. Gunakanlah cat air karena bahan terbuat dari kertas. Jika bahan utamanya dari kayu
atau tripleks maka pengecetan dapat menggunakan cat tembok.
2. Jembatan Gerak :Yaitu jembatan jembatan yang dapat gerakkan karena adanya lalu lintas
lain yang melewatinya dan jembatan ini umumnya terbuat dari baja dan komposit karena
sifat dan karakteristiknya mudah dalam proses pengoperasiannya. jembatan ini terbagi
menurut cara kerjanya sebagai berikut :
a. Jembatan yang dapt berputar di atas poros mendatar seperti jembatan angkat,baskul, dan
lipat stroos.
b. Jembatan yang dapat berputar di atas poros mendatar dan dapat berpindah secara sejajar.
c. jembatan yang dapat berputar diatas poros tegak atau jembatan putar.
* Menurut Bentuk Struktur atas yang digunakan jembatan dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. jembatan balok
2. jembatan pelat
3. jembatan busur
4. jembatan rangka
5. jembatan gantung
6. jembatan cable stayed
Sistem drainase merupakan serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan atau
membuang kelebihan air dari suatu kawasan ke badan air (sungai dan danau) atau tempat peresapan
buatan.
Dalam merencanakan sistem drainase jalan berdasarkan pada keberadaaan air permukaan dan
bawah permukaan, sehingga perencanaan drainase jalan dibagi menjadi:
Secara umum, langkah perencanaan sistem drainase jalan dimulai dengan memplot rute jalan yang
akan ditinjau di peta topografi untuk mengetahui daerah layanan sehingga dapat memprediksi
kebutuhan penempatan bangunan drainase penunjang seperti saluran samping jalan, fasilitas
penahan air hujan dan bangunan pelengkap. Dalam merencanakan harus memperhatikan
pengaliran air yang ada di permukaan maupun yang ada di bawah permukaan dengan mengikuti
ketentuan teknis yang ada tanpa menggangu stabilitas konstruksi jalan.
Sistem drainase permukaan jalan berfungsi untuk mengendalikan limpasan air hujan di permukaan
jalan dan juga dari daerah sekitarnya agar tidak merusak konstruksi jalan akibat air banjir yang
melimpas di atas perkerasan jalan atau erosi pada badan jalan.
Sistem drainase bawah permukaan bertujuan untuk menurunkan muka air tanah dan mencegah
serta membuang air infiltrasi dari daerah sekitar jalan dan permukaan jalan atau air yang naik dari
subgrade jalan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan drainase permukaan antara lain:
Plot rute ini untuk mengetahui gambaran/kondisi topografi sepanjang trase jalan yang akan
direncakanan sehingga dapat membantu dalam menentukan bentuk dan kemiringan yang akan
mempengaruhi pola aliran.
Data ini digunakan untuk perencanaan sistem drainase jalan tidak menggangu sistem drainase yang
sudah ada.
Dalam menentukan panjang segmen saluran berdasarkan pada kemiringan rute jalan dan ada
tidaknya tempat buangan air seperti sungai, waduk dan lain-lain.
Digunakan untuk memperkirakan daya tampung terhadap curah hujan atau untuk memperkirakan
volume limpasan permukaan yang akan ditampung saluran. Luasan ini meliputi luas setengah
badan jalan, luas bahu jalan dan luas daerah disekitarnya untuk daerah perkotaan kurang lebih 10
m sedang untuk luar kota tergantung topografi daerah tersebut.
5. Koefisien pengaliran
Angka ini dipengaruhi oleh kondisi tata guna lahan pada daerah layanan. Koefisien pengaliran
akan mempengaruhi debit yang mengalir sehingga dapat diperkirakan daya tampung saluran. Oleh
karena itu diperlukan peta topografi dan survey lapangan.
6. Faktor limpasan
Merupakan faktor/angka yang dikalikan dengan koefisien runoff, biasanya dengan tujuan supaya
kinerja saluran tidak melebihi kapasitasnya akibat daerah pengaliran yang terlalu luas.
7. Waktu konsentrasi
Yaitu waktu terpanjang yang diperlukan untuk seluruh daerah layanan dalam menyalurkan aliran
air secara simultan (runoff) setelah melewati titik-titik tertentu.
Menganalisa data curah hujan harian maksimum dalam satu tahun (diperoleh dari BMG) dengan
periode ulang sesuai dengan peruntukannya (saluran drainase diambil 5 tahun) untuk mengetahui
intensitas curah hujan supaya dapat menghitung debit aliran air.
Bahan-bahan perkerasan, baik untuk perkerasan lentur maupun perkerasan kaku, sebelum
digunakan harus melalui pemeriksaan terlebih dahulu di laboratorium.memeriksaan meliputi
beberapa hal antara lain :
Jenis Bahan
Keadaan fisik bahan
Kualitas bahan.
Dengan melalui pemeriksaan tersebut diharapkan dapat terpenuhi salah satu factor untuk
mencapai kestabilan kontruksi perkerasan.
Karakteristik Agregat
Agregat adalah suatu bahan keras dan kaku yang digunakan sebagai bahan campuran yang
berupa berbagai jenis butiran atau pecahan yang termasuk di dalamnya abu (debu) agregat.
Agregat dalam campuran perkerasan pada umumnya merupakan komponen utama yang
mengandung 90 – 95 % agregat berdasarkan presentase (%) berat atau 75 – 85 % agregat
berdasarkan presentase (%) volume. Dengan demikian agregat merupakan bahan utama yang turut
menahan beban yang diterima oleh bagian perkerasan dimana digunakan bahan pengikat aspal
yang sangat dipengaruhi oleh mutu agregat.
Jenis-jenis Agregat
1. Agregat Kasar
Agregat kasar adalah agregat yang lolos pada saringan ¾ (19,1 mm) dan tertahan pada saringan
No. 4 (4,75 mm) terdiri dari batu pecah atau koral (kerikil pecah) berasal dari alam yang
merupakan batu endapan.
a. Sifat-sifat Agregat Kasar adalah :
1. Kekuatan dan Kekerasan
Stabilitas mekanis agregat harus mempunyai suatu kekerasan untuk menghindari
terjadinya suatu kerusakan akibat beban lalu lintas dan kehilangan kestabilan. Pemeriksaan
ketahanan terhadap abrasi dengan menggunakan mesin Los angles, jika dalam pemeriksaan ini
kehilangan berat lebih dari harga yang ditentukan, maka agregat tidak layak untuk digunakan
sebagai bahan perkerasan jalan.
2. Bentuk dan Tekstur Agregat
Bentuk dan tekstur agregat mempunyai kestabilan dari lapisan perkerasan yang dibentuk
oleh agregat tersebut.
Karakteristik dari lapisan perkerasan dapat dipengaruhi dari bentuk dan tekstur dari agregat
tersebut.
b. Partikel agregat kasar dapat berbentuk :
1. Bulat (Rounded)
Agregat yang dijumpai pada umumnya berbentuk bulat, partikel agregat bulat saling bersentuhan
dengan luas bidang kontak kecil sehingga menghasilkan daya interceling yang lebih kecil dan lebih
mudah tergelincir.
2. Lonjong (Elongated)
Partikel berbentuk lonjong dapat ditentukan di sungai-sungai atau bekas endapan sungai. Agregat
dikatakan panjang jika ukuran terpanjang 1,8 kali diameter rata-rata indeks kelonjongan
(Elongated Indeks) adalah perbandingan dalam persen dari berat agregat lonjong terdapat berat
total.
3. Kubus
Partikel berbentuk kubus merupakan bentuk agregat hasil dari mesin pemecah (Crusher Stone)
yang mempunyai bidang kontak yang lebih halus, berbentuk bidang rata sehingga memberi
Intercoling (saling mengunci yang lebih besar).
4. Pipih
Agregat berbentuk pipih mudah retak pada waktu pencampuran, pemadatan serta akibat beban lalu
lintas. Oleh karena itu banyak agregat pipih dibatasi dengan menggunakan nilai indeks kepipihan
yang di syaratkan.
5. Tidak beraturan (Irregular)
Besarnya gesekan dipengaruhi oleh jenis permukaan jenis permukaan agregat yang dapat
dibedakan atas agregat yang permukaannya keras, permukaan licin dan mengkilap (Classy)
agregat yang permukaannya berpori.
Pada kontruksi perkerasan jalan bentuk butiran mempunyai beberapa pengaruh langsung atau tidak
langsung antara lain :
- Mempengaruhi cara pengerjaan campuran
- Merupakan kemampuan pemadatan dalam mencapai kepadatan / density yang ditentukan.
- Mempengaruhi kekuatan perkerasan aspal.
2. Agregat Halus
Yang termasuk dalam fraksi agregat halus adalah yang lolos saringan No. 8 (2,38 mm)
dan tertahan pada saringan No. 200 (0,075 mm) terdari bahan-bahan berbidang kasar bersudut
tajam dan bersih dari kotoran atau bahan-bahan yang tidak dikehendaki.
Karakteristik agregat halus yang menjadi tumpuan bagi kekuatan campuran aspal terletak
pada jenis, bentuk dan tekstur permukaan dari agregat. Agregat halus memegang
peranan penting dalam pengontrolan daya tahan terhadap deformasi, tetapi penambahan daya
tahan ini diikuti pula dengan penurunan daya tahan campuran secara keseluruhan jika melebihi
proporsi yang disyaratkan
3. Filler
Filler yang artinya sebagai filler dapat dipergunakan debu, batu kapur, debu dolomite, atau
semen dan harus bebas dari setiap benda yang harus dibuang. Filler mempunyai ukuran yang lolos
100 % lolos dari 0,60 mm dan tidak kurang dari 75 % berat partikel yang lolos saringan 0,075 mm
( saringan basah ).
Perlu diperhatikan agar bahan tersebut tidak tercampur dengan kotoran atau bahan lain
yang dikehendaki dan bahan dalam keadaan kering ( kadar air maksiumum 1 %).
a. Jenis-jenis filler
Jenis filler yang dipergunakan adalah abu batu, semen Portland, debu dolomite dan kapur dan lain-
lain.
b. Syarat-syarat filler
Adapun syarat-syarat filler sebagai berikut :
1. Bahan filler terdiri dari abu batu, semen Portland, abu terbang, debu dolomite, kapur,dan lain-
lain.
2. Harus kering dan bebas dari pengumpulan dan bila diuji dengan pengayakan basah harus
mengandung bahan yang lolos saringan No. 200 tidak kurang dari 70 % beratnya.
3. Penggunaan kapur sebagai bahan pengisi dapat memperbaiki daya tahan campuran,
membantu penyelimutan dari partikel agregat.
Dalam pembangunan jembatan tentunya dibutuhkan pondasi yang kuat dengan tujuan untuk
menahan seluruh beban jembatan ke dasar tanah. Beberapa instrument yang biasa digunakan dalam
pembangunan pondasi jembatan yaitu piezometer, inclinometer, PDA, dan lainnya.
Jenis pondasi yang biasa digunakan untuk konstruksi jembatan yaitu steel pile, reinforced concrete
pile, precast prestressed concrete pile, composite piles, concrete cast in place. Dengan pondasi
yang kuat maka jembatan bisa berfungsi dengan layak dan bisa menahan beban yang diterima.
Fungsi Jembatan
Berdasarkan fungsinya, jembatan terbagi menjadi beberapa macam yaitu :
Sesuai dengan namanya, jembatan ini dibangun untuk sarana transportasi berbagai kendaraan
seperti jembatan Ampera, Jembatan Suramadu, Jembatan Ampera dan lainnya.
Jembatan ini dibangun khusus untuk jalur kereta api yang terhubung antar kota ataupun antar
pulau.
Contoh jembatan ini sering kali kita lihat di jalur penyebrangan ataupun di setiap halte busway.
Sedangkan bahan baku pembuatan jembatan terbagi menjadi beberapa macam yaitu beton, kayu,
beton prategang, baja dan komposit. Bahan konstruksi setiap jembatan disesuaikan dengan fungsi
dan tingkat beban yang akan diterima jembatan.
Jembatan Plat (slab bridge) : Elemen struktur horizontal yang berfungsi untuk menyalurkan beban
mati ataupun beban hidup menuju rangka pendukung vertical dari suatu sistem struktur.
Jembatan Plat Berongga (voided slab bridge) : plat beton prategang yang biasa digunakan untuk
bentangan yang lebih panjang pada jembatan.
Jembatan Gelagar (girder bridge) : terdiri dari I girder, box girder dan U/V Girder.
Jembatan Rangka (truss bridge) : menyusun tiang-tiang jembatan yang berupa rangka membentuk
segitig. Setiap sturktur truss yang terhubung harus ditekankan terhadap beban statis dan beban
dinamis yang diterima oleh jembatan.
Jembatan Pelengkung (Arch Bridge) : Sebuah jembatan yang terdapat struktur berbentuk setengah
lingkaran dengan abutmen pada kedua sisinya.
Jembatan Gantung (Suspension Bridge) : Berfungsi sebagai pemikul langsung beban lalu lintas
yang melewati jembatan tersebut. Seluruh beban yang lewat di atasnya ditahan oleh sepasang kabel
penahan yang bertumpu di atas 2 pasang menara dan 2 pasang blok angkur.
Jembatan Kabel ( Cable Stayed Bridge) : menggunakan kable baja yang kuat dan kokoh untuk
menahan setiap beban yang melewati jembatan.
Jembatan Cantilever (Cantilever Bridge) : Pada system ini balok jembatan dicor (cast insitu) atau
dipasang (precast), segmen demi segmen sebagai kantilever di kedua sisi agar saling mengimbangi
(balance) atau satu sisi dengan pengimbang balok beton yang sudah dilaksanakan lebih dahulu.
Bearing
Bantalan yang berfungsi untuk mengurangi gesekan pada benda yang bergerak secara linear
ataupun rotasi.
Expansion Joint
Komponen ini merupakan sambungan yang bersifat flexible sehingga saluran yang disambungkan
memiliki toleransi untuk bergerak.
Bentangan yang berada antara dua intermediate pendukung, material yang digunakan untuk
pembuatan span sangat beragam seperti beton, baja, kayu, dan lainnya tergantung dari jenis beban
yang diterima jembatan.
Jalur untuk pejalan kaki yang biasanya dibuat lebih tinggi tapi tetap sejajar dengan jalan utama,
tujuannya agar pejalan kaki lebih aman dan bisa dilihat jelas oleh pengendara yang melintas.
Girder
Bagian pada struktur atas yang berfungsi untuk menyalurkan beban kendaraan pada bagian atas ke
bagian bawah atau abutment.
Balok Diafgrama
Bagian penyangga dari gelagar-gelagar jembatan yang memanjang dan hanya berfungsi sebagai
balok penyangga biasa bukan sebagai pemikul beban plat lantai.
Bagian bawah jembatan yang berada pada kedua ujung pilar-pilar jembatan, fungsi dari abutment
yaitu untuk menahan seluruh beban hidup (angin, hujan, kendaraan, dll) dan beban mati ( beban
gelagar, dll) pada jembatan.
Konstruksi jembatan yang sudah selesai dibangun harus melewati tahap pengujian beban atau load
test, tujuannya untuk mengetahui tingkat maksimum beban yang bisa diterima oleh jembatan.
Selain itu, jembatan juga harus dipantau dengan structural health monitoring system (SHMS) agar
ketika terjadi keretakan ataupun pergeseran bisa langsung diketahui.
Gorong gorong berupa gorong gorong pipa bertulang atau gorong gorong pipa tidak bertulang
ataupun pipa baja bergelombang yang mana ditentukan dalam kontrak. Sarana drainase lain nya
meliputi ding ding kepala,ding ding sayap,lapis bantaran,lubang tangkapan,tanggul pemecah
aliran,yang dibangun dengan pasangan batu atau pekerjaan batu dengan siar,beton bertulang,beton
tidak bertulang atau bronjong yang mana ditentukan dalam kontrak.
REHABILITASIDRAINASETEPI JALAN.
Pekerjaan ini mencakup pembersihan tumbutumbuhan dan pembuangan benda benda dari
saluran tepi jalan atau pun dari kanal kanal yang ada,memotong kembali dan membentukulang
saluran tanah yang ada untuk perbaikan atau peningkatan kondisi asli dan juga perbaikan saluran
yang dilapisi dalam hal saluran pasangan batu atau beton.
SALURAN DILAPISI
Pekerjaan ini terdiri dari membangun saluran baru atau rekonstruksi saluran yang ada dan
memberikan satu lapisan pasangan batu sebagaimana ditunjukkan dalam gambar atau seperti
yang diperintahkan oleh Direksi Teknik Lapangan. Pekerjaan tersebut juga termasuk setiap
pemindahan atau penjagaan aliran air, kanal irigasi atau jalan air yang ada, yang terganggu
selama pelaksanaan pekerjaan kontrak.
Toleransi Ukuran
1. Ketinggian final dasar saluran tidak boleh berbeda lebih dari 1 cm dari yang ditentukan
pada setiap titik dan harus cukup halus serta bentuknya rata untuk menjamin aliran air
yang bebas
2. Alinemen aliran dan profil potongan melintang akhir (final) tidak boleh berbeda lebih
dari 5 cm dari yang ditentukan pada setiap titik.
3. Permukaan masing masing batu muka pasangan batu pelapisan tidak boleh berbeda lebih
dari 3 cm permukaan normal.
4. Ketebalan pasangan batu harus seperti yang ditunjukkan pada gambar standard dan tidak
boleh kurang dari 20 cm.
PELAKSANAAN PEKERJAAN
Lokasi, panjang, garis batas dan kemiringan yang diperlukan dari semua saluran saluran yang
harus digali dan dilapisi,bersama sama dengan semua lubang tangkapan dan kuala yang
berkaitan harus dipatok dilapangan oleh kontrakor sesuai dengan rincian pelaksanaan yang
ditunjukkan pada gambar rencana atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknis serta harus
diperiksa dan mendapat persetujuan Direksi teknik sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai.
Persiapan Pondasi
Ketinggian permukaan pondasi untuk saluran harus dipasang dan digali sampai kedalaman yang
ditunjukkan pada gambar rencana atau seperti diperintahkan oleh direksi teknik dilapangan untuk
menjamin bahwa satu permukaan yang baik dan memadai dapat diperoleh.
Bila diperintahkan demikian oleh direksi teknik bahan lantai kerja yang disetujui harus diletakkan
dan dipadatkan ditempatnya, kecuali ditentukan lain atau ditunjukkan pada gambar rencana, dasar
pondasi untuk pelapisan pekerjaan batu harus normal (tegak lurus) atau dipotong bertangga tegak
lurus pada permukaan dinding.
Bila ditunjukkan pada gambar rencana atau diminta lain oleh direksi teknik satu pondasi atau alas
pondasi dari beton akan diperlukan.
Pemasangan dan penyelesaian akhir pekerjaan Batu dengan Siar setelah disetujui penyiapan
pekerjaan pondasi,pelapisan pasangan batu dengan siar akan dibangun
Bahan Bahan
Urugan kembali yang digunakan sebagai bahan dasar dan perbaikan bagian dibawah pelapisan
pasangan batu harus dari pasir, kerikil berpasir,atau bahan berbutir bergradasi baik yang disetujui
lainnya dengan ukuran batu maksimum 20 mm.
Bahan Filter
Bahan bahan untuk membuat lapisan dasar menyerap air, kantong kantong filter ataupun lubang
pelepasan pada pelapisan pekerjaan batu yang disetujui harus keras,awet,bahan nerbutir yang
memenuhi persyaratan gradasi.
Adonan (mortar) terdiri dari semen Portland (pc) dicampur dengan agregat halus atau pasir kasar
dalam satu perbandingan 1 semen dan 3 agregat/pasir. Kelas beton k125 ,bila diperlukan beton
yang digunakan untuk dasar pasangan batu dari kelas K125.
Perkerasan adalah lapisan-lapisan bahan perkerasan yang memenuhi persyaratan tertentu yang
dihamparkan diatas tanah dasar dan kemudian dipadatkan dengan persyaratan tertentu.
Perkerasan lentur
perkerasan aspal
Perkerasan Kaku
Perkerasan beton
Penyebaran tegangan di dalam struktur perkerasan
Jenis-jenis perkerasan aspal :
1. Perkerasan Beton :
a. Kekuatan lentur (flexural strength) rendah, maka regangan tarik yang terjadi besar sehingga
umur berkurang.
b. Agregat agak lunak atau kotor, permukaan akan lepas-lepas sehingga umur menjadi
berkurang.
Jika mutu pelaksanaan tidak memenuhi syarat maka :
1. Perkerasan Beton :
a. Kerataan tidak memenuhi toleransi, kenyamanan pengendara ber-kurang dan umur akan
menurun.
b. Pemadatan yang kurang sempurna akan menimbulkan keropos dalam beton
sehingga mudah retak dan umur akan berkurang.
c. Air yang digunakan terlalu banyak, mutu beton menurun sehingga umur akan berkurang.
2. Cement Treated Sub-Base (CTSB) :
Permukaan kasar dan tidak rata, bidang antara CTSB dan perkerasan beton tidak diberi plastik
atau membran, maka perkerasan beton akan retak di sembarang tempat bukan di daerah
dowel.
Beam bridge atau jembatan grider adalah desain konstruksi jembatan yang paling sederhana.
Terdiri dari balok-balok jalan memanjang secara horizontal yang ditumpu oleh balok-balok batu
vertikal di bagian bawahnya. Balok yang digunakan sebagai penumpu jalan horizontal umumnya
terbuat dari beton dan batang baja yang ditanamkan di dalam tanah utuk menjaga keseimbangan
dan kekuatan jembatan.
Model jembatan ini cocok untuk menghubungkan dua daerah yang dekat, seperti jalan yang
dipisahkan oleh sungai, atau dua desa yang terpisah jaraknya karena adanya aliran sungai. Bisa
juga digunakan untuk jalan kereta.
2. Truss Bridge
Truss bridge adalah desain versi lebih kokoh dibandingkan beam bridge. Hal ini disebabkan
karena karena adanya kerangka truss yang berbentuk triangular yang dibangun di atas jembatan.
Desain truss biasanya perpaduan dari berbagai bentuk segitiga yang dapat menciptakan kedua
struktur menjadi sangat kaku.
Fungsi truss ini tidak lain untuk mentransfer beban dari satu titik ke daerah yang jauh lebih luas
sehingga beban tidak tertumpu di satu titik.
3. Arch Bridge
Arch bridge ini memiliki desain yang melengkung menyerupai sebuah busur atau panahan di
bagian bawah jalan yang berbentuk horizontal. Pembuatannya lebih sedikit membutuhkan
material bangunan dibandingkan dengan model beam bridge. Meski begitu, jembatan dengan
desain seperti ini memiliki ketahanan yang lebih kuat dibandingkan dengan model truss bridge.
4. Suspension Bridge
Suspension bridge atau biasa disebut dengan jembatan gantung ini adalah desain jembatan yang
terdiri dari menara dan rangkaian tali yang menjadi sebuah sistem dalam mengurangi tegangan
dan kompresi pada jembatan. Umumnya, jembatan jenis ini membutuhkan minimal dua menara
atau tiang untuk menahan beban.
Pembangunan jembatan seperti ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit karena bentuknya
yang rumit, namun sekaligus menghasilkan jembatan yang indah yang bisa menjadi icon khas
sebuah negara.
5. Cantilever Bridge
Jembatan ini terbagi ke dalam tiga ruas yang masing-masing memiliki fungsi untuk menahan
tegangan dan kompresi yang diterima pada jembatan dengan sangat baik. Dua ‘lengan’ jembatan
memiliki peran untuk membawa beban secara vertikal. Meski desainnya rumit, namun
penampilan luarnya sangat unik dan cantik.
4.9. ALINYEMEN HORIZONTAL DAN VERTIKAL JALAN
Perencanaan geometrik adalah merupakan bagian dari perencanaan jalan keseluruhan. Ditinjau
secara keseluruhan perencanaan geometrik harus dapat menjamin keselamatan maupun
kenyamanan dari pemakai jalan. Untuk dapat menghasilkan suatu rencana jalan yang baik dan
mendekati keadaan yang sebenarnya diperlukan suatu data dasar yang baik pula.
Perencanaan geometrik jalan juga merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititik beratkan
pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan yaitu memberikan
pelayanan yang optimal pada arus lalu-lintas. Jadi tujuan dari perencanaann geometrik jalan adalah
menghasilkan infrastruktur yang aman dan efisien pelayanan arus lalu lintas serta memaksimalkan
biaya pelaksananaan ruang, bentuk dan ukuran. Jalan dapat dikatakan baik apabila dapat
memberikan rasa aman dan nyaman kepada pemakai jalan.
Secara geometrik, perencanaan jalan dibagi menjadi 2, yaitu perencanaan alinyemen horisontal
dan alinyemen vertikal. Alinyemen horizontal atau trase suatu jalan adalah garis proyeksi sumbu
jalan tegak lurus pada bidang peta, yang biasa disebut tikungan atau belokan. Sedangkan
Alinyemen vertikal adalah garis potong yang dibentuk oleh bidang vertikal melalui sumbu jalan
dengan bidang permukan pengerasan jalan, yang biasa disebut puncak tanjakan dan lembah
turunan (jalan turun).
Tinjauan alinyemen horizontal secara keseluruhan
Ditinjau secara keseluruhan, penetapan alinyemen horizontal harus dapat menjamin keselamatan
maupun kenyamanan bagi pemakai jalan. Untuk mencapai tujuan ini antara lain perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
Sedapatnya mungkin menghindari broken back, artinya tikungan searah yang hanya
dipisahkan oleh tangen yang pendek.
Pada bagian yang relatif lurus dan panjang, jangan sampai terdapat tikungan yang tajam
yang akan mengejutkan pengemudi.
Kalau tidak sangat terpaksa jangan sampai menggunakan radius minimum, sebab jalan
tersebut akan sulit mengikuti perkembangan-perkembangan mendatang.
Dalam hal kita terpaksa menghadapi tikungan dengan lengkung majemuk harus
diusahakan agar R1 > 1,5 R2.
Pada tikungan berbentuk S maka panjang bagian tangen diantara kedua tikungan harus
cukup untuk memberikan rounding pada ujung-ujung tepi perkerasan.
Menetapkan kecepatan rencana (design speed)
Untuk menetapkan alinyemen horizontal pada suatu rute, section ataupun segment dari suatu jalan,
perlu diketahui terlebih dahulu ‘Topography” yang akan dilalui oleh trase jalan yang akan di
design. Keadaan topograpi tersebut kemudian akan dijadikan dasar dalam menetapkan besarnya
kecepatan rencana dari jalan yang akan direncanakan, setelah kelas jalan tersebut ditentukan.
Spiral-Circle-Spiral – SCS yaitu, Lengkung terdiri atas bagian lengkungan (Circle) dengan
bagian peralihan (Spiral) untuk menghubungkan dengan bagian yang lurus FC. Dua bagian
lengkung di kanan-kiri FC itulah yg disebut Spiral. (lihat perbedaan dengan FC).
Spiral-Spiral – SSyaitu, Lengkung yg hanya terdiri dari spiral-spiral saja tanpa adanya
circle. Ini merupakan model SCS tanpa circle. Lengkung ini biasanya terdapat di tikungan
dengan kecepatan sangat tinggi. (lihat perbedaan dengan SCS)
Persyaratan untuk pembuatan peta topografi umum dirinci sebagai berikut, yaitu:
Potret bentuk tanah (landform) harus memiliki relief mikro dengan bentuk fisik yang jelas, hal
ini akan langsung menentukan tata letak dan lokasi saluran irigasi, saluran pembuang dan jalan.
Ketelitian ketinggian permukaan lahan.
Di daerah datar, kemiringan saluran sebaiknya kurang dari 10 cm/km. Ketepatan dalam hal
ketinggian adalah penting sekali karena hal ini akan menunjukkan apakah suatu layanan sistem
irigasi dan drainase (pembuangan) akan berfungsi.
Di daerah yang memiliki lahan curam, layanan sistem irigasi dan sistem drainase sangat
tergantung pada kemiringan lahan dan ketinggian, sesuai dengan interval garis kontur dengan
ketentuan, sebagai berikut :
o tanah datar < 2 % dengan interval 0,5 m
o tanah berombak dan landai 2-5 % dengan interval
Pengukuran Sungai dan Lokasi Bendung
Untuk perencanaan bangunan utama di sungai diperlukan informasi topografi mendetail
mengenai sungai dan lokasi bendung. Bersama-sama dengan pengukuran untuk peta
topografi umum, harus diukur pula beberapa titik di sungai. Hasil-hasilnya akan digunakan
dalam perencanaan pendahuluan jaringan irigasi. Pengukuran ini mencakup unsur-unsur
berikut :
Peta bagian sungai di mana bangunan utama akan dibangun. Skala peta ini adalah 1: 2.000
atau lebih besar yang meliputi 1 km ke hulu dan 1 km ke hilir bangunan utama dan melebar
hingga 250 m ke masing-masing sisi sungai. Daerah bantaran harus terliput semuanya.
Kegiatan pengukuran ini juga mencakup pembuatan peta daerah rawan banjir. Peta itu harus
dilengkapi dengan garis-garis kontur pada interval 1,0 m, kecuali di dasar sungai dimana
diperlukan garis-garis kontur pada interval 0,50 m. Peta itu juga harus memuat batas-batas
penting seperti batas-batas desa, sawah dan semua prasarananya.
Potongan memanjang sungai dengan potongan melintang setiap 50 m. Panjang potongan
memanjang serta skala horisontalnya harus dibuat sama dengan untuk peta sungai di atas skala
vertikalnya 1: 200 atau 1 : 500, bergantung kepada kecuraman medan. Skala. potongan
melintangnya 1 : 200 horisontal dan 1 : 200 vertikal. Panjang potongan melintang adalah 50 m
ke masing-masing sisi sungai. Elevasinya akan diukur pada jarak maksimum 25 m atau untuk
beda tinggi 0,25 m mana saja yang bisa dicapai lebih cepat.
Pengukuran detail lokasi bendung yang sebenarnya harus dilakukan, yang menghasilkan peta
berskala 1: 200 atau 1: 500 untuk areal seluas kurang lebih 50 ha (1000 x 500 m2). Peta ini akan
menunjukkan lokasi seluruh bagian bangunan utama termasuk lokasi kantong pasir dan tanggul
penutup. Peta ini akan dilengkapi dengan titik rincik ketinggian dan garis-garis kontur setiap
0,25 m
Klasifikasi menurut kelas jalan & ketentuannya serta kaitannya dengan kasifikasi menurut fungsi
jalan dapat dilihat dalam Tabel (Pasal 11, PP. No.43/1993).
Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar kemiringan medan yang diukur
tegak lurus garis kontur. Klasifikasi menurut medan jalan untuk perencanaan geometrik dapat
dilihat dalam Tabel.
Struktur Macadam
Lapisan Penetrasi Macadam (lapen), merupakan lapis perkerasan yang terdiri dari agregat pokok
dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal dengan cara
disemprotkan di atasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Di atas lapen ini biasanya diberi
laburan aspal dengan agregat penutup. Tebal lapisan bervariasi dari 4-10 cm.
Struktur Telford
Konstruksi Telford yaitu susunan batu pecah berukuran besar (10/15 dan 15/20) disusun berdiri
dengan batu pecah yang lebih kecil mengisi rongga diatasnya sehingga rata, kemudian
dipadatkan/digilas dengan mesin gilas, selanjutnya ditabur sirtu diseluruh permukaan untuk
dibabar basah.
Rigid Pavement atau Perkerasan Kaku adalah suatu susunan konstruksi perkerasan di mana
sebagai lapisan atas digunakan pelat beton yang terletak di atas pondasi atau di atas tanah dasar
pondasi atau langsung di atas tanah dasar (subgrade).
JEMBATAN
A. Pengertian Jembatan
Jembatan secara umum diartikan sebagai suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan
dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan – rintangan seperti lembah yang dalam,
alur sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan kereta api, jalan raya yang melintang tidak sebidang
dan lain – lain.
1. Berdasarkan fungsinya
2. Berdasarkan lokasinya
C. Struktur Jembatan
Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang meliputi berat
sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu-lintas kendaraan, gaya rem, beban pejalan
kaki, dll.
1. Trotoar :
Sandaran dan tiang sandaran,
Peninggian trotoar (Kerb),
Slab lantai trotoar.
2. Slab lantai kendaraan,
3. Gelagar (Girder),
4. Balok diafragma,
5. Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang),
6. Tumpuan (Bearing).
Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur atas dan beban lain yang
ditumbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan, tumbukan, gesekan pada tumpuan dsb.
untuk kemudian disalurkan ke fondasi. Selanjutnya beban-beban tersebut disalurkan oleh fondasi
ke tanah dasar.
Fondasi
Fondasi jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban jembatan ke tanah dasar. Berdasarkan
sistimnya, fondasi abutment atau pier jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam jenis,
antara lain :
3. Setelah itu, pertebal garis jalan tersebut dengan cara klik Objek Propetis pilih width 10px atau
8 px (semakin tinggi nilainya, maka garisnya akan semakin tebal). Kemudian tentukan pula warna
jalanya sesuai dengan keinginan Anda.
4. Setelah itu, kita masukan beberapa ikon tempat dengan cara klik Insert Character. Pada Font,
pilih webdings dengan Code Page: All. Pilih character sesuai dengan yang Anda butuhkan.
5. Pembahasan tentang cara membuat denah atau peta lokasi telah selesai. Anda bisa
menambahkan gambar sungai, jembatan dan sebagainya jika memang itu diperlukan.
Contoh : muatan/beban dari tekan air pada dinding bak air atau tekanan air
pada pintu air.
Tekanan air pada dinding bak atau pada ointu air tidak terbagi rata
(merupakan tekanan segitiga) yang dimulai dari bagian atas kecil tak
terhingga dan semakin ke bawah semakin besar.
Penulisan muatan / bebandan satuannya adalah :
q = 2000 kg/m2
q = 2 ton/m2
q = 2 kn/m2
Contoh :
Hitunglah beban yang bekerja pada balok beton bertulang dengan ukuran 30 cm x
50 cm, bila balok tersebut digunakan untuk menyangga ruang rumah tinggal
dengan luas lantai yang dipikul balok sebesar 2 m tiap panjang balok.
Catatan : beban lantai tidak dihitung.
Jawaban :
Dalam pembangunan jembatan tentunya dibutuhkan pondasi yang kuat dengan tujuan untuk
menahan seluruh beban jembatan ke dasar tanah. Beberapa instrument yang biasa digunakan dalam
pembangunan pondasi jembatan yaitu piezometer, inclinometer, PDA, dan lainnya.
Jenis pondasi yang biasa digunakan untuk konstruksi jembatan yaitu steel pile, reinforced concrete
pile, precast prestressed concrete pile, composite piles, concrete cast in place. Dengan pondasi
yang kuat maka jembatan bisa berfungsi dengan layak dan bisa menahan beban yang diterima.
Fungsi Jembatan
Sedangkan bahan baku pembuatan jembatan terbagi menjadi beberapa macam yaitu beton, kayu,
beton prategang, baja dan komposit. Bahan konstruksi setiap jembatan disesuaikan dengan fungsi
dan tingkat beban yang akan diterima jembatan.
Jembatan Plat (slab bridge) : Elemen struktur horizontal yang berfungsi untuk menyalurkan beban
mati ataupun beban hidup menuju rangka pendukung vertical dari suatu sistem struktur.
Jembatan Plat Berongga (voided slab bridge) : plat beton prategang yang biasa digunakan untuk
bentangan yang lebih panjang pada jembatan.
Jembatan Gelagar (girder bridge) : terdiri dari I girder, box girder dan U/V Girder.
Jembatan Rangka (truss bridge) : menyusun tiang-tiang jembatan yang berupa rangka membentuk
segitig. Setiap sturktur truss yang terhubung harus ditekankan terhadap beban statis dan beban
dinamis yang diterima oleh jembatan.
Jembatan Pelengkung (Arch Bridge) : Sebuah jembatan yang terdapat struktur berbentuk setengah
lingkaran dengan abutmen pada kedua sisinya.
Jembatan Gantung (Suspension Bridge) : Berfungsi sebagai pemikul langsung beban lalu lintas
yang melewati jembatan tersebut. Seluruh beban yang lewat di atasnya ditahan oleh sepasang kabel
penahan yang bertumpu di atas 2 pasang menara dan 2 pasang blok angkur.
Jembatan Kabel ( Cable Stayed Bridge) : menggunakan kable baja yang kuat dan kokoh untuk
menahan setiap beban yang melewati jembatan.
Jembatan Cantilever (Cantilever Bridge) : Pada system ini balok jembatan dicor (cast insitu) atau
dipasang (precast), segmen demi segmen sebagai kantilever di kedua sisi agar saling mengimbangi
(balance) atau satu sisi dengan pengimbang balok beton yang sudah dilaksanakan lebih dahulu.
Bearing
Bantalan yang berfungsi untuk mengurangi gesekan pada benda yang bergerak secara linear
ataupun rotasi.
Expansion Joint
Komponen ini merupakan sambungan yang bersifat flexible sehingga saluran yang disambungkan
memiliki toleransi untuk bergerak.
Span
Bentangan yang berada antara dua intermediate pendukung, material yang digunakan untuk
pembuatan span sangat beragam seperti beton, baja, kayu, dan lainnya tergantung dari jenis beban
yang diterima jembatan.
Trotoar
Jalur untuk pejalan kaki yang biasanya dibuat lebih tinggi tapi tetap sejajar dengan jalan utama,
tujuannya agar pejalan kaki lebih aman dan bisa dilihat jelas oleh pengendara yang melintas.
Girder
Bagian pada struktur atas yang berfungsi untuk menyalurkan beban kendaraan pada bagian atas ke
bagian bawah atau abutment.
Balok Diafgrama
Bagian penyangga dari gelagar-gelagar jembatan yang memanjang dan hanya berfungsi sebagai
balok penyangga biasa bukan sebagai pemikul beban plat lantai.
Struktur Bawah Jembatan (Sub Structures)
Abutment
Bagian bawah jembatan yang berada pada kedua ujung pilar-pilar jembatan, fungsi dari abutment
yaitu untuk menahan seluruh beban hidup (angin, hujan, kendaraan, dll) dan beban mati ( beban
gelagar, dll) pada jembatan.
Konstruksi jembatan yang sudah selesai dibangun harus melewati tahap pengujian beban atau load
test, tujuannya untuk mengetahui tingkat maksimum beban yang bisa diterima oleh jembatan.
Selain itu, jembatan juga harus dipantau dengan structural health monitoring system (SHMS) agar
ketika terjadi keretakan ataupun pergeseran bisa langsung diketahui.
Berikut beberapa Gallery Maket Jembatan ,Maket Miniatur Jembatan ,Maket miniatur Jembatan
sebagai referensi Konsumen Maket Miniatur dan portofolio polakaryakreasindo.com sebagai
Produsen dan penyedia Jasa Pembuatan Maket Miniatur Jembatan Profesional dan terbaik di
Indonesia