Anda di halaman 1dari 385

Prof. Dr. Sapriya, M.Ed.

PEMBEL A J A R A N
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
[ PKn ]

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM


KEMENTERIAN AGAMA
REPUBLIK INDONESIA
Tahun 2012

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 


PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn)
Prof. Dr. Sapriya, M.Ed.

Tata Letak & Cover : Rommy Malchan

Hak cipta dan hak moral pada penulis


Hak penerbitan atau hak ekonomi pada
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama RI

Tidak diperkenankan memperbanyak sebagian atau seluruhnya isi buku ini dalam
bentuk dan dengan cara apapun tanpa seizin tertulis dari Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.

Cetakan Ke-1, Desember 2009


Cetakan Ke-2, Juli 2012 (Edisi Revisi)

ISBN, 978-602-7774-18-6

Pengelola Program Kualifikasi S-1 melalui DMS

Pengarah : Direktur Jenderal Pendidikan Islam


Penanggungjawab : Direktur Pendidikan Tinggi Islam
Tim Taskforce : Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, MA.
Prof.Ahmad Tafsir
Prof. Dr. H. Maksum Muchtar, MA.
Prof. Dr. H. Achmad Hufad, M.E.d.
Dr.s Asep Herry Hemawan, M. Pd.
Drs. Rusdi Susilana, M. Si.

Alamat :
Subdit Kelembagaaan Direktorat Pendidikan Tingggi Islam
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI
Lt.8 Jl. Lapangan Banteng Barat Mo. 3-4 Jakarta Pusat 10701
Telp. 021-3853449 Psw.236, Fax. 021-34833981
http://www.pendis.kemenag.go.id/www.diktis.kemenag.go.id
email:kasubditlembagadiktis@kemenag.go.id/
kasi-bin-lbg-ptai@pendis.kemenag.go.id

ii Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

dan Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Sekolah melalui Dual Mode System—
selanjutnya ditulis Program DMS—merupakan ikhtiar Direktorat Jenderal Pendidikan

jabatan di bawah binaannya. Program ini diselenggarakan sejak tahun 2009 dan masih
berlangsung hingga tahun ini, dengan sasaran 10.000 orang guru yang berlatar belakang
guru kelas di Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) pada
Sekolah.
Program DMS dilatari oleh banyaknya guru-guru di bawah binaan Direktorat Jenderal

terlebih di daerah pelosok pedesaan. Sementara pada saat yang bersamaan, konstitusi
pendidikan nasional (UU No. 20 Tahun 2003, UU No. 14 Tahun 2007, dan PP No. 74 Tahun
2008) menetapkan agar sampai tahun 2014 seluruh guru di semua jenjang pendidikan

secara individual melalui perkuliahan regular. Selain karena faktor biaya mandiri yang
relatif membebani guru, juga ada konsekuensi meninggalkan tanggungjawabnya dalam
menjalankan proses pembelajaran di kelas.
Dalam situasi demikian, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam berupaya melakukan
terobosan dalam bentuk Program DMS—sebuah program akselerasi (crash program)
di jenjang pendidikan tinggi yang memungkinkan guru-guru sebagai peserta program

pembelajaran tatap muka (TM) dan pembelajaran mandiri (BM). Untuk BM inilah proses
pembelajaran memanfaatkan media modular dan perangkat pembelajaran online (e-
learning).

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] iii


Buku yang ada di hadapan Saudara merupakan modul bahan pembelajaran untuk
mensupport program DMS ini. Jumlah total keseluruhan modul ini adalah 53 judul. Modul
edisi tahun 2012 adalah modul edisi revisi atas modul yang diterbitkan pada tahun
2009. Revisi dilakukan atas dasar hasil evaluasi dan masukan dari beberapa LPTK yang

dilakukan dengan melibatkan para pakar/ahli yang tersebar di LPTK se-Indonesia, dan
selanjutya hasil review diserahkan kepada penulis untuk selanjutnya dilakukan perbaikan.
Dengan keberadaan modul ini, para pendidik yang saat ini sedang menjadi mahasiswa
agar membaca dan mempelajarinya, begitu pula bagi para dosen yang mengampunya.
Pendek kata, kami mengharapkan agar buku ini mampu memberikan informasi yang
dibutuhkan secara lengkap. Kami tentu menyadari, sebagai sebuah modul, buku ini masih
membutuhkan penyempurnaan dan pendalaman lebih lanjut. Untuk itulah, masukan dan
kritik konstruktif dari para pembaca sangat kami harapkan.
Semoga upaya yang telah dilakukan ini mampu menambah makna bagi peningkatan
mutu pendidikan Islam di Indonesia, dan tercatat sebagai amal saleh di hadapan Allah
swt. Akhirnya, hanya kepada-Nya kita semua memohon petunjuk dan pertolongan agar
upaya-upaya kecil kita bernilai guna bagi pembangunan sumberdaya manusia secara
nasional dan peningkatan mutu umat Islam di Indonesia. Amin
Wassalamu’alaikum wr. wb.

Jakarta, Juli 2012


Direktur Pendidikan Tinggi Islam

Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA

iv Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. v
SILABUS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PKn .......................................................... 1
TINJAUAN MATA KULIAH........................................................................................ 7

PARADIGMA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN .............................................. 11


Pengertian, Tujuan, dan Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan . ....................... 13
Pengembangan Konsep, Nilai, ............................................................................. 23
Moral, dan Norma Dalam PKn.............................................................................. 23
Dimensi Pembelajaran PKn.................................................................................. 37

MATERI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANERAAN.................................. 53


Karakteristik Materi PKn ...................................................................................... 55
Pengembangan Materi Pembelajaran PKn........................................................... 69

DESAIN DAN MODEL PEMBELAJARAN PKn........................................................... 91


Desain Pembelajaran PKn..................................................................................... 93
Model Pembelajaran PKn................................................................................... 109

METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN......................... 129


Strategi dan Metode Pembelajaran PKn............................................................. 131
Metode Pembelajaran Afektif Dalam PKn ........................................................ 151

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN PKN....................................................... 169


Media Pembelajaran PKn................................................................................... 171
Sumber Pembelajaran PKn ................................................................................ 195

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 


DESAIN DAN MODEL PEMBELAJARAN PKN MI KELAS RENDAH......................... 211
Desain Pembelajaran PKn Tematis Di MI Kelas Rendah . ................................... 213
Model Pembelajaran PKn Tematis Di MI Kelas Rendah...................................... 231

DESAIN DAN MODEL PEMBELAJARAN PKn MI KELAS TINGGI............................ 253


Desain Pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi.......................................................... 255
Model Pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi.......................................................... 273

PENILAIAN PEMBELAJARAN PKn ....................................................................... 291


Standar Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Kewarganegaraan
dan Kepribadian................................................................................................. 293
Pengembangan Instrumen Penilaian Pembelajaran PKn................................... 309
Pelaporan Hasil Penilaian Pembelajaran............................................................ 321

PENGEMBANGAN KURIKULUM MATA PELAJARAN PKn . ................................... 335


Mata Pelajaran PKn dalam Sistem Kurikulum Berdasarkan Permendiknas........ 337
Pengembangan Silabus dan RPP Pembelajaran PKn.......................................... 349

GLOSARIUM........................................................................................................ 369
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 375
TENTANG PENULIS.............................................................................................. 379

vi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


SILABUS
PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN PKn

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 



SILABUS
A. Identitas MK
Nama Mata Kuliah : Pembelajaran PKn
Bobot SKS :3
Kode Mata Kuliah :
Mata Kuliah Prasyarat : Konsep Dasar PKn
Kode :
Dosen Pengembang : Dr. Sapriya, M.Ed.

B. SKMK :

Meningkatkan kemampuan profesional guru kelas Madrasah Ibtidaiyah (MI) dalam pembelajaran PKn melalui penguasaan teori dan model
pembelajaran PKn sebagai substansi kajian pedagogik (pedagogically content knowledge) untuk mendukung meningkatkan kualitas pembelajaran
PKn yang berorientasi pada pengembangan kecerdasan baik kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, maupun sosial mahasiswa serta

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


partisipasi warga negara yang bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

C. Deskripsi MK :

Mata kuliah ini membahas tentang dimensi teori dan proses pembelajaran PKn di MI yang berorientasi pada pengembangan kecerdasan dan
partisipasi warga negara, serta memfasilitasi guru kelas MI untuk mampu membelajarkan PKn berlandaskan pada pendekatan kemampuan dasar
kewarganegaraan (civic competence). Sesuai dengan itu, maka cakupan materi dalam mata kuliah ini meliputi: (1) Paradigma baru PKn ; (2)
Pengembangan Materi Pembelajaran PKn ; (3) Pengembangan Desain dan Model Pembelajaran PKn ; (4) Pengembangan Pendekatan dan Metode
Pembelajaran; (5) Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran; (6) Pengembangan Desain dan Model Pembelajaran PKn Kelas Rendah ; (7)
Pengembangan Desain dan Model Pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi ; (8) Pengembangan desain dan model pembelajaran konsep globalisasi dan
kerjasama antarbangsa; (8) Penilaian Pembelajaran PKn; (9) Pengembangan Kurikulum PKn dalam KTSP.

File Sapriya, 15 Januari 2009 1


E. Garis Besar Program

Estimasi No.
No. KD Indikator PB/SPB Kegiatan Pembelajaran Bentuk Waktu Rujukan
Asesmen
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Mahasiswa 1. Menjelaskan pengertian, Paradigma Baru PKn Menguraikan konsep, teori,
memahami tujuan, dan dimensi PKn 1.1 Pengertian, tujuan, dan dimensi percontohan, ilustrasi, latihan
paradigma baru PKn 2. Mengembangkan Konsep, PKn tentang pengertian, tujuan, dan Tertulis
Nilai, Moral dan Norma 1.2 Pengembangan Konsep, Nilai, dimensi PKn, pengembangan pilihan
PKn Moral dan Norma PKn Konsep, Nilai, Moral dan Norma ganda
3. Menjelaskan dimensi 1.3 Dimensi Pembelajaran PKn serta
pembelajaran PKn dimensi pembelajaran PKn
2 Mahasiswa 1. Mengidentifikasi Pengembangan Materi Pembelajaran Menguraikan konsep, contoh, dan
menguasai prinsip karakteristik materi PKn PKn latihan tentang pengembangan Tertulis
pengembangan 2. Mengembangkan materi 2.1 Karakteristik materi PKn materi pembelajaran PKn pilihan
materi pembelajaran pembelajaran PKn MI 2.2 Pengembangan Materi ganda
PKn Pembelajaran PKn MI
3 Mahasiswa 1. Mengembangkan desain Pengembangan Desain dan Model Menguraikan desain dan model
menguasai prinsip pembelajaran PKn Pembelajaran PKn pembelajaran PKn dengan
pengembangan 2. Mengembangkan model 3.1 Pengembangan desain pembelajaran merujuk pada prinsip KTSP dan Tertulis
Desain dan Model pembelajaran PKn PKn Standar Isi (Permendiknas Nomor pilihan
Pembelajaran PKn 3.2 Pengembangan model 22 tahun 2006. ganda
pembelajaran PKn

4 Mahasiswa 1. Mengembangkan Pengembangan Metode Pembelajaran Menguraikan jenis, prinsip, dan


menguasai metode pendekatan dan metode 4.1 Pendekatan dan metode prosedur pendekatan dan metode
pembelajaran PKn pembelajaran PKn pembelajaran PKn pembelajaran PKn untuk MI. Tertulis
2. Mengembangkan metode 4.2 Pengembangan Metode pilihan
pembelajaran PKn PembelajaranPKn berbasis ganda
berbasis portofolio portofolio

5 Mahasiswa 1. Mengembangkan media Pengembangan Media dan Sumber Menguraikan jenis, prinsip, dan Tertulis
menguasai prinsip pembelajaran PKn Pembelajaran karakteristik media dna sumber pilihan

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


File Sapriya, 15 Januari 2009 2



pengembangan media 2. Mengembangkan sumber 5.1 Pengembangan Media pembelajaran pembelajaran PKn untuk MI. ganda
dan sumber pembelajaran PKn PKn
pembelajaran PKn 5.2 Pengembangan Sumber
pembelajaran PKn

6 Mahasiswa 1. Mengembangkan desain Pengembangan Desain dan Model Menguraikan desain dan model
menguasai prinsip pembelajaran PKn MI Pembelajaran PKn Kelas Rendah pembelajaran PKn untuk MI pada
pengembangan Kelas Rendah 6.1 Pengembangan desain pembelajaran jenjang kelas rendah. Tertulis
Desain dan Model 2. Mengembangkan model PKn MI Kelas Rendah pilihan
Pembelajaran PKn pembelajaran PKn MI 6.2 Pengembangan model ganda
MI Kelas Rendah Kelas Rendah pembelajaran PKn MI Kelas
Rendah
7 Mahasiswa 1. Mengembangkan desain Pengembangan Desain dan Model Menguraikan desain dan model
menguasai prinsip pembelajaran PKn MI Pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi pembelajaran PKn untuk MI pada
Tertulis
pengembangan Kelas Tinggi 7.1 Pengembangan desain pembelajaran jenjang kelas tinggi.
pilihan
Desain dan Model 2. Mengembangkan model PKn MI Kelas Tinggi
ganda
Pembelajaran PKn pembelajaran PKn MI 7.2 Pengembangan model
MI Kelas Tinggi Kelas Tinggi pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi
8 Mahasiswa 1. Menjelaskan Standar Penilaian Pembelajaran PKn Menguraikan konsep, contoh, dan
menguasai prinsip Penilaian kelompok mata 8.1 Standar Penilaian kelompok mata latihan tentang pengembangan

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


penilaian pelajaran pelajaran Kewarganegaraan dan penilaian pembelajaran PKn
pembelajaran PKn Kewarganegaraan dan Kepribadian
Tertulis
Kepribadian 8.2 Prinsip penilaian pembelajaran
pilihan
2. Menjelaskan prinsip 8.3 Pengembangan instrumen penilaian
ganda
penilaian pembelajaran pembelajaran PKn
3. Mengembangkan
instrumen penilaian
pembelajaran PKn
9 Mahasiswa 1. Menjelaskan PKn dalam Pengembangan Kurikulum PKn dalam Menguraikan konsep, teori,
mengembangkan sistem kurikulum KTSP percontohan, ilustrasi, latihan
kurikulum PKn berdasarkan Permendiknas 9.1 PKn dalam sistem kurikulum tentang sistem kurikulum Tertulis
sesuai dengan prinsip 2. Mengembangkan silabus berdasarkan Permendiknas berdasarkan Permendiknas dan pilihan
KTSP dan RPP pembelajaran 9.2 Pengembangan silabus dan RPP hakikat pembelajaran PKn dalam ganda
PKn PKn KTSP.

File Sapriya, 15 Januari 2009 3


F. Pemetaan Konsep

Meningkatkan kemampuan profesional guru kelas MI dalam pembelajaran PKn melalui penguasaan teori dan model pembelajaran PKn
sebagai substansi kajian pedagogik (pedagogically content knowledge) untuk mendukung meningkatkan kualitas pembelajaran PKn yang
berorientasi pada pengembangan kecerdasan baik kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, maupun sosial mahasiswa serta partisipasi
warga negara yang bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pengembanga Pengembanga Pengembangan Pengembanga Pengembanga Penilaian


Pengembanga n Desain dan n Pendekatan Media dan n Desain dan n Desain dan Pembelajar Pengemban
Paradigma n Materi Model dan Metode Sumber Model Model an PKn gan
Baru PKn Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran Kurikulum
PKn PKn PKn MI PKn MI PKn dalam
Kelas Rendah Kelas Tinggi KTSP

Mahasiswa menguasai Pembelajaran PKn MI

File Sapriya, 15 Januari 2009 4

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]



 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]
TINJAUAN MATA KULIAH

Bahan Belajar Mandiri (BBM) Mata Kuliah Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan


(PKn) Madrasah Ibtidaiyah (MI) dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan
profesional calon guru dan/atau guru kelas Madrasah Ibtidaiyah (MI) dalam pembelajaran
PKn. Bahan belajar untuk mata kuliah Pembelajaran PKn MI ini menguraikan sejumlah
kompetensi tentang pengembangan pembelajaran yang didukung oleh teori dan model
pembelajaran PKn sebagai substansi kajian pedagogik (pedagogical content knowledge).
Materi pembelajaran ini dimaksudkan pula untuk mendukung peningkatan kualitas
pembelajaran PKn yang berorientasi pada pengembangan kecerdasan baik kecerdasan
intelektual, emosional, spiritual, maupun sosial mahasiswa serta partisipasi warga negara
yang bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Untuk mencapai tujuan di atas, mata kuliah ini membahas tentang dimensi teori dan
proses pembelajaran PKn di MI yang berorientasi pada pengembangan kecerdasan dan
partisipasi warga negara, serta memfasilitasi guru kelas MI untuk mampu membelajarkan
PKn berlandaskan pada pendekatan kemampuan dasar kewarganegaraan (civic
competence).
Setelah Anda selesai mempelajari mata kuliah ini diharapkan Anda akan dapat
menjelaskan tentang hal-hal sebagai berikut.
(1) Paradigma baru PKn;
(2) Pengembangan Materi Pembelajaran PKn;
(3) Pengembangan Desain dan Model Pembelajaran PKn;
(4) Pengembangan Metode Pembelajaran PKn;
(5) Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran PKn;
(6) Pengembangan Desain dan Model Pembelajaran PKn MI Kelas Rendah;
(7) Pengembangan Desain dan Model Pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi;
(8) Penilaian Pembelajaran PKn;
(9) Pengembangan Kurikulum PKn.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 


Materi mata kuliah ini diajarkan dalam sembilan Bahan Belajar Mandiri dengan
perincian sebagai berikut.
BBM 1: Paradigma baru PKn;
BBM 2: Materi Pembelajaran PKn;
BBM 3: Desain dan Model Pembelajaran PKn;
BBM 4: Metode Pembelajaran PKn;
BBM 5: Media dan Sumber Pembelajaran;
BBM 6: Desain dan Model Pembelajaran PKn MI Kelas Rendah;
BBM 7: Desain dan Model Pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi;
BBM 8: Penilaian Pembelajaran PKn;
BBM 9: Pengembangan Kurikulum PKn.

Demikianlah tinjauan matakuliah yang akan Anda pelajari melalui kegiatan belajar
pada setiap Bahan Belajar Mandiri. Selanjutnya agar Anda berhasil mempelajari materi
yang tersaji pada mata kuliah ini perhatikan beberapa anjuran di bawah ini.
1. Pelajarilah setiap bahan belajar mandiri secara bertahap dan berulang-ulang sampai
pada tingkat penguasaan paling sedikit 80%.
2. Kerjakan setiap latihan dengan tertib dan sungguh-sungguh.
3. Diskusikan bagian-bagian yang sulit Anda pahami dengan kawan sekelas.
4. Tanyakan penyelesaian masalah yang sulit kepada orang lain yang lebih mengetahui
atau kepada Tutor Anda pada saat tutorial.
5. Selamat belajar.

 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


PARADIGMA PENDIDIKAN

1
KEWARGANEGARAAN

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 


10 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]
PARADIGMA PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN

PENDAHULUAN

Modul ini merupakan modul pengembangan dalam kemampuan guru Madrasah


Ibtidaiyah (MI) untuk bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai salah
satu kompetensi guru kelas di MI. Pada modul mata kuliah yang lain, tentu Anda telah
mengenal tentang kompetensi guru kelas. Baiklah, Anda tentu masih ingat bahwa salah
satu kompetensi guru kelas di MI adalah menguasai lima bidang studi yang salah satunya
adalah bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan. Bidang studi lain apa lagi yang
termasuk kompetensi guru kelas di MI? Silakan Anda buka buku Standar Kompetensi
Guru Kelas Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah (SKGK SD/MI) yang diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Jakarta atau Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional (Permendiknas) Nomor 16 tahun 2007 tentang Kualifikasi Akademik dan
Tenaga Kependidikan. Dengan memahami sejumlah kompetensi guru tersebut, maka
Anda akan sangat terbantu dalam memahami, mengkaji, menganalis, dan memanfaatkan
serta menerapkan semua kemampuan Anda dalam pembelajaran PKn di MI.
Dalam modul ini Anda akan diajak menganalisis paradigma Pendidikan
Kewarganegaraan yang sesuai dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat
era sekarang dan masa yang akan datang, meliputi pengertian, tujuan, dimensi dan
pembelajarannya. Dengan mempelajari materi dalam modul ini Anda diharapkan memiliki
kemampuan sebagai berikut.
- Menjelaskan pengertian, tujuan, dan dimensi PKn
- Mengembangkan konsep, nilai, moral, dan norma PKn
- Menjelaskan dimensi pembelajaran PKn

Semua kemampuan di atas sangat penting bagi semua guru dan atau calon guru
profesional khususnya untuk menganalisis dan menerapkan konsep-konsep PKn MI
secara terintegrasi dalam pembelajaran. Pentingnya calon sarjana maupun calon guru
profesional memahami atau punya kemampuan seperti ini karena seringkali para guru
pemula mengalami kesulitan dalam menentukan, memilih dan mempertimbangkan

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 11


model pembelajaran PKn dalam proses belajar mengajar. Kenyataan ini diasumsikan
pula karena rendahnya kemampuan analisis dan dangkalnya pengalaman maupun
penguasaan pendekatan, strategi, metode, dan teknik untuk pembelajaran PKn.
Sementara di pihak lain, zaman terus berkembang, kemajuan di bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi juga kian sulit diimbangi oleh kemampuan umat manusia pada umumnya
sehingga akibatnya muncullah masalah-masalah di masyarakat. Demikian pula di bidang
pendidikan khususnya para guru PKn dihadapkan pada sejumlah masalah dalam proses
belajar mengajar terutama dalam memilih dan menyajikan materi yang sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, dengan memahami dan menguasai
materi ini diharapkan Anda akan terbantu dan tidak mengalami kesulitan lagi dalam
menentukan, memilih, mempertimbangkan, dan menerapkan konsep-konsep tersebut
secara terintegrasi. Apabila Anda memiliki kemampuan dalam menganalisis paradigma
dan inovasi dalam pembelajaran PKn maka Anda layak menjadi guru profesional, yakni
seorang guru yang dapat memenuhi harapan dan kebutuhan siswa, orang tua dan
masyarakat serta bangsa dan negara. Lebih jauh lagi, para siswa pun akan sangat terbantu
dalam proses belajarnya sehingga Anda akan mendapat sambutan yang positif dari para
peserta didik.
Agar semua harapan di atas dapat terwujud, maka di dalam modul ini disajikan
pembahasan dan latihan dengan butir uraian sebagai berikut:
1. Pengertian, tujuan, dan dimensi PKn
2. Pengembangan konsep, nilai, moral dan norma PKn
3. Dimensi pembelajaran PKn

Untuk membantu Anda dalam mencapai harapan kemampuan di atas ikutilah


petunjuk belajar sebagai berikut:
1. Bacalah dengan cermat bagian Pendahuluan modul ini sampai Anda faham betul apa,
untuk apa dan bagaimana mempelajari modul ini.
2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan kata-kata yang
Anda anggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci dalam daftar kata-
kata sulit (Glosarium) atau dalam kamus atau dalam ensiklopedia.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri
dan bertukar pikiran dengan mahasiswa atau guru lain dan dengan Tutor.
4. Terapkan prinsip, konsep, dan prosedur yang dituntut oleh kurikulum tentang
ketentuan keharusan menganalisis paradigma PKn dalam pembelajaran.
5. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi dengan teman dalam kelompok atau
kelas.

12 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


1

Pengertian, Tujuan, dan Dimensi


Pendidikan Kewarganegaraan

Pada bagian pendahuluan di atas dalam modul ini, Anda telah mengenal dan
memahami tentang arah pengembangan guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) khususnya
dalam penguasaan kompetensi dalam pembelajaran PKn. Pada kegiatan belajar ini, akan
dibahas tentang pengertian, tujuan, dan dimensi pendidikan kewarganegaraan di MI.
Pada kegiatan belajar ini, Anda diharapkan akan punya pemahaman tentang apa PKn itu,
mengapa perlu ada pembelajaran PKn, dan apa dimensi PKn. Oleh karena itu, apabila
Anda sudah menguasai pembahasan materi pada kegiatan belajar 1, maka Anda akan
sangat terbantu untuk menguasai materi pada kegiatan belajar berikutnya.
Apa pendidikan kewarganegaraan (PKn) untuk MI itu?
Pendidikan Kewarganegaraan atau disingkat PKn merupakan bidang kajian yang
bersifat multifaset yang bidang keilmuannya bersifat interdisipliner, multidisipliner
bahkan multidimensional. Namun, menurut seorang hali ilmu politik yang bernama
Chreshore (1886), secara filsafat keilmuan ia berasal dari ilmu politik khususnya dari
konsep “political democracy” untuk aspek “duties and rights of citizen”. Dari ontologi
pokok inilah berkembang konsep “Civics”, yang secara harfiah diambil dari bahasa Latin
“civicus” yang artinya warga negara pada jaman Yunani kuno, yang kemudian diakui secara
akademis sebagai embrionya “civic education”, yang selanjutnya di Indonesia diadaptasi
menjadi “pendidikan kewarganegaraan” (PKn). Dari sudut pandang epistemologis,
menurut Barr, Barrt, dan Shermis (1978), PKn sebagai suatu bidang keilmuan merupakan
pengembangan dari salah satu dari lima tradisi “social studies” yakni “citizenship
transmission”. Saat ini tradisi itu sudah berkembang pesat menjadi suatu “body of
knowledge” yang dikenal dan memiliki paradigma sistemik yang didalamnya terdapat
tiga domain “citizenship education” yakni: domain akademis, domain kurikuler, dan
domain sosial kultural” (Winataputra:2001)
Ketiga domain itu satu sama lain memiliki saling keterkaitan struktural dan fungsional
yang menurut Center for Civic Education (1998) di Amerika Serikat diikat oleh konsepsi

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 13


kebajikan dan budaya kewarganegaraan (civic virtue and culture) yang mencakup
pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), watak kewarganegaraan (civic
disposition), keterampilan kewarganegaraan (civic skills), kepercayaan kewarganegaraan
(civic confidence), komitmen kewarganegaraan (civic commitment), dan kompetensi
kewarganegaraan (civic competence). Oleh karena itu, ontologi PKn saat ini sudah lebih
luas dari pada embrionya sehingga kajian keilmuan PKn, program kurikuler PKn, dan
aktivitas sosial-kultural PKn saat ini benar-benar bersifat multifaset/multidimensional.
Sifat multidimensionalitas inilah yang membuat bidang studi PKn dapat disikapi sebagai:
pendidikan kewarganegaraan, pendidikan politik, pendidikan nilai dan moral, pendidikan
kebangsaan, pendidikan kemasyarakatan, pendidikan hukum dan hak azasi manusia,
dan pendidikan demokrasi. Kemana arah pengembangan PKn di Indonesia? Hal itu
tergantung dari aspek ontology mana kita berangkat, dengan metode kerja epistemology
mana pengetahuan itu dibangun, dan untuk arah tujuan aksiologis mana kegiatan itu
akan membawa implikasi. Bagi negara kita, Indonesia, arah pengembangan PKn tidak
boleh keluar dari landasan ideologis Pancasila, landasan konstitusional UUD 1945, dan
landasan operasional Undang-undang Sisdiknas yang berlaku saat ini, yakni UU Nomor
20 tahun 2003.

Bukalah UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003.


Temukan pasal yang mengatur tentang Pendidikan
Kewarganegaraan untuk tingkat satuan pendidikan

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu bentuk


dari domain kurikuler PKn. Sesuai dengan namanya, PKn merupakan mata pelajaran
dalam kurikulum SD/MI. Sebagai mata kuliah dalam program pendidikan tenaga
kependidikan, PKn mempunyai misi sebagai pendidikan nilai Pancasila dan pendidikan
kewarganegaraan dan sebagai “subject-specific pedagogy” atau pembelajaran materi
subjek untuk guru PKn. Sebagai mata pelajaran di Madrasah Ibtidaiyah, PKn mempunyai
misi sebagai pendidikan nilai Pancasila dan kewarganegaraan untuk warga negara muda
usia SD/MI. Secara ontologis, mata pelajaran ini berangkat dari nilai-nilai Pancasila
dan konsepsi kewarganegaraan. Secara epistemologis, mata pelajaran ini merupakan
program pengembangan individu, dan secara aksiologis mata pelajaran ini bertujuan
untuk pendewasaan peserta didik sebagai anggota masyarakat, warga negara, dan
komponen bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, karakteristik kurikulum PKn yang perlu dikembangkan dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) hendaknya untuk mencapai target hingga

14 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


terjadinya artikulasi proses “belajar tentang, melalui proses, dan untuk menumbuhkan
demokrasi konstitusional Indonesia sesuai dengan UUD NRI 1945”, yang secara konseptual
diadaptasi dari konsep “learning about, through, and for democracy” (CIVITAS: 1996,
2001; Kerr:1996; Winataputra, 2001). Oleh karena itu, secara umum pembelajaran
PKn di Madrasah Ibtidaiyah adalah pengembangan kualitas warga negara secara utuh
sebagaimana pernah diuraikan dalam naskah akademik Alur Pikir Pengembangan
Kurikulum SD/MI (Ditnaga Dikti, 2005) dalam aspek-aspek:
v kemelek-wacanaan kewarganegaraan (civic literacy), yakni pemahaman peserta didik
sebagai warga negara tentang hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan
demokrasi konstitusional Indonesia serta menyesuaikan perilakunya dengan
pemahaman dan kesadaran itu;
v komunikasi sosial kultural kewarganegaraan (civic engagement), yakni kemauan
dan kemampuan peserta didik sebagai warga negara untuk melibatkan diri dalam
komunikasi sosial-kultural sesuai dengan hak dan kewajibannya.
v pemecahan masalah kewarganegaraan (civic skill and participation), yakni
kemauan, kemampuan, dan keterampilan peserta didik sebagai warga negara dalam
mengambil prakarsa dan/atau turut serta dalam pemecahan masalah sosial-kultur
kewarganegaraan di lingkungannya.
v penalaran kewarganegaraan (civic knowledge), yakni kemampuan peserta didik
sebagai warga negara untuk berpikir secara kritis dan bertanggungjawab tentang ide,
instrumentasi, dan praksis demokrasi konstitusional Indonesia.
v partisipasi kewarganegaraan secara bertanggung jawab ( civic participation and civic
responsibility), yakni kesadaran dan kesiapan peserta didik sebagai warga negara
untuk berpartisipasi aktif dan penuh tanggung jawab dalam berkehidupan demokrasi
konstitusional.

PKn untuk persekolahan sangat erat kaitannya dengan dua disiplin ilmu yang erat
dengan kenegaraan, yakni Ilmu Politik dan Hukum yang terintegrasi dengan humaniora
dan dimensi keilmuan lainnya yang dikemas secara ilmiah dan pedagogis untuk
kepentingan pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, PKn di tingkat persekolahan
bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang cerdas
dan baik (to be smart dan good citizen). Warga negara yang dimaksud adalah warga
negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai
(attitudes and values) yang dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan rasa kebsangsaan
dan cinta tanah air.
Di Madrasah Ibtidaiyah, PKn lebih dititikberatkan pada penghayatan dan pembiasaan
diri untuk berperan sebagai warga negara yang demokratis dalam konteks Indonesia.
Untuk itu guru PKn harus menjadi model warga negara yang demokratis sehingga menjadi
teladan bagi peserta didiknya. Dalam program PGMI di LPTK, PKn sebagai matakuliah

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 15


merupakan program pendidikan yang bertujuan mengembangkan kemampuan
penguasaan calon guru/guru MI mengenai substansi dan metodologi pembelajaran PKn
di madrasah ibtidaiyah.
Bertolak dari berbagai pertimbangan sebagaimana diuraikan di atas, maka
Winataputra dan Sapriya (2003:99-100) pernah mengorganisasikan kurikulum PKn dan
IPS untuk Sekolah Dasar termasuk Madrasah Ibtidaiyah mata pelajaran PKn tersebut
sebagai berikut.
• Pada jenjang MI kelas rendah (lower primary), yakni rentang kelas 1 s/d 3,
pengorganisasian materi pendidikan kewarganegaraan menerapkan pendekatan
terpadu (integrated) dengan fokus model pembelajaran yang berorientasi pada
pengalaman (experience oriented) dengan memanfaatkan pola pengorganisasian
lingkungan yang meluas (expanding environment/ community approach). Tujuan
akhir dari pendidikan kewarganegaraan di kelas rendah ini adalah untuk menumbuh-
kembangkan kesadaran dan pengertian awal tentang pentingnya kehidupan
bermasyarakat secara tertib dan damai. Melalui pembiasaan para peserta didik
dikondisikan untuk selalu bersikap dan berperilaku sebagai anggota keluarga, warga
sekolah, dan warga masyarakat di lingkungannya secara cerdas dan baik (good and
smart citizen). Proses pembelajaran diorganisasikan dalam bentuk belajar sambil
bermain (learning through gaming), belajar sambil berbuat (learning by doing),
dan belajar melalui interaksi sosial-kultural di lingkungannya (enculturation and
socialization).
• Pada jenjang MI kelas tinggi (Upper primary) (4 s/d 6) pengorganisasian materi
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sama dengan jenjang kelas 1 sampai 3
yakni menerapkan pendekatan terpadu (integrated) dengan model pembelajaran yang
berorientasi pada pengalaman (experience oriented) dengan pola pengorganisasian
lingkungan meluas (expanding environment/community approach) dengan visi
utama sebagai pendidikan nilai dan moral demokrasi (democracy value and moral
education). Perbedaannya, pada jenjang MI kelas tinggi, pembelajaran sudah mulai
dikenalkan mata pelajaran yang terpisah. Guru MI sebagai guru kelas membelajarkan
lima mata pelajaran (Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, PKn) secara terpisah.
Namun, dianjurkan pula untuk beberapa kompetensi dasar, agar guru menerapkan
pendekatan tematik (integrated) sesuai dengan memperhatikan prinsip kontekstual,
aktualitas, dan kebutuhan peserta didik.
• Untuk itu maka substansi pendidikan kewarganegaraan di kelas tinggi dipilih dan
diorganisasikan secara terorkestrasi (orchestrated) dengan menekankan pada tumbuh-
kembangnya lebih lanjut kesadaran, pengertian, tentang pentingnya kehidupan
bermasyarakat secara tertib dan damai dan mulai tumbuhnya tanggungjawab
kewarganegaraan (civic responsibility). Para peserta didik dikondisikan, difasilitasi,
dan ditantang untuk selalu bersikap dan berperilaku sebagai anggota keluarga,

16 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


warga sekolah, dan warga masyarakat di lingkungannya yang cerdas dan baik. Proses
pembelajaran diorganisasikan dalam bentuk belajar sambil bermain (learning through
gaming), belajar sambil berbuat (learning by doing), dan belajar melalui pembiasaan
serta interaksi sosial-kultural di lingkungannya (enculturation and socialization)
termasuk di lingkungan bermain.

Tujuan akhir dari pendidikan kewarganegaraan di kelas MI ini adalah tumbuh-


kembangnya kepekaan, ketanggapan, kritisasi, dan kreativitas sosial dalam konteks
kehidupan bermasyarakat secara tertib, damai, dan kreatif. Para peserta didik dikondisikan
untuk selalu bersikap kritis dan berperilaku kreatif sebagai anggota keluarga, warga
sekolah, anggota masyarakat, warga negara, dan ummat manusia di lingkungannya yang
cerdas dan baik. Proses pembelajaran diorganisasikan dalam bentuk belajar sambil
berbuat (learning by doing), belajar memecahkan masalah sosial (social problem solving
learning), belajar melalui perlibatan sosial (socio-participatory learning), dan belajar
melalui interaksi sosial-kultural sesuai dengan konteks kehidupan masyarakat.
Untuk mempermudah kajian dan analisis PKn dalam mencapai tujuannya, maka para
mahasiswa perlu mengenal sejumlah dimensi.
Apa saja dimensi PKn itu?
Pendidikan Kewarganegaraan yang ada di Indonesia seperti yang berkembang di
negara lain memiliki multidimensional, artinya bahwa program PKn bukan hanya untuk
satu tujuan. Winataputra (2001) mengemukakan bahwa ada tiga dimensi PKn, yakni: (1)
PKn sebagai program kurikuler; (2) PKn sebagai program akademik; dan (3) PKn sebagai
program sosial kultural. Dalam pelaksanaan program, tiga dimensi ini dapat saja terjadi
secara simultan atau secara bersamaan (overlaping), khususnya dalam mencapai tujuan
umum, yakni membentuk warga negara yang cerdas dan baik. Khusus untuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tujuan PKn dapat dilihat dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
bagian Penjelasan Pasal 37 ayat (1) bahwa “Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan
untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan
cinta tanah air.”
Domain PKn sebagai program kurikuler merupakan program PKn yang dirancang
dan dibelajarkan kepada peserta didik pada jenjang satuan pendidikan tertentu. Melalui
domain ini, proses penilaian dimaksudkan untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta
didik terhadap program pembelajaran dan program pembangunan karakter. Namun
diakui oleh para pakar bahwa pencapaian program PKn dalam domain kurikuler belumlah
optimal karena masih adanya kelemahan dalam dimensi kurikuler, seperti masalah
landasan, pengorganisasian kurikulum, buku pelajaran, metodologi, dan kompetensi
guru.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 17


Domain PKn sebagai program akademik merupakan program kajian ilmiah
yang dilakukan oleh komunitas akademik PKn menggunakan pendekatan dan metode
penelitian ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah konseptual dan operasional guna
menghasilkan generalisasi dan teori untuk membangun batang tubuh keilmuan PKn.
Kajian ini lebih memperjelas bahwa PKn bukan semata-mata sebagai mata pelajaran
dalam kurikulum sekolah melainkan pendidikan disiplin ilmu yang memiliki tugas
komprehensif dalam arti bahwa semua community of scholars mengemban amanat
(missions) bukan hanya di bidang telaah instrumental, praksis-operasional dan aplikatif
melainkan dalam bidang kajian teoritis-konseptual yang terkait dengan pengembangan
struktur ilmu pengetahuan dan body of knowledge.
Domain PKn sebagai program sosial kultural pada hakikatnya tidak banyak
perbedaan dengan program kurikuler dilihat dari aspek tujuan, pengorganisasian
kurikulum dan materi pembelajaran. Perbedaan terutama pada aspek sasaran, kondisi,
dan karakteristik peserta didik. Program PKn ini dikembangkan dalam konteks kehidupan
masyarakat dengan sasaran semua anggota masyarakat. Tujuannya lebih pada upaya
pembinaan warga masyarakat agar menjadi warga negara yang baik dalam berbagai
situasi dan perkembangan zaman yang senantiasa berubah.
Bangsa Indonesia pernah menyelenggarakan PKn melalui program sosial kultural
pada masa pemerintahan Orde Baru, yakni melalui berbagai program penataran P4.
Program ini sekarang sudah tidak ada lagi karena dipandang telah menyimpang dari
tujuan sehingga tidak efektif lagi. Namun, dipandang dari sudut kepentingan berbangsa
dan bernegara, terutama dalam pembangunan karakter bangsa, PKn melalui program
sosial kultural ini sangat penting. Oleh karena itu, program PKn dalam dimensi sosial
kultural pada pasca dibubarkannya BP7 dan penghentian program penataran P4 perlu
direvitalisasi sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan pembangunan karakter warga
negara Indonesia yang baik.

Rangkuman
Pendidikan Kewarganegaraan atau PKn merupakan bidang kajian yang bersifat
multifaset dengan konteks lintas bidang keilmuan. Namun secara filsafat keilmuan ia
memiliki ontologi pokok ilmu politik khususnya konsep “political democracy” untuk aspek
“duties and rights of citizen”. Dari ontologi pokok inilah berkembang konsep “Civics”, yang
secara harfiah diambil dari bahasa Latin “Civicus” yang artinya warga negara pada jaman
Yunani kuno, yang kemudian diakui secara akademis sebagai embrionya “civic education”,
yang selanjutnya di Indonesia diadaptasi menjadi “pendidikan kewarganegaraan”
(PKn).
Secara epistemologis, PKn sebagai suatu bidang keilmuan merupakan pengembangan
dari salah satu dari lima tradisi “social studies” yakni “citizenship transmission”. Saat ini

18 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


tradisi itu sudah berkembang pesat menjadi suatu “body of knowledge” yang dikenal
memiliki paradigma sistemik yang didalamnya terdapat tiga domain “citizenship
education” yakni: domain akademis, domain kurikuler, dan domain sosial kultural”.
PKn di MI menekankan pada pengembangan kualitas warga negara secara utuh, dalam
aspek-aspek: kemelek-wacanaan kewarganegaraan (civic literacy), komunikasi sosial
kultural kewarganegaraan (civic engagement); pemecahan masalah kewarganegaraan
(civic skill and participation), penalaran kewarganegaraan (civic knowledge), dan
partisipasi kewarganegaraan secara bertanggung jawab (civic participation and civic
responsibility).
Pendidikan Kewarganegaraan yang ada di Indonesia seperti yang berkembang
di negara lain memiliki multidimensional, artinya bahwa program PKn bukan hanya
untuk satu tujuan. Ada tiga dimensi PKn, yakni: (1) PKn sebagai program kurikuler; (2)
PKn sebagai program akademik; dan (3) PKn sebagai program sosial kultural. Dalam
pelaksanaan program, tiga dimensi ini dapat saja terjadi secara simultan atau secara
bersamaan (overlaping), khususnya dalam mencapai tujuan umum, yakni membentuk
warga negara yang cerdas dan baik.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 19


Tes Formatif 1:

Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir


pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.

1. Dilihat dari asal-usulnya pendidikan kewarganegaraan merupakan bagian dari ilmu


politik terutama dari istilah ...
A. contemporary politic
B. political democracy
C. political party
D. political organization

2. Pendekatan interdisipliner atau multidisipliner mengandung pengertian yang


menekankan pada aspek:
A. bahan pembelajaran
B. metode pembelajaran
C. strategi penyajian
D. evaluasi pembelajaran

3. Pendekatan atau strategi pembelajaran yang cocok karena sesuai dengan karakteristik
anak usia SD/MI adalah …
A. structural
B. integrated
C. separated
D. correlated

4. Pendekatan pembelajaran PKn tersebut sesuai dengan ciri anak SD/MI yang memiliki
kemampuan berpikir yang bersifat …
A. abstrak
B. preoperasional
C. holistik
D. deduktif

5. Penyelenggaraan pembelajaran PKn di tiap satuan pendidikan formal merupakan


dimensi PKn sebagai ...
A. program sosial kultural
B. program kurikuler
C. program akademik
D. program pendidikan birokrat

20 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


6. keterkaitan PIPS dan PKn dapat dilihat dari pendapat Barr, Bart dan Shermis (1978)
sebagai berikut:
A. Social Studies as citizenship transmission
B. Social Studies as social sciences
C. Social Studies as reflective inquiry
D. Social Studies as personal development

7. Salah satu kontribusi ilmu politik terhadap pembelajaran PKn adalah kemampuan
(skill) dalam ....
A. membuat kesimpulan
B. membuat keputusan
C. pemecahan masalah krusial
D. menciptakan masalah aktual

8. Karakteristik pembelajaran PKn SD/MI adalah ... kecuali:


A. pembelajaran yang meluas (broad field)
B. belajar terpadu (integrated learning)
C. pembelajaran tematik (thematical learning)
D. pembelajaran disiplin ilmu (disciplinary learning)

9. Kemampuan yang perlu diterapkan dalam pembelajaran PKn untuk siswa SD/MI
kelas rendah terutama dalam masalah afektif adalah aspek …
A. mengklarifikasi isu-isu untuk pengambilan keputusan
B. pengumpulan data empiris dan data yang berkaitan dengan nilai
C. mempertimbangkan alternatif tindakan dan akibat-akibatnya
D. kemampuan membiasakan diri dalam bersikap peka

10. Dengan memperhatikan karakteristik siswa SD/MI, maka pembelajaran PKn untuk
siswa kelas rendah perlu disampaikan secara ... kecuali:
A. terpadu
B. tematik
C. disipliner
D. kontekstual

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 21


Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat
di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap
materi kegiatan belajar 1 dengan mempergunakan rumus di bawah ini.

Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 %
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 70 % = kurang

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan


dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda
kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum Anda kuasai.

22 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


2

Pengembangan Konsep, Nilai,


Moral, dan Norma Dalam PKn

Pada kegiatan belajar pertama dalam modul ini, Anda telah mengenal dan memahami
paradigma pendidikan kewarganegaraan di tingkat pendidikan dasar, khususnya Madrasah
Ibtidaiyah (MI). Pada kegiatan belajar ini, akan dibahas pengembangan konsep, nilai,
moral dan norma dalam pembelajaran PKn untuk Madrasah Ibtidaiyah. Pembahasan atas
istilah-istilah serta persoalan ini perlu diangkat dan dideskripsikan secara jelas mengingat
PKn sebagai pembelajaran yang multidimensional meliputi pendidikan nilai, moral, dan
norma disamping pendidikan karakter, konstitusi, politik, dan hukum. Secara akademik,
pemilahan ini diperlukan terutama untuk kepentingan analisis, namun secara praksis,
maksudnya dalam proses pembelajaran, semua dimensi itu pada dasarnya terintegrasi
dan seringkali sulit dipisahkan.
Istilah konsep, nilai, moral, dan norma dalam PKn merupakan istilah dasar yang
perlu dipahami secara benar. Istilah-istilah ini sangat terkait langsung baik pada tataran
teoritis maupun praksis-operasional bahkan praktik. Agar para mahasiswa memiliki
pemahaman dan persepsi yang sama terhadap istilah tersebut, maka berikut ini akan
diuraikan pengertian-pengertian dan karakteristik istilah-istilah tersebut menurut para
ahli.

Pengertian Konsep
Konsep merupakan pokok pengertian yang bersifat abstrak yang menghubungkan
orang dengan kelompok benda, peristiwa, atau pemikiran (ide). Lahirnya konsep
disebabkan oleh adanya kesadaran atas atribut kelas yang ditunjukkan oleh simbol.
Konsep “rakyat” merupakan sebutan umum untuk sekelompok penghuni wilayah suatu
negara yang ada dalam pemerintahan negara tertentu. Konsep ”demokrasi” merupakan
sebutan abstrak tentang sistem kekuasaan pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 23


Dalam contoh di atas, tampak bahwa konsep bersifat abstrak dalam pengertian yang
berkaitan bukan hanya dengan contoh tertentu melainkan dengan konteks. Konsep
dapat dianggap sebagai suatu model kelompok benda yang terpikirkan. Konsep “buruh”,
misalnya, dapat dipandang sebagai kesan mental tentang semua yang memiliki ciri
umum pekerja. Dengan demikian, konsep merupakan cara berpikir menggeneralisasikan
sejumlah anggota kelas yang khusus ke dalam satu contoh model yang tidak tampak,
termasuk atribut semua contoh yang berbeda-beda.
Konsep bersifat subyektif dan menyatu. Semua orang membentuk konsep dari
pengalamannya sendiri. Dari pengalaman seperti mencatat contoh-contoh dan
mendengarkan diskusi yang melibatkan kelas, setiap orang menjadi sadar akan pengertian
dan atribut. Konsep “Kitabullah” sebagai ilustrasi, dapat diperoleh dari dialog dengan
ayah dan ibu ketika anak sedang berada di lingkungan keluarga dan membaca langsung
isi Kitabullah tersebut. Akibat dari pengalaman ini, setiap siswa akan mengaitkan atribut
dengan simbol untuk kelompok yang disebut “Kitabullah”.
Konsep bukanlah verbalisasi melainkan kesadaran yang bersifat abstrak tentang
atribut umum dari suatu kelas. Konsep merupakan kesadaran mental internal yang
mempengaruhi perilaku yang tampak. Apakah siswa mengetahui suatu konsep maka
kemampuan tersebut dapat ditentukan dari tindakan yang ditunjukkannya. Konsep-
konsep yang digunakan dalam proses pembelajaran dapat diperoleh dari konsep disiplin
ilmu atau dari konsep yang telah biasa digunakan di lingkungan kehidupan siswa atau
masyarakat setempat. Bagaimana kita dapat mengidentifikasi kemampuan siswa
terhadap penguasaan konsep? Pertanyaan ini memerlukan jawaban yang kompleks
karena memerlukan proses pembelajaran meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian. Namun, sebagai ilustrasi dan contoh, sejumlah konsep dasar yang sering
digunakan dalam pembelajaran PKn dapat diidentifikasi dibawah ini.

1. pemerintah 11. moral 22. moral


2. negara 12. nilai 23. perilaku
3. bangsa 13. karakter 24. tindakan moral
4. negeri 14. perasaan 25. kata hati
5. wilayah 15. sikap 26. empati
6. pembangunan 16. solidaritas 27. kekuasaan
7. negara berkembang 17. kekuasaan 28. wewenang
8. negara sedang 18. kekuatan rakyat 29. politik
berkembang 19. kelas penguasa 30. partai politik
9. negara tertinggal 20. kelompok penekan 31. pemilu
10.pengambilan keputusan 21. nasionalisme 32. konstitusi

24 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Pengertian Nilai
Apabila kita sadari, maka hampir setiap hari orang selalu berbicara, berpikir,
menghitung, dan mempertimbangkan berdasarkan nilai. Dalam hidupnya setiap orang
akan selalu mengambil keputusan berdasarkan nilai yang diyakini atau nilai yang ada dan
disepakati di masyarakat. Singkatnya, nilai akan menjadi patokan/kriteria bagi siapapun
untuk menentukan sikap dan mengambil keputusan. Bila demikian, apa yang dimaksud
dengan ”nilai” (value) tersebut?
Menurut Frankel (1978), nilai (value) adalah konsep (concept). Seperti umumnya
konsep, maka nilai sebagai konsep tidak muncul dalam pengalaman yang dapat diamati
melainkan ada dalam pikiran orang. Nilai dapat diartikan kualitas dari sesuatu atau harga
dari sesuatu yang diterapkan pada konteks pengalaman manusia. Nilai dapat dibagi atas
dua bidang, yakni nilai estetika dan nilai etika. Estetika terkait dengan masalah keindahan
atau apa yang dipandang indah (beautiful) atau apa yang dapat dinikmati oleh seseorang.
Sedangkan etika terkait dengan tindakan/ perilaku/ akhlak (conduct) atau bagaimana
seseorang harus berperilaku. Etika terkait dengan masalah moral, yakni pertimbangan
reflektif tentang mana yang benar (right) dan mana yang salah (wrong).
Nilai bukanlah benda atau materi. Nilai adalah standar atau kriteria bertindak,
kriteria keindahan, kriteria manfaat, atau disebut pula harga yang diakui oleh seseorang
dan oleh karena itu orang berupaya untuk menjunjung tinggi dan memeliharanya. Nilai
tidak dapat dilihat secara konkrit melainkan tercermin dalam pertimbangan harga yang
khusus yang diakui oleh individu. Oleh karena itu, ketika seseorang menyatakan bahwa
sesuatu itu bernilai maka seyogianya ada argumen-argumen baik dan tidak baiknya.
Misalnya, mengapa ada orang yang menolak hukuman mati bahkan mengusulkan agar
hukuman mati dihilangkan karena bertentangan dengan hak asasi manusia. Hal ini tentu
saja dilandasi oleh nilai-nilai kemanusiaan. Ketika ada orang yang berkampanye dan
mengajak orang lain untuk mendukung salah satu calon anggota legislatif, karena orang
tersebut terkenal kejujurannya. Hal ini tentu saja dilandasi oleh nilai etika.

Apa kriteria dan indikator untuk menilai sesuatu itu?


Raths (dalam Fraenkel, 1978) mengidentifikasi tiga aspek kriteria untuk melakukan
penilaian, yakni perlu ada pilihan (chooses), penghargaan (prizes), dan tindakan (acts).
Pertama, tindakan memilih hendaknya dilakukan secara bebas dan memilih dari
sejumlah alternatif dan melakukan memilih hendaknya dilandasi oleh hasil pemikiran
yang mendalam, artinya setelah memperhitungkan berbagai akibat dari alternatif tersebut.
Kedua, ada penghargaan atas apa yang telah dipilih dan dikenal oleh masyarakat. Ketiga,
melakukan tindakan sesuai dengan pilihannya dan dimanfaatkan dalam kehidupan secara
terus menerus.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 25


Selain dengan kriteria di atas, ada sejumlah indikator untuk menentukan nilai,
yakni dilihat dari tujuan, maksud, sikap, kepentingan, perasaan, keyakinan, aktivitas,
dan keraguan. Namun, dalam konteks tertentu nilai dapat diidentifikasi dari keadaan
dan kegunaan atau kemanfaatan bagi kehidupan umat manusia. Secara singkat dapat
disimpulkan bahwa nilai merupakan hasil pertimbangan baik atau tidak baik terhadap
sesuatu yang kemudian dipergunakan sebagai dasar alasan (motivasi) melakukan atau
tidak melakukan sesuatu.
Prof. Dr. Notonegoro membagi nilai menjadi tiga bagian, yaitu :
(1) Nilai Material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia.
(2) Nilai Vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat melaksanakan
kegiatan atau aktivitas.
(3) Nilai Kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.

Dapatkah Anda menyimpulkan pengertian nilai dari pendapat Prof Notonagoro?


Baiklah, pendapat Anda sudah tepat bahwa sesuatu dapat dikatakan bernilai apabila
sesuatu itu memiliki kegunaan. Samakah, nilai kegunaan untuk semua hal tersebut?
Untuk mengidentifikasi jenis nilai yang ada di masyarakat, marilah kita simak contoh
peristiwa kasus berikut ini.

26 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Perjuangan antara Hidup dan Mati

Adi, seorang anak, yang telah lama ditinggal sang ayah tercinta. Ia hidup dengan
ibu yang sangat ia cintai. Adi yang drop out dari bangku SMP ketika masih di kelas dua
setiap hari bekerja mengumpulkan barang bekas untuk menghidupi dirinya dan ibunya
yang sudah lama berjuang melawan penyakit kanker yang dideritanya. Setiap hari, Adi
berangkat dari rumah untuk bekerja dengan penuh harap demi mencari sesuap nasi
agar dapat menyambung hidup dirinya. Ia bekerja keras mengumpulkan barang bekas
dengan semangat dan berbekal cita-cita bila uang telah cukup segera akan mengobati
ibunya yang telah lama tersiksa oleh penyakit kanker.
Suatu hari, Adi mendengar ucapan ibunya, Nak... tampaknya ibu sudah tidak lama
lagi akan meninggalkan dunia ini. Jagalah baik-baik dirimu Nak! Tidak Ibu, Ibu tidak
boleh meninggalkan Adi. Adi mau mencari obat sekarang”. Adi pergi untuk mencari
obat. Menurut dokter, Ibunya masih dapat ditolong dengan obat namun karena ia tidak
punya uang maka satu-satunya jalan adalah mencuri uang untuk membeli obat. Adi
menghadapi dilema, bila tidak mencuri maka Ibunya mungkin meninggal, tetapi bila
ia mencuri maka ia akan berdosa bahkan mungkin ia berurusan dengan polisi yang
akhirnya masuk penjara. Apa yang harus Adi lakukan?

Cerita: karangan Sapriya

Cerita

Sudahkah Anda membaca cerita di atas? Adakah nilai yang terkandung dalam
cerita di atas? Nilai apa saja?
Apabila kita identifikasi, maka ada sejumlah yang disebut benar, indah, baik, dan
religius.
Sesuatu yang dianggap benar disebut nilai kebenaran. Sesuatu yang dianggap indah
disebut nilai estetika. Sesuatu yang dianggap baik disebut nilai moral/etika. Sesuatu
yang dianggap berpahala dan berdosa bila dilakukan disebut nilai religius.
Ahli lain, sepertti Rokeah (dalam Kosasih Djahiri, 1985:20) mengatakan bahwa
“Nilai adalah suatu kepercayaan/keyakinan (belief) yang bersumber pada sistem nilai
seseorang, mengenai apa yang patut atau tidak patut dilakukan seseorang atau mengenai
apa yang berharga dan apa yang tidak berharga”.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 27


Pengertian Norma
Norma adalah kaidah atau peraturan yang pasti dan bila dilanggar mengakibatkan
sanksi. Norma disebut pula dalil yang mengandung nilai tertentu yang harus dipatuhi
oleh warga masyarakat di dalam berbuat, bertingkah laku, untuk menciptakan masyarakat
yang aman, tertib, dan teratur.
Secara umum, norma biasanya bersanksi, yakni ancaman atau akibat yang akan
diterima apabila norma itu tidak dilaksanakan. Sedikitnya ada empat jenis norma, ialah:
norma kesopanan, norma kesusilaan, norma agama, dan norma hukum.
(1) Norma kesopanan atau disebut pula norma sopan santun. Norma ini dimaksudkan
untuk menjaga atau menciptakan keharmonisan hidup bersama dan sanksinya berasal
dari masyarakat berupa celaan atau pengucilan.
(2) Norma kesusilaan atau disebut pula moral/akhlak. Norma ini dimaksudkan untuk
menjaga kebaikan hidup pribadi atau kebersihan hati nurani serta ahklak. Sanksinya
berupa sanksi moral yang berasal dari hati nurani manusia itu sendiri.
(3) Norma Agama atau disebut pula norma religius. Norma ini dimaksudkan untuk
mencapai kesucian hidup beriman dan sanksinya berasal dari Tuhan.
(4) Norma hukum adalah norma yang dimaksudkan untuk menciptakan kedamaian hidup
bersama dan sanksinya berupa sanksi hukum yang berasal dari Negara atau aparatur
Negara.

Ada beberapa ciri norma hukum yang berbeda dari tiga norma lainnya, misalnya :
(1) Adanya paksaan dari luar yang berwujud ancaman hukum bagi mereka yang
melanggarnya. Ancaman hukum tersebut pada umumnya berupa sanksi fisik yang
dapat dipaksakan oleh aparatur Negara.
(2) Bersifat umum, yaitu berlaku bagi semua orang.

Dengan kata lain, sanksi yang diterima oleh orang yang melangggar norma hukum
lebih pasti atau tegas, jelas, dan nyata. Lebih pasti yang dimaksud bahwa sanksi hukum
sudah ditentukan berapa lama hukuman yang harus dijalani oleh pelanggar hukum
karena telah ada kitab undang-undang yang mengatur. Tegas berarti norma hukum dapat
memaksa siapa saja yang melanggarnya melalui aparatur penegak hukum.

Mengapa perlu ada norma hukum? Norma hukum diperlukan karena:


(1) Tidak semua kepentingan atau tata tertib telah dilindungi atau diatur oleh norma
agama, norma moral, dan norma sopan santun. Misalnya, norma sopan santun tidak
mengatur bagaimana penduduk/warga negara harus membayar utang pitutang.
Demikian pula, norma kesusilaan tidak mengatur hal-hal tentang pajak, upah, lalu
lintas dan lain-lain.

28 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


(2) Sanksi terhadap pelanggaran norma kesopanan dan kesusilaan bersifat psikhis dan
abstrak, sedangkan sanksi terhadap norma hukum bersifat fisik dan konkrit.
(3) Pada norma hukum, sifat pemaksaannya sangat jelas dan dapat dipaksakan oleh
aparatur Negara, sedangkan norma kesusilaan tidak dapat dipaksakan oleh aparatur
Negara, melainkan hanya berupa dorongan dari diri pribadi manusia bahkan gtidak
tegas.

Bagaimana keterkaitan norma dengan nilai? Di atas telah dikemukakan bahwa norma
hidup di masyarakat, diperlukan oleh masyarakat sehingga setiap anggota masyarakat
berupaya untuk menjaga, mentaati/mematuhinya. Pada umumnya, setiap warga
masyarakat berupaya untuk menghindar dari pelanggaran terhadap norma yang berlaku
di masyarakat. Kenyataan ini mengandung arti bahwa norma diperlukan oleh setiap
warga masyarakat. Dengan demikian, norma mengandung nilai atau harga. Meskipun
demikian, pelaksanaan, penegakan, dan penjabaran nilai dalam norma sangat tergantung
pada masyarakatnya.
Oleh karena itu, implikasi dari keberadaan nilai dalam norma dapat berubah dan
berkembang. Artinya, penjabaran nilai atau prinsip yang bersifat universal ke dalam
norma dapat berbeda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya.
Nilai bersifat universal, sedangkan norma berlaku bagi masyarakat tertentu. Misalnya
rasa hormat merupakan suatu nilai yang umum, namun cara menghormat akan berbeda
pada masyarakat Indonesia. Misalnya, cara menghormat antara suku Sunda dan suku
Batak, atau bagi masyarakat Indonesia dan masyarakat India, Jepang, Cina dan lain-lain
dapat berbeda-beda.

Pengertian Moral
Istilah moral berasal dari bahasa Latin, mores, yaitu adat kebiasaan. Istilah ini
erat dengan proses pembentukan kata, ialah: mos, moris, manner, manners, morals.
Dalam bahasa Indonesia kata moral hampir sama dengan akhlak atau kesusilaan yang
mengandung makna tata tertib batin atau hati nurani yang dapat menjadi pembimbing
tingkah laku lahir dan batin manusia dalam menjalani hidup dan kehidupannya. Oleh
karena itu, moral erat kaitannya dengan ajaran tentang sesuatu yang baik dan buruk yang
menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia.
Dalam konteks etika, setiap orang akan memiliki perasaan apakah yang dilakukan
itu benar atau salah, baik atau jelek? Pertimbangan ini dinamakan pertimbangan nilai
moral (moral values). Pertimbangan nilai moral merupakan aspek yang sangat penting
khususnya dalam pembentukan warga negara yang baik sebagai tujuan pendidikan
kewarganegaraan.
Tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai moral yang dianut dan ditampilkan

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 29


secara sukarela diharapkan dapat diperoleh melalui proses pendidikan. Hal ini dilakukan
sebagai transisi dari pengaruh lingkungan masyarakat hingga menjadi otoritas di dalam
dirinya dan dilakukan berdasarkan dorongan dari dalam dirinya. Tindakan yang baik yang
dilandasi oleh dorongan dari dalam diri inilah yang diharapkan sebagai hasil pendidikan
nilai dalam pendidikan kewarganegaraan.

Bagaimana pelaksanaan pendidikan nilai, moral, dan norma yang dilaksanakan


di Indonesia?
Secara yuridis-formal, pendidikan nilai, moral, dan norma di Indonesia dilaksanakan
melalui pendidikan kewarganegaraan yang berlandaskan pada Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) sebagai landasan konstitusional,
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
sebagai landasan operasional, dan Peraturan Menteri Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi (SI) dan Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
sebagai landasan kurikuler. Sejalan dengan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional
melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), maka kurikulum pendidikan
kewarganegaraan untuk lingkungan lembaga pendidikan formal dilaksanakan dengan
berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
UUD NRI 1945 sebagai landasan konstitusional pada bagian Pembukaan alinea
keempat memberikan dasar pemikiran tentang tujuan negara. Salah satu tujuan negara
tersebut dapat dikemukakan dari pernyataan “mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Apabila dikaji, maka tiga kata ini mengandung makna yang cukup dalam. Mencerdaskan
kehidupan bangsa mengandung pesan pentingnya pendidikan bagi seluruh anak bangsa.
Dalam kehidupan berkewarganegaraan, pernyataan ini memberikan pesan kepada para
penyelenggara negara dan segenap rakyat agar memiliki kemampuan dalam berpikir,
bersikap, dan berperilaku secara cerdas baik dalam proses pemecahan masalah maupun
dalam pengambilan keputusan kenegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan.
UU Nomor 20/2003 tentang Sisdiknas sebagai landasan operasional penuh dengan
pesan yang terkait dengan pendidikan kewarganegaraan. Pada Pasal 3 ayat (2) tentang
fungsi dan tujuan negara dikemukakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. 
Selanjutnya, pada Pasal 37 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum pendidikan dasar
dan menengah wajib memuat: “...   b.  pendidikan kewarganegaraan; ...” dan pada ayat

30 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


(2) dikemukakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat: “...   b.  pendidikan
kewarganegaraan; ...”. Sedangkan pada bagian penjelasan Pasal 37 dikemukakan bahwa
“Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi
manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.”
Adanya ketentuan tentang pendidikan kewarganegaraan dalam UU Sisdiknas sebagai
mata pelajaran wajib di jenjang pendidikan dasar, menengah, dan tinggi menunjukkan
bahwa mata pelajaran ini menempati kedudukan yang strategis dalam mencapai tujuan
pendidikan nasional di negara ini. Adapun arah pengembangannya hendaknya difokuskan
pada pembentukan peserta didik agar menjadi manusia Indonesia yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air.
Arah pengembangan pendidikan nasional pada era reformasi mengacu pada UU
Sisdiknas yang dioperasionalkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Sejalan dengan kebijakan otonomi
pendidikan, maka pengembangan kurikulum sekolah tidak lagi dibebankan kepada
pemerintah pusat sebagaimana terdahulu melainkan diserahkan kepada masing-
masing satuan pendidikan. Pemerintah pusat melalui Departemen Pendidikan Nasional
hanya menyediakan standar nasional yakni berupa standar isi dan standar kompetensi
lulusan sementara pelaksanaan pengembangan kurikulum dilaksnakan oleh setiap
satuan pendidikan sesuai dengan jenjang dan jenisnya. Sebagai landasan kurikulernya,
pendidikan kewarganegaraan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah mengacu
pada Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006 masing-masing tentang SI dan SKL.
Berlakunya ketentuan tentang otonomi pendidikan membawa implikasi bagi setiap
satuan pendidikan termasuk implikasi dalam pengembangan kurikulum. Bahwa mereka
memiliki kewenangan yang lebih besar dalam pengembangan kurikulum bahkan dalam
pengelolaan bidang lainnya, namun di pihak lain mereka pun dituntut agar selalu
meningkatkan kualitas satuan pendidikan yang sesuai dengan standar nasional terkait.

Rangkuman
Istilah konsep, nilai, moral, dan norma dalam PKn merupakan istilah dasar yang
perlu dipahami secara benar. Istilah-istilah ini sangat terkait langsung baik pada tataran
teoritis maupun praksis-operasional bahkan praktik.
Konsep merupakan pokok pengertian yang bersifat abstrak yang menghubungkan
orang dengan kelompok benda, peristiwa, atau pemikiran (ide). Lahirnya konsep karena
adanya kesadaran atas atribut kelas yang ditunjukkan oleh simbol. Konsep bukanlah
verbalisasi melainkan kesadaran yang bersifat abstrak tentang atribut umum dari suatu
kelas. Konsep merupakan kesadaran mental internal yang mempengaruhi perilaku yang
tampak.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 31


Nilai dapat diartikan kualitas dari sesuatu atau harga dari sesuatu yang diterapkan
pada konteks pengalaman manusia. Nilai dapat dibagi atas dua bidang, yakni nilai estetika
dan nilai etika. Estetika terkait dengan masalah keindahan atau apa yang dipandang indah
(beautiful) atau apa yang dapat dinikmati oleh seseorang. Sedangkan etika terkait dengan
tindakan/ perilaku/ akhlak (conduct) atau bagaimana seseorang harus berperilaku. Etika
terkait dengan masalah moral, yakni pertimbangan reflektif tentang mana yang benar
(right) dan mana yang salah (wrong).
Norma adalah kaidah atau peraturan yang pasti dan bila dilanggar mengakibatkan
sanksi. Norma disebut pula dalil yang mengandung nilai tertentu yang harus dipatuhi
oleh warga masyarakat di dalam berbuat, bertingkah laku, untuk menciptakan masyarakat
yang aman, tertib, dan teratur. Norma ada dua, ialah norma fisika dan norma etika. Norma
etika terdiri atas norma kesopanan, kesusilaan, agama, dan hukum.
Istilah moral berasal dari bahasa Latin, mores, yaitu adat kebiasaan. Istilah ini
erat dengan proses pembentukan kata, ialah: mos, moris, manner, manners, morals.
Dalam bahasa Indonesia kata moral hampir sama dengan akhlak atau kesusilaan yang
mengandung makna tata tertib batin atau hati nurani yang dapat menjadi pembimbing
tingkah laku lahir dan batin manusia dalam menjalani hidup dan kehidupannya.

32 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Tes Formatif 2:

Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir


pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.

1. Pengertian yang bersifat abstrak yang menghubungkan orang dengan kelompok


benda, peristiwa, atau pemikiran (ide) disebut....
A. Fakta
B. Konsep
C. Generalisasi
D. teori

2. Berikut ini adalah contoh konsep yang bersifat konkrit ...


A. gubernur
B. demokrasi
C. kekuasaan
D. kursi

3. Konsep dasar PKn yang diambil dari psikologi adalah ...


A. kewenangan
B. kekuasaan
C. empati
D. norma

4. Berikut ini adalah termasuk contoh nilai etika dalam kehidupan sehari-hari...kecuali:
A. mengendarai kemdaraan di sebelah kiri
B. mengagumi keindahan bunga
C. membayar pajak tepat waktu
D. tidak melakukan perbuatan mencuri

5. Raths mengidentifikasi tiga aspek kriteria untuk melakukan penilaian, yakni perlu
ada
A. persetujuan (agreement)
B. pilihan (chooses),
C. penghargaan (prizes),
D. tindakan (acts).

6. Menurut Prof. Dr. Notonegoro, segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani
manusia disebut ....

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 33


A. Nilai material
B. Nilai vital
C. Nilai kerokhanian
D. Nilai substantif

7. Sesuatu yang dianggap berpahala dan berdosa bila dilakukan disebut ....
A. niai kebenaran
B. nilai estetika
C. nilai moral/etika
D. nilai religius

8. Norma yang dimaksudkan untuk menjaga kebaikan hidup pribadi atau kebersihan
hati nurani serta ahklak disebut norma ....
A. norma kesopanan
B. norma kesusilaan
C. norma agama
D. norma hukum

9. Ciri norma hukum yang membedakan dari norma lainnya adalah ....
A. mengatur perilaku
B. memaksa untuk tidak melakukan
C. sanksi tegas dan nyata
D. menertibkan perilaku

10. Dalam konteks etika, setiap orang akan memiliki perasaan apakah yang dilakukan itu
benar atau salah, baik atau jelek. Pertimbangan ini dinamakan pertimbangan ....
A. nilai moral
B. nilai kesusilaan
C. nilai hukum
D. nilai idea

34 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat
di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap
materi kegiatan belajar 2 dengan mempergunakan rumus di bawah ini.

Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 %
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 70 % = kurang

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan


dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda
kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum Anda kuasai.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 35


36 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]
3

Dimensi Pembelajaran PKn

Pada kegiatan belajar pertama dan kedua dalam modul ini, Anda telah mengenal
dan memahami paradigma pendidikan kewarganegaraan di Madrasah Ibtidaiyah. Pada
kegiatan belajar ini, akan dibahas dimensi pembelajaran PKn. Persoalan ini perlu
diangkat mengingat fokus utama dari pendidikan kewarganegaraan adalah yakni warga
negara yang cerdas dan baik. Profil warga negara ini merupakan syarat bagi terwujudnya
masyarakat yang demokratis dalam menuju masyarakat madani. Dengan demikian,
dimensi pembelajaran yang diperlukan adalah pembelajaran yang dapat mempersiapkan
warga negara yang mampu hidup dalam masyarakat demokratis. Dengan kata lain, perlu
ada sejumlah alternatif model pembelajaran PKn yang mampu mengantarkan dan mengisi
masyarakat demokratis.
Dalam masa transisi atau proses perjalanan bangsa menuju masyarakat madani (civil
society), pendidikan kewarganegaraan sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dan
mata kuliah di perguruan tinggi perlu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman
sejalan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang sedang berubah. Tuntutan
dan tantangan masyarakat yang selalu berubah ini tidak dapat dipisahkan dari pengaruh
lingkungan sekitar yang pada gilirannya berpengaruh pula terhadap kehidupan bangsa
dalam konteks yang lebih luas.
Proses pembangunan karakter bangsa (national character building) yang sejak
proklamasi kemerdekaan RI telah mendapat prioritas tidak steril pula dari pengaruh
perubahan ini sehingga perlu direvitalisasi agar sesuai dengan arah dan pesan Konstitusi
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pada hakekatnya proses pembentukan
karakter bangsa diharapkan mengarah pada penciptaan suatu masyarakat Indonesia
yang menempatkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai titik
sentral. Dalam proses itulah, pembangunan karakter bangsa kembali dirasakan sebagai
kebutuhan yang sangat mendesak yang harus dijawab oleh pendidikan kewarganegaraan
dengan paradigma barunya.
Tugas PKn dengan paradigma yang direvitalisasi adalah mengembangkan pendidikan

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 37


demokrasi yang mengemban tiga fungsi pokok, yakni mengembangkan kecerdasan
warganegara (civic intelligence), membina tanggung jawab warganegara (civic
responsibility) dan mendorong partisipasi warganegara (civic participation). Kecerdasan
warganegara yang dikembangkan untuk membentuk warganegara yang baik bukan hanya
dalam dimensi rasional dan intelektual semata melainkan juga dalam dimensi spiritual,
emosional dan sosial sehingga paradigma baru PKn bercirikan multidimensional.
Bagaimana PKn mengembangkan warga negara yang demokratis melalui tiga fungsi
pokoknya itu?
Untuk mengembangkan masyarakat yang demokratis melalui pendidikan
kewarganegaraan diperlukan suatu strategi dan pendekatan pembelajaran khusus yang
sesuai dengan paradigma PKn yang baru. Sebelum mengembangkan model pembelajaran
yang dimaksud, terlebih dahulu perlu dikemukakan dahulu tentang konsep warga negara
yang demokratis. Oleh karena itu, bab ini akan membahas secara berturut-turut dua topik
utama, yakni: (1) Warga negara demokratis dan (2) Pembelajaran PKn untuk warga
negara demokratis
Dengan menganalisis kehidupan warga negara yang demokratis dan bagaimana
pembelajaran untuk membentuk warga negara yang demokratis dalam paradigma PKn
yang baru, para pembaca diharapkan memiliki kemampuan : (1) memahami kebutuhan
kualitas WNI yang demokratis; dan (2) membelajarkan PKn untuk kewarganegaraan
yang demokratis. Selain itu, menguasai paradigma baru PKn baik tentang kualitas warga
negara yang demokratis maupun pembelajaran untuk mengembangkan warga negara yang
demokratis penting bagi calon guru dan atau guru-guru pemula yang sering mengalami
kesulitan dalam memilih dan menyusun materi serta menentukan model pembelajaran
yang cocok untuk pokok bahasan tertentu.
Khusus bagi calon guru dan guru pemula diharapkan agar sedapat mungkin
memperbanyak latihan dalam menerapkan model pembelajaran PKn dengan paradigma
baru. Dengan memahami dan menguasai materi ini diharapkan anda akan terbantu dan
tidak mengalami kesulitan lagi dalam menguasai materi dan membelajarkan PKn yang
sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat saat ini. Dengan demikian, kemampuan
anda dalam menerapkan model pembelajaran PKn menjadi semakin kaya dan implikasi
lebih lanjut, para siswa akan semakin menyenangi belajar PKn karena gurunya memiliki
kemampuan yang memadai.
Pada bagian pendahuluan telah dikemukakan bahwa kebutuhan akan adanya
revitalisasi paradigma PKn saat ini sudah mendesak. Bangsa Indonesia saat ini sedang
mengalami perubahan ke arah terbentuknya masyarakat demokratis yang sesungguhnya
sesuai dengan pesan dan misi gerakan reformasi dalam segala bidang terutama bidang
politik dan hukum. Namun, pembentukan masyarakat demokratis tidaklah mudah
terutama bagi masyarakat yang memiliki pengalaman pada masa lampau yang hidup

38 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


dalam lingkungan masyarakat yang tidak demokratis atau undemocratic democracy. Dapat
dikatakan bahwa membentuk masyarakat demokratis itu perlu direncanakan. Artinya
masyarakat demokratis tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan perlu dipersiapkan
karena demokrasi adalah karakter atau watak yang dapat terbentuk melalui suatu proses.
Alexis de Toqueville, negarawan Perancis yang hijrah ke Amerika Serikat, menyatakan
“The habits of the mind, as well as ‘habits of the heart’, the dispositions that inform the
democratic ethos, are not inherited.” (Branson, 1999:2) Artinya, kebiasaan pikiran dan
juga ‘kebiasaan hati’ yakni watak yang menginformasikan demokrasi tidak diturunkan.
Dengan kata lain, seorang demokrat belum tentu melahirkan seorang anak yang demokrat
apabila anak itu tidak belajar demokrasi. Untuk menjadi seorang demokrat perlu proses
pendidikan dan pembelajaran.
Demokrasi sering dikatakan sistem pemerintahan yang cerdas dan rasional. Suatu
negara tidak dapat hidup secara demokratis apabila masyarakatnya dalam keadaan
miskin, bodoh, dan tidak terdidik. Dengan kata lain, masyarakat demokratis baru dapat
terwujud apabila masyarakatnya berpendidikan, cerdas, memiliki tingkat penghidupan
yang cukup (layak), dan mereka punya keinginan berpartisipasi aktif dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena persyaratannya begitu tinggi maka
sering dikatakan pula bahwa demokrasi adalah sistem pemerintahan yang mahal.
Mengingat adanya persyaratan hidup berdemokrasi, maka Anda dapat mendiskusikan
sebenarnya apakah hakekat demokrasi itu? Apakah pernah ada masyarakat demokratis
itu? Mungkinkah bangsa Indonesia dapat hidup secara demokratis? Apakah upaya kita
untuk membentuk masyarakat demokratis itu?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, anda sebaiknya


membentuk kelompok belajar atau kelompok diskusi sekitar 3-
4 orang. Dengan sumber pengetahuan yang telah anda kuasai,
lakukanlah diskusi itu. Kemudian buatlah laporan diskusi yang telah
disepakati bersama.

Pada pembahasan di atas, Anda telah mengenal paradigma PKn. Bagaimana


materi PKn itu dapat dibelajarkan kepada anak didik? Untuk menjawab pertanyaan
ini diharapkan Anda dapat mempelajarinya pada uraian dibawah ini. Anda akan diajak
untuk merenungkan dan mempertanyakan apakah cara membelajarkan PKn itu sudah
sesuai dengan hakekat pembelajaran PKn? Sudahkah hasil belajar itu diserap oleh anak
didik sehingga menjadi salah satu kemampuan yang dimilikinya? Lebih jauh lagi apakah
hasil belajar itu telah mempribadi hingga peserta didik dapat mengamalkannya? Dan

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 39


pertanyaan paling penting adalah: Sudahkah kita membelajarkan anak didik dengan cara
mengembangkan kecerdasan warga negara (civic intelligence) dalam dimensi spiritual,
rasional, emosional dan sosial; mengembangkan tanggung jawab warga negara (civic
responsibility); dan mengembangkan anak didik berpartisipasi sebagi warga negara (civic
participation) guna menopang tumbuh dan berkembangnya warganegara yang baik?
Kita mewarisi pemerintahan demokratis, yaitu pemerintahan yang “berasal dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat”. Dalam prinsip pemerintahan demokratis terkandung hak
berpartisipasi dari setiap warga negara. Hak berpartisipasi ini membebankan tanggung
jawab tertentu kepada setiap warga negara. Di antara tanggung jawab ini adalah tanggung
jawab untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan berpartisipasi secara cerdas,
dan tanggung jawab untuk berkehendak meningkatkan kesejahteraan sosial berdasarkan
prinsip-prinsip keadilan.
Agar warga negara dapat berpartisipasi secara efektif, diperlukan bekal pengetahuan
dan keterampilan, pengalaman praktis, dan pemahaman tentang pentingnya partisipasi
warga negara. Mempersiapkan warga negara yang memiliki kualitas seperti tersebut di
atas merupakan tugas pokok kependidikan, baik pendidikan sekolah maupun pendidikan
luar sekolah. Khusus dalam pendidikan persekolahan, Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) memegang peranan yang sangat strategis dalam mempersiapkan dan membina
warga negara dengan kualitas seperti terurai di atas.
Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah partisipasi yang penuh nalar dan
tanggung jawab dalam kehidupan politik dari warga negara yang taat kepada nilai-nilai
dan prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia. Partisipasi warga negara
yang efektif dan penuh tanggung jawab memerlukan penguasaan seperangkat ilmu
pengetahuan dan keterampilan intelektual serta keterampilan untuk berperan serta.
Partisipasi yang efektif dan bertanggung jawab itu pun ditingkatkan lebih lanjut melalui
pengembangan disposisi atau watak-watak tertentu yang meningkatkan kemampuan
individu berperan serta dalam proses politik dan mendukung berfungsinya sistem politik
yang sehat serta perbaikan masyarakat.
Menimbang dasar pikiran dan tujuan PKn di atas, selayaknya pembelajaran PKn
dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan intelektual yang memadai
serta pengalaman praktis agar memiliki kompetensi dan efektivitas dalam berpartisipasi.
Oleh karena itu, ada dua hal yang perlu mendapat perhatian kita dalam mempersiapkan
pembelajaran PKn di kelas, yakni bekal pengetahuan materi pembelajaran dan metode
atau pendekatan pembelajaran. Hal terakhir ini merupakan titik yang masih lemah untuk
mengantarkan para peserta didik menjadi warga negara yang demokratis. Pembelajaran
partisipatif yang berbasis portofolio (Portfolio-based learning) merupakan alternatif
utama guna mencapai tujuan PKn tersebut.
Namun, sebelum membahas lebih jauh tentang model pembelajaran PKn yang

40 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


berbasis portofolio Anda perlu pula mengenali materi pembelajarannya. Materi PKn
dengan revitalisasi paradigmanya dikembangkan dalam bentuk standar nasional
PKn, yakni standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang pelaksanaannya
berprinsip pada implementasi kurikulum terdesentralisasi.
PKn dengan revitalisasi paradigma bertumpu pada kemampuan dasar kewarganegaraan
(civic competence) untuk semua jenjang SD/MI; SMP/MTs; dan SMA/MA. Kemampuan
dasar tersebut selanjutnya diuraikan atau dirinci dalam bentuk sejumlah kemampuan
disesuaikan dengan tingkat/jenjang sekolah sejalan dengan tingkat perkembangan para
siswa. Kemampuan diuraikan dalam bentuk butiran standar kompetensi dan kompetensi
dasar sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri nomor 22 tentang Standar Isi (SI)
dan 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Untuk mencapai SK dan KD tersebut,
guru perlu mengoperasionalkannya dalam bentuk indikator pencapaian. Contoh:
Hubungan SKKD dan Indikator untuk SD/MI Kelas 2 semester 1 sebagai berikut:

Matrik SKKD dan Indikator


Kelas : 2 (Dua)
Semester : 1 (Satu)

Standar
No. Kompetensi Dasar Indikator
Kompetensi

(1) (2) (3) (4)


1. Membiasakan 1.1 Mengenal pentingnya • Menyebutkan contoh saling berbagi di
hidup bergotong hidup rukun, saling berbagi rumah.
royong dan tolong menolong • Menyebutkan contoh saling berbagi di
sekolah.
• Memerankan sikap tolong menolong di
rumah dan sekolah.
• Menyebutkan contoh manfaat hidup tolong
menolong.
• Membuat daftar kegiatan tugas di rumah.

1.2 Melaksanakan hidup • Melaksanakan kegiatan/tugas secara


rukun, saling berbagi dan berkelompok di sekolah.
tolong menolong di rumah • Melaksanakan/mengadakan bakti sosial di
dan di sekolah kelas.
• Melaksanakan piket di kelas.

2. Menampilkan 2.1 Mengenal pentingnya • Mengidentifikasi lingkungan alam


sikap cinta lingkungan alam seperti (tumbuhan dan hewan).
lingkungan dunia tumbuhan dan dunia • Menceritakan lingkungan alam sekitar
hewan rumah (tumbuhan dan hewan).
• Menyebutkan manfaat lingkungan alam
(tumbuhan dan hewan) bagi kesehatan
manusia.
• Menyebutkan akibat dari tidak merawat
lingkungan (tumbuhan dan hewan).

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 41


Demikianlah contoh cuplikan SKKD dan indikator PKn berdasarkan revitalisasi
paradigma. Pertanyaan selanjutnya, bagaimana mengembangkan materi pembelajaran
yang bertumpu pada kemampuan dasar tersebut dapat dibelajarkan untuk mencapai
tujuan PKn yakni membentuk warga negara yang cerdas, bertanggung jawab dan
berpartisipasi dalam kehidupan politik serta taat terhadap nilai-nilai dan prinsip-prinsip
dasar demokrasi konstitusional Indonesia?
Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa model pembelajaran PKn dengan
paradigma yang direvitalisasi hendaklah dapat mengakomodasi untuk pencapaian tujuan
PKn itu sendiri. Selanjutnya Anda akan diajak untuk mengenal model pembelajaran
tersebut, ialah model pembelajaran PKn berbasis portofolio. Namun demikian, perlu
Anda ingat bahwa model pembelajaran ini perlu disesuaikan dengan kondisi lingkungan
dan kebutuhan siswa bahkan tingkat perkembangannya. Guru dapat memodifikasi model
ini dengan tidak mengubah prinsip-prinsip pokok.
Sebelum lebih jauh membahas tentang model pembelajaran ini, Anda perlu menjawab
pertanyaan terlebih dahulu tentang portofolio. Apakah portofolio itu? Bagaimana
portofolio diterapkan dalam pembelajaran PKn?
Dalam buku Panduan Siswa tentang We the People ... Project Citizen yang diterbitkan
oleh CCE (1998) dialihbahasakan oleh Sapriya (2000), Kami Bangsa Indonesia ... Proyek
Belajar Kewarganegaraan, portofolio adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan
maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan.
Panduan-panduan ini beragam tergantung pada mata pelajaran dan tujuan penilaian
portofolio.
Selanjutnya diuraikan bahwa portofolio dalam pembelajaran PKn merupakan
kumpulan informasi/data yang tersusun dengan baik yang menggambarkan rencana kelas
siswa berkenaan dengan suatu isu kebijakan publik yang telah diputuskan untuk dikaji
oleh mereka, baik dalam kelompok kecil maupun kelas secara keseluruhan. Portofolio
kelas berisi bahan-bahan seperti pernyataan-pernyataan tertulis, peta, grafik, photografi,
dan karya seni asli. Bahan-bahan ini menggambarkan:
1) hal-hal yang telah dipelajari siswa berkenaan dengan suatu masalah yang telah
mereka pilih.
2) hal-hal yang telah dipelajari siswa berkenaan dengan alternatif-alternatif pemecahan
terhadap masalah tersebut.
3) kebijakan publik yang telah dipilih atau dibuat oleh siswa untuk mengatasi masalah
tersebut.
4) rencana tindakan yang telah dibuat siswa untuk digunakan dalam mengusahakan
agar pemerintah menerima kebijakan yang mereka usulkan.

Dengan demikian, portofolio merupakan karya terpilih kelas siswa secara keseluruhan

42 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


yang bekerja secara kooperatif membuat kebijakan publik untuk membahas pemecahan
terhadap suatu masalah kemasyarakatan.
Dalam menilai portofolio, “karya terpilih” merupakan istilah yang sangat penting.
Bahan penilaian harus menjadi akumulasi dari segala sesuatu yang dapat ditemukan
para siswa pada topik mereka bukan hanya seksi penayangan dan bukan pula seksi
pendokumentasian. Portofolio harus memuat bahan-bahan yang menggambarkan usaha
terbaik siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya, serta mencakup
pertimbangan terbaiknya tentang bahan-bahan mana yang paling penting.
Pembelajaran PKn yang berbasis portofolio memperkenalkan kepada para siswa
dan mendidik mereka dengan beberapa metode dan langkah-langkah yang digunakan
dalam proses politik atau kebijakan publik. Pembelajaran ini bertujuan untuk membina
komitmen aktif para siswa terhadap kewarganegaraan dan pemerintahannya dengan
cara:
⇒ membekali pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berpartisipasi
secara efektif.
⇒ membekali pengalaman praktis yang dirancang untuk mengembangkan kompetensi
dan efektivitas partisipasi.
⇒ mengembangkan pemahaman akan pentingnya partisipasi warganegara

Pembelajaran ini akan menambah pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan


memperdalam pemahaman siswa tentang bagaimana bangsa Indonesia, yakni kita semua,
dapat bekerja sama mewujudkan masyarakat yang lebih baik. Pembelajaran ini bertujuan
untuk membantu siswa belajar bagaimana cara mengungkapkan pendapat, bagaimana
cara menentukan tingkat pemerintahan dan lembaga pemerintah manakah yang paling
tepat dan layak untuk mengatasi masalah yang diidentifikasi oleh mereka, dan bagaimana
cara mempengaruhi penetapan-penetapan kebijakan pada tingkat pemerintahan
tersebut. Pembelajaran ini mengajak para siswa untuk bekerjasama dengan teman-
temannya di kelas dan dengan bantuan guru serta para relawan agar tercapai tugas-tugas
pembelajaran berikut:
1. Mengidentifikasi masalah yang akan dikaji.
2. Mengumpulkan dan menilai informasi dari berbagai sumber berkenaan dengan
masalah yang dikaji.
3. Mengkaji pemecahan masalah.
4. Membuat kebijakan publik.
5. Membuat rencana tindakan.

Dalam usaha mencapai tugas-tugas pembelajaran ini ditempuh melalui enam tahap
kegiatan sebagai berikut:

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 43


Tahap I : Mengidentifikasi masalah kebijakan publik di masyarakat.
Tahap II : Memilih satu masalah untuk kajian kelas
Tahap III : Mengumpulkan informasi tentang masalah yang akan dikaji oleh kelas
Tahap IV : Membuat portofolio kelas
TahapV : Menyajikan portofolio
TahapVI : Refleksi terhadap pengalaman belajar

Dalam pembelajaran PKn yang berbasis portofolio, kelas dibagi ke dalam empat
kelompok. Setiap kelompok bertanggung jawab untuk membuat satu bagian portofolio
kelas.
Apa saja tugas dari keempat kelompok portofolio tersebut?
Setiap kelompok memiliki tugas yang berbeda namun mulai kelompok pertama
sampai keempat harus saling terkait (sekuensial) dan merupakan satu kesatuan. Adapun
tugas mereka dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Kelompok portofolio Satu: Menjelaskan Masalah. Kelompok portofolio satu ini
bertanggung jawab untuk menjelaskan masalah yang telah dipilih untuk dikaji oleh
kelas. Kelompok ini pun harus menjelaskan mengapa masalah tersebut penting dan
mengapa lembaga pemerintahan tersebut harus menangani masalah tersebut.
b. Kelompok Portofolio Dua: Menilai kebijakan alternatif yang diusulkan untuk
memecahkan masalah. Kelompok ini bertanggung jawab untuk menjelaskan kebijakan
saat ini dan/atau kebijakan alternatif yang dirancang untuk memecahkan masalah.
c. Kelompok Portofolio Tiga: Membuat satu kebijakan publik yang akan didukung oleh
kelas. Kelompok ini bertanggung jawab untuk membuat satu kebijakan publik tertentu
yang disepakati untuk didukung oleh mayoritas kelas serta melakukan justifikasi
terhadap kebijakan tersebut.
d. Kelompok Portofolio Empat: Membuat suatu rencana tindakan agar pemerintah mau
menerima kebijakan kelas. Kelompok ini bertanggung jawab untuk membuat suatu
rencana tindakan yang menunjukkan bagaimana warga negara dapat mempengaruhi
pemerintah untuk menerima kebijakan yang didukung oleh kelas.

Bahan-bahan dalam portofolio memuat dokumentasi terbaik yang telah dikumpulkan


oleh kelas dan kelompok dalam meneliti masalah. Bahan-bahan dalam portofolio itu pun
hendaknya memuat bahan-bahan tulis tangan asli dan/atau karya seni asli para siswa.
Demikianlah model pembelajaran PKn yang berbasis portofolio yang diharapkan
dapat menjadi wahana dalam mengantarkan pelaksanaan kehidupan berdemokrasi.
Namun untuk penerapan di sekolah dasar, guru perlu melakukan proses penyederhanaan
lagi, disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak usia sekolah dasar. Demikian pula

44 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


dalam proses identifikasi dan pemilihan masalah. Masalah kelas hendaknya masalah
yang dipilih sendiri oleh siswa.

Rangkuman
Revitalisasi paradigma PKn mensyaratkan materi pembelajaran yang memuat
komponen-komponen pengetahuan, keterampilan, dan disposisi kepribadian warganegara
yang fungsional bukan hanya dalam tataran kehidupan berbangsa dan bernegara
melainkan juga dalam masyarakat di era global.
Keterampilan intelektual yang penting bagi terbentuknya warga negara yang
berwawasan luas, efektif, dan bertanggung jawab, antara lain adalah keterampilan berpikir
kritis, yang meliputi keterampilan mengidentifikasi dan mendeskripsikan; menjelaskan
dan menganalisis; mengevaluasi, menentukan dan mempertahankan sikap atau pendapat
berkenaan dengan persoalan-persoalan publik.
Untuk mencapai tujuan PKn dengan paradigma baru perlu disusun materi dan model
pembelajaran yang sejalan dengan tuntutan dan harapan PKn yakni mengembangkan
kecerdasan warga negara (civic intelligence) dalam dimensi spiritual, rasional, emosional
dan sosial, mengembangkan tanggung jawab warga negara (civic responsibility), serta
mengembangkan anak didik berpartisipasi sebagi warga negara (civic participation) guna
menopang tumbuh dan berkembangnya warga negara yang baik.
Pembelajaran PPKn selayaknya dapat membekali siswa dengan pengetahuan
dan keterampilan intelektual yang memadai serta pengalaman praktis agar memiliki
kompetensi dan efektivitas dalam berpartisipasi. Oleh karena itu, ada dua hal yang perlu
mendapat perhatian guru atau calon guru dalam mempersiapkan pembelajaran PKn
di kelas, yakni bekal pengetahuan materi pembelajaran dan metode atau pendekatan
pembelajaran.
Pembelajaran PKn yang berbasis portofolio memperkenalkan kepada para siswa dan
mendidik mereka dengan beberapa metode dan langkah-langkah yang digunakan dalam
proses politik. Pembelajaran ini bertujuan untuk membina komitmen aktif para siswa
terhadap kewarganegaraannya dan pemerintahannya.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 45


Tes Formatif 3:

Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir


pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.

1. Proses pembelajaran PKn dengan paradigma baru hendaknya berorientasi pada


pengembangan tiga kemampuan berikut ini, kecuali:
A. Kecerdasan warga negara
B. Tanggung jawab warga negara
C. Partisipasi warga negara
D. Pemecahan masalah warga negara

2. Kecerdasan warga negara yang perlu dikembangkan oleh guru dalam pembelajaran
PKn dengan paradigma baru hendaknya meliputi aspek:
A. Afektif, emosional, pemikiran dan sikap
B. Rasional, intelektual, pemikiran dan emosional
C. Spiritual, rasional, emosional dan sosial
D. Spiritual, sikap, intelektual, dan sosial

3. Karakteristik yang menjadi kriteria dalam proses pembelajaran pendidikan


kewarganegaraan dengan paradigma baru dapat dilihat pada:
A. Kemampuan dasar dan kemampuan kewarganegaraan
B. Standar materi kewarganegaraan
C. Indikator pencapaian
D. Rambu-rambu umum pembelajaran

4. Penjabaran materi pembelajaran PKn dengan paradigma baru yang paling operasional
terdapat pada kolom:
A. Kemampuan dasar
B. Kemampuan
C. Standar materi kewarganegaraan
D. Standar pencapaian

5. Portofolio dalam proses pembelajaran PKn di kelas pada hakekatnya merupakan:


A. kumpulan informasi yang tersusun dengan baik
B. kumpulan pekerjaan guru untuk siswa
C. kumpulan pekerjaan karyawan sekolah
D. kumpulan pekerjaan kepala sekolah

46 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


6. Bentuk portofolio dalam pembelajaran PKn dapat berupa pernyataan tertulis, peta,
grafik, photografi yang:
A. menarik secara estetika
B. mengandung informasi yang terkait dengan masalah
C. beragam dilihat dari segi keilmuan
D. bernilai seni tinggi

7. Proses pembelajaran PKn yang berbasis portofolio bertujuan membina komitmen


siswa terhadap kewarganegaraannya dengan cara, kecuali:
A. membekali pengetahuan dan ketrampilan untuk berpartisipasi aktif
B. memberikan doktrin dalam hidup berkewarganegaran
C. membekali pengalaman praktis untukmengembangkan kompetisi
D. mengembangkan pemahaman partisipasi warga negara

8. Langkah-langkah pembelajaran PKn yang berbasis portofolio diakhiri dengan:


A. mengumpulkan dan menilai informasi
B. mengkaj pemecahan masalah
C. membuat rencana tindakan
D. membuat kebijakan publik

9. Kelompok I (Satu) siswa dalam pembelajaran PKn berbasis portofolio memiliki


tugas:
A. menjelaskan masalah
B. menilai kebijakan alternatif
C. membuat kebijakan publik
D. membuat rencana tindakan

10. Untuk menilai portofolio yang dibuat oleh siswa, juri dapat melihat portofolio dari
sudut … kecuali:
A. kelengkapan
B. kejelasan
C. estetika
D. dukungan

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 47


Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang terdapat
di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap
materi kegiatan belajar 3 dengan mempergunakan rumus di bawah ini.
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 %
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 70 % = kurang

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan


dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda
kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang
belum Anda kuasai.

48 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

Tes Formatif 1
1. B political democracy
2. A bahan pembelajaran
3. B integrated
4. C. holistik
5. B. program kurikuler
6. A Social Studies as citizenship transmission
7. B. membuat keputusan
8. D pembelajaran disiplin ilmu (disciplinary learning)
9. D kemampuan membiasakan diri dalam bersikap peka
10. C disipliner

Tes Formatif 2
1. B Konsep
2. D kursi
3. C empati
4. B. mengagumi keindahan bunga
5. A. persetujuan (agreement)
6. A Nilai material
7. D. nilai religius
8. B. norma kesusilaan
9. C. sanksi tegas dan nyata
10. A. nilai moral

Tes Formatif 3
1. D pemecahan masalah warganegara
2. C spiritual, rasional, emosional, dan sosial
3. D rambu-rambu umum pembelajaran
4. D Standar pencapaian
5. A Kumpulan informasi yang disusun dengan baik
6. B mengandung informasi yang terkait dengan masalah
7. B memberikan doktrin dalam hidup berkewarganegaraan
8. C membuat rencana tindakan
9. A menjelaskan masalah
10. C estetika

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 49


50 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]
MATERI PEMBELAJARAN

2
PENDIDIKAN
KEWARGANERAAN

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 51


52 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]
MATERI PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN KEWARGANERAAN

Pendahuluan

Modul ini akan membahas materi pembelajaran PKn sebagai bahan ajar untuk
para mahasiswa calon guru, yakni para mahasiswa yang sedang mendalami mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan untuk Madrasah Ibtidaiyah (MI). Ada dua konsep
kemampuan yang akan dibahas dalam modul ini, ialah pertama, materi yang berkaitan
dengan substansi atau isi PKn (disciplinary content knowledge) dan kedua, aspek yang
berkaitan dengan cara membelajarkan isi PKn (pedagogical content knowledge). Dua hal
ini merupakan aspek yang sangat penting untuk dikuasai oleh guru maupun calon guru
MI khususnya dalam pembelajaran PKn karena merupakan salah satu kompetensi guru
profesional, yakni penguasaan bidang studi. Karena itu, diharapkan Anda dapat membaca
dan mengkaji isi modul ini dengan seksama.
Berbicara tentang materi PKn, sebenarnya bukanlah hal yang asing bagi Anda.
Mungkin Anda banyak faham tentang sejumlah konsep PKn. Misalnya, ketika Anda ditanya
apakah demokrasi itu? Dengan tanpa berpikir panjang pasti Anda menjawab bahwa
demokrasi adalah “Suatu pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat.” Jawaban ini sudah sangat terkenal dan banyak dijadikan sebagai definisi umum.
Namun, materi tentang demokrasi terkadang mengalami pembiasan apalagi apabila
sudah sampai pada tahap pelaksanaan di suatu negara padahal demokrasi merupakan
konsep universal dan diperkirakan sesuai dengan kebutuhan hakiki manusia.
Bagaimana demokrasi dalam proses pembelajaran atau singkatnya mengajarkan
demokrasi kepada anak didik? Pertanyaan ini merupakan permasalahan yang tidak
mudah dijawab apalagi mempraktekkannya dalam proses belajar mengajar di kelas.
Namun demikian, dalam modul ini Anda akan mendapat alternatif jawaban yang dapat
Anda kembangkan lebih lanjut.
Oleh karena itu, modul ini mengajak Anda memahami materi pembelajaran PKn dan
mengembangkannya untuk kepentingan pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah. Sehingga

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 53


dengan mempelajari materi dalam modul ini Anda diharapkan memiliki kemampuan
sebagai berikut:
1. Memahami karakeristik materi PKn.
2. Mampu mengembangkan materi pembelajaran PKn SD.

Semua kemampuan di atas sangat penting bagi semua mahasiswa calon sarjana dan
atau calon guru profesional khususnya dalam mempersiapkan kemampuan untuk kegiatan
belajar mengajar di kelas PKn. Lebih jauh lagi, mengembangkan materi pembelajaran
PKn ini penting bagi calon guru dan atau guru-guru pemula yang sering mengalami
kesulitan dalam penguasaan materi dan mengembangkannya. Khusus bagi calon guru
dan guru pemula PKn di MI diharapkan agar sedapat mungkin memperbanyak latihan
dalam mengembangkan materi pembelajaran ini. Dengan memahami dan menguasai
materi ini diharapkan Anda akan terbantu dan tidak mengalami kesulitan lagi dalam
mengembangkan materi pembelajaran di kelas. Dengan demikian, kemampuan Anda
dalam membelajarkan PKn menjadi semakin kaya. Implikasi lebih lanjut, para siswa akan
semakin menyenangi belajar PKn karena gurunya memiliki kemampuan dalam memilih
dan mengembangkan pembelajaran yang menarik dan beragam sesuai dengan kebutuhan
para siswa. Dengan kata lain, para siswa pun akan sangat terbantu dalam proses belajarnya
sehingga Anda akan mendapat sambutan yang positif dari para peserta didik.
Agar semua harapan di atas dapat terwujud, maka di dalam modul ini disajikan
pembahasan dan latihan dengan butir uraian sebagai berikut:
1. Karakeristik Materi PKn.
2. Pengembangan Materi Pembelajaran PKn SD.
Agar Anda dapat berhasil dengan baik dalam mempelajari modul ini ikutilah petunjuk
belajar sebagai berikut:
1. Bacalah dengan seksama bagian pendahuluan modul ini sampai Anda memahami
untuk apa dan bagaimana mempelajari modul ini.
2. Bacalah secara sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata yang Anda anggap
penting. Carilah dan baca pengertian dari kata-kata kunci dalam daftar kata-kata sulit
yang terdapat dalam modul ini atau dalam kamus yang Anda miliki.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri
dan tukar pikiran dengan teman Anda atau guru lain dan dengan tutor Anda.
4. Terapkan prinsip, konsep, dan prosedur yang dituntut oleh kurikulum tentang
karakteristik materi PKn dan pembelajarannya.
5. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi dengan teman dalam kelompok atau
kelas.

54 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


1

Karakteristik Materi PKn


Pada bagian pendahuluan di atas dalam modul ini, Anda telah mengenal dan
memahami tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan modul ini. Pada kegiatan
belajar 1 modul ini fokus pembahasan diarahkan pada pemahaman guru Madrasah
Ibtidaiyah (MI) dalam penguasaan materi PKn. Apa materi PKn itu, karaktersitik, serta
ruang lingkupnya secara umum dan secara khusus yang perlu dikuasai oleh guru MI
untuk tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, apabila Anda sudah menguasai pembahasan
materi pada kegiatan belajar 1, maka Anda akan sangat terbantu untuk menguasai materi
pada kegiatan belajar berikutnya.
Apa materi atau isi pendidikan kewarganegaraan (PKn)?
Sebelum menguraikan materi PKn dan karakteristiknya untuk jenjang MI, terlebih
dahulu perlu diuraikan pengertian materi itu sendiri. Merujuk pada Oxford Advanced
Learner’s Dictionary (2000), istilah materi atau “material” dalam tulisan ini lebih tepat
sebagai “a substance that things can be made from” (substansi yang dapat menghasilkan
sesuatu) atau “things that are needed in order to do a particular activity” (sesuatu yang
diperlukan untuk melakukan aktivitas tertentu). Sedangkan “content” berarti “the things
that are contained in something” (hal-hal yang ada di dalam sesuatu). Apabila istilah
materi dan “content” tersebut dikaitkan dengan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai
program pembelajaran untuk membangun warga negara yang cerdas dan baik (smart
and good citizen), maka lahirlah sebuah pertanyaan, hal-hal substansi apa saja yang
diperlukan atau yang harus ada dalam pendidikan kewarganegaraan untuk membangun
warga negara tersebut?
Pada bagian terdahulu telah dikemukakan bahwa misi utama dari PKn adalah
membantu para siswa belajar agar menjadi warga yang memiliki rasa kebangsaan dan
cinta tanah air serta bertanggung jawab dan berpartisipasi di masyarakat demokratis yang
majemuk baik dalam suku, bahasa, agama, budaya, maupun adat istiadat. Dengan kata
lain, PKn sebagai mata pelajaran di sekolah sangat bertanggung jawab untuk menjadikan
warga negara yang cerdas dan baik dalam hidup berbangsa dan bernegara. Oleh karena
itu, perlu ada kejelasan materi pembelajaran PKn yang sesuai dengan tuntutan masyarakat
dan bangsa untuk mencapai tujuan PKn itu sendiri.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 55


Pertanyaan yang perlu mendapat jawaban dalam kegiatan belajar ini adalah
apa dan bagaimana “content” pendidikan kewarganegaraan sebagai materi program
pembelajaran. Hanna dan Lee (1962) pernah mengemukakan bahwa “content” untuk
program pembelajaran Social Studies termasuk PKn yang dapat diadopsi dari berbagai
sumber. Sedikitnya ada tiga sumber yang mudah diidentifikasi, yakni: Pertama, “informal
content” yang dapat ditemukan dalam kegiatan masyarakat tempat para siswa berada,
seperti kegiatan anggota pemadam kebakaran, ekspedisi pendaki gunung, kegiatan
anggota DPR dalam membuat dan mengesahkan undang-undang, dan lain-lain. Kedua, the
formal disciplines of the pure or semisocial sciences, meliputi geografi penduduk, sejarah,
ilmu politik, ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi sosial, jurisprudensi, filsafat dan
etika serta bahasa. Menurut Hanna dan Lee, tiga disiplin pertama, geografi penduduk,
sejarah, dan ilmu politik, “… have traditionally been the major reservoir for social studies
content”. Namun, secara umum, formal content yang diadopsi dari ilmu-ilmu sosial
utamanya terjadi pada awal abad ke-20. Pada masa itu, belum ada pemikiran orientasi
“content” selain yang bersifat formal content. Baru pada pertengahan abad ke-20, “social
studies content” banyak tergantung pada peristiwa terkini (current events) dan hal yang
penting menurut siswa (pupil interest). Ketiga, the responses of pupils ialah tanggapan-
tanggapan siswa baik yang berasal dari “informal content” (events) maupun dari “formal
disciplines” (studies). Gagasan Hanna and Lee akan menjadi bahan yang berharga bagi
pengembangan “content” PKn dengan catatan perlu ada seleksi disesuaikan dengan visi,
misi dan karakteristik PKn. Misalnya, tiga disiplin ilmu sosial utama dalam social studies,
meliputi geografi, sejarah dan ilmu politik, maka dalam PKn yang lebih dominan adalah
ilmu politik dan hukum.
Furman (1962:89) mengingatkan guru bahwa dalam mengembangkan program PKn
hendaknya mengacu pada tiga sasaran, yakni: (1) to serve the needs of children (melayani
kebutuhan siswa); (2) to serve the needs of society (melayani kebutuhan masyarakat); and
(3) to understand and utilize the intellectual discipline called the social sciences (memahami
dan memanfaatkan disiplin ilmu yakni disiplin ilmu-ilmu sosial). Saran dari Furman ini
pada hakikatnya tidak jauh berbeda dengan gagasan dari Hanna dan Lee di atas, bahwa
“content” untuk PKn hendaknya memperhatikan kebutuhan siswa, masyarakat dan
disiplin ilmu-ilmu sosial. Hanya saja gagasan Furman lebih spesifik dan operasional yang
diarahkan kepada tugas guru untuk mengembangkan program pembelajaran di kelas.
Furman menjelaskan lebih lanjut bahwa guru harus mengetahui dan mengerti betul
tentang siswa di kelas, baik kecakapannya, kebutuhannya, kepentingannya, masalah yang
dihadapi maupun pertumbuhan dan perkembangan serta latar belakang keluarganya.
Guru pun perlu memahami kebutuhan dan harapan masyarakat sekitar tempat siswa
tinggal. Masyarakat mungkin mengharapkan agar anak-anak belajar menjadi warga
negara yang baik, yakni anggota masyarakat di tingkat lokal, nasional dan global. Para
siswa hendaknya belajar menjadi warga negara yang produktif di daerahnya, berguna

56 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


(useful) bagi bangsanya, dan berpikir kewarganegaraan (civic-minded) ketika hidup
dalam konteks global.
Meskipun demikian, kecenderungan yang telah mendorong pada pemikiran orientasi
siswa dan masyarakat sebagai trend baru hendaknya tidak meninggalkan sasaran pokok,
yakni disiplin ilmu sosial dan kondisi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh
karena itu, guru pun perlu memahami dan memanfaatkan disiplin ilmu-ilmu sosial sebagai
“content” untuk mengembangkan program PKn. Namun, perlu mendapat perhatian pula
bahwa kegiatan pembelajaran hendaknya berbasis konteks kehidupan siswa dimana
mereka berada. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan hendaknya pendekatan
kontekstual.
Dari dua konsepsi atau gagasan dari Hanna dan Lee dan Furman ini dapat disimpulkan
bahwa materi “content” PKn, dengan merujuk pada gagasan “content” dan sasaran dalam
social studies, hendaknya mempertimbangkan hal-hal yang bersifat informal content (the
need of society), formal disciplines (social sciences), dan (the responses of pupils/the needs
of children) dengan mempertimbangkan pula kebutuhan siswa, masyarakat, dasar negara,
cita-cita, dan tujuan nasional sebagaimana yang dinyatakan dalam UUD 1945.
Selain itu, Kosasih Djahiri (1979) pernah menegaskan bahwa materi PKn hendaknya
lebih menitikberatkan pada pembinaan watak, pemahaman dan penghayatan nilai dan
pengamalan Pancasila dan UUD 1945 sebagai falsafah dasar dan pandangan hidup
bangsa, pembinaan siswa untuk melihat kenyataan, fokus belajar pada konsep yang benar
menurut dan sesuai dengan Pancasila. Dengan demikian, penguasaan konsep dalam PKn
memiliki kedudukan yang penting selain aspek afektif dan perilaku.

Apa yang dimaksud konsep dalam PKn?


Sebelum membahas tentang konsep, sebenarnya, ada dua unsur yang menjadi fokus
materi pembelajaran PKn yang penting untuk jenjang Madrasah Ibtidaiyah, yakni fakta
(peristiwa, kasus aktual) dan konsep baik yang konkrit maupun abstrak. Oleh karena itu,
sebelum membahas konsep terlebih dahulu perlu diuraikan tentang fakta.
Untuk mendefinisikan “fakta” sesungguhnya tidaklah semudah yang sering kita
bayangkan. Masih terdapat berbagai pendapat dan tafsiran yang cukup beragam. Namun,
beberapa ahli Social Studies (Michaelis, 1980; Banks, 1984; Sunal and Haas, 1993; Jarolimek
and Parker, 1993) mendefiniskan fakta dengan indikator yang tidak banyak perbedaan.
Michaelis (1980) mengartikan sebagai berikut: ”Facts are statements of information that
include concepts, but they apply only to a specific situation.” Banks (1984) mendefinisikan
fakta dalam konteks kajian etnis, bahwa ”Facts are low-level, specific empirical statement
about limited phenomena. Facts may be considered the lowest level of knowledge and have
the least predictive capacity of all the knowledge forms.” Sedangkan menurut Sunal and
Haas (1993) “Facts are forms of content that are single occurrences, taking place in the

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 57


past or present.” Sunal dan Haas menambahkan bahwa fakta belum dapat memprediksi
suatu peristiwa atau suatu tindakan. Namun, dengan melihat dari aspek perannya,
Jarolimek dan Parker (1993) menyatakan bahwa informasi faktual sangat penting untuk
memahami konsep dan generalisasi karena fakta akan memberikan rincian informasi
yang mendukung dan elaborasi yang menjadikan konsep dan generalisasi itu bermakna.
Suatu hal yang menarik dan perlu digarisbawahi dari pernyataan para pakar Social
Studies di atas bahwa fakta itu sifatnya khusus ataupun terbatas, tidak bersifat general
atau umum yang tidak terbatas dan posisinya berada pada tingkatan paling rendah
dalam struktur ilmu pengetahuan. Namun, peran dan fungsinya sangat penting karena
dapat berkontribusi terhadap kebermaknaan suatu konsep dan generalisasi. Selain itu,
fakta dapat menunjukkan suatu sifat yang nyata, yang ditampilkan dengan benar-benar
ada, terjadi, karena mempunyai realitas objektif. Dengan demikian, hal ini sangat sesuai
dengan pernyataan Bachtiar (1997:112-113) bahwa “fakta” merupakan abstraksi dari
kenyataan yang diamati yang sifatnya terbatas dan dapat diuji kebenarannya secara
empiris.
Fakta juga merupakan building blocks of knowledge yang digunakan untuk
mengembangkan konsep (Fraenkel, 1980:94). Begitu juga menurut Sjamsuddin (1996:5),
bahwa fakta umumnya erat hubungannya dengan jawaban atas apa, siapa, kapan, di mana,
dan juga bisa berupa benda-benda (things) yang benar-benar ada atau peristiwa apa
yang pernah terjadi pada masa lalu. Fakta harus dirumuskan atas dasar sistem kerangka
berpikir tertentu. Fenomena yang sama akan menghasilkan fakta yang berbeda, apabila
kerangka berpikir yang dipergunakan berbeda. Oleh karena itu, dalam konteks proses
inkuiri, Banks menyatakan “Facts are the particular instances of events or things that in
turn become the raw data or the observations of the social scientist” (Banks, 1977:84).
(“Fakta adalah kejadian berbagai hal atau peristiwa yang tertentu yang pada gilirannya
menjadi data mentah atau pengamatan para ilmuwan sosial”).
Dalam pembelajaran PKn umumnya dan khususnya untuk jenjang kelas di Madrasah
Ibtidaiyah, fakta berupa kejadian, peristiwa, dan kasus aktual yang terkait dengan
kewarganegaraan, kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sangat penting.
Bahkan materi pembelajaran PKn hendaknya dipersiapkan dan dikemas oleh para guru
dengan mengadopsi dari kehidupan nyata (real life) masyarakat terutama para siswa
pada tataran lokal, nasional, dan global.
Beberapa contoh fakta yang dapat dimanfaatkan untuk materi dan proses
pembelajaran antara lain:
• Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) diproklamasikan pada tanggal 17
Agustus 1945 di Jakarta oleh Soekarno dan Hatta.
• UUD NRI 1945 disahkan pertama kali oleh PPKI dalam sidangnya pada tanggal 18
Agustus 1945.

58 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


• Pemilu di Indonesia pertama kali diselenggarakan pada tahun 1955.
• Memasuki era reformasi, UUD 1945 telah mengalami perubahan sebanyak empat kali,
yakni pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002.
• Sejumlah anggota organisasi masyarakat turun memenuhi jalan-jalan di ibu kota
melakukan unjuk rasa menentang penyerangan Israel terhadap warga Palestina di
Jalur Gaza.

Demikian beberapa contoh fakta yang dapat diangkat oleh guru sebagai materi
pembelajaran PKn.

Selanjutnya, sebagai latihan, coba Anda susun sebanyak sepuluh


contoh fakta yang relevan dengan PKn dan dapat dijadikan materi
pembelajaran untuk para siswa MI.

Apa konsep itu?


Istilah “konsep” yang berkembang di masyarakat hampir selalu dikaitkan dengan
“rancangan” atau ”draf” atau sesuatu yang belum selesai. Konotasi yang demikian
sebetulnya tidak terlalu salah manakala kita melihatnya dari sisi teoretik yang bersifat
abstrak. Namun, ruang lingkup “konsep” menyangkut juga hal-hal yang bersifat riil
ataupun konkret. Nama-nama seperti gunung, danau, kursi, meja, pohon, mobil, kambing,
ketimun, dan garam merupakan “konsep”. Di dunia ini, banyak jenis konsep baik yang
tampak ataupun abstrak  seperti agama, kebaikan, pandai, merah, fantasi, kemenakan,
gas, mertua  semuanya adalah konsep-konsep yang tak terhingga jumlahnya. Jadi, kalau
begitu apa konsep itu ?
Schwab (1962: 12-14) mengemukakan bahwa konsep merupakan abstraksi, suatu
konstruksi logis yang terbentuk dari kesan, tanggapan dan pengalaman-pengalaman
kompleks. Pendapat Schwab tersebut sejalan dengan pendapat Banks (1977: 85) yang
menyatakan bahwa “A concept is an abstract word or phrase that is useful for classifying
or categorizing a group of things, ideas, or events”. Dengan demikian, pengertian konsep
menunjuk suatu abstraksi, penggambaran dari sesuatu baik yang konkret maupun
abstrak (tampak atau tidak tampak) atau dapat juga berbentuk pengertian/ definisi
ataupun gambaran mental, atribut esensial dari suatu kategori yang memiliki ciri-ciri
esensial yang relatif sama. Sebagai contoh konsep “demokrasi”. Jika dilihat dari jenis dan
bentuknya demokrasi itu sangat beragam. Demokrasi Barat di Eropa Barat dan Amerika
Serikat akan jauh berbeda jika dibandingkan dengan demokrasi di Cuba atau RRC. Tetapi

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 59


apa yang membuat mereka berbeda-beda itu disebut “demokrasi”? Tentu saja karena
mereka memiliki persamaan sebagai ciri esensialnya, yaitu “kekuasaan ada di tangan
rakyat”. Itulah ciri-ciri esensial demokrasi. Dalam hal ini, kita dapat mengidentifikasi
tentang nama-nama lain, seperti presiden, negara, pemerintahan, DPR dan sebagainya,
yang dapat diketahui ciri-ciri esensialnya yang relatif sama.
Dengan demikian, berbeda dengan fakta yang menekankan pada kekhususan, maka
konsep memiliki ciri-ciri umum (common characteristics) yang sudah tentu pengertian
konsep lebih luas daripada fakta. Fraenkel (1980:94-95) mengemukakan ”Whereas facts
refer to a single object, event, or individual, concepts represent something common to
several events, objects, or individual.” Lebih lanjut Fraenkel menyatakan bahwa “Concepts
do not exist in reality, …” (sebenarnya konsep-konsep itu dalam kenyataannya tidak
ada). Konsep itu berada dalam ide atau pikiran manusia. Semua realitas yang berada
di sekeliling kita memasuki atau menyentuh indera-indera manusia sebagai informasi
dari berbagai pengalaman. Kemudian, masukan-masukan indera (sensory input) tersebut
diatur dan disusun dengan mengenakan simbol-simbol (label kata-kata) berdasarkan
persamaan-persamaan esensial tersebut.
Menurut Kagan (dalam Fraenkel, 1980:99-100), ada empat kualifikasi yang dapat
diterapkan untuk menguji apakah suatu konsep telah memenuhi persyaratan. Keempat
kualifikasi tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama, tingkat keabstrakan (degree of abstraction) dari konsep tersebut. Ada konsep
yang memiliki tingkat keabstrakan rendah (“low-level” abstraction), misalnya bunga,
kambing, dan pabrik, sehingga konsep-konsep ini telah mendekati tingkatan konkret.
Namun ada konsep yang memiliki tingkat keabstrakan tinggi (“higher-level” abstraction),
misalnya kebebasan, penghargaan, dan kecerdasan, yang hanya dapat dipahami oleh
kemampuan tertentu, seperti kemampuan bahasa, ketajaman rasa, penyesuaian diri, dan
kemampuan belajar.
Kedua, kompleksitas (complexity). Konsep memiliki perbedaan dalam jumlah atribut
(ciri-ciri, indikator) yang diperlukan untuk menjelaskan konsep tersebut. Semakin banyak
atribut yang diperlukan untuk menjelaskan konsep, semakin kompleks konsep tersebut.
Misalnya, konsep “kucing”, mungkin dapat didentifikasi dari beberapa atribut, seperti
berkaki empat, berbulu lembut, bercakar, suara mengeong, dsb), tetapi untuk konsep
“kebudayaan” tentunya memerlukan banyak sekali atribut sehingga konsep “kebudayaan,
patriotisme, demokrasi, keadilan ” termasuk konsep-konsep yang kompleks. “The more
complex a concept is, the greater its capacity to organize and synthesize large numbers of
simpler concepts and specific facts. (1980:100).
Ketiga, pembedaan (differentiation). Konsep juga berbeda dalam ciri dasar yang
dapat ditafsirkan berbeda-beda sehingga masih perlu dijelaskan lagi. Misalnya, konsep
”kekayaan” tentu mengandung multi penafsiran karena konsep tersebut dapat berupa

60 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


tanah, uang, rumah, alat rumah tangga, emas, dan sebagainya. Bandingkan dengan konsep
obeng, tentu konsep ini akan mudah diidentifikasi.
Keempat, pemusatan dimensi (centrality of dimensions). Makna sebuah konsep
diperoleh dari satu atau dua atribut penting yang merujuk pada ciri utama dari ide yang
diwakili oleh konsep. Misalnya, konsep ”wisatawan” akan terkait dengan atribut kunci
”travel”, ”bersenang-senang”, dan ”hotel”.
Timbul pertanyaan, sebetulnya kita belajar mengenal konsep-konsep itu untuk apa?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut Fraenkel (1980:101-104) telah mengidentikasi
kegunaan konsep bagi kehidupan manusia sebagai berikut.
Pertama, konsep itu berguna untuk membantu mengatasi kerumitan lingkungan
dan melakukan efisiensi dan efektivitas bagi manusia. Hal ini bisa kita fahami karena
informasi-informasi itu kian terus bertambah banyak dan semuanya harus diidentifikasi
dalam simbol-simbol yang dapat disepakati. Fraenkel (1980:101) menyatakan “Through
concepts, we simplify and order the varying perceptions that we receive through our senses.”
Konsep-konsep dapat disusun dengan cara mereduksi informasi-informasi tersebut
menurut proporsi-proporsi yang dapat ditangani. Konsep dapat meliputi kelompok objek
tertentu, peristiwa-peristiwa, individu-individu, atau ide-ide.
Kedua, konsep membantu mengenali dan memahami bermacam-macam objek yang
ada di sekitar kita. Fraenkel (1980:102) menyatakan “When an individual identifies an
object, he places it into a class.” Sehingga dalam klasifikasi (kategorisasi) tersebut begitu
nampak persamaan dan perbedaannya. Misalnya, ketika orang lain mengatakan panitia
ad hoc atau rapat komisi, maka ia akan langsung melakukan identifikasi, klasifikasi, dan
menghubungkan istilah tersebut dengan lembaga negara “Dewan Perwakilan Rakyat”
(DPR). Dengan mengenal konsep, seseorang akan terhindar dari salah identifikasi atau
miskonsep yang dapat menimbulkan persepsi yang keliru dan fatal.
Ketiga, konsep dapat berfungsi untuk mereduksi keperluan yang sering dikatakan
berulang-ulang terhadap sesuatu kajian yang serupa dan sudah diketahui. Misalnya,
ketika orang sudah mengetahui konsep “legislatif”, maka ia akan menggunakan konsep
tersebut untuk DPR, DPRD I di Propinsi, dan DPRD II di Kabupaten / Kota.
Keempat, konsep dapat membantu untuk memecahkan masalah. Dengan menempatkan
objek-objek, individu-individu, peristiwa-peristiwa, ataupun ide-ide kedalam kategori-
kategori yang benar, kita dapat memperoleh beberapa wawasan bagaimana menangani
sesuatu masalah tertentu yang dihadapi. Misalnya, seseorang yang mengetahui bahwa ia
seorang ahli hukum, maka ia akan hati-hati dalam berbicara dan tidak mudah sembarang
menuduh atau tindakan serupa lainnya yang berargumen berdasarkan hukum.
Kelima, konsep juga berguna untuk menjelaskan (eksplanasi) sesuatu yang dianggap
rumit ataupun memerlukan keterangan yang cukup panjang dan rinci. Banyak konsep-
konsep yang kita ketahui sekarang diperoleh melalui proses pembelajaran ataupun

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 61


pengenalan dari konsep-konsep sebelumnya yang dianggap baru. Dengan demikian konsep
bisa dijadikan alat (tools) yang mengandung karakteristik-karakteristik umum untuk
dianalisis sekalipun rumit. Misalnya, konsep “negara”, tentu memerlukan penjelasan yang
memadai, karena kriteria untuk konsep “negara” tidaklah cukup hanya dengan kriteria
”wilayah” dan ”penduduk” belaka, melainkan harus disertai syarat-syarat lainnya.
Keenam, konsep sebagai stereotipe (stereotypes), artinya bahwa mungkin konsep
itu memberikan konotasi negatif. Hal ini terjadi ketika antara dua atau lebih kelompok
manusia baik etnis, suku, atau bangsa saling berinteraksi dengan memberikan ”label”
tertentu kepada etnis, suku, atau bangsa lain dengan karakteristik tertentu yang
berkonotasi negatif. Di Indonesia juga sering kita dengar ungkapan-ungkapan yang
bernada stereotipe. Contohnya: “Jawa koek”, “Cina licik”, “Padang bengkok”, “Orang Batak
si tukang copet”, dan sebagainya. Bahkan dikalangan orang Barat-pun stereotipe dan
etnosentrisme pernah hidup dan berkembang sebagaimana yang disebut Huntington
(1998: 66) bahwa “In the nineteenth century the idea of “the white man’s burden” helped
justify the extension of Western political and economic domination over non-Western
societies” yang pada gilirannya melahirkan imperialisme dan kolonialisme terhadap
bangsa-bangsa kulit berwarna.
Ketujuh, konsep mewakili gambaran kepada kita tentang ”realitas” dan dunia kita
sendiri. Menurut Fraenkel, kita sulit berpikir atau bahkan berpendapat tanpa konsep.
Lebih lanjut dinyatakan ”We could not communicate, create a society, or carry out anything
but the simplest and most animalistic behavior without them.” (Fraenkel, 1980: 103).
Tujuh manfaat konsep ini tidak diragukan lagi kontribusinya terhadap pengembangan
ilmu pengetahuan dan komunikasi dalam berbagai konteks kehidupan warga negara dan
manusia umumnya.
Demikianlah beberapa penjelasan tentang fakta dan konsep beserta contoh-
contohnya yang akan banyak ditemui dan bermanfaat dalam memahami dan menguasai
materi PKn. Seorang calon guru atau guru profesional khususnya dalam bidang PKn
dituntut untuk selalui melakukan pengkajian secara terus menerus mendalami dna
memperluas wawasan terkait dengan materi PKn. Isi materi pembelajaran PKn snagat
dinamis dan selalu mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan bangsa dan
negara terutama masalah politik dan hukum. Dua unsur ini sangat banyak memberikan
warna dan pengaruh terhadap isi materi pembelajaran PKn.

Mengapa demikian?
Konsep kewarganegaraan yang berasal dari kata “warga negara” pada hakikatnya,
membahas tentang hubungan warga negara dengan negara atau pemerintah dalam arti
yang luas. Dalam hubungan tersebut sudah pasti terkait dengan masalah kepentingan,
hak dan kewajiban, kekuasaan, peraturan hukum, dan konsep-konsep kenegaraan lainnya.

62 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Bagaimana agar hubungan yang terkait dengan kepentingan hidup dan kehidupan
berbangsa dan bernegara dapat berjalan harmonis untuk mencapai tujuan nasional? Dua
unsur penting, hukum dan politik, harus dapat berjalan secara sinergis.
Kehidupan yang tertib, aman, dan damai merupakan bentuk kehidupan yang dicita-
citakan oleh umat manusia. Untuk mewujudkan bentuk kehidupan tersebut, dibuatlah
norma-norma perilaku yang disepakati bersama sebagai panduan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Salah satu norma yang dibuat untuk mengatur
perilaku individu dalam masyarakat adalah norma hukum, yakni hukum negara. Disamping
norma hukum terdapat sejumlah norma lainnya yang juga berfungsi untuk mengatur
perilaku individu dalam masyarakat. Norma-norma tersebut antara lain meliputi norma
kesopanan, adat-istiadat, kebiasaan, kesusilaan, dan norma agama.
Kesadaran akan adanya norma yang mengatur perilaku individu dalam kehidupan
bermasyarakat sangat penting untuk ditanamkan kepada setiap individu sejak usia
dini. Oleh sebab itu, pendidikan hukum sebagai salah satu bentuk upaya penanaman
kesadaran akan norma tingkah laku dalam masyarakat, dipandang sangat strategis untuk
diberikan pada seluruh jenis dan jenjang pendidikan persekolahan. Tidak mungkin kita
dapat mengharapkan tumbuhnya kesadaran dan kepatuhan hukum dari setiap individu
warga negara tanpa upaya yang sadar dan terencana melalui proses pendidikan, baik
pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Penanaman nilai-nilai dan norma-
norma sosial kemasyarakatan merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dari
proses sosialisasi anak menuju realita kehidupan yang sesungguhnya di masyarakat.
Program pendidikan hukum (law-related education) di persekolahan hendaknya
diarahkan untuk membantu siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan agar mereka kelak dapat berpartisipasi secara efektif dalam lembaga-lembaga
hukum. Tujuan utama dari pendidikan hukum, seperti dikemukakan oleh Banks (1977:
258-259), adalah untuk membantu siswa mengembangkan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh hak-hak hukumnya secara maksimum
dalam masyarakat. Di samping itu, setiap warga negara memikul tanggung jawab atas
terciptanya sistem hukum yang bekerja secara efektif dan adil. Para siswa hendaknya
dibelajarkan untuk memperoleh kemampuan mengkaji persoalan-persoalan yang
berkaitan dengan kesenjangan-kesenjangan yang acapkali terjadi antara cita-cita hukum
dengan kenyataan, dan bagaimana kesenjangan tersebut dapat diatasi.
Program pendidikan hukum di persekolahan bukan merupakan program yang berdiri
sendiri melainkan merupakan bagian dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn). Oleh karena itu, pendidikan kewarganegaraan dapat berfungsi pula sebagai
pendidikan hukum. Menurut Banks (1977: 259), pendidikan hukum memuat tujuan-
tujuan sebagai berikut.
Sebagai hasil dari pendidikan hukum, siswa diharapkan dapat:

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 63


1. Mengembangkan pemahaman tentang hak-hak dan tanggung jawabnya yang
ditegaskan dalam konstitusi.
2. Memahami tuntutan masyarakat akan peraturan dan hukum, sumber-sumber hukum,
perubahan hukum, dan sanksi hukum.
3. Memahami berbagai aspek hukum sipil yang mempengaruhi kehidupannya - hukum
perkawinan dan perceraian, perjanjian/kontrak, asuransi, kesejahteraan sosial, pajak,
dan lembaga bantuan hukum.
4. Memahami sistem peradilan, struktur organisasi dan fungsi lembaga penegak
hukum.
5. Mengembangkan pengetahuan dan sikapnya berkenaan dengan hukum dan sistem
peradilan pidana - jadi mempersiapkan siswa untuk berpartisipasi dalam sistem
hukum masyarakat kontemporer.

Sementara itu, Center for Civic Education (CCE) dalam National Standards for Civics
and Government (1997) mengembangkan sejumlah bahan ajar yang berkaitan dengan
pendidikan hukum yang dapat disampaikan melalui PKn, antara lain meliputi: (1) fungsi
dan tujuan dari peraturan dan hukum, (2) kedudukan hukum dalam sistem pemerintahan
konstitusional, (3) perlindungan hukum terhadap hak-hak individu, (4) kriteria untuk
mengevaluasi peraturan dan hukum, (5) hak warga negara, dan (6) tanggung jawab warga
negara.
Pada sisi lainnya, sumbangan ilmu politik terhadap PKn sangat signifikan karena
sebagian besar materi PKn terkait dengan politik. Dapatkah mengemukakan konsep-
konsep PKn apa saja yang berasal dari ilmu politik? Benar, banyak sekali konsep ilmu
politik dalam PKn, seperti konsep negara, pemerintah, kekuasaan, DPR, MPR, presiden,
pembagian kekuasaan, rakyat, masyarakat, bangsa, dan sebagainya.

Selanjutnya, sebagai latihan, coba Anda susun sebanyak dua puluh


contoh konsep ilmu politik yang relevan dengan PKn dan dapat
dijadikan materi pembelajaran untuk para siswa MI.

Rangkuman
Secara harfiah, istilah materi berarti (1) substansi yang dapat menghasilkan sesuatu;
(2) sesuatu yang diperlukan untuk melakukan aktivitas tertentu; sedangkan konten berarti
“the things that are contained in something” (hal-hal yang ada di dalam sesuatu). Dalam
konteks pembelajaran PKn istilah materi dan “content” dimaksudkan untuk membangun

64 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


warga negara yang cerdas dan baik (smart and good citizen).
Misi utama PKn adalah membantu para siswa belajar agar menjadi warga yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air serta bertanggung jawab dan berpartisipasi
di masyarakat demokratis yang majemuk baik dalam suku, bahasa, agama, budaya,
maupun adat istiadat. PKn sebagai mata pelajaran di sekolah sangat bertanggung jawab
untuk menjadikan warga negara yang cerdas dan baik dalam hidup berbangsa dan
bernegara.
Ada tiga sumber yang dapat diidentifikasi dalam mengorganisasikan sumber PKn,
yakni: (1) “informal content” yang dapat ditemukan dalam kegiatan masyarakat tempat
para siswa berada; (2) the formal disciplines meliputi geografi penduduk, sejarah, ilmu
politik, ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi sosial, jurisprudensi, filsafat dan etika
serta bahasa; (3) the responses of pupils ialah tanggapan-tanggapan siswa baik yang
berasal dari “informal content” (events) maupun dari “formal disciplines” (studies).
Ada dua unsur yang menjadi fokus materi pembelajaran PKn yang penting untuk
jenjang Madrasah Ibtidaiyah, yakni fakta (peristiwa, kasus aktual) dan konsep baik
yang konkrit maupun abstrak. Fakta merupakan abstraksi dari kenyataan yang diamati
yang sifatnya terbatas dan dapat diuji kebenarannya secara empiris. Sedangkan konsep
merupakan abstraksi, suatu konstruksi logis yang terbentuk dari kesan, tanggapan dan
pengalaman-pengalaman kompleks. Fakta menekankan pada kekhususan, maka konsep
memiliki ciri-ciri umum (common characteristics) yang sudah tentu pengertian konsep
lebih luas daripada fakta.
Ada empat kualifikasi yang dapat diterapkan untuk menguji apakah suatu konsep
telah memenuhi persyaratan, yakni: (1) tingkat keabstrakan (degree of abstraction) dari
konsep tersebut; (2) kompleksitas (complexity; (3) pembedaan (differentiation); dan (4)
pemusatan dimensi (centrality of dimensions).

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 65


Tes Formatif 1

Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir


pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.
1. Secara harfiah, istilah materi berarti ....
A. hal-hal yang ada dalam sesuatu
B. substansi yang dapat menghasilkan sesuatu
C. aktivitas untuk tujuan tertentu
D. sesuatu yang diabaikan

2. Misi utama PKn yang berbeda dari mata pelajaran lainnya adalah bahwa PKn
menekankan pada ....
A. pembentukan warga negara yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air
B. pembentukan warga masyarakat yang demokratis
C. pembentukan warga yang berjiwa toleran dan peduli terhadap orang lain
D. pembentukan warga yang mampu menganalisis masalah sosial kemasyarakatan

3. Sumber materi pelajaran PKn yang diperoleh dari surat kabar tentang aktivitas
anggota parlemen atau lembaga negara, dapat dikategorikan sebagai...
A. formal content
B. respon siswa
C. informal content
D. upaya guru

4. Sumber materi pelajaran PKn yang diperoleh dari teori ilmu politik, dapat dikategorikan
sebagai...
A. formal content
B. respon siswa
C. informal content
D. upaya guru

5. Para siswa hendaknya belajar menjadi warga negara yang produktif di daerahnya,
berguna (useful) bagi bangsanya, dan berpikir kewarganegaraan (civic-minded)
ketika hidup dalam konteks global. Untuk mencapai itu semua, maka pendekatan
yang paling tepat diterapkan adalah ....
A. ekspositori
B. kontekstual
C. lingkungan
D. simulasi

66 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


6. Abstraksi dari kenyataan yang diamati yang sifatnya terbatas dan dapat diuji
kebenarannya secara empiris disebut ....
A. data
B. fakta
C. konsep
D. generalisasi

7. Pernyataan: ”UUD 1945 disahkan pertama kali oleh PPKI dalam sidangnya pada
tanggal 18 Agustus 1945” merupakan .....
A. teori
B. generalisasi
C. konsep
D. fakta

8. Konsep ”wisatawan” akan terkait dengan atribut kunci ”travel”, ”bersenang-senang”,


dan ”hotel”. Kualifikasi konsep ini termasuk ....
A. tingkat keabstrakan (degree of abstraction)
B. kompleksitas (complexity)
C. pembedaan (differentiation)
D. pemusatan dimensi (centrality of dimensions)

9. Konsep itu berguna untuk membantu mengatasi kerumitan lingkungan dan melakukan
efisiensi dan efektivitas bagi manusia. Hal ini dikemukakan oleh....
A. Kagan
B. Schwab
C. Fraenkel
D. Banks

10. Kehidupan yang tertib, aman, dan damai merupakan bentuk kehidupan yang dicita-
citakan oleh umat manusia, dan ini menjadi bagian dari PKn sebagai ...
A. pendidikan hukum
B. pendidikan nilai
C. pendidikan karakter
D. pendidikan konstitusi

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 67


Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat
di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap
materi kegiatan belajar 1 dengan mempergunakan rumus di bawah ini.

Rumus:

Jumlah jawaban Anda yang benar


Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 %
10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:


90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 70 % = kurang

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan


dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda
kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum Anda kuasai.

68 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


2

Pengembangan Materi
Pembelajaran PKn
Pada kegiatan belajar pertama dalam modul ini, Anda telah diperkenalkan dengan
karakteristik materi PKn, meliputi pengertian, klasifikasi, dan jenis, serta contoh. Apakah
Anda mendapat informasi baru tentang karakteristik materi PKn? Untuk kepentingan
pembelajaran di kelas, sesuai dengan kedudukan Anda sebagai mahasiswa guru, maka
pertanyaannya adalah bagaimana cara membelajarkan materi PKn kepada peserta didik
di Madrasah Ibtidaiyah? Sebenarnya, kegiatan mengajar atau pembelajaran bagi Anda
tidak terlalu banyak masalah karena mungkin Anda telah berpengalaman, namun agar
kemampuan Anda semakin mahir, khususnya dalam pembelajaran PKn, maka Anda perlu
terus berlatih untuk membelajarkan fakta dan konsep-konsep tersebut. Selanjutnya, Anda
pun dituntut untuk secara terus menerus mengembangkan fakta dan konsep pendidikan
kewarganegaraan lainnya agar pengetahuan dan penguasaan Anda terhadap konsep-
konsep dasar PKn semakin kaya dan cara membelajarkannya semakin mantap.
Pada kegiatan belajar 2 ini akan diuraikan tentang pengembangan pembelajaran PKn
di Madrasah Ibtidaiyah. Masalah ini sangat penting bagi Anda calon guru kelas di MI
mengingat sampai saat ini masih banyak guru yang belum mahir dalam mengembangkan
materi pembelajaran secara layak, yakni sesuai dangan tuntutan perkembangan jaman
dan kebutuhan siswa.
Pendidikan kewarganegaraan adalah bidang kajian yang bersifat multifaset
dengan konteks lintas bidang keilmuan yang bersifat interdisipliner/ multidisipliner/
multidimensional. Namun secara filsafat keilmuan bidang studi ini memiliki objek
kajian pokok ilmu politik, khususnya konsep demokrasi politik (political democracy)
untuk aspek hak dan kewajiban (duties and rights of citizen). Dari objek kajian pokok
inilah berkembang konsep Civics yang secara harfiah diambil dari bahasa latin civicus,
yang artinya warga negara pada jaman Yunani kuno. Kemudian secara akademis diakui
sebagai embrionya civic education. Selanjutnya di Indonesia hal ini diadaptasi menjadi
“pendidikan kewarganegaraan” (PKn). Secara metodologis PKn sebagai suatu bidang
keilmuan merupakan pengembangan salah satu dari lima tradisi social studies yakni
transmisi kewarganegaraan (citizenship transmission).

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 69


Numan Somantri (2001) menyatakan bahwa obyek studi Civics dan Civic Education
adalah warga negara dalam hubungannya dengan organisasi kemasyarakatan, sosial,
ekonomi, agama, kebudayaan, dan negara. Kata kunci dari pengertian ini adalah warga
negara dalam hubungannya dengan pihak lain yang dimaksud adalah negara. Hal ini
sejalan dengan kajian yang telah dilakukan terdahulu bahwa pada hakikatnya obyek
kajian PKn adalah perilaku warga negara (Sapriya, 2007). Dalam lokakarya metodologi
Pendidikan Kewarganegaraan tahun 1973 dikemukakan bahwa obyek studi Civics adalah:
(1) tingkah laku, (2) tipe pertumbuhan berpikir, (3) potensi yang ada dalam setiap diri
warga negara, (4) hak dan kewajiban, (5) cita-cita dan aspirasi, (6) kesadaran (patriotisme,
nasionalisme, saling pengertian internasional, moral Pancasila), dan (7) usaha, kegiatan,
partisipasi, dan tanggung jawab.
Dengan demikian, apabila fokus kajian di arahkan pada bidang telaahnya, maka
sebenarnya ontologi PKn yang esensial adalah perilaku warga negara. Meskipun
demikian, perlu disadari bahwa perilaku warga negara itu sangat kontekstual sehingga
bidang kajian ini merupakan konteks dimana warga negara itu hidup dan berada. Konteks
perilaku yang dimaksud adalah perilaku yang ditunjukkan oleh individu dalam suasana
atau kondisi tertentu. Misalnya, bagaimana individu sebagai warga negara ketika ia
berperilaku di rumah karena ia sebagai anggota keluarga (member of family); bagaimana
individu berperilaku, berpikir, bekerja, berbuat sebagai anggota kelas di sekolah karena ia
adalah warga sekolah (school citizen). Kemudian bagaimana ia berperilaku di masyarakat
sebagai anggota masyarakat demokratis atau madani, apakah anggota partai politik,
apakah anggota organisasi kemasyarakatan.
Dilihat dari fenomena PKn sebagai kajian perilaku warga negara maka semakin tampak
bahwa ruang lingkup telaahnya begitu luas. Kajian yang berpusat pada perilaku warga
negara dapat dipandang dari berbagai dimensi yang lebih spesifik daripada tiga dimensi
di atas. Warga negara merupakan individu yang dapat dipandang dari berbagai dimensi
seperti psikologis, sosial, politik, normatif, antropologis dan dimensi lain sehingga dapat
dinyatakan dengan sifat multidimensional.
Perilaku warga negara sebagai pribadi maupun anggota masyarakat berada dalam
lingkup sebuah organisasi, sebagai pengikat dan sekaligus yang memberi ruang untuk
melakukan perbuatan. Organisasi yang dimaksud tersebut adalah negara sebagai
organisasi tertinggi. Dalam hal ini, secara ontologis, sumber adanya PKn itu adalah negara
dalam konteks yang luas. Sebuah negara dalam pengertian modern yang sesuai dengan
hasil kesepakatan internasional (Misalnya, Konvensi Montevideo 1933) meliputi empat
unsur, yakni: (1) ada unsur manusia atau rakyat; (2) ada unsur tanah air atau wilayah;
(3) ada unsur pemerintah; dan (4) ada unsur pengakuan (atau kemampuan untuk
mengadakan hubungan dengan negara atau subyek hukum bukan negara). Keberadaan
negara bersifat dinamis dan dapat berkembang. Misalnya, jauh sebelum berdiri negara
Kesatuan Republik Indonesia, mungkin hanya ada nusantara, sedangkan penduduk atau

70 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


penghuni umumnya adalah pendatang dari wilayah lain. Secara kultural, kekayaan budaya
dan adat istiadat merupakan bagian utuh dari penduduk Asia dan bagian umat manusia.
Kemudian, adanya negara Indonesia karena ada proklamasi. Sebelum proklamasi, di
wilayah nusantara pernah ada kerajaan-kerajaan, kemudian kerajaan dijajah Belanda
pada abad ke-16. Lalu ada aksi berjuang, lalu ada merdeka 17 Agustus 1945. Konsep
“ada” itu adalah prosesnya. Oleh karena itu, keberadaan bangsa dan negara merdeka,
kondisi manusia Asia yang bersifat multietnis dan multikarakter merupakan aspek
sosiologis dan psikologis-historis sebagai kajian ontologi PKn yang dapat dijadikan untuk
pembentukan pengetahuan, sikap dan perilaku warga negara yang mendukung bagi
pembangunan bangsa. Aspek emosional seperti rasa kebangsaan (nationalism) dan cinta
tanah air (patriotism) bahkan dengan mengetahui dan memahami diri secara sosiologis
dan historis akan dapat membangun kesadaran diri sebagai warga negara.

Apa materi kajian PKn untuk warga sekolah?


Materi PKn untuk lembaga persekolahan termasuk domain PKn sebagai program
kurikuler. Dalam sistem pendidikan di Indonesia, dimensi program ini bersifat formal,
dasar (basic) dan krusial dalam pembentukan kompetensi dan karakter warga negara.
Mengapa demikian? Karena sejak kanak-kanak setiap warga negara pada umumnya telah
mulai diperkenalkan dengan kehidupan bernegara dan berorganisasi pada tingkat yang
paling sederhana. Mereka diperkenalkan tentang sejumlah konsep yang terkait dengan
kehidupan berkelompok, berorganisasi, bermasyarakat, bernegara dan berpemerintahan.
Demikian pula pada usia di sekolah dasar (SD/MI), sekolah menengah pertama (SMP/
MTs), dan sekolah menengah atas (SMA/MA) bahkan pada tingkat Perguruan Tinggi (PT).
Domain PKn sebagai program kurikuler dirancang dalam sejumlah dokumen kurikulum
yang bersifat formal dan hasil pemikiran para ahli sesuai dengan tingkat usia dan jenjang
sekolah yang semuanya diarahkan pada pembangunan karakter warga negara.
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa persoalan yang dihadapi PKn bila
dikaitkan dengan praktik dan perilaku kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia
akhir-akhir ini masih jauh dari harapan. Bahkan masih jauh dari tujuan dan cita-cita
bangsa sebagaimana yang digariskan dalam Pembukaan UUD 1945. Program PKn yang
diselenggarakan di lembaga pendidikan formal seperti sekolah belum dapat dikatakan
sinergi dengan program PKn yang diselenggarakan di luar lembaga pendidikan formal,
kalau ada. Program PKn masih berjalan secara sendiri-sendiri sehingga persoalan bangsa,
khususnya dalam upaya pembangunan warga negara yang baik belum optimal.
Persoalan berikutnya yang dihadapi PKn saat ini adalah masalah perubahan
kebijakan nasional tentang otonomi di bidang pendidikan yang berdampak luas hingga
berpengaruh juga terhadap kebijakan kurikulum. Dengan peraturan baru tersebut,
dimungkinkan bahwa kurikulum berdiversifikasi. Dalam konteks NKRI tentu kita tidak

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 71


mengharapkan terjadinya diversifikasi kurikulum khususnya untuk PKn. Apakah boleh
PKn itu terbelah, terpecah menjadi 340 model PKn Kabupaten/Kota? Untuk menjawab
pertanyaan ini, kita lihat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Pasal
35 yang menyatakan tentang standar nasional pendidikan yang terdiri atas standar isi,
proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,
pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Aturan ini telah secara jelas menegaskan bahwa
diversifikasi mungkin terjadi bahkan tak dapat dihindari tetapi semuanya tidak boleh
menyimpang dari standar-standar yang telah dirumuskan dalam ketentuan perundangan
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam mengangkat dimensi PKn sebagai program kurikuler memang tidak dapat
diabaikan pembahasan tentang isi, proses dan kompetensi lulusan. Pertanyaannya adalah
apa yang harus sama dan apa yang boleh berbeda. Untuk menjaga dan mengendalikan
mutu dipandang dari sudut kebutuhan peserta didik, maka kompetensi lulusan harus
sama. Misalnya, salah satu kompetensi warga negara yang harus dikembangkan adalah
kemampuan mengambil keputusan, decision making competence atau decision making
skills. Hal ini tidak mungkin berbeda, artinya semua warga negara harus mempunyai
kemampuan mengambil keputusan. Demikian pula kemampuan menyelesaikan masalah
(problem solving skills) dan kemampuan menggunakan mass media untuk membuat
keputusan. Melalui kajian apa kemampuan pengambilan keputusan itu, semuanya
diserahkan kepada tiap satuan pendidikan untuk menyesuaikannya dengan konteks
kehidupan dan lingkungan masing-masing satuan pendidikan yang berbeda-beda
Dengan orientasi pada kompetensi yang menjadi standar nasional, maka diharapkan
tujuan dari adanya kebijakan otonomi pendidikan akan terwujud. Iklim kompetisi
akan semakin berkembang yang pada akhirnya akan mengarah pada peningkatan mutu
pendidikan dan mutu lulusan.
Pertanyaan berikutnya: apakah isi (content) PKn itu harus sama? Dalam pelaksanaan
kebijakan otonomi pendidikan, tentu ada perbedaan dari pelaksanaan kebijakan
pendidikan sebelumnya yang umumnya bersifat sentralistis. Dengan adanya kewenangan
penyusunan kurikulum oleh satuan pendidikan masing-masing, maka memungkinkan
tiap satuan pendidikan untuk menentukan isi (content) PKn sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan peserta didik yang ada di satuan pendidikan masing-masing. Kondisi ini tentu
saja berbeda-beda, misalnya kalau PKn itu untuk Irian Jaya tentu berbeda isinya dengan
PKn untuk DKI Jakarta. Perbedaan itu disebabkan oleh adanya perbedaan konteks atau
situasi sosial budaya di Irian Jaya dan Jakarta. Artinya muatan isi mata pelajaran yang harus
dikembangkan berbeda, tetapi bagaimana muatan itu di proses sehingga menghasilkan
kemampuan mengambil keputusan mungkin sama. Jadi yang berbeda sebenarnya adalah
muatan pengambilan keputusannya. Dengan demikian, perbedaannya terdapat pada
proses dan isi (content) nya. Content ini pun harus dibedakan, ada content yang sifatnya
structural formal, ada content informal atau termasuk kelompok isi yang diperoleh dari

72 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


tentang Konstitusi Negara Republik Indonesia (UUD 1945) maka semua orang harus
sumber
bicarasosial
sama.kultural.
DenganContent yang
demikian, bersifat
content yang structural formal merupakan
bersifat structural formal ini isi yang tidak
merupakan
boleh ditawar (unnegotiated, given) sehingga content ini harus sama untuk seluruh siswa,
content perekat, pemersatu bangsa yang akan memperkuat semangat nasionalisme
seluruh sekolah, seluruh kabupaten/kota, seluruh propinsi dan seluruh bangsa. Ketika
Indonesia
guru danmisalnya,
berbicara, Negara Kesatuan Republik Indonesia
tentang Konstitusi (NKRI).Indonesia
Negara Republik Sedangkan (UUDcontent
1945)
maka semuabersifat
informal orang harus bicara sama.
kontekstual Dengan
tergantung demikian,tempat
lingkungan contentdimana
yang bersifat
siswa structural
berada.
formal ini bagaimana
Namun, merupakanperilaku
content perekat,
warga negarapemersatu
terjadi dan bangsa
dibentukyang
dalamakan memperkuat
pembelajaran di
semangat nasionalisme Indonesia dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
berbagai konteks pasti berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya mengenai perbedaan dalam
Sedangkan content informal bersifat kontekstual tergantung lingkungan tempat dimana
pembelajaran
siswa PKn ini dapat
berada. Namun, dilihat perilaku
bagaimana tabel di bawah
wargaini.
negara terjadi dan dibentuk dalam
pembelajaran di berbagai konteks pasti berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya mengenai
perbedaan dalam pembelajaran PKn ini dapat dilihat tabel di bawah ini.
Tabel: Jenis Muatan Isi Pembelajaran PKn

Tabel: Jenis Muatan Isi Pembelajaran PKn

 Tetap Pemersatu DapatBerubah Kontekstual


Content    
Structural

Formal
Content    
informal
    

Program PKn sebagai domain kurikuler berbentuk sejumlah dokumen yang


Program PKn sebagai domain kurikuler berbentuk sejumlah dokumen yang setiap
setiap saat/masa dapat berubah. Tidak ada dokumen kurikuler yang steril dari
saat/masa dapat berubah. Tidak ada dokumen kurikuler yang steril dari perubahan.
perubahan.
Dokumen Dokumen
kurikulum PKnkurikulum
dibuat danPKn dipersiapkan
dibuat dan dipersiapkan untuk memenuhi
untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat yang selalu mengalami perubahan dari satu masa ke
kebutuhan masyarakat yang selalu mengalami perubahan dari satu masa ke masa masa berikutnya.
Perubahan kurikulum yang dilakukan oleh para pengembang merupakan proses alamiah
berikutnya. Perubahan kurikulum yang dilakukan oleh para pengembang merupakan
mengikuti perkembangan masyarakat yang berubah sejalan dengan tuntutan dan
proses alamiah
tantangan mengikuti
yang dihadapi. perkembangan
Perubahan masyarakat
kurikulum hendaknya yang berubahsetelah
dilakukan sejalanada
dengan
proses
tuntutan
evaluasi dan tantangan
terhadap kurikulumyangterdahulu.
dihadapi. Sejalan
Perubahan kurikulum
dengan hendaknya
perubahan dilakukan
masyarakat dan
sistem pemerintahan
setelah di Indonesia,
ada proses evaluasi Kurikulum
terhadap PKnterdahulu.
kurikulum sekolah yang pernah
Sejalan ada di
dengan Indonesia
perubahan
dapat dipilah menjadi empat model. Pertama adalah model PKn pada kurun waktu tahun
masyarakat dan sistem pemerintahan di Indonesia, Kurikulum PKn sekolah yang
1960-an sampai 1968. Kurikulum pada masa ini memiliki ontologi pokok berupa content
pernah
yang lebihada di Indonesia
banyak dapat dipilah
mengandung aspek menjadi empat yang
sosial politik model. Pertamadengan
berkaitan adalah doktrin-
model
PKn kenegaraan.
doktrin pada kurun waktu
Kedua,tahun
ketika1960-an
berubahsampai
menjadi1968. Kurikulum
PKn pada tahun pada
1968-anmasa ini
sampai
1975-an muatan
memiliki isi kurikulum
ontologi pokok berupa mulai berubah
content yangmenjadi bukan mengandung
lebih banyak hanya doktrin kenegaraan
aspek sosial
yang spesifik, melainkan sudah membahas persoalan-persoalan moral dan sebagainya.
5

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 73


Ketiga, begitu PKn itu menjadi Pendidikan Moral Pancasila pada tahun 1975, content-nya
itu menukik pada butir-butir nilai Pancasila yang berlaku sampai kurikulum 1994.
Keempat, sejalan dengan adanya perubahan politik dari Orde Baru ke Orde Reformasi,
sebenarnya ketika berlaku Kurikulum PPKn 1994, pernah dilakukan penyesuaian content.
Ada sejumlah content Kurikulum 1994 yang ditambah dan dikurangi, disesuaikan dengan
semangat dan nuansa reformasi. Pada sekitar tahun 1999 lahirlah Kurikulum Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dengan Suplemen. Sejumlah butiran dan nilai
hasil pemikiran yang terkait dengan budi pekerti diakomodasi ke dalam Kurikulum PPKn
1994 dengan Suplemen. Hingga kini sejumlah sekolah baik SD/MI, SMP/MTs, maupun
SMA/MA masih ada yang menggunakan Kurikulum PPKn 1994 dengan Suplemen,
beberapa sekolah lainnya menggunakan Kurikulum 2006, dan beberapa sekolah
menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) berdasarkan pada Standar
Nasional, Standar Isi (Permen Diknas Nomor 22/2005) dan Standar Kompetensi Lulusan
(Permen Diknas Nomor 23/2005).
Ketika bangsa Indonesia memasuki tahun 2000, di kalangan Departemen Pendidikan
Nasional mulai diadakan berbagai kajian dan evaluasi terhadap dokumen Kurikulum
PKn hingga lahirlah gagasan tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) untuk mata
pelajaran PKn sekolah. Nama untuk mata pelajaran ini pun telah berubah. Untuk SD/
MI dan SMP/MTs, mata pelajaran PKn digabungkan dengan Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) dengan menggunakan nama baru menjadi Pengetahuan Sosial. Sedangkan untuk
SMA/MA, mata pelajaran PKn berubah nama menjadi Kewarganegaraan. Dari aspek
content, baik PKn SD/MI, SMP/MTs yang ada dalam mata pelajaran Pengetahuan Sosial,
maupun PKn SMA/MA dalam mata pelajaran Kewarganegaraan pada dasarnya pernah
menimbulkan kontroversi dan perdebatan di kalangan masyarakat umum maupun
masyarakat akademik.
Sejalan dengan perkembangan dan perubahan dalam pelaksanaan kurikulum
PKn berbasis kompetensi secara umum Kurikulum PKn yang sedang dalam proses
implementasi setelah melalui masa uji coba tidak dipungkiri masih menunjukkan
sejumlah kelemahan. Ada kecenderungan content untuk kurikulum berbasis kompetensi
kembali menggunakan pendekatan yang sifatnya struktural. Dalam hal ini, sekarang sudah
saatnya para pakar dan praktisi PKn harus duduk bersama untuk melihat sebenarnya
apa yang seyogianya dikemas untuk peserta didik. Perlu dipertimbangkan dalam proses
mengemas content agar memperhatikan tantangan saat ini. Ada dua hal tantangan warga
negara pada masa kontemporer. Pertama, tantangan untuk menghadapi kehidupan
sosial kultural yang kontemporer di dalam kehidupannya. Kedua, tantangan untuk
memahami persoalan-persoalan konseptual sebagai bekal untuk menganalisis persoalan
kontemporer itu. Satu contoh persoalan kontemporer sekarang adalah konflik antaretnis,
separatisme, kemiskinan, kebodohan, korupsi yang merajalela, dan masalah lain tentang
masalah perilaku immoral. Persoalan ini merupakaan isu penting yang harus segera

74 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


dikomunikasikan kepada peserta didik. Namun, untuk melakukan proses tersebut tentu
saja peserta didik perlu bekal. Di dalam benak peserta didik harus sudah ada bekal
konsep-konsep supaya ketika mereka mengambil posisi di dalam proses pengambilan
keputusan, misalnya, terkait masalah konflik antaretnis, maka mereka sudah memiliki
argumen yang cerdas, logis, dan layak. Dengan kata lain, didalam benak peserta didik telah
ada sejumlah konsep yang cukup memadai untuk mengatasi atau menghadapi isu-isu itu
sehingga pendapat-pendapatnya itu tidak common sense tetapi ditopang oleh conceptual
framework yang melandasinya. Dari kenyataan ini tampak bahwa persoalan yang
dihadapi dalam internal isi kajian PKn sebagai program kurikuler masih menunjukkan
kesenjangan antara kepentingan pemerintah dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat
serta tantangan masa depan.
Sebagai standar nasional dalam aspek isi atau ruang lingkup mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan sebagaimana termuat dalam standar isi (Permendiknas
Nomor 22/2005) meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta
lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap
positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan
keadilan
2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib
di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-
norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan
nasional, Hukum dan peradilan internasional
3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota
masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan
dan perlindungan HAM
4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga
masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat,
Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri , Persamaan kedudukan warga negara
5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama,
Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara
dengan konstitusi
6. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan
daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik,
Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam
masyarakat demokrasi
7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara,
Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 75


8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era
globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional,
dan Mengevaluasi globalisasi.

Dengan menyimak paparan di atas, maka pengembangan materi pembelajaran PKn


hendaknya diarahkan pada ketentuan yang telah ada dalam standar isi sesuai dengan
Permendiknas Nomor 22 tahun 2006. Pembelajaran materi PKn harus pula mengacu
pada tujuan yang telah dirumuskan dalam ketentuan Permendiknas tersebut, yakni:
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-
bangsa lainnya
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung
atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Selanjutnya, bagaimana pembelajaran materi PKn dapat dilakukan? Sebelum


membahas tentang persoalan ini terlebih dahulu perlu dikemukakan beberapa prinsip
berkenaan dengan tujuan dan metode pembelajaran. Tiap usaha pembelajaran (dalam
arti membelajarkan siswa) sebenarnya bertujuan untuk menumbuhkembangkan atau
menyempurnakan pola perilaku atau kompetensi tertentu dalam diri peserta didik. Pola
perilaku ialah kerangka dasar dari sejumlah kegiatan, yang lazim dilaksanakan manusia
untuk bertahan hidup dan untuk memperbaiki mutu hidupnya dalam situasi konkret.
Kegiatan itu dapat berupa keterampilan intelektual seperti mengkaji, mengamati,
menganalisis dan menilai keadaan dengan daya nalar. Kegiatan pembelajaran dapat juga
berupa kegiatan jasmani, yang dilakukan dengan tenaga dan keterampilan fisik. Namun,
secara umum manusia bertindak secara manusiawi apabila kedua jenis kegiatan tersebut
dibuat secara terjalin dan sinergis. Kegiatan jasmani seyogianya didukung oleh kegiatan
intelektual, dan demikian juga sebaliknya.
Disamping menumbuhkan atau menyempurnakan pola perilaku, pembelajaran
bertujuan pula untuk menimbulkan kebiasaan. Kebiasaan dapat dirumuskan sebagai
keterarahan, kesiapsiagaan dalam diri manusia untuk melakukan kegiatan yang sama
atau serupa dengan cara yang lebih mudah, tanpa memeras dan menguras tenaga.
Kebiasaan akan timbul justru apabila kegiatan manusia berulang kali dengan sadar dan
penuh perhitungan. Dengan demikian, tujuan tiap pembelajaran ialah menimbulkan atau
menyempurnakan pola laku dan membina kebiasaan sehingga peserta didik terampil
menjawab tantangan situasi kehidupan secara manusiawi. Dengan kata lain, pembelajaran

76 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


ingin memekarkan kemampuan berpikir dan kemampuan bertindak pada peserta didik
sehingga menghadapi keadaan apapun ia cukup sanggup mengamati keadaan, menilai
keadaan, dan menentukan sikap serta tindakannya dalam keadaan tersebut.
Kehidupan manusia dalam masyarakat modern dewasa ini sedang mengalami
perubahan yang begitu pesat. Oleh karena itu, pembelajaran di abad sekarang ini hendaknya
memperhatikan arus dan laju perubahan yang terjadi. Pembelajaran perlu membina
pola berpikir, keterampilan dan kebiasaan, yang terbuka dan tanggap, yang mampu
menyesuaikan diri secara manusiawi dengan perubahan. Kalau tujuan pembelajaran
adalah menumbuhkan dan menyempurnakan pola perilaku, membina kebiasaan dan
kemahiran menyesuaikan diri dengan keadaan yang berubah-ubah, maka metode
pembelajaran harus mampu mendorong proses pertumbuhan dan penyempurnaan pola
perilaku, membina kebiasaan, dan mengembangkan kemahiran untuk menyesuaikan diri.
Pembelajaran harus mampu membina kemahiran pada peserta didik untuk secara kreatif
dapat menghadapi situasi sejenis, malah situasi yang baru sama sekali atas cara yang
memuaskan. Pemikiran kreatif yang dapat menelurkan tindakan kreatif pula wajib dibina
dalam tiap pembelajaran, terutama pada jaman kita sekarang ini yang penuh dengan
perubahan ini. Jelaslah bahwa metode pembelajaran yang ampuh harus mengembangkan
pemikiran dan tindakan kreatif.
Hal lainnya yang perlu diperhatikan sebagai prinsip pembelajaran adalah (1) tingkat
kesulitan, dan (2) tingkat kemampuan berpikir. Tingkat kesulitan berkenaan dengan
beban belajar (learning task) sedangkan tingkat kemampuan berpikir berkenaan dengan
kemampuan kognitif siswa.
Kemampuan berpikir, menurut sejumlah hasil riset, adalah bertahap dan berjenjang
mulai dari yang sederhana/mudah kepada yang kompleks/rumit. Dengan merujuk pada
taksonomi Bloom (1956), Rooijakkers (1989: 112) menyusun tingkat-tingkat kemampuan
berpikir sebagai berikut.

Taraf Nama taraf berpikir Macam kerja pikir yang dibelajarkan


1 Evaluasi Berpikir kreatif atau berpikir untuk memecahkan masalah

2 Analisa dan sintesa Berpikir menguraikan dan menggabungkan

3 Aplikasi Berpikir menerapkan

4 Pemahaman Berpikir dalam konsep dan belajar pengertian

5 Pengetahuan Belajar reseptif atau menerima

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 77


Erat kaitannya dengan pembelajaran PKn adalah pertimbangan tentang tingkat
penalaran moral. Atas dasar karya Piaget dalam penelitiannya tentang perkembangan
moral, Kohlberg mengembangkan teori perkembangan moral kognitif. Dari hasil
penelitiannya yang menggunakan dilemma moral hipotetik, Kohlberg menyusun tingkat
perkembangan moral ke dalam enam tingkatan sebagai berikut.

Taraf Tingkat perkembangan moral


Prekonvensional 1. Orientasi hukuman dan kepatuhan. Konsepsi tentang baik dan buruk
ditentukan oleh konsekuensi fisik tanpa memperhatikan makna atau
nilai dari konsekuensi ini bagi individu.
2. Orientasi instrumental. Konsepsi tentang “baik” lebih ditentukan oleh
kepuasan sendiri
Konvensional 3. Orientasi keserasian antar personal. Apa yang menyenangkan atau
membantu orang lain adalah “baik”.
4. Orientasi terhadap peraturan hukum dan ketertiban. Memelihara
ketertiban sosial, menghormati kekuasaan, dan melaksanakan
kewajiban sendiri adalah “baik”. Orang dihargai karena mentaati
peraturan, hukum, dan kekuasaan yang berlaku.
Pasca konvensional 5. Orientasi legalistik kontrak soaial. Apa yang “benar” ditentukan
oleh nilai-nilai yang disepakati oleh masyarakat, termasuk hak-hak
individu dan aturan-aturan konsensus. Namun demikian tekanannya
diletakkan pada pertimbangan rasional dan kemanfaatan sosial.

6. Orientasi terhadap prinsip-prinsip etika universal. Yang “benar”


merupakan masalah nurani sesuai dengan prinsip-prinsip pilihan
sendiri yang dipandang logis, ajeg, dan universal. Prinsip-prinsip yang
universal ini pada hakekatnya merupakan prinsip-prinsip keadilan,
persamaan hak asasi manusia, dan rasa hormat terhadap martabat
manusia sebagai mahluk individu.

Demikianlah paparan tentang beberapa prinsip yang patut diperhatikan dalam


pengembangan materi pembelajaran PKn. Patut diperhatikan bahwa model pengembangan
materi pembelajaran PKn di Madrasah Ibtidaiyah hendaknya disesuaikan dengan tingkat
kemampuan berpikir dan tingkat perkembangan moral anak-anak usia MI.
Tugas dalam mengembangkan materi pembelajaran PKn seyogianya memperhatikan
hakikat dan karaktertistik, tujuan, dan ruang lingkup PKn sesuai dengan ketentuan
dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006. Secara lebih rinci, pengembangan materi
pembelajaran PKn oleh guru mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar
(SKKD) sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah (SD/MI) yang dapat dilihat pada tabel
berikut ini.

78 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD)

Kelas I, Semester 1

Stándar Kompetensi Kompetensi Dasar


1. Menerapkan hidup rukun dalam 1.1 Menjelaskan perbedaan jenis kelamin, agama, dan suku
perbedaan bangsa
1.2 Memberikan contoh hidup rukun melalui kegiatan di
rumah dan di sekolah
1.3 Menerapkan hidup rukun di rumah dan di sekolah

2. Membiasakan tertib di rumah dan 2.1 Menjelaskan pentingnya tata tertib di rumah dan di sekolah
di sekolah 2.2 Melaksanakan tata tertib di rumah dan di sekolah

Kelas I, Semester 2

Stándar Kompetensi Kompetensi Dasar


3. Menerapkan hak anak di rumah 3.1 Menjelaskan hak anak untuk bermain, belajar dengan
dan di sekolah gembira dan didengar pendapatnya
3.2 Melaksanakan hak anak di rumah dan di sekolah

4. Menerapkan kewajiban anak di 4.1 Mengikuti tata tertib di rumah dan di sekolah
rumah dan di sekolah 4.2 Melaksanakan aturan yang berlaku di masyarakat

Kelas II, Semester 1

Stándar Kompetensi Kompetensi Dasar


1. Membiasakan hidup bergotong 1.1 Mengenal pentingnya hidup rukun, saling berbagi dan tolong
royong menolong
1.2 Melaksanakan hidup rukun, saling berbagi dan tolong
menolong di rumah dan di sekolah
2. Menampilkan sikap cinta 2.1 Mengenal pentingnya lingkungan alam seperti dunia
lingkungan tumbuhan dan dunia hewan
2.2 Melaksanakan pemeliharaan lingkungan alam

Kelas II, Semester 2

Stándar Kompetensi Kompetensi Dasar

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 79


3. Menampilkan sikap demokratis 3.1 Mengenal kegiatan bermusyawarah
3.2 Menghargai suara terbanyak (mayoritas)
3.3 Menampilkan sikap mau menerima kekalahan
4. Menampilkan nilai-nilai Pancasila 4.1 Mengenal nilai kejujuran, kedisiplinan, dan senang bekerja
dalam kehidupan sehari-hari
4.2 Melaksanakan perilaku jujur, disiplin, dan senang bekerja
dalam kegiatan sehari-­hari

Kelas III, Semester 1

Stándar Kompetensi Kompetensi Dasar


1. Mengamalkan makna Sumpah 1.1 Mengenal makna satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa
Pemuda 1.2 Mengamalkan nilai-nilai Sumpah Pemuda dalam kehidupan
sehari-hari

2. Melaksanakan norma yang 2.1 Mengenal aturan-aturan yang berlaku di lingkungan


berlaku di masyarakat masyarakat sekitar
2.2 Menyebutkan contoh aturan-aturan yang berlaku di
lingkungan masyarakat sekitar
2.3 Melaksanakan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan
masyarakat sekitar

Kelas III, Semester 2

Stándar Kompetensi Kompetensi Dasar


3. Memiliki harga diri sebagai 3.1 Mengenal pentingnya memiliki harga diri
individu 3.2 Memberi contoh bentuk harga diri, seperti menghargai diri
sendiri, mengakui kelebihan dan kekurangan diri sendiri dan
lain­lain
3.3 Menampilkan perilaku yang mencerminkan harga diri
4. Memiliki kebanggaan sebagai 4.1 Mengenal kekhasan bangsa Indonesia, seperti kebhinekaan,
bangsa Indonesia kekayaan alam, keramahtamahan
4.2. Menampilkan rasa bangga sebagai anak Indonesia

Kelas IV, Semester 1

Stándar Kompetensi Kompetensi Dasar


1. Memahami sistem 1.1 Mengenal lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan
pemerintahan desa dan desa dan pemerintah kecamatan
pemerintah kecamatan 1.2 Menggambarkan struktur organisasi desa dan pemerintah
kecamatan
2. Memahami sistem pemerintahan 2.1 Mengenal lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan
kabupaten, kota, dan provinsi kabupaten, kota, dan provinsi
2.2 Menggambarkan struktur organisasi kabupaten, kota, dan
provinsi

80 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Kelas IV, Semester 2

Stándar Kompetensi Kompetensi Dasar


3. Mengenal sistem pemerintahan 3.1 Mengenal lembaga-lembaga negara dalam susunan
tingkat pusat pemerintahan tingkat pusat, seperti MPR, DPR, Presiden, MA,
MK dan BPK dll.
3.2 Menyebutkan organisasi pemerintahan tingkat pusat, seperti
Presiden, Wakil Presiden dan para Menteri
4. Menunjukkan sikap terhadap 4.1 Memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di
globalisasi di lingkungannya lingkungannya
4.2 Mengidentifikasi jenis budaya Indonesia yang pernah
ditampilkan dalam misi kebudayaan internasional
4.3 Menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi
di lingkungannya

Kelas V, Semester 1

Stándar Kompetensi Kompetensi Dasar


1. Memahami pentingnya keutuhan 1.1 Mendeskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Negara Kesatuan Republik 1.2 Menjelaskan pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) Indonesia
1.3 Menunjukkan contoh-contoh perilaku dalam menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
2. Memahami peraturan 2.1 Menjelaskan pengertian dan pentingnya peraturan
perundang-undangan tingkat perundang-undangan tingkat pusat dan daerah
pusat dan daerah 2.2 Memberikan contoh peraturan perundang-undangan tingkat
pusat dan daerah, seperti pajak, anti korupsi, lalu lintas,
larangan merokok

Kelas V, Semester 2

Stándar Kompetensi Kompetensi Dasar


3. Memahami kebebasan 3.1 Mendeskripsikan pengertian organisasi
berorganisasi 3.2 Menyebutkan contoh organisasi di lingkungan sekolah dan
masyarakat
3.3 Menampilkan peran serta dalam memilih organisasi di
sekolah
4. Menghargai keputusan bersama 4.1 Mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama
4.2 Mematuhi keputusan bersama

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 81


Kelas VI, Semester 1

Stándar Kompetensi Kompetensi Dasar


1. Menghargai nilai-nilai juang 1.1 Mendeskripsikan nilai-nilai juang dalam proses perumusan
dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara
Pancasila sebagai Dasar Negara 1.2 Menceritakan secara singkat nilai kebersamaan dalam proses
perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara
1.3 Meneladani nilai-nilai juang para tokoh yang berperan dalam
proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara dalam
kehidupan sehari-hari
2. Memahami sistem pemerintahan 2.1 Menjelaskan proses Pemilu dan Pilkada
Republik Indonesia 2.2 Mendeskripsikan lembaga-lembaga negara sesuai UUD 1945
hasil amandemen
2.3 Mendeskripsikan tugas dan fungsi pemerintahan pusat dan
daerah

Kelas VI, Semester 2


Stándar Kompetensi Kompetensi Dasar
3. Memahami peran Indonesia 3.1 Menjelaskan pengertian kerjasama negara-negara Asia
dalam lingkungan negara-negara di Tenggara
Asia Tenggara 3.2 Memberikan contoh peran Indonesia dalam lingkungan
negara-negara di Asia Tenggara
4. Memahami peranan politik 4.1 Menjelaskan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan
luar negeri Indonesia dalam era aktif
globalisasi 4.2 Memberikan contoh peranan politik luar negeri Indonesia
dalam percaturan internasional

Dikemukakan dalam Permendiknas tersebut bahwa SKKD menjadi arah dan landasan
untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian
perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian. Berikut ini adalah contoh
mengembangkan materi pembelajaran kelas VI semester 2.

Kompetensi Dasar Rincian Materi


3.1 Menjelaskan pengertian kerjasama negara- a. pengertian kerjasama antarbangsa
negara Asia Tenggara b. Negara-negara Asia Tenggara
3.2 Memberikan contoh peran Indonesia dalam c. Pelaksanaan kerjasama Indonesia dengan
lingkungan negara-negara di Asia Tenggara negara-negara Asia Tengggara
d. Peran Indonesia di Asia Tenggara
4.1 Menjelaskan politik luar negeri Indonesia yang a. Pengertian Politik luar negeri
bebas dan aktif b. Politik luar negeri Indonesia bebas aktif.
4.2 Memberikan contoh peranan politik luar negeri c. Pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif.
Indonesia dalam percaturan internasional d. Contoh pelaksanaan politik luar negeri
Indonesia.

82 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Demikianlah contoh pengembangan materi berdasarkan kompetensi dasar (KD).
Selanjutnya Anda dapat mengembangkan materi pembelajaran lain sesuai dengan KD
dan kelas serta semester.

Sebagai latihan, coba Anda kembangkan materi pembelajaran yang


sesuai dengan KD dan Kelas serta semester dimana Anda mengajar.
Bekerja dengan kawan mahasiswa lain lebih baik.

Bagaimana mengembangkan SKKD menjadi rencana pembelajaran baik berupa


silabus maupun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dapat dikaji pada Modul 9
mata kuliah ini.
Untuk anak-anak MI pada kelas-kelas rendah (kelas 1 sd kelas 3), pembelajaran materi
PKn dapat diawali dengan memperkenalkan mereka pada sejumlah aturan-aturan hidup
yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan
madrasah, dan lingkungan masyarakat sekitar. Pengenalan terhadap keberadaan aturan-
aturan tersebut hendaknya diarahkan pada tumbuhnya kesadaran pada diri anak tentang
perlunya aturan dalam kehidupan kita. Perlu diperhatikan bahwa di kelas rendah,
mengingat kemampuan berpikir anak masih bersifat holistik, maka pembelajaran
hendaknya lebih banyak pada upaya pembiasaan.
Media pembelajaran yang dapat digunakan adalah dengan memanfaatkan pengalaman
langsung yang diperoleh anak-anak dalam keluarga, kelompok permainan, dan dalam
kehidupan di sekolah. Secara lebih rinci uraian pengembangan materi dan pembelajaran
untuk siswa MI kelas rendah dapat dilihat pada Modul 6 dan untuk siswa MI kelas tinggi
dapat dilihat pada Modul 7 mata kuliah ini.

Rangkuman
Tujuan PKn hendaknya disesuaikan dengan tuntutan dan perkembangan zaman,
artinya bukan hanya membangun warga negara yang baik (good citizen) semata melainkan
warga negara yang cerdas (smart citizen) dalam menghadapi lingkungan kehidupannya.
Hal ini perlu mendapat perhatian mengingat tantangan kehidupan saat ini tidak cukup dan
dapat diselesaikan hanya oleh warga negara yang baik melainkan perlu pula oleh warga
negara yang memiliki kecerdasan. Kecerdasan yang perlu dimiliki oleh seorang warga
negara adalah kecerdasan dalam berbagai aspek, yakni kecerdasan dalam intelektual,
emosional, sosial, dan bahkan spiritual. Kecerdasan yang dimiliki oleh seorang warga
negara diharapkan dapat dimanfaatkan untuk berpikir dalam menganalisis berbagai

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 83


masalah. Dalam hal ini, seorang warga negara harus memiliki sejumlah keterampilan/
kecakapan (skills), meliputi keterampilan berpikir, berkomunikasi, berpartisipasi, bahkan
keterampilan meneliti untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
Secara konseptual, PKn memiliki objek kajian pokok ilmu politik, khususnya konsep
demokrasi politik (political democracy) untuk aspek hak dan kewajiban (duties and rights
of citizen). Dari objek kajian pokok inilah berkembang konsep Civics yang secara harfiah
diambil dari bahasa latin civicus, yang artinya warga negara pada jaman Yunani kuno.
Secara praksis, fokus kajian / bidang telaah PKn adalah perilaku warga negara.
Perilaku warga negara sebagai pribadi maupun anggota masyarakat berada dalam lingkup
sebuah organisasi, sebagai pengikat dan sekaligus yang memberi ruang untuk melakukan
perbuatan. Organisasi yang dimaksud adalah negara sebagai organisasi tertinggi.
Secara filosofis, obyek kajian PKn sebagai landasan berpikir dalam konteks
keindonesiaan, meliputi: Nusantara Indonesia, manusia sebagai pribadi, kekayaan
Indonesia, kesadaran manusia Indonesia atas ke-Indonesiaannya, jatidiri sebagai bangsa
Indonesia.
Secara ontologis, perspektif PKn sebagai domain kurikuler terdiri atas dua unsur,
yakni curriculum content dan student behavior. Persoalan yang dihadapi saat ini
khususnya menyangkut persoalan bangsa dan pemerintahan yang berada pada masa
transisi, menunjukkan bahwa PKn di Indonesia yang bersifat exclusive dan formal dengan
pembelajaran berparadigma education about democracy sedang mengalami perubahan
menjadi paradigma education in democracy.

84 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Tes Formatif 2

Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir


pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.

1. Secara filsafat keilmuan bidang studi PKn memiliki objek kajian pokok ilmu politik,
khususnya konsep....
A. demokrasi politik
B. demokrasi terpimpin
C. demokrasi konstitusional
D. demokrasi liberal

2. Objek atau bidang telaah PKn adalah ....


A. negara
B. perilaku warga negara
C. perilaku pemerintah
D. rakyat

3. PKn memfokuskan pada pembelajaran untuk warga negara, khususnya tentang ....
A. tanggung jawab
B. peran dan fungsi
C. hak dan kewajiban
D. kesejahteraan

4. Unsur pokok negara dalam pengertian modern yang sesuai dengan hasil kesepakatan
internasional meliputi, kecuali:
A. rakyat
B. wilayah
C. pemerintah
D. pengakua

5. Indonesia menganut demokrasi konstitusionil. Kenyataan ini dapat ditemukan dalam


dokumen negara ....
A. Pembukaan UUD 1945
B. Batang Tubuh UUD 1945
C. Bagian Penjelasan Umum UUD 1945
D. Peraturan Pemerintah

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 85


6. Misi PKn adalah memupuk rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Misi ini merupakan
ontologi PKn secara ....
A. historis
B. sosiologis
C. psikologis
D. emosional

7. Domain PKn sebagai program kurikuler adalah program PKn yang ada di lingkungan
A. masyarakat
B. pemerintah
C. sekolah
D. organisasi kemasyarakatan

8. Materi PKn yang lebih menekankan pada aspek moral terdapat dalam Kurikulum ...
A. Tahun 1968
B. Tahun 1975
C. Tahun 1994
D. Tahun 2006

9. Berikut ini adalah materi pokok PKn dalam Standar Isi berdasarkan Pemendiknas
No.22/2006, kecuali:
A. Persatuan dan kesatuan
B. Globalisasi
C. Demokrasi
D. Hak asasi manusia

10. Rumusan tujuan PKn dalam Standar Isi yang pertama adalah .....
A. berpikir secara kritis
B. berpartisipasi secara aktif
C. berkembang secara positif
D. berinteraksi dengan bangsa lain

86 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat
di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap
materi kegiatan belajar 1 dengan mempergunakan rumus di bawah ini.

Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 %
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 70 % = kurang

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan


dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda
kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum Anda kuasai.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 87


KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

Tes Formatif 1
1. B. substansi yang dapat menghasilkan sesuatu
2. A pembentukan warga negara yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air
3. C. informal content
4. A. formal content
5. A ekspositori
6. B fakta
7. D fakta
8. D pemusatan dimensi (centrality of dimensions)
9. C Fraenkel
10. A. pendidikan hukum

Tes Formatif 2
1. A. demokrasi politik
2. B perilaku warga negara
3. C. hak dan kewajiban
4. D pengakuan
5. B Batang Tubuh UUD 1945
6. D emosional
7. C sekolah
8. B Tahun 1975
9. C Demokrasi
10. A. berpikir secara kritis

88 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


DESAIN DAN MODEL

3
PEMBELAJARAN PKn

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 89


90 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]
DESAIN DAN MODEL
PEMBELAJARAN PKn

Pendahuluan

Modul ini merupakan modul pengembangan dalam kemampuan guru Madrasah


Ibtidaiyah (MI) untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai salah
satu kompetensi guru kelas di MI. Pada modul mata kuliah yang lain, tentu Anda telah
mengenal tentang kompetensi guru kelas SD/MI. Baiklah, Anda tentu masih ingat bahwa
salah satu kompetensi guru kelas di MI adalah menguasai lima bidang studi yang salah
satunya adalah bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan.
Dalam modul ini Anda akan diajak menganalisis dan mengembangkan desain
dna model pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang sesuai dengan tuntutan
pembelajaran yang layak dan perkembangan masyarakat era sekarang dan masa yang
akan datang. Dengan mempelajari materi dalam modul ini Anda diharapkan memiliki
kemampuan sebagai berikut.
- Menjelaskan pengembangan desain pembelajaran PKn
- Mengembangkan model pembelajaran PKn

Semua kemampuan di atas sangat penting bagi semua guru dan atau calon guru
profesional khususnya dalam mempersiapkan pembelajaran PKn MI yang layak sesuai
dengan kebutuhan dan karakteristik siswa MI. Pentingnya calon sarjana maupun calon
guru profesional memahami atau punya kemampuan seperti ini karena seringkali para
guru pemula mengalami kesulitan dalam menentukan, memilih dan mempertimbangkan
model pembelajaran PKn dalam proses belajar mengajar. Kenyataan ini diasumsikan
pula karena rendahnya kemampuan analisis dan dangkalnya pengalaman maupun
penguasaan pendekatan, strategi, metode, dan teknik untuk pembelajaran PKn.
Sementara di pihak lain, zaman terus berkembang, kemajuan di bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi juga kian sulit diimbangi oleh kemampuan umat manusia pada umumnya
sehingga akibatnya muncullah masalah-masalah di masyarakat. Demikian pula di bidang
pendidikan khususnya para guru PKn dihadapkan pada sejumlah masalah dalam proses

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 91


belajar mengajar terutama dalam memilih dan menyajikan materi yang sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, dengan memahami dan menguasai
materi ini diharapkan Anda akan terbantu dan tidak mengalami kesulitan lagi dalam
menentukan, memilih, mempertimbangkan, dan menerapkan konsep-konsep tersebut
secara terintegrasi. Apabila Anda memiliki kemampuan dalam mengembangkan desain
dan model pembelajaran PKn maka Anda layak menjadi guru profesional, yakni seorang
guru yang dapat memenuhi harapan dan kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat
serta bangsa dan negara. Lebih jauh lagi, para siswa pun akan sangat terbantu dalam
proses belajarnya sehingga Anda akan mendapat sambutan yang positif dari para peserta
didik.
Agar semua harapan di atas dapat terwujud, maka di dalam modul ini disajikan
pembahasan dan latihan dengan butir uraian sebagai berikut:
1. Desain pembelajaran PKn
2. Model pembelajaran PKn

Untuk membantu Anda dalam mencapai harapan kemampuan di atas ikutilah


petunjuk belajar sebagai berikut:
1. Bacalah dengan cermat bagian Pendahuluan modul ini sampai Anda faham betul apa,
untuk apa dan bagaimana mempelajari modul ini.
2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan kata-kata yang
Anda anggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci dalam daftar kata-
kata sulit (Glosarium) atau dalam kamus atau dalam ensiklopedia.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri
dan tukar pikiran dengan mahasiswa atau guru lain dan dengan tutor Anda.
4. Terapkan prinsip, konsep, dan prosedur yang dituntut oleh kurikulum tentang
ketentuan keharusan mengembangkan pembelajaran PKn di MI.
5. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi dengan teman dalam kelompok atau
kelas.

92 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


1

Desain Pembelajaran PKn

Pada bagian pendahuluan di atas dalam modul ini, Anda telah mengenal dan
memahami tentang arah pengembangan guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) khususnya
dalam penguasaan kompetensi dalam pembelajaran PKn. Pada kegiatan belajar ini,
akan dibahas tentang pengertian, tujuan, dan dimensi pendidikan kewarganegaraan
di MI. Pada kegiatan belajar ini, Anda diharapkan akan punya pemahaman tentang apa
disain pembelajaran PKn dan bagaimana mengembangkan disain pembelajaran PKn
itu. Oleh karena itu, apabila Anda sudah menguasai pembahasan materi pada kegiatan
belajar 1, maka Anda akan sangat terbantu dalam tugas merencanakan mengembangkan
pembelajaran serta melanjutkan penguasaan materi pada kegiatan belajar berikutnya.

Apa disain pembelajaran itu?


Menurut Eraut (1991:315) istilah disain pembelajaran atau ‘instructional design’
biasanya merujuk pada disain materi pembelajaran yang disusun oleh sebuah tim yang
dapat melibatkan guru atau tidak perlu melibatkan guru yang akan melaksanakan
pembelajaran tersebut. Memang, sejumlah ahli mengatakan bahwa disain pembelajaran
dibuat oleh guru yang akan melaksanakan pembelajaran namun bukanlah suatu
keharusan disain pembelajaran dibuat hanya oleh guru yang bersangkutan. Artinya,
bahwa pengembangan disain pembelajaran dapat menjadi tugas para pakar pembelajaran
yang diharapkan akan membantu/mempermudah para guru dalam mengembangkan dan
melaksanakan proses pembelajaran.
Pengembangan desain pembelajaran merupakan langkah awal dalam proses
mengembangkan kurikulum pembelajaran. Untuk memudahkan memahami uraian
tentang pengembangan disain pembelajaran PKn di bawah ini, Anda diharapkan telah
mengenal secara umum tentang disiplin ilmu-ilmu sosial dan teori-teori pendidikan.
Dengan memiliki pengetahuan awal tersebut Anda akan sangat terbantu untuk memahami,

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 93


mengkaji dan menganalis situasi dan disiplin ilmu-ilmu sosial yang sangat berpengaruh
terhadap proses penyusunan desain pembelajaran khususnya dalam Pendidikan
Kewarganegaraan.
Dalam pembahasan berikut ini, Anda akan diajak menganalisis situasi apa saja
baik eksternal maupun internal dan disiplin ilmu apa saja yang banyak kontribusinya
terhadap proses penyusunan desain pembelajaran PKn. Sehingga dengan mempelajari
materi dalam bab ini anda diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) dapat
menganalisis faktor eksternal dan internal yang perlu dipertimbangkan dalam proses
penyusunan desain pembelajaran; dan (2) dapat menganalisis disiplin ilmu pendukung
yang banyak berpengaruh dalam penyusunan desain pembelajaran.

Analisis Situasi Eksternal dan Internal


Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian pendahuluan bahwa untuk mempelajari
bab ini Anda diharapkan telah mengenal bagaimana paradigma PKn dan pengembangan
materi PKn yang merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu atau disebut
interdisipliner dan multidomensional serta apa tujuan dan fungsinya. Pada kegiatan
belajar berikut ini, akan dibahas faktor-faktor yang banyak mempengaruhi kegiatan
belajar mengajar yang harus diketahui oleh guru sehingga perlu dipertimbangkan dalam
proses penyusunan desain pembelajaran. Apabila diklasifikasikan (secara sederhana),
faktor-faktor tersebut dibagi atau dibedakan atas faktor eksternal dan faktor internal.
Pembahasan dalam kegiatan belajar ini akan diawali dengan menjelaskan beberapa
pertimbangan mengapa kita perlu melakukan analisis situasi sebelum menyusun desain
pembelajaran.

Apa dan mengapa analisis situasi?


Analisis situasi biasanya dilakukan sebelum proses pengembangan kurikulum.
Artinya, selama proses mengembangkan kurikulum, guru dituntut agar menyadari dan
mempertimbangkan tentang situasi yang sedang terjadi atau berubah di sekitarnya.
Laurie Brady (1990) menegaskan bahwa analisis situasi diperlukan untuk menentukan
efektifitas penerapan kurikulum yang baru. Guru seyogianya dapat menangkap berbagai
isu yang berkembang di masyarakat untuk dijadikan sebagai pengalaman belajar siswa.
Guru haruslah dapat mengkaji situasi belajar, meliputi faktor-faktor seperti: latar
belakang pengalaman siswa, sikap dan kemampuan guru, iklim sekolah, sumber belajar
dan hambatan-hambatan eksternal. Dengan demikian, pengembangan kurikulum diawali
dengan melakukan kajian situasi sekolah. Karena setiap sekolah memiliki karakteristik
yang berbeda maka analisis situasi pada satu sekolah tidak dapat ditransfer kepada
sekolah lain.

94 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Analisis situasi biasanya dilakukan oleh guru pada saat guru merumuskan dan
menetapkan tujuan pengajaran. Cara yang dilakukan antara lain melalui diagnosis
kelemahan-kelemahan siswa maupun prestasi yang telah dicapainya, apakah kebutuhan
siswa pada saat kini maupun pada masa depan, hal-hal apakah yang dapat membantu siswa
untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya, mengapa banyak orang (mahasiswa)
melakukan demostrasi di depan Gedung DPR RI, Gedung Kejaksaan RI, Gedung Kedutaan,
dan sebagainya. Peristiwa-peristiwa seperti inilah yang dapat diangkat, dianalisis dan
dimasukkan oleh guru menjadi bahan perencanaan program pembelajaran PKn.
Sockett (1976) memberikan saran-saran dengan menekankan pentingnya analisis
situasi dalam pengembangan kurikulum, sbb.:
1) Guru seyogianya melakukan suatu transaksi dengan siswa tentang apa yang akan
dilakukan dalam proses belajar mengajar.
2) Guru hendaknya secara terus-menerus mengevaluasi dan mempertahankan suasana
belajar di kelas.
3) Guru hendaknya mendekatkan proses belajar kearah situasi nyata dan kemungkinan
perubahan situasi tersebut.

Dari saran-saran yang dikemukakan oleh Sockett di atas, jelaslah bahwa guru dituntut
untuk selalu menyesuaikan program pembelajarannya dengan situasi yang sedang terjadi
(berlangsung) di sekitar siswa atau kehidupan sekolah.

Situasi apakah yang harus selalu diperhatikan oleh guru selama


mendesain pembelajaran?
Skillbeck (1984) membagi faktor yang dapat menggambarkan situasi sebagai bahan
analisis guru atas dua bagian, ialah faktor eksternal (external factors) dan faktor internal
(internal factors). Perhatikanlah faktor-faktor eksternal dan internal menurut Skillbeck
berikut ini:
Faktor-faktor eksternal meliputi:
1) Perubahan sosial-budaya dan harapan masyarakat
2) Tuntutan dan tantangan sistem pendidikan
3) Perubahan mata pelajaran yang akan diajarkan
4) Kontribusi dari sistem dukungan guru
5) Sumber masukan bagi sekolah

Faktor-faktor internal, meliputi:


1) Siswa meliputi aspek bakat, kecakapan dan kebutuhannya
2) Guru meliputi aspek nilai, sikap, keterampilan mengajar, pengetahuan, pengalaman,

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 95


kekuatan dan kelemahan khusus serta perannya
3) Etos kerja sekolah dan struktur politik
4) Sumber-sumber bahan pembelajaran
5) Masalah-masalah dan kekurangan-kekurangan yang dirasakan dalam kurikulum yang
berlaku.

Namun perlu Anda ingat bahwa dua faktor bahan analisis situasi di atas memiliki
kaitan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam kehidupan. Dua faktor ini
saling mengisi, saling berpengaruh dan saling menentukan keberhasilan guru mengajar
dan siswa belajar. Dengan kata lain, tugas guru yang cukup strategis bagi keberhasilan
mengelola proses belajar mengajar akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam
mempertimbangkan, meramu, mengemas, merancang atau mendesain faktor-faktor di
atas dalam suatu model program pembelajaran.
Agar Anda dapat memahami lebih jauh lagi masing-masing lima faktor (eksternal
dan internal) tersebut marilah sekarang kita membahasnya satu persatu. Pembahasan
pertama akan dimulai dengan faktor-faktor eksternal.
Faktor eksternal pertama: Perubahan sosial-budaya dan harapan masyarakat,
seperti harapan orang tua siswa, tuntutan dunia kerja, anggapan dan nilai masyarakat,
perubahan hubungan antara orang tua dan anak. Faktor sosial-budaya dan harapan
masyarakat sebagai lingkungan belajar siswa dan sekitar sekolah sangatlah penting
untuk diperhatikan oleh guru sebagai pengembang kurikulum (curriculum developer).
Laurie Brady (1990) menyatakan ‘Apabila sekolah ingin berfungsi sebagai cermin
masyarakat maka sekolah-sekolah harus memperhatikan perubahan sosial-budaya pada
saat menyusun kurikulum. Perubahan di bidang sosial budaya ini meliputi perubahan
penduduk, perubahan fungsi keluarga, perubahan fungsi/peran wanita (misalnya
emansipasi), perubahan dalam struktur ekonomi, perubahan teknologi dan informasi,
dan sebagainya. Apabila kita perhatikan, misalnya dalam aspek teknologi informasi
setelah merebaknya penggunaan saluran internet, dari hari ke hari bahkan dari detik
ke detik kita dapat menyaksikan betapa cepatnya perubahan yang terjadi dalam segala
aspek kehidupan. Semua aspek dan implikasi-implikasinya ini perlu diprediksi oleh guru
sehingga menjadi bahan dalam proses pengembangan kurikulum.
Salah satu faktor sosial budaya yang sedang melanda bangsa Indonesia sebagai
akibat dari krisis moneter adalah banyaknya anak yang terpaksa keluar meninggalkan
sekolah (drop out) karena tidak mampu membayar biaya sekolah. Apabila kejadian ini
tidak segera ditanggulangi maka dikhawatirkan bangsa Indonesia akan mengalami suatu
generasi yang hilang (lost generation). Hal ini merupakan contoh prediksi yang dapat
diangkat oleh guru sebagai hasil analisis faktor eksternal dari aspek sosial budaya yang
cukup realistis dan aktual.

96 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Beberapa contoh lain yang berkaitan dengan aspek sosial budaya, antara lain:
Harapan orang tua meliputi pandangan orang tua tentang pendidikan sex, pekerjaan
rumah, disiplin siswa di sekolah; Harapan dunia kerja, antara lain standar kompetensi
lulusan, pengalaman kerja, sikap dan sebagainya.

Sebagai latihan, coba Anda berikan contoh lain tentang faktor


eksternal dari aspek sosial budaya ini yang dapat dijadikan bahan
analisis
oleh guru selama merancang model pembelajaran!

Faktor eksternal kedua : Tuntutan sistem pendidikan. Guru sebagai pengembang


kurikulum perlu menyesuaikan apa yang dilakukan di kelas dengan sistem pendidikan
yang berlaku. Misalnya, kebijakan pemerintah Indonesia dalam bidang pendidikan pada
masa Mendiknas Wardiman Djojonegoro menitikberatkan perlunya peningkatan kualitas
sumber daya manusia melalui kebijakan link and match. Ada empat topik kebijakan
yang ditempuh, yakni relevansi, pemerataan, efisiensi dan efektifitas. Keempat hal ini
hendaknya dijadikan sebagai rambu-rambu oleh guru dalam mendesain pembelajaran
baik dalam menyusun program (materi pelajaran) maupun dalam menentukan desain
pembelajaran seperti aspek metode, media, sumber dan evaluasi.
Sistem pendidikan lainnya yang dapat dijadikan bahan analisis oleh guru antara lain:
sistem ujian sekolah, ujian nasional, fungsi sekolah dalam proses pengambilan keputusan,
tingkat otonomi sekolah, dan keterlibatan masyarakat di sekolah.

Coba Anda kemukakan sistem pendidikan lain yang dapat dijadikan


bahan analisis oleh guru, khususnya dalam pelaksanaan otonomi
sekolah, misalnya penerapan KTSP?

Faktor eksternal ketiga: Perubahan mata pelajaran yang akan diajarkan. Kurikulum
yang baik adalah kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan atau tuntutan masyarakat.
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa kebutuhan dan tuntutan masyarakat
(sosial-budaya) selalu mengalami perubahan. Perubahan dalam mata pelajaran yang

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 97


akan diajarkan merupakan refleksi dari perubahan sosial-budaya. Dengan demikian,
perubahan mata pelajaran merupakan proses penyesuaian yang dilakukan oleh guru
dalam menjawab tuntutan masyarakat.
Ada beberapa kecenderungan yang dapat diklasifikasikan sebagai perubahan
dalam mata pelajaran sebagai upaya inovasi dalam sistem pembelajaran dalam IPS dan
PKn. Misalnya, pada menjelang pemberlakuan Permendiknas Nomor 22 tahun 2006
tentang Standar Isi, mata pelajaran IPS dan PKn pernah digabung menjadi Pendidikan
Kewarganegaraan dan Pengetahuan Sosial (PKPS) atau ada upaya atau gagasan melakukan
integrasi sejumlah materi pelajaran yang dikenal dengan pendekatan tematik (thematical
approach) atau terpadu (integrated approach). Sedangkan, metode yang dikembangkan
lebih menekankan pada keterampilan proses seperti yang dikemukakan oleh Evans dan
Poole (1985) dengan istilah ‘learning how to learn’ melalui inkuiri, pemecahan masalah
dan pengambilan keputusan. Upaya inovasi melalui pembaharuan pendekatan/metode
mengajar ini dianggap tepat dalam suasana fungsi sekolah dalam menghadapi perubahan
masyarakat dunia yang begitu cepat.
Faktor eksternal keempat: Kontribusi dari sistem dukungan guru. Hakekat dari
sistem dukungan guru mungkin beragam tergantung pada kedekatannya. Setiap sekolah
memiliki akses terhadap bentuk-bentuk dukungan untuk peningkatan profesionalisme
guru apakah berupa sekolah tinggi, universitas, konsultan kurikulum, dan pusat penataran
guru. Dukungan yang dimaksud mencakup sumber-sumber belajar yang dapat mendukung
terhadap proses belajar mengajar sehingga perlu dipertimbangkan sebagai bahan analisis
pada tahap penyusunan desain pembelajaran. Bahan belajar yang sekaligus menjadi
sumber belajar terdiri atas: bahan audio-visual (misalnya pesawat televisi), buku-buku
profesional, peragaan dan alat peraga. Guru hendaknya mengupayakan ketersediaan
dukungan ini misalnya melalui kepala sekolah.
Faktor eksternal kelima: Sumber masukan bagi sekolah. Sebagaimana dinyatakan
oleh Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa
“Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan masyarakat. Di Indonesia, nampaknya tanggung jawab sekolah masih lebih
besar dibebankan kepada pihak pemerintah dan orang tua siswa. Peran masyarakat
khususnya yang ada di lingkungan sekolah belumlah dapat dimanfaatkan secara optimal.
Sehingga nampak ada jurang pemisah antara lembaga persekolahan dengan masyarakat.
Umumnya, masyarakat belum merasakan bahwa lembaga sekolah yang ada di wilayahnya
adalah juga tanggung jawabnya. Idealnya tentu saja harus ada kesadaran dari semua
pihak bahwa maju mundurnya sekolah atau baik tidaknya sekolah akan sangat tergantung
kepada tiga pihak di atas.
Demikianlah beberapa pokok penjelasan/pembahasan tentang faktor-faktor eksternal
sebagai bahan analisis dalam penyusunan desain pembelajaran. Selanjutnya marilah kita
perhatikan beberapa penjelasan faktor internal sebagai bahan analisis situasi.

98 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Faktor internal pertama: Siswa. Hal-hal yang berkaitan dengan siswa meliputi
bakat, kecakapan dan kebutuhan akan pendidikan siswa. Dari semua faktor, baik eksternal
maupun internal, yang pertama kali perlu mendapat perhatian dari para perencana
kurikulum adalah siswa. Sifat, karakter dan pembawaan siswa di sekolah berbeda satu
sama lain sehingga analisis situasi seyogianya mempertimbangkan pula perbedaan
individu siswa dan mengupayakan agar mengenal pola persamaannya. Perbedaan
yang dapat diidentifikasi dari siswa yang berada di sekolah misalnya adalah perbedaan
kepribadian walaupun secara fisik dan usia mungkin sama. Untuk mengenal perbedaan
siswa, guru sebagai perencana pembelajaran dapat mendapat informasi dengan cara
menanyakan kepada guru-guru dari siswa sebelumnya atau kepada lingkungan dimana
siswa itu berada dan dibesarkan.
Pemahaman guru terhadap siswanya dalam upaya mendesain pembelajaran PKn
sangat penting. Hal ini bahkan sejalan dengan ciri guru profesional yang pertama, ialah
guru harus mengenal peserta didik secara mendalam. Mengapa guru perlu mengenal
siswanya secara mendalam? Ya, karena pembelajaran PKn adalah pembelajaran
yang meliputi multidomain. Guru perlu membelajarkan aspek kognitif, afektif, dan
keterampilan/perilaku. Pembelajaran untuk tiga domain tersebut akan sulit tercapai
apabila guru tidak mengenal siswanya secara mendalam. Demikian pula upaya untuk
menghidupkan suasana kelas, agar pembelajaran lebih menarik dna menyenangkan,
maka guru perlu mengenal siswanya dengan baik.

Aspek apa saja yang perlu dikenali oleh guru?


Aspek-aspek tentang siswa sebagai bahan analisis faktor internal dapat digolongkan
berdasarkan:
1) Karakteristik sekolah, jenjang dan kelasnya, misalnya berapa banyak jumlah siswa
dalam satu kelas?, berapa usianya, bagaimana persebaran pada tiap kelas?, apakah
latar belakang etnis siswa?
2) Kemajuan/prestasi belajarnya di sekolah
3) Perkembangan fisik, seperti keterampilan motoriknya, kebutuhan fisik dan
kesehatan
4) Perkembangan emosional dan sosial, misalnya bagaimana hubungan antar sesama
siswa, antara siswa dengan guru dan dengan orang tua?
5) Perkembangan intelektual, misalnya kesiapan belajar, kecakapan, tingkat
perkembangan kognitif, bakat khusus, dan pengalaman.
6) Karakteristik personal, misalnya kepribadian, karakter, perkembangan moral, nilai
dan sikap, motivasi, aspirasi, rasa percaya diri, kecenderungan sikap anti-sosial dan
pro-sosial serta perbedaan prilaku.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 99


Aspek-aspek inilah yang perlu mendapat perhatian/ pertimbangan guru dalam
merancang/mengembangkan pembelajaran dari faktor internal khususnya yang berkaitan
dengan faktor siswa.
Faktor internal kedua: Guru. Karena fungsi guru adalah sebagai perencana (designer)
dan pelaksana (implementer) kurikulum, maka dalam proses mendesain pembelajaran ini
perlu pula memperhatikan indikator kemampuan guru apa saja yang dapat mempengaruhi
proses pengembangan dan pelaksanaan pembelajaran. Seperti yang telah dijelaskan pada
bagian terdahulu bahwa kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar
sangatlah menentukan keberhasilan belajar siswa. Dengan demikian, dalam proses
pengembangan desain pembelajaran pun guru perlu mempertimbangkan kemampuan
diri guru khususnya kelak pada saat melaksanakan desain pembelajaran di kelas. Model
desain pembelajaran yang layak adalah model yang telah disesuaikan dengan kebutuhan
siswa tanpa melupakan akan kemampuan guru untuk mengimplementasikannya di
kelas.
Laurie Brady (1990) mengemukakan beberapa karakteristik kemampuan guru yang
harus mendapat perhatian pada saat menyusun desain pembelajaran.
1) Kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri guru. Dalam penggunaan metode
mengajar, misalnya, ada guru yang mahir menggunakan metode diskusi namun kurang
mahir dalam berceramah. Kemahiran dan kekurangan ini hendaknya disadari pada
saat mendesain pembelajaran sehingga guru perlu mengurangi penggunaan metode
ceramah.
2) Ketertarikan guru. Kekuatan kecakapan guru akan bervariasi sesuai dengan hobi dan
ketertarikannya pada suatu obyek.
3) Harapan guru. Guru memiliki harapan yang berbeda dari siswa yang berbeda. Harapan
guru terhadap siswa yang pandai akan lebih besar daripada harapannya terhadap
siswa yang kurang pandai.
4) Sikap guru terhadap pengembangan dan inovasi pembelajaran. Tidak semua guru
memiliki sikap inovatif terhadap upaya peningkatan mutu pembelajaran atau
pendidikan. Hal ini akan mempengaruhi terhadap kualitas hasil maupun proses
penyusunan desain pembelajaran.
5) Gaya mengajar. Sikap ingin maju dari guru akan mempengaruhi pemilihan pengalaman
belajar dalam proses perencanaan pembelajaran. Ada guru yang lebih memusatkan
perhatiannya pada gaya mengajar demokaratis namun ada yang lebih tertarik dengan
gaya mengajar otoriter dan laissez faire.
6) Evaluasi diri guru sendiri. Banyak guru profesional yang selalu mengevaluasi
kemampuannya baik oleh diri sendiri maupun oleh orang lain, misalnya oleh siswa.
Kebiasaan guru menilai kualitas mengajar, mengakui kelemahan/ kesalahannya
dan mengembangkan strategi untuk mengatasi kesalahan-kesalahan ini merupakan
kemampuan guru yang patut dihargai dari sudut profesi keguruan.

100 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


7) Peran guru. Peran guru dalam kegiatan pengembangan kurikulum seperti melalui
forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) perlu mendapat pertimbangan
dalam proses penyusunan desain pembelajaran. Dalam forum MGMP, idealnya guru
akan mendapat banyak pengalaman sebagai bahan untuk analisis situasi dari faktor
internal.

Demikianlah beberapa aspek internal yang berkaitan dengan guru. Karena guru
lah yang berperan atau pelaksana pembelajaran maka semua aspek di atas akan sangat
berpengaruh terhadap kualitas hasil desain pembelajaran.
Faktor internal ketiga: Ethos sekolah. Istilah ‘ethos’ sering digunakan untuk
menggam­barkan iklim, atmosfir, sifat sekolah sebagai suatu organisasi. Bagaimana
persepsi orang atau masyarakat terhadap sekolah, bagaimana perasaan seseorang yang
mengunjungi sekolah, apakah suasana lingkungan sekolah tersebut cukup bersahabat
atau menunjukkan sikap tidak bersahabat (hostile). Perasaan-perasaan ini hanya dapat
diungkapkan oleh setiap orang yang pernah berkunjung ke sekolah tersebut. Ethos sekolah
akan banyak mempengaruhi guru dalam proses penyusunan desain pembelajaran. Apakah
iklim atau atmosfir organisasi sekolah cukup kondusif bagi guru dalam melaksanakan
tugas-tugasnya sebagai pengembang kurikulum.
Dari sejumlah faktor iklim organisasi sekolah yang menentukan kualitas desain
pembelajaran buatan guru antara lain: Apakah kepala sekolah banyak terlibat dalam
kegiatan guru pada waktu penyusunan desain pembelajaran? Adakah kerjasama dan
kedekatan antar guru dalam melakukan tugas-tugas guru sehari-hari? Indikator-indikator
inilah yang sedikit banyak akan mempengaruhi dan perlu mendapat perhatian dari guru
dalam menyusun desain pembelajaran. Oleh karena itu, guru sebagai perencana perlu
melakukan evaluasi terhadap iklim organisasi sekolah sebagai salah satu aspek analisis
situasi.
Namun demikian, ada peluang terjadinya dilema bagi guru apabila iklim organisasi
sekolah tersebut tidak kondusif bagi guru dalam mengembangkan desain pembelajaran.
Untuk mengatasi hal ini, Miles (1975) menyarankan sejumlah pendekatan dalam
menciptakan iklim organisasi yang sehat antara lain dengan cara mengkaji diri (self-
study) dan menekankan saling hubungan dalam suasana kelompok daripada suasana
individual yang terisolir. Dengan cara/pendekatan ini maka diharapkan ethos sekolah
yang dipertimbangkan selama proses penyusunan desain pembelajaran akan memberikan
masukan positif terhadap peningkatan kualitas analisis situasi.
Faktor internal keempat: Sumber-sumber bahan pembelajaran. Pekerjaan guru
dalam penyusunan desain pembelajaran perlu juga mempertimbangkan bahan-bahan
pelajaran, peralatan peralatan dan semua fasilitas yang ada di sekolah. Kelangkaan
sumber-sumber belajar ini sering menjadi penghambat dalam proses penyusunan

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 101


desain pembelajaran namun sebaliknya kelengkapan sumber pelajaran akan lebih
mempermudah bagi guru dalam mendesain pembelajaran. Misalnya, ketika guru akan
mengajar tentang karakteristik sejumlah wilayah yang ada di Indonesia, seperti tinggi-
rendah tanah, penghasilan setiap daerah, kekayaan budaya, dll. Apakah tersedia peta
atau atlas di sekolah? Tanpa adanya alat bantu pelajaran ini maka guru akan mengalami
kesulitan mengajar dan siswa akan mengalami kesulitan belajar.
Beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan pemanfaatan sumber bahan
pelajaran oleh guru dalam penyusunan desain pembelajaran tergantung pada fasilitas
yang ada di sekolah, kebijakan penggunaan fasilitas tersebut, kebijakan dan pemanfaatan
fasilitas yang ada di masyarakat, ketersediaan pusat sumber belajar, jenis dan jumlah
bahan pelajaran, alokasi dana untuk bahan pelajaran, kualitas perpustakaan beserta
stafnya. Ketersediaan semua aspek sumber bahan pelajaran ini akan sangat tergantung
kepada kemampuan dan kebijakan pimpinan sekolah.
Faktor internal kelima: Masalah-masalah dan kekurangan-kekurangan yang dirasakan
dalam kurikulum yang berlaku. Munculnya keinginan mengembangkan kurikulum baru,
biasanya dilatarbelakangi oleh adanya rasa ketidakpuasan terhadap kurikulum yang
ada. Tugas guru sebagai perencana kurikulum adalah memastikan hakekat sebenarnya
dari rasa ketidakpuasan tersebut. Tentu tidak semua aspek dirasakan tidak memuaskan
sehingga perlu ada seleksi terhadap aspek-aspek kurikulum tersebut. Mungkin aspek
bahan pelajaran dianggap oleh guru masih relevan dengan kondisi saat ini sehingga yang
perlu disesuaikan adalah tujuan dan/atau metode pembelajaran.
Adanya perubahan terhadap kurikulum yang berlaku karena adanya kekurangan atau
masalah merupakan upaya inovasi dalam pembelajaran. Namun perlu disadari bahwa
masih ada masalah atau hambatan dalam upaya inovasi pendidikan. Laurie Brady (1990)
mengemukakan bahwa sering inovasi mengalami kegagalan karena:
• rendahnya tingkat pemahaman guru terhadap inovasi;
• rendahnya tingkat pemahaman guru atas peran barunya yang dituntut oleh inovasi;
• rendahnya keahlian guru dalam memenuhi peran barunya;
• rendahnya sumber-sumber pelajaran yang diperlukan;
• rendahnya komunikasi di sekolah (kesempatan untuk melakukan umpan balik);
• organisasi sekolah yang sudah tidak sesuai dengan tuntutan inovasi.

Dengan adanya temuan ini, guru sebagai perencana haruslah menyadari dan
memaklumi tentang kondisi yang umumnya terjadi dalam sistem pendidikan khususnya
dalam lingkup mikro atau persekolahan. Untuk mengatasi sejumlah masalah dan
kekurangan yang ada dalam lingkungan persekolahan khususnya pada kemampuan guru,
maka upaya inovasi dalam proses perencanaan pembelajaran perlu dilakukan secara
menyeluruh. Dalam hal ini upaya yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh

102 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


adalah peningkatan dalam kemampuan profesionalisme guru, pengadaan berbagai
fasilitas dan sumber belajar, iklim organisasi sekolah serta memperhatikan karakter dan
kebutuhan siswa.
Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa mengembangkan desain pembelajaran
merupakan tugas tim, baik melibatkan guru atau tidak melibatkannya. Namun, ada hal yang
mendapat tekanan dalam pengembangan desain pembelajaran, ialah mengembangkan
materi pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru.
Tugas pengembangan materi pembelajaran sebagai aspek penting dalam
pengembangan desain pembelajaran PKn di Indonesia, khususnya pasca berlakunya
Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi adalah tugas satuan pendidikan.
Melalui panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikeluarkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional, guru memiliki kewenangan yang lebih luas dalam
pengembangan kurikulum termasuk mengembangkan desain pembelajaran.
Seperti telah dikemukakan terdahulu bahwa pengembangan desain pembelajaran
merupakan tugas awal bagi guru dalam mengembangkan kurikulum. Ada tiga langkah
yang perlu dipertimbangkan oleh guru dalam menyusun desain pembelajaran sebagai
bagian dari tugas pengembangan kurikulum di satuan pendidikan, ialah:
1. Mengkaji dan menentukan Standar Kompetensi
2. Mengkaji dan menentukan Kompetensi Dasar
3. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran

Baik, perhatikan cara pengembangan desain pembelajaran untuk Kelas 1 dan 4


Madrasah Ibtidaiyah, khususnya pengembangan materi berikut ini.

Kelas I, Semester 1

Stándar Kompetensi Kompetensi Dasar Materi


1. Menerapkan hidup 1.1 Menjelaskan perbedaan jenis - Jenis kelamin
rukun dalam kelamin, agama, dan suku bangsa - Nama Agama di Indonesia
perbedaan 1.2 Memberikan contoh hidup rukun - Nama suku bangsa
melalui kegiatan di rumah dan di
sekolah - Cara hidup rukun di rumah
- Cara hidup rukun di sekolah
1.3 Menerapkan hidup rukun di
rumah dan di sekolah - Praktek Hidup rukun di rumah
- Praktek Hidup rukun di sekolah

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 103


2. Membiasakan tertib 2.1 Menjelaskan pentingnya tata tertib - Tata tertib di rumah
di rumah dan di di rumah dan di sekolah - Tata tertib di sekolah
sekolah 2.2 Melaksanakan tata tertib di rumah
dan di sekolah - Praktek hidup tertib di rumah
- Praktek hidup tertib di sekolah

Kelas I, Semester 2

Stándar Kompetensi Kompetensi Dasar Materi


3. Menerapkan hak 3.1 Menjelaskan hak anak untuk - Hak anak untuk bermain
anak di rumah dan di bermain, belajar dengan gembira - Hak anak untuk belajar
sekolah dan didengar pendapatnya - Hak anak didengar pendapatnya
3.2 Melaksanakan hak anak di rumah
dan di sekolah - Contoh melaksanakan hak anak
di sekolah
- Contoh melaksanakan hak anak
di sekolah
4. Menerapkan 4.1 Mengikuti tata tertib di rumah dan - Penerapan tata tertib di rumah
kewajiban anak di di sekolah - Penerapan tata tertib di sekolah
rumah dan di sekolah 4.2 Melaksanakan aturan yang berlaku - Contoh pelaksanaan aturan yang
di masyarakat berlaku di masyarakat

Demikian contoh pengembangan desain materi pembelajaran yang dapat dilakukan


oleh guru atau tim guru.

Sebagai latihan, coba Anda kembangkan desain materi pembelajaran


untuk Kelas IV SD/MI semester 1 dan 2.

Petunjuk pengerjaan latihan:


Seperti pengembangan desain materi pembelajaran untuk Kelas 1 SD/MI di atas,
lakukanlah langkah-langkah berikut ini.
1. Kaji dan menentukan Standar Kompetensi
2. Kaji dan menentukan Kompetensi Dasar
3. Identifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
4. Masukan hasil latihan di atas ke dalam tabel.

104 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Rangkuman
Istilah disain pembelajaran atau ‘instructional design’ merupakan kegiatan yang
merujuk pada pengembangan disain materi pembelajaran yang disusun oleh sebuah tim
yang dapat melibatkan guru atau tidak perlu melibatkan guru yang akan melaksanakan
pembelajaran tersebut. Pengembangan desain pembelajaran merupakan langkah awal
dalam proses mengembangkan kurikulum pembelajaran.
Ada dua faktor yang banyak mempengaruhi kegiatan belajar mengajar yang harus
diketahui oleh guru sehingga perlu dipertimbangkan dalam proses penyusunan desain
pembelajaran, ialah faktor eksternal dan faktor internal.
Kegiatan analisis situasi terhadap faktor-faktor eksternal meliputi: (1) Perubahan
sosial-budaya dan harapan masyarakat; (2) Tuntutan dan tantangan sistem pendidikan;
(3) Perubahan mata pelajaran yang akan diajarkan; (4) Kontribusi dari sistem dukungan
guru; (5) Sumber masukan bagi sekolah. Sedangkan analisis terhadap faktor-faktor
internal, meliputi: (1) Siswa meliputi aspek bakat, kecakapan dan kebutuhannya; (2) Guru
meliputi aspek nilai, sikap, keterampilan mengajar, pengetahuan, pengalaman, kekuatan
dan kelemahan khusus serta perannya; (3) Etos kerja sekolah dan struktur politik;
(4) Sumber-sumber bahan pembelajaran; dan (5) Masalah-masalah dan kekurangan-
kekurangan yang dirasakan dalam kurikulum yang berlaku.
Tugas pengembangan materi pembelajaran sebagai aspek penting dalam
pengembangan desain pembelajaran PKn di Indonesia, khususnya pasca berlakunya
Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi adalah tugas satuan pendidikan.
Melalui panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikeluarkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional, guru memiliki kewenangan yang lebih luas dalam
pengembangan kurikulum termasuk mengembangkan desain pembelajaran.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 105


Tes Formatif 1

Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir


pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.

1. Analisis situasi oleh guru sebagai perencana hendaknya dilakukan pada .......
A. proses belajar mengajar
B. awal proses penyusunan desain pembelajaran
C. akhir proses penyusunan desain pembelajaran
D. kegiatan evaluasi belajar

2. Di bawah ini adalah saran yang dikemukakan oleh Sockett tentang pentingnya analisis
situasi dalam pengembangan kurikulum, kecuali:
A. Guru seyogyanya melakukan suatu transaksi dengan siswa
B. Guru hendaknya terus-menerus mengevaluasi suasana belajar di kelas
C. Guru hendaknya mendekatkan proses belajar kearah situasi nyata
D. Guru hendaknya mendahulukan kebutuhan siswa

3. Situasi sebagai bahan analisis guru dibagi atas dua bagian, ialah faktor eksternal
(external factors) dan faktor internal (internal factors). Hal ini dikemukakan oleh:
A. Skillbeck
B. Laurie Brady
C. Sockett
D. Miles

4. Di bawah ini adalah faktor-faktor eksternal sebagai bahan analisis, kecuali:


A. Perubahan sosial-budaya dan harapan masyarakat
B. Tuntutan dan tantangan sistem pendidikan
C. Perubahan mata pelajaran yang akan diajarkan
D. Sumber-sumber bahan pembelajaran

5. Di bawah ini adalah faktor-faktor internal sebagai bahan analisis, kecuali:


A. Tuntutan dan tantangan sistem pendidikan
B. Nilai, sikap, dan ketrampilan mengajar guru
C. Etos sekolah dan struktur politik
D. Sumber-sumber bahan pembelajaran

106 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


6. Di bawah ini adalah faktor eksternal tentang perubahan sosial-budaya dan harapan
masyarakat, kecuali:
A. perubahan penduduk
B. perubahan prestasi belajar siswa
C. perubahan fungsi/peran wanita (misalnya emansipasi)
D. perubahan dalam struktur ekonomi
7. Dari semua faktor internal dan eksternal yang pertama kali perlu mendapat
perhatian dari para perencana kurikulum adalah:
A. Ethos sekolah
B. Guru
C. Siswa
D. Sumber pembelajaran

8. Laurie Brady mengemukakan karakteristik kemampuan guru yang harus mendapat


perhatian pada saat menyusun desain pembelajaran IPS, kecuali:
A. Kekuatan dan kelemahan guru
B. Ketertarikan guru
C. Kesejahteraan guru
D. Sikap guru terhadap inovasi kurikulum

9. Atmosfir sekolah merupakan situasi yang perlu dianalisis oleh guru. Masalah ini dapat
ditinjau dari faktor internal yang erat kaitannya dengan:
A. Sikap dan ketrampilan guru
B. Ethos sekolah
C. Sumber belajar di sekolah
D. Sikap dan kecakapan siswa

10. Berikut ini adalah faktor penyebab terjadinya kegagalan dalam inovasi pendidikan
ari aspek guru:
A. rendahnya tingkat pemahaman terhadap inovasi
B. rendahnya tingkat pemahaman atas peran barunya
C. rendahnya keahlian dalam memenuhi peran barunya
D. rendahnya sumber-sumber pelajaran yang diperlukan

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 107


Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat
di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap
materi kegiatan belajar 1 dengan mempergunakan rumus di bawah ini.

Rumus:

Jumlah jawaban Anda yang benar


Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 %
10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:


90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 70 % = kurang

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan


dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda
kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum Anda kuasai.

108 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


2

Model Pembelajaran PKn


Pada kegiatan belajar 1 dalam modul ini, Anda telah mengenal bagaimana
mengembangkan desain pembelajaran seperti mempertimbangkan faktor internal dna
eksternal serta mengembangkan materi pembelajaran untuk Kelas I semester 1 dan 2. Pada
kegiatan belajar ini, akan disajikan dan dibahas cara pengembangan model pembelajaran
PKn untuk Madrasah Ibtidaiyah. Dengan menganalisis model pembelajaran PKn SD/MI
diharapkan Anda dapat memilih dan mengembangkan model pembelajaran PKn yang
cocok dan sesuai dengan jenjang kelas dan karakteristik siswa dan tujuan pembelajaran
PKn.
Apakah Anda masih ingat sejumlah model pembelajaran yang umumnya diterapkan
untuk siswa di SD/MI sebagaimana yang telah dibahas pada modul lain? Untuk lebih
meyakinkan kebenarannya silakan Anda lihat lagi modul-modul dalam mata kuliah
lainnya. Pada kegiatan belajar ini akan dibahas model pembelajaran untuk mata pelajaran
PKn dengan tujuan agar para guru dan calon guru dapat meningkatkan kualitas proses
dan hasil pembelajaran.

Mengapa model pembelajaran penting untuk dipelajari?


Telah menjadi fakta bahwa banyak orang yang tidak diragukan lagi kemampuan
serta penguasaan bidang studinya namun mereka merasa sulit membelajarkan dan
membuat suasana belajar yang menyenangkan bagi siswanya. Kenyataan pula bahwa
banyak orang yang ingin menjadi guru atau terpaksa menjadi guru karena dia berada
di sebuah lingkungan yang memerlukan guru padahal ia tidak punya pengalaman dan
keterampilan mengajar. Karena kenyataan inilah, maka diperlukan model pembelajaran
khususnya dalam mata pelajaran PKn mengingat pembelajaran PKn memiliki sifat yang
khas. Pembelajaran PKn bukanlah sekedar mentransfer pengetahuan kepada para siswa
melainkan pembelajaran yang kompleks karena mengandung domain yang utuh, yakni
mencakup kognitif, afektif, dan perilaku bahkan kepribadian.
Pembelajaran PKn di Madrasah Ibtidaiyah hendaknya mampu memberikan
perubahan pada diri siswa baik pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Untuk
mengubah kemampuan itu, banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru, seperti melalui

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 109


pembiasaan, transformasi pengalaman, keteladanan, percontohan. Model-model
pembelajaran ini sangat cocok untuk siswa di SD/MI karena mengandung unsur-unsur
proses pembelajaran yang baik. Menurut Suparman (1997), proses pembelajaran yang
baik adalah proses pembelajaran yang memungkinkan para pembelajar aktif melibatkan
diri dalam keseluruhan proses baik secara mental maupun secara fisik. Lebih lanjut
dikemukakan bahwa model proses pembelajaran ini disebut pembelajaran interaktif
yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. adanya variasi kegiatan klasikal, kelompok, dan perorangan
2. keterlibatan mental baik pikiran maupun perasaan
3. guru lebih berperan sebagai fasilitator, narasumber, manajer kelas yang demokratis
4. menerapkan pola komunikasi banyak arah
5. suasana kelas yang fleksibel, demokratis, menantang dan tetap terkendali oleh
tujuan
6. potensial dapat menghasilkan dampak instruksional dan dampak pengiring lebih
efektif
7. dapat digunakan di dalam dan/atau di luar kelas/ruangan.

Ada tiga klasifikasi model pembelajaran interaktif, meliputi: (1) model berbagi
informasi; (2) model belajar melalui pengalaman; dan (3) model pemecahan masalah.
Tiga klasifikasi model pembelajaran interaktif ini terdiri atas:

Model Belajar Melalui Model Pemecahan


No. Model Berbagi Informasi
Pengalaman Masalah
1. Kelompok orientasi Simulasi Curah pendapat
2. Sidang umum Bermain peran Riuh bicara
3. Seminar Sajian situasi Diskusi bebas
4. Konferensi kerja Kelompok aplikasi Kelompok okupasi
5. Simposium Sindikat Kelompok silang
6. Forum Kelompok “T” Tutorial
7. Panel Studi kasus
Lokakarya

Dalam rangka sosialisasi KTSP, Departemen Pendidikan Nasional (2006) membagi


tiga jenis model pembelajaran, yakni: (1) Model Pembelajaran Langsung atau Direct
Instruction (DI), (2) Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning (CL), dan
(3) Model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem-Based Instruction (PBI).
Secara rinci masing-masing model pembelajaran tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut.

110 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


(1) Model Pembelajaran Langsung atau Direct Instruction (DI)
Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang berpusat kepada
guru sehingga lebih mengutamakan pada penyampaian pengetahuan dengan target
hasil belajar pengetahuan deklaratif sederhana. Meskipun demikian, untuk mencapai
tujuan yang maksimal, model pembelajaran ini perlu perencanaan yang matang dengan
penguasaan bahan materi pembelajaran oleh guru yang mendalam.
Model pembelajaran langsung dapat dilaksanakan melalui beberapa fase sebagai
berikut:
Fase 1: Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
Fase 2: Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
Fase 3: Membimbing pelatihan
Fase 4: Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
Fase 5: Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan

Tugas guru:
o Menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran,
mempersiapkan siswa untuk belajar.
o Mendemonstrasikan keterampilan yang benar, atau menyajikan informasi tahap demi
tahap.
o Merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal.
o Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi
umpan.
o Mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus
pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari – hari.

(2) Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning (CL)


Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dilandasi oleh teori
konstruktivisme dengan pendekatan masyarakat belajar (learning community), berpusat
kepada siswa dengan target hasil belajar akademik dan keterampilan sosial. Model ini
menuntut adanya pengelolaan suasana kelas yang demokratis dan peran aktif siswa dalam
pembelajaran. Oleh karena itu, peran guru melalui model pembelajaran ini hendaknya
berupaya lebih banyak melibatkan siswa dalam pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif dapat dilaksanakan melalui beberapa fase sebagai
berikut:
Fase 1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Fase 2: Menyajikan informasi
Fase 3: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok – kelompok belajar
Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Fase 5: Evaluasi

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 111


Fase 6: Memberikan penghargaan

Tugas guru:
v Menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai selama pembelajaran dan memotivasi
siswa belajar.
v Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan.
v Menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
v Membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
v Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari/ meminta kelompok
mempresentasikan hasil kerja.
v Menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

(3) Model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem-Based Instruction (PBI)


Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang dilandasi
oleh teori konstruktivisme dengan pendekatan inkuiri, berpusat kepada siswa dengan
target hasil belajar pemecahan masalah (authentic) dan menjadi pebelajar yang mandiri.
Model ini menuntut adanya pengelolaan suasana kelas yang demokratis dan peran aktif
siswa dalam pembelajaran. Oleh karena itu, peran guru melalui model pembelajaran ini
hendaknya berupaya lebih banyak melibatkan siswa dalam pembelajaran secara terbuka,
demokratis, dan memiliki kebebasan berpendapat.
Model pembelajaran berbasis masalah dapat dilaksanakan melalui beberapa fase
sebagai berikut:
Fase 1: Orientasi siswa pada masalah.
Fase 2: Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
Fase 3: Membimbing penyelidikan secara individual dan kelompok.
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Tugas guru:
o Menjelaskan tujuan, logistik yg dibutuhkan.
o Memotivasi siswa terlibat aktif dalam pemecahan masalah yg dipilih.
o Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungandengan masalah tersbeut.
o Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
o Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yg sesuai seperti
laporan, model, dan berbagi tugas dengan teman.

112 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


o Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari/meminta kelompok
presentasi hasil kerja.

Pada hakikatnya, tiga model pembelajaran di atas dapat diterapkan dalam


pembelajaran PKn untuk siswa jenjang Madrasah Ibtidaiyah dengan terlebih dahulu
melakukan modifikasi atau penyesuaian dengan kondisi dan karakteristik siswa.
Namun, apabila memperhatikan tujuan pembelajaran sebagaimana ditentukan
dalam standar isi mata pelajaran PKn, maka model kedua dan ketiga perlu mendapat
perhatian yang lebih besar. Sesuai dengan tuntutan standar isi mata pelajaran PKn, model
pembelajaran berbasis masalah sangat dianjurkan untuk dikuasai dan diterapkan dalam
pembelajaran PKn. Model ini menggunakan pendekatan inkuiri yang sangat penting bagi
PKn.
Model pembelajaran dengan pendekatan inkuiri pada hakekatnya sejalan dengan
gagasan dari John Dewey tentang prinsip-prinsip pembelajaran interaktif. Keberhasilan
pembelajaran demokrasi dalam PKn sebagai suatu seni akan ditentukan oleh prinsip-prinsip
pembelajaran interaktif model John Dewey, yakni:
- Menghormati dan penuh perhatian kepada orang lain
- Berpikir kreatif
- Menghasilkan sejumlah solusi tentang masalah-masalah bersama
- Berusaha menerapkan solusi-solusi tersebut

Untuk mengadakan suatu proses pembelajaran, terlebih dahulu guru perlu


mempertimbangkan sejumlah kemampuan dasar (core competencies) untuk setiap
dimensi atau aspek-aspek di atas. Kemampuan dasar yang dimaksud adalah standar
kompetensi dan kompetensi dasar sebagaimana yang ditetapkan dalam Standar Isi. Untuk
menerapkan model pembelajaran inkuiri tentang konsep demokrasi misalnya, seorang
guru dapat membuka dahulu dokumen standar isi, misalnya, Kelas II Semester 2 tentang
sikap demokratis, sebagai berikut.

Stándar Kompetensi Kompetensi Dasar


3. Menampilkan sikap demokratis 3.1 Mengenal kegiatan bermusyawarah
3.2 Menghargai suara terbanyak (mayoritas)
3.3 Menampilkan sikap mau menerima kekalahan

Veldhuis (1998) mengemukakan bahwa kemampuan dasar yang sering disebut pula
“minimal package” ditentukan oleh: (1) kebutuhan individu untuk memecahkan isu-isu
dan masalah-masalah sosial dan politik yang mereka sedang dan akan hadapi; dan (2)

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 113


isu-isu dan masalah-masalah yang telah menjadi topik dan agenda publik yang penting.
Kemampuan dasar untuk Pendidikan Kewarganegaraan yang demokratis dirinci menurut
empat aspek sbb.:

I. Pengetahuan (Knowledge) meliputi:


q Konsep demokrasi
q Konsep kewarganegaraan demokratis
q Memfungsikan demokrasi (termasuk masyarakat sipil)
q Pengaruh masyarakat pada individu
q Pengambilan keputusan politik dan pembuatan undang-undang
q Hak-hak dan kewajiban warga negara
q Peran partai politik dan kelompok kepentingan
q Pilihan untuk partisipasi dalam pengambilan keputusan
q Bagaimana mempengaruhi pembuatan kebijakan
q Masalah-masalah politik saat ini

II. Sikap/Pendapat (Attitudes/Opinions)


q Perhatian terhadap persoalan sosial dan politik
q Identitas nasional
q Menghormati demokrasi
q Menuju warga negara yang demokratis
q Kepercayaan politik (political confidence)
q Kemanjuran politik (political efficacy)

q Disiplin pribadi
q Loyalitas
q Toleransi dan mengenali prasangka sendiri
q Menghormati orang lain
q Menghagai peradaban bangsa
q Nilai-nilai perjuangan bangsa

III. Keterampilan Intelektual (Intellectual Skills)


q Mengumpulkan dan menyerap informasi politik melalui beragam media
q Pendekatan kritis terhadap informasi, kebijakan, dan berita
q Keterampilan berkomunikasi (dapat mengemukakan alasan, berargumen, dan mentakan pandangan
q Menjelaskan proses, institusi, fungsi, tujuan, dll.
q Mengambil jalan penyelesaian konflik tanpa kekerasan
q Mengambil tanggung jawab
q Kecakapan menilai
q Membuat pilihan, mengambil posisi

IV. Keterampilan berpartisipasi (Participatory Skills)


q Mempengaruhi kebijakan dan keputusan (membuat petisi dan lobi)
q Membangun koalisi dan bekerja sama dengan organisasi
q Ambil bagian dalam diskusi politik
q Partisipasi dalam proses sosial dan politik (anggota partai politik, kelompok kepentingan, voting,
menulis surat kepada pejabat, demonstrasi, dll.

Kemampuan dasar yang diuraikan oleh Veldhuis di atas, tentu saja berupa kemampuan
yang bersifat umum sesuai dengan tuntutan struktur keilmuan dan tidak semuanya

114 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


relevan untuk kemampuan siswa di SD/MI. Oleh karena itu, untuk mencapai target
standar kompetensi sebagaimana dituntut oleh standar isi, guru perlu mengemasnya
sesuai dengan kondisi, karakteristik, dan lingkungan siswa setempat.
Penyelenggaraan program pembelajaran demokrasi melalui pendidikan
kewarganegaraan memerlukan pertimbangan yang seksama mengingat variabel yang
terkait sangat luas dan kompleks. Ada dua faktor yang sangat berpengaruh terhadap
penyelenggaraan pembelajaran demokrasi, yakni:
I. Situasi lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung yang meliputi:
• Jenis sekolah
• Jenis pendidikan
• Masyarakat tetangga
• Kelompok kepentingan
• Partai politik
• Asosiasi atau perkumpulan di masyarakat

II. Karakteristik sosial, ekonomi dan budaya peserta didik yang meliputi:
• Karakteristik individu, seperti usia dan jenis kelamin
• Karakteristik sosial individu, status sosial ekonomi (pendapatan, pekerjaan),
tempat tinggal (perkotaan/ perdesaan)
• Karakteristik budaya: tingkat pendidikan, nasionalitas, sejarah, agama, etnis.

Dengan memperhatikan dimensi isi atau materi dan faktor pengaruh lain dalam
pembelajaran, seperti lingkungan dan karakteristik siswa, maka proses pembelajaran
demokrasi dapat disusun menurut model yang layak. Berikut ini akan disajikan salah
satu model pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh guru di kelas.
Langkah-langkah yang dapat dikembangkan oleh guru untuk mengadakan proses
pembelajaran demokrasi, sebagai berikut:
Pertama, Merumuskan tujuan
Kedua, Menyajikan kata-kata (istilah) yang perlu diketahui
Ketiga, Menyajikan ide-ide yang perlu dipelajari
Keempat, Memecahkan masalah
Kelima, Menerapkan kemampuan yang telah dikuasai

Untuk mengembangkan proses pembelajaran menggunakan langkah pembelajaran


di atas, perhatikanlah contoh berikut ini. Pokok bahasan yang dikembangkan secara acak
diambil dari kemampuan dasar (core competencies) dimensi III Keterampilan Intelektual
(Intellectual Skills):

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 115


Sikap bertanggung jawab.
Tema yang dipilih dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
Darimana memperoleh tanggung jawab itu?

Pertama, Merumuskan tujuan.


• Dalam pembelajaran para siswa akan belajar bagaimana orang memperoleh
tanggung jawab. Kamu akan belajar bahwa ada manfaat yang dapat diperoleh ketika
melaksanakan tanggung jawab. Kamu juga belajar bahwa tanggung jawab yang tidak
dilaksanakan dapat menimbulkan sanksi/hukuman.
• Ketika Kamu menyelesaikan pelajaran ini Kamu hendaknya dapat menjelaskan sumber-
sumber tanggung jawab. Kamu hendaknya dapat mengidentifikasi sejumlah manfaat
dalam melaksanakan tanggung jawab. Kamu juga hendaknya dapat mengidentifikasi
beberapa sanksi bagi orang yang tidak melaksanakan tanggung jawab.

Kedua, Menyajikan kata-kata kunci (istilah) yang perlu diketahui

Kewajiban Kebiasaan
Tanggung jawab Pinsip-prinsip moral
Tugas Pekerjaan
Prinsip-prinsip berkewarganegaraan

Ketiga, Ide-ide yang perlu dipelajari

Apa saja sumber tanggung jawab itu?


Tahukah Kamu bagaimana memperoleh suatu tanggung jawab? Ada sejumlah cara orang
memperoleh tanggung jawab. Kita dapat saja menamai sumber tanggung jawab ini.
Sejumlah sumber dapat digambarkan sebagai berikut.

Kewajiban: sesuatu yang seseorang harus lakukan.


Apakah kewajiban kamu hari ini?

Tanggung jawab: kewajiban untuk melakukan sesuatu atau berperilaku menurut cara
tertentu.
Apa tanggung jawab kamu sebagai pelajar?

Janji: Ketika kamu membuat janji kepada orang lain, kamu biasanya bertanggung jawab,
berbuat sesuai dengan kata-kata yang telah diucapkan.
Janji apa yang telah kamu buat dan apa tanggung jawab kamu?

116 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Tugas: Kadang-kadang seseorang diberi tanggung jawab oleh orang lain.
Apakah tanggung jawab yang ditugaskan kepadamu oleh gurumu.

Pekerjaan: Setiap pekerjaan mengakibatkan tanggung jawab.


Pertimbangkan pekerjaan yang menarik menurut kamu. Apakah tanggung jawabnya?

Aturan dan hukum: Aturan dan hukum menempatkan tanggung jawab pada seseorang.
Apakah peraturan lalulintas yang mengakibatkan tanggung jawab pada anda?

Kebiasaan: Kebiasaan adalah sejumlah cara berprilaku yang diharapkan dari seseorang
di masyarakat. Kebiasaan menuntut tanggung jawab pada seseorang.
Apa saja tanggung jawab yang kamu peroleh dari kebiasaan?

Prinsip kewarganegaraan: Menjadi warga negara dari suatu negara, dan bangsa
menimbulkan tanggung jawab tertentu.
Apakah tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang warga negara?

Prinsip-prinsip moral: Prinsip moral merupakan keyakinan tentang cara-cara yang


benar dan salah untuk berprilaku.
Apakah tanggung jawab yang berasal dari pemikiranmu tentang cara-cara yang benar dan
salah untuk berperilaku?

Kamu akan menemukan bahwa banyak tanggung jawab yang diperoleh dari satu sumber.
Sebagai contoh, orang tua mempunyai tanggung jawab untuk memelihara anak-anaknya.
Tanggung jawab ini berasal dari perjanjian, hukum, kebiasaan, dan prinsip-prinsip
moral.

Keempat, Memecahkan masalah


Dapatkah kamu mengenali sumber tanggung jawab?
Bacalah setiap situasi berikut. Bekerjalah dengan teman untuk menjawab pertanyaan di
akhir kegiatan pembelajaran ini.
1. Usman, Santi dan Alfin sedang berjalan pulang dari sekolah menuju ke rumah.
Mereka melihat seorang yang telah tua renta bertongkat menunggu di pinggir jalan
untuk menyeberang jalan. Di jalan sangat ramai dengan kendaraan. Walaupun di
sana ada lampu penyeberangan namun orang tua tesebut nampak ketakutan. Anak-
anak berbincang-bincang tentang orang tua yang perlu pertolongan tersebut dan
kemudian memutuskan untuk membantu orang tua tersebut menyeberang jalan.
Orang tua tersebut berterima kasih kepada anak-anak atas pertolongannya.
2. Pak Burhan adalah seorang yang sudah berusia lanjut sehingga ia tidak dapat lagi
membersihkan rumah sendiri. Setiap seminggu sekali, Pak Burhan membayar Adi dan

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 117


Susi untuk membersihkan lantai, membuang sampah, dan pergi ke pasar. Susi biasa
bekerja penuh dan baik sedangkan Adi mengerjakan tugasnya hanya setengahnya.
3. Orang di wilayah Barat kota kecamatan memilih Pak Rusdi untuk mewakili masyarakat
di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Dewan harus memutuskan apakah
akan menggunakan dana pajak untuk membangun taman di luar kota. Pak Rusdi
mengetahui bahwa masyarakat, khususnya tetangganya memerlukan taman. Ia juga
tahu bahwa masyarakat di wilayah Barat kota kecamatan tidak ingin pajak mereka
digunakan untuk membayar pembuatan taman.

Kelima, Terapkan kemampuan yang telah dikuasai


Berilah jawaban dan penjelasan berdasarkan situasi yang telah diuraikan di atas:
• Siapa yang memiliki tanggung jawab pada tiga situasi di atas?
• Apakah tanggung jawab itu?
• Kepada siapa setiap tanggung jawab itu didasarkan?
• Apakah sumber dari setiap tanggung jawab?
• Mengapa penting melaksanakan setiap tanggung jawab?

Apakah hikmah yang dapat diperoleh ketika kamu melaksanakan tanggung jawab?
Biasanya ada saja hikmah yang dapat diperoleh ketika kita melaksanakan tanggung
jawab. Apabila kamu menjalankan tugas di rumah, kamu mungkin memperoleh uang
jajan dari orang tua. Apabila kamu hadir di kelas setiap hari tanpa absen dalam setahun
mungkin kamu mendapat hadiah atau nilai bagus dari guru. Bentuk hikmah lain yang
kamu rasakan adalah bahwa kamu percaya diri sebagai orang yang baik.

q Hadiah apakah í Ketika anda mengerjakan pekerjaan rumah, guru anda


yang diperoleh mengucapkan terima kasih atas tanggung jawab anda.
siswa ketika í Apabila anda mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik,
mereka selesai mungkin anda mendapat nilai yang baik. Hal ini membuat
mengerjakan orang tua anda senang dan demikian pula perasaan anda.
pekerjaan
rumah?

Untuk memberikan latihan kepada peserta didik, guru dapat menyajikan tabel isian
seperti di bawah ini.

118 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


• Hukuman í .......................................................................................................................
apakah yang ...............................................……………………………
diterima
siswa ketika í .......................................................................................................................
mereka tidak ..................................................…………………………
mengerjakan
pekerjaan
rumah?

Terkadang kita gagal melaksanakan tanggung jawab. Manakala hal ini terjadi, kita
mungkin menerima hukuman. Apabila kamu tidak mengerjakan pekerjaan rumah, maka
kamu tidak akan memperoleh nilai tugas. Apabila sopir bis tidak mentaati peraturan
(rambu-rambu lalulintas) ia dapat dikenai denda. Jenis hukuman lain adalah bagaimana
kita memikirkan diri sendiri, atau bagaimana orang lain memikirkan kita, apabila kita
tidak melaksanakan tanggung jawab.
Untuk memperkuat pemahamanmu tentang tanggung jawab ini, perhatikan lagi
contoh di bawah ini!

q Mengapa í Anda meminjam uang seribu rupiah dari teman


melaksanakan anda. Ketika anda tidak mengembalikan uang tepat
tanggung jawab, pada waktunya, teman anda mungkin berpikir bahwa
seperti membayar anda tidak dapat dipercaya. Teman anda tidak akan
utang itu penting? meminjamkan uang lagi di kemudian hari. Juga ketika
anda gagal melaksanakan tanggung jawab, anda mungkin
merasa bahwa diri anda tidak baik.

Model proses pembelajaran di atas masih dapat dikembangkan dengan langkah


memecahkan masalah selanjutnya, yakni dengan cara menyajikan suatu cerita sederhana
dan selanjutnya mengisi Tabel: Tanggung jawab.
Pertanyaan: Dapatkah kamu mengidentifikasi hadiah atau hukuman dalam cerita
berikut ini?
Pertama-tama, bacalah cerita Piknik Keluarga. Kemudian isilah kolom-kolom dalam
tabel di bawahnya bersama temanmu.

1. Setelah selesai belajar di sekolah pada hari Sabtu, Tati bergegas pulang ke rumah untuk

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 119


membantu ibunya mempersiapkan makanan untuk piknik yang telah direncanakan
oleh keluarga pada hari Minggu. Tati membantu mempersiapkan kue-kue.
2. Saudara laki-laki Tati, Arman bertugas mempersiapkan peralatan piknik. Ibunya
mengatakan kepada Arman untuk meyakinkan agar membawa piring secukupnya,
gelas, pisau, sindok untuk seluruh keluarga.
3. Ayah Tati biasanya mempersiapkan peralatan tenda namun ia pasti pulang terlambat
pada hari Sabtu karena harus menyelesaikan pekerjaan kantor. Ia mengatakan bahwa
akan menyediakan peralatan tenda dan kendaraan pada Minggu pagi.
4. Pada hari Minggu pagi seluruh keluarga sudah siap berangkat piknik di pinggiran
danau. Mereka memilih tempat di sekitar daerah yang disediakan untuk piknik.
5. Segera setelah mendirikan tenda dan menghamparkan tikar, Ayah Tati menyalakan
radio untuk mendengarkan berita. Mereka mendengar cerita tentang bagaimana
sekelompok orang memberikan suaranya dalam suatu pemilihan umum.
6. Setelah makan, bermain, joging, setiap orang bersiap-siap untuk pulang. Mereka
membereskan peralatan, membersihkan sampah dari tempat piknik tesebut.

Tabel Tanggung jawab

Cerita

1 2 3 4 5 6
1. Siapa yang bertanggung jawab?

2. Apakah tanggung jawabnya?

3. Kepada siapa ia bertanggung jawab?

4. Apakah sumber tanggung jawab?

5. Apakah hikmah dari tanggung jawab itu?


6. Apakah hukumannya bila tidak melaksanakan
tanggung jawab?

Manfaatkan apa yang kamu ketahui!


1. Lihatlah salah satu program televisi favorit Anda. Pilihlah satu atau beberapa contoh
program televisi yang menayangkan orang yang memiliki tanggung jawab. Bersiaplah
untuk menjelaskan tanggung jawab terhadap kelas anda dan menceriterakan apakah
orang tersebut melaksanakan tanggung jawab. Apakah sumber tanggung jawab itu?
Apakah hadiah atau hukuman yang mereka terima dari pelaksanaan tanggung jawab
tersebut?
2. Tulislah cerita pendek tentang seseorang yang melaksanakan suatu tanggung
jawab. Ceritakan apa yang terjadi karena orang tersebut tidak melaksanakan apa
yang seharusnya ia lakukan. Jelaskan mengapa anda memikirkan seseorang yang

120 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


melakukan suatu tanggung jawab?

Tugas di atas dapat disampaikan kepada para siswa Anda, setelah semua siswa belajar
tentang hal-hal atau aspek-aspek serta contoh-contoh yang berkaitan dengan masalah
tanggung jawab. Bagaimana menurut pendapat anda, apakah proses pembelajaran
tersebut memungkinkan untuk dilaksanakan di kelas Anda?
Baiklah, sebagai latihan, Anda dipersilakan memilih salah satu pokok bahasan dari
GBPP PKn. Untuk latihan tersebut berikut ini telah ditentukan pokok bahasan yang harus
dikembangkan adalah Otoritas. Silakan Anda bekerja bersama teman mahasiswa lain.
Bentuklah kelompok agar Anda dapat bertukar pikiran.
Baiklah, untuk memandu dan mempermudah pekerjaanmu, berikut ini disajikan
panduan inkuiri untuk pengerjaan latihan.
1. Tentukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
• Apakah otoritas itu?
• Apakah perbedaan antara otoritas dan kekuasaan?

2. Rumuskan tujuan
3. Tentukan dan jelaskan kata-kata kunci.
4. Pecahkan masalah berikut, misalnya:
• Dapatkah anda mengidentifikasi, siapakah yang menggunakan kekuasaan?
• Kemukakan beberapa kasus yang mengandung aspek kekuasaan dan siapa?

5. Buatlah tabel untuk menerapkan keterampilan

Siapakah yang Menggunakan Kekuasaan?


Bertindak karena Orang lain mempunyai
Nama Pelaku Bertindak atas kekuasaan dirinya
kekuasaan

Apabila Anda telah selesai mengerjakan petunjuk di atas, maka tugas selanjutnya
adalah menentukan jenis inkuiri untuk pekerjaan rumah.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 121


Rangkuman
Pembelajaran PKn di Madrasah Ibtidaiyah hendaknya mampu memberikan
perubahan pada diri siswa baik pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Untuk
mengubah kemampuan itu, banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru, seperti melalui
pembiasaan, transformasi pengalaman, keteladanan, percontohan. Model-model
pembelajaran ini sangat cocok untuk siswa di SD/MI karena mengandung unsur-unsur
proses pembelajaran yang baik.
Proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang memungkinkan
para peserta didik aktif melibatkan diri dalam keseluruhan proses baik secara mental
maupun secara fisik. Kegiatan pembelajaran ini termasuk pembelajaran interaktif yang
memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) adanya variasi kegiatan klasikal, kelompok,
dan perorangan; (2) keterlibatan mental baik pikiran maupun perasaan; (3) guru lebih
berperan sebagai fasilitator, narasumber, manajer kelas yang demokratis; (4) menerapkan
pola komunikasi banyak arah; (5) suasana kelas yang fleksibel, demokratis, menantang
dan tetap terkendali oleh tujuan; (6) potensial dapat menghasilkan dampak instruksional
dan dampak pengiring lebih efektif; (7) dapat digunakan di dalam dan/atau di luar kelas/
ruangan.
Ada tiga klasifikasi model pembelajaran interaktif, meliputi: (1) model berbagi
informasi; (2) model belajar melalui pengalaman; dan (3) model pemecahan masalah.
Untuk mengadakan suatu proses pembelajaran, terlebih dahulu perlu ada sejumlah
kemampuan dasar (core competencies) untuk setiap dimensi atau aspek-aspek di atas, seperti:
(1) kebutuhan individu untuk memecahkan isu-isu dan masalah-masalah sosial dan politik
yang mereka sedang dan akan hadapi; dan (2) isu-isu dan masalah-masalah yang telah menjadi
topik dan agenda publik.
Ada dua faktor yang sangat berpengaruh terhadap penyelenggaraan pembelajaran
demokrasi, yakni: (1) Lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung dan (2)
Karakteristik sosial, ekonomi dan budaya peserta didik.
Langkah-langkah yang dapat dikembangkan oleh guru untuk mengadakan proses
pembelajaran PKn sebagai pembelajaarn demokrasi, adalah: (1) Merumuskan tujuan;
(2) Menyajikan kata-kata (istilah) yang perlu diketahui; (3) Menyajikan ide-ide yang perlu
dipelajari; (4) Memecahkan masalah; dan (5) Menerapkan kemampuan yang telah dikuasai

122 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Tes Formatif 2

Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir


pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.

1. Pembelajaran PKn bukanlah sekedar mentransfer pengetahuan kepada para siswa


melainkan pembelajaran yang kompleks karena mengandung domain yang utuh,
yang mencakup tiga domain, yakni mencakup... kecuali:
A. kognitif
B. afektif
C. perilaku
D. kepribadian

2. Proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang memungkinkan


para peserta didik aktif melibatkan diri dalam keseluruhan proses baik secara mental
maupun secara fisik. Bentuk pembelajarannya berupa ....
A. kegiatan klasikal
B. kegiatan kelompok
C. kegiatan perorangan
D. adanya variasi kegiatan klasikal, kelompok, dan perorangan

3. Kegiatan pembelajaran berciri pembelajaran interaktif yang memiliki karakteristik


sebagai berikut, kecuali:
A. keterlibatan mental baik pikiran maupun perasaan
B. menggunakan satu metode secara berulang
C. menerapkan pola komunikasi banyak arah
D. guru berperan sebagai fasilitator, narasumber, manajer kelas yang demokratis

4. Model pembelajaran curah pendapat dapat dikelompokkan sebagai .....


A. model berbagi informasi
B. model belajar melalui pengalaman
C. model pemecahan masalah
D. model bermain sambil belajar

5. Model pembelajaran bermain peran dapat dikelompokkan sebagai .....


A. model berbagi informasi
B. model belajar melalui pengalaman
C. model pemecahan masalah
D. model bermain sambil belajar

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 123


6. Model pembelajaran konferensi dapat dikelompokkan sebagai .....
A. model berbagi informasi
B. model belajar melalui pengalaman
C. model pemecahan masalah
D. model bermain sambil belajar

7. Fase pertama dari model pembelajaran langsung adalah ....


A. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
B. Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
C. Membimbing pelatihan
D. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

8. Fase terakhir dari model pembelajaran kooperatif adalah ...


A. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok – kelompok belajar
B. Membimbing kelompok bekerja dan belajar
C. Evaluasi
D. Memberikan penghargaan

9. Fase pertama dari model pembelajaran berbasis masalah adalah ....


A. Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
B. Orientasi siswa pada masalah.
C. Membimbing penyelidikan secara individual dan kelompok.
D. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

10. Dibawah ini yang termasuk indikator pendekatan inkuiri menurut John Dewey adalah
.....
A. Berpikir kritis
B. Berpikir kreatif
C. Berpikir induktif
D. Berpikir deduktif

124 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat
di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap
materi kegiatan belajar 2 dengan mempergunakan rumus di bawah ini.

Rumus:

Jumlah jawaban Anda yang benar


Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 %
10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:


90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 70 % = kurang

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan


dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda
kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum Anda kuasai.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 125


KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

Tes Formatif 1 :
1. B awal proses penyusunan desain pembelajaran
2. D guru hendaknya mendahulukan siswa
3. A Skilbeck
4. D sumber-sumber bahan pelajaran
5. A tuntutan dan tantangan sistem pendidikan
6. B perubahan prestasi belajar siswa
7. C siswa
8. C kesejahteraan guru
9. B ethos sekolah
10. D rendahnya sumber pelajaran yang diperlukan

Tes Formatif 2
1. D kepribadian
2. D adanya variasi kegiatan klasikal, kelompok, dan perorangan
3. B menggunakan satu metode secara berulang
4. C model pemecahan masalah
5. B model belajar melalui pengalaman
6. A model berbagi informasi
7. A Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
8. D Memberikan penghargaan
9. B Orientasi siswa pada masalah.
10. B Berpikir kreatif

126 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


METODE PEMBELAJARAN

4
PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 127


128 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]
METODE PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDAHULUAN

Modul tentang metode pembelajaran PKn ini merupakan bagian dari pengembangan
kurikulum pembelajaran PKn untuk Madrasah Ibtidaiyah (MI). Pada modul sebelumnya,
tentu Anda telah memahami bagaimana mengembangkan desain pembelajaran PKn. Anda
pun telah mengenal apa saja unsur-unsur kurikulum sebagai bagian dari pengembangan
desain pembelajaran. Masih ingatkah, apa saja unsur-unsur kurikulum itu? Tepat sekali,
bahwa sedikitnya ada empat unsur kurikulum, yakni tujuan, materi, metode, dan evaluasi.
Empat unsur ini seyogianya dipahami oleh guru kelas di jenjang MI dalam proses
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Dengan memahami unsur-unsur kurikulum
dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran PKn, diharapkan Anda sebagai
calon guru atau guru Madrasah Ibtidaiyah mampu melaksanakan proses pembelajaran
PKn secara benar sesuai dengan tuntutan standar nasional pendidikan.
Modul ini memfokuskan pada pengembangan metode pembelajaran sebagai salah
satu unsur kurikulum dalam pembelajaran PKn Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan salah satu
kompetensi guru kelas di MI. Pada modul mata kuliah yang lain, tentu Anda telah mengenal
tentang kompetensi guru kelas SD/MI. Dalam modul ini Anda akan diajak menganalisis
dan mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan pembelajaran
PKn yang layak dan perkembangan masyarakat era sekarang dan masa yang akan datang.
Dengan mempelajari materi dalam modul ini Anda diharapkan memiliki kemampuan
sebagai berikut.
1. memahami metode pembelajaran PKn
2. memahami perbedaan antara pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran PKn
3. mengembangkan metode pembelajaran afektif dalam PKn

Semua kemampuan di atas sangat penting bagi semua guru dan/atau calon guru
profesional khususnya dalam mempersiapkan pembelajaran PKn MI yang layak dan sesuai
dengan kebutuhan dan karakteristik siswa MI. Pentingnya calon sarjana maupun calon

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 129


guru profesional memahami atau punya kemampuan seperti ini karena seringkali para
guru pemula mengalami kesulitan dalam menentukan, memilih dan mempertimbangkan
metode pembelajaran PKn dalam proses belajar mengajar. Kenyataan ini diasumsikan
pula karena rendahnya kemampuan analisis dan dangkalnya pengalaman maupun
penguasaan pendekatan, strategi, metode, dan teknik untuk pembelajaran PKn. Oleh
karena itu, dengan memahami dan menguasai materi ini diharapkan Anda akan terbantu
dan tidak mengalami kesulitan lagi dalam menentukan, memilih, mempertimbangkan,
dan menerapkan berbagai metode pembelajaran tersebut secara terintegrasi. Apabila
Anda memiliki kemampuan dalam mengembangkan metode pembelajaran PKn maka
Anda layak menjadi guru profesional, yakni seorang guru yang dapat memenuhi harapan
dan kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat serta bangsa dan negara. Lebih jauh
lagi, para siswa pun akan sangat terbantu dalam proses belajarnya sehingga Anda akan
mendapat sambutan yang positif dari para peserta didik.
Agar semua harapan di atas dapat terwujud, maka di dalam modul ini disajikan
pembahasan dan latihan dengan butir uraian sebagai berikut:
1. Strategi dan metode pembelajaran PKn
2. Metode pembelajaran afektif dalam PKn

Untuk membantu Anda dalam mencapai harapan kemampuan di atas ikutilah


petunjuk belajar sebagai berikut:
1. Bacalah dengan cermat bagian Pendahuluan modul ini sampai Anda faham betul apa,
untuk apa dan bagaimana mempelajari modul ini.
2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan kata-kata yang
Anda anggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci dalam daftar kata-
kata sulit (Glosarium) atau dalam kamus atau dalam ensiklopedia.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri
dan tukar pikiran dengan mahasiswa atau guru lain dan dengan tutor Anda.
4. Terapkan prinsip, konsep, dan prosedur yang dituntut oleh kurikulum tentang
ketentuan keharusan mengembangkan strategi dan metode pembelajaran PKn di MI.
5. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi dengan teman dalam kelompok atau
kelas.

130 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


1

Strategi dan Metode


Pembelajaran PKn

Pada bagian pendahuluan di atas dalam modul ini, Anda telah memahami pentingnya
penguasaan metode pembelajaran PKn bagi guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) khususnya
dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran PKn. Pada kegiatan belajar
ini, akan dibahas tentang pengertian, ruang lingkup, tujuan, penerapan, dan penyesuaian
metode pembelajaran dengan kebutuhan, karakteristik, dan konteks kehidupan peserta
didik di MI. Pada kegiatan belajar ini, Anda diharapkan akan punya pemahaman tentang
apa saja metode pembelajaran PKn dan bagaimana mengembangkannya. Oleh karena itu,
apabila Anda sudah menguasai pembahasan materi pada kegiatan belajar 1, maka Anda
akan sangat terbantu dalam melaksanakan tugas merencanakan pembelajaran serta
melanjutkan penguasaan materi pada kegiatan belajar berikutnya.

Apa strategi dan metode pembelajaran itu? Apa perbedaannya dengan


pendekatan dan teknik?
Empat istilah yang sering digunakan dalam proses pembelajaran ini seringkali
digunakan saling bertukar makna dan fungsi. Tidak hanya dalam tataran praktis
melainkan dalam tataran teoritik, empat istilah ini diartikan saling bertukar makna
(overlaping), bahkan ada pula yang menyamakan artinya. Untuk kepentingan analisis,
dipandang perlu kita bedakan agar dapat mempermudah penggunaannya, meskipun
pada akhirnya tergantung pada kesepakatan.
Dalam modul ini, istilah pendekatan diartikan sebagai cara memandang sesuatu
(a way of viewing), cara mendekati suatu persoalan/fenomena/proses. Dalam konteks
pembelajaran, pendekatan berarti cara mendekati suatu persoalan, objek, dan unsur-
unsur pembelajaran, antara lain siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Misalnya,
agar siswa mau dan mampu berkomunikasi atau berbicara dalam suatu diskusi, maka
seorang guru dapat berupaya mendekati siswa dengan mengggali informasi tentang
apa yang menjadi kesenangan, hobi, harapan, dan cita-cita siswa tersebut. Selanjutnya,

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 131


guru berupaya mencari cara yang dapat merangsang/mendorong siswa berbicara,
menumbuhkan minat/perhatian dengan media stimulus, seperti gambar, cerita, film,
pemodelan, percontohan, kasus, dan sebagainya. Dalam konteks ini, strategi dapat
diartikan sebagai cara untuk mencapai suatu target (a way of achieving target). Dalam
konteks pembelajaran, strategi berarti cara mencapai suatu target pembelajaran. Metode
pembelajaran berarti cara untuk mengatasi masalah dalam mencapai target (a way of
handling). Dengan demikian, maknanya hampir sama dengan makna strategi sehingga
penggunaan istilah ini seringkali tumpang tindih. Namun, pengertian metode dalam
modul ini lebih spesifik karena lebih menekankan pada upaya mengatasi masalah dalam
proses mencapai target. Sedangkan teknik berarti cara melakukan sesuatu secara lebih
khusus lagi (a way of tackling). Misalnya, bagaimana agar perhatian siswa dalam proses
pembelajaran tetap terjaga, maka ketika guru bertanya, sampaikanlah pertanyaan
tersebut kepada seluruh kelas terlebih dahulu, kemudian bila tidak ada yang menjawab,
barulah guru menyebut nama siswa untuk menjawab pertanyaan guru. Teknik bertanya
yang baik tidak diawali dengan menyebut dahulu nama siswa.
Dalam modul ini, penggunaan istilah strategi dan metode bermakna saling tumpang
tindih. Oleh karena itu, dalam modul ini untuk mengidentifikasi metode pembelajaran
digunakan pula istilah strategi. Sebelum membahas strategi dan metode pembelajaran,
pembahasan akan diawali dengan uraian pendekatan PKn.

Apa pendekatan pembelajaran PKn itu?


Inovasi pembelajaran PKn dalam komponen pendekatan harus selalu dilakukan
oleh semua praktisi pendidikan khususnya guru. Salah satu tindakan inovasi itu adalah
pergeseran dalam penerapan pendekatan pembelajaran PKn dari pendekatan yang
berorientasi pada tujuan dan isi (content based curriculum) ke arah yang lebih menekankan
pada proses (process based curriculum) bahkan sekarang telah bergeser pada inovasi
yang lebih terkini, yakni pendekatan yang berorientasi pada kompetensi (competency
based curriculum). Gagasan ini dimaksudkan agar melalui pendidikan kewarganegaraan
dapat terbentuk warga negara yang lebih mandiri dalam memahami dan mencari solusi
terhadap masalah yang dihadapi serta mampu mengambil keputusan-keputusan yang
terbaik bagi dirinya, lingkungan serta masyarakatnya.
Kemampuan ini telah dirangkum menjadi tiga sasaran pembelajaran PKn yang dikenal
pula sebagai orientasi tujuan pembelajaran PKn untuk pembentukan warga negara yang
demokratis, ialah membentuk warga negara yang baik dan cerdas (good and smart citizen),
partisipatif (participative citizen), dan bertanggung jawab (responsible citizen).
Penekanan pada proses dan kompetensi akan lebih menjanjikan keberhasilan
daripada yang menekankan hanya pada hasil. Oleh karena itu, keterampilan bagi warga
negara dalam membuat atau mengambil keputusan perlu dilatihkan secara terus menerus

132 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


agar warga negara memiliki keterampilan dalam mengembangkan berbagai alternatif
untuk sampai pada pembuatan keputusan yang tepat.
Untuk itu pendekatan-pendekatan yang bersifat desentralisasi atau pemberian hak
kewenangan kepada guru dalam kerangka otonomi pendidikan sangat baik bagi sekolah
sebagai satuan pendidikan maupun individu guru. Hal ini sudah seharusnya dilaksanakan,
dalam semua mata pelajaran dan secara khusus dalam pendidikan kewarganegaraan.
Kondisi semacam itu, harus pula diciptakan di lingkungan masyarakat sehingga tidak
terjadi kesenjangan penerapan nilai-nilai dan moral antara apa yang disampaikan di
sekolah dengan apa yang terjadi dalam lingkungan keluarga dan masyarakat sebagaimana
terjadi dewasa ini. Penekanan perubahan sebagaimana dikemukakan di atas, terutama
menyangkut pendekatan dalam pembelajaran PKn pada skala mikro maupun pendekatan
PKn dalam arti yang lebih luas.
Pendekatan pembelajaran PKn seyogianya sejalan dengan tujuan PKn yakni
membangun siswa sebagai warga negara yang baik dan cerdas secara intelektual,
emosional, sosial, spiritual, mau bertanggung jawab, dan mampu berpartisipasi dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Turner dkk (1990) mengidentifikasi
pendekatan pembelajaran PKn sebagai berikut: audiovisual materials, case studies,
community resourse persons, cooperative learning, debates, polls, interviews, dan surveys,
mock trials, role plays and simulations, writing letters to public officials. Apa dan bagaimana
pendekatan pembelajaran tersebut, berikut ini uraiannya.

1. Pendekatan sumber belajar audio-visual


Bahan-bahan materi pembelajaran berupa audiovisual meliputi berbagai ragam film,
filmstrips, videotape, slide, video camera, cassette recording, compact disk, DVD dan lain-
lain. Saat ini, bahan-bahan audiovisual sudah banyak yang diproduksi baik oleh suatu
perusahaan, instansi pemerintah maupun pribadi. Dengan perkembangan teknologi
camera, para guru dapat mengembangkan sendiri sumber pembelajaran audiovisual
untuk PKn dengan cara merekam berbagai peristiwa politik, hukum, dan kewarganegaraan
yang penting untuk pembelajaran di kelas.
Bahan materi audiovisual merupakan pendekatan yang menarik dan efisien dalam
menyampaikan informasi. Presentasi menggunakan audiovisual dapat menyederhanakan
gagasan atau informasi yang abstrak menjadi konkret/nyata sehingga mudah diserap oleh
siswa. Materi audiovisual juga merupakan pendekatan yang memfokuskan pada topik
atau konsep tertentu untuk mendukung keterampilan siswa dalam melakukan observasi
dan menganalisis suatu masalah. Dengan pendekatan pembelajaran audiovisual yang
diselenggarakan oleh guru, maka siswa yang merasa kesulitan membaca buku teks dapat
terbantu.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 133


2. Pendekatan Studi Kasus
Pendekatan studi kasus merupakan pendekatan yang menyajikan kejadian
situasi konflik atau dilema. Siswa menganalisis masalah berdasarkan fakta kasus
untuk menghasilkan keputusan menurut langkah-langkah secara bertahap serta
mempertimbangkan konsekuensi dari keputusan yang diambil tersebut.
Studi kasus mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan, menetapkan komponen-
komponen yang dianggap penting dalam situasi; menganalisis, menyimpulkan, dan
membandingkan serta mempertentangkan komponen-komponen tersebut; dan membuat
penilaian terhadap kasus tersebut. Singkatnya, siswa melaksanakan semua jenjang
berpikir dari tingkatan yang paling sederhana (recall) hingga tingkatan yang paling tinggi
(evaluation).

3. Pendekatan nara sumber masyarakat


Setiap komunitas masyarakat memiliki nara sumber yang dapat dihadirkan di kelas
untuk berbagi pengetahuan/informasi yang terkait dengan politik, ekonomi, hukum, atau
masalah-masalah internasional. Nara sumber yang dapat dihadirkan di kelas adalah juru
kampanye, calon pemimpin, pejabat yang bekerja pada institusi pemerintahan, polisi,
guru besar ilmu politik atau ekonomi, pimpinan perusahaan, dan lain-lain.
Nara sumber biasanya adalah orang yang berpengetahuan dan pandangan luas yang
akan memperkaya mata pelajaran. Oleh karena itu, untuk menambah pengetahuan
politik, misalnya, seseorang tidak selalu harus membaca buku. Mengundang ahli politik
ke kelas akan lebih menarik bagi siswa untuk meningkatkan kompetensi tentang politik.
Dengan menambah pengetahuan melalui nara sumber, pendekatan ini akan membantu
siswa mengaitkan proses politik secara teoritis dengan kehidupan nyata dan sekaligus
mengenal bagaimana mesin politik itu bekerja di masyarakat.

4. Pendekatan Cooperative Learning


Pendekatan cooperative learning dimaksudkan untuk mendorong siswa bekerja
sama dalam sebuah tim sesuai dengan tujuan yang telah disepakati. Setiap anggota
kelompok atau tim diberi tugas khusus yang harus diselesaikan. Siswa dijanjikan akan
diberi hadiah seperti nilai (point) tambahan bila mau dan mampu membantu anggota
lain dalam menyelesaikan pekerjaan tim. Penilaian didasarkan atas hasil pekerjaan tim,
bukan pekerjaan individual meskipun ada pula nilai khusus untuk individu.
Pendekatan cooperative learning mendorong siswa agar terlibat dalam belajar
mandiri. Bekerja dalam kelompok memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar
dalam kemampuan akademik dan sekaligus sosial (academic and social skills). Dengan
belajar dalam kelompok diharapkan siswa akan memiliki kemampuan berpikir tingkat
tinggi, mau mendengar pendapat orang lain, mampu menyelesaikan konflik, dan mampu

134 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


menjelaskan masalah serta solusinya. Keterampilan sosial (social skills) dimaksudkan
pula untuk melatih siswa mau mendengarkan gagasan anggota lain dalam kelompok,
berkompromi, bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama, dan mengembangkan rasa
tanggung jawab terhadap sikap dan perbuatan yang pernah dilakukannya.

5. Pendekatan Debat
Debat merupakan cara pengungkapan atau pembahasan atau pertukaran pendapat
mengenai sesuatu hal dengan saling memberi argumen untuk mempertahankan argumen
masing-maisng yang telah berlangsung selama berabad-abad. Sebagai pendekatan
pembelajaran, debat merupakan cara klasik bagi guru untuk mendorong siswa agar
memiliki kemampuan berargumen sesuai dengan posisinya. Peserta debat dalam proses
pembelajaran di kelas dapat memilih posisi dan topik debat. Tujuan peserta debat
adalah untuk meyakinkan lawannnya bahwa posisi dirinya yang benar atau yang paling
meyakinkan. Oleh karena itu, seorang pendebat berupaya mengembangkan argumen-
argumen dan pernyataan sesuai posisinya dengan melawan argumen-argumen dari lawan
baik secara perseorangan maupun tim/kelompok.
Pendekatan pembelajaran debat memberi kesempatan kepada siswa untuk meneliti
dan mengartikulasikan argumen secara jelas dan logis agar tercapai simpulan yang
rasional. Debat yang baik memerlukan kemampuan dan pengetahuan yang luas hasil
kajian reflektif, berpikir kritis, dan kemampuan berkomunikasi yang baik. Para siswa
yang tidak terlibat langsung dalam proses debat masih dapat berpartisipasi dalam proses
belajar seperti mendengarkan informasi (mungkin) baru/aktual, menilai argumen-
argumen yang dikemukakan peserta debat, menilai kualitas penyajiannya, dan membuat
keputusan atau simpulan alternatif.

6. Pendekatan pemungutan suara, wawancara, dan survey


Pemungutan suara, wawancara, dan survey merupakan pendekatan pembelajaran
yang mendorong siswa untuk mengumpulkan data primer dan informasi dari tangan
pertama (firsthand) tentang pandangan atau pendapat kelompok masyarakat. Kegiatan
pembelajaran ini sangat efektif untuk mengeksplorasi ranah perasaan (afektif) tentang
isu atau tentang peran seseorang dalam proses politik. Sebagai strategi pembelajaran,
pemungutan suara, wawancara, dan survey merupakan cara yang bermanfaat untuk
mengumpulkan data faktual tentang bidang kajian tertentu.
Menerapkan pendekatan pemungutan suara, wawancara, dna survey memberi
kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan sejumlah keterampilan berpikir kritis.
Mampu mengajukan pertanyaan merupakan suatu keterampilan bagi siswa dalam
berkomunikasi, mengumpulkan informasi, dan menilai data. Selain itu, pendekatan
ini dapat melatih para siswa untuk menumbuhkan kesadarannya terhadap lingkungan

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 135


hidup. Melalui kegiatan berinteraksi dengan teman, tetangga, dan anggota masyarakat
lain, siswa dapat belajar banyak tentang bagaimana warga negara berpikir dan untuk
mengetahui apakah mereka mengetahui pemerintah, politik, hukum, ekonomi, dan sistem
kehidupan internasional.

7. Pendekatan pengadilan tiruan (Mock trials)


Pendekatan pengadilan tiruan sebenarnya merupakan simulasi proses peradilan
yang diperankan oleh siswa. Melalui langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
proses peradilan yang dimulai oleh proses penuntutan oleh jaksa, proses pembelaan oleh
pengacara dan pembuktian dengan alat bukti serta mendatangkan dan mendengarkan
keterangan saksi sampai proses pengambilan putusan oleh hakim. Isu atau kasus
pelanggaran hukum yang dibahas dapat dipilih dari peristiwa nyata atau rekaan.
Pendekatan pengadilan tiruan merupakan pendekatan yang bermanfaat karena
dapat membantu siswa mengembangkan pertanyaan, pengambilan keputusan, berpikir
kritis, dan keterampilan berkomunikasi dengan benar. Dengan pendekatan ini pun para
siswa akan memperoleh pengetahuan tentang hukum dan pengalaman langsung tentang
tentang proses peradilan, terutama peran dari masingmasing perangkat pengadilan
seperti peran jaksa, pengacara, hakim, panitera bahkan terdakwa.

8. Pendekatan bermain peran dan simulasi


Bermain peran merupakan pendekatan yang memfasilitasi siswa berperan dalam
melakukan perbuatan atau perilaku orang yang dipersepsikan orang lain itu berbicara
dan melakukan sesuai dengan peran dan situasinya. Esensi bermain peran adalah orang
yang memiliki keyakinan dan bagaimana mereka menjawab. Misalnya, sekelompok siswa
mungkin memerankan tindakan yang dilakukan oleh seorang Presiden atau Menteri atau
para pahlawan. Oleh karena itu, bermain peran merupakan cara yang sangat bermanfaat
untuk mengeksplorasi perilaku politik karena mereka membantu siswa memahami
pentingnya individu dalam proses politik.
Simulasi termasuk bermain peran tetapi situasinya terstruktur sehingga lebih
mendekati kejadian yang sebenarnya. Para siswa dapat mensimulasikan tentang
kegiatan rapat di badan legislatif, proses dengar pendapat, rapat komisi, atau interaksi
di lingkungan birokrasi.

9. Pendekatan menulis surat kepada pejabat publik


Menulis surat kepada pejabat publik merupakan salah satu cara dalam partisipasi
politik. Surat untuk pimpinan pemerintahan banyak menyerupai surat bisnis. Aturan
penulisan surat tentu perlu diterapkan. Surat yang ditulis seyogianya berisi pesan yang

136 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


dapat dipertanggungjawabkan misalnya hasil penelitian, dikembangkan secara logis, dan
ditulis secara jelas.
Dalam sistem pemerintahan demokrasi perwakilan, para siswa harus berpartisipasi
dalam proses politik sebanyak mungkin. Berkomunikasi dengan pejabat publik melalui
surat merupakan cara bagi siswa untuk mengungkapkan pendapatnya tentang berbagai
isu. Sebaliknya, aktifitas ini membantu pejabat publik menjaga hubungan dengan
konstituennya dna melaksanakan kewajiban sebagai wakil rakyat. Partisipasi dalam sistem
pemerintahan demokrasi hendaknya dapat membantu siswa untuk percaya diri. Oleh
karena itu, para siswa diberi latihan praktek mengembangkan keterampilan ang terkait
dengan cara menganalisis berbagai isu, membangun opini, dan mengkomunikasikan
gagasan dalam bentuk tulisan.
Demikianlah sejumlah pendekatan pembelajaran PKn yang dapat dipilih oleh guru
berdasarkan pertimbangan karakteristik siswa, lingkungan sekolah, sarana, prasarana,
dan kemampuan guru.

Sebagai latihan, coba Anda pilih salah satu kelas latihan. Perhatikan
karakteristik siswa, lingkungan belajar, kondisi sekolah. Kemudian
pikirkan dan pertimbangkan, pendekatan apa yang dapat digunakan
dalam pembelajaran tersebut. Sebaiknya Anda bekerja secara
kelompok agar Anda dapat berdiskusi.

Selanjutnya, mari kita kaji bersama uraian tentang strategi dan metode pembelajaran
PKn. Ada beberapa jenis strategi dan metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran
PKn sebagai berikut.

1. Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)


Beberapa strategi dan metode yang termasuk ke dalam jenis ini meliputi:
gambaran ikhtisar terstruktur (structured overview), ceramah (lecture), demonstrasi,
membandingkan dan mengontraskan/mempertentangkan (compare and contrast).
Secara umum, pembelajaran langsung ini menggunakan pendekatan ekspositori, bersifat
satu arah, dan peran guru sangat dominan.
Metode pembelajaran langsung ini sangat efektif apabila digunakan oleh seorang guru
yang memiliki bakat sebagai orator. Berikut ini adalah metode pembelajaran compare
and contrast sebagai salah satu metode pembelajaran langsung.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 137


Apakah metode pembandingan dan pengontrasan itu?
Metode pembandingan dan pengontrasan digunakan untuk menandai persamaan dan
perbedaan antara satu dengan yang lain. Dalam metode ini ada tindakan pengelompokan.
Sebenarnya selain dikelompokkan kedalam pembelaajran langsung, metode ini dapat
pula dimasukkan ke dalam metode pembelqajaran tidak langsung karena ada tuntutan
yang mengajak siswa untuk bersama-sama mengelompokkan istilah, kosa kata, dan ciri-
ciri dari kata kunci suatu konsep.
Tujuannya adalah membantu siswa membedakan antara berbagai jenis gagasan atau
kelompok gagasan konseptual. Dalam pembelajaran PKn, tentu saja banyak jenis konsep
yang abstrak sehingga memerlukan penjelasan dan untuk memahami konsep tersebut
perlu ada pembandingan dan pengontrasan agar mudah dipahami oleh siswa.

2. Pembelajaran Interaktif (Interactive Instruction)


Beberapa strategi dan metode yang termasuk ke dalam jenis pembelajarn interaktif
meliputi: debat, bermain peran (role playing), curah pendapat (brainstorming), diskusi,
kelompok belajar kooperatif (cooperative learning groups), jigsaw, pemecahan masalah,
kelompok tutorial, wawancara, dan konferensi. Secara umum, pembelajaran interaktif ini
menggunakan pendekatan siswa aktif, bersifat dua arah, dan peran siswa lebih dominan.
Metode pembelajaran interaktif sangat tepat digunakan untuk mengaktifkan siswa
dalam belajar. Berikut adalah uraian beberapa metode pembelajaran yang dapat
digunakan dalam pembelajaran PKn di madrasah ibtidaiyah.

a. Debat
Apakah debat itu?
Debat adalah beradu argumen secara terstruktur antara dua pihak (individu atau tim
atau kelompok) yang berlawanan dengan cara mempertahankan dan/atau menyerang
dalil atau pendapat yang dikemukakan. Langkah dan aturan main debat bermacam-
macam tergantung pada tempat dan peserta. Proses debat dipimpin dan pemenangnya
ditentukan oleh wasit atau hakim. Debat merupakan aspek yang fundamental dari
masyarakat demokratis. Oleh karena itu, metode ini snagat cocok dikembangkan dalam
mata pelajaran PKn.

Apakah tujuan debat itu?


Tujuan dari strategi debat adalah melibatkan para siswa dalam berbagai aktivitas
yang terkait dengan mata pelajaran. Debat mendorong peserta berpikir bukan hanya
mengenai fakta dari suatu situasi melainkan implikasinya. Peserta didik pun didorong

138 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


untuk berpikir secara kritis dan strategis tentang posisinya dan posisi lawan. Dengan cara
berkompetisi maka debat mendorong peserta untuk melibatkan diri dan berkomitmen
terhadap posisi.
Debat mendorong siswa untuk berupaya meneliti, mengembangkan kemampuan
mendengarkan/menyimak, dan kemampuan berorasi, menciptakan kondisi siswa untuk
berpikir secara kritis, dan memungkinkan guru dapat menilai kualitas belajar siswa.
Debat juga dapat memberi peluang kepada teman-teman siswa untuk menilai keterlibatan.
Oleh karena itu, metode debat sangat efektif bagi pembelajaran PKn terutama dalam
mempersiapkan peserta didik hidup dalam masyarakat demokratis.

b. Bermain peran (role playing)


Apakah bermain peran itu?
Bermain peran atau role playing adalah metode pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk memerankan karakter dalam situasi tertentu. Artinya,
bahwa siswa harus memainkan satu peran tertentu sehingga yang bermain tersebut harus
mampu berbuat (berbicara atau bertindak) sesuai dengan perannya. Misalnya, jika peran
yang dimainkan adalah polisi, maka ia harus mampu berperan sebagai polisi. Bermain
peran terjadi dalam situasi buatan (tiruan) atau simulasi.

Apa tujuan bermain peran?


Bermain peran memberi kesempatan kepada siswa untuk bertindak dengan
memerankan karakter dalam situasi hipotetis. Kesempatan ini bertujuan:
1) Membina sikap, yakni membantu siswa untuk merasakan, menyadari, dan peka
terhadap masalah sosial.
2) Memahami nilai yang ada di lingkungan masyarakat yang beragam.
3) Memberi pembelajaran yang menyenangkan karena banyak peran yang bervariasi
sehingga menyegarkan situasi.
4) Memberi kesempatan untuk menghayati peran tertentu dalam bentuk simulasi
sebelum terlibat dalam situasi sebenarnya.

c. Curah pendapat (brainstorming)


Apa metode curah pendapat itu?
Metode curah pendapat atau brainstorming merupakan metode pembelajaran yang
melibatkan kelompok besar atau kecil yang mendorong para siswa untuk memecahkan
masalah tertentu. Aktivitas dalam curah pendapat terdiri atas dua tahap, yakni pertama
adalah tahap identifikasi gagasan; dan kedua adalah tahap menilai gagasan.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 139


Penerapan metode ini dimuali dengan mengajukan pertanyaan atau masalah atau
dengan memperkenalkan tema. Kemudian, siswa memberikan respon atau jawaban
atau gagasan/pendapat yang relevan. Selanjutnya, guru harus menerima jawaban siswa
tanpa kritik atau tanggapan terhadap jawaban siswa. Mungkin pada awalnya, banyak
siswa yang engggan berbicara dalam kelompok, tetapi dengan kegiatan curah pendapat
diharapkan semua siswa mau berpartisipasi dalam menyampaikan pendapat. Dengan
mengungkapkan gagasan dan mendengarkan apa yang dikemukakan oleh siswa lain,
maka para siswa akan menyesuaikan pengetahuan dan pemahaman sebelumnya dengan
menerima informasi baru.
Dalam kegiatan curah pendapat, guru perlu mendorong siswa agar mendengarkan
siswa lainnya yang sedang berbicara. Siswa seyogianya diingatkan agar mendengarkan
dengan seksama terhadap apa yang dikemukakan, mengingatkan pula kepada pembicara
ketika suaranya tidak terdengar jelas.
Dalam menerapkan metode curah pendapat, ada dua prinsip yang perlu
diperhatikan:
1) diutamakan bahwa agar diperoleh gagasan sebanyak mungkin pada tahap curah
pendapat.
2) menunda pemberian kritik, atau tidak langsung menilai gagasan yang dikemukakan.

Adapun tujuan penggunaan metode curah pendapat dalam pembelajaran adalah


sebagai berikut.
1) memfokuskan perhatian siswa pada suatu tema/topik
2) membangkitkan semangat siswa untuk berpendapat
3) melatih siswa mengekspresikan gagasan-gagasan baru menurut daya imajinasinya
4) melatih daya kreativitas siswa
5) melatih siswa mau menerima dan menghargai perbedaan individu
6) mendorong siswa berani mengambil resiko dalam berbagi pendapat dan bila
pendapatnya salah
7) menunjukkan kepada siswa bahwa pengetahuan dan kecakapan berbahasa memiliki
kegunaan dan dapat diterima
Demikian tiga contoh uraian metode pembelajaran interaktif yang dapat diterapkan
dalam mata pelajaran PKn di Madrasah Ibtidaiyah. Uraian untuk metode pembelajaran
interaktif lainnya, dapat Anda temukan pada buku-buku tentang metode pembelajaran
atau pada modul khusus tentang metode pembelajaran.

3. Pembelajaran tidak langsung


Beberapa strategi dan metode yang termasuk ke dalam jenis pembelajarn
tidak langsung meliputi: pemecahan masalah, studi kasus, inkuri, diskusi reflektif,

140 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


pembentukan konsep, dan pemetaan konsep. Secara umum, pembelajaran tidak langsung
ini menggunakan pendekatan siswa aktif, bersifat dua arah, dan peran siswa lebih
dominan.
Metode pembelajaran tidak langsung sangat tepat digunakan untuk mengaktifkan
siswa dalam belajar. Berikut adalah uraian beberapa metode pembelajaran yang dapat
digunakan dalam pembelajaran PKn di madrasah ibtidaiyah.

a. Pemecahan masalah
Apakah metode pemecahan masalah itu?
Ada dua jenis metode pemecahan masalah, ialah pemecahan masalah yang bersifat
reflektif dan pemecahan masalah kreatif. Bagaimanapun jenis pemecahan masalah
yang digunakan oleh kelas, pemecahan masalah memfokuskan pada upaya mengetahui
persoalan dengan mempertimbangkan semua faktor kemungkinan untuk menemukan
solusi. Karena semua gagasan awalnya diterima, pemecahan masalah memungkinkan
dapat menemukan solusi terbaik bukan solusi yang paling mudah atau usulan solusi
pertama.
Metode pemecahan masalah digunakan untuk membantu siswa berpikir tentang
masalah tanpa menerapkan gagasan yang dimiliki sebelumnya. Merumuskan masalah yang
dihadapi berbeda dengan akibat dari masalah untuk mencegah pendapat yang gegabah.
Sebagai metode pembelajaran, pemecahan masalah merupakan bentuk seni berpikir yang
paling murni. Di kelas, pemecahan masalah untuk membantu siswa memahami masalah
etika yang dilematis, membantu merencanakan strategi masa depan.

b. Metode Inkuiri
Apa inkuiri itu?
Metode pembelajaran inkuiri memberi kesempatan kepada siswa memperoleh
pengalaman mengumpulkan informasi. Hal ini tentu memerlukan kemampuan
berinteraksi yang intensif diantara peserta didik dengan guru, bidang studi, sumber
belajar, dan lingkungan belajar. Secara aktif, siswa terlibat dalam proses belajar, seperti:
• bertindak secara antusias dan penuh perhatian;
• mengembangkan pertanyaan;
• menganalisis masalah kontroversial dan dilematis;
• memeriksa dugaan awal dan informasi yang sudah diketahui sebelumnya;
• mengembangkan, mengungkapkan, dan menguji hipotesis; dan,
• menyimpulkan dan menghasilkan solusi.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 141


Bertanya adalah inti dari belajar inkuiri. Siswa harus mengajukan pertanyaan yang
relevan dan mengembangkan bagaimana cara menjawab dan menjelaskannya. Inkuiri
menempatkan proses berpikir dalam interaksi antar sesama siswa dalam menganalisis
persoalan, data, topik, konsep, bahan dan masalah. Teknik berpikir yang dapat diterapkan
antara lain berpikir divergen, berpikir deduktif, dan berpikir induktif. Dalam melatih
berpikir divergen, guru memfasilitasi dan mendorong siswa agar menyadari bahwa suatu
pertanyaan atau masalah dapat memiliki lebih dari satu jawaban dan/atau solusi yang
benar dan baik.

c. Peta konsep
Apa peta konsep itu?
Peta konsep adalah bentuk khusus dari diagram jaring untuk mengeksplorasi
pengetahuan dan mengumpulkan dan berbagi informasi. Peta konsep adalah strategi
untuk mengembangkan konsep yang terdiri atas sejumlah sel yang didalamnya ada
konsep, pertanyaan yang terkait dengan sel konsep atau pertanyaan lain. Keterkaitan
antar sel konsep dihubungkan oleh tanda panah yang diberi label. Label ini menjelaskan
hubungan antar sel konsep. Tanda panah menunjukkan arah keterkaitan antar sel konsep
dan bila dibaca dapat membentuk kalimat.
Contoh peta konsep sebagai berikut.

Hak Asasi
Manusia

bersumber dari dilindungi oleh


diawasi oleh
Negara
Tuhan Komnas
HAM
untuk melalui melalui

Perundang
Semua an HAM Piagam
manusia HAM

tercantum dalam

UUD 1945 UU No. 39.1999


amandemen ttg HAM

mengatur mengatur

Hak Kewajiban Asas Dasar Hak Kewajiban

Peta konsep digunakan untuk:


Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]
142
x Mengembangkan pemahaman tentang batang tubuh ilmu pengetahuan.
Peta konsep digunakan untuk:
• Mengembangkan pemahaman tentang batang tubuh ilmu pengetahuan.
• Mencari informasi baru dan keterkaitannya.
• Melihat pengetahuan terdahulu.
• Mengumpulkan pengetahuan dan informasi.
• Berbagi pengetahuan dan informasi yang diperoleh.
• Pilihan untuk memecahkan masalah.

4. Pembelajaran melalui pengalaman (experiential learning)


Beberapa strategi dan metode yang termasuk ke dalam jenis pembelajarn melalui
pengalaman meliputi: karyawisata, percobaan, simulasi, permainan, pengamatan
lapangan, bermain peran, survey, dan sebagainya. Secara umum, pembelajaran melalui
pengalaman ini menggunakan pendekatan siswa aktif, bersifat interaksi multi arah, dan
peran siswa lebih dominan.
Metode pembelajaran melalui pengalaman sangat tepat digunakan untuk mengaktifkan
siswa dalam belajar. Berikut adalah uraian salah satu metode pembelajaran yang dapat
digunakan dalam pembelajaran PKn di madrasah ibtidaiyah, yakni simulasi.

Apakah simulasi itu?


Simulasi adalah bentuk belajar melalui pengalaman atau belajar dengan mengalami.
Sebagai metode pembelajaran, simulasi memerlukan skenario apa yang akan diperankan
oleh siswa. Simulasi berarti pula pekerjaan tiruan atau meniru perilaku pekerjaan, profesi,
atau kegiatan tertentu. Mereka dapat menjadi representasi dari sebuah realitas pada saat
siswa berinteraksi dengan siswa lain. Guru harus memantau apa yang diperankan oleh
siswa apakah mereka berperan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Misalnya,
simulasi mengajar, simulasi melakukan pertolongan terhadap orang yang kena bencana
alam, simulasi mengatasi kebakaran. Simulasi dapat pula sebagai model pembelajaran,
yakni peniruan yang menuntut kemampuan tertentu.
Simulasi bertujuan meningkatkan penguasaan konsep melalui praktik pengalaman
sehingga dapat membantu siswa memahami nuansa sebuah konsep atau lingkungan
sekitar. Para siswa akan lebih menghayati arti kehidupan bila sering terlibat dalam
simulasi. Oleh karena itu, para guru dianjurkan untuk menerapkan metode ini dalam
kegiatan pembelajaran PKn.
Dalam melaksanakan simulasi diharapkan guru dapat menanamkan disiplin dan
sikap hati-hati. Karena bila tidak disiplin maka keterampilan akan sulit dikuasai bahkan
tujuan akan sulit dicapai. Demikian pula kebiasaan kerjasama dapat ditanamkan melalui
simulasi terutama dalam simulasi pekerjaan yang perlu dilakukan secara bersama.
Simulasi sebagai metode pembelajaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 143


a. Sasaran, ialah siswa yang jumlahnya dapat bervariasi sesuai dengan kebutuhan apa
yang akan disimulasikan. Bila kelas besar maka agar semua siswa daapt terlibat,
kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan jumlah per kelompok antara 5-10
orang siswa.
b. Tema yang dipilih disesuaikan dengan tujuan yang akan disimulasikan. Apa target
keterampilan simulasi, apakah keterampilan intelektual, afektif, perilaku sosial sesuai
dengan praktik kehidupan nyata sehari-hari. Sejumlah alat yang akan digunakan
dalam simulasi perlu dipersiapkan baik oleh guru maupun oleh siswa, seperti sarana
dan prasarana ruangan untuk simulasi persidangan di pengadilan, ruangan dan
peralatan mengajar untuk simulasi proses pembelajaran, dan sebagainya.
c. Prosedur simulasi dapat diurutkan sebagai berikut:
1) guru menciptakan situasi atau membuat pemodelan jika diperlukan
2) mengadakan tanya jawab
3) guru membagi peran untuk tiap siswa
4) guru menyampaikan aturan main
5) siswa baik secara individual maupun kelompok bersiap-siap
6) siswa melakukan simulasi dan guru mengamati aktivitas siswa

Untuk kelancaran pelaksanaan simulasi dan pencapaian tujuan pembelajaran, ada


delapan keterampilan dasar mengajar yang perlu dikuasai oleh guru. Namun, dari
delapan keterampilan tersebut ada empat keterampilan dasar mengajar yang utama,
yakni keterampilan bertanya, menjelaskan, memberi penguatan, dan mengajar kelompok
kecil sebagai berikut:

a. Keterampilan bertanya
Keterampilan bertanya ini digunakan oleh guru terutama untuk memantapkan
penguasaan konsep atau pemahaman siswa terhadap apa yang telah disimulasikan. Ada
sejumlah teknik bertanya, seperti mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas terlebih
dahulu, tidak menyebut nama sebelum pertanyaan diajukan.

b. Keterampilan menjelaskan
Keterampilan menjelaskan ini penting dikuasai oleh guru ketika memperkenalkan
apa simulasi, tema apa yang dipilih, aturan main. Penjelasan yang baik adalah penjelasan
yang mudah dipahami oleh siswa, misalnya penjelasan yang disertai oleh uraian ilustrasi,
contoh, pemodelan, bahkan memberi tekanan terhadap hal-hal yang penting dikuasai.
Kemampuan menjelaskan menjadi sangat penting karena bila salah menjelaskan maka
tujuan simulasi tidak akan tercapai.

144 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


c. Keterampilan memberi penguatan
Keterampilan memberi penguatan adalah memberi pernyataan yang dapat mendorong
atau memotivasi untuk berulangnya sesuatu yang pernah dilakukan oleh siswa. Memberi
penguatan yang langsung dapat dirasakan oleh siswa dalam konteks simulasi adalah
memotivasi dan membangkitkan minat siswa agar mau, antusias, dan bersemangat untuk
bersimulasi.

d. Keterampilan mengajar kelompok kecil


Ada simulasi yang dilakukan dalam kelompok kecil, terutama apabila kelas yang
dihadapi guru adalah kelas besar. Kelas tersebut perlu dibagi menjadi beberapa kelompok
kecil. Dalam kelompok kecil inilah, seorang guru perlu memahami dan mengelola
kegiatan kelompok kecil. Semua siswa yang ada di kelompok kecil harus dapat terlayani
dan mendapat bantuan dan perhatian yang adil.

Rangkuman
Istilah pendekatan diartikan sebagai cara memandang sesuatu (a way of viewing), cara
mendekati suatu persoalan/fenomena/proses. Dalam konteks pembelajaran, pendekatan
berarti cara mendekati suatu persoalan, objek, dan unsur-unsur pembelajaran, antara
lain siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi dapat diartikan sebagai cara
untuk mencapai suatu target (a way of achieving target).
Dalam konteks pembelajaran, strategi berarti cara mencapai suatu target
pembelajaran. Metode pembelajaran berarti cara untuk mengatasi masalah dalam
mencapai tager (a way of handling). Sedangkan teknik berarti cara melakukan sesuatu
secara lebih khusus lagi (a way of tackling). Misalnya, bagaimana agar perhatian siswa
dalam proses pembelajaran tetap terjaga, maka ketika guru bertanya, sampaikanlah
pertanyaan tersebut kepada seluruh kelas terlebih dahulu, kemudian bila tidak ada yang
menjawab, barulah guru menyebut nama siswa untuk menjawab pertanyaan guru. Teknik
bertanya yang baik tidak diawali dengan menyebut dahulu nama siswa.
Inovasi pembelajaran PKn dalam komponen pendekatan harus selalu dilakukan oleh
semua praktisi pendidikan khususnya guru. Salah satu tindakan inovasi itu adalah upaya
melakukan pergeseran dalam penerapan pendekatan pembelajaran PKn dari pendekatan
yang berorientasi pada tujuan dan isi (content based curriculum) ke arah yang lebih
menekankan pada proses (process based curriculum) bahkan sekarang telah bergeser
pada inovasi yang lebih terkini, yakni pendekatan yang berorientasi pada kompetensi
(competency based curriculum).
Ada sejumlah pendekatan pembelajaran PKn yang dapat dipilih oleh guru dalam
pembelajaran sebagai berikut: (1) Pendekatan sumber belajar audiovisual (audio-visual

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 145


materials); (2) Pendekatan Studi Kasus (case studies); (3) Pendekatan nara sumber
masyarakat (community resourse persons); (4) Pendekatan (Cooperative Learning); (5)
Pendekatan Debat (debates); (6) Pendekatan pemungutan suara, wawancara, dan survey
(polls, interviews, dan surveys); (7) Pendekatan pengadilan tiruan (Mock trials); (8)
Pendekatan bermain peran dan simulasi (role plays and simulations); dan (9) Pendekatan
menulis surat kepada pejabat publik (writing letters to public officials).
Ada empat jenis strategi dan metode yang utama dalam pembelajaran, ialah (1)
pembelajaran langsung; (2) pembelajaran interaktif; (3) pembelajaran tidak langsung;
(4) pembelajaran melalui pengalaman.
Untuk kelancaran pelaksanaan simulasi dan pencapaian tujuan pembelajaran, ada
delapan keterampilan dasar mengajar yang perlu dikuasai oleh guru. Namun, dari
delapan keterampilan tersebut ada empat keterampilan dasar mengajar yang utama,
yakni keterampilan bertanya, menjelaskan, memberi penguatan, dan mengajar kelompok
kecil

146 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Tes Formatif 1

Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir


pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.

1. Dalam konteks pembelajaran, strategi diartikan sebagai ....


A. a way of viewing
B. a way of achieving target
C. a way of handling
D. a way of tackling

2. Berikut ini adalah metode yang termasuk kedalam strategi pembelajaran langsung,
kecuali:
A. tinjauan terstruktur (structured overview),
B. ceramah (lecture),
C. simulasi (simulation)
D. membandingkan dan mempertentangkan (compare and contrast).

3. Dalam konteks pembelajaran, metode diartikan sebagai ....


A. a way of viewing
B. a way of achieving target
C. a way of tackling
D. a way of handling

4. Berikut ini adalah strategi dan metode yang termasuk ke dalam jenis pembelajarn
interaktif, kecuali:
A. bermain peran (role playing)
B. curah pendapat (brainstorming)
C. kelompok belajar kooperatif (cooperative learning groups)
D. demonstrasi (demonstration)

5. Metode pembelajaran yang melibatkan kelompok besar atau kecil yang mendorong
para siswa untuk memecahkan masalah tertentu disebut ...
A. bermain peran (role playing)
B. curah pendapat (brainstorming)
C. kelompok belajar kooperatif (cooperative learning groups)
D. demonstrasi (demonstration)

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 147


6. Tujuan penggunaan metode curah pendapat dalam pembelajaran adalah ....
A. membangkitkan semangat siswa untuk berpendapat
B. melatih anak untuk bersabar dan bijaksana
C. berlatih memerankan tokoh tertentu
D. melatih siswa agar terampil dalam berargumen

7. Berikut ini adalah strategi/ metode yang termasuk ke dalam jenis pembelajarn tidak
langsung, kecuali:
A. pemecahan masalah
B. studi kasus
C. ceramah
D. pemetaan konsep

8. Peta konsep dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran PKn dengan tujuan
untuk .... kecuali:
A. Mengumpulkan pengetahuan dan informasi
B. Mengembangkan pemahaman tentang batang tubuh ilmu pengetahuan
C. Menumbuhkan minat belajar secara deduktif
D. Mencari informasi baru dan keterkaitannya

9. Keterampilan dasar yang dapat digunakan oleh guru terutama untuk memantapkan
penguasaan konsep atau pemahaman siswa terhadap apa yang telah disimulasikan
disebut keterampilan ....
A. bertanya
B. memberi penguatan
C. menjelaskan
D. mengajar kelompk kecil

10. Urutan pertama dari prosedur simulasi adalah .....


A. guru menciptakan situasi atau membuat pemodelan
B. mengadakan tanya jawab
C. guru membagi peran untuk tiap siswa
D. guru menyampaikan aturan main

148 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat
di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap
materi kegiatan belajar 1 dengan mempergunakan rumus di bawah ini.

Rumus:

Jumlah jawaban Anda yang benar


Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 %
10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:


90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 70 % = kurang

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan


dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda
kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum Anda kuasai.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 149


150 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]
2

Metode Pembelajaran Afektif


Dalam PKn

Setelah Anda mempelajari strategi dan metode pembelajaran PKn pada Kegiatan
Belajar 1 dalam modul ini, Anda telah mengenal metode apa saja yang cocok sehingga
perlu dipertimbangkan untuk diterapkan dalam pembelajaran PKn. Mengapa demikian?
Anda tentu telah mengenal pula bahwa misi pembelajaran PKn cukup khas dibandingkan
dengan pembelajaran lain. Apakah Anda masih ingat, apa karakteristik pembelajaran
PKn khususnya di SD/MI? Baiklah, apabila Anda ragu coba buka kembali Kegiatan Belajar
1 Modul 1. Secara singkat, pembelajaran PKn di SD/MI adalah pengembangan kualitas
warga negara secara utuh, dalam aspek-aspek: (1) kemelek-wacanaan kewarganegaraan
(civic literacy), (2) komunikasi sosial kultural kewarganegaraan (civic engagement),
(3) pemecahan masalah kewarganegaraan (civic skill and participation), (4) penalaran
kewarganegaraan (civic knowledge), dan (5) partisipasi kewarganegaraan secara
bertanggung jawab ( civic participation and civic responsibility).
Apabila dikaji, maka misi PKn di atas pada hakikatnya mengarah pada pembentukan
warga negara yang cerdas dan baik, yakni warga negara yang memiliki pengetahuan,
keterampilan, sikap/nilai dan bertanggung jawab dalam kehidupan masyarakat yang
demokratis.

Bagaimana merealisasikan misi PKn di atas?


Apabila kita cermati, sebenarnya gagasan inovasi untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran telah banyak diungkapkan. Namun, pencapaian tujuan pembelajaran
tampaknya belumlah optimal sehingga kita masih menghadapi masalah kurangnya
kemampuan kewarganegaraan bagi para siswa umumnya. Hal ini tidak terlepas dari
lemahnya kemampuan guru dalam menguasai metode pembelajaran khususnya yang
bernuansa afektif untuk membelajarkan nilai.
Pada kegiatan belajar ini, akan disajikan pengembangan metode pembelajaran
PKn dengan domain afektif untuk Madrasah Ibtidaiyah. Dengan menganalisis metode

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 151


pembelajaran PKn SD/MI diharapkan Anda dapat memilih dan mengembangkan metode
pembelajaran PKn afektif yang cocok dan sesuai dengan jenjang kelas dan karakteristik
siswa serta tujuan pembelajaran PKn.

Apa dan mengapa metode pembelajaran afektif itu?


Pembelajaran PKn yang layak adalah pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan
tujuan pendidikan nasional, tujuan kurikulum pada satuan pendidikan, konteks kehidupan
masyarakat, serta kebutuhan dan karakteristik siswa. Kemampuan yang harus dikuasai
siswa adalah kemampuan yang utuh, yang mampu mengembangkan semua potensi yang
baik yang ada dalam diri siswa. Potensi kemampuan yang ada dalam diri siswa mencakup
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemampuan kognitif adalah potensi yang terkait
dengan kemahiran dan keterampilan mengingat, memahami, berpikir kritis, analitis,
sintesis, dan evaluatif. Kemampuan afektif adalah potensi yang terkait dengan masalah
keyakinan, nilai, sikap, perasaan/emosional, dan unsur afektif lainnya. Kemampuan
psikomotorik adalah potensi yang terkait dengan perilaku sosial, patriotis, perjuangan,
menegakkan kebenaran dan keadilan, dan sebagai perilaku lain yang mencerminkan rasa
kebangsaan dan cinta tanah air.
Dari tiga kemampuan yang dikembangkan dalam proses pembelajaran PKn,
pengembangan dan pembelajaran afektif dianggap sebagai hal yang paling sulit. Mengapa
demikian? Karena masalah afektif terkait dengan aspek nilai. Unsur nilai adalah bidang
yang tersembunyi atau tertutup (hidden or closed areas) yang tidak mudah diungkap
(clarified) seperti mengungkap domain lainnya. Oleh karena itu, perlu ada strategi dan
metode yang dapat mengungkap domain afektif dalam proses pembelajaran PKn agar
pembelajaran PKn yang utuh dan layak itu dapat terlaksana sehingga tujuan PKn, yakni
membentuk warga negara yang cerdas dan baik itu dapat tercapai. Untuk mencapai
tujuan PKn ini, peran guru sangat besar baik sebagai perencana (planner), fasilitator,
rewarder, pengelola (manager), pengarah (director of learning), penilai (evaluator),
maupun pemberi keputusan (decision maker). Peran guru seperti inilah yang akan banyak
mendukung keterlaksanaan dan tercapainya tujuan pembelajaran PKn afektif.
Semua peran guru tersebut hendaknya dapat dimanfaatkan dalam menciptakan
kondisi pembelajaran yang kondusif untuk pembelajaran PKn afektif. Situasi yang perlu
diciptakan oleh guru bersama siswa adalah sebagai berikut.
• Proses pembelajaran seyogianya menggunakan pendekatan yang humanistik, yakni
suasana penuh kekeluargaan, persabahatan, terbuka, hangat, adil, tidak ada tindakan
yang menekan siswa, dan tidak paksaan.
• Proses pembelajaran hendaknya berorientasi pada siswa (students’ centered) dengan
mempertimbangkan kerakteristik dan perkembangan kemampuan berpikir siswa.
• Proses pembelajaran mengembangkan kemampuan belajar (learning skills),

152 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


keterampilan bagaimana belajar (learning how to learn).
• Proses pembelajaran menggunakan metode yang divariasikan dengan metode lain
atau multimetoda, misalnya menggunakan belajar kelompok dan/atau permainan
(games) yang menarik atau sesuai dengan dunia siswa.
• Proses pembelajaran dengan pengalaman langsung atau melakoni atau mencoba
sendiri sehingga mereka akan lebih menghayati dan merasakan sendiri yang akhirnya
hasil belajar itu akan menyatu dan mempribadi (personalized) dalam dirinya

Melalui proses pembelajaran seperti inilah, pembelajaran afektif akan lebih mencapai
sasaran/harapan, yakni menjadi siswa yang cerdas, terampil, memiliki tanggung jawab
sebagai siswa dan warga negara, dan berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Terwujudnya harapan tersebut tentu harus Anda upayakan
melalui pembelajaran di sekolah. Dalam rumusan tujuan lain, sebagaimana dikemukakan
Branson (1999), adalah siswa yang memiliki kemampuan kewarganegaraan, yakni
pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic
skill), dan watak/karakter kewarganegaraan (civic disposition). Untuk mengembangkan
ketiga hal tersebut, tentu Anda harus mahir menggunakan berbagai jenis metode.
Penguasaan metode pembelajaran merupakan salah satu persyaratan utama yang
harus Anda miliki. Kemampuan Anda dalam menggunakan berbagai metode pembelajaran
akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa baik keberhasilan aspek kognitif,
maupun aspek afektif dan psikomotor. Ketidaktepatan memilih dan menggunakan metode
pembelajaran akan mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Pada bagian terdahulu telah dikemukakan bahwa pembelajaran domain afektif
adalah domain yang paling sulit khususnya pembelajaran yang terkait dengan aspek nilai.
Artinya, untuk pembelajaran nilai diperlukan strategi dan metode khusus. Mengapa
pembelajaran aspek itu sulit? Seperti sudha dijelaskan bahwa nilai merupakan dimensi
yang abstrak yang seringkali bersifat tertutup.

Apa nilai itu?


Untuk memahami pengertian nilai, dianjurkan agar Anda melihat uraian dalam
modul 1 Kegiatan belajar 2. Baiklah, ternyata daya ingat Anda masih kuat bahwa nilai
(value) adalah konsep (concept). Nilai sebagai konsep tidak muncul dalam pengalaman
yang dapat diamati melainkan ada dalam pikiran orang (Frankel, 1978). Nilai dapat
diartikan kualitas dari sesuatu atau harga dari sesuatu yang diterapkan pada konteks
pengalaman manusia. Nilai dapat dibagi atas dua bidang, yakni nilai estetika dan nilai
etika. Nilai estetika adalah nilai yang terkait dengan masalah keindahan atau apa yang
dipandang indah (beautiful) atau apa yang dapat dinikmati oleh seseorang. Sedangkan
nilai etika adalah nilai yang terkait dengan tindakan/perilaku/akhlak (conduct) atau

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 153


bagaimana seseorang harus berperilaku. Nilai etika terkait dengan masalah moral, yakni
pertimbangan reflektif tentang mana yang benar (right) dan mana yang salah (wrong).
Nilai juga dapat diartikan sebagai suatu kepercayaan/keyakinan (belief) yang bersumber
pada sistem nilai seseorang, mengenai apa yang patut atau tidak patut dilakukan seseorang
atau mengenai apa yang berharga dan apa yang tidak berharga.
Proses pembelajaran PKn hendaknya mampu menggetarkan kawasan afektif
selain kawasan kognitif dan psikomotorik. Pernahkah Anda mencoba melaksanakan
pembelajaran PKn afektif untuk mengungkapkan aspek nilai yang ada dalam diri siswa?
Proses belajar nilai akan terjadi apabila potensi afektif siswa tergetar, terpanggil dan
terlibat dalam proses belajar serta melakoninya sendiri.
Perlu Anda ketahui bahwa ciri utama PKn tidaklah menekankan pada mengajar
tentang PKn atau sekedar mentrasfer ilmu/pengetahuan, melainkan lebih berorientasi
pada membelajarkan PKn. Guru hendaknya berupaya untuk membelajarkan para siswa
ber-PKn atau melaksanakan PKn. Oleh karena itu, dalam pembelajaran PKn Anda harus
berupaya untuk mewujudkan kegiatan ber-PKn tersebut, artinya siswa dibina/dibimbing
untuk membiasakan atau melakoni isi pesan materi PKn. Oleh karena itu, dalam proses
pembelajaran tekanannya diarahkan pada bagaimana siswa belajar dan melakoni
kehidupan yang baik.

Bagaimana peran guru PKn dalam membelajarkan nilai kepada siswa?


Sejalan dengan kompetensi profesional guru, maka guru dituntut agar memiliki
kepribadian yang baik. Hal ini juga menjadi tuntutan dalam tujuan PKn bahwa Anda
sebagai guru hendaknya menjadi contoh/teladan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
menunjukkan contoh perilaku yang baik, maka perilaku tersebut diharapkan akan
ditiru dan dilaksanakan oleh siswa dalam kehidupan di sekolah, di lingkungan keluarga
dan kehidupan sehari-hari di masyarakat. Misalnya, ketika hadir di kelas ketika akan
mengajar maka Anda harus memberikan contoh dan teladan sebagai guru/warga negara,
hadir tepat waktu, berpakaian rapi dan bersih.
Untuk melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan PKn khususnya yang
menekankan pada aspek nilai, metode yang cukup ampuh adalah model pembelajaran
VCT (Value Clarification Technique/Teknik Pengungkapan Nilai). Ada sejumlah model VCT
yang dianjurkan oleh Djahiri (1985), meliputi (1) metode percontohan; (2) Analisis nilai;
(3) VCT Daftar/Matriks yang meliputi (a) daftar baik-buruk, (b) Daftar tingkat urutan,
(c) daftar skala prioritas, (d) daftar gejala kontinum, (e) daftar penilaian diri, (f) daftar
membaca perkiraan orang lain tentang diri kita, (g) perisai kepribadian diri; (4) VCT
dengan kartu keyakinan; (5) VCT melalui teknik wawancara; (6) teknik yurisprudensi;
dan (7) teknik inkuiri nilai. Selain itu, dalam PKn dikenal pula model Permainan, antara
lain metode bermain peran (role playing). Metode atau model pembelajaran tersebut

154 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


di atas dianggap sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran PKn khususnya untuk
pengembangan domain afektif karena mata pelajaran PKn mengemban misi untuk
membina nilai, moral, sikap dan perilaku siswa, di samping membina kecerdasan
(pengetahuan) siswa.

Mengapa perlu pembelajaran VCT?


Menurut Djahiri (1992) pembelajaran VCT dianggap unggul untuk pembelajaran
afektif karena: Pertama, mampu membina dan mempribadikan (personalisasi) nilai-
moral. Kedua, mampu mengklarifikasi dan mengungkapkan isi pesan nilai-moral yang
disampaikan. Ketiga, mampu mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai-moral diri siswa
dan nilai moral dalam kehidupan nyata. Keempat, mampu mengundang, melibatkan,
membina dan mengembangkan potensi diri siswa terutama potensi afektualnya.
Kelima, mampu memberikan pengalaman belajar berbagai kehidupan. Keenam, mampu
menangkal, meniadakan, mengintervensi dan melakukan subversi terhadap nilai-moral
yang ada dalam sistem nilai dan moral yang ada dalam diri seseorang. Ketujuh, menuntun
dan memotivasi hidup secara layak dan bermoral tinggi.
Perlu diketahui dan diingat bahwa materi pembelajaran PKn umumnya mengandung
konsep-konsep yang abstrak. Terlebih konsep nilai, umumnya bersifat abstrak, seperti
nilai toleransi, kerukunan, keyakinan, kemerdekaan, dna sebagainya. Model VCT yang
ditawarkan untuk pembelajaran nilai yuang bersifat abstrak tersebut antara lain berupa
percontohan, cerita, dan kasus. Singkatnya, guru harus mampu mengkonkritkan hal-hal
yang abstrak atau mengoperasionalkan hal-hal yang bersifat teoritis/konseptual, dan
menyederhanakan hal-hal yang bersifat kompleks. Oleh karena itu, kajian materi yang
abstrak tersebut perlu divisualisasikan melalui contoh-contoh dalam bentuk gambar,
foto atau cerita.
Penyajian contoh sebagai media stimulus hendaknya diambil dari peristiwa nyata
yang betul-betul terjadi. Dalam hal ini perlu ada pemilihan cerita yang mengandung
kriteria seperti aktual, dapat merangsang imajinasi siswa, menarik perhatian, dilematis,
kontroversial, dan ekstrim.
Dalam pelaksanaannya, model pemainan (games) tidak berdiri sendiri, tetapi
divariasikan dengan metode lain, seperti ceramah, ekspositori, dan tanya jawab nilai.
Baiklah! Mari kita kaji bagaimana langkah-langkah pembelajaran dengan model
pembelajaran VCT permainan sebagai hasil modifikasi dari Djahiri (1985) sebagai
berikut.

1. Membuat/Mencari Media Stimulus


Model permainan dapat disajikan dengan mengutip dari keadaan/perbuatan yang
memuat nilai-nilai kontras sesuai dengan topik atau tema target pelajaran.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 155


Media stimulus yang akan Anda gunakan dalam ber-VCT hendaknya (a) mampu
merangsang, mengundang dan melibatkan potensi afektual siswa; (b) terjangkau oleh
pengetahuan dan potensi afektual siswa (ada dalam lingkungan kehidupan siswa); dan
(c) memuat sejumlah nilai-moral yang kontras.
Media stimulus tersebut dapat berupa cerita (bisa tertulis yang dibagikan pada siswa
atau cerita yang diungkapkan guru), gambar, foto, film, dan sebagainya. Untuk media
stimulus yang berupa cerita khususnya yang berkaitan dengan kehidupan nyata sehari-
hari yakni kejadian/perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, seperti
perbuatan korupsi, main hakim sendiri, tabrak lari, anak durhaka, lintah darat yang sering
terjadi atau dianggap rawan oleh siswa Anda atau masyarakat sekitar. Namun, tidak boleh
dilupakan bahwa cerita atau kasus tersebut haruslah yang sesuai dengan dunia siswa.
Cerita tersebut mengandung dilema atau kontras nilai supaya sikap atau nilai yang dipilih
siswa dilakukan melalui pertimbangan-pertimbangan tertentu dan terjadi proses dialog
dalam diri siswa Anda. Cerita tersebut dapat Anda buat sendiri atau mengutip dari media
massa. Contoh cerita (fiktif) untuk stimulus (modifikasi dari Djahiri, 1985:95-97)
Judul : PERAHU PENYELAMAT
Tujuan :
• Melatih siswa menempatkan perasaan dan keadaan dirinya pada perasaan/keadaan
orang lain.
• Melatih keterampilan mengambil keputusan secara objektif melalui aneka
pertimbangan.

Langkah Pembelajaran
a. Guru menjelaskan aturan main game ini:
1) Setiap siswa menyimak isi cerita
2) Hayati betul keadaan masing-masing pelaku dalam cerita
3) Tuliskan dalam secarik kertas keputusan siapa yang harus diselamatkan dalam
perahu (maksimal 5 orang sebab kalau lebih perahu akan karam)
4) Tuliskan dengan singkat alasan (satu persatu) mengapa mereka harus
diselamatkan
a. Lontarkan cerita game ini.
b. Kegiatan individual siswa mengisi tugas
c. Teruskan dengan kegiatan kelompok
d. Laporan klasikal dan diskusi singkat dengan komentar dari guru
e. Simpulan dan pengarahan guru

MENYELAMATKAN KORBAN BANJIR


• Di wilayah kecamatan Dayeuh Kolot kabupaten Bandung terkena musibah banjir
bandang yang hebat. Sejumlah rumah hanyut dan rusak berat dan hampir seluruh

156 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


kampung terendam air yang melanda tengah malam buta. Banyak penduduk hilang
terhanyutkan air, terutama anak-anak dan wanita serta orang tua.
• Dalam suasana gelap gulita dan hujan deras di suatu tanggul, Anda temukan
delapan orang yang berhasil selamat terhempaskan air. Mereka semua memerlukan
pertolongan segera namun perahu yang Anda bawa hanya mampu menampung lima
orang saja.
• Kedelapan orang itu adalah:
1) Haji Mukhsin, kiyai ternama dan disenangi penduduk kabupaten Bandung yang
berusia 80 tahun. Beliau adalah tamu undangan desa yang baru selesai memberi
ceramah serta dlm dua hari mendatang beliau ditunggu Gubernur Jawa Barat
untuk memberi ceramah.
2) Pak Tobing, guru Matematika satu-satunya pada SMP di desa tersebut serta sangat
baik dan disenangi anak-anak. Beliaupun mengajar pada sejumlah SD dan SMP
lain yang memang langka bagi guru Matematika. Kepala Pak Tobing terantuk batu
dan terus menerus mengeluarkan darah.
3) Ibu Hadijah, berusia 50 tahun dan merupakan Ibu Kepala Rumah Yatim Piatu di
Kab Bandung serta terkenal ramah dan baik hati sehingga menjadi tumpuan kasih
30 anak asuhnya. Ibu Hadijah dalam keadaan pingsan
4) Elvy, gadis cantik yang terus menerus mengerang karena patah kakinya serta tanpa
hentinya memanggil nama ayahnya. Dalam waktu dekat Elvy akan menikah.
5) Pak Priyatna, anggota DPR dan saudagar besar yang maju serta mempunyai anak
sebanyak 8 orang. Kedelapan anak ini masih bersekolah dan memerlukan kasih
sayang orang tua. Keadaan beliau sangat gawat.
6) Ibu Ina, yang berusia 35 tahun dan diketahui bahwa suami serta seluruh anaknya
musnah terbawa hanyut air bah.
7) Ibu Jamilah, janda yang baru ditinggal suaminya serta ibu dari tiga orang anak yang
maish kecil-kecil. Salah seorang anaknya yang masih bayi dan masih menyusu
sedang dirawat di rumah sakit Al Ikhsan.
8) Halimah, Kowad yang baru satu bulan menikah dan datang ke desa menjenguk
Ibunya yang sakit. Dia pingsan.

2. Kegiatan Pembelajaran (KBM)


Pertama, guru melontarkan stimulus dengan cara membaca cerita (jika stimulusnya
berbentuk cerita) atau menampilkan gambar/photo. Pembacaan atau penampilan
stimulus tersebut dapat dilakukan oleh guru atau siswa.
Kedua, memberi kesempatan beberapa saat kepada siswa untuk berdialog sendiri
atau sesama teman sehubungan dengan stimulus tadi.
Ketiga, melaksanakan dialog terpimpin melalui pertanyaan guru, baik secara
individual, kelompok maupun klasikal.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 157


Keempat, Fase menentukan argumen dan klarifikasi pendirian (melalui pertanyaan
guru dan bersifat individual, kelompok, dan klasikal).
Kelima, Fase pembahasan/pembuktian argumen. Pada fase ini sudah mulai
ditanamkan target nilai dan konsep sesuai materi pelajaran.
Keenam, Fase penyimpulan.

Berdasarkan cerita/kejadian di atas, Anda sebagai guru inkuiri dapat mengajukan


pertanyaan-pertanyaan berikut.
a. Siapa saja lima orang yang Anda akan selamatkan dari delapan orang yang perlu
pertolongan tersebut?
b. Urutkanlah kelima orang tersebut dari yang pertama sampai yang terakhir.
c. Mengapa yang tiga orang tidak Anda pilih? Apa alasan Anda tidak memilih yang tiga
orang tersebut.

Demikianlah salah satu model pembelajaran menggunakan teknik klarifikasi nilai


(VCT) dengan permainan.
Untuk lebih memberikan pengalaman pembelajaran nilai, berikut ini ditampilkan
lagi cerita yang dilematis sebagai media stimulus.

PERJUANGAN ANTARA HIDUP DAN MATI


• Adi, seorang anak, yang telah lama ditinggal sang ayah tercinta. Ia hidup dengan
ibu yang sangat ia cintai. Adi yang drop out dari bangku SD ketika masih di kelas
lima setiap hari bekerja mengumpulkan barang bekas untuk menghidupi dirinya dan
ibunya yang sudah lama berjuang melawan kanker yang dideritanya. Setiap hari, Adi
berangkat dari rumah untuk bekerja dengan penuh harap demi mencari sesuap nasi
agar dapat menyambung hidup dirinya. Ia bekerja keras mengumpulkan barang bekas
dengan semangat dan berbekal cita-cita bila uang telah cukup segera akan mengobati
ibunya yang telah lama tersiksa oleh penyakitnya .
• Suatu hari, Adi mendengar ucapan ibunya, Nak... tampaknya ibu sudah tidak lama
lagi akan meninggalkan dunia ini. Jagalah baik-baik dirimu Nak! Tidak Ibu, Ibu tidak
boleh meninggalkan Adi. Adi mau mencari obat sekarang”. Adi pergi untuk mencari
obat. Menurut dokter, Ibunya masih dapat ditolong dengan obat namun karena ia
tidak punya uang maka satu-satunya jalan adalah mencuri uang untuk membeli obat.
Adi menghadapi dilema, bila tidak mencuri maka Ibunya mungkin meninggal, tetapi
bila ia mencuri maka ia akan berdosa bahkan mungkin ia berurusan dengan polisi
yang akhirnya masuk penjara. Apa yang harus Adi lakukan?

158 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Berdasarkan cerita/kejadian di atas, Anda sebagai guru inkuiri dapat mengajukan
pertanyaan-pertanyaan berikut.
a. Bagaimana perasaan kalian terhadap kejadian tersebut?
b. Perbuatan-perbuatan apa yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila?
c. Perbuatan-perbuatan apa yang dianggap sesuai dengan nilai-nilia Pancasila?
d. Bagaimana tindakan mencuri dilihat dari ajaran agamamu?

Pertanyaan di atas dapat dikembangkan lagi oleh guru sesuai dengan kebutuhan,
bagaimana menggetarkan nilai/keyakinan yang ada dalam diri siswa. Gunakanlah
teknik bertanya/keterampilan bertanya (questioning skill) baik dalam cara mengajukan
pertanyaan dan dalam mendistribusikan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban
siswa. Pada saat siswa memberikan jawaban, Anda hendaknya memberikan penguatan
(reinforcement) secara hangat.
Dengan menerapkan model VCT permainan tersebut siswa Anda dibimbing
untuk mengemukakan contoh-contoh perilaku, sikap dan perbuatan yang sesuai dan
tidak sesuai dengan nilai-nilai yang ada di lingkungan masyarakat, dan diajak untuk
melaksanakan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan nilai-nilai masyarakat, seperti
hormat menghormati, tolong-menolong dengan sesama teman, menengok yang sakit,
mengunjungi orang tua, saling memaafkan, dan sebagainya.
Namun perlu diungkapkan bahwa model permainan biasanya divariasikan dengan
metode lain, seperti ceramah dan tanya jawab. Metode ceramah bisa dilakukan pada awal
pembelajaran (sebelum mengemukakan permainan) dan bisa pula setelah permainan
atau kedua-duanya.
Baiklah! Mari kita lanjutkan dengan contoh model pembelajaran lainnya yang
dianggap cocok digunakan dalam membelajarkan PKn yaitu Model VCT Analisis Nilai
dan Moral. Langkah-langkah yang ditempuh dalam melaksanakan model Analisis Nilai
sebagai berikut.

a. Persiapan
Pertama, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan kompetensi
dasar atau konsep yang akan dibelajarkan.
Kedua, menetapkan bagian mana dari materi/substansi yang ada dalam kompetensi
dasar yang akan disajikan melalui analisis nilai.
Ketiga, menyusun skenario kegiatan sehingga jelas langkah-langkah yang akan
ditempuh.
Keempat, menyiapkan media stimulus untuk ber-VCT, seperti cerita, guntingan berita
Koran, gambar, film dan sebagainya.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 159


Kelima, menyiapkan lembar kerja siswa yang berisi panduan terperinci bagi siswa
dalam ber-VCT.

b. Pelaksanaan
Langkah-langkah kegiatan VCT analisis nilai sama dengan VCT permainan sebagaimana
telah Anda pelajari pada uraian di atas. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut.
Pertama, setelah membuka pelajaran Anda menjelaskan kepada siswa bahwa mereka
akan ber-VCT.
Kedua, pelontaran/pembagian media stimulus oleh guru atau siswa berupa cerita
atau gambar/photo.
Ketiga, guru memperhatikan aksi dan reaksi spontan siswa terhadap cerita tersebut.
Keempat, melaksanakan dialog terpimpin melalui pertanyaan guru, baik secara
individual, kelompok maupun klasikal. Pertanyaan yang diajukan hendaknya berisi
analisis siswa terhadap nilai-moral yang terdapat dalam cerita itu.

Contoh pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sebagai berikut.


a. Bagaimana perasaan kalian setelah menyimak cerita tersebut?
b. Coba kalian buat judul lain dari cerita tersebut kalau perlu silakan berunding bersama
temanmu!
c. Menurut kalian manusia apa dan bagaimana Adi itu?
d. Bila Adi mencuri untuk mengobati ibunya, apa dianggap melanggar hukum (aturan)?
e. Tuliskan alasan kalian mengapa dikatakan melanggar?
f. Perbuatan-perbuatan apa yang dianggap baik dari Adi?
g. Mengapa hal itu dianggap baik?

Pertanyaan-pertanyaan lain dapat Anda kemukakan pada siswa sesuai dengan


kebutuhan dan target pembelajaran.
Kelima, fase menentukan argumen dan klarifikasi pendirian (melalui pertanyaan
dan dialog guru dan bersifat individual, kelompok, dan klasikal). Misalnya, guru bertanya
seperti.
a. Apa yang akan kalian lakukan terhadap ibunya Adi jika kalian menjadi adik Adi?
b. Apa yang akan kalian lakukan terhadap Adi jika kalian sebagai pemilik toko?
c. Apa yang akan kalian lakukan jika Adi kakakmu?

Keenam, fase pembahasan/pembuktian argumen. Pada fase ini sudah mulai


ditanamkan target nilai dan konsep sesuai materi pelajaran.

160 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Ketujuh, fase penyimpulan.
Melalui model pembelajaran VCT Analisis Nilai tersebut, Anda sebagai guru yang
mengajar PKn akan mudah mengungkapkan sikap, nilai, dan moral siswa terhadap
suatu kasus yang Anda sajikan. Tentu saja Anda harus menguasai berbagai keterampilan
dasar mengajar, antara lain keterampilan bertanya, reinforcement, variasi stimulus
dan menjelaskan. Selain itu, Anda harus bersikap demokratis, hangat-ramah, dan
kekeluargaan sehingga siswa berani berpendapat dan berbeda pendapat dengan guru
dan siswa lain. Jangan lupa memberikan pujian (reinforcement) secara variatif kepada
siswa yang mampu berpendapat sekalipun pendapat siswa tidak lengkap. Saya percaya
Anda dapat melaksanakan model pembelajaran ini dengan baik. Selamat mencoba.
Sebagai media pembelajaran, Anda dapat membuat bagan intisari materi pembelajaran.
Selain itu, cerita (kasus) dan pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas dapat dijadikan
sebagai media pembelajaran. Alangkah baiknya apabila cerita dan pertanyaan tersebut
dibagikan kepada siswa (kelompok siswa).
Sedangkan untuk evaluasi, Anda dapat melakukan evaluasi proses dan evaluasi
hasil belajar. Dalam evaluasi proses belajar dapat menggunakan pengamatan terhadap
aktivitas, sikap dan pendapat siswa ketika berdialog. Untuk menilai hasil belajar bisa
menggunakan alat tes dan non-tes seperti skala sikap dan pengamatan.

Latihan:
Pilihlah satu Kompetensi dasar yang paling Anda kuasai dari Standar isi PKn SD/MI.
Kemudian, kembangkan kompetensi dasar tersebut ke dalam model pembelajaran VCT
sesuai dengan isi-pesan materi tersebut. Dalam model pembelajaran tersebut hendaknya
mencantumkan tujuan dan target pembelajaran.

Petunjuk Jawaban Latihan


Untuk melihat keberhasilan Anda mengembangkan model pembelajaran tersebut,
sebaiknya diskusikan dengan teman dan tutor Anda. Kemudian, Anda kaji kembali buku
Karya Prof. Drs. A. Kosasih Djahiri tentang Strategi Pengajaran Afektif-nilai-moral, dan
VCT, serta buku-buku lainnya yang berkaitan dengan pembelajaran PKn.

Rangkuman
Dalam pembelajaran PKn guru hendaknya mampu mengembangkan dimensi
pengetahuan kewarganegaraan (Civic Knowledge), keterampilan kewarganegaraan (Civic
Skill), dan Watak kewarganegaraan (Civic Disposition). Ciri utama PKn (baru) tidak lagi
menekankan pada mengajar tentang PKn, tetapi lebih berorientasi pada membelajarkan

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 161


PKn atau pada upaya-upaya guru untuk ber-PKn atau melaksanakan PKn.
Kemampuan menguasai metode pembelajaran merupakan salah satu persyaratan
utama yang harus dimiliki guru karena kemampuan menguasai metode pembelajaran
akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa baik keberhasilan aspek kognitif,
maupun aspek afektif dan psikomotor. Penggunaan berbagai model pembelajaran
tersebut, tentu saja harus disesuaikan dengan karakteristik tujuan pembelajaran,
karakter/kualifikasi butiran materi pelajaran, situasi dan lingkungan belajar siswa, tingkat
perkembangan dan kemampuan belajar siswa, waktu yang tersedia, dan kebutuhan siswa
itu sendiri.
Model pembelajaran yang dianggap cocok diterapkan dalam PKn di antaranya
model VCT. Pola pembelajaran VCT dianggap unggul untuk pembelajaran afektif karena
hal-hal berikut. Pertama, mampu membina dan mempribadikan (personalisasi) nilai-
moral. Kedua, mampu mengklarifikasi dan mengungkapkan isi pesan nilai-moral yang
disampaikan. Ketiga, mampu mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai-moral diri siswa
dan nilai moral dalam kehidupan nyata. Keempat, mampu mengundang, melibatkan,
membina dan mengembangkan potensi diri siswa terutama potensi afektualnya.
Kelima, mampu memberikan pengalaman belajar berbagai kehidupan. Keenam, mampu
menangkal, meniadakan, mengintervensi dan menyubversi berbagai nilai-moral naif yang
ada dalam sistem nilai dan moral yang ada dalam diri seseorang. Ketujuh, menuntun dan
memotivasi hidup layak dan bermoral tinggi. Salah satu alternatif model pembelajaran
yang dapat dipertimbangkan untuk materi Pancasila dan UUD Negara RI 1945 adalah
VCT percontohan dan VCT Analisis Nilai.

162 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Tes Formatif 2

Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir


pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.

1) Proses pembelajaran PKn diorientasikan pada ciri utama PKn baru, yaitu ….
A. membelajarkan PKn
B. mengajarkan PKn sesuai kebutuhan siswa
C. meningkatkan penalaran siswa
D. mencerdaskan pemaPancasila dan UUD 1945an siswa

2) Membelajarkan PKn atau ber-PKn mengandung makna ....


A. belajar tentang materi PPKn sesuai isi pesan GBPP PKn
B. guru memberi contoh-contoh perbuatan yang sesuai dengan misi PKn
C. tekanan pembelajaran terletak pada siswa
D. belajar melaksanakan PKn

3) Mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa merupakan tugas mata pelajaran


PKn, yang menurut Jacques Delors termasuk tipe dasar belajar .…
A. learning to know
B. learning to do
C. learning to be
D. learning to live together

4) Di bawah ini merupakan model pembelajaran VCT, yang tidak termasuk VCT Daftar,
yaitu daftar ....
A. analisis nilai/kasus
B. tingkat urutan
C. skala prioritas
D. penilaian diri

5) Model pembelajaran VCT dianggap cocok diterapkan dalam PKn karena PKn ….
A. merupakan pendidikan budi pekerti yang menekankan pada kecerdasan siswa
B. merupakan mata pelajaran wajib bagi setiap jenis dan jenjang pendidikan
C. lebih mengutamakan kecerdasan dan keterampilan bermasyarakat
D. mengemban misi membina nilai, moral, sikap, perilaku dan kecerdasan siswa

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 163


6) Media stimulus yang dianggap baik dalam model pembelajaran VCT, kecuali ....
A. mampu merangsang dan melibatkan potensi afektual siswa
B. terjangkau oleh pengetahuan dan potensi afektual siswa
C. memuat konsep-konsep yang kontras sesuai dengan kebutuhan siswa
D. memuat sejumlah nilai-moral yang kontras

7) Media stimulus berupa cerita atau kasus dalam pembelajaran PKn merupakan .…
A. stimulus yang paling tepat digunakan dalam model pembelajaran VCT
B. salah satu media stimulus dalam model pembelajaran VCT
C. media yang paling mudah dipaPancasila dan UUD 1945i dan diamati siswa
D. media yang paling mudah dibuat oleh guru

8) Keterampilan mengajar yang harus dilakukan guru ketika/setelah siswa mampu


menjawab pertanyaan dengan baik adalah keterampilan ….
A. bertanya
B. menjelaskan
C. memberi penguatan
D. variasi stimulus

9) Di bawah ini yang tidak termasuk jenis tes (penilaian), yaitu tes .…
A. lisan
B. uraian
C. objektif
D. pengamatan

10) Kemampuan (dimensi) siswa yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran PKn
adalah .... kecuali:
A. civic knowledge
B. civic skill
C. civic education
D. civic disposition

164 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di
bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut
untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Rumus:

Jumlah jawaban Anda yang benar


Tingkat penguasaan = ------------------------------------------------- x 100%
5

Makna dari tingkat penguasaan Anda adalah:


90% - 100% = Baik Sekali
80% - 89% = Baik
70% - 79% = Cukup
< 70% = Kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi
materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 165


KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

Tes Formatif 1
1. B a way of achieving target
2. C simulasi (simulation)
3. D a way of handling
4. D demonstrasi (demonstration)
5. B curah pendapat (brainstorming)
6. A membangkitkan semangat siswa untuk berpendapat
7. C ceramah
8. C Menumbuhkan minat belajar secara deduktif
9. A bertanya
10. A guru menciptakan situasi atau membuat pemodelan

Tes Formatif 2
1. A Membelajarkan PKn.
2. D Belajar melaksanakan PKn.
3. C Learning to be.
4. A Daftar analisis nilai/kasus.
5. D PKn punya misi membina nilai, moral, sikap, perilaku dan kecerdasan siswa.
6. C Memuat konsep-konsep yang kontras sesuai dengan kebutuhan siswa.
7. B Salah satu media stimulus dalam model pembelajaran VCT.
8. C Keterampilan memberi penguatan.
9. D Tes pengamatan.
10. C Civic education.

166 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


MEDIA DAN SUMBER

5
PEMBELAJARAN PKN

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 167


168 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]
MEDIA DAN SUMBER
PEMBELAJARAN PKN

Pendahuluan

Modul ini akan membahas media dan sumber pembelajaran PKn untuk peserta didik
di Madrasah Ibtidaiyah (MI). Mengapa kita harus mengembangkan media dan sumber
pembelajaran? Untuk menjawab pertanyaan ini ada baiknya Anda membuka kembali
apakah hakikat pembelajaran PKn itu. Masih ingatkah anda, apakah tujuan pembelajaran
PKn di MI itu? Baiklah, coba Anda perhatikan rumusan tujuan pembelajaran PKn menurut
standar isi. Salah satu tujuan PKn adalah berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam
menanggapi isu kewarganegaraan. Agar peserta didik memiliki kemampuan seperti
ini, banyak upaya yang harus dilakukan oleh guru. Kita menyadari bahwa kemampuan
berpikir anak SD/MI masih terbatas. Umumnya mereka baru mampu berpikir secara
konkret, jadi belum dapat berpikir abstrak. Kemampuan berpikir anak SD/MI umumnya
bersifat holistik, belum mampu berpikir secara parsial. Oleh karena itu, pembelajaran
PKn di tingkat Madrasah Ibtidaiyah memerlukan bantuan yang lebih bervariasi. Guru
perlu mengupayakan agar pembelajaran betul-betul dapat mempermudah peserta didik
belajar. Untuk itulah guru perlu menggunakan media dan sumber pembelajaran yang
bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan berpikir peserta didik.
Dalam modul ini Anda akan diajak menganalisis dan mengembangkan media dan
sumber pembelajaran yang tepat untuk peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah. Sehingga
dengan mempelajari materi dalam modul ini Anda diharapkan memiliki kemampuan
sebagai berikut:
1. Dapat mengembangkan dan menerapkan media pembelajaran PKn yang relevan
untuk MI.
2. Dapat memilih, mengembangkan, dan menerapkan sumber pembelajaran PKn yang
relavan untuk MI.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 169


Semua kemampuan di atas sangat penting bagi semua mahasiswa calon sarjana dan
atau calon guru profesional khususnya dalam mempersiapkan kemampuan untuk kegiatan
belajar mengajar di kelas PKn MI. Lebih jauh lagi, mengembangkan dan menerapkan
media dan sumber pembelajaran ini penting bagi calon guru dan atau guru-guru pemula
yang sering mengalami kesulitan dalam menentukan media dan sumber pembelajaran
untuk kompetensi dasar tertentu. Khusus bagi calon guru dan guru pemula PKn di MI
diharapkan agar sedapat mungkin memperbanyak latihan dalam mengembangkan media
dan sumber pembelajaran ini. Dengan memahami dan menguasai materi ini diharapkan
Anda akan terbantu dan tidak mengalami kesulitan lagi dalam membelajarkan peserta
didik di kelas. Dengan demikian, kemampuan Anda menerapkan media dan sumber dalam
pembelajaran PKn menjadi semakin kaya. Implikasi lebih lanjut, para siswa akan semakin
menyenangi belajar PKn karena gurunya memiliki kemampuan dalam menerapkan
memilih, menerapkan media dan sumber pembelajaran yang beragam sesuai dengan
kebutuhan para siswa. Dengan kata lain, para siswa pun akan sangat terbantu dalam
proses belajarnya sehingga Anda akan mendapat sambutan yang positif dari para peserta
didik.
Agar semua harapan di atas dapat terwujud, maka di dalam modul ini disajikan
pembahasan dan latihan dengan butir uraian sebagai berikut:
1. Pengembangan media pembelajaran PKn
2. Pengembangan sumber pembelajaran PKn

Untuk membantu Anda dalam mencapai harapan kemampuan di atas ikutilah


petunjuk belajar sebagai berikut:
1. Bacalah dengan cermat bagian Pendahuluan modul ini sampai Anda faham betul, apa,
untuk apa dan bagaimana mempelajari modul ini.
2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan kata-kata yang
Anda anggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci dalam daftar kata-
kata sulit (Glosarium) atau dalam kamus atau dalam ensiklopedia.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri
dan atau tukar pikiran dengan mahasiswa atau guru lain dan dengan tutor Anda.
4. Terapkan prinsip, konsep, dan prosedur yang dituntut oleh kurikulum tentang
ketentuan keharusan menerapkan media dan sumber pembelajaran PKn di MI.
5. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi mengenai pengalaman simulasi dalam
kelompok kecil atau klasikal pada saat tutorial.

170 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


1

Media Pembelajaran PKn

Pada bagian pendahuluan telah dikemukakan bahwa kemampuan guru dalam memilih
dan mengembangkan media dan sumber pembelajaran sangatlah penting. Dengam media
pembelajaran, guru dapat membantu siswa menyederhanakan materi yang abstrak
menjadi konkret, sehingga pemahaman siswa terhadap suatu konsep akan semakin
cepat meningkat. Sejalan dengan semakin mudahnya belajar dan adanya kesadaran
terhadap pemahaman apa yang sedang dipelajari maka semakin penting mememilih dan
mengembangkan media pembelajaran.
Penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran untuk meningkatkan
pemahaman merupakan proses yang sejalan dengan tingkat perkembangan. Artinya
semakin muda usia siswa maka semakin tinggi tingkat kebutuhan terhadap media
pembelajaran. Hal ini ada kaitannya dengan tingkat perkembangan prilaku kognitif dari
Piaget dan kawan-kawannya yang telah melakukan penelitian mulai tahun 1920 sampai
1964. Masih ingatkah anda dengan teori-teori tentang perkembangan prilaku kognitif
tersebut? Baiklah, sekedar untuk mengingatkan saja bahwa perkembangan prilaku
kognitif menurut Piaget terdiri atas empat fase, yakni: fase pertama, sensorimotor period
(0,0 - 2,0); fase kedua, preoperational period (2,0 - 7,0); fase ketiga, concrete operational
period (7,0 - 11 or 12,0); dan fase keempat, formal operational period (11,0 or 12,0 - 14,0
or 15,0). Pada hakekatnya dapat disimpulkan bahwa semakin tua usia anak semakin
tinggi kemampuan berpikir abstrak dan semakin mudah usia anak maka semakin
konkret kemampuan berpikirnya sehingga semakin memerlukan media dalam proses
pembelajarannya.

Pengertian Media

Apa media pembelajaran itu?


Proses pembelajaran merupakan suatu sistem karena di dalamnya terdapat berbagai
komponen yang saling berkaitan, mempengaruhi, dan bahkan saling ketergantungan

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 171


untuk ketergantungan untuk yang
mencapai suatu tujuan mencapai suatu tujuan
telah ditetapkan yang telah
sebelumnya. ditetapkan sebelumnya.
Komponen-komponen
dimaksud adalah tujuan, materi,
Komponen-komponen metode,
dimaksud media,
adalah dan evaluasi.
tujuan, materi, metode, media, dan evaluasi.

Tujuan

Evaluasi Materi
Pembelajaran

Media Metode

PembelajaranPembelajaran
merupakan merupakan proses antara
proses komunikasi komunikasi antara fasilitator
guru sebagai guru sebagai fasilitator
dengan
siswa sebagai pembelajar. Dalam komunikasi ada proses penyampaian pesan (message)
dengan siswa sebagai pembelajar. Dalam komunikasi ada proses penyampaian pesan
dari komunikator kepada komunikan. Dalam penyampaian pesan dari komunikator
kepada(message)
komunikandari komunikator
diperlukan saluran kepada
(media), komunikan. Dalam penyampaian
agar message tersebut pesan dari
tersalurkan secara
dan efisien. kepada komunikan diperlukan saluran (media), agar message tersebut
efektifkomunikator
tersalurkan
Media berasalsecara efektif dan
dari bahasa Latinefisien.
dan merupakan bentuk jamak dari kata medium,
yang berarti perantara atau pengantar. Dengan kata lain, media adalah perantara atau
Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium,
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima.
yang berarti perantara atau pengantar. Dengan kata lain, media adalah perantara atau
Media yang dirancang dengan baik dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian
pengantar
dan kemauan pesan didik
peserta dari pengirim
sehinggakepada penerima. terjadinya proses belajar pada
dapat mendorong
Media
diri peserta didik. yang
Media dirancang
sebagai dengan
alat bantu baik dapat merangsang pikiran, perasaan,
visual dapat:
perhatianmotivasi
1) mendorong dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar
belajar
2) memperjelas dan mempermudah
pada diri peserta konsep yang
didik. Media sebagai abstrak
alat bantu visual dapat:
3) mempertinggi daya serap atau retensi belajar
1) mendorong motivasi belajar
2) memperjelas dan mempermudah konsep yang abstrak
Beberapa pengertian media pembelajaran:
• Menurut3) istilah,
mempertinggi daya serap
media adalah segalaatau retensi
bentuk belajar
atau saluran yang dipergunakan untuk
proses penyaluran informasi.
• Schram (1977) menyatakan bahwa media adalah teknologi pembawa pesan yang
Beberapa pengertian media pembelajaran:
dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran
x Menurut
• NEA (1969) istilah,
menyatakan media
bahwa adalah
media segala
adalah bentuk
sarana atau saluran
komunikasi yang dipergunakan
dalam bentuk cetak
maupun audio visual, termasuk teknologi perangkat kerasnya.
untuk proses penyaluran informasi.
• Aect (1977) menyatakan bahwa media adalah segala bentuk dan saluran yang
x Schram
dipergunakan (1977)
untuk prosesmenyatakan
penyaluranbahwa
pesan.media adalah teknologi pembawa pesan yang
• Miarso (1989)
dapat dimanfaatkan
menyatakan bahwauntuk keperluan pembelajaran
media adalah segala sesuatu yang dapat
dipergunakan untuk menyalurkan pesan yg dapat merangsang pikiran, perasaan,

172 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar.

Media pembelajaran yang disusun dengan baik, memiliki manfaat atau nilai praktis
yaitu:
a) Memvisualkan yang abstrak (animasi peredaran darah)
b) Membawa objek yang sukar didapat (binatang buas/berbahaya)
c) Membawa objek yang terlalu besar (gunung, pasar)
d) Menampilkan objek yang tidak dapat diamati mata (mikro organisme)
e) Mengamati gerakan yang terlalu cepat (jalannya peluru)
f) Memungkinkan berinteraksi dengan lingkungannya
g) Memungkinkan Keseragaman pengalaman
h) Mengurangi resiko apabila objek berbahaya
i) Menyajikan informasi yang konsisten dan diulang sesuai dengan kebutuhan
j) Membangkitkan motivasi belajar
k) Dapat disajikan dengan menarik dan variatif
l) Mengontrol arah maupun kecepatan peserta didik
m) Menyajikan informasi belajar secara serempak dan dapat diulang maupun disimpan
menurut kebutuhan
n) Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, dll

Kedudukan Media Dalam Proses Pembelajaran


Prinsip pembelajaran yang baik adalah jika proses belajar mampu mengembangkan
konsep, generalisasi, dan bahan abstrak dapat menjadi hal yang jelas dan nyata. Sumber
belajar yang digunakan pengajar dan anak adalah buku‑buku dan sumber informasi,
tetapi akan menjadi lebih jelas dan efektif jika pengajar menyertai dengan berbagai media
pengajaran yang dapat membantu menjelaskan bahan lebih realistik (Hartono, 1996).
Dengan demikian, salah satu tugas guru yang tidak kalah pentingnya adalah mencari dan
menentukan media pembelajaran. Dalam pembelajaran PKn, mencari dan menentukan
media dan sumber belajar sangat penting sebab bahan ajarnya sangat dinamis.
Penyakit yang paling berkecamuk di sekolah ialah verbalisme, yang terdapat dalam
tiap situasi belajar (Nasution, 1986:96). Menurutnya, penyakit tersebut biasanya tidak
terdapat dalam hal-hal yang dipelajari anak-anak sebelum mereka bersekolah karena
perbendaharaan bahasanya diperolehnya dengan pengalaman langsung, dengan melihat,
mendengar, mencecap, meraba serta menggunakan alat dria lainnya. Hasil pelajaran
tersebut dapat dianggap permanen dan tidak mudah dilupakannya, karena kata-kata
yang mereka peroleh benar-benar mereka kenal yang diperolehnya melalui pengalaman
yang konkrit.
Pernyataan di atas menggambarkan betapa pentingnya media dalam proses

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 173


pembelajaran di sekolah. Media pembelajaran merupakan alat bantu yang dapat
mempermudah proses penerimaan materi pelajaran yang disampaikan pendidik dan
sudah barang tentu akan mempermudah pencapaian keberhasilan tujuan pembelajaran.
Hal ini dikarenakan peserta didik akan lebih termotivasi dalam mempelajari materi
bahasan.
Media pembelajaran yang dirancang dengan baik dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan kemauan siswa, sehingga dapat mendorong terjadinya proses kegiatan
pada diri siswa. Di samping itu media dapat membawakan pesan atau informasi belajar
dengan keandalan yang tinggi yaitu dapat diulang tanpa mengalami perubahan isi.

Kriteria Pemilihan Media


Salah satu kemampuan yang dituntut dari seorang guru adalah ketepatan memilih
media pembelajaran. Mengapa demikian? Karena memilih media yang tepat diyakini akan
meningkatkan motivasi belajar yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajarnya.
Sebaliknya, ketidaktepatan memilih media akan melahirkan kebosanan siswa dalam
mengikuti pelajaran. Media yang paling baik adalah media yang paling sesuai dengan
tujuan pembelajaran/karakter bahan ajar, metode yang akan digunakan, dan keadaan/
kebutuhan siswa, serta kemampuan guru/sekolah. Untuk itu, sebelum Saudara memilih
media pembelajaran sebaiknya pahami dahulu bebarapa hal yang perlu diperhatikan
berkenaan dengan pemilihan media seperti dikemukakan Jarolimek (Kosasih Djahiri,
1979:76) berikut ini.
a. tujuan instruksional yang ingin dicapai
b. tingkat usia dan kematangan siswa
c. kemampuan baca siswa
d. tingkat kesulitan dan jenis konsep pelajaran tersebut
e. keadaan/latar belakang pengertahuan atau pengalaman siswa

Kriteria tersebut hampir sejalan dengan pandangan ahli lain bahwa hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran adalah:
a. Tidak ada satu-satunya media yang paling baik untuk semua siswa dan semua tujuan
pembelajaran
b. Penggunaan harus relevan dan konsisten dengan tujuan pem-belajaran
c. Media yang digunakan hendaknya cukup dikenal siswa
d. Media hendaknya sesuai dengan sifat pelajaran
e. Media harus sesuai dengan kemampuan dan pola belajar audience
f. Media hendaknya dipilih secara obyektif, bukan didasarkan oleh karena kesukaan
subyektif.

174 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


g. Lingkungan sekitar perlu diperhatikan dalam menggunakan media, karena
penggunaan media tertentu dapat mempengaruhi pihak-pihak lain, misalnya
mengganggu penerimaan siaran TV (Dit.SLTP, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas, 2002,
Modul PKN C.01: 38).

Selanjutnya Winataputra (1989:163) menegaskan bahwa hal yang harus diperhatikan


dalam menetapkan media yang akan dipakai dalam PKn adalah bahwa media itu harus
dapat memberikan rangsangan kognitif atau cognitive simulation. Dengan terciptanya
kondisi psikologis tersebut maka para siswa akan ditantang untuk dapat meningkatkan
taraf moralitasnya. Pemberian rangsangan moral kognitif tersebut dapat melalui kliping
surat kabar atau media yang bersifat auditif seperti radio dan kaset yang berkaitan
dengan masalah aktual.
Untuk pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, media yang diperlukan dan
relevan dengan tujuan dan materi pembelajaran tidak banyak tersedia di toko-toko,
sehingga guru dituntut untuk mampu mengembangkannya sendiri.
Persoalan kita sekarang, bagaimanakah teknik pembuatan media yang kita inginkan?
Dalam hal ini, guru dituntut untuk mahir dan kreatif membuat media sesuai dengan
jenis media yang telah dipilih atau ditentukan sebelumnya. Sebelum membuat media
terlebih dahulu harus menganalisis materi apa yang akan disampaikan kepada peserta
didik; kemudian menetapkan media apa yang akan dikembangkan; setelah itu kemudian
menyiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk mengembangkan media itu; baru
setelah itu membuat media yang kita kehendaki.
Perlu diingat bahwa tidak ada satu-satunya media yang paling baik untuk semua siswa
dan semua pokok bahasan atau mata pelajaran. Oleh karena itu, sangatlah diperlukan
kecermatan guru dalam memilih media pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
yang memiliki ciri khas mengemban misi sebagai pendidikan politik dan pendidikan
nilai-moral. Dilihat dari sumber pengadaannya, media yang lebih banyak digunakan
dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan media yang dibuat atau
direkayasa sendiri oleh guru seperti transparansi, Flif Chart, flannel/magnetic board,
kliping, gambar, dan media stimulus seperti cerita kasus dan media VCT daftar.
Hal lain yang perlu Saudara perhatikan adalah materi Pendidikan Kewarganegaraan
sangat berkaitan dengan peristiwa-peristiwa aktual dinamika politik dan ketatanegaraan
yang sedang berubah. Peristiwa-peristiwa tersebut seyogianya dikaitkan dengan proses
pembelajaran sesuai dengan materi pokok yang sedang dibahas. Dalam kaitan ini, media
televisi, film, tape recorder, video recorder, dan manusia sebagai model (tokoh) sangatlah
membantu keberhasilan proses pembelajaran.
Televisi yang menayangkan siaran langsung sidang MPR atau debat publik tokoh politik
sangat relevan dijadikan media dan sekaligus sumber pembelajaran ketika mambahas

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 175


materi pokok kemerdekaan mengemukakan pendapat (kelas VII) dan budaya demokrasi
(kelas VIII). Demikian pula materi pokok perlindungan hukum dan peradilan nasional
dapat menggunakan media televisi yang sedang menyiarkan atau mendiskusikan proses
peradilan terhadap pejabat yang diduga melakukan penyimpangan. Waktu penayangan
tersebut seringkali tidak berbarengan dengan pembahasan materi pokok yang relevan.
Oleh karena itu, guru dapat merekam dengan menggunakan tape recorder atau video
recorder sehingga hasilnya bisa diputar kembali setiap waktu.

Klasifikasi Media Pembelajaran


Permasalahan kita sekarang, jenis-jenis media pembelajaran manakah yang bisa
digunakan dalam pembelajaran materi Pendidikan Kewarganegaraan? Penggunaan
media pembelajaran pada dasarnya untuk membantu mempermudah pemahaman siswa
terhadap suatu ide atau teori. Artinya, jenis-jenis media tersebut dapat digunakan dalam
pembelajaran materi Pendidikan Kewarganegaraan dengan memperhatikan prinsip
relevansi dan konsistensi antara tujuan pembelajaran, materi pelajaran, kondisi siswa
dan lingkungannya serta karakteristik media yang akan digunakan.
Para ahli (Edgar Dale, Burton, dan Romiszowski) mengemukakan berbagai jenis media
pembelajaran dengan kriteria yang berbeda-beda. Edgar Dale (1969) mengemukakan jenis
media yang terkenal dengan isitilah kerucut pengalaman (the cone of experience) yaitu:
1) pengalaman langsung; 2) pengalaman yang diatur; 3) dramatisasi; 4) demonstrasi; 5)
karyawisata; 6) pameran; 7) gambar hidup; 8) rekaman, radio, gambar mati; 9)lambang
visual; dan 10) lambang verbal.
Berdasarkan 10 pengalaman tersebut, siswa dapat belajar dengan mengalami secara
langsung dengan melakukannya atau berbuat (nomor 1 s.d. 5); mengamati orang lain
melakukannya (nomor 6 s.d. 8), dan membaca atau menggunakan lambang (nomor 9 dan
10). Kerucut pengalaman tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

176 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Verbal
Symbol
Visual
Symbol
Recording
Radio Still Pictures

Movie Pictures
Television

E x i h i b it ion

f i e l d t r i p s

D e m o n s t r a t i o n

D r a m a t i z a t i o n

Contrived Experiences

Direct Purposeful Experiences

Model Kerucut Pengalaman Edgar Dale ( 1969 )


Model Kerucut Pengalaman Edgar Dale ( 1969 )
Hampir sejalan dengan Egdar Dale, Burton (dalam Nasution, 1989) membagi
media berdasarkan
Hampir pengalaman
sejalan dengan langsung
Egdar Dale, Burtondan pengalaman
(dalam Nasution,tak langsung.
1989) membagiPengalaman
media
berdasarkan pengalaman
langsung yaitu langsungdan
turut melakukan danmengalaminya.
pengalaman tak langsung. pengalaman
Sedangkan Pengalaman tak
langsung
langsung
yaitu turut melakukan dan mengalaminya. Sedangkan pengalaman tak langsung dilihat
dilihat berdasarkan pengamatan langsung (seperti melihat peristiwa yang terjadi dan
berdasarkan pengamatan langsung (seperti melihat peristiwa yang terjadi dan melihat
melihat dipentaskan),
peristiwa peristiwa dipentaskan), berdasarkan
berdasarkan gambarfilm
gambar (melihat (melihat filmberdasarkan
dan foto), dan foto), berdasarkan
lukisan
(menggunakan
lukisan (menggunakan peta, diagram, grafik, dsb), berdasarkan bahasa (membacadan
peta, diagram, grafik, dsb), berdasarkan bahasa (membaca uraian uraian
mendengarkan uraian), dan berdasarkan lambang seperti lambang istilah, rumus dan
dan mendengarkan uraian), dan berdasarkan lambang seperti lambang istilah, rumus dan
indeks.
indeks.
Sedangkan Romiszowski (Sapriya (1999) mengemukakan bahwa media dapat
Sedangkan
diartikan dalam Romiszowski
pengertian (Sapriya
sempit dan (1999)
pengertian luas.mengemukakan bahwa
Dalam pengertian media
sempit, dapat
media
meliputi sejumlah
diartikan dalam alat yang dapat
pengertian digunakan
sempit secara efektif
dan pengertian luas. untuk
Dalamproses pengajaran
pengertian yang
sempit, media
telah direncanakan. Sedangkan dalam pengerttian luas, diartikan bukan hanya media
meliputi sejumlah alat yang dapat digunakan secara efektif untuk proses pengajaran yang
komunikasi elektronik yang rumit melainkan juga mencakup sejumlah perangkat yang
telahsederhana
lebih direncanakan.
sepertiSedangkan dalam
slide, photo, pengerttian
diagram, dan chartluas, diartikan
buatan bukan hanyadan
guru, benda-benda media
kunjungan
komunikasi ke tempat di luar
elektronik yangsekolah. Bahkan guru
rumit melainkan punmencakup
juga dapat menjadi salahperangkat
sejumlah satu media
yang

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 177


presentasi seperi halnya radio dan televisi yang menyampaikan informasi.
Para ahli pendidikan dan pengajaran berpendapat bahwa media sangat diperlukan
pada anak‑anak tingkat dasar sampai menengah dan akan banyak berkurang jika mereka
sudah sampai pada tingkat pendidikan tinggi. Pada tingkat sekolah dasar dan menengah,
pengajar akan banyak membantu anak didik dengan mengembangkan semua indera yang
ada, yakni dengan mendengar, melihat, meraba, memanipulasi, atau mendemonstrasikan
dengan media yang dapat dipilih.
Media pembelajaran adalah sarana yang membantu para pengajar. Ia bukan tujuan
sehingga kaidah proses pembelajaran di kelas tetap berlaku. Pengajar juga perlu sadar
bahwa tidak semua anak senang dengan peragaan media. Anak‑anak yang peka dan
auditif mungkin tidak banyak memerlukannya tetapi anak yang bersifat visual akan
banyak meminta bantuan media untuk memperjelas pemahaman bahan yang disajikan.
Demikian pula waktu penyajian media sangat menentukan berhasil tidaknya penjelasan
dengan bantuan media .
Perkembangan peralatan pendidikan sudah maju, maka pengajar dewasa ini
dapat dengan “mudah” memilihnya. Peralatan media yang pada mulanya terbatas dan
sangat mahal dewasa ini dengan mudah dipelajari dan dipergunakan seperti kamera
fotografi, kamera video, menjalankan proyektor slide, atau TV‑ video. Akan tetapi tanpa
memperhatikan apakah media yang digunakan bersifat “lama” atau “baru” maka yang
terpenting adalah terletak pada kemampuan pengajar dalam mempelajari, keretampilan
memilih, menggunakan, dan kemampuan mengembangkan perangkat lunak (Hartono,
1996).
Media yang tersedia di sekolah tentu ada yang cukup lengkap, tetapi tentu ada juga
yang sangat minim dan terbatas. Jika minim atau bahkan tidak tersedia, maka media‑media
sederhana dapat dibuat sendiri oleh pengajar dengan bantuan beberapa siswa, misalnya
kliping, media grafis, peta, atau gambar. Jika dilihat dari indera (sensory channels), media
pembelajaran dapat dikelompokkan atas media yang dapat didengar (audio), dapat
dilihat (visual), dapat didengar dan dilihat (audio visual), dan dapat disentuh (touch).
Jenis media yang bisa dikembangkan dalam pembelajaran materi PKn diantaranya :
a. Hal-hal yang bersifat visual, seperti bagan, matrik, gambar, flip chart, flannel, data
dan lain-lain
b. Suara (audio) baik suara guru ataupun suara kaset
c. Suara yang disertai visualisasi (audio-visual) seperti tayangan televisi, film, video,
dan sebagainya
d. Hal-hal yang bersifat materil, seperti model-model, benda contoh dan lain-lain
e. Gerak, sikap dan perilaku seperti simulasi, bermain peran, dan lain-lain.
f. Barang cetakan seperti buku, surat kabar, majalah, jurnal, dan brosur.
g. Peristiwa atau ceritera kasus yang mengandung dilema moral.

178 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


1. Media Visual
Media visual sering disebut juga media tampak yang menggunakan indera penglihatan
agar dapat memahaminya. Media visual dapat berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan visual anak, mengembangkan imajinasi anak, meningkatkan penguasaan
anak terhadap hal-hal yang abstrak yang tidak mungkin dihadirkan dalam kelas,
dan mengembangkan kreativitas siswa. Media visual itu sendiri secara garis besar
dikelompokkan sebagai berikut:
§ media visual diam, yang digolongkan menjadi:
- media gambar datar, misalnya foto, buku, ensiklopedia, majalah, surat kabar, buku
referensi dan hasil cetakan lain, gambar ilustrasi, gambar, kliping
- media proyeksi diam, misalnya film bingkai/slides, film rangkai/film strip,
transparansi, mikrofis, overhead projector
- media grafis atau carta, misalnya grafik, bagan, diagram, sketsa, poster, gambar
kartun, peta dan globe

§ media visual yang bergerak, misalnya film bisu

a. Gambar
Gambar yang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
disesuaikan dengan tujuan pembelajarannnya. Gambar yang berwarna akan lebih menarik
daripada yang tidak berwarna. Ukuran gambar juga harus dipertimbangkan supaya sesuai
dengan benda aslinya dan memungkinkan untuk dilihat dari seluruh kelas. Mutu gambar
juga harus mendapat perhatian, jangan sampai gambar yang ditampilkan tidak mempunyai
mutu yang bagus sehingga mengaburkan maknanya. Judul dan penjelasan gambar perlu
juga dipertimbangkan dengan matang Pemeliharaan gambar dilakukan dengan melapisi
gambar dengan laminating / plastik, dan diberi bingkai agar tidak kusut.
Gambar adalah media umum yang paling banyak digunakan, oleh karena itu
seharusnya setiap pengajar atau sekolah memiliki koleksi gambar-gambar, baik diambil
dari guntingan koran atau majalah, fotografi, slide, fotocopy, atau pun gambar sket.
Gambar‑gambar tersebut dapat disimpan dalam map, atau filing kabinet yang mudah
dicari. Gambar yang diperagakan disusun di muka kelas atau pada dinding di sekeliling
kelas. Gambar harus cukup jelas dipandang oleh siswa yang duduk di muka. Gambar yang
kurang jelas akan mempersulit siswa dalam mengamati. Gambar yang baik akan banyak
membantu siswa dalarn mengembangkan diskusi di kelas. Gambar‑ gambar yang kecil dari
buku teks atau buku PKn dapat direproduksi melalui film slide yang peragaannya melalui
proyektor slide, atau yang berada dalam buku dapat diproyeksikan dengan pertolongan
episcope atau epdiscope. Gambar‑gambar dapat dipasang permanen baik di dalam kelas,
di ruang perpustakaan sekolah, atau pada papan peraga yang disediakan.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 179


dengan pertolongan episcope atau epdiscope. Gambar-gambar dapat dipasang permanen
baik di dalam kelas, di ruang perpustakaan sekolah, atau pada papan peraga yang
disediakan.

Contoh Papan Peraga Gambar


Contoh Papan Peraga Gambar
b. Foto
Foto digunakan untuk mendapatkan gambaran yang nyata, menjelaskan ide, dan
b. Foto
menunjukkan objek (benda)
Foto digunakan yang sebenarnya.
untuk mendapatkan gambaranSemuanya memberikan
yang nyata, menjelaskanarti ide,
kepada
dan
menunjukkan
pembelajaran objek
sebab (benda)saja
kata-kata yang sebenarnya.
tidak Semuanya
dapat memberikan arti memberikan
dengan tepat, arti kepada
hidup, atau
pembelajaran sebab kata-kata saja tidak dapat memberikan arti dengan tepat, hidup,
cepat seperti yang dapat dilakukan oleh gambar-gambar. Bagi siswa SMP/SMA, foto ini
atau cepat seperti yang dapat dilakukan oleh gambar-gambar. Bagi siswa SMP/SMA, foto
lebih konkret
ini lebih daripada
konkret buku buku
daripada bacaan yang yang
bacaan "abstrak".
“abstrak”.

Contoh
ContohMedia
MediaFoto
Foto

c. Slide, film strip, film gerak:


Slide dan film strip adalah gambar film transparan yang ditayangkan secara
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]
180
"diam" dengan menggunakan proyektor filmslide dan film strip. Alat ini sangat mudah
pengoperasian dan penyimpanannya. Sebenarnya pengajar lebih mudah untuk memilih
c. Slide, film strip, film gerak:
Slide dan film strip adalah gambar film transparan yang ditayangkan secara
“diam” dengan menggunakan proyektor filmslide dan film strip. Alat ini sangat mudah
pengoperasian dan penyimpanannya. Sebenarnya pengajar lebih mudah untuk memilih
media ini daripada film gerak yang perangkat lunaknya sulit untuk direproduksi sendiri.
Slide dan film strip akan mudah dibuat oleh para pengajar, dengan sedikit kepandaian
memotret. Peralatan fotografi dewasa ini sudah bukan barang mewah lagi. Kesulitan
yang biasanya terjadi adalah fasilitas ruang kelas sebagian besar tidak mendukung
penayangan slide dan strip ini sebab dibutuhkan ruang gelap, seperti halnya penayangan
film gerak. Berbeda jika dilakukan penayangan dengan transparansi OHP dan video.
Penayangan slide, film strip, dan film gerak banyak tidak berhasil dengan memuaskan
karena tidak direncanakan dengan baik. Oleh karena itu, perlu diperhatikan rangkaian
atau langkah‑langkah perencanaannya, mulai dari persiapan, penjelasan pendahuluan,
proses penayangan, dan akhir dari penayangan.

d. Media Diagram, chart, grafis


Banyak pilihan yang dapat dilakukan oleh para pengajar PKn, mereka akan mampu
membuat sendiri sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya. Diagram dapat
dirancang sesuai dengan tata cara pembuatannya. Susunlah diagram untuk menjelaskan
suatu peristiwa tertentu. Akan banyak petunjuk tentang hubungan antar peristiwa serta
distribusinya. Pada anak sekolah tingkat dasar dan menengah gabungan antara peragaan
dan penjelasan dari suatu diagram adalah sangat baik.
Bentuk diagram banyak digunakan pengajar untuk menunjukkan garis peristiwa
suatu pembagian waktu, semacam periodisasi yang sederhana. Akan tetapi sukar untuk
diterapkan pada berbagai topik bahasannya. Sebab lini waktu akan sangat berbeda dari
satu peristiwa dengan peristiwa yang lain. Lini waktu yang sederhana adalah berupa garis
lurus yang dibagi sesuai dengan waktu dan peristiwa yang diminta.
Dalam chart dapat digambarkan berupa gambaran tentang silsilah suatu tokoh
atau alur waktu suatu periode pemerintahan dan suatu “flow chart” untuk memberikan
petunjuk suatu alur organisasi suatu pernerintahan yang pernah berlaku.
Chart adalah gambar yang menginformasikan hubungan, misalnya kronologis, jumlah,
hierakhi. Chart dapat dibedakan:
1) Chart Organisasi à hubungan dalam organisasi. Misalnya bagan organisasi
Pemerintahan Desa/Kelurahan
2) Chart garis waktu (time line chart) à menggambarkan hubungan kronologis antar
beberapa peristiwa.
kuda ---------- Mobil ------------Pesawat---------Roket—>
1700 1800 1900 2000

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 181


3) Chart Klasifikasi à hampir sama dengan Chart Organisasi, tetapi chart ini digunakan
untuk klasifikasi objek atau kejadian
4) Chart Aliran (Flowchart) à menunjukkan sebuah sekuen, prosedur, proses. Misal :
5) Chart
prosedur Tabulasi (Tabular
penyusunan Chart)
UU, proses Æ informasi
pemilihan umum angka, data. Misalnya : hasil pemilu
5) Chart tahun
Tabulasi (Tabular Chart) à informasi angka, data. Misalnya : hasil pemilu tahun
2004.
2004.
Sedangkan grafis biasanya menyajikan bentuk visual dari sejumlah angka yang
diwakili olehgrafis
Sedangkan bentuk visualnya
biasanya seperti bentuk
menyajikan garis, batang, gambar
visual dari orang,angka
sejumlah dsb. yang
Dengan
diwakili oleh suatu
demikian, bentukdiagram
visualnya seperti
yang garis, batang,
memberikan gambar
gambaran orang, yang
sesuatu dsb. Dengan demikian,
dapat diamati secara
suatu diagram yang memberikan gambaran sesuatu yang dapat diamati secara statistik
statistik atau kuantitatif disebut media grafis. Grafik dapat dibedakan atas grafik
atau kuantitatif disebut media grafis. Grafik dapat dibedakan atas grafik batang/bar,
batang/bar,
grafik Gambar,grafik
grafikGambar, grafik
lingkaran, dan lingkaran, dan grafik garis.
grafik garis.

Contoh Grafik Batang: Contoh Grafik Batang:


.
90
80
70
60
50 East
40 West
30 North
20
10
0
1st Qtr 2nd Qtr 3rd Qtr 4th Qtr
. e. Transparansi dan Overhead Projector (OHP)
e. Transparansi dan Overhead Projector (OHP)
Transparansi dibuat dengan cara menulisi plastik transparansi. Transparasi ini
Transparansi dibuat dengan cara menulisi plastik transparansi. Transparasi ini juga
juga memerlukan
memerlukan proyektor,
proyektor, sebagaimana
sebagaimana film
film bingkai danbingkai dan
film strip. film strip.
Proyektor yangProyektor
digunakanyang
disebut overhead
digunakan projector.
disebut Saatprojector.
overhead ini, penggunaan transparansi
Saat ini, penggunaansudah semakinsudah
transparansi meluas di
semakin
kalangan pendidik dan lainnya untuk mempresentasikan berbagai macam informasi.
meluas di kalangan pendidik dan lainnya untuk mempresentasikan berbagai macam
Dalam penggunaan media ini, pengajar dapat langsung berhadapan dengan siswa
informasi.
dan dapat digunakan berulang-ulang. Namun beberapa sekolah masih belum mampu
Dalaminipenggunaan
membeli media media relatif
karena harganya ini, pengajar
mahal.dapat
Selainlangsung berhadapan
itu penggunaan dengan siswa
transparansi
memerlukan
dan dapat persiapan
digunakanyang cukup matangNamun
berulang-ulang. agar informasi
beberapaataupun
sekolahgambar
masih yang tersaji
belum mampu
dapat dipelajari dengan teliti oleh para siswa. Pengajar harus benar-benar mempersiapkan
membeli media ini karena harganya relatif mahal. Selain itu penggunaan transparansi
hal ini, sebab meskipun sederhana, di lapangan banyak pengajar yang belum tentu bisa
memerlukan persiapan
menoperasikannya denganyang cukup matang agar informasi ataupun gambar yang tersaji
benar.
dapat dipelajari dengan teliti oleh para siswa. Pengajar harus benar-benar
mempersiapkan hal ini, sebab meskipun sederhana, di lapangan banyak pengajar yang
belumPembelajaran
182 tentu bisa Pendidikan
menoperasikannya dengan
Kewarganegaraan benar.
[PKn]
Media OHP memiliki fungsi untuk memudahkan guru dalam menyajikan pokok-pokok
atau garis besar materi pelajaran. Selain itu OHP dapat meningkatkan daya tarik siswa
untuk belajar sehingga perhatian siswa meningkat, lebih-lebih jika bagan atau butiran
materi ditulis/ ditik dengan warna yang bervariasi.
Kekurangan media transparasi antara lain:
a) Memerlukan listrik
b) Memerlukan peralatan khusus untuk menampilkan yaitu Overhead Projector (OHP)
c) Memerlukan panataan yang khusus
d) Memerlukan kecakapan khusus dalam pembuatan
e) Menuntut cara kerja yang sistematis karena susunan urutan mudah kacau

Kelebihan media transparasi antara lain:


a) Penggunaannya praktis
b) Mempunyai variasi teknik
c) Tahan lama/tidak mudah rusak
d) Tidak memerlukan ruang gelap
e) Mudah dioperasikan, sehingga tidak perlu operator
f) Dapat disajikan berulang-ulang sesuai dengan kebutuhan
g) Waktu penyajian dapat bertatap muka dengan peserta didik
h) Dapat disiapkan sendiri oleh guru

Contoh
ContohMedia OHP Projector (OHP)
Overhead
Media OHP memiliki fungsi untuk memudahkan guru dalam menyajikan pokok-
Langkah-Langkah Pembuatannya:
pokok atau garis besar materi pelajaran. Selain itu OHP dapat meningkatkan daya tarik
1) Analisis tujuan Pokok Bahasan yang akan diajarkan
siswa materi
2) Analisis untuk belajar sehingga
pelajaran perhatian siswa
untuk menentukan meningkat,
jenis media lebih-lebih jika bagan atau
yang diperlukan.
butiran materi ditulis/ ditik dengan warna yang bervariasi.
Kekurangan media transparasi antara lain:
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 183
a) Memerlukan listrik

b) Memerlukan peralatan khusus untuk menampilkan yaitu Overhead Projector


3) Analisis keadaan siswa untuk mempertimbangkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi
siswa dalam menerima pelajaran, kecepatan daya serap siswa, tingkat perbendaharaan
kata yang dipakai.
4) Kembangkan bahan-bahan tersebut ke dalam transparansi yang telah disiapkan
5) Pengembangan transparansi dapat ditulis atau digambar sendiri dengan menggunakan
spidol transparansi yang bersipat permanen, dan warna-warni sesuai pesan yang ingin
disampaikan. Ukuran tulisan/gambar/bagan tidak melebihi ukuran layar proyektor (
kurang lebih 8,5 X 11 inci ).
6) Pengembangan transparansi dapat pula dan lebih bagus ditik komputer. Jika dicetak
langsung dalam komputer, caranya ketik bagan/gambar/butiran materi kemudian
dicetak menggunakan komputer langsung pada lembar tranfaransi khusus. Tetapi
jika akan dicopy, maka ketik bagan/gambar/butiran materi pada lembar kertas
kemudian difoto kopi.
7) Sajikan tarnsparansi di kelas sesuai urutan materi, dan fokusnya diatur sebaik
mungkin sehingga apa yang tertera dalam transfaran dapat dibaca dan dilihat dengan
jelas oleh semua siswa.
8) Selingi penyajian dengan dengan pertanyaan, tanggapan dan pernyataan dari siswa.

f. Kliping
Guntingan/potongan gambar atau tulisan yang diperoleh dari barbagai sumber
seperti dari majalah, surat kabar, buku, kalender, katalog, iklan dan poster disebut dengan
kliping. Kliping dapat membantu guru dan siswa dalam mencari informasi sehubungan
dengan topik-topik tertentu. Misalnya kliping tentang pembatasan kekuasaan, pemilu
pasca reformasi, maraknya korupsi, dan sebagainya.

g. Poster
Poster pada dasarnya bersifat simbolik dan dirancang untuk memberi pesan dengan
cepat dan ringkas. Poster yang baik biasanya berwarna, menyajikan ide tunggal, tulisan
jelas, kaya dengan variasi, lugas, dan terkadang mengandung pernyataan yang berlebihan.
Poster dibuat di atas kertas, kain, batang dan bahan lain yang memungkinkan, sedangkan
ukurannya biasanya relatif besar disesuaikan dengan tempat yang akan dipasangi. Guru
dapat menggunakan media ini untuk menyimpulkan suatu unit bahasan tertentu ataupun
pembahasan unit tertentu. Misalnya poster tentang dampak pelanggaran HAM, ajakan
memilih calon partai politik tertentu, dan sebagainya.

h. Gambar Kartun dan Karikatur


Gambar kartun dan karikatur adalah gambar imajinatif yang menggunakan simbol-
simbol tertentu dan terkadang agak berlebihan untuk menggambarkan orang atau situasi

184 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


tertentu. Nilai pendidikannya cukup besar untuk menarik perhatian, mempengaruhi sikap
serta perilaku. Gambar kartun biasanya disampaikan untuk merangsang keterampilan
berpikir kritis siswa dalam mensikapi situasi atau kejadian yang sedang berlangsung.
Oleh karena itu, gambar kartun sering digunakan untuk menyatakan sesuatu yang
bersifat kritikan, ketidaksetujuan, masalah sosial yang menjadi keprihatinan banyak
orang. Gambar kartun biasanya memuat esensi pesan dalam gambar yang sederhana,
tidak rinci, menggunakan simbol-simbol dan karakter yang mudah dikenal. Pembelajaran
yang dapat menggunakan gambar karikatur, misalnya pembahasan tentang hutan yang
gundul, korupsi kolusi dan nepotisme (KKN), kegiatan pedagang asongan atau petani
pada waktu musibah banjir, dan sebagainya.

i. Flif Chart
Tujuan penggunaan flif chart adalah membantu dan mempermudah siswa dalam
memahami inti pelajaran, dan membantu guru dalam mengemukakan rangkaian ide atau
informasi dengan menggunakan rangkaian gambar atau bagan yang telah disusun dengan
rapi. Pembuatan flif chart dilakukan oleh guru dengan langkah-langkah pembuatan
sebagai berikut.
1) Analisis Materi pelajaran sesuai dengan materi pokok yang akan disampaikan
2) Mempersiapkan dan merumuskan konsep inti materi pelajaran yang akan
disampaikan
3) Mengembangkan konsep inti dalam bentuk bagan, gambar, atau pernyataan ke dalam
kertas manila karton dengan jumlah lembaran sesuai kebutuhan. Besar hurup dan
spasi harus diatur supaya terbaca oleh seluruh siswa.
4) Kemudian dibundel dan dijepiT rapi
5) Setelah itu tempelkan pada standar khusus untuk itu atau standar papan tulis.

Dalam penggunaannya, guru menjelaskan materi pelajaran dengan memperlihatkan


bagan/gambar/pernyataan satu persatu mengikuti urutan bahan yang sedang dibahas.
Sesekali selingi dengan mengajukan pertanyaan atau meminta tanggapan siswa supaya
siswa aktif dan kritis dalam mengikuti proses pembelajaran.

2. Media Audio
Media audio berfungsi untuk menyalurkan pesan audio dari sumber ke penerima
pesan. Pesan yang disampaikan dituangkan dalam lambang-lambang verbal, non verbal
atau kombinasi keduanya. Media audio ini berkaitan erat dengan indera pendengaran.
Pidato-pidato asli para pemimpin negara dan tokoh masyarakat, tokoh LSM, tukang
becak, tukang bakso dan sebagainya dapat direkam dan dapat digunakan sebagai sumber
belajar (misalnya: pembacaan RAPBN oleh presiden).

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 185


Termasuk di dalam media ini adalah radio, piringan hitam, pita audio, tape recorder,
dan telepon.

a. Radio
Siaran audio dapat membantu siswa untuk meningkatkan komunikasi audio, membuat
suasana belajar lebih hidup dan meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi
kejadian yang disiarkan. Apabila jadwal siaran acara radio sesuai dengan jadwal jam
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, acara tersebut dapat langsung dimanfaatkan.
Kerangka dan ikhtisar dilengkapi dengan pertanyaan yang dicarikan jawabannya dari
siaran radio. Dengan melibatkan radio seperti ini anak-anak dilatih untuk membuat
cacatan. Misalnya pembacaan tentang prosentase perolehan suara dalam pemilu atau
pemilihan kepala daerah secara langsung, nama-nama menteri yang baru dilantik, jnama-
nama partai politik peserta pemilu, dsb.
Jika acara siaran waktunya tertentu sehingga kemungkinan tidak cocok dengan
jadwal pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan, maka dalam hal seperti ini siaran dapat
direkam. Selanjutnya penyajian hasil rekaman dilakukan seperti telah diuraikan dalam
pemanfaatan audio kaset.

b. Tape Recorder, Pita Suara, dan Piringan Hitam


Kegunaan media ini hampir sama dengan media radio, yaitu meningkatkan
komunikasi audio, meningkatkan suasana belajar dan melatih daya apresiasi siswa. Pita
suara (kaset audio, audio cassette) dapat dipakai untuk merekam suara khas. Misalnya
untuk menggambarkan hiruk pikuk di pasar, keramaian waktu panen di suatu daerah atau
upacara tradisional yang khas. Mungkin kita perlu menjelaskan suasana suatu peristiwa
yang disertai suara khas. Apabila suara itu dijelaskan dengan kata-kata saja mungkin
suasananya akan hilang.
Media audio memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan media Audio antara lain:
a) Materi tak akan berubah
b) Biaya produksi relatif murah
c) Peralatan paling murah dibanding dengan media lainnya
d) Program kaset dapat disajikan di luar sekolah (wawancara, rekaman kegiatan, dll)
e) Rekaman dapat dihapus dan kaset dapat dipakai ulang
f) Penyajian sepenuhnya dikontrol penyaji

Sedangkan kelemahannya adalah:


a) Memerlukan listrik
b) Memerlukan ketelitian dalam pembuatan (rekam)
c) Harus selalu siap merekam suatu peristiwa

186 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


3. Media Audio-Visual
Media audio-visual merupakan gabungan antara media audio dan media visual,
misalnya: slide, dan film rangkai yang disertai dengan suara. Media ini menjadi lebih
efektif jika dibandingkan dengan kedua media sebelumnya. Ditinjau dari sifatnya, media
audio-visual dibedakan menjadi dua, yaitu:
- Media audio-visual diam: televisi diam, slide dan suara, film rangkai dan suara, buku
dan suara
- Media audio-visual gerak : video, CD, film rangkai dan suara, televisi, gambar dan
suara.

a. Siaran Televisi
Televisi di Indonesia sudah digunakan untuk pendidikan. Tinggal memilih acara yang
relevan dengan Pendidikan Kewarganegaraan. Seperti halnya dengan film, televisi adalah
kombinasi visual dan audio.Televisi merupakan media yang menyampaikan pesan melalui
gambar gerak dan dilengkapi dengan suara. Pada saat ini guru dihadapkan pada berbagai
pilihan stasiun televisi yang masing-masing mempunyai jenis acara yang berbeda-beda,
yaitu: TVRI, TV swasta, dan jaringan TV luar negeri. Dengan demikian guru mempunyai
kesempatan sekaligus tantangan untuk dapat memilih dan memanfaatkan program siaran
yang relevan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

b. Film
Film memberikan sumbangan yang besar bagi pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Film memberikan kepada siswa pengalaman belajar dan dapat
membantu menampilkan waktu berabad-abad (film sejarah atau peristiwa bersejarah)
dan tempat yang berjarak ribuan kilometer di mana siswa dapat melihat tempat, orang,
peristiwa yang tidak mungkin dilihatnya dengan cara lain.

c. Video dan Compact Disc


Media ini sangat populer ditengah-tengah masyarakat. Seperti halnya film dan televisi,
video tape atau pita video dan CD dapat pula menyajikan pesan audio-visual gerak untuk
hal-hal yang nyata maupun fiktif. Dalam penggunaannya video dan CD memerlukan player
dan televisi. Itu sebabnya mengapa banyak guru yang belum menggunakan video dan CD
karena jangkauannya terbatas, peralatannya cukup mahal, dan kurang praktis.
Selain media di atas, Masyarakat merupakan sumber dan media utama dalam
pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan, karena pembelajaran ini bertitik tolak dari
masyarakat dan berorientasi pada masyarakat. Dalam menggunakan masyarakat sebagai
media belajar, guru memerlukan informasi yang akurat dan memadai mengenai orang-
orang, lembaga, peristiwa, keadaan yang ada di dalam masyarakat. Dalam pemanfaatan

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 187


ini terdapat tiga sarana: (a) tempat, orang, organisasi yang dapat dijadikan sumber
belajar atau untuk meningkatkan belajar termasuk sumber masyarakat, (b) kunjungan
studi dan (c) nara sumber. Tempat mana atau kantor mana yang dijadikan sumber
bergantung kepada tujuan dan hakikat pokok bahasan dalam pengajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Termasuk di dalam sumber belajar di dalam masyarakat adalah kerja
lapangan, studi wisata, perkemahan.
Masyarakat di sekitar tempat tinggal siswa merupakan sumber pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan yang tidak pernah kering. Dalam masyarakat siswa dapat
melihat langsung proses sosial yang sedang berlangsung. Dalam masyarakat setempat
kepada siswa diperkenalkan konsep geografi setempat, masalah kehidupan kelompok
(Pendidikan Kewarganegaraan), proses dan mekanisme pemerintahan (civics, ilmu
politik), aktivitas produksi dan distribusi barang dan jasa (Pendidikan Kewarganegaraan),
adat-istiadat setempat (anthropologi), dan lokasi warisan sejarah yang ada (sejarah).
Dari masyarakat itu siswa dapat melihat bahwa orang-orang yang berbeda latar
belakang suku, ras, agama, atau golongan dapat hidup secara harnonis sebagai bangsa
Indonesia, misalnya. Dengan demikian masyarakat dapat memberi sumbangan yang
penting dalam program pembelajaran PKn.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menggunakan sumber
masyarakat setempat bagi program pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
1) Mengundang anggota atau tokoh masyarakat setempat ke dalam kelas untuk
berbicara dengan siswa-siswa mengenai suatu topik yang berhubungan dengan
profesinya (pekerjaannya). Anggota atau tokoh masyarakat itu mungkin seorang
dokter, pengarang, wartawan, ketua RT/ RW, pedagang, sejarawan dan sebagainya.
Tentu saja guru lebih dahulu mengkomunikasikan kepada pembicara tentang
tujuan undangan itu sehingga dapat berbicara santai dan menyesuaikan diri dalam
menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh anak SD. Umumnya nara sumber
yang bersangkutan berbicara tentang pengalaman hidup mereka sehari-hari atau
tentang masa lalu.
2) Mengunjungi langsung anggota-anggota atau tokoh-tokoh masyarakat di tempat
mereka tinggal atau berada. Untuk itu siswa-siswa perlu diberi penjelasan lebih
dahulu tentang tujuan kunjungan itu dan mereka harus menyiapkan sejumlah
pertanyaan-pertanyaan yang bisa mereka ajukan (wawancara).

Nara Sumber
Nara sumber memberikan kesempatan kepada para siswa memperoleh pengalaman
lain yang tidak kalah dari kunjungan studi. Dalam studi lapangan para siswa mengenal
lingkungan seutuhnya. Sedangkan dengan nara sumber mereka mendapat kesempatan
untuk mendapatkan isi lingkungan.

188 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Mereka yang dapat menjadi nara sumber adalah yang mempunyai pengalaman luas
atau pejabat khusus yang dapat memberi informasi yang autentik. Tokoh-tokoh masyarakat
dapat memberikan informasi sesuai dengan pengalamannya masing-masing.
Pemilihan nara sumber memerlukan pertimbangan:
a) Nara sumber perlu mempunyai sesuatu pesan bagi anak-anak.
b) Nara sumber diundang karena pengetahuan khusus yang dimilikinya.
c) Nara sumber tidak perlu melawak. Nara sumber diundang untuk mendorong belajar,
bukan untuk memberikan suguhan hiburan.
d) Nara sumber adalah orang yang pandai menyampaikan sajian secara jelas. Sajian yang
efektif dapat mendorong tumbuhnya perhatian.
e) Nara sumber yang diundang adalah mereka yang mempunyai pandangan luas dan
terbuka, tidak berat sebelah.
f) Nara sumber adalah mereka yang tertarik kepada anak-anak.

Apakah Saudara sudah memahami dan dapat membuat media tersebut? Penulis
percaya bahwa Saudara mampu merancang dan membuat media pembelajaran dengan
baik, selamat mencoba. Baiklah, mari kita singgung sedikit tentang media lain yang sering
digunakan dan merupakan ciri khas dalam pembelajaran PKn. Pembelajaran materi PKn
sebagai pendidikan nilai moral memerlukan media tertentu yang dapat berperan sebagai
stimulus (perangsang) bagi potensi afektual siswa. Untuk keperluan tersebut, kualifikasi
media stimulus hendaknya: a) terjangkau oleh pengetahuan dan potensi afektual siswa;
b) memuat nilai/moral yang dilematis; c) diambil dari kehidupan atau peristiwa nyata,
dan d) menarik perhatian dan minat siswa untuk melibatkan diri.
Kosasih Djahiri (1992) mengemukan ada dua pertimbangan yang dijadikan landasan
bahwa media stimulus sangat penting dalam pengajaran PPKn sebagai pendidikan
nilai, moral, norma yaitu pertama, dunia dan potensi serta proses afektual peserta
didik hanya dapat bergetar dan terlibatkan apabila ada media stimulus (perangsang)
yang menggetarkan. Kedua, proses afektual sukar terjadi melalui bahan ajatr yang
konsepsional, teoritik dan normatif. Bahan ajar ini masih harus diolah dan dimanipulasi
oleh guru menjadi media stimulus afektif berkadar tinggi.
Salah satu media stimulus yang sering digunakan dalam pembelajaran materi
pendidikan nilai adalah lembaran VCT daftar dan lembaran cerita kasus baik kisah
nyata maupun fiktif yang direkayasa oleh guru. Contoh cerita kasus (fiktif) “tabrak lari”.
Ceritera tersebut dapat Saudara buat sendiri atau mengutif dari media massa. Contoh
ceritera (fiktif) untuk stimulus:

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 189


TABRAK LARI

Suatu pagi Mas’an seorang tukang sayur yang biasa berkeliling di desa Malabar
menyeberang jalan raya tanpa memperhatikan kendaran yang melintas jalan tersebut,
tiba-tiba muncul sebuah minibus dengan kecepatan tinggi dan menabrak tukang sayur
tersebut. Kaki Mas’an tergilas kendaran itu dan mengalami patah kaki. Supir minibus
yang bernama Teddy sedang dalam keadaan mabuk melarikan diri tanpa meperhatikan
Mas’an. Masyarakat yang kebetulan mengetahui kejadian tersebut mengejar Teddy dan
tertangkap sekitar 3 kilometer dari tempat kejadian. Kemudian beberapa pemuda ramai-
ramai memukuli Teddy hingga pingsan dan baru mereka berhenti setelah datang anggota
polisi lalu lintas melindungi Teddy dan kelompok pemuda itu sendiri kabur.
Sedangkan Irwan dan Yandi siswa salah satu SLTP di daerah itu memberi pertolongan
kepada Mas’an dan membawanya ke Puskesmas terdekat. Istri Mas’an yang sedang hamil
tua yang datang ke Puskesmas beberapa jam setelah kejadian menangis melihat suaminya
terbaring tak berdaya. Padahal biaya hidup dan sekolah anaknya hanya mengandalkan
dari hasil jual sayuran yang tidak seberapa. Mas’an sendiri pasrah dan akan memaafkan
kelalaian Teddy.
Langkah pembuatan dan penggunaan media stimulus cerita kasus sebagai berikut.
1) Menganalisis materi pokok yang akan dijarakan, kemudian tentukan pencapaian
target nilai-moral yang diharapkan
2) Membuat ceritera suatu peristiwa yang pernah atau sering terjadi. Cerita tersebut
mengandung nilai-moral dilematis dan sesuai dengan target nilai-moral harapan
3) Usahakan ceritera yang telah disiapkan itu diperbanyak sejumlah siswa, sehingga
semua siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk mempelajari ceritera
tersebut.
4) Pada saat pelaksanaan beri kesempatan kepada siswa untuk membaca ceritera itu
sekitar 3- 5 menit, kemudian beberapa siswa diminta komentarnya terhadap materi
ceritera itu. Atau bisa saja diberikan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh
semua siswa, misalnya :
• Bagaimana perasaan kalian terhadap kejadian tersebut?
• Apa yang akan kalian lakukan jika menjadi saudara atau isitri tukang sayur? Apa
yang aknan dilakukan jika menjadi Teddy?
• Perbuatan-perbuatan apa yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila?
• Perbuatan-perbuatan apa yang dianggap sesuai dengan nilai-nilia Pancasila? dan
sebagainya.
• Ajak siswa mendiskusikan cerita tersebut dan arahkan pada nilai moral yang
diharapan
• Menyimpulkan materi pembelajaran.

190 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Rangkuman
Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium,
yang berarti perantara atau pengantar. Dengan kata lain, media adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima. Media yang dirancang dengan baik
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan peserta didik sehingga
dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Media sebagai alat
bantu visual dapat: (1) mendorong motivasi belajar; (2) memperjelas dan mempermudah
konsep yang abstrak; dan (3) mempertinggi daya serap atau retensi belajar.
Media pembelajaran yang dirancang dengan baik dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemauan siswa, sehingga dapat mendorong terjadinya proses
kegiatan pada diri siswa. Di samping itu media dapat membawakan pesan atau informasi
belajar dengan keandalan yang tinggi yaitu dapat diulang tanpa mengalami perubahan
isi.
Jenis media yang terkenal dengan istilah kerucut pengalaman (the cone of experience)
yaitu: 1) pengalaman langsung; 2) pengalaman yang diatur; 3) dramatisasi; 4) demonstrasi;
5) karyawisata; 6) pameran; 7) gambar hidup; 8) rekaman, radio, gambar mati; 9) lambang
visual; dan 10) lambang verbal.
Media pembelajaran adalah sarana yang membantu para pengajar. Ia bukan tujuan
sehingga kaidah proses pembelajaran di kelas tetap berlaku. Pengajar juga perlu sadar
bahwa tidak semua anak senang dengan peragaan media. Anak‑anak yang peka dan
auditif mungkin tidak banyak memerlukannya tetapi anak yang bersifat visual akan
banyak meminta bantuan media untuk memperjelas pemahaman bahan yang disajikan.
Jenis media yang bisa dikembangkan dalam pembelajaran materi PKn diantaranya :
(1) Hal-hal yang bersifat visual, seperti bagan, matrik, gambar, flip chart, flannel, data dan
lain-lain; (2) Suara (audio) baik suara guru ataupun suara kaset; (3) Suara yang disertai
visualisasi (audio-visual) seperti tayangan televisi, film, video, dan sebagainya; (4) Hal-
hal yang bersifat materil, seperti model-model, benda contoh dan lain-lain; (5) Gerak,
sikap dan perilaku seperti simulasi, bermain peran, dan lain-lain; (6) Barang cetakan
seperti buku, surat kabar, majalah, jurnal, dan brosur; (7) Peristiwa atau ceritera kasus
yang mengandung dilema moral.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 191


Tes Formatif 1

Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir


pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.

1. Media sebagai alat bantu visual dalam proses pembelajaran dapat digunakan untuk,
kecuali:
A. mendorong motivasi belajar
B. memperjelas dan mempermudah konsep yang abstrak
C. mempertinggi daya serap atau retensi belajar
D. penentu keberhasilan belajar PKn

2. Media pembelajaran yang disusun dengan baik, memiliki manfaat atau nilai praktis
yaitu...
A. Memvisualkan yang abstrak
B. Membawa objek yang sukar didapat
C. Menampilkan objek yang mudah diamati mata
D. Membawa objek yang terlalu besar

3. Sebelum memilih media pembelajaran, hal yang perlu dipertimbangkan oleh seorang
guru adalah....
A. tujuan instruksional yang ingin dicapai
B. tingkat usia dan kematangan siswa
C. kemampuan baca siswa
D. tingkat kesulitan dan jenis konsep pelajaran tersebut

4. Dalam memilih media pembelajaran seorang guru perlu mempertimbangkan bahwa


.... kecuali:
A. Penggunaan harus relevan dan konsisten dengan tujuan pem-belajaran
B. Media yang digunakan hendaknya belum dikenal siswa
C. Media hendaknya sesuai dengan sifat pelajaran
D. Media harus sesuai dengan kemampuan dan pola belajar audience

5. Tayangan televisi adalah salah stau contoh jenis media ....


A. visual
B. audio
C. audio-visual
D. gerak

192 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


6. Media yang dapat dimanfaatkan oleh siswa melalui pengalaman langsung adalah....,
kecuali:
A. dramatisasi
B. pameran
C. demonstrasi
D. karyawisata

7. Contoh media grafis adalah ....


A. film bingkai/slides fakta
B. film rangkai/film strip
C. diagram
D. transparansi

8. Kelebihan media transparansi adalah ...


A. Tidak memerlukan ruang gelap
B. Memerlukan panataan yang khusus
C. Memerlukan kecakapan khusus dalam pembuatan
D. Penggunaannya praktis

9. Media audio memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan media Audio antara lain...,
kecuali:
A. Materi tak akan berubah
B. Biaya produksi relatif murah
C. Peralatan paling murah dibanding dengan media lainnya
D. Memerlukan listrik

10. Tokoh-tokoh masyarakat dapat memberikan informasi sesuai dengan pengalaman


masing-masing. Pemilihan nara sumber memerlukan pertimbangan.... kecuali:
A. Nara sumber perlu mempunyai sesuatu pesan bagi anak-anak.
B. Nara sumber diundang karena pengetahuan khusus yang dimilikinya.
C. Nara sumber perlu melawak memberikan suguhan hiburan.
D. Nara sumber adalah orang yang pandai menyampaikan sajian secara jelas.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 193


Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat
di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap
materi kegiatan belajar 1 dengan mempergunakan rumus di bawah ini.

Rumus:

Jumlah jawaban Anda yang benar


Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 %
10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:


90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 70 % = kurang

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan


dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda
kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum Anda kuasai.

194 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


2

Sumber Pembelajaran PKn

Pada kegiatan belajar pertama dalam modul ini, Anda telah mengenal dan diharapkan
telah memahami dan mampu mengembangkan media pembelajaran PKn. Pada kegiatan
belajar ini, Anda akan diajak untuk mengenal dan berlatih dalam mengembangkan
sumber pembelajaran PKn. Dalam pembelajaran PKn, sumber materi pembelajaran
sangat penting karena masalah kewarganegaraan merupakan masalah yang dinamis dan
sangat cepat berubah dan berkembang sejalan dengan perubahan dan perkembangan
kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.
Di pihak lain, untuk mencapai tujuan pembelajaran PKn, guru perlu mengikuti
perkembangan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara sehingga materi pembelajaran
PKn akan selalu aktual, kontekstual, dan sesuai dengan dunia peserta didik di jenjang
Madrasah Ibtidaiyah. Oleh karena itu, untuk menyajikan materi pembelajaran yang sesuai
dengan tuntutan pembelajaran PKn, guru perlu mengenal, memahami, dan menyeleksi
sumber belajar yang tepat.

Sumber Belajar PKn

Apakah sumber pembelajaran PKn itu?


Salah satu tugas guru yang tidak kalah pentingnya adalah mencari dan menentukan
sumber belajar. Dalam PKn, mencari dan menentukan sumber belajar sangat penting
sebab bahan ajarnya sangat dinamis sesuai dinamika dan perkembangan kehidupan
sosial politik yang terjadi saat ini. Oleh karena itu, sumber belajar ini tidak cukup hanya
dari buku teks atau buku paket saja.
Dalam pembelajaran PKn, Anda dapat menggunakan sumber belajar yang diperoleh
dari media cetak seperti buku, majalah, surat kabar, jurnal; dari media elektronik seperti
siaran TV, radio, film; dan manusia (nara sumber) baik tokoh masyarakat dan pakar di
bidang tertentu maupun pejabat di suatu instansi/ organisasi. Pemanfaatan sumber-
sumber belajar tersebut akan lebih memperkaya bahan ajar yang diuraikan dalam buku
teks atau buku paket, di samping akan meningkatkan gairah belajar siwa. A.Kosasih

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 195


Djahiri (1990) menegaskan bahwa diantara sumber belajar penting dalam PKn adalah:
a) sumber formal perundangan
b) buku paket/acuan resmi
c) bahan/publikasi/informasi instansi resmi
d) media massa yaitu TV, surat kabar, majalah
e) buku/literatur keilmuan
f) kitab suci
g) kehidupan riil, adat, ipoleksosbudhankam, lingkungan sekitar, daerah, nasional, dan
internasional.

Kekeliruan yang sering dilakukan guru di lapangan adalah hanya menggunakan buku
teks atau paket yang dijadikan satu-satunya sumber bahan ajar. Padahal realita kehidupan
di masyarakat dan berita media cetak dan elektronik merupakan sumber belajar yang
lebih aktual dibandingkan dengan isi buku teks atau paket. Buku teks atau paket akan
mudah ketinggalan perkembangan informasi baru khususnya yang berkenaan dengan
informasi politik dan ketatanegaraan yang saat ini sedang mengalami perubahan yang
sangat mendasar. Oleh karena itu, Anda dituntut untuk aktif dan kreatif mencari informasi
baru yang diperoleh dari berbagai media massa baik media cetak maupun elektronik
yang relevan dengan pokok bahasan yang akan disampaikan. Misalnya, ketika akan
membahas materi pokok kedaulatan rakyat dan sistem politik khususnya yang berkaitan
dengan contoh-contoh penyimpangan ketatanegaraan yang sedang terjadi, Anda dapat
mengkaji dari berita surat kabar dan siaran atau diskusi dalam televisi. Demikian pula
dalam membahas budaya demokrasi dapat diperkaya dengan mengambil sumber dari
kehidupan riil di masyarakat .
Dengan demikian, sumber belajar tidak cukup hanya dari buku teks atau paket, tetapi
harus di lengkapi dengan sumber-sumber lain. Bahkan Nasution (1992) mengemukakan
bahwa sumber-sumber belajar bisa diperoleh dari masyarakat dan lingkungan berupa
manusia, museum, organisasi, dan lain-lain, bahan cetakan, perpustakaan, alat audio-
visual, dan sebagainya.

Sumber Belajar Pada Masyarakat


Masyarakat dan aktivitas pemerintah merupakan sumber dan media utama dalam
pembelajaran PKn, karena pembelajaran ini bertitik tolak dari masyarakat dan berorientasi
pada masyarakat. Dalam menggunakan masyarakat dan perilaku pemerintah sebagai
media belajar, guru memerlukan informasi yang akurat dan memadai mengenai orang-
orang, lembaga, peristiwa, keadaan yang ada di dalam masyarakat. Dalam pemanfaatan
ini terdapat tiga sarana: (a) tempat, orang, organisasi yang dapat dijadikan sumber belajar
atau untuk meningkatkan belajar termasuk sumber masyarakat, (b) kunjungan studi, dan

196 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


(c) nara sumber. Tempat mana atau kantor mana yang dijadikan sumber tergantung pada
tujuan dan kompetensi dasar dalam standar isi. Termasuk sumber belajar yang ada dalam
masyarakat adalah kerja lapangan, studi wisata, dan perkemahan.
Masyarakat dan pemerintahan di sekitar tempat tinggal siswa merupakan sumber
pembelajaran PKn yang tidak pernah kering. Dalam masyarakat siswa dapat melihat
langsung proses sosial yang sedang berlangsung. Dalam masyarakat setempat perlu
diperkenalkan kepada siswa tentang konsep-konsep lain yang berasal dari disiplin
geografi, masalah kehidupan kelompok dari disiplin sosiologi, proses dan mekanisme
pemerintahan dari civics/ ilmu politik, aktivitas produksi dan distribusi barang dan jasa
dari ekonomi, adat-istiadat setempat dari anthropologi, dan lokasi warisan sejarah yang
ada dari disiplin sejarah. Dari masyarakat itu siswa dapat melihat bahwa orang-orang
yang berbeda latar belakang suku, ras, agama, atau golongan dapat hidup secara harnonis
sebagai bangsa Indonesia. Dengan demikian masyarakat dan kehidupan pemerintah
dapat memberi sumbangan yang penting dalam program pembelajaran PKn.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menggunakan sumber
masyarakat setempat bagi program pembelajaran PKn.
1. Mengundang anggota atau tokoh masyarakat dan aparatur pemerintah setempat
ke dalam kelas untuk berbicara dengan siswa-siswa mengenai suatu topik yang
berhubungan dengan profesinya (pekerjaannya). Anggota atau tokoh masyarakat itu
mungkin seorang dokter, pengarang, wartawan, ketua RT/ RW, pedagang, sejarahwan
dan sebagainya. Tentu saja guru lebih dahulu mengkomunikasikan kepada pembicara
tentang tujuan undangan itu sehingga dapat berbicara santai dan menyesuaikan diri
dalam menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh siswa MI. Umumnya nara
sumber yang bersangkutan berbicara tentang pengalaman hidup mereka sehari-hari
atau tentang masa lalu.
2. Mengunjungi langsung anggota-anggota atau tokoh-tokoh masyarakat dan
pemerintahan di tempat mereka tinggal atau berada. Untuk itu siswa-siswa perlu
diberi penjelasan lebih dahulu tentang tujuan kunjungan itu dan mereka harus
menyiapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang bisa mereka ajukan melalui
wawancara.

Nara Sumber
Nara sumber memberikan kesempatan kepada para siswa memperoleh pengalaman
lain yang tidak kalah dari kunjungan studi. Dalam studi lapangan para siswa mengenal
lingkungan seutuhnya. Sedangkan dengan nara sumber mereka mendapat kesempatan
untuk mendapatkan isi lingkungan.
Mereka yang dapat menjadi nara sumber adalah yang mempunyai pengalaman luas
atau pejabat khusus yang dapat memberi informasi yang autentik. Tokoh-tokoh masyarakat

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 197


dapat memberikan informasi sesuai dengan pengalamannya masing-masing.
Pemilihan nara sumber memerlukan pertimbangan:
• Nara sumber perlu mempunyai sesuatu pesan bagi anak-anak.
• Nara sumber diundang karena pengetahuan khusus yang dimilikinya.
• Nara sumber tidak perlu melawak. Nara sumber diundang untuk mendorong belajar,
bukan untuk memberikan suguhan hiburan.
• Nara sumber adalah orang yang pandai menyampaikan sajian secara jelas. Sajian yang
efektif dapat mendorong tumbuhnya perhatian.
• Nara sumber yang diundang adalah mereka yang mempunyai pandangan luas dan
terbuka, tidak berat sebelah.
• Nara sumber adalah mereka yang tertarik kepada anak-anak.

Jauh sebelum kelahiran mata pelajaran PKn di Indonesia, Leppert (1963)


mengemukakan bahwa program pembelajaran PKn hendaklah memberikan kesempatan
kepada sekolah (siswa) untuk menemukan dan menggunakan beragam jenis sumber
informasi, seperti membaca buku sumber, menyajikan media audiovisual, dan sumber-
sumber yang diperoleh dari lingkungan masyarakat. Sumber-sumber tertulis baik yang
berupa fiksi maupun faktual, jika diilustrasikan dengan baik, dapat diperkenalkan untuk
membantu siswa memperluas wawasan, mengemukakan konsep baru, dan memperluas
dan memperdalam pemahaman mereka. Sebelum anak-anak menggunakan sumber
informasi, seperti buku, majalah, ensiklopedia, dan katalog kartu, mereka perlu mengetahui
susunan alpabet agar dapat menemukan lokasi tempat buku di perpustakaan.
Pada tingkat SD/MI, para siswa hendaknya telah diperkenalkan bagaimana
mengumpulkan informasi selain dari buku teks, seperti biografi dan autobiografi, buku-
buku yang bertema khusus, fiksi, ensiklopedi, kamus dan penggunaanya, referensi
tambahan yang menunjang, majalah (current periodicals), peta dan atlas. Demikian pula,
informasi yang ada di masyarakat, bahan-bahan audiovisual, film, bioskop, radio, televisi,
catatan harian, VCD, dan sebagainya.
Dari sejumlah jenis sumber informasi tersebut, maka apabila diklasifikasikan sumber
utama informasi meliputi: (1) bahan-bahan bacaan (reading materials), (2) sumber
masyarakat (community), dan (3) sumber-sumber bukan bacaan (nonreading materials).
Bagaimana memperoleh dan menghimpun sumber informasi? Bagaimana
menggunakan atau memanfaatkan sumber informasi ini? merupakan pertanyaan yang
akan memandu uraian pembahasan dalam kegiatan belajar di bawah ini.
Pertama, penggunaan bahan bacaan sebagai sumber informasi meliputi: buku,
perpustakaan, majalah (periodicals), dan publikasi pemerintah. Buku merupakan sarana
dasar untuk belajar bagaimana menemukan dan mengumpulkan informasi. Para siswa
dapat membaca dan menganalisis buku teks dan buku-buku lainnya untuk mendapatkan

198 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


jawaban atas pertanyaan, memeriksa kebenaran informasi, memperoleh pengertian
tentang unit studi, membuat pilihan dan keputusan yang lebih cerdas, dan memecahkan
masalah. Penggunaan buku sebagai instrumen dalam memperoleh informasi memerlukan
kemampuan siswa dalam menggunakan daftar isi, indeks, kartu katalog, ensiklopedi,
atlas, kamus, almanak, surat kabar, dan rujukan lainnya. Sejumlah kemampuan ini
sering terlupakan oleh sebagian guru bahkan tidak pernah siswa mendapat kesempatan
atau dibimbing untuk memperoleh keterampilan ini. Padahal, keterampilan tersebut
merupakan dasar (basic skills) bagi anak didik untuk membantu mempermudah menggali
dan menghimpun informasi.
Bagaimana penggunaan sumber informasi dari bahan bacaan buku tersebut? Berikut
ini adalah contoh petunjuk perbandingan pembelajaran penggunaan daftar isi dan daftar
indeks.

Pertanyaan Daftar Isi Daftar Indeks

1. Dimana? Pada halaman bagian 1. Pada bagian depan 1. Pada bagian belakang
depan atau belakang

2. Mengapa? Untuk menunjukkan 2. Untuk menunjukkan lokasi bab 2. Menunjukkan nama dan
urutan atau lokasi bab. topik menurut susunan
3. Kapan ? Digunakan ketika ingin 3. Ketika ingin mencari judul bab alpabetis.
mencari judul bab atau cerita. 3. Untuk temukan kata kunci
dari topik.
4. Bagaimana? Lihat daftar bab dan 4. Lihat daftar bab 4. Catat halaman dimana
bergeser ke sebelah kanan, lihat topik itu berada.
halaman bab.

Apabila para siswa telah mahir dalam menggunakan buku sebagai sumber bacaan,
maka Anda dapat memperkenalkan atau mencoba melatih para siswa memanfaatkan
perpustakaan dimana terdapat berbagai jenis ragam buku. Perpustakaan merupakan
sumber yang sangat diperlukan oleh guru PKn maupun guru mata pelajaran lainnya untuk
memberi kesempatan kepada siswa dalam mengembangkan keterampilan menghimpun
informasi. Oleh karena itu, guru PKn dan petugas perpustakaan (librarian) perlu bekerja
sama dalam membuat kesepakatan untuk keperluan proses belajar mengajar, khususnya
dalam menggunakan katalog dan bahan rujukan lain guna mendapatkan bahan-bahan
informasi, aturan penggunaan perpustakaan, dan sebagainya.
Di dalam perpustakaan, kita dapat mendapat informasi bukan hanya dari buku-
buku teks, melainkan dari beragam jenis majalah dan surat kabar (periodicals). Karena
kompetensi kewarganegaraan merupakan tujuan utama pembelajaran PKn, maka majalah
dan surat kabar yang berkaitan dengan isu-isu dan masalah-masalah kewarganegaraan
merupakan sumber informasi yang penting. Setiap siswa sekolah menengah hendaknya

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 199


tidak hanya mengetahui bagaimana mencari kolom iklan melainkan harus tahu pula
bagaimana menemukan kolom artikel yang ada hubungannya dengan pekerjaan kelas
PKn. Banyak majalah mingguan dan bulanan, tabloid, surat kabar, buletin yang memuat
isu-isu aktual, seperti Tempo, Gatra, Populer, Merdeka, Kompas, Republika, Pikiran
Rakyat, Media Indonesia.

Sebagai latihan, coba Anda kelompokkan jenis sumber informasi


periodik tersebut menurut jenis majalah, tabloid, surat kabar, buletin.
Anda dapat memasukkan jenis lainnya sebanyak yang Anda ketahui.

Publikasi pemerintah dapat pula digunakan sebagai sumber informasi dari bahan
bacaan. Dalam hal ini, guru PKn hendaknya memberikan bahan-bahan pilihan dari
badan-badan pemerintahan daerah dan pemerintah pusat untuk para siswa di Madrasah
Ibtidaiyah. Sumber informasi dari badan pemerintah ini dapat berupa buletin, liflet,
pamplet, peta, dsb. Perolehan sumber melalui surat menyurat dan kunjungan langsung
oleh siswa dan guru ke berbagai badan pemerintahan dan departemen merupakan cara
yang efektif untuk mendaaptkan publikasi negara dan pemerintah.
Demikianlah beberapa bahan bacaan sebagai sumber informasi yang berguna
untuk pengambilan keputusan dan meningkatkan kompetensi kewarganegaraan. Untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap berbagai jenis sumber informasi bacaan
tersebut, kerjakan latihan berikut ini.

Pada setiap kolom kosong yang sejajar dengan setiap pernyataan Kolom A, tulislah
nomor kata atau konsep pada Kolom B yang menurut anda paling cocok!

200 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Pilihan Ceklis Kolom A Kolom B

__________ Pada bagian muka buku dan memberikan pengarang, 1. Katalog kartu
judul, dan penerbit buku. 2. Buku petunjuk telepon
__________ Daftar bab buku. 3. Biografi
Sebuah buku map. 4. Indeks
__________ Membantu anda menemukan buku pada rak. 5. Kamus
__________ Ditemukan pada bagian belakang buku. 6. Nomor buku
__________ Disusun pada rak secara alpabetis dengan nama orang 7. Atlas
tentang oleh siapa buku ditulis. 8. Halaman judul buku
__________ Memberikan nama orang yang tersusun secara alpabetis. 9. Daftar isi
Memberikan makna kata-kata. 10. Punggung buku
__________ Daftar judul buku secara alpabetis.
__________ Daftar semua buku di perpustakaan.
__________

Kedua, masyarakat sebagai salah satu sumber informasi mencakup: file sumber
masyarakat, hasil wawancara dan pembicara tamu, catatan perjalanan lapangan, dan
laporan survey masyarakat. Masyarakat di kawasan tertentu merupakan laboratorium
berharga yang memberikan pengalaman kepada siswa dalam mendapatkan informasi
tentang lembaga-lembaga sosial, politik, dan ekonomi. Selain itu, sumber informasi
masyarakat ini memberikan makna bagi kehidupan kelompok dan kontribusi penting
untuk mengidentifikasi dan memahami kesamaan dan perbedaan dalam budaya.
Pemanfaatan masyarakat secara efisien dan efektif sebagai laboratorium proses
belajar mengajar dalam memperoleh informasi berkaitan dengan unit kajian dalam PKn.
File sumber masyarakat menjadi instrumen baik bagi guru maupun siswa. Di lingkungan
sekolah yang belum mengembangkan file sumber masyarakat, guru PKn perlu mempunyai
file sendiri dan melibatkan siswa dalam kegiatan. Pengelompokan dan pengorganisasian
sumber dari masyarakat meliputi: bisnis, komunikasi, budaya, pemerintahan, sejarah,
perindustrian, transportasi, rekreasi dan permainan. Sedangkan lembaga dan instansi
yang dapat dijadikan sumber informasi di masyarakat meliputi: Pusat Kota, Balai Kota,
Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Umum, Perdesaan, Ibu Kota Negara, Kantor Pos,
Pengadilan, Biro Cuaca, Perumahan, Kehutanan, dsb.
Selain perolehan informasi melalui sumber di atas, para siswa dapat dibelajarkan pula
melalui pelatihan mewawancarai narasumber dan hasilnya dilaporkan kepada seluruh
kelas. Atau guru dan siswa secara bersama mendatangkan narasumber ke kelas untuk
mendiskusikan suatu tema, menunjukkan keahlian atau menunjukkan bahan-bahan PKn
yang tidak pernah diperoleh di sekolah. Namun, apabila narasumber itu tidak dapat
hadir di kelas maka beberapa siswa dapat mewawancarainya dan mencatatnya bahkan
dapat dibantu dengan alat rekaman. Catatan ini dapat digunakan sebagai laporan di kelas
untuk memberikan rasa kontak langsung dengan orang yang diwawancarainya.
Catatan perjalanan terhadap tempat-tempat yang dikunjungi dan bentuk perjalanan

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 201


yang akan direncanakan tergantung pada tingkat perkembangan dan kecakapan siswa
serta topik yang dikaji. Untuk siswa jenjang SD/MI, lokasi yang dapat dikunjungi dapat
meliputi kantor pos, perkebunan, station pemadam kebakaran, pusat-pusat kesehatan
masyarakat, bank, dan kantor-kantor pemerintahan daerah. Keberhasilan perjalanan
lapangan dalam rangka proses pembelajaran untuk menghimpun informasi tergantung
pada keluasan rencana yang dibuat oleh guru dan siswa. Keterampilan-keterampilan yang
perlu dipersiapkan antara lain merumuskan daftar pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan, menentukan hal-hal yang perlu dicatat, kesepakatan kerjasama antara pihak
sekolah dan sumber informasi, dan pelaksanaan diskusi tindak lanjut dan evaluasi.
Survey masyarakat, seperti terhadap nara sumber atau perjalanan lapangan,
merupakan cara keterampilan pembelajaran dalam memperoleh dan pemanfaatan
informasi di laboratorium sekolah, dan masyarakat di perdesaan maupun di perkotaan.
Karena wawancara dan daftar pertanyaan merupakan aspek penting dalam tahap
persiapan atau pelaksanaan survey, maka guru perlu merencanakan pengalaman yang
memudahkan dan meningkatkan pemahaman siswa. Keberhasilan survey masyarakat
untuk mengembangkan keterampilan dalam mendapatkan dan memanfaatkan sumber
informasi tergantung pada keluasan rencana yang dibuat oleh siswa. Model pertanyaan
yang dapat dirumuskan untuk survey masyarakat antara lain:
- Apakah tujuan survey?
- Sumber informasi apakah yang kita perlukan?
- Pertanyaan seperti apakah yang akan diajukan untuk mencapai tujuan survey?
- Apakah pertanyaan tersebut akan menghasilkan data yang bermanfaat?
- Jenis informasi apakah yang harus diperoleh dari survey masyarakat?

Survey masyarakat hendaknya memberikan kontribusi dalam pengembangan


keterampilan, seperti: (1) membedakan antara data yang relevan dengan data yang tidak
relevan; (2) merumuskan generalisasi berdasarkan data yang cukup dan valid; dan (3)
melaporkan temuan-temuan secara akurat dan obyektif.
Ketiga, bahan-bahan bukan bacaan namun dapat dijadikan sebagai sumber informasi.
Bahan-bahan ini meliputi: (1) gambar bergerak, filmstrips, dan slides; (2) peta, grafik, dan
poster; (3) rekaman, radio, dan televisi.
Tergantung pada isi pesan, gambar bergerak seperti kartun, filmstrip, slides dapat
digunakan secara selektif untuk memperkenalkan, mengembangkan, atau merangkum
suatu unit kajian. Dalam proses perencanaan, guru hendaknya mempersiapkan pertanyaan
untuk memandu siswa pada saat mereka menggunakan sumber tersebut. Misalnya, siswa
dapat diperkenalkan dengan film dokumenter tentang aksi unjuk rasa atau demonstrasi
mahasiswa dan masyarakat yang menuntut agar RUU Penanggulangan Keadaan Bahaya
(PKB) tidak disahkan oleh DPR. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan, antara lain:
Apa masalah yang diperselisihkan oleh mahasiswa dan pihak pemerintah/DPR tentang

202 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


RUU tersebut? Mengapa mereka bersikeras agar RUU tersebut dibatalkan? Apa tujuan
dari RUU dan tujuan mahasiswa melakukan unjuk rasa?
Peta, grafik, dan poster merupakan bahan-bahan sumber informasi yang menunjukkan
hubungan antara fakta dan ide serta perbandingannya tentang data orang, uang, atau jarak
tempat, dalam bentuk visual sehingga sumber informasi akan bermakna bagi siswa. Garis
waktu dapat membantu siswa memahami urutan peristiwa dan dapat mempermudah
pengembangan perspektif sejarah. Peta dapat menunjukkan cara dari sejumlah peristiwa
dapat memberi kontribusi terhadap peristiwa yang lebih luas. Misalnya, berapa besar
impor dari negara-negara lain berkontribusi terhadap pengadaan pangan di negara kita.
Rekaman, radio dan televisi sebagai sumber informasi berupa suara memberikan
dimensi baru dalam bahan pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperluas
dan memperkaya informasi bagi siswa. Ketika media ini digunakan secara tepat, siswa
dapat mempunyai akses untuk melakukan diskusi tentang isu-isu terkini, demikian pula
peristiwa-peristiwa sejarah terkenal. Wawancara dengan pejabat pemerintah yang
direkam dengan tape recorder seperti dengan wali kota, bupati, gubernur, wakil dewan,
pimpinan perusahaan dapat memberikan informasi tentang fungsi, tugas, dan kewajiban
pejabat-pejabat tersebut serta masalah-masalah yang dihadapinya di masyarakat.
Keterampilan menghimpun informasi melalui sarana dan saluran di atas merupakan
bahan-bahan yang sangat berharga dalam proses pembelajaran PKn. Pengembangan
keterampilan ini memang diakui masih langka baik dalam teori apalagi dalam praktek.
Oleh karena itu, Anda yang telah lebih dahulu mendapat informasi ini akan lebih
bermanfaat apabila mencoba memulainya di kelas Anda bersama para siswa.

Rangkuman
Salah satu tugas guru yang tidak kalah pentingnya adalah mencari dan menentukan
sumber belajar. Dalam PKn, mencari dan menentukan sumber belajar sangat penting
sebab bahan ajarnya sangat dinamis sesuai dinamika dan perkembangan kehidupan
sosial politik yang terjadi saat ini.
Masyarakat dan aktivitas aparatur pemerintah merupakan sumber dan media utama
dalam pembelajaran PKn, karena pembelajaran ini bertitik tolak dari masyarakat dan
berorientasi pada masyarakat. Dalam menggunakan masyarakat dan perilaku pemerintah
sebagai media belajar, guru memerlukan informasi yang akurat dan memadai mengenai
orang-orang, lembaga, peristiwa, keadaan yang ada di dalam masyarakat. Dalam
pemanfaatan ini terdapat tiga sarana: (a) tempat, orang, organisasi yang dapat dijadikan
sumber belajar atau untuk meningkatkan belajar termasuk sumber masyarakat, (b)
kunjungan studi, dan (c) nara sumber.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 203


Sebagaimana program pembelajaran pada umumnya, pembelajaran PKn hendaklah
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan, memilih, dan menggunakan
beragam jenis sumber belajar untuk pembelajaran PKn. Dari sejumlah jenis sumber
informasi tersebut, maka apabila diklasifikasikan sumber utama informasi meliputi: (1)
bahan-bahan bacaan (reading materials), (2) sumber masyarakat (community), (3) sumber-
sumber bukan bacaan (nonreading materials). Setiap sumber informasi ini mempunyai
karakteristik tertentu yang saling mendukung kompetensi kewarganegaraan dan akurasi
hasil pengambilan keputusan. Bahan bacaan sebagai sumber informasi meliputi: buku,
perpustakaan, majalah (periodicals), dan publikasi pemerintah. Masyarakat sebagai
salah satu sumber informasi mencakup: file sumber masyarakat, hasil wawancara dan
pembicara tamu, catatan perjalanan lapangan, dan laporan survey masyarakat. Bahan-
bahan bukan bacaan namun dapat dijadikan sebagai sumber informasi meliputi: (1)
gambar bergerak, filmstrips, dan slides; (2) peta, grafik, dan poster; (3) rekaman, radio,
dan televisi.

204 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Tes Formatif 2:

Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir


pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.

1. Sumber belajar yang diperoleh dari media cetak meliputi... kecuali:


A. buku
B. majalah
C. surat kabar
D. artikel internet

2. Berikut ini adalah sumber informasi yang berasal dari bahan bacaan kecuali:
A. film
B. ensiklopedi
C. majalah
D. kamus

3. Keterampilan menghimpun informasi dengan cara menggunakan indeks dilakukan


terhadap sumber:
A. majalah
B. peta
C. catatan harian
D. buku teks

4. Untuk mengetahui halaman bab tertentu, kita dapat melihat:


A. katalog
B. daftar isi
C. indeks
D. daftar tabel

5. Membaca dan menganalisis buku teks bertujuan untuk.... kecuali:


A. mencari jawaban atas pertanyaan
B. memeriksa kebenaran informasi
C. membuat keputusan yang cerdas
D. mencari masalah baru

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 205


6. Untuk mencari suatu definisi istilah dari sebuah buku, kita dapat menemukan dengan
cepat apabila melihat:
A. daftar isi
B. indeks
C. daftar pustaka
D. bab demi bab

7. Informasi dapat diperoleh dari masyarakat melalui .... kecuali:


A. survey
B. wawancara
C. perjalanan lapangan
D. mengkaji daftar isi

8. Sumber belajar/informasi dari masyarakat untuk bahan pengambilan keputusan yang


berkaitan dengan masalah rendahnya produktivitas barang dapat diperoleh dari
organisasi:
A. kebudayaan
B. transportasi
C. perindustrian
D. sejarah

9. Penggunaan hasil menghimpun informasi oleh siswa dari masyarakat adalah:


A. untuk laporan kelas
B. langsung dipublikasikan kepada umum
C. untuk memperbaiki ekonomi
D. untuk laporan kepada kepala sekolah

10. Survey masyarakat yang baik hendaknya memuat hal-hal berikut... kecuali:
A. membedakan antara fakta yang relevan dengan yang tidak
B. merumuskan generalisasi
C. melaporkan data secara akurat
D. mendapat imbalan materi

206 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat
di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap
materi kegiatan belajar 2 dengan mempergunakan rumus di bawah ini.

Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 %
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 70 % = kurang

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan


dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda
kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum Anda kuasai.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 207


KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

Tes Formatif 1 :
1. D. penentu keberhasilan belajar PKn
2. C. Menampilkan objek yang mudah diamati mata
3. A. tujuan instruksional yang ingin dicapai
4. B. Media yang digunakan hendaknya belum dikenal siswa
5. C. audio-visual
6. B. pameran
7. C. diagram
8. A. Tidak memerlukan ruang gelap
9. D. Memerlukan listrik
10. C. Nara sumber perlu melawak memberikan suguhan hiburan.

Tes Formatif 2
1. C edukatif
2. A film
3. D buku teks
4. B daftar isi
5. D mencari masalah baru
6. B indeks
7. D mengkaji daftar isi
8. C perindustrian
9. A untuk laporan kelas
10. D mendapat imbalan materi

208 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


DESAIN DAN MODEL

6
PEMBELAJARAN PKN
MI KELAS RENDAH

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 209


210 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]
DESAIN DAN MODEL PEMBELAJARAN
PKN MI KELAS RENDAH

Pendahuluan

Modul ini membahas tentang keterkaitan mata pelajaran PKn dengan mata pelajaran
lainnya yang ada di Madrasah Ibtidaiyah (MI). Secara khusus modul ini akan membahas
model pembelajaran tematis dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di
Madrasah Ibtidaiyah kelas rendah, yakni Kelas I, II, dan III, sebagai bahan ajar untuk para
mahasiswa guru, yakni para mahasiswa yang sedang mendalami mata kuliah pembelajaran
PKn.
Dengan mengkaji modul ini, diharapkan guru dan/atau calon guru MI memiliki
pemahaman dan wawasan yang luas dan komprehensif tentang desain pembelajaran
tematis PKn dan model pembelajaran tematis PKn di MI Kelas I, II, dan III. Perlunya
pengembangan model pembelajaran tematis ini didasarkan pada kebijakan tentang
pembelajaran di kelas rendah SD/MI yang dianjurkan agar mnerapkan pendekatan
tematis. Hal ini berlandaskan pula pada kondisi/karakteristik siswa SD/MI untuk Kelas I,
II, dan III yang umumnya ada pada tahap perkembangan operasi konkrit dan kemampuan
berpikir holistik.
Secara umum, setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda memiliki kemampuan
merancang pembelajaran kreatif dan partisipatif untuk PKn MI Kelas I, II, dan III.
Sedangkan secara khusus, diharapkan Anda mampu:
1. Menjelaskan pengembangan desain pembelajaran tematis PKn MI
2. Mengembangkan model pembelajaran tematis PKn MI Kelas I, II, dan III

Semua kemampuan di atas sangat penting bagi semua mahasiswa calon sarjana
dan atau calon guru profesional khususnya dalam mempersiapkan kemampuan untuk
kegiatan belajar mengajar di kelas PKn Madrasah Ibtidaiyah.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 211


Agar semua harapan di atas dapat terwujud, maka di dalam modul ini disajikan
pembahasan dan latihan dengan butir uraian sebagai berikut:
1. Desain model Pembelajaran Tematis PKn MI Kelas Rendah
2. Model Pembelajaran Tematis PKn MI Kelas Rendah

Untuk membantu Anda dalam mencapai harapan kemampuan di atas ikutilah


petunjuk belajar sebagai berikut:
1. Bacalah dengan cermat bagian Pendahuluan modul ini sampai Anda faham betul, apa,
untuk apa dan bagaimana mempelajari modul ini.
2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan kata-kata yang
Anda anggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci dalam daftar kata-
kata sulit (Glosarium) atau dalam kamus atau dalam ensiklopedia.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri
dan atau tukar pikiran dengan mahasiswa atau guru lain dan dengan tutor Anda.
4. Terapkan prinsip, konsep, dan prosedur yang dituntut oleh kurikulum tentang
keharusan menerapkan pembelajaran PKn khususnya dalam membelajarkan PKn di
Madrasah Ibtidaiyah.
5. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi mengenai pengalaman simulasi dalam
kelompok kecil atau klasikal pada saat tutorial.

212 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


1

Desain Pembelajaran PKn Tematis


Di MI Kelas Rendah

Pada kegiatan belajar 1 modul ini, akan dibahas tentang pengembangan desain
pembelajaran PKn di MI Kelas Rendah. Bahasan tentang desain pembelajaran di MI kelas
rendah ini snagat penting karena siswa MI kelas rendah memiliki karakteristik unik yang
berbeda dari karakteristik siswa MI kelas tinggi. Namun, sebelum membahas tentang hal
tersebut, perlu ada kejelasan tentang pembelajaran tematik.

Apa pembelajaran tematik itu?


Di lihat dari perkembangan psikologisnya seperti diteorikan oleh Piaget peserta didik
SD/MI dengan rentang usia 6 s.d 12 tahun berada pada tingkat operasi konkrit (concrete
operation) dan awal dari operasi formal (formal operation) yang ditandai dengan mulai
berkembangnya abstraksi dalam pemikiran. Dilihat dari lingkungan kehidupannya seperti
dikonsepsikan oleh Paul R. Hanna dalam model lingkup kehidupan semakin meluas
(expanding environment), peserta didik di SD/MI berada dalam lingkup komunitas dan
sosial budaya, rumah, sekolah dan lingkungan sekitar (lingkungan desa sampai dengan
lingkungan negara).
Dengan mempertimbangkan perkembangan psikologis dan lingkup interaksi sosial
budaya peserta didik telah ditetapkan bahwa pelaksanaan kegiatan kurikuler di MI
dibagi dalam 2 penggalan. Penggalan pertama terdiri atas kelas-kelas rendah (I, II dan
III), dan penggal kedua terdiri atas kelas-kelas yang lebih tinggi (IV, V dan VI). Untuk
kelas-kelas rendah kegiatan kurikuler diorganisasikan dalam bentuk pembelajaran
tematis, sedangkan untuk kelas-kelas yang lebih tinggi diorganisasikan dalam bentuk
pembelajaran berbasis mata pelajaran.
Pembelajaran tematis adalah bentuk pengorganisasian pembelajaran terpadu. Dalam
pembelajaran bentuk ini peserta didik belajar melalui pemahaman dan pembiasaan perilaku

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 213


yang terkait pada kehidupannya. Peserta didik belum secara formal diperkenalkan pada
mata pelajaran. Tujuan akhir dari pembelajaran tematik adalah berkembangnya potensi
peserta didik secara alami sesuai dengan usia dan lingkungannya. Dalam pembelajaran
berbasis mata pelajaran peserta didik sudah secara formal diperkenalkan kepada mata
pelajaran yang ada dalam kurikulum SD/MI.
Bredekamp (1992) berpandangan bahwa pada usia pendidikan dasar (6-15 tahun)
kemampuan intelektual, sosio emosional, fisik dan moral anak, berkembang secara
terpadu, sehingga proses pengembangan dalam pembelajaran harus dilangsungkan
secara terpadu. Dalam kurikulum SD/MI tahun 2004 pembelajaran terpadu untuk kelas-
kelas awal (kelas 1 dan II) menggunakan pendekatan pembelajaran tematik. Sementara
itu dalam kurikulum tahun 2006 pembelajaran tematik direncanakan di kelasI, II, dan
III.
Pembelajaran tematik adalah model pembelajaran yang menggunakan tema tertentu
sebagai titik sentral pembelajaran yang mengakomodasikan berbagai kompetensi dasar
yang harus dicapai dari satu mata pelajaran atau beberapa mata pelajaran. Pembelajaran
tematik adalah aplikasi pendekatan pembelajaran terpadu yang dikembangkan melalui
suatu “tema” yang di dalamnya terkandung kompetensi dasar dan materi yang saling
berkaitan antarmata pelajaran berdasarkan hasil analisis kompetensi dasar dari masing-
masing mata pelajaran.
Adapun yang dimaksud pembelajaran terpadu adalah proses pembelajaran yang
mengkaitkan atau menghubungkan tema atau topik yang berkaitan dalam satu mata
pelajaran atau antarmata pelajaran pada suatu kurikulum sekolah. Keterkaitan ini dapat
terbentuk:
– keterkaitan materi dan kompetensi dasar dalam suatu mata pelajaran dengan
kebutuhan/pengalaman anak dan lingkungan sosial anak.
– keterkaitan materi dan kompetensi dasar dalam beberapa mata pelajaran dengan
kebutuhan/pengalaman anak dan lingkungan sosial anak.

Melalui sistem pembelajaran terpadu, memungkinkan siswa secara individual


maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip
keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Karakteristik model pembelajaran
terpadu adalah holistik, bermakna, otentik, dan aktif. Oleh karena itu, pembelajaran
terpadu sangat diperlukan terutama untuk Sekolah Dasar, karena pada jenjang ini siswa
dalam menghayati pengalamannya masih secara totalitas serta masih sulit menghadapi
pemilahan yang artificial (Richmond, 1977; Joni, 1996).
Secara definitif kurikulum tematis adalah kurikulum yang menggabungkan sejumlah
disiplin ilmu melalui pemaduan area isi, keterampilan, dan sikap (Wolfinger, 1994:133).
Selanjutnya, Wolfinger (1994) dan Suwignyo, (1996) menjelaskan bahwa pemaduan

214 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


tersebut didasarkan pada pertimbangan rasional antara lain:
1) kebanyakan masalah dan pengalaman termasuk di dalamnya pengalaman belajar
bersifat interdisipliner;
2) untuk memahami, mempelajari, dan memecahkannya diperlukan multiskill
3) adanya tuntutan interaksi kolaboratif yang tinggi dalam pemecahan masalah;
4) memudahkan siswa membuat hubungan antarskematika dan transfer pemahaman
antarkonteks;
5) demi efisiensi;
6) adanya tuntutan keterlibatan siswa yang lebih tinggi dalam proses pembelajaran.

Dalam pembelajaran tematik terdapat beberapa hal yang perlu mendapat perhatian
yaitu:
1) pembelajaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran menjadi
lebih bermakna dan utuh;
2) dalam pelaksanaan pembelajaran tematik perlu mempertimbangkan antara lain
alokasi waktu setiap tema, memperhitungkan banyak dan sedikitnya bahan yang ada
di lingkungan;
3) usahakan pilihan tema yang terdekat dengan anak;
4) lebih mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai daripada tema (Ahman,
Dkk, 2004).

Pembelajaran tematik memiliki kekuatan/keunggulan antara lain:


1) pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan
kebutuhan siswa;
2) menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa;
3) hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna;
4) mengembangkan keterampilan berpikir siswa dengan permasalahannya yang
dihadapi;
5) menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama, toleransi, komunikasi dan
tanggap terhadap gagasan porang lain.

Hasil studi yang dilaporkan Pappas dan Kiefer (1995) bahwa model pembelajaran
tematik sangat cocok diberikan kepada anak didik pada kelas rendah. Pembelajaran
tematik memadukan berbagai mata pelajaran dalam kurikulum dan menghubungkannya
melalui jaringan topik atau tema. Hal ini mengandung arti bahwa pembelajaran tematik
tidak hanya sebagai kerangka bahan ajar dan konstruk penmgetahuan bagi peserta didik,
namun juga dapat dipandang sebagai alat untuk mengkaji berbagai kajian budaya bagi
anak didik usia dini.
Pada uraian di atas ditegaskan bahwa tema dalam pembelajaran tematis merupakan

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 215


sentral kajian pembelajaran. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang
menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Bagaimana peran tema dalam
pembelajaran tersebut? Peran tema dimaksudkan agar:
a. siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu;
b. siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi
mata pelajaran dalam tema yang sama;
c. pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
d. kompetensi berbahasa dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata
pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;
e. siswa dapat lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan
dalam konteks tema yang jelas;
f. guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu
dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan.

Bagaimana langkah-langkah pembelajaran tematik itu?
Setelah kita membicarakan konsep dasar pembelajaran tematik, mari kita kaji
bersama langkah-langkah pembelajaran tematik. Dalam pembahasan langkah-langkah
pembelajaran tematik ini akan dipaparkan tentang langkah-langkah pembelajaran
tematik antarmata pelajaran di SD/MI.
Secara umum langkah-langkah menyusun pembelajaran tematik antarmata pelajaran
sebagai berikut.
a. mempelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dari setiap mata
pelajaran;
b. membuat/memilih tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi
tersebut untuk setiap kelas dan semester;
c. membuat matrik atau bagan hubungan kompetensi dasar dengan tema/topik;
d. membuat pemetaan pembelajaran tematik dalam bentuk matrik atau jaringan tema;
e. menyusun silabus berdasarkan matrik/jaringan tema pembelajaran tematik;
f. menyusun rencana pembelajaran tematik

Berdasarkan langkah-langkah tersebut, Anda dipersilakan mencoba menyusun


rencana pembelajaran tematik untuk siswa sekolah dasar tempat mengajar yang
dituangkan dalam silabus dan rencana pembelajaran. Perlu diperhatikan bahwa dalam
menyusun silabus hendaknya Anda menciptakan berbagai kegiatan sesuai dengan
tuntutan kompetensi dan tema yang sudah ditetapkan. Jika ada kompetensi dasar yang
tidak bisa dikaitkan dalam pembelajaran tematis hendaknya dibuat silabus tersendiri.
Pandangan lain dikemukakan oleh Dyah Sriwilujeng, (2006) yang mengajukan enam
langkah tematik antarmata pelajaran di SD/MI, yakni sebagai berikut :

216 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


1. Membuat/memilih tema
2. Melakukan analisis indikator, kompetensi dasar dan hasil belajar yang sesuai dengan
tema dan membagi alokasi waktu
3. Melakukan pemetaan hubungan kompetensi dasar, indikator dengan tema
4. Membuat pengelompokkan jaringan indikator
5. Melakukan penyusunan silabus
6. Menyusun Rencana Pembelajaran

Baiklah! mari kita bahas langkah-langkah tersebut secara lebih rinci.


1. Membuat/memilih tema
Menurut Dyah Sriwilujeng, ada beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam
pembuatan tema yang akan dikembangkan di Sekolah Dasar kelas rendah yaitu sebagai
berikut :
a. tema yang dikembangkan tidak terlalu luas namun dapat dengan mudah dipergunakan
untuk memadukan banyak mata pelajaran;
b. bermakna, yang mengandung arti bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus
memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya;
c. tema yang dikembangkan harus sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis
anak
d. tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak di
sekolah
e. tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang
terjadi di dalam rentang waktu belajar
f. mempertimbangkan kurikulum yang berlaku dan harapan masyarakat terhadap hasil
belajar siswa
g. mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.

Perhatikan pula bahwa tema drumuskan oleh guru dan pilihan tema hendaknya
yang terdekat dengan anak.
Contoh tema Kelas 1 semester 1 :
® diri sendiri;
® keluarga;
® lingkungan;

Semester 2:
® pengalaman;
® kegemaran;
® kebersihan, kesehatan, dan keamanan.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 217


2. Melakukan analisis Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator yang disesuaikan
dengan tema dan alokasi waktu.
Kegiatan untuk melakukan analisis standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator
dan hasil belajar yang sesuai dengan tema dan alokasi waktu dapat diorganisasikan
sepenuhnya oleh sekolah. Dengan demikian kegiatan ini tidak perlu dilakukan secara
tersendiri, tetapi dapat dilaksanakan bersamaan dengan penentuan jaringan indikator.
Standar kompetensi adalah standar kemampuan yang harus dikuasai untuk
menunjukkan bahwa hasil mempelajari mata pelajaran tertentu berupa penguasaan atas
pengetahuan, sikap, dan keterampilan tertentu telah dicapai. Sedangkan kompetensi dasar
adalah kemampuan atau kompetensi minimal dalam mata pelajaran yang harus dimiliki
oleh lulusan atau kemampuan minimal yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh
siswa dari standar komptensi untuk suatu mata pelajaran.
Contoh Standar kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator mata
pelajaran PKn kelas I SD/MI.
Standar Kompetensi: Kemampuan memahami identitas diri dan keluarga dalam
rangka berinteraksi di lingkungan rumah

Kompetensi
Hasil Belajar Indikator
Dasar

1. Kemampuan 1. Mengetahui nama, ‑ Menyebutkan nama lengkap dan nama panggilan


menunjukan alamat, nama orang ‑ Menyebutkan nama ayah dan ibu atau wali
identitas diri tua, dan jumlah anggota ‑ Menyebutkan alamat tempat tinggal
keluarga ‑ Menyebutkan anggota keluarga yang tinggal di rumah

2. Menceritakan perilaku ‑ Menceritakan kasih sayang Ibu dan Ayah kepada


kasih sayang dalam anak
keluarga ‑ Menceritakan hubungan kasih sayang antar-anggota
keluarga

2.Kemampuan 1.Mengetahui manfaat ‑Memberi contoh kemajemukan dalam keluarga


mewujudkan hidup rukun dalam ‑Menjelaskan manfat hidup rukun dalam keluarga
hidup rukun kemajemukan keluarga ‑Mengidentifikasi hidup dan tidak rukun
dalam ‑Menceritakan akibat jika tidak menjaga kerukunan
kemajemukan
keluarga 2.Membiasakan hidup ‑Menunjukkan sikap saling menghargai perbedaan
rukun dalam kemaje- dalam lingkungan keluarga
mukan keluarga ‑Menunjukkan sikap tidak membeda-bedakan
perlakuan dalam keluarga

218 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


3.Kemampuan 1.Menguraikan peristiwa ‑Menyebutkan peristiwa yang pernah dialami
mengingat yang pernah dialami ‑Menceritakan peristiwa menyenangkan yang pernah
peristiwa yang dialami sendiri
dialami 2.Menguraikan peristiwa
masa kecil berdasarkan ‑Menceritakan kembali hal-hal yang pernah dialami
cerita orang tua /orang berdasarkan cerita orang tua/ orang lain
lain ‑Menyebutkan peristiwa yang terjadi di lingkungan
keluarga berdasarkan cerita orang tua/ orang lain

4.Kemampuan 1.Menyebutkan fungsi ‑Mengidentifikasi ruang dalam rumah


menjelaskan ruang dalam rumah ‑Menceritakan tentang fungsi dari setiap ruang
lingkungan
rumah sehat 2.Membiasakan kerapian ‑Menyebutkan ciri-ciri rumah sehat
dan kebersih-an rumah ‑Menceritakan perilaku dalam menjaga kebersihan
rumah

5.Kemampuan 1.Menyebutkan tempat ‑Mengidentifikasi warung, toko, dan pasar


memahami kegiatan jual beli ‑Menyebutkan barang kebutuhan sehari-hari
kegiatan jual
beli 2.Menyebutkan jenis ‑Menceritakan kegiatan jual beli
kegiatan jual beli ‑Menyebutkan barang-barang yang diperjualbelikan

Contoh Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar kelas 1 mata pelajaran PKn dalam
Standar Isi (2006):

Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar


1. Menerapkan hidup rukun dalam 1.Menjelaskan perbedaan jenis kelamin, agama, dan suku bangsa
perbedaan 2.Memberikan contoh hidup rukun melalui kegiatan di rumah dan
di sekolah
3. Menerapkan hidup rukun di rumah dan di sekolah
2. Membiasakan tertib di rumah 1.Menjelaskan pentingnya tata tertib di rumah dan di sekolah
dan sekolah 2. Melaksanakan tata tertib di rumah dan di sekolah

Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar


1. Menerapkan hak anak di rumah 1.Menjelaskan hak anak untuk bermain, belajar dengan gembira
dan di sekolah dan didengar pendapatnya
2. Melaksanakan hak anak di rumah dan di sekolah

2.Menerapkan kewajiban anak di 1.Mengikuti tata tertib di rumah dan di sekolah


rumah dan di sekolah 2. Melaksanakan aturan yang berlaku di masyarakat

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 219


Pada kurikulum 2004, mata pelajaran PKn bergabung dengan ilmu pengetahuan
sosial sehingga namanya disingkat PKPS. Dalam kurikulum untuk persekolahan (2006)
yang disusun oleh BSNP, mata pelajaran PKn terpisah dari IPS dan menjadi mata
pelajaran tersendiri. Untuk kelas I – III menggunakan pendekatan pembelajaran tematik,
sedangkan kelas IV – VI menggunakan pendekatan mata pelajaran. Dengan demikian,
Anda sebagai guru yang mengajarkan PKn di kelas I – III dapat merumuskan tema-tema
PKn yang disesuaikan dan dikaitkan dengan tema-tema mata pelajaran lain seperti bahasa
Indonesia, IPS, Matematika, IPA dan sebagainya.

3. Melakukan pemetaan hubungan kompetensi dasar, indikator dengan tema (yang


telah dibuat ).
Ada beberapa hal yang mesti dilakukan guru yaitu:
a. Mengidentifikasi semua indikator dan kompetensi dasar dari semua mata
pelajaran (Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, Pendidikan Kewarganegaraan
dan Pengetahuan Sosial, Kertakes, Pendidikan Jasmani).
b. Memasukkan hasil identifikasi ke dalam format (tabel) hubungan indikator dan
kompetensi dasar ke dalam tema yang relevan.
c. Jika ada indikator dan kompetensi dasar yang tidak bisa dimasukkan ke dalam
suatu tema, maka indikator dan kompetensi dasar tersebut dibuatkan atau
dicarikan tema khusus dan disajikan tersendiri, baik oleh guru kelas maupun
oleh guru mata pelajaran (terutama indikator dan kompetensi dasar Agama dan
Pendidikan Jasmani)

4. Membuat pengelompokan jaringan indikator


Dalam langkah ini guru memasukkan semua indikator yang telah diidentifikasi ke
dalam jaringan indikator. Contoh Format Jaringan Indikator.

220 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Dalam langkah ini guru memasukkan semua indikator yang telah diidentifikasi ke
dalam jaringan indikator. Contoh Format Jaringan Indikator.

JARINGAN INDIKATOR
JARINGAN INDIKATOR

Bahasa Indonesia:
Tuliskan Indikator-indikatornya PKn:
Tuliskan Indikator-indikatornya

Matematika: Kertakes:
Tuliskan Indikator-indikatornya T Tuliskan Indikator-indikatornya
E
M
A

Pengetahuan Alam: Agama:


Tuliskan Indikator-indikatornya Tuliskan Indikator-indikatornya

Penjas:
Tuliskan Indikator-indikatornya

5.5. Melakukan
Melakukan penyusunan silabus
penyusunan silabus
Bentuk silabus yang digunakan guru bersifat fleksibel. Guru dapat menggunakan
Bentuk silabus yang digunakan guru bersifat fleksibel. Guru dapat menggunakan
bentuk format ke samping (matrik) atau bentuk deskripsi (urutan ke bawah). Pemilihan
bentuk silabus
bentuk format ke samping (matrik)
didasarkan atau bentuk
pada tingkat deskripsi
kemudahan (urutan ke bawah).
penggunaannya, Pemilihan
keterbacaannya
bagi
bentukgurusilabus
serta efektifitas
didasarkandan
padaefisiensinya.
tingkat kemudahan penggunaannya, keterbacaannya bagi
guru serta efektifitas dan efisiensinya.
Komponen silabus meliputi :
(1) Identitassilabus meliputi :
Komponen
§ Nama Sekolah
(1) Identitas
§ Kelas
§ Semester
§ Tema
(2) Komponen Format
§ Kompetensi Dasar (memindahkan dari Kurikulum 2004)

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 221


§ Indikator (memasukkan indikator yang telah dibuat oleh guru dan diidentifikasi
yang sesuai dan tertuang dalam jaringan indikator). Urutan penulisan indikator
dalam silabus bukan merupakan urutan penyajian dalam pembelajaran.
§ Pengalaman Belajar, berisi pengalaman apa saja yang diperoleh siswa ketika
mengikuti pembelajaran (aktivitas belajar siswa di dalam dan di luar kelas)
§ Alokasi Waktu : disesuaikan dengan ruang lingkup indikator yang akan
dibelajarkan
§ Sumber yaitu berupa buku acuan, buku pedoman guru dan buku ajar dari semua
mata pelajaran
§ Penilaian meliputi semua aspek (kognitif, afektif dan psikomotor), penilai
proses dan hasil, baik yang berupa tes maupun non tes, termasuk di dalamnya
portofolio.

Contoh Format Silabus dan Penilaian Pembelajaran Tematis

Kompetensi
Mata Pengalaman Alokasi Sumber
Dasar dan Hasil Belajar Penilaian
Pelajaran Belajar Waktu Bahan
Indikator

Tuliskan Pindahkan Masukan Pengalaman Dalam Buku, Bentuk,


Mata Dari hasil yang menit Jurnal, dan jenis
pelajaran Kurikulum belajar diperoleh Media
yang yang di luar dan yang
ditematis- diharapkan dalam kelas relevan
kan

6. Menyusun Rencana Pembelajaran


Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan kegiatan
guru secara individu yang terdistribusi dalam rencana pembelajaran harian. Rencana
Pembelajaran ini dapat memuat beberapa kali pertemuan (Misalnya RP dibuat per minggu
yang di dalamnya ada pertemuan 1, 2, 3 sampai pertemuan ke 6). Atau diserahkan kepada
guru sesuai dengan kondisi, karakteristik, kemampuan siswa yang dihadapi sehari-hari.

Contoh Format Rencana Pembalajaran Tematik


RENCANA PEMBELAJARAN
Tema : ……………..
Sekolah : ……………..
Kelas/ Semester : ……………..
Alokasi Waktu : …………( ….. Pertemuan)

222 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


I. Kompetensi Dasar
A. . ……… (Agama)
B. . ……… (PKn)
C. .............. (IPS)
D. . ……… (Bahasa Indonesia)
E. . ……… (Kertakes)
F. . ……… (Pengetahuan Alam)
G. . ……… (Matematika)
H. . ……… (Penjas)

II. Indikator
A. . ……… (Agama)
B. . ……… (PKn)
C. .............. (IPS)
D. . ……… (Bahasa Indonesia)
E. . ……… (Kertakes)
F. . ……… (Pengetahuan Alam)
G. . ……… (Matematika)
H. . ……… (Penjas)

III. Materi Pembelajaran


A. . ……… (Agama)
B. . ……… (PKn)
C. .............. (IPS)
D. . ……… (Bahasa Indonesia)
E. . ……… (Kertakes)
F. . ……… (Pengetahuan Alam)
G. . ……… (Matematika)
H. . ……… (Penjas)

IV. Langkah Pembelajaran


Pertemuan 1
§ Pendahuluan
§ Kegiatan Inti
§ Penutup
Pertemuan 2
§ Pendahuluan
§ Kegiatan Inti
§ Penutup

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 223


V. Alat dan Sumber
§ Alat Pembelajaran
§ Sumber Pembelajaran

VI. Penilaian
§ Tes ……..
§ Non Tes …….

Contoh Format lainnya:

Rencana Pembelajaran

Tema : ……………..
Sekolah : ……………..
Kelas/ Semester : ……………..
Alokasi Waktu : …………( ….. Pertemuan)

I. Kompetensi Dasar dan Indikator

Mata Pelajaran Kompetensi Dasar dan Indikator

IPA Tuliskan KD dan Indikator dari kurikulum

Matematika sda

PKn sda

IPS sda

dan seterusnya sda

II. Materi Pembelajaran


1. IPA
-------------------------
-------------------------
2. Matematika
-------------------------
-------------------------
3. IPS
-------------------------
-------------------------
4. Dsb.

224 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


III. Skenario/Strategi Pembelajaran
1. Kegiatan Persiapan
2. Kegiatan Pembukaan
3. Kegiatan Inti
4. Kegiatan Penutup

IV. Media dan Sumber Pembelajaran:


1. Media Pembelajaran:
2. Sumber Pembelajaran

V. Penilaian Pembelajaran
1. Penilaian Proses:
Tanya Jawab, tugas, lembar pengamatan diskusi
2. Penilaian Hasil
Paper & Pencil Assessment

Untuk memantapkan pemahaman dan keterampilan Anda, cobalah kerjakan tugas


latihan di bawah ini.
1. Jelaskan dasar pertimbangan adanya pemilihan kelas rendah dan kelas lebih tinggi?
2. Jelaskan bagaimana hubungan antara pembelajaran tematik dengan pembelajaran
terpadu?
3. Jelaskan bagaimana peran tema dalam pembelajaran tematik?
4. Jelaskan Karakteristik model pembelajaran terpadu?
5. Apa yang harus dilakukan guru jika ada kompetensi dasar yang tidak dikaitkan dalam
pembelajaran tematik?

Agar hasil pekerjaan atau diskusi Anda dapat diketahui tingkat kebenarannya,
sekarang cermati pokok-pokok jawaban di bawah ini.
1. Pertimbang perkembangan psikologis dan lingkup interaksi sosial budaya peserta
didik, sehingga diadakan pemenggalan atas kelas-kelas rendah (I, II dan III), dan
kelas-kelas yang lebih tinggi (IV, V dan VI). Untuk kelas-kelas rendah kegiatan
kurikuler diorganisasikan dalam bentuk pembelajaran tematis, sedangkan untuk
kelas-kelas yang lebih tinggi diorganisasikan dalam bentuk pembelajaran berbasis
mata pelajaran.
2. Pembelajaran tematik adalah aplikasi pendekatan pembelajaran terpadu yang
dikembangkan melalui suatu “tema” yang di dalamnya terkandung kompetensi dasar
dan materi yang saling berkaitan antarmata pelajaran berdasarkan hasil analisis
kompetensi dasar dari masing-masing mata pelajaran.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 225


3. Peran tema dalam pembelajaran tematik:
a. siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu;
b. siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi
mata pelajaran dalam tema yang sama;
c. pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
d. kompetensi berbahasa dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata
pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;
e. siswa dapat lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan
dalam konteks tema yang jelas;
f. guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu
dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan

4. Karakteristik pembelajaran terpadu yaitu holistik, bermakna, otentik, dan aktif.


5. Guru membuat silabus tersendiri

Setelah Anda mencocokan hasil diskusi dengan rambu-rambu kunci jawaban di atas,
cermati dengan baik rangkuman materi kegiatan belajar 9.1 sebagai berikut.

Rangkuman
Pembelajaran tematik adalah model pembelajaran yang menggunakan tema tertentu
sebagai titik sentral pembelajaran yang mengakomodasikan berbagai kompetensi
dasar yang harus dicapai dari satu mata pelajaran atau beberapa mata pelajaran.
Sedangkan pembelajaran terpadu adalah proses pembelajaran yang mengkaitkan
atau menghubungkan tema atau topik yang berkaitan dalam satu mata pelajaran atau
antarmata pelajaran pada suatu kurikulum sekolah.
Karakteristik model pembelajaran terpadu adalah holistik, bermakna, otentik, dan
aktif. Oleh karena itu, pembelajaran terpadu sangat diperlukan terutama untuk Sekolah
Dasar, karena pada jenjang ini siswa dalam menghayati pengalamannya masih secara
totalitas serta masih sulit menghadapi pemilahan yang artificial
Pemaduan dalam pembelajaran terpadu didasarkan pada pertimbangan rasional
antara lain: 1) kebanyakan masalah dan pengalaman termasuk di dalamnya pengalaman
belajar bersifat interdisipliner; 2) untuk memahami, mempelajari, dan memecahkannya
diperlukan multiskill; 3) adanya tuntutan interaksi kolaboratif yang tinggi dalam
pemecahan masalah; 4) memudahkan siswa membuat hubungan antarskematika dan
transfer pemahaman antarkonteks; 5) demi efisiensi; 6) adanya tuntutan keterlibatan
siswa yang lebih tinggi dalam proses pembelajaran.

226 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Tes Formatif 1

Setelah selesai menyimak rangkuman di atas, kerjakan soal-soal ters


formatif dengan cara membubuhkan tanda silang (X) pada alternatif
jawaban yang paling benar.

1. Siswa MI dengan rentang usia 6-12 tahun berada pada tingkat operasi konkrit dan
operasi formal, dikemukakan oleh ..
A. R. Hanna
B. Piaget
C. Bredekamp
D. Richmond

2. Pembelajaran tematik merupakan aplikasi pendekatan ....


A. Pembelajaran integrated
B. Pembelajaran connected
C. Pembelajaran contextual
D Pembelajaran fragmented

3. Di bawah ini merupakan karakteristik pembelajaran terpadu kecuali...


A. Holistik
B. Bermakna
C. Abstrak
D. Otentik

4. Di bawah ini yang tidak termasuk pertimbangan rasional pemaduan menurut


Wolfinger yaitu ...
A. Pengalaman belajar bersifat interdisipliner;
B. Pertimbangan efisiensi
C. Tuntutan keterlibatan siswa dalam pembelajaran
D. Pertimbangan banyaknya mata pelajaran di MI

5. Dalam pembelajaran tematik, tema merupakan, kecuali..


A. Pemandu kegiatan pembelajaran
B. Sentral kajian pembelajaran
C. Bagian dari kegiatan pembelajaran
D. Rujukan dalam merumuskan kompetensi dasar

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 227


6. Di bawah ini manakah kegiatan yang bukan merupakan kewenangan guru?
A. Menganalisis kompetensi dasar
B. Merumuskan kompetensi dasar
C. Merumuskan Indikator
D. Membuat jaringan indikator

7. Menceritakan tentang fungsi dari setiap ruang” , merupakan rumusan...


A. Kompetensi dasar
B. Indikator
C. Standar kompetensi
D. Hasil belajar

8. Di bawah ini yang tidak termasuk peran tema yaitu ....


A. Memusatkan perhatian siswa pada tema
B. Memudahkan guru merumuskan skenario pembelajaran
C. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan
D. Guru dapat menghemat waktu

9. Tema yang dikembangkan dalam pembelajaran tematik di MI harus...


A. Luas dan komprehensif
B. Mewadahi minat siswa
C. Memberikan bekal kehidupan selanjutnya
D. Memperhatikan kepentingan masyarakat

10. Menurut Richmond untuk siswa MI lebih tepat menggunakan pembelajaran terpadu/
tematik karena...
A. Wawasan siswa masih bersifat konkrit
B. Pengalaman siswa masih bersifat sederhana
C. Penghayatan siswa terhadap pengalaman bersifat totalitas
D. Siswa MI sudah mampu mengadakan pemilihan yang artificial

228 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Setelah Anda mengerjakan soal-soal tes formatif 1 di atas, cobalah cocokkan jawaban
Anda dengan kunci Jawaban yang terdapat pada bagian akhir modul ini., kemudian
hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar 1 dengan
menggunakan rumus di bawah ini.
Jumlah Jawaban yang benar
Tingkat Penguasaan = --------------------------------------------- X 100 %
10
Arti Tingkat Penguasaan:
90 % - 100 % = Baik Sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 70 % = kurang

Jika tingkat penguasaan Anda 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan dengan kegiatan
belajar selanjutnya. Namun apabila tingkat penguasaan Anda kurang dari 80 %, Anda
harus mengulangi kegiatan belajar 1, terutama bagian-bagian yang belum Anda kuasai
sampai benar-benar dikuasai, dan barulah Anda diperbolehkan mempelajari kegiatan
belajar berikutnya.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 229


230 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]
2

Model Pembelajaran PKn Tematis


Di MI Kelas Rendah

Pada kegiatan belajar 1, kita telah membahas tentang langkah-langkah pembelajaran


tematis di Madrasah Ibtidaiyah (MI). Apakah Anda sudah paham betul tentang langkah-
langkah tersebut? Pemahaman Anda terhadap materi kegiatan belajar 1 sangat penting
untuk memahami dan menerapkannya pada kegiatan belajar 2 ini. Pada kegiatan belajar
2, kita akan membicarakan model-model pembelajaran tematis dan pengembangannya
dalam mata pelajaran PKn.
Pada uraian di atas, telah dikemukakan bahwa pembelajaran tematis merupakan salah
satu model pembelajaran terpadu. Karakteristik model pembelajaran terpadu adalah
holistik, bermakna, otentik, dan aktif. Oleh karena itu, pembelajaran terpadu sangat
diperlukan terutama untuk sekolah dasar karena pada jenjang ini siswa menghayati
pengalamannya masih secara totalitas serta masih sulit menghadapi pemilihan yang
artificial.
Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan yang mengintegrasikan beberapa
mata pelajaran atau materi pokok yang terkait secara harmonis untuk memberikan
pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa. Yang dipadukan di sini adalah materi
atau bahan ajar sebagai upaya agar kegiatan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.
Pengembangan materi ini hendaknya disesuaikan dengan kedalaman dan keluasan materi
pada kurikulum.
Materi dalam kurikulum dapat dikembangkan dengan memperhatikan tahap
perkembangan siswa, kesesuaian materi dengan lingkungan, atau kebutuhan lingkungan
setempat. Pengembangan materi ini dapat dilakukan antara lain dengan membuat
jaringan topik/tema, membuat bagan arus kegiatan, dan mengembangkan jaringan lintas
kurikulum.
Dilihat dari cara memadukan konsep/materi, keterampilan, topik, dan unit
tematiknya, terdapat sepuluh model atau cara merencanakan pembelajaran terpadu
yaitu 1) fragmented; 2) connected; 3) nested; 4) sequented; 5) shared; 6) webbing; 7)

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 231


threated; 8) integrated; 9) immersed; dan 10) networked (Robin Fogarty (1991). Dari
kesepuluh cara tersebut ada beberapa cara atau model yang dapat dan sering digunakan
dalam pembelajaran di Sekolah dasar yaitu antara lain webbed, connected, dan integrated.
Diantara ketiga model tersebut, yang paling cocok diterapkan dalam pembelajaran di
sekolah dasar kelas rendah adalah model Webbed. Mengapa demikian? karena pada
tahap ini siswa pada umumnya masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan,
perkembangan fisiknya tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan
emosional. Atas dasar pertimbangan tersebut, maka pengembangan model pembelajaran
yang akan diuraikan di sini adalah model webbed. Sedangkan model connected dan
integrated hanya akan dibahas sepintas untuk membedakan dengan model webbed.

a. Model Webbed
Model “webbed” sering disebut jaring laba-laba, adalah model pembelajaran
yang dipergunakan untuk mengajarkan tema tertentu yang berkecendrungan dapat
disampaikan melalui beberapa mata pelajaran. Tema dalam model ini dapat dijadikan
pengikat kegiatan pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata
pelajaran. Oleh karena itu, model ini pada dasarnya merupakan bentuk perpaduan yang
bertolak dari pendekatan tematis inter atau antarmata pelajaran dalam mengintegrasikan
bahan dan kegiatan pembelajaran. Tema sebagai sentral dijadikan sebagai landas tumpu
penyampaian isi pembelajaran interdisipliner maupun antardisipliner.
Memahami dan memilih tema esensial yang memiliki keterkaitan materi yang dapat
dipadukan. Sebenarnya bagi guru sekolah dasar (terutama guru kelas) tidak akan banyak
menemui kendala karena sudah terbiasa mengajar berbagai mata pelajaran sehingga
sudah paham betul tentang butir-butir materi setiap mata pelajaran. Pemahaman Anda
tentang butir-butir setiap mata pelajaran tentu saja akan memudahkan dalam membuat
tema yang bisa dipadukan dan dikaji dari beberapa mata pelajaran.
Sekali lagi dalam model webbed, tema dapat dijadikan sebagai pengikat pembelajaran
dalam satu mata pelajaran atau antarmata pelajaran. Model yang dikembangkan dalam
kurikulum 2006 adalah pembelajaran tematis antarmata pelajaran dengan tumpuannya
mata pelajaran bahasa Indonesia karena siswa kelas awal (khususnya kelas 1) masih
belajar membaca dan menulis. Pada kesempatan ini paduan antarmata pelajaran akan
mengambil tema yang berasal dari mata pelajaran PKPS khususnya materi Pendidikan
Kewarganegaraan. Dalam kurikulum 2004 pembelajaran tematis dipergunakan untuk
kelas I dan II, namun dalam kurikulum 2006 untuk kelas I, II, dan III.
Bagaimana langkah-langkah pembelajarannya? pada kegiatan belajar 1 modul ini
telah dipaparkan langkah-langkah pembelajaran tematik. Untuk itu Anda dipersilakan
untuk mempelajari kembali beberapa pandangan tentang langkah-langkah tersebut.
Setelah Anda menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan, kemudian pelajarilah

232 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


kompetensi dasar dan indikator pada kelas dan semester yang sama dari setiap mata
pelajaran. Setelah itu buatlah tema untuk mempersatukan kompetensi-kompetensi
tersebut untuk setiap kelas dan semester, dan buatlah jaringan kompetensi dasar/
indikator yang menggambarkan hubungan dengan tema. Contoh tema mata pelajaran
atau materi PKn yang bisa dihubungkan dengan mata pelajaran lain diantaranya hidup
hemat, bangga bertanah air Indonesia, hidup tertib/disiplin, dan kemajemukan.

Seandainya Anda mengambil tema ”bangga bertanah air Indonesia”, maka dapat
dikembangkan jaringan indikatornya seperti berikut.

Matrik 1. Contoh Jaringan Indikator

PKn
Bahasa Indonesia: ™ mencintai kekayaan alam
™ menceritakan peristiwa Indonesia
alam yang pernah ™ bangga memiliki alam
dilihat,dialami, di dengar Indonesia
™ Menjelaskan isi gambar ™ bangga sebagai anak Indonesia
seri tentang peristiwa alam

Matematika: Kertakes:
BANGGA ™ menyanyikan lagu-lagu
Memecahkan masalah sehari-
hari yang melibatkan pen- BERTANAH kecintaan pada tanah air dengan
jumlahan dan pengurangan AIR benar
INDONESIA ™ membuat kolase dari berbagai
Pengetahuan Alam: objek dan bahan dari alam
™membedakan lingkungan
sehat dan tidak sehat PAI
™ mengidentifikasi penyebab ™ Membaca Dalil “Kebersihan
pencemaran lingkungan Sebagian Dari Iman”
™menjelaskan pengaruh ling- ™ Menjelaskan Maknanya Yang
kungan terhadap kesehatan Lebih Luas.
™ Cinta Tanah Air Sebagian Dari
Mata pelajaran lainnya Iman

Gambar/
Gambar/ matrik
matrik di atas
di atas menunjukkan
menunjukkan contoh
contoh hubungan
hubungan tema
tema dari
dari mata
mata pelajaranPKn
pelajaran
PKn dengan
dengan indikator-indikator
indikator-indikator mata pelajaran
mata pelajaran bahasabahasa Indonesia,
Indonesia, matematika,
matematika, IPA,
IPA, Kertakes,
dan PKn. Haldan
Kertakes, iniPKn.
tidakHal
berarti temaberarti
ini tidak tersebut
tematidak berhubungan
tersebut dengan dengan
tidak berhubungan mata pelajaran
mata
lain seperti Agama, pengetahuan sosial (materi geografi), dan pendidikan jasmani. Oleh
pelajaran lain seperti Agama, pengetahuan sosial (materi geografi), dan pendidikan
karena itu, Anda sebagai guru kelas dipersilakan untuk mengembangkan hubungan tema
jasmani.
tersebut Oleh karena
dengan itu,indikator
jaringan Anda sebagai
mataguru kelas dipersilakan
pelajaran lainnya. untuk mengembangkan
hubungan tema tersebut dengan jaringan indikator mata pelajaran lainnya.
Setelah membuat jaringan Indikator, kemudian buatlah pemetaan pembelajaran
tematik Setelah membuatjaringan
dalam bentuk jaringantema
Indikator,
modelkemudian buatlah pemetaan
jaring laba-laba (webbed)pembelajaran
sesuai dengan
jaringan
tematikindikator tersebut
dalam bentuk tema model jaring laba-laba (webbed) sesuai dengan
di atas.
jaringan
jaringan indikator tersebut di atas.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 233
menyimak
membuat
Sikap
menyimak
membuat
Sikap

A Dst A Cerita F Perilaku


pendek
Peristiwa Cinta Dst
alam tanah air

melukis
alam
Menjumlah/
B Mengurang Bangga
Bertanah Karya
air seni
rupa
Gunung, Dst Indonesia
D
pantai membuat
i E kolase
Dst
Dst
Menjelaskan Baca Dalil
C Pence-
maran Dst
D
Cinta
Penyebab
Dampak

Jaringan Laba-laba tema Bangga bertanah air Indonesia


Matrik 2
(Kelas III SD)
Jaringan Laba-laba tema Bangga bertanah air Indonesia
(Kelas III SD)
Matrik di atas menggambarkan jaringan tema Bangga bertanah air Indonesia dengan
sub tema (anak tema) mata pelajaran lain. Kode ”A” yaitu cerita pendek tentang alam
Matrik di
atau peristiwa atasIndonesia
alam menggambarkan jaringan
merupakan tema
anak Bangga
tema yangbertanah
diambil air
dariIndonesia
mata pelajaran
dengan Indonesia.
bahasa sub tema (anak
Anak tema) mata pelajaran
tema tersebut dibagilain.
menjadiKode ”A” yaitu
beberapa cerita
anak pendek
tema diantaranya
menyimak dan
tentang alam membuat
atau peristiwacerita pendek tentang
alam Indonesia merupakanperistiwa alamyang
anak tema yangdiambil
pernah terjadi di
dari
daerahnya.
mata pelajaran bahasa Indonesia. Anak tema tersebut dibagi menjadi beberapa anak
temaKode ”B” yaitu
diantaranya menjumlah
menyimak dan merupakan anak
membuat cerita tematentang
pendek yang diambil dari
peristiwa mata
alam pelajaran
yang
matematika
pernah terjadiyang kemudian dapat dibagi menjadi beberapa anak tema diantaranya
di daerahnya.
menjumlah peristiwa alam di daerahnya seperti longsor atau gunung meletus yang
Kode ”B” yaitu menjumlah merupakan anak tema yang diambil dari mata
pembelajarannya diarahkan kepada kesadaran menjaga kelestarian lingkungan.
pelajaran matematika yang kemudian dapat dibagi menjadi beberapa anak tema
Kode “C” yaitu baca Dalil merupakan tema mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI), yang memiliki anak tema diantaranya menjelaskan makna setelah menghafal 4 dalil
(Mahfudhat). Target dari belajar ini agar anak tahu bahwa agama juga mengajarkan cinta

234 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


tanah Air.
Kode ”C” yaitu pencemaran merupakan anak tema yang diambil dari mata pelajaran
IPA, yang kemudian memiliki anak tema faktor penyebab dan dampak pencemaran
lingkungan yang dapat mengakibatkan kerugian bagi manusia dan lingkungan alam sekitar.
Dalam hal ini target hasil belajarnya adalah kesadaran untuk mencintai lingkungan alam
di daerahnya seperti tidak membuang sampah sembarangan, tidak mencemari hutan,
dan sebagainya.
Kode” D” yaitu karya seni rupa merupakan anak tema mata pelajaran kerajinan
tangan dan kesenian, yang memiliki anak tema diantaranya membuat lukisan keindahan
alam Indonesia dan membuat kolase yang dikembangkan dari obyek dan bahan di alam
sekitar.
Terakhir kode ”E” yaitu cinta tanah air merupakan anak tema yang diambil dari
mata pelajaran PKn dengan harapan siswa memiliki sikap dan perilaku cinta dan bangga
terhadap kekayaan dan keindahan alam Indonesia.
Dalam mengimplementasikan model pembelajaran tematik ini ada beberapa tahapan
kegiatan yang mesti dilakukan guru yaitu tahap perencanaan, Pelaksanaan, dan
Penilaian. Tahap perencanaan meliputi langkah-langkah perencanaan pembelajaran
terpadu sebagaimana telah diuraikan di atas atau kegiatan belajar 1 yaitu: menetapkan
pembelajaran yang akan dipadukan, mempelajari kompetensi dasar setiap mata pelajaran;
membuat/memilih tema; membuat matrik atau bagan hubungan kompetensi dasar
dengan tema/topik; membuat pemetaan pembelajaran tematik dalam bentuk matrik
atau jaringan tema; menyusun silabus, dan menyusun rencana pembelajaran tematik.
Tahap pelaksanaan merupakan kegiatan guru dalam membelajarkan siswa dengan
menggunakan pendekatan, metode, dan pola pembelajaran tertentu yang dapat dipilah
menjadi kegiatan persiapan, pembukaan, kegiatan inti, dan penutup. Tahap penilaian
merupakan kegiatan guru untuk menilai proses dan hasil belajar siswa yang meliputi
prosedur, jenis, bentuk, dan alat penilaian.
Kegiatan guru dalam tahap pelaksanaan dan penilaian biasanya sudah dirumuskan
secara rinci dalam Rencana Pembelajaran. Oleh karena itu, untuk mengetahui kegiatan-
kegiatan guru dalam pembelajaran tematis dapat Anda lihat dalam rencana pembelajaran
yang akan ditampilkan pada uraian berikut.
Sebelum merumuskan rencana pembelajaran, terlebih dahulu harus membuat
silabus pembelajaran tematik seperti berikut ini.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 235


Contoh Alternatif Model Silabus Pembelajaran tematik (terpadu)
Sekolah : MI
Kelas : III
Tema : Bangga Bertanah air Indonesia

Kompetensi
Mata Alokasi Sumber
Dasar dan Materi Pokok Hasil Belajar
Pelajaran Waktu Bahan
Indikator
PKn Mengenal kekhas-an Bangga Mampu menjelaskan Disesuai- Buku,
bangsa Indone-sia, sebagai keka-yaan dan kelebihan kan majalah,
seperti kebhi- bangsa alam Indonesia, media
nekaan, kekayaan Indonesia menunjukan sikap dan elektro
alam, keramah- perilaku bangga sebagai nik
tamahan anak Indonesia dan
·Mencintai kekayaan bangga memiliki alam
alam Indonesia Indonesia
· bangga memiliki
alam Indonesia
· bangga sebagai anak
Indonesia
Bahasa - Menentukan Peristiwa Mampu menyimak, Disesuai- Media
Indonesia Peristiwa alam alam yang meng-amati peritiwa kan cetak,
· menceritakan pe- sering terjadi alam dan menceritakan media
ristiwa alam yang di sekitar kembali peris-tiwa alam elektronik
pernah dilihat, yang pernah dialami,
dialami, di dengar dilihat, dan didengar
· Menjelaskan isi
gambar seri tentang
peristiwa alam

Matema- Mengenal dan meng- Operasi Mampu menyelesaikan Buku


tika gunakan konsep hitung soal cerita tentang Matema-
bilangan cacah bilangan penjumlahan dan tika
dalam pemecahan pengurangan yang
masalah ada kaitannya dengan
·Memecahkan peristiwa alam
masalah sehari-hari
yang melibatkan
pen-jumlahan dan
pengurangan

236 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Kompetensi
Mata Alokasi Sumber
Dasar dan Materi Pokok Hasil Belajar
Pelajaran Waktu Bahan
Indikator

Penge- - Mendefinisikan Lingkungan Mampu menjelaskan Disesuaikan Buku,


tahuan ciri-ciri sehat dan tidak perbedaan majalah,
Alam lingkungan sehat sehat lingkungan sehat media
dan lingkungan dan tidak sehat, elektronik
tidak sehat serta menjelaskan Lingkungan
pengaruhnya penyebab sekitar
terhadap pencemaran sekolah
kesehatan lingkungan dan
· membedakan dampaknya bagi
lingkungan sehat kesehatan
dan tidak sehat
· mengidentifikasi
penyebab
pencemaran
lingkungan
· menjelaskan
pengaruh ling-
kungan terhadap
kesehatan

Kertakes - Mengekspresikan Berbagai Mampu menyanyikan Disesuaikan Buku,


gagasan imajinasi gambar pola lagu lagu kecintaan bahan
dengan musik- ragam hias, pada tanah air alami di
musik dalam kolase, mainan dengan benar dan sekitar
berkarya seni kreatif dari mampu membuat
· menyanyikan lagu- bahan daur kolase dari berbagai
lagu kecintaan ulang objek dan bahan dari
pada tanah air alam sekitar
dengan benar
· membuat kolase
dari berbagai
objek dan bahan
dari alam sekitar

Silabus di atas merupakan contoh yang dapat dikembangkan lebih lanjut baik materi
maupun format silabus. Pengembangan silabus merupakan kewenangan guru sehingga
guru dapat leluasa mengembangkannya dengan memperhatikan komponen-komponen
sebagaimana diungkapkan pada kegiatan belajar 1.
Tugas guru berikutnya adalah membuat Rencana Pembelajaran sesuai dengan jaringan
tema dan silabus di atas. Penulis yakin Anda sudah memahami dan mahir membuat
rencana pembelajaran karena ini merupakan pekerjaan rutin guru profesional.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 237


Contoh Alternatif Rencana Pembelajaran Tematis
Tema : Bangga bertanah air Indonesia
Kelas : III
Waktu : ...... JP (...X pertemuan)
Mata Pelajaran: PKn, Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan Kertakes

I. Kompetensi Dasar dan Indikator

Mata Pelajaran Kompetensi dasar dan Indikator


PKn Mengenal kekhasan bangsa Indonesia, seperti kebhinekaan, kekayaan alam,
keramah-tamahan
·Mencintai kekayaan alam Indonesia
· bangga memiliki alam Indonesia
· bangga sebagai anak Indonesia

Bahasa Indonesia Menentukan Peristiwa alam


· menceritakan peristiwa alam yang pernah dilihat, dialami, di dengar
· Menjelaskan isi gambar seri tentang peristiwa alam

Matematika Mengenal dan meng-gunakan konsep bilangan cacah dalam pemecahan


masalah
·Memecahkan masalah sehari-hari yang melibatkan pen-jumlahan dan
pengurangan

Pengetahuan Alam Mendefinisikan ciri-ciri lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat serta
pengaruhnya terhadap kesehatan
·membedakan lingkungan sehat dan tidak sehat
· mengidentifikasi penyebab pencemaran lingkungan
·menjelaskan pengaruh ling-kungan terhadap kesehatan

Kertakes Mengekspresikan gagasan imajinasi dengan musik-musik dalam berkarya seni


· menyanyikan lagu-lagu kecintaan pada tanah air dengan benar
· membuat kolase dari berbagai objek dan bahan dari alam sekitar
PAI Mengenal dan Menggunakan dalil tentang cinta tanah air
· Membaca dalil
· Memahamkan dalil agar tepat dalam penempatannya

II. Materi Pembelajaran


1. PKn:
· Kebhinekaan nusa dan bangsa
· Kekayaan alam Indonesia
· Keramah-tamahan

2. Bahasa Indonesia:
· Peristiwa alam yang pernah dilihat, dialami, di dengar
· Gambar seri tentang peristiwa alam
· Menulis dan membaca kalimat

238 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


3. Matematika:
· Penjumlahan dan pengurangan melalui soal cerita peristiwa alam

4. Pengetahuan Alam:
· Ciri-ciri lingkungan sehat dan tidak sehat
· Faktor penyebab dan dampak pencemaran

5. Kertakes:
· Syair Lagu yang berkaitan dengan kekayaan alam dan kecintaan pada tanah air

III. Skenario / Kegiatan Pembelajaran


1. Kegiatan Persiapan
· Menata ruangan
· Mempersiapkan media/alat pembelajaran seperti Koran, majalah, gambar seri
peristiwa alam, photo lingkungan sehat dan tidak sehat, photo keindahan
alam, dokumen sumber daya alam Indonesia.

2. Kegiatan Pembukaan
· Melakukan kegiatan apersepsi menyanyikan lagu rayuan pulau kelapa
bersama sama siswa;
· Mengungkapkan gambaran materi yang akan dibahas
· Mengungkapkan kompetensi atau tujuan yang diharapkan dicapai dalam
pembelajaran;
· Menjelaskan langkah-langkah kegiatan yang akan ditempuh dan jenis tugas
yang harus dikerjakan siswa
· Membagi kelompok siswa dengan anggota 5-6 orang.

3. Kegiatan Inti Pembelajaran


· Siswa diminta mengamati gambar atau photo dan bertanya jawab nilai tentang
perilaku orang yang merusak lingkungan alam
· Guru meminta kelompok mencari berita dari surat kabar, buku, majalah tentang
keindahan alam dan peristiwa alam yang sudah dipersiapkan guru
· Guru meminta siswa untuk mendiskusikan dalam kelompoknya, mengapa kita
harus bangga bertanah air Indonesia dan mengapa terjadi peristiwa alam.
· Guru meminta juru bicara masing-masing kelompok menceritakan temuannya
dari buku, majalah, surat kabar kemudian diadakan Tanya jawab.
· Guru mengulas dan menjelaskan faktor penyebab dan dampak pencemaran
lingkungan terhadap kesehatan
· Siswa secara berkelompok diminta untuk mengamati keadaan lingkungan
sekitar sekolah yang menunjukkan lingkungan sehat dan tidak sehat

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 239


· Kemudian guru meminta siswa menyebutkan ciri atau contoh-contoh
lingkungan sehat dan tidak sehat dan menuliskannya pada lembaran tugas
· Guru meminta siswa menyebutkan sikap dan perilaku yang biasa dilakukan
siswa di rumah dalam kaitannya dengan pemeliharaan lingkungan alam di
sekitar rumah
· Semua kelompok menulis karangan pendek dengan huruf sambung tentang
keindahan dan kekayaan alam Indonesia
· Siswa diminta menyelesaikan latihan soal cerita tentang penjumlahan dan
pengurangan dalam kaitannya dengan peristiwa alam yang pernah didengar
atau dilihat

4. Kegiatan Akhir (Penutup)


· Guru bersama-sama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran
· Refleksi tentang proses pembelajaran
· Mengajak semua siswa berdoa untuk keselamatan manusia dan alam sekitar

IV. Alat dan Sumber


· Buku mata pelajaran: PKn, matematika, pengetahuan alam, bahasa Indonesia,
kertakes, Koran, majalah
· Gambar seri tentang peristiwa alam
· Teks lagu yang relevan

VI. Penilaian
· Penilaian proses dan akhir pembelajaran
· Tes tertulis dan lisan
· Pengamatan, tugas-tugas
· Portofolio

Dengan merujuk pada kurikulum 2004, banyak guru atau kelompok guru yang
mengembangkan tema-tema pembelajaran yang mengambil tema utamanya dari mata
pelajaran lain (bukan dari mata pelajaran PKn). Tema-tema antarmata pelajaran yang
dikembangkan untuk kelas 1 antara lain diri sendiri; keluarga; lingkungan; pengalaman;
kegemaran; dan kebersihan, kesehatan, dan keamanan.
Anda sebagai guru yang mengajarkan mata pelajaran PKn dapat juga membuat tema
yang diambil dari konsep-konsep PKn seperti tertib/disiplin, hak dan kewajiban anak,
dan hidp hemat. Dapat juga tema yang sudah ada kemudian dimodifikasi dari konsep-
konsep PKn seperti tema ”lingkungan” dimodifikasi jadi ”rukun dalam kemajemukan”
(Bhinneka Tunggal Ika), tema ”keluarga” menjadi ”kasih sayang”, dan sebagainya. Tema-
tema PKn tersebut kemudian dipadukan dengan mata pelajaran lain.

240 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Selain dipadukan dengan mata pelajaran lain, Anda dapat membuat jaringan laba-
laba tersebut dalam intra mata pelajaran PKn. Misalnya tema hak dan kewajiban anak
dapat dilihat kewajiban terhadap diri sendiri, hak dan kewajiban di rumah, di sekolah,
dan lingkungan masyarakat. Tema disiplin bisa dilihat dari disiplin diri sendiri, di rumah,
sekolah, dan masyarakat. Tema kasih sayang (kurikulum 2004) bisa dikembangkan
melalui jaring laba-laba yang meliputi sikap sayang terhadap diri sendiri (seperti mandi,
makan, gosok giri), sayang terhadap anggota keluarga ( ayah, ibu, kakak, adik,) sayang
terhadap warga sekolah (guru, teman) dan sayang terhadap masyarakat sekitar (teman,
orang lebih tua).
Ketika kita mempelajari kegiatan belajar 1 modul ini, telah disinggung bahwa tema
dalam pembelajaran tematik memiliki peran antara lain memudahkan siswa memusatkan
perhatian pada suatu tema tertentu, dan guru dapat menghemat waktu. Sebagai contoh
mari kita lihat dalam kurikulum PKn (2006) kelas III semester 1 terdapat dua standar
kompetensi yang salah satunya dirumuskan dalam kalimat ” Melaksanakan norma yang
berlaku di masyarakat”. Dari standar kompetensi tersebut dirinci menjadi 3 kompetensi
dasar yaitu:
1) mengenal aturan-aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat sekitar;
2) menyebutkan contoh aturan-aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat
3) melaksanakan aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat

Ketiga kompetensi dasar tersebut dapat diikat dalam satu tema misalnya ”norma
masyarakat”. Dari tema tersebut kemudian dirumuskan anak tema, dan dari anak tema
dapat dibuat anak tema lagi. Persoalannya, bagaimana merumuskan anak tema? dalam
suatu norma selalu ada muatan langsung atau tidak langsung tentang hak dan kewajiban
individu dari norma tersebut. Misalnya aturan tidak boleh merokok, maka ada kewajiban
individu untuk tidak merokok dan sekaligus hak individu menikmati udara bersih.
Selanjutnya dilihat dari ruang lingkupnya, muatan materi mata pelajaran PKn meliputi
antara lain kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan budaya, sehingga tema di atas dapat
dilihat dari bidang-bidang kehidupan tersebut.
Berdasarkan argumentasi tersebut, tema norma masyarakat bisa dibagi menjadi
anak tema norma dalam kehidupan politik, kehidupan sosial, kehidupan budaya, dan
kehidupan ekonomi. Masing-masing norma bidang kehidupan tersebut meliputi hak dan
kewajiban. Jika divisualkan dapat dirumuskan dalam jaringan tema/topik di bawah ini.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 241


Kewajiban
Hak

Kehidupan
Budaya
Kewajiban Kewajiban

Norma Kehidupan
Kehidupan Politik
Masyarakat
ekonomi

Hak
Hak

Kehidupan
Sosial

Kewajiban Hak

Matrik 3 Jaringan tema dalam mata pelajaran PKn


Matrik 3 Jaringan tema dalam mata pelajaran PKn

Dari sub-sub tema tema


Dari sub-sub hak dan kewajiban
hak dan daridari
kewajiban setiap
setiapbidang
bidangkehidupan dapatdirinci
kehidupan dapat dirinci
menjadi sikap dan perbuatan. Misalnya kewajiban dalam bidang politik dalam kehidupan
menjadi sikap dan perbuatan. Misalnya kewajiban dalam bidang politik dalam
masyarakat yaitu menghargai pendapat orang lain, menerima perbedaan pendapat,
dan kehidupan
sebagainya.masyarakat
Hak bidangyaitupolitik
menghargai pendapat
misalnya orang lain,
hak dihargai menerima perbedaan
pendapatnya, hak untuk
pendapat, dan sebagainya. Hak bidang politik misalnya hak dihargai pendapatnya,
menentukan pilihan dalam pemilihan ketua kelas atau ketua kelompok diskusi. Demikian hak
pulauntuk
dalam bidang lain
menentukan dapatdalam
pilihan dirincipemilihan
seperti dalam bidang
ketua kelas politik.
atau ketua Dipersilakan untuk
kelompok diskusi.
Anda mengembangkannya sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
Demikian pula dalam bidang lain dapat dirinci seperti dalam bidang politik.
Tema di atas merupakan
Dipersilakan untuk Anda upaya menanamkan sikap
mengembangkannya sesuaidan perilaku
dengan disiplin/tertib
tingkat siswa
perkembangan
dalam kehidupan sehari-hari untuk menggiring siswa menjadi anggota keluarga dan
anak.
masyarakat, warga sekolah dan warga negara yang baik (Good Citizenship). Pembentukan
Tema
warga negara di baik
yang atas merupakan
merupakan upaya
tujuanmenanamkan sikap dan
dari mata pelajaran perilaku disiplin/tertib
PKn.
siswa
dalam kehidupan sehari-hari untuk menggiring siswa menjadi anggota keluarga
dan masyarakat, warga sekolah dan warga negara yang baik (Good Citizenship).
b. Model Connected
Pembentukan warga negara yang baik merupakan tujuan dari mata pelajaran PKn.

b. Model Connected

14

242 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Model connected (berhubungan) dilandasi anggapan bahwa butir-butir pembelajaran
dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Misalnya butir-butir pembelajaran
ideologi Pancasila, hukum, dan ketatanegaraan atau materi tentang hak dan kewajiban,
ketertiban, demokrasi dapat dipayungkan pada mata pelajaran PKn. Dalam model ini guru
perlu menata butir-butir pembelajaran dan proses pembelajaran secara tematis, karena
pembentukan pemahaman, keterampilan dan pengalaman secara utuh tidak berlangsung
secara otomatis. Untuk lebih jelasnya coba perhatikan gambar di samping ini.
Berdasarkan uraian di atas, maka matrik 3 merupakan contoh model connected dalam
mata pelajaran PKn, selain juga merupakan model webbed.

c. Model Integrated

Berisi lingkaran-lingkaran
yang berkaitan

Model “integrated” merupakan model pemaduan

sejumlah tema (topik) pembelajaran dari mata pelajaran yang berbeda tetapi esensinya
sama dalam sebuah tema /topik tertentu. Model ini berangkat dari adanya tumpang tindih
beberapa konsep, keterampilan, dan sikap yang dituntut dalam pembelajaran sehingga
perlu adanya pengintegrasian multi didiplin. Dalam model ini butir-butir pembelajaran
perlu ditata sedemikian rupa hingga dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan berbagai
butir pembelajaran dari berbagai mata pelajaran berbeda. Oleh karena itu perlu adanya
tema sentral dalam pemecahan suatu masalah yang dapat ditinjau dari berbagai disiplin
ilmu.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 243


Untuk memantapkan pemahaman dan keterampilan Anda, cobalah kerjakan tugas
latihan di bawah ini.
1. Pembelajaran tematik/terpadu berkaitan dengan pengorganisasian materi
pemeblajaran. Jelaskan beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pengembangan
materi Pembelajaran?
2. Mengapa model webbed dainggap paling cocok diterapkan di MI kelas rendah?
3. Buat jaring laba-laba tematik antarmata pelajaran MI dengan mengambil tema sentral
dari konsep PKn!

Agar hasil pekerjaan atau diskusi Anda dapat diketahui tingkat kebenarannya,
sekarang cermati rambu-rambu atau pokok-pokok jawaban di bawah ini.
1. Terdapat beberapa cara pengembangan materi pembelajaran diantaranya dengan
cara membuat jaringan topik, membuat bagan arus kegiatan, dan mengembangkan
jaringan lintas kurikulum.
2. Siswa MI kelas rendah pada umumnya masih melihat segala sesuatu sebagai satu
keutuhan, perkembangan fisiknya tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan
mental, sosial, dan emosional.
3. Mata-mata pelajaran yang ditematikan harus pada kelas dan semester sama, rumuskan
tema yang menarik dan bermanfaat bagi kehidupan siswa. Ikuti langkah-langkah
perencanaan pembelajaran tematik yang ada pada kegiatan belajar 1 modul ini.

Setelah Anda mencocokan hasil diskusi dengan rambu-rambu kunci jawaban di atas,
cermati dengan baik rangkuman materi kegiatan belajar 9.2 sebagai berikut.

Rangkuman
Pembelajaran tematis merupakan salah satu model pembelajaran terpadu.
Karakteristik model pembelajaran terpadu adalah holistik, bermakna, otentik, dan
aktif Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan yang mengintegrasikan beberapa
mata pelajaran atau materi pokok yang terkait secara harmonis untuk memberikan
pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa. Dilihat dari cara memadukan konsep/
materi, keterampilan, topik, dan unit tematiknya, terdapat sepuluh model atau cara
merencanakan pembelajaran terpadu.
Dari kesepuluh cara tersebut ada beberapa cara atau model yang dapat dan sering
digunakan dalam pembelajaran di Sekolah dasar yaitu antara lain webbed, connected,
dan integrated. Diantara ketiga model tersebut, yang paling cocok diterapkan dalam
pembelajaran di sekolah dasar kelas rendah adalah model Webbed. Model “webbed”

244 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


sering disebut jaring laba-laba, adalah model pembelajaran yang dipergunakan untuk
mengajarkan tema tertentu yang berkecendrungan dapat disampaikan melalui beberapa
mata pelajaran. Dalam model webbed, tema dapat dijadikan sebagai pengikat pembelajaran
dalam satu mata pelajaran atau antarmata pelajaran.
Dalam mengimplementasikan model pembelajaran tematik ini ada beberapa tahapan
kegiatan yang mesti dilakukan guru yaitu tahap perencanaan, Pelaksanaan, dan Penilaian.
Tahap perencanaan berkaitan dengan langkah-langkah perencanaan pembelajaran
terpadu, Sedangkan tahap pelaksanaan merupakan kegiatan guru dalam membelajarkan
siswa dengan menggunakan pendekatan, metode, dan pola pembelajaran tertentu yang
dapat dipilah menjadi kegiatan persiapan, pembukaan, kegiatan inti, dan penutup. Tahap
penilaian merupakan kegiatan guru untuk menilai proses dan hasil belajar siswa yang
meliputi prosedur, jenis, bentuk, dan alat penilaian

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 245


Tes Formatif 2

Setelah selesai menyimak rangkuman di atas, kerjakan soal-soal ters


formatif dengan cara membubuhkan tanda silang (X) pada alternatif
jawaban yang paling benar.

1. Dalam kaitannya dengan pembelajaran terpadu, maka pembelajaran tematis …


A. Lebih luas dari pembelajaran terpadu
B. Lebih konkrit dari pembelajaran terpadu
C. Sama dengan pembelajaran terpadu
D. Salah satu model pembelajaran terpadu

2. Maksud utama pemaduan bahan ajar dan kegiatan pembelajaran adalah …


A. Agar kegiatan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa
B. Memudahkan pengorganisasian bahan ajar
C. Memudahkan membuat rencana pembelajaran
D. Memudahkan membuat jaringan indikator

3. Di bawah ini merupakan cara pengembangan materi pembelajaran, Kecuali ..


A. Membuat jaringan topic/tema
B. Membuat bagan arus kegiatan
C. Mengembangkan jaringan lintas kurikulum
D. Mengembangkan silabus yang pleksibel

4. Di bawah ini merupakan model pembelajaran terpadu yang sering digunakan di SD,
Kecuali
A. Fragmented
B. Webbed
C. Connected
D. Integrated

5. Suatu tema tertentu disampaikan melalui beberapa mata pelajaran yang berkaitan
erat. Hal ini merupakan model..
A. Webbed
B. Sequented
C. Connected
D. Fragmented

246 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


6. Jika akan merumuskan tema yang mengikat antarmata pelajaran, langkah pertama
yang harus dilakukan adalah…
A. Membuat jaringan topik
B. Menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan
C. Membuat jaringan indikator
D. Merumuskan silabus

7. Di bawah ini merupakan tahapan kegiatan dalam mengimplementasikan model


pembelajaran tematik, kecuali...
A. Perencanaan
B. Pelaksanaan
C. Perumusan tema
D. Penilaian.

8. Kegiatan persiapan, pembukaan, kegiatan inti, dan penutup dalam pembelajaran


tematik termasuk....
A. Tahap persiapan
B. Langkah kegiatan persiapan
C. Tahap perencanaan
D. Tahap pelaksanaan

9. Manakah kegiatan di bawah ini yang bukan merupakan kewenangan atau tugas
guru?
A. Merumuskan indikator
B. Membuat silabus dan rencana pembelajaran
C. Membuat kompetensi dasar
D. Menyiapkan alat pembelajaran

10. Tema ”disiplin” yang dilihat atau dijaringkan dengan disiplin diri sendiri, disiplin di
rumah, disiplin di sekolah, dan disiplin di masyarakat, merupakan jaring laba-laba ...
A. Antara mata pelajaran PKn dengan lingkungan kehidupan siswa
B. Intra mata pelajaran PKn
C. Antara mata pelajaran lain dengan PKn
D. Antara mata pelajaran PKn dengan IPS

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 247


Setelah Anda mengerjakan soal-soal tes formatif 2 di atas, cobalah cocokkan jawaban
Anda dengan kunci Jawaban yang terdapat pada bagian akhir modul ini., kemudian
hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar 1 dengan
menggunakan rumus di bawah ini.
Jumlah Jawaban yang benar
Tingkat Penguasaan = --------------------------------------------- X 100 %
10
Arti Tingkat Penguasaan:
90 % - 100 % = Baik Sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 70 % = kurang

Jika tingkat penguasaan Anda 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan dengan kegiatan
belajar selanjutnya. Namun apabila tingkat penguasaan Anda kurang dari 80 %, Anda
harus mengulangi kegiatan belajar 2, terutama bagian-bagian yang belum Anda kuasai
sampai benar-benar dikuasai, dan barulah Anda diperbolehkan mempelajari kegiatan
belajar berikutnya.

248 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

Tes Formatif 1
1. B Piaget
2. A Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran integrated
3. C Holistik, bermakna, otentik, aktif adalah karakteristik pembelajaran terpadu
4. D Banyaknya mata pelajaran bukan merupakan pertimbangan rasional
5. D Tema harus merujuk pada kompetensi dasar
6. B Kompetensi dasar dibuat oleh pusat
7. B Indikator
8. B Merumuskan skenario pembelajaran dalam tematik lebih sulit
9. A Tema hendaknya yang menarik dan terjangkau siswa
10. C Siswa masih sulit terhadap yang artificial

Tes Formatif 2
1. D Keterpaduan dalam pembelajaran tematis bertumpu pada tema
2. A Melalui pembelaran tepadu kegiatan belajar lebih bermakna bagi siswa
3. D Pengembangan silabus merupakan kegiatan dalam merencakan pembejaran
4. A Fragmented = terpisah-pisah, sedangkan di SD lebih terpadu
5. A Webbed merupakan jaringan tema
6. B Sebelum merumuskan tema perlu menetapkan mata pelajaran yang dipadukan
7. C Perumusan tema merupakan salah satu langkah dalam perencanaan
8. D Pelaksnaan pembelajaran meliputi persiapan, pembukaan,inti, penilaian
9. C Kompenetensi dasar dibuat oleh pusat
10. B Masih dalam ruang lingkup kajian PKn

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 249


250 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]
DESAIN DAN MODEL

7
PEMBELAJARAN PKn MI
KELAS TINGGI

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 251


252 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]
DESAIN DAN MODEL PEMBELAJARAN
PKn MI KELAS TINGGI

Pendahuluan

Modul ini akan membahas tentang desain dan model pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) pada jenjang Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kelas tinggi. Bahasan
khusus tentang desain dan model pembelajaran untuk kelas tinggi yang dimaksud adalah
Kelas 4, 5, 6 Madrasah Ibtidaiyah. Mengapa perlu ada bahasan khusus untuk jenjang
kelas ini? Untuk menjawab pertanyaan ini, dianjurkan agar Anda membuka kembali teori
perkembangan kognitif dari Piaget dan/atau teori perkembangan moral dari Kohlberg.
Secara singkat, dapat dinyatakan bahwa karakteristik anak SD/MI kelas rendah (Kelas
1, 2, 3) dan kelas tinggi (Kelas 4, 5, 6) berbeda baik secara fisik maupun psikhis dan
kemampuan berpikirnya. Oleh karena itu, perbedaan inilah yang menjadi latar belakang
mengapa perlu ada desain dan model pembelajaran khusus untuk jenjang SD/MI Kelas
Tingggi.
Sejalan dengan dinamika perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara yang
ditandai oleh semakin terbukanya persaingan antarbangsa yang semakin ketat, maka
bangsa Indonesia mulai memasuki era reformasi di berbagai bidang menuju kehidupan
masyarakat yang lebih demokratis. Dalam masa transisi atau proses perjalanan bangsa
menuju masyarakat madani (civil society), pendidikan kewarganegaraan sebagai salah
atau mata pelajaran di persekolahan perlu menyesuaikan diri sejalan dengan kebutuhan
dan tuntutan masyarakat yang sedang berubah. Proses pembangunan karakter bangsa
(national character building) yang sejak proklamasi kemerdekaan RI telah mendapat
prioritas, perlu direvitalisasi agar sesuai dengan arah dan pesan konstitusi Negara RI.
Pada hakikatnya proses pembentukan karakter bangsa diharapkan mengarah pada
penciptaan suatu masyarakat Indonesia yang menempatkan demokrasi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara sebagai titik sentral. Dalam proses itulah, pembangunan
karakter bangsa kembali dirasakan sebagai kebutuhan yang sangat mendesak dan
tentunya memerlukan pola pemikiran atau paradigma baru.
Siswa MI khususnya pada jenjang Kelas tinggi perlu diperkenalkan pada konsep, nilai,
moral dan cara berperilaku dalam memasuki kehidupan masyarakat demokratis. Secara
umum, warga negara pada tahap hipotetis ini perlu ada pengembangan pendidikan
demokrasi, yakni mengembangkan kecerdasan warga negara (civic intelligence),
membina tanggung jawab warga negara (civic responsibility) dan mendorong partisipasi
warga negara (civic participation). Kecerdasan warga negara yang dikembangkan untuk

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 253


membentuk warga negara yang baik bukan hanya dalam dimensi rasional melainkan juga
dalam dimensi spiritual, emosional dan sosial sehingga paradigma baru PKn bercirikan
multidimensional. Bagaimana PKn mengembangkan warga negara yang demokratis
melalui tiga fungsi pokoknya itu? Jawabannya akan diuraikan pada kegiatan belajar
modul ini.
Dalam modul ini Anda akan diajak mengkaji desain dan model pembelajaran untuk
membentuk warga negara yang demokratis sehingga dengan mempelajari materi dalam
modul ini Anda diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
• Mampu mengembangkan desain pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi
• Mampu mengembangkan model pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi

Semua kemampuan di atas sangat penting bagi semua mahasiswa calon sarjana dan
atau calon guru profesional khususnya dalam mempersiapkan dan membelajarkan PKn
di kelas MI. Selain itu, menguasai desain dan model pembelajaran untuk meningkatkan
kualitas warga negara yang demokratis sangat penting bagi calon guru dan atau guru-
guru pemula yang sering mengalami kesulitan dalam mendesain dan memilih model
pembelajaran yang cocok untuk kompetensi dasar tertentu. Arah dari paradigma baru
PKn dengan model pembelajarannya tak dapat disangkal lagi dipandang dari pemikiran
pendekatan pembelajaran yang memfokuskan pada kegiatan belajar siswa aktif (active
students’ learning) dan pendekatan inkuiri (inquiry approach). Model pembelajaran
PKn dengan paradigma baru memiliki karakteristik sebagai berikut: membelajarkan
dan melatih siswa berpikir kritis, membawa siswa mengenal, memilih dan memecahkan
masalah, melatih siswa dalam berpikir sesuai dengan metode ilmiah dan keterampilan
sosial lain yang sejalan dengan pendekatan inkuiri.
Agar semua harapan di atas dapat terwujud, maka di dalam modul ini disajikan
pembahasan dan latihan dengan butir uraian sebagai berikut:
1. Desain pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi
2. Model pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi

Untuk membantu Anda dalam mencapai harapan kemampuan di atas ikutilah


petunjuk belajar sebagai berikut:
1. Bacalah dengan cermat bagian Pendahuluan modul ini sampai Anda faham betul, apa,
untuk apa dan bagaimana mempelajari modul ini.
2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan kata-kata yang
Anda anggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci dalam daftar kata-
kata sulit (Glosarium) atau dalam kamus atau dalam ensiklopedia.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri
dan atau tukar pikiran dengan mahasiswa atau guru lain dan dengan tutor Anda.
4. Terapkan prinsip, konsep, dan prosedur yang dituntut oleh kurikulum tentang
ketentuan keharusan menguasai desain dan model pembelajaran PKn SD/MI dengan
paradigma baru.

254 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


1

Desain Pembelajaran PKn MI


Kelas Tinggi

Pada bagian pendahuluan modul ini, Anda telah mengenal arah pembelajaran PKn
dengan paradigma baru. Bagaimana pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan? Untuk
menjawab pertanyaan ini tentunya Anda sudah paham karena Anda semua adalah kaum
pendidik yang sehari-hari menjalankan kegiatan pembelajaran atau calon pendidik yang
sedang dipersiapkan. Meskipun demikian, Anda akan diajak untuk merenungkan dan
mempertanyakan apakah cara membelajarkan PKn itu sudah sesuai dengan hakekat
pembelajaran PKn? Sudahkah hasil belajar itu diserap oleh anak didik sehingga menjadi
salah satu kemampuan yang dimilikinya? Lebih jauh lagi apakah hasil belajar itu telah
mempribadi? Bagaimana cara medesain dan membelajarkannya? Dan pertanyaan paling
penting adalah: Sudahkah kita membelajarkan anak didik dengan cara mengembangkan
kecerdasan warga negara (civic intelligence) dalam dimensi spiritual, rasional, emosional
dan sosial, mengembangkan tanggung jawab warga negara (civic responsibility), serta
mengembangkan anak didik berpartisipasi sebagi warga negara (civic participation) guna
menopang tumbuh dan berkembangnya warga negara yang baik? Semua pertanyaan ini
hanya perlu dijawab cukup dalam hati saja.
Kita mewarisi pemerintahan demokratis, yaitu pemerintahan yang “berasal
dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”. Dalam prinsip pemerintahan demokratis
terkandung hak berpartisipasi dari setiap warga negara, seperti hak untuk meningkatkan
kesejahteraan umum dan hak untuk melindungi hak azasi manusia. Hak berpartisipasi ini
membebankan tanggung jawab tertentu kepada setiap warga negara. Di antara tanggung
jawab ini adalah tanggung jawab untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan
berpartisipasi secara cerdas, dan tanggung jawab untuk berkehendak meningkatkan
kesejahteraan sosial berdasarkan prinsip-prinsip keadilan.
Agar warga negara dapat berpartisipasi secara efektif, diperlukan bekal pengetahuan
dan keterampilan, pengalaman praktis, dan pemahaman tentang pentingnya partisipasi
warga negara. Menyiapkan warga negara yang memiliki kualitas seperti ini merupakan
tugas pokok kependidikan, baik pendidikan lingkungan persekolahan dan madrasah

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 255


maupun pendidikan luar sekolah/madrasah. Khusus dalam pendidikan madrasah, PKn
memegang peranan yang sangat strategis dalam mempersiapkan dan membina warga
negara dengan kualitas seperti tersebut di atas.
Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah partisipasi yang penuh nalar dan
tanggung jawab dalam kehidupan politik dari warga negara yang taat kepada nilai-nilai
dan prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia. Partisipasi warga negara
yang efektif dan penuh tanggung jawab memerlukan penguasaan seperangkat ilmu
pengetahuan dan keterampilan intelektual serta keterampilan untuk berperan serta.
Partisipasi yang efektif dan bertanggung jawab itu pun ditingkatkan lebih lanjut melalui
pengembangan disposisi atau watak-watak tertentu yang meningkatkan kemampuan
individu berperan serta dalam proses politik dan mendukung berfungsinya sistem politik
yang sehat serta perbaikan masyarakat.
Menimbang dasar pikiran dan tujuan PKn di atas, selayaknya pembelajaran PKn dapat
membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan intelektual yang memadai serta
pengalaman praktis agar memiliki kompetensi dan efektivitas dalam berpartisipasi. Oleh
karena itu, ada dua hal yang perlu mendapat perhatian Anda sebagai guru atau calon
guru dalam mempersiapkan pembelajaran PKn di kelas, yakni bekal pengetahuan materi
pembelajaran dan metode atau pendekatan pembelajaran. Hal terakhir ini merupakan
titik yang masih lemah untuk mengantarkan para peserta didik menjadi warga negara
yang demokratis. Pembelajaran partisipatif yang berbasis portofolio (Portfolio-based
learning) merupakan alternatif utama guna mencapai tujuan PKn tersebut.
Meskipun demikian, sebelum membahas lebih jauh tentang model pembelajaran PKn
yang berbasis portofolio Anda perlu pula mengenali materi pembelajarannya. Materi
PKn dengan paradigma baru dikembangkan dalam bentuk standar nasional PKn yang
pelaksanaannya berprinsip pada implementasi kurikulum terdesentralisasi. Ada empat
isi pokok pendidikan kewarganegaraan, yakni:
- Standar kompetensi kewarganegaraan sebagai sasaran pembentukan;
- Kompetensi dasar kewarganegaraan sebagai muatan kurikulum dan pembelajaran;
- Indikator pencapaian sebagai kriteria keberhasilan pencapaian kemampuan;
- Rambu-rambu umum pembelajaran sebagai rujukan alternatif bagi para guru.

PKn dengan paradigma baru bertumpu pada kemampuan dasar kewarganegaraan


(civic competence) untuk semua jenjang SD/MI; SLTP/MTs; dan SMA/MA. Kemampuan
dasar tersebut selanjutnya diuraikan atau dirinci dalam bentuk sejumlah kemampuan
yang lebih operasional yang disesuaikan dengan tingkat/jenjang sekolah sejalan dengan
tingkat perkembangan para siswa. Kemampuan diuraikan lagi dalam bentuk butiran
standar materi dan kata kunci standar pencapaian. Contoh, Standar kompetensi PKn
Kelas V: “1. Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).”

256 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Standar kompetensi yang pertama ini dioperasionalkan dalam bentuk kompetensi dasar,
sbb.:
1.1 Mendeskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia
1.2 Menjelaskan pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
1.3 Menunjukkan contoh-contoh perilaku dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia
Kemudian, lebih lanjut dioperasionalkan lagi menjadi substansi materi dan indikator
pencapaian, secara lengkap sebagai berikut:

Kelas V, Semester 1

Standar
No Kompetensi dasar Substansi Materi Indikator
kompetensi
1. Memahami a. Mendeskripsikan • Pengertian NKRI • Menjelaskan
pentingnya Negara Kesatuan • Unsur-unsur NKRI pengertian NKRI
keutuhan Republik Indonesia • Batas NKRI • Mengidentifikasi
Negara unsur-unsur NKRI
Kesatuan • Menunjukkan batas
Republik NKRI
Indonesia
(NKRI)
b. Menjelaskan • Makna keutuhan NKRI • Menjelaskan makna
pentingnya • Kriteria dan ciri-ciri keutuhan NKRI
keutuhan Negara NKRI yang utuh • Mengidentifikasi
Kesatuan Republik kriteria NKRI yang
Indonesia utuh
• Mengidentifikasi ciri-
ciri NKRI yang utuh

• Kondisi NKRI yang utuh • Menjelaskan kondisi


c. Menunjukkan • Perilaku menjaga NKRI yang utuh
contoh-contoh keutuhan NKRI • Memberi contoh
perilaku dalam perilaku menjaga
menjaga keutuhan keutuhan NKRI
Negara Kesatuan
Republik Indonesia

Demikianlah contoh pengembangan standar kompetensi, kompetensi dasar, materi


pembelajaran, dan indikator pembelajaran PKn yang berlaku sesuai dengan rambu-
rambu kurikukum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan paradigma baru. Pertanyaan
selanjutnya, bagaimana materi pembelajaran yang bertumpu pada kemampuan dasar
tersebut dapat dibelajarkan untuk mencapai tujuan PKn yakni membentuk warga negara
yang cerdas, bertanggung jawab dan berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara serta taat pada norma, nilai, dan prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional
Indonesia.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 257


Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa model pembelajaran PKn dengan
paradigma baru hendaklah dapat mengakomodasi pencapaian tujuan PKn itu sendiri.
Selanjutnya Anda akan diajak untuk mengenal model pembelajaran tersebut, ialah
model pembelajaran yang berbasis portofolio. Namun, perlu Anda ingat bahwa model
pembelajaran ini perlu disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan siswa
bahkan tingkat perkembangan atau jenjang kelasnya. Guru dapat memodifikasi model
ini dengan tidak mengubah prinsip-prinsip pokok.
Sebelum lebih jauh membahas tentang model pembelajaran ini, Anda perlu menjawab
pertanyaan terlebih dahulu tentang portofolio. Apakah portofolio itu? Bagaimana
portofolio diterapkan dalam pembelajaran PKn?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, coba Anda bentuk kelompok


masing-masing tidak lebih dari empat orang, lalu diskusikan dengan
sesama anggota kelompok tersebut dan jawablah pertanyaan di atas.

Baiklah apabila Anda sudah mencoba dan merumuskan pengertiannya, marilah kita
bandingkan jawaban Anda dengan uraian berikut ini.
Dalam buku Panduan Siswa tentang We the People ... Project Citizen yang diterbitkan
oleh CCE (1998) dialihbahasakan oleh Sapriya (2000), Kami Bangsa Indonesia ... Proyek
Belajar Kewarganegaraan, portofolio adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan
maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan.
Panduan-panduan ini beragam tergantung pada mata pelajaran dan tujuan penilaian
portofolio.
Portofolio dalam pembelajaran PKn merupakan kumpulan informasi yang tersusun
dengan baik yang menggambarkan rencana kelas siswa berkenaan dengan suatu isu
kebijakan publik yang telah diputuskan untuk dikaji mereka, baik dalam kelompok
kecil maupun kelas secara keseluruhan. Portofolio kelas berisi bahan-bahan seperti
pernyataan-pernyataan tertulis, peta, grafik, photografi, dan karya seni asli. Bahan-bahan
ini menggambarkan:
1) hal-hal yang telah dipelajari siswa berkenaan dengan suatu masalah yang telah
mereka pilih.
2) hal-hal yang telah dipelajari siswa berkenaan dengan alternatif-alternatif pemecahan
terhadap masalah tersebut.
3) kebijakan publik yang telah dipilih atau dibuat oleh siswa untuk mengatasi masalah
tersebut.
4) rencana tindakan yang telah dibuat siswa untuk digunakan dalam mengusahakan
agar pemerintah menerima kebijakan yang mereka usulkan.

258 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Dengan demikian, portofolio merupakan karya terpilih kelas siswa secara keseluruhan
yang bekerja secara kooperatif membuat kebijakan publik untuk membahas pemecahan
terhadap suatu masalah kemasyarakatan.
Dalam menilai portofolio, “karya terpilih” merupakan istilah yang sangat penting.
Portofolio harus menjadi akumulasi dari segala sesuatu yang dapat ditemukan para
siswa pada topik yang mereka pilih. Portofolio harus memuat bahan-bahan yang
menggambarkan usaha terbaik siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan
kepadanya, serta mencakup pertimbangan terbaiknya tentang bahan-bahan mana yang
paling penting.
Pembelajaran PKn yang berbasis portofolio memperkenalkan kepada para siswa dan
mendidik mereka dengan beberapa metode dan langkah-langkah yang digunakan dalam
proses politik. Pembelajaran ini bertujuan untuk membina komitmen aktif para siswa
terhadap kewarganegaraannya dan pemerintahannya dengan cara:
⇒ membekali pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berpartisipasi
secara efektif.
⇒ membekali pengalaman praktis yang dirancang untuk mengembangkan kompetensi
dan efektivitas partisipasi.
⇒ mengembangkan pemahaman akan pentingnya partisipasi warga negara.

Pembelajaran ini akan menambah pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan


memperdalam pemahaman siswa tentang bagaimana bangsa Indonesia, yakni kita semua,
dapat bekerja sama mewujudkan masyarakat yang lebih baik. Pembelajaran ini bertujuan
untuk membantu siswa belajar bagaimana cara mengungkapkan pendapat, bagaimana
cara menentukan tingkat pemerintahan dan lembaga pemerintah manakah yang paling
tepat dan layak untuk mengatasi masalah yang diidentifikasi oleh mereka, dan bagaimana
cara mempengaruhi penetapan-penetapan kebijakan pada tingkat pemerintahan
tersebut. Pembelajaran ini mengajak para siswa untuk bekerjasama dengan teman-
temannya di kelas dan, dengan bantuan guru serta para relawan, agar tercapai tugas-
tugas pembelajaran berikut:
1. Mengidentifikasi masalah yang akan dikaji.
2. Mengumpulkan dan menilai informasi dari berbagai sumber berkenaan dengan
masalah yang dikaji.
3. Mengkaji pemecahan masalah.
4. Membuat kebijakan publik.
5. Membuat rencana tindakan.

Dalam usaha mencapai tugas-tugas pembelajaran ini ditempuh melalui enam tahap
kegiatan sebagai berikut:

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 259


Tahap I : Mengidentifikasi Masalah Kebijakan Publik Di Masyarakat.
Tahap II : Memilih Satu Masalah Untuk Kajian Kelas
Tahap III: Mengumpulkan Informasi Tentang Masalah Yang Akan Dikaji Kelas
Tahap IV : Membuat Portofolio Kelas
Tahap V: Menyajikan Portofolio
Tahap VI: Refleksi Terhadap Pengalaman Belajar

Dalam pembelajaran PKn yang berbasis portofolio, kelas dibagi ke dalam empat
kelompok. Setiap kelompok bertanggung jawab untuk membuat satu bagian portofolio
kelas.
Apa saja tugas dari keempat kelompok portofolio tersebut? Setiap kelompok
memiliki tugas yang berbeda namun mulai kelompok pertama sampai keempat harus
saling terkait (sekuensial) dan merupakan satu kesatuan. Adapun tugas mereka dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Kelompok portofolio Satu: Menjelaskan Masalah. Kelompok portofolio satu ini
bertanggung jawab untuk menjelaskan masalah yang telah dipilih untuk dikaji oleh
kelas. Kelompok ini pun harus menjelaskan mengapa masalah tersebut penting dan
mengapa lembaga pemerintahan tersebut harus menangani masalah tersebut.
b. Kelompok Portofolio Dua: Menilai kebijakan alternatif yang diusulkan untuk
memecahkan masalah. Kelompok ini bertanggung jawab untuk menjelaskan
kebijakan saat ini dan/atau kebijakan alternatif yang dirancang untuk memecahkan
masalah.
c. Kelompok Portofolio Tiga: Membuat satu kebijakan publik yang akan didukung
oleh kelas. Kelompok ini bertanggung jawab untuk membuat satu kebijakan publik
tertentu yang disepakati untuk didukung oleh mayoritas kelas serta melakukan
justifikasi terhadap kebijakan tersebut.
d. Kelompok Portofolio Empat: Membuat suatu rencana tindakan agar pemerintah
mau menerima kebijakan kelas. Kelompok ini bertanggung jawab untuk membuat
suatu rencana tindakan yang menunjukkan bagaimana warga negara dapat
mempengaruhi pemerintah untuk menerima kebijakan yang didukung oleh kelas.

Bahan-bahan dalam portofolio memuat dokumentasi terbaik yang telah dikumpulkan


oleh kelas dan kelompok dalam meneliti masalah. Bahan-bahan dalam portofolio itu pun
hendaknya memuat bahan-bahan tulis tangan asli dan/atau karya seni asli para siswa.
Bagaimana kedudukan dari portofolio tersebut? Karya dari keempat kelompok akan
diutamakan pada portofolio kelas. Karya tersebut memiliki dua seksi: seksi penayangan
dan seksi dokumentasi.
1. Seksi penayangan. Untuk seksi penayangan ini hasil karya (hasil penelitian dan

260 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


pengumpulan informasi) masing-masing dari keempat kelompok ditempelkan pada
satu bidang panel dari papan tayangan empat-panel. Tayangan ini dibuat sedemikian
rupa sehingga dapat diletakkan di atas meja, papan buletin, atau pada empat kuda-
kuda.
Bahan-bahan yang ditayangkan dapat meliputi pernyataan-pernyataan tertulis, daftar
sumber, peta, grafik, photo, karya seni asli, dan sebagainya.
2. Seksi dokumentasi. Masing-masing dari keempat kelompok harus memilih dari
bahan-bahan yang terkumpul, bahan-bahan terbaik yang mendokumentasikan atau
memberi bukti penelitiannya. Bahan-bahan yang termasuk ke dalam seksi dokumen
harus mewakili contoh-contoh penelitian terpenting dan/atau paling bermakna yang
telah dikerjakan siswa. Tidak semua penelitian harus dimasukkan. Bahan-bahan ini
dimasukkan ke dalam sebuah map jepit. Gunakan pemisah berwarna beda untuk
memisahkan keempat seksi dokumentasi dari keempat kelompok portofolio tersebut.
Siapkan daftar isi untuk setiap seksi.

Rincian Tugas Setiap Kelompok Portofolio


Kelompok Satu:
Menjelaskan masalah
Kelompok satu bertanggung jawab untuk menjelaskan masalah pada seksi penayangan
dan seksi dokumentasi bagian pertama dari portofolio kelas.
1. Seksi penayangan portofolio kelompok satu
Bagian ini hendaknya memuat:
a. Rangkuman masalah secara tertulis. Penjelasan masalah ditulis tidak lebih
dari dua halaman dengan ditik dua spasi. Rangkuman berisikan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan berikut:
1) Bagaimana seriusnya masalah yang ada di masyarakat?
2) Seberapa luas masalah tersebut dirasakan oleh masyarakat?
3) Mengapa masalah ini harus ditangani oleh pemerintah? Haruskah seseorang
juga bertanggung jawab untuk memecahkan masalah tersebut? Mengapa?
4) Manakah di antara pernyataan berikut ini yang kalian anggap benar?
- Tidak ada hukum atau kebijakan untuk mengatasi masalah tersebut.
- Hukum untuk mengatasi masalah tersebut tidak memadai.
- Hukum untuk mengatasi masalah tersebut memadai, tetapi tidak ditegakkan
dengan baik.
5) Adakah silang pendapat di masyarakat berkenaan dengan masalah
tersebut?
6) Siapakah orang, kelompok atau organisasi masyarakat yang berpihak pada
masalah tersebut?

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 261


- Mengapa mereka menaruh perhatian terhadap masalah tersebut?
- Bagaimanakah pendirian mereka?
- Apakah keuntungan dan kerugian dari pendirian tersebut?
v Bagaimana mereka berusaha mempengaruhi pemerintah agar menerima
pandangan-pandangan mereka?
7) Jika ada, tingkat atau lembaga pemerintahan mana yang bertanggung
jawab untuk mengatasi masalah tersebut? Apa yang sedang mereka lakukan
berkenaan dengan masalah tersebut?

b. Penyajian masalah dengan grafik


Penyajian ini dapat meliputi peta, grafik, photo, kartun politik, judul surat kabar,
tabel statistik, dan ilustrasi lainnya. Ilustrasi dapat saja berasal dari sumber-
sumber cetak, atau hasil karya asli siswa. Setiap ilustrasi hendaknya memiliki
judul halaman atau bab.
c. Identifikasi sumber-sumber informasi
Identifikasi sumber-sumber yang telah digunakan kelas siswa pada satu atau
lebih halaman ketik.

2. Seksi dokumentasi portofolio kelompok satu


Informasi terbaik yang telah dikumpulkan dan digunakan oleh kelas dalam mengkaji
dan menjelaskan masalah dimasukkan pada Bagian 1 map jepit kelas. Misalnya, siswa
dapat memasukkan bahan-bahan terpilih berupa:
- kliping surat kabar dan majalah;
- laporan tertulis hasil wawancara dengan anggota masyarakat;
- laporan tertulis hasil ulasan radio dan televisi tentang masalah yang dikaji;
- hasil komunikasi dengan kelompok kepentingan yang bersifat publik dan swasta;
dan
- petikan dari sejumlah publikasi pemerintah.

Dokumen dan laporan panjang hendaknya diwakili oleh lembar photocopy halaman
judul, daftar isi, dan satu halaman rangkuman dari dokumen itu sendiri maupun yang
disalin oleh kelompok. Siapkan daftar isi untuk seksi ini.

Kelompok Dua:
Mengkaji kebijakan alternatif untuk mengatasi masalah
Kelompok dua bertanggung jawab untuk menjelaskan masalah dan menilai kebijakan
saat ini dan/atau kebijakan alternatif yang dirancang untuk mengatasi masalah tersebut.
Temuan kelompok ini disajikan pada seksi penayangan dan dokumentasi yang kedua dari
portofolio kelas.

262 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


1. Seksi penayangan portofolio kelompok dua
Bagian ini hendaknya memuat:
a. Rangkuman tertulis tentang kebijakan alternatif. Siswa memilih dua atau
tiga kebijakan yang diusulkan oleh perseorangan atau kelompok. Untuk setiap
kebijakan yang dipilih oleh siswa, disertakan rangkuman jawaban siswa atas
pertanyaan-pertanyaan berikut dalam satu halaman tik dua spasi:
1) Kebijakan apakah yang diusulkan oleh siswa perseorangan atau kelompok?
2) Apakah keuntungan dan kerugian dari kebijakan tersebut?

b. Penyajian kebijakan melalui grafik


Penyajian ini dapat meliputi peta, grafik, photo, lukisan, kartun politik, judul
surat kabar, tabel statistik, dan ilustrasi lainnya yang berkaitan dengan kebijakan-
kebijakan. Ilustrasi dapat saja berasal dari sumber-sumber cetak, atau dapat juga
dari karya asli siswa. Setiap ilustrasi hendaknya memiliki judul halaman atau
bab.
c. Identifikasi sumber-sumber informasi
Identifikasi sumber-sumber yang telah digunakan kelas untuk mengumpulkan
informasi pada satu atau lebih halaman ketik.

2. Seksi dokumentasi portofolio kelompok dua


Dokumentasi bagian 2 dari map jepit kelas memuat lembar photocopy informasi
terbaik yang telah dikumpulkan dan digunakan kelas dalam mengkaji dan menilai
kebijakan-kebijakan saat ini dan kebijakan-kebijakan alternatif untuk mengatasi
masalah. Misalnya, siswa dapat memasukkan bahan-bahan terpilih berupa:

- kliping surat kabar dan majalah;


- laporan tertulis hasil wawancara dengan anggota masyarakat;
- laporan tertulis hasil ulasan radio dan televisi tentang masalah yang dikaji;
- hasil komunikasi dengan kelompok kepentingan yang bersifat publik dan swasta;
dan
- petikan dari sejumlah publikasi pemerintah.

Dokumen dan laporan yang panjang hendaknya diwakili oleh lembar photocopy
halaman judul, daftar isi, dan satu halaman rangkuman dari dokumen itu sendiri maupun
hasil salinan yang ditulis oleh kelompok siswa sendiri. Buatkan daftar isi untuk seksi ini.

Kelompok Portofolio Tiga:


Mengusulkan kebijakan alternatif untuk mengatasi masalah

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 263


Kelompok tiga bertanggung jawab mengusulkan kebijakan publik untuk mengatasi
masalah yang dikaji. Kebijakan yang dipilih kelompok ini harus disetujui oleh mayoritas
anggota kelas. Kebijakan yang diusulkan hendaknya tidak melanggar konstitusi dan
peraturan perundang-undangan negara. Setelah diperoleh kepastian, maka kelas dapat
memilih untuk
- mendukung salah satu kebijakan alternatif yang diidentifikasi oleh Kelompok
Portofolio Dua
- memodifikasi salah satu kebijakan, atau
- membuat kebijakan siswa sendiri.

1. Seksi penayangan portofolio kelompok tiga


Bagian ini hendaknya mencakup hal-hal berikut:
a. Penjelasan dan justifikasi tertulis untuk kebijakan yang diusulkan oleh kelompok
portofolio. Siswa kelompok ini hendaknya menjelaskan kebijakan yang dipilih
siswa dan alasan siswa mendukungnya. Deskripsikan dalam dua halaman tik dua
spasi :
1) kebijakan yang diyakini oleh kelas akan mengatasi masalah
2) keuntungan dan kerugian dari kebijakan kelas?
3) Menurut pandangan kelas, mengapa kebijakan tersebut tidak melanggar
konstitusi dan peraturan perundang-undangan negara. Para siswa perlu
bekerja sama dengan seluruh kelas untuk melengkapi bagian portofolio ini.
4) Tingkat atau lembaga pemerintahan mana yang harus bertanggung jawab
untuk menjalankan kebijakan yang kalian usulkan? Mengapa?

b. Penyajian kebijakan yang diusulkan melalui grafik. Penyajian ini dapat meliputi
peta, grafik, photo, lukisan, kartun politik, judul surat kabar, tabel statistik,
dan ilustrasi lainnya yang berkaitan dengan kebijakan dan masalah yang akan
dipecahkan oleh kebijakan tersebut. Ilustrasi dapat saja berasal dari sumber-
sumber cetak, atau dapat juga karya asli kalian. Setiap ilustrasi hendaknya
memiliki judul halaman atau bab.
c. Identifikasi sumber-sumber informasi. Identifikasi sumber-sumber yang telah
digunakan oleh kelas kalian untuk mengumpulkan informasi pada satu atau lebih
halaman ketik
2. Seksi dokumentasi portofolio kelompok tiga
Masukkan ke dalam Bagian 3 dari map jepit kelas, lembar photocopy informasi
terbaik yang telah dikumpulkan dan digunakan kelas kalian dalam mengkaji dan
menilai kebijakan saat ini dan alternatif untuk mengatasi masalah. Misalnya, kalian
dapat memasukkan bahan-bahan terpilih berupa:
- kliping surat kabar dan majalah;

264 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


- laporan tertulis hasil wawancara dengan anggota masyarakat;
- laporan tertulis hasil ulasan radio dan televisi tentang masalah;
- hasil komunikasi dengan kelompok kepentingan, baik publik maupun swasta;
dan
- petikan dari sejumlah publikasi pemerintah.

Dokumen dan laporan yang panjang hendaknya diwakili oleh lembar photocopy
halaman judul, daftar isi, dan satu halaman rangkuman dari dokumen itu sendiri maupun
salinannya yang ditulis oleh kelompok. Siapkan daftar isi untuk seksi ini.

Kelompok Portofolio Empat:


Membuat rencana tindakan
Kelompok kalian bertanggung jawab untuk membuat rencana tindakan. Rencana
tindakan ini hendaknya mencakup langkah-langkah yang dapat diambil agar kebijakan
yang diusulkan diterima dan dilaksanakan oleh pemerintah. Seluruh kelas hendaknya
terlibat dalam membuat rencana tindakan ini, tetapi kelompok empat akan menjelaskan
rencana tindakan dalam Bagian 4 dari Seksi penayangan dan Bagian 4 dari Seksi
dokumentasi portofolio kelas kalian.
1. Seksi penayangan portofolio kelompok empat
Bagian ini hendaknya mencakup hal-hal berikut:
a. Penjelasan tertulis tentang bagaimana kelas kalian dapat menumbuhkan dukungan
pada individu dan kelompok dalam masyarakat terhadap rencana yang diusulkan.
Deskripsikan gagasan-gagasan utama dari rencana kalian pada satu halaman tik
dua spasi. Pastikan untuk
1) mengidentifikasi individu dan kelompok berpengaruh dalam masyarakat
yang mungkin hendak mendukung kebijakan yang kalian usulkan. Gambarkan
secara ringkas bagaimana kalian dapat memperoleh dukungan mereka.
2) mengidentifikasi kelompok di masyarakat yang mungkin menentang
kebijakan kalian. Jelaskan bagaimana kalian dapat meyakinkan mereka untuk
mendukung kebijakan yang kalian usulkan.

b. Penjelasan tertulis tentang bagaimana kelas dapat menumbuhkan dukungan dari


pemerintah terhadap kebijakan yang diusulkan. Gambarkan gagasan-gagasan
utama dari rencana kalian pada satu halaman tik dua spasi. Pastikan untuk
1) Mengidentifikasi pejabat dan lembaga pemerintah berpengaruh yang mungkin
akan mendukung kebijakan kalian. Gambarkan dengan singkat bagaimana
kalian dapat memperoleh dukungan mereka terhadap kebijakan yang
diusulkan.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 265


2) mengidentifikasi orang-orang dalam pemerintah yang mungkin menentang
kebijakan kalian.

c. Penyajiian rencana tindakan melalui grafik


Penyajian ini dapat meliputi peta, grafik, photo, lukisan, kartun politik, judul
surat kabar, tabel statistik, dan ilustrasi lainnya. Ilustrasi dapat saja berasal dari
sumber-sumber cetak, atau dapat juga berupa karya asli kalian sendiri. Setiap
ilustrasi hendaknya memiliki judul halaman atau bab.
d. Identifikasi sumber-sumber informasi
Identifikasi sumber-sumber yang digunakan oleh kelas kalian untuk mengumpulkan
informasi pada satu atau lebih halaman ketik.

2. Seksi dokumentasi portofolio kelompok empat


Masukkan ke dalam Bagian 4 dari map jepit kelas lembar photocopy informasi terbaik
yang dikumpulkan dan digunakan oleh kelas kalian dalam pengembangan rencana
tindakan kalian. Misalnya, kalian dapat memasukkan sebagai dokumentasi bahan-
bahan terpilih berupa:
- pernyataan dari orang-orang atau kelompok berpengaruh;
- pernyataan para pejabat pemerintah yang berpengaruh;
- kliping surat kabar dan majalah;
- laporan tertulis hasil wawancara dengan anggota masyarakat;
- laporan tertulis hasil ulasan radio dan televisi tentang masalah;
- hasil komunikasi dengan kelompok kepentingan, baik publik maupun swasta;
dan
- petikan dari sejumlah publikasi pemerintah.

Dokumentasi dan laporan yang panjang hendaknya diwakili oleh lembar photocopy
halaman judul, daftar isi, dan satu halaman rangkuman dari dokumen itu sendiri maupun
dari salinan yang ditulis oleh kelompok. Siapkan daftar isi untuk seksi ini.
Walaupun setiap kelompok mempunyai tugas khusus, mereka perlu saling
berkomunikasi satu dengan yang lainnya untuk berbagi pemikiran dan informasi. Setiap
kelompok hendaknya menjaga agar seluruh kelas mengetahui betul kemajuannya dan
bekerja sama dengan kelompok-kelompok lainnya sehingga kelas tersebut dapat membuat
portofolio terbaiknya.
Kelompok-kelompok portofolio hendaknya bekerjasama sejak mereka memutuskan
item-item khusus apa yang harus termasuk dalam seksi tayangan dan seksi dokumentasi
portofolio. Kerja sama ini akan menghindarkan penayangan ulang informasi yang sama
dan menjamin peliputan bukti-bukti yang terbaik.

266 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Penilaian portofolio dilakukan terhadap dua hal, yaitu portofolio masing-masing
dari keempat kelompok portofolio, dan portofolio keseluruhan (kelas). Untuk menilai
portofolio, digunakan kriteria berikut.
Kriteria untuk menilai portofolio kelompok (1 - 4):
• Kelengkapan
Apakah setiap seksi memuat bahan-bahan yang diuraikan pada deskripsi tugas setiap
kelompok di atas? Apakah para siswa memasukkan bahan-bahan lebih dari yang
diperlukan?
• Kejelasan.
Apakah portofolio siswa tersusun dengan baik? Apakah portofolio siswa ditulis
dengan jelas, menggunakan tata bahasa dan ejaan yang benar? Apakah gagasan-
gagasan utama dan argumen-argumen di dalamnya mudah dipahami?
• Informasi
Apakah informasinya akurat? Apakah informasinya memuat fakta-fakta utama dan
konsep-konsep penting? Apakah informasi yang kalian masukkan penting untuk
memahami topik kajian?
• Dukungan
Apakah siswa memberikan contoh-contoh untuk menjelaskan atau mendukung
gagasan-gagasan utama?
Apakah siswa memberikan penjelasan mendalam untuk gagasan-gagasan utama
tersebut?
• Grafik.
Apakah grafik siswa berkaitan secara khusus dengan isi dari seksi portofolionya?
Apakah grafik siswa memberikan informasi? Apakah masing-masing grafik memiliki
judul?
Apakah grafik siswa membantu untuk memahami tayangannya?
• Dokumentasi.
Apakah siswa mendokumentasikan gagasan-gagasan utama pada seksi portofolionya?
Apakah siswa menggunakan sumber-sumber yang sahih, terpercaya, dan variatif? Jika
siswa mengutip atau menyadur sumber informasi, apakah mereka menghargainya
pada setiap kutipan?
Apakah dokumentasi siswa berkaitan dengan tayangan? Apakah siswa memilih
sumber-sumber informasi terbaik dan terpenting?
• Kekonstitusionalan.
Apakah siswa memasukkan Format Pendapat Kekonstitusionalan?
Apakah siswa menjelaskan mengapa kebijakan yang diusulkan oleh mereka tidak
melanggar Konstitusi?

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 267


Demikianlah model pembelajaran PKn yang berbasis portofolio. Namun untuk
penerapan di sekolah dasar, guru perlu melakukan proses penyederhanaan lagi,
disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak usia sekolah dasar. Demikian pula
dalam proses identifikasi dan pemilihan masalah. Masalah kelas hendaknya masalah
yang dipilih sendiri oleh siswa.

Rangkuman
Untuk mencapai tujuan PKn dengan paradigma baru perlu disusun materi dan model
pembelajaran yang sejalan dengan tuntutan dan harapan PKn yakni mengembangkan
kecerdasan warga negara (civic intelligence) dalam dimensi spiritual, rasional, emosional
dan sosial, mengembangkan tanggung jawab warga negara (civic responsibility), serta
mengembangkan anak didik berpartisipasi sebagi warga negara (civic participation) guna
menopang tumbuh dan berkembangnya warga negara yang baik.
Pembelajaran PKn selayaknya dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan
keterampilan intelektual yang memadai serta pengalaman praktis agar memiliki
kompetensi dan efektivitas dalam berpartisipasi. Oleh karena itu, ada dua hal yang perlu
mendapat perhatian guru atau calon guru dalam mempersiapkan pembelajaran PKn
di kelas, yakni bekal pengetahuan materi pembelajaran dan metode atau pendekatan
pembelajaran.
Materi PKn dengan paradigma baru dikembangkan dalam bentuk standar nasional
PKn yang pelaksanaannya berprinsip pada implementasi kurikulum terdesentralisasi.
Dalam mengembangkan desain pembelajaran PKn, ada empat komponen yang perlu
dikembangkan, yakni: (1) Standar kompetensi; (2) kompetensi dasar; (3) Substansi
materi; (4) Indikator pencapaian sebagai kriteria keberhasilan pencapaian kompetensi.
PKn dengan paradigma baru bertumpu pada standar kompetensi dan kompetensi
dasar kewarganegaraan (civic competence) untuk semua jenjang. Sedangkan pembelajaran
partisipatif yang berbasis portofolio (Portfolio-based learning) merupakan alternatif
utama guna mencapai tujuan PKn tersebut.
Portofolio adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan
terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan. Portofolio dalam
pembelajaran PKn merupakan kumpulan informasi yang tersusun dengan baik yang
menggambarkan rencana kelas siswa berkenaan dengan suatu isu kebijakan publik yang
telah diputuskan untuk dikaji mereka, baik dalam kelompok kecil maupun kelas secara
keseluruhan. hal-hal yang telah dipelajari siswa berkenaan dengan suatu masalah yang
telah mereka pilih.
Pembelajaran PKn yang berbasis portofolio memperkenalkan kepada para siswa dan
mendidik mereka dengan beberapa metode dan langkah-langkah yang digunakan dalam

268 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


proses politik. Pembelajaran ini bertujuan untuk membina komitmen aktif para siswa
terhadap kewarganegaraannya dan pemerintahannya.
Langkah-langkah pembelajaran PKn yang berbasis portofolio meliputi: (1)
Mengidentifikasi masalah yang akan dikaji; (2) Mengumpulkan dan menilai informasi
dari berbagai sumber berkenaan dengan masalah yang dikaji; (3) Mengkaji pemecahan
masalah; (4) Membuat kebijakan publik; (5) Membuat rencana tindakan.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 269


Tes Formatif 2:

Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir


pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.

1. Proses pembelajaran PKn dengan paradigma baru hendaknya berorientasi pada


pengembangan tiga kemampuan berikut ini, kecuali:
A. Kecerdasan warga negara
B. Tanggung jawab warga negara
C. Partisipasi warga negara
D. Pemecahan masalah warga negara

2. Kecerdasan warga negara yang perlu dikembangkan oleh guru dalam pembelajaran
PKn dengan paradigma baru hendaknya meliputi aspek:
A. Afektif, emosional, pemikiran dan sikap
B. Rasional, intelektual, pemikiran dan emosional
C. Spiritual, rasional, emosional dan sosial
D. Spiritual, sikap, intelektual, dan sosial

3. Karakteristik yang menjadi kriteria dalam proses pembelajaran pendidikan


kewarganegaraan dengan paradigma baru dapat dilihat pada:
A. Kemampuan dasar dan kemampuan kewarganegaraan
B. Standar materi kewarganegaraan
C. Indikator pencapaian
D. Rambu-rambu umum pembelajaran

4. Penjabaran materi pembelajaran PKn dengan paradigma baru yang paling operasional
terdapat pada kolom:
A. Kemampuan dasar
B. Kemampuan
C. Standar materi kewarganegaraan
D. Standar pencapaian

5. Portofolio dalam proses pembelajaran PKn di kelas pada hakekatnya merupakan:


A. kumpulan informasi yang tersusun dengan baik
B. kumpulan pekerjaan guru untuk siswa
C. kumpulan pekerjaan karyawan sekolah
D. kumpulan pekerjaan kepala sekolah

270 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


6. Bentuk portofolio dalam pembelajaran PKn dapat berupa pernyataan tertulis, peta,
grafik, photografi yang:
A. menarik secara estetika
B. mengandung informasi yang terkait dengan masalah
C. beragam dilihat dari segi keilmuan
D. bernilai seni tinggi

7. Proses pembelajaran PKn yang berbasis portofolio bertujuan membina komitmen


siswa terhadap kewarganegaraannya dengan cara, kecuali:
A. membekali pengetahuan dan ketrampilan untuk berpartisipasi aktif
B. memberikan doktrin dalam hidup berkewarganegaran
C. membekali pengalaman praktis untukmengembangkan kompetisi
D. mengembangkan pemahaman partisipasi warga negara

8. Langkah-langkah pembelajaran PKn yang berbasis portofolio diakhiri dengan:


A. mengumpulkan dan menilai informasi
B. mengkaj pemecahan masalah
C. membuat rencana tindakan
D. membuat kebijakan publik

9. Kelompok I (Satu) siswa dalam pembelajaran PKn berbasis portofolio memiliki


tugas:
A. menjelaskan masalah
B. menilai kebijakan alternatif
C. membuat kebijakan publik
D. membuat rencana tindakan

10. Untuk menilai portofolio yang dibuat oleh siswa, juri dapat melihat portofolio dari
sudut … kecuali:
A. kelengkapan
B. kejelasan
C. estetika
D. dukungan

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 271


Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat
di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap
materi kegiatan belajar 2 dengan mempergunakan rumus di bawah ini.

Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 %
10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:


90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 70 % = kurang

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan


dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda
kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum Anda kuasai.

272 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


2

Model Pembelajaran PKn MI


Kelas Tinggi

Pada kegiatan belajar pertama dalam modul ini, Anda telah mengenal cara mendesain
pembelajaran PKn dengan model pembelajaran PKn berbasis portofolio. Berikut ini
Anda akan diajak untuk mengkaji model pembelajaran PKn yang lain dengan fokus pada
pembelajaran tentang hak asasi manusia (HAM). Tema ini dipandang penting dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara dalam sistem pemerintahan demokratis karena
kehidupan berdemokrasi hampir tidak dapat terpisahkan dengan prinsip-prinsip HAM.
Untuk kepentingan pembelajaran di kelas, sesuai dengan kedudukan Anda sebagai
mahasiswa guru, maka pertanyaannya adalah bagaimana cara mengajarkan konsep
HAM itu kepada para anak didik di Madrasah Ibtidaiyah (MI)? Sebenarnya, kegiatan
mengajar atau pembelajaran bagi Anda tidak terlalu banyak masalah karena Anda
telah berpengalaman, namun agar kemampuan Anda semakin mahir, khususnya dalam
pembelajaran HAM dalam PKn, maka pada kegiatan belajar ini, Anda akan diajak untuk
mengenal dan berlatih dalam mengembangkan keterampilan pembelajaran HAM dalam
PKn. Keterampilan ini sangat penting baik bagi mahasiswa guru maupun calon guru MI.
Bagaimana cara mempersiapkan pembelajaran HAM untuk siswa MI? Sedikitnya,
ada empat hal yang harus dipersiapkan untuk mengadakan proses pembelajaran,
yakni menetapkan tujuan, merumuskan materi pelajaran, menetapkan metode,
dan merencanakan evaluasi. Pada kegiatan belajar ini proses pembelajaran akan
ditekankan pada perumusan dan pemilihan materi dan sekilas tentang langkah-langkah
pembelajarannya. Tekanan pada materi dalam kegiatan pembelajaran dilakukan
mengingat materi pembelajaran HAM sangat luas dan meliputi dimensi yang perlu
pertimbangan psikologis atau perkembangan jiwa anak.
Materi HAM penuh dengan nilai dan moral yang perlu diperkenalkan kepada para
siswa sejak dini khususnya di jenjang MI. Hak asasi yang dimiliki manusia sebagaimana
yang tertuang dalam berbagai konvensi dan peraturan perundangan ditujukan kepada
kelompok atau perorangan tertentu. Selain Undang-Undang No.39/1999 tentang
HAM yang berlaku di Indonesia, terdapat pula sejumlah konvensi yang perlu pula

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 273


disosialisasikan kepada para siswa, seperti Kovenan Intenasional tentang Hak-hak
Sipil dan Politik; Konvensi Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya;
Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman lain yang kejam,
tidak Manusiawi, dan Merendahkan Martabat Manusia; Konvensi Internasional tentang
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial; dan Konvensi Hak-hak Anak. Bagaimana
mempersiapkan materi HAM tersebut untuk kepentingan pembelajaran?
Hendarman (2000) menyatakan bahwa apabila ada kesepakatan perlunya materi
atau konsep-konsep HAM diajarkan di sekolah, sebaiknya dilakukan penjenjangan dalam
konsep atau materi yang diajarkan atas dasar berbagai pertimbangan termasuk utamanya
memperhatikan tingkat usia dan perkembangan anak. Selain pertimbangan hal tersebut,
maka untuk menentukan penjenjangan dimaksud, rujukan lain yang perlu diperhatikan
ialah: (1) terjadinya keseimbangan antara pribadi dan negara, (2) kehidupan moral yang
menjunjung tinggi martabat manusia, (3) semangat yang universal, dan (4) kepekaan
terhadap sesama dan lingkungan.
Didasarkan atas hal tersebut, maka untuk satuan pendidikan di tingkat SD/MI
pembelajaran hak-hak seyogianya ditekankan pada berbagai hak yang termaktub dalam
Konvensi Hak-hak Anak (KHA). KHA merupakan instrumen internasional di bidang HAM
dengan cakupan hak yang paling komprehensif. Terdiri atas 54 pasal, KHA hingga saat ini
dikenal sebagai satu-satunya konvensi di bidang HAM yang mencakupi hak-hak sipil dan
politik maupun hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya sekaligus. Saat ini, Konvensi Hak
Anak tersebut telah diakomodasi dalam UU N0.39/1999 tentang HAM.
Bagaimana menyusun materi HAM untuk kepentingan pembelajaran?
Berikut ini adalah pemetaan dari sejumlah konsep HAM untuk SD/MI yang
menekankan keseimbangan antara pribadi dan negara maupun kehidupan moral yang
menjunjung tinggi martabat manusia, dan dapat diklarifikasi serta dipertimbangkan
sebagai bahan materi pembelajaran. Materi pembelajaran tentang HAM dapat dipilih
dari dokumen undang-undang atau konvensi dalam bentuk tema atau topik. Berikut ini
adalah tema-tema yang diambil dari dokumen Undang-Undang HAM No.39/1999 Bab III
tentang Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar Manusia, bagian kesepuluh tentang Hak
Anak, antara lain:

274 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Ø Hak mendapat perlakuan yang sama tanpa membedakan jenis kelamin
Ø Hak mendapat pelayanan yang sama
Ø Hak dipelihara orang tua dan mengetahui orang tua
Ø Hak mendapat kewarganegaraan
Ø Hak mendapat perlakuan yang adil
Ø Hak mendapat perlindungan terhadap rahasia pribadi
Ø Hak mendapat kesempatan untuk berbicara
Ø Hak diperlakukan baik terhadap sesama
Ø Hak mendapat perlindungan dari pekerjaan yang membahayakan dirinya
Ø Hak mendapat pelayanan kesehatan
Ø Hak mendapat pendidikan

Apabila dikaji, terutama untuk item 1–5, isi dari hak-hak anak di atas banyak yang
berkaitan dengan nilai persamaan dan keadilan. Guru dapat menerapkan tentang isi
materi HAM di atas dalam substansi kajian/kompetensi dasar tentang salah satu nilai
juang,yakni nilai keadilan dalam standar isi SD/MI Kelas VI semester 1, ialah kompetensi
dasar 1.3 Meneladani nilai-nilai juang para tokoh yang berperan dalam proses perumusan
Pancasila sebagai Dasar Negara dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menyelenggarakan
kegiatan pembelajaran ini, guru dapat menggunakan pendekatan inkuiri yang sederhana
disesuaikan dengan tingkat perkembangan kemampuan siswa di Madrasah Ibtidaiyah.
Suatu model langkah-langkah pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh guru
untuk mengadakan inkuri dalam proses pembelajaran HAM, sbb.:
Pertama, Merumuskan tujuan
Kedua, Menyajikan kata-kata (istilah) yang perlu diketahui
Ketiga, Menyajikan ide-ide yang perlu dipelajari
Keempat, Memecahkan masalah
Kelima, Menerapkan kemampuan yang telah dikuasai

Model pembelajaran kedua disebut proses inkuiri menurut Welton & Mallan (1988)
memiliki langkah-langkah sbb.
Pertama, menyadari adanya peristiwa yang kontroversial yang selanjutnya menjadi
masalah yang harus dipecahkan
Kedua, Mengidentifikasi hipotesis (berupa penjelasan atau jawaban tentatif)
Ketiga, Menguji hipotesis sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh
a. Apabila hipotesis ditolak, maka masalah dapat dirumuskan kembali dan inkuiri

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 275


kembali ke langkah yang kedua.
b. Apabila hipotesis diterima maka inkuri dapat dilanjutkan ke langkah keempat
Keempat, Memodifikasi hipotesis menjadi simpulan sementara sampai data secara
lengkap terkumpul.
Kelima, Menguji simpulan sementara (apakah telah menjelaskan peristiwa yang
kontroversial?)

Model ketiga pembelajaran inkuiri disebut juga inkuiri dasar sebagaimana disarankan
oleh Dewey (Armstrong, 1996) memiliki langkah-langkah sbb.
Pertama, Menggambarkan krakteristik masalah atau situasi yang penting;
Kedua, Mengajukan kemungkinan simpulan atau penjelasan;
Ketiga, Mengumpulkan bukti yang dapat digunakan untuk menguji akurasi simpulan atau
penjelasan;
Keempat, Menguji simpulan atau penjelasan berdasarkan bukti yang ada;
Kelima, Mengembangkan simpulan yang didukung oleh bukti yang tepat.

Menurut Armstrong (1996), model di atas dapat digunakan oleh guru untuk
pembelajaran inkuiri pada semua kelas di jenjang SD/MI. Meskipun demikian, tidak
tertutup kemungkinan untuk melakukan modifikasi disesuaikan dengan Standar Isi
(SI) atau Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar (SKKD) yang ada dalam kurikulum
formal (Intended Curriculum) bahkan yang penting lagi hendaknya disesuaikan dengan
karakteristik siswa dan lingkungan belajarnya, terutama sosial budaya setempat (Hidden
Curriculum).

Sebagai latihan, coba Anda rundingkan dan diskusikan untuk


membuat suatu model pembelajaran inkuiri disesuaikan dengan
kompetensi yang ada dalam Standar Isi! Anda secara bebas boleh
memodifikasi model pembelajaran inkuiri, demikian pula kompetensi
yang dipilih sepanjang berkaitan dengan materi HAM.

Baiklah, apabila Anda telah mendiskusikannya, mari kita lihat dan bandingkan hasil
pekerjaan kelompok Anda dengan uraian di bawah ini.

276 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Kelas VI, Semester 1

Stándar Kompetensi Kompetensi Dasar


1. Menghargai nilai-nilai juang 1.1 Mendeskripsikan nilai-nilai juang dalam proses perumusan
dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara
Pancasila sebagai Dasar Negara 1.2 Menceritakan secara singkat nilai kebersamaan dalam proses
perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara
1.3 Meneladani nilai-nilai juang para tokoh yang berperan dalam
proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara dalam
kehidupan sehari-hari

Dalam SKKD di atas, salah satu nilai yang perlu diteladani adalah nilai “Keadilan”
Kelas : 5 ; Semester 1

Apakah keadilan itu?


Keadilan mempunyai pengertian yang beragam. Dalam pelajaran ini Anda akan
belajar betapa pentingnya pembagian konsep keadilan dalam memandang suatu masalah.
Keadilan dapat dibagi menjadi tiga kelompok. Ada tiga masalah keadilan ialah keadilan
distributif, keadilan korektif, dan keadilan prosedural. Pembedaan ini perlu dilakukan
karena Anda akan menggunakan konsep pemikiran (perangkat pemikiran) dan masalah
yang secara konseptual memiliki pengertian berbeda. Langkah pertama yang perlu
diperhatikan adalah menjelaskan bagaimana mengidentifikasi beberapa konsep keadilan
yang berbeda itu?

Apa saja tiga jenis keadilan itu?


Tujuan pembelajaran:
Dalam pembelajaran ini Anda akan mengkaji dan mendiskusikan tiga jenis masalah
keadilan. Setelah Anda menyelesaikan proses pembelajaran, Anda diharapkan dapat
mengidentifikasi dan memberikan contoh untuk setiap jenis masalah. Kalian juga
hendaknya dapat menjelaskan mengapa penting membagi masalah keadilan ke dalam
kelompok yang berbeda.

Kata-kata kunci:
Ø Keadilan korektif
Ø Keadilan distributif
Ø Keadilan prosedural

Memecahkan masalah:
Dapatkah Anda mengidentifikasi tiga jenis keadilan dalam cerita dibawah ini?

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 277


Kisah ini menceriterakan tentang seseorang yang tinggal di suatu kota kecamatan.
Cerita ini berjudul Burhan Belajar Berlaku Adil. Tujuan cerita adalah membantu Anda
belajar mengidentifikasi tiga jenis masalah keadilan. Setelah Anda selesai membaca
cerita ini, bekerjalah dengan teman Anda, kemudian kaji dan jawablah pertanyaan di
bawahnya.

Burhan Belajar Berlaku Adil


Burhan adalah seorang Kepala Polisi di kota Sukamaju, sebuah kota kecamatan di
sekitar Jabotabek. Ketika Burhan menjadi anggota KaPolsek ia membuat suatu kebijakan
yang dirasakan tidak adil oleh masyarakat. Pada saat itu, ia sangat membutuhkan seorang
sekretaris. Kemudian ia membuat pengumunan: Dibutuhkan Seorang Sekretaris Wanita.
Banyak orang mengomentari: “Hanya wanita?” “Kami juga dapat melakukan pekerjaan
sekretaris”, kata sekelompok pria. “ Kami cukup profesional”, tambahnya.
Burhan menjawab, “Saya tidak ingin sekretaris laki-laki di ruangan ini. Perempuan
bekerja lebih baik daripada laki-laki”. Banyak warga masyarakat di kota itu berkomentar
bahwa tindakan Kapolsek Burhan, tidak adil karena Burhan tidak memberi kesempatan
kepada warga masyarakat yang berjenis kelamin laki-laki untuk mendaftar sebagai
sekretaris. Warga masyarakat berkomentar kepada Sersan Burhan: “ Kamu tidak adil”.
Saat itu, jarak antar kota kecil cukup jauh. Tidak ada Kantor Pengadilan di kota
kecamatan untuk memutuskan perkara bagi orang yang melanggar hukum. Ketika
tidak ada lembaga pengadilan di kota kecamatan, Burhan bertindak sebagai hakim yang
memutuskan perkara.
Suatu ketika, Burhan menangkap serang anak laki-laki berusia 10 tahun karena
mencuri permen (gula-gula). Burhan menjatuhkan hukuman 1 tahun kepada anak itu
dan memasukkannya ke penjara LP dewasa. Burhan menghukum denda perampok bank
sebesar Rp 5,000,000.00 (Lima Juta Rupiah) karena ia berjanji tidak akan melakukan lagi
perbuatan itu. “Burhan nampaknya tidak tahu bagaimana prosedur menghukum seorang
yang melakukan kejahatan”, warga kota berkomentar.
Sekali waktu, Burhan harus menemukan dan membuktikan siapa pelaku penjambretan
di kereta api. Pada saat proses pemeriksaan, Burhan menangkap seseorang lalu mengikat
dua lengannya ke belakang, duduk di kursi dan ibu jari kakinya digencet oleh kaki kursi
yang didudukinya agar ia mengaku sebagai pelaku pemjambretan. Burhan melakukan
hal tersebut secara terus menerus dan cukup lama hingga orang tersebut pingsan.
Burhan pun tidak adil dalam membuat keputusan. Inilah beberapa cuplikan
pertanggungjawabannya ketika ia menyerahkan perkara kepada Jaksa.
Jaksa: Sersan, lima saksi yang saya tanya, ternyata mengatakan bahwa orang ini tidak
ada di tempat ketika terjadinya peristiwa pencopetan. Mengapa Anda menangkap orang

278 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


ini?
Burhan: Karena ia seperti seorang kriminal.
Jaksa: Wah.. ini tidak adil.

Aparat hukum dari pihak kepolisian, kejaksaan dan pengadilan mengadakan


pertemuan untuk memecahkan masalah ini. Mereka memanggil Burhan dalam pertemuan
itu dan memintanya duduk di hadapan aparat hukum.
“Burhan, kami menyayangimu. Namun kamu harus belajar bagaimana bertindak adil,”
Pimpinan kepolisian kota memulai pembicaraannya. “Ya, Anda harus belajar bertindak
adil, Pak Burhan”, warga masyarakat setuju.

“Saya bukanlah orang yang sempurna”, Burhan menjawab. “Tidak mudah membuat
keputusan ini. Saya akan mengubah sikap. Saya ingin menjadi polisi yang paling adil di
wilayah ini”, Selanjutnya Burhan memutuskan untuk belajar apa arti keadilan itu.

Perhatikan beberapa pertanyaan berikut ini!


Apa tindakan Burhan yang dianggap tidak adil? Mengapa tidak adil?
Kajilah perbuatan-perbuatan Burhan yang tidak adil. Masalah-masalah manakah
yang merupakan:
• cara yang adil dalam mendistribusikan sesuatu kepada orang lain?
• cara yang adil untuk memperbaiki kesalahan?
• cara yang adil untuk mengumpulkan informasi dan membuat keputusan?

Perhatikan:
Apakah tiga jenis masalah keadilan?
Dalam cerita Burhan Belajar Bertindak Adil, kalian melihat ada tiga jenis masalah
keadilan. Pertama, Burhan memiliki masalah keadilan ketika ia mengumumkan bahwa
hanya perempuan yang boleh mendaftar menjadi sekretaris. Ketika ada masalah
dalam mendistribusikan sesuatu, misalnya dalam memberi kesempatan kepada warga
masyarakat, kita menyebut hal ini sebagai masalah keadilan distributif.

Bagaimana masalah keadilan distributif terjadi dalam situasi berikut ini.


• menonton program di televisi
• bermain olah raga dalam suatu tim
• memperoleh nilai di kelas

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 279


• pembayaran gaji/upah kerja
• hak memilih

Dalam ceritera di atas, Burhan pun punya masalah dengan tindakan yang tidak adil
ketika ia menjebloskan anak usia 10 tahun yang mencuri permen (gula-gula) ke dalam
penjara orang dewasa. Ketika ada masalah keadilan tentang sesuatu untuk memperbaiki
kesalahan, maka masalah tersebut dinamakan masalah keadilan korektif.
Bagaimana kemungkinan masalah keadilan korektif ini terjadi dalam situasi berikut ini:
1. Seseorang yang ingkar janji
2. Seorang siswa yang menyontek ketika ujian
3. Seseorang yang merusak milik orang lain
4. Seseorang melukai orang lain

Dalam ceritera di atas, Burhan pun punya masalah dengan tindakan yang tidak adil
ketika ia menggencet ibu jari kaki tersangka oleh kaki kursi yang didudukinya untuk
memperoleh informasi atau pengakuan bahwa orang tersebut telah mencopet di kereta
api. Burhan pun punya masalah ketika menangkap seseorang karena ia berpendapat
bahwa orang yang ditangkap itu mirip seperti wajah kriminal (penjahat). Apabila ada
masalah tentang cara-cara ketidakadilan untuk memperoleh informasi dan cara-cara
dalam membuat keputusan, maka kita menyebutnya masalah keadilan prosedural.

Bagaimana kemungkinan masalah keadilan prosedural terjadi dalam situasi berikut ini:
1. Guru berusaha mencari siapa yang memulai perkelahian di tempat bermain.
2. Polisi berusaha menemukan siapa pelaku yang memecahkan jendela.
3. Kelas mencoba memutuskan permainan apakah yang akan dilakukan ketika istirahat.
4. Hakim memutuskan apakah seseorang bersalah/melakukan kejahatan

Bagaimana memecahkan masalah-masalah berikut ini?


Dapatkah mengidentifikasi contoh-contoh dari tiga jenis masalah keadilan berikut ini?
Bekerjalah dengan teman. Pertama, putuskan apakah setiap situasi menimbulkan
suatu masalah keadilan distributif, korektif, atau prosedural? Kemudian, jawablah
pertanyaan berikut ini:

280 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Latihan 1:

Kelas kalian memiliki 12 spidol berwarna. Ada 20 siswa yang ingin menggunakan
spidol tersebut.
Keadilan: ……………………………………………………………….
Alasan: …………………………………………………………………..

Latihan 2:

Seorang siswa di kelas kalian menyontek pada waktu ujian.


Keadilan: ……………………………………………………………….
Alasan: …………………………………………………………………..

Latihan 3:

Kepala sekolah ingin tahu siapa yang mencorat-coret ruang istirahat.


Keadilan: ……………………………………………………………….
Alasan: …………………………………………………………………..

Latihan 4:

Kelas kalian harus memutuskan berapa rupiah setiap siswa harus membayar iuran
berdarma wisata.
Keadilan: ……………………………………………………………….
Alasan: …………………………………………………………………..

Latihan 5:

Latihan 6:

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 281


Selama bermain waktu istirakat, kelas kalian memecahkan jendela sekolah.
Keadilan: ……………………………………………………………….
Alasan: …………………………………………………………………..

Gunakan kemampuan kalian untuk menjawab pertanyaan/masalah di bawah ini!


A. Apakah masalah dalam setiap situasi yang digambarkan di atas mengandung jenis
keadilan distributif, korektif, dan prosedural? Mengapa?
B. Mungkinkah sesuatu yang adil dilakukan dalam setiap situasi di atas?
C. Apakah mungkin masalah/situasi di atas terjadi di sekolah kalian?

Mengapa masalah keadilan dibagi menjadi tiga kelompok?


Kalian telah belajar bahwa kita telah membagi masalah keadilan atas tiga kelompok:
keadilan distributif, keadilan korektif, dan keadilan prosedural. Penting pula disadari,
jenis masalah keadilan manakah yang sedang dipikirkan agar ketika kalian dihadapkan
dengan masalah keadilan, maka kalian akan menentukan keadilan manakah yang tepat
digunakan. Kalian akan belajar bagaimana menggunakan tiga jenis keadilan tersebut
dalam tugas pekerjaan rumah berikut ini.

Coba kalian terapkan pengetahuanmu tentang keadilan pada proyek berikut ini.
a. Dengarkan acara/program/siaran berita pada televisi atau radio. Kemudian
identifikasi tiga jenis masalah keadilan yang dilaporkan. Kalian dapat bertukar
informasi/pikiran dan bekerjasama dengan teman sekelas.
b. Buatlah gambar/lukisan tentang situasi dalam kehidupan kalian yang menunjukkan
suatu masalah tentang keadilan. Kalian dapat membuat gambar secara bersama-
sama dengan teman kalian.
c. Tulislah suatu syair lagu tentang bagaimana masalah keadilan dalam kehidupan
kalian dipecahkan. Kalian dapat bekerjasama dengan teman sekelas.
d. Bacalah cerita singkat dari buku perpustakaan yang berkaitan dengan keadilan.
Tulislah laporan tentang isu-isu yang diungkapkan dalam cerita dan bagaimana
solusinya.

Demikianlah sebuah model pembelajaran tentang hak asasi manusia yang difokuskan
pada suatu kompetensi dengan tema keadilan. Anda dapat membuat secara lebih kreatif
lagi untuk menerapkan model di atas. Sesuaikan model inkuiri tersebut dengan kondisi,
situasi dan tingkat perkembangan para siswa di sekolah dasar. Tentu saja, model inkuiri
untuk siswa sekolah dasar pada kelas yang lebih rendah, langkah-langkah inkuiri akan
lebih sederhana lagi.

282 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Rangkuman

Ada empat hal yang harus dipersiapkan untuk mengadakan proses pembelajaran,
yakni menetapkan tujuan, merumuskan materi pelajaran, menetapkan metode dan
evaluasi.
Materi hak asasi manusia untuk bahan pembelajaran dapat diseleksi dari berbagai
konvensi dan peraturan perundangan dan apabila ada kesepakatan perlunya materi atau
konsep-konsep HAM diajarkan di sekolah, sebaiknya dilakukan penjenjangan dalam
konsep atau materi yang diajarkan atas dasar berbagai pertimbangan termasuk utamanya
memperhatikan tingkat usia dan perkembangan anak.
Rujukan yang dapat digunakan untuk menentukan materi pembelajaran mengacu pada
pertimbangan: (1) terjadinya keseimbangan antara pribadi dan negara, (2) kehidupan
moral yang menjunjung tinggi martabat manusia, (3) semangat yang universal, dan (4)
kepekaan terhadap sesama dan lingkungan.
Untuk menerapkan konsep HAM dalam pembelajaran, guru dapat memodifikasi konten
HAM dalam kompetensi yang dapat dipilih dari Standar Isi. Untuk menyelenggarakan
kegiatan pembelajaran ini, guru dapat menggunakan pendekatan inkuiri yang sederhana
disesuaikan dengan tingkat perkembangan kemampuan siswa di sekolah dasar.
Banyak model langkah-langkah pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh
guru untuk mengadakan inkuri dalam proses pembelajaran HAM, antara lain: Pertama,
Merumuskan tujuan; Kedua, Menyajikan kata-kata (istilah) yang perlu diketahui; Ketiga,
Menyajikan ide-ide yang perlu dipelajari; Keempat, Memecahkan masalah; dan Kelima,
Menerapkan kemampuan yang telah dikuasai

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 283


Tes Formatif 2:

Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir


pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.

1. Untuk mengadakan proses pembelajaran, guru perlu mempersiapkan hal-hal berikut…


kecuali:
A. Merumuskan tujuan
B. Merancang langkah-langkah metode
C. Merumuskan materi pelajaran
D. Melaksanakan evaluasi akhir

2. Melakukan penjenjangan materi HAM untuk pembelajaran di sekolah dimaksudkan


agar:
A. Materi mudah diserap oleh siswa dan guru
B. Materi sesuai dengan tingkat perkembangan siswa
C. Materi pelajaran tidak tumpang tindih
D. Materi pelajaran ada kesamaan antar jenjang

3. Syarat awal dan utama menyelenggarakan model pembelajaran inkuiri yang punya
peluang mencapai keberhasilan adalah:
A. Materi pelajarannya mudah diserap
B. Sikap guru yang serius dan tegas
C. Pertanyaan/rumusan masalah yang merangsang
D. Guru memberi jawaban setiap pertanyaan yang diajukan

4. Pertimbangan pertama guru untuk menyajikan pembelajaran HAM adalah:


A. Karakteristik siswa
B. Materi HAM
C. Metode pembelajaran
D. Model evaluasi

5. Menyusun materi pembelajaran HAM untuk siswa hendaknya diseleksi disesuaikan


dengan .... kecuali:
A. tingkat perkembangan pengetahuan siswa
B. persoalan aktual di masyarakat
C. kompetensi dasar dalam Standar Isi
D. rencana pembelajaran guru lain

284 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


6. Langkah pertama model pembelajaran inkuiri menurut para ahli ada kesamaan ialah:
A. perumusan masalah
B. penyajian data
C. menggali informasi
D. membuat kesimpulan

7. Perumusan tujuan dalam model pembelajaran inkuiri tentang cerita “Burhan Belajar
Berlaku Adil” dimaksudkan untuk:
A. agar siswa menyadari permasalahan
B. agar siswa mengetahui target hasil belajar
C. agar siswa dapat memecahkan masalah
D. agar siswa punya minat belajar

8. Setelah menyajikan masalah dalam bentuk cerita atau penyajian gambar, grafik, atau
informasi lainnya, tugas guru adalah:
A. mengajukan pertanyaan
B. mengemukakan masalah pokok
C. memecahkan masalah
D. menarik kesimpulan

9. Analisis masalah dilakukan oleh siswa sebagai pemeran utama dengan maksud agar
siswa dapat melakukan… kecuali:
A. latihan berargumen
B. latihan berpikir
C. latihan menemukan masalah
D. latihan menghafal konsep

10. Salah satu tujuan pembelajaran inkuiri adalah melatih kemampuan siswa berpikir
kritis khususnya dalam:
A. melaporkan data secara akurat
B. merumuskan generalisasi
C. membedakan antara fakta dan pendapat
D. mendapat imbalan materi

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 285


Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat
di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap
materi kegiatan belajar 2 dengan mempergunakan rumus di bawah ini.

Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 %
10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:


90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 70 % = kurang

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan


dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda
kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum Anda kuasai.

286 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

Tes Formatif 1 :
1. D pemecahan masalah warganegara
2. C spiritual, rasional, emosional, dan sosial
3. D rambu-rambu umum pembelajaran
4. D Standar pencapaian
5. A Kumpulan informasi yang disusun dengan baik
6. B mengandung informasi yang terkait dengan masalah
7. B memberikan doktrin dalam hidup berkewarganegaraan
8. C membuat rencana tindakan
9. A menjelaskan masalah
10. C estetika

Tes Formatif 2
1. D melakukan evaluasi akhir
2. B materi sesuai dengan tingkat perkembangan siswa
3. C pertanyaan/masalah yang merangsang
4. A karakteristik siswa
5. D rencana pembelajaran guru lain
6. A perumusan masalah
7. B agar siswa mengetahui target hasil belajar
8. A mengajukan pertanyaan
9. D latihan menghafal konsep
10. C membedakan antara fakta dan pendapat

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 287


288 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]
PENILAIAN

8
PEMBELAJARAN PKn

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 289


290 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]
PENILAIAN PEMBELAJARAN PKn

PENDAHULUAN

Modul tentang penilaian pembelajaran PKn ini merupakan bagian atau kelanjutan
dari materi modul pembelajaran PKn untuk Madrasah Ibtidaiyah (MI). Pada modul
sebelumnya, tentu Anda telah mengenal sejumlah konsep, hakikat, prinsip pembelajaran
PKn yang seyogianya dilaksanakan oleh guru kelas di jenjang MI. Dengan memahami
materi penilaian pembelajaran PKn yang akan diuraikan dalam modul ini, diharapkan
Anda sebagai calon guru atau guru Madrasah Ibtidaiyah mampu melakukan penilaian
dalam proses pembelajaran PKn secara benar sesuai dengan tuntutan standar penilaian
sebagaimana yang ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 20 tahun 2007 tentang
Standar Penilaian kelompok Mata Pelajaran Kewarganegaran dan Kepribadian.
Dalam modul ini Anda akan diajak mengkaji standar penilaian, prinsip-prinsip
penilaian, dan pengembangan instrumen penilaian. Dengan mempelajari materi dalam
modul ini Anda diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami Standar Penilaian kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan
Kepribadian
2. Menjelaskan prinsip penilaian pembelajaran PKn
3. Mengembangkan instrumen penilaian pembelajaran PKn

Semua kemampuan di atas sangat penting bagi semua guru dan atau calon guru
profesional khususnya untuk menganalisis dan menerapkan prinsip-prinsip penilaian
dalam pembelajaran PKn. Pentingnya calon sarjana maupun calon guru profesional
memahami atau punya kemampuan seperti ini karena seringkali para guru pemula
mengalami kesulitan dalam menentukan, memilih dan mempertimbangkan jenis, bentuk,
dan alat penilaian serta cara mengembangkan instrumen penilaian dalam pembelajaran
PKn. Kenyataan ini diasumsikan pula karena rendahnya kemampuan analisis dan
dangkalnya pengalaman maupun penguasaan atas prinsip-prinsip penilaian. Oleh karena
itu, dengan memahami dan menguasai materi ini diharapkan Anda akan terbantu dan
tidak mengalami kesulitan lagi dalam menentukan, memilih, mempertimbangkan,

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 291


dan melaksanakan penilaian pembelajaran PKn di Madrasah Ibtidaiyah. Apabila Anda
memiliki kemampuan dalam melaksanakan penilaian maka Anda layak menjadi guru
profesional dalam pembelajaran PKn, yakni seorang guru yang dapat memenuhi harapan
dan kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat serta bangsa dan negara. Lebih jauh
lagi, para siswa pun akan sangat terbantu dalam proses belajarnya sehingga Anda akan
mendapat sambutan yang positif dari para peserta didik.
Agar semua harapan di atas dapat terwujud, maka di dalam modul ini disajikan
pembahasan dan latihan dengan butir uraian sebagai berikut:
1. Standar Penilaian kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian
2. Prinsip penilaian pembelajaran
3. Pengembangan instrumen penilaian pembelajaran PKn

Untuk membantu Anda dalam mencapai harapan kemampuan di atas ikutilah


petunjuk belajar sebagai berikut:
1. Bacalah dengan cermat bagian Pendahuluan modul ini sampai Anda faham betul apa,
untuk apa dan bagaimana mempelajari modul ini.
2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan kata-kata yang
Anda anggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci dalam daftar kata-
kata sulit (Glosarium) atau dalam kamus atau dalam ensiklopedia.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri
dan tukar pikiran dengan mahasiswa atau guru lain dan dengan tutor Anda.
4. Terapkan prinsip, konsep, dan prosedur yang dituntut oleh kurikulum tentang
ketentuan keharusan melaksanakan penilaian dalam pembelajaran PKn.
5. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi dengan teman dalam kelompok atau
kelas.

292 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


1

Standar Penilaian Kelompok


Mata Pelajaran Kewarganegaraan
dan Kepribadian

Pada kegiatan belajar dalam modul sebelumnya, Anda tentu telah mengenal dan
memahami berbagai strategi pengembangan metode dan materi pembelajaran PKn
untuk kelas di Madrasah Ibtidaiyah baik pada jenjang kelas rendah maupun kelas tinggi.
Agar Anda memiliki kemampuan yang utuh dalam merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran PKn maka kemampuan menilai proses dan hasil pembelajaran menjadi
syarat penting untuk menjadi guru PKn di Madrasah Ibtidaiyah. Sejak tahun 2007,
Kementerian Pendidikan Nasional telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan untuk sejumlah
kelompok mata pelajaran. Salah satunya adalah Standar Penilaian Kelompok Mata
Pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian.
Pada kegiatan belajar pertama modul ini, Anda akan diajak untuk mengkaji standar
penilaian kelompok mata pelajaran tersebut sehingga diharapkan setelah mempelajari
modul ini, Anda memahami apa hakikat penilaian itu, jenis penilaian, pembelajaran,
prinsip umum penilaian sesuai standar nasional, dan masalah kewenangan penilaian.

Apa penilaian itu? Apa perbedaannya dengan ulangan?


Pada hakikatnya, penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi.
Dalam pendidikan, penilaian berarti proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Sedangkan ulangan, dapat
dimaknai sebagai penilaian yang lebih khusus dalam konteks pembelajaran dan berkaitan
dengan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur ketercapaian
kompetensi. Oleh karena itu, dalam Permendiknas nomor 20/2007 tentang Standar
Penilaian dikemukakan bahwa ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 293


pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran,
untuk memantau kemajuan, melakukan perbaikan pembelajaran, dan menentukan
keberhasilan belajar peserta didik.
Dalam Permendiknas Nomor 20/2007 tentang Standar Penilaian dikemukakan ada
beberapa jenis ulangan untuk mengukur proses dan hasil pembelajaran, seperti ulangan
harian, ulangan tengah semester (UTS), ulangan akhir semester (UAS), dan ulangan
kenaikan kelas.

Apa pengertian dari masing-masing jenis ulangan tersebut?


Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar
(KD) atau lebih. Artinya bahwa seorang guru harus mengadakan ulangan pada setiap
menyelesaikan satu kompetensi dasar. Dengan prinsip belajar tuntas, apabila ada
siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal, maka guru harus mengadakan
program remidial terhadap materi pembelajaran tersebut hingga tercapainya kompetensi
dasar yang bersangkutan.
Ulangan tengah semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9
minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang
merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.
Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Cakupan ulangan
meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.
Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik di akhir
semester genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester
genap pada satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket. Cakupan ulangan
meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan KD pada semester tersebut.
Dengan demikian, fokus ulangan harian, tengah semester, akhir semester, dan
kenaikan kelas adalah pada ketercapaian kompetensi dasar. Artinya, penilaian dengan
cara ulangan merupakan penilaian sebagai proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengetahui ketercapaian kompetensi dasar.
Selain penilaian dalam bentuk ulangan, penilaian dapat dilakukan melalui ujian. Ada
dua jenis ujian yang diatur dalam standar penilaian, ialah ujian sekolah/madrasah dan
ujian nasional (UN).
Ujian sekolah/madrasah adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi
peserta didik yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atas
prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan.

294 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Mata pelajaran yang diujikan adalah mata pelajaran kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan dalam ujian nasional dan aspek kognitif
dan/atau perilakuik kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian yang akan diatur dalam prosedur
operasional standar (POS) Ujian Sekolah/Madrasah. Sedangkan ujian nasional (UN)
adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik pada beberapa mata
pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan.

Prinsip Penilaian
Dalam merencanakan dan melaksanakan penilaian, guru perlu mengacu pada
sejumlah prinsip penilaian. Apa prinsip penilaian yang sesuai dengan standar?
Dalam Standar Penilaian dikemukakan bahwa penilaian hasil belajar peserta didik
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai
berikut.
a. Sahih, yakni penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan
yang diukur. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan perlu disusun melalui
prosedur sebagaimana dijelaskan dalam panduan agar memiliki bukti kesahihan dan
keandalan.
b. Objektif, yakni penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai. Oleh karena itu, pendidik menggunakan rubrik
atau pedoman dalam memberikan skor terhadap jawaban peserta didik atas butir
soal uraian dan tes praktik atau kinerja sehingga dapat meminimalkan subjektivitas
pendidik.
c. Adil, yakni penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat
istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. Faktor-faktor tersebut tidak relevan di
dalam penilaian, oleh karena itu perlu dihindari agar tidak berpengaruh terhadap
hasil penilaian.
d. Terpadu, yakni penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen kegiatan
pembelajaran. Dalam hal ini hasil penilaian benar-benar dijadikan dasar untuk
memperbaiki proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh peserta didik. Jika
hasil penilaian menunjukkan banyak peserta didik yang gagal, sementara instrumen
yang digunakan sudah memenuhi persyaratan secara kualitatif, berarti proses
pembelajaran kurang baik. Dalam hal demikian, pendidik harus memperbaiki rencana
dan/atau pelaksanaan pembelajarannya.
e. Terbuka, yakni prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, pendidik

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 295


menginformasikan prosedur dan kriteria penilaian kepada peserta didik. Selain itu,
pihak yang berkepentingan dapat mengakses prosedur dan kriteria penilaian serta
dasar penilaian yang digunakan.
f. Menyeluruh dan berkesinambungan, yakni penilaian mencakup semua aspek
kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk
memantau perkembangan kemampuan peserta didik. Oleh karena itu, penilaian
bukan semata-mata untuk menilai prestasi peserta didik melainkan harus mencakup
semua aspek hasil belajar untuk tujuan pembimbingan dan pembinaan.
g. Sistematis, yakni penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku. Oleh karena itu, penilaian dirancang dan dilakukan
dengan mengikuti prosedur dan prinsip-prinsip yang ditetapkan. Dalam penilaian
kelas, misalnya, guru mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan menyiapkan
rencana penilaian bersamaan dengan menyusun silabus dan RPP.
h. Beracuan kriteria, yakni penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi
yang ditetapkan. Oleh karena itu, instrumen penilaian disusun dengan merujuk pada
kompetensi (SKL, SK, dan KD). Selain itu, pengambilan keputusan didasarkan pada
kriteria pencapaian yang telah ditetapkan.
i. Akuntabel, yakni penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik,
prosedur, maupun hasilnya. Oleh karena itu, penilaian dilakukan dengan mengikuti
prinsip-prinsip keilmuan dalam penilaian dan keputusan yang diambil memiliki
dasar yang objektif.
Teknik dan Instrumen Penilaian

Dalam Standar Penilaian dikemukakan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik
menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes, observasi, penugasan perseorangan
atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat
perkembangan peserta didik. Adapun teknik penilaian yang dimaksud meliputi:
1. Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja.
2. Teknik observasi atau pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung dan/
atau di luar kegiatan pembelajaran.
3. Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat berbentuk tugas
rumah dan/atau proyek.

Sedangkan instrumen penilaian hasil belajar dapat dibagi atas tiga bagian, ialah
instrumen penilaian yang digunakan oleh pendidik, oleh satuan pendidikan, dan oleh
pemerintah.
Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik memenuhi persyaratan
(a) substansi, yakni merepresentasikan kompetensi yang dinilai, (b) konstruksi, yakni

296 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan, dan (c)
bahasa, yakni menggunakan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan
taraf perkembangan peserta didik.
Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk ujian
sekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa, serta
memiliki bukti validitas empirik.
Instrumen penilaian yang digunakan oleh pemerintah dalam bentuk Ujian Nasional
memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti validitas
empirik serta menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan antarsekolah, antardaerah,
dan antartahun.
Teknik penilaian yang dapat digunakan pendidik kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian antara lain sebagai berikut.
1. Tes tertulis
Tes tertulis adalah suatu teknik penilaian yang menuntut jawaban secara tertulis,
baik berupa pilihan atau isian. Tes yang jawabannya berupa pilihan meliputi antara
lain pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan, sedangkan tes yang jawabannya
berupa isian berbentuk isian singkat atau uraian.
2. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah teknik penilaian yang dilakukan dengan
menggunakan indera secara langsung. Observasi dilakukan dengan menggunakan
pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.
3. Penugasan
Penugasan adalah suatu teknik penilaian yang menuntut peserta didik melakukan
kegiatan tertentu di luar kegiatan pembelajaran di kelas. Penugasan dapat diberikan
dalam bentuk individual atau kelompok. Penugasan dapat berupa pekerjaan rumah
atau proyek. Pekerjaan rumah adalah tugas menyelesaikan soal-soal dan latihan
yang dilakukan peserta didik di luar kegiatan kelas. Proyek adalah suatu tugas
yang melibatkan kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis
maupun lisan dalam waktu tertentu dan umumnya menggunakan data lapangan.
4. Tes Lisan
Tes lisan dilaksanakan melalui komunikasi langsung antara peserta didik dengan
penguji dan jawaban diberikan secara lisan. Tes jenis ini memerlukan daftar
pertanyaan dan pedoman penskoran.
5. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai portofolio
peserta didik. Portofolio adalah kumpulan karya-karya peserta didik dalam bidang
tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi,
dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 297


6. Jurnal
Jurnal merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran yang berisi informasi
hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkait dengan
kinerja ataupun sikap dan perilaku peserta didik yang dipaparkan secara deskriptif.
7. Penilaian Diri
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya, penguasaan kompetensi yang
ditargetkan, dan pengamalan perilaku berkepribadian dan menjadi warga negara
yang baik.
8. Penilaian antarteman
Penilaian antarteman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan, penguasaan kompetensi, dan
pengamalan perilaku berkepribadian dan menjadi warga negara yang baik.

Rangkuman bentuk penilaian beserta bentuk instrumennya disajikan dalam tabel
berikut.

Tabel 1. Klasifikasi Teknik Penilaian serta Bentuk Instrumen

Teknik Penilaian Bentuk Instrumen


• Tes tertulis • Tes pilihan: pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan dll.
• Tes isian: isian singkat dan uraian

• Observasi (pengamatan) • Lembar observasi (lembar pengamatan)


• Penugasan individual atau • Pekerjaan rumah
kelompok • Proyek
• Tes lisan • Daftar pertanyaan
• Penilaian portofolio • Lembar penilaian portofolio
• Jurnal • Buku cacatan jurnal
• Penilaian diri • Kuesioner/lembar penilaian diri
• Penilaian antarteman • Lembar penilaian antarteman

Demikianlah pengertian, prinsip, jenis, dan teknik serta instrumen penilaian


berdasarkan standar penilaian.

Bagaimana penilaian pembelajaran dalam mata pelajaran PKn?


Dalam peraturan perundangan tentang Sistem Pendidikan Nasional yakni Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2003, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan dan ditindaklanjuti oleh Peraturan Mendiknas Nomor
20/2007 tentang Standar Penilaian, maka ketentuan tentang penilaian mata pelajaran

298 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Indonesia mengacu pada semua ketentuan
tersebut. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 35 ayat (1) menyatakan bahwa
standar nasional pendidikan mencakup standar isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik
dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian
pendidikan. Lebih lanjut dikemukakan bahwa standar nasional pendidikan merupakan
dasar untuk penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan.
Standar penilaian berorientasi pada tingkat penguasaan kompetensi yang ditargetkan
dalam Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Dalam Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 19 Pasal 1 butir 5 dinyatakan bahwa SI adalah ruang lingkup
materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi
tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran
yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Pada
Pasal 1 butir 4 dinyatakan bahwa yang dimaksud SKL adalah kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini menunjukkan
bahwa penilaian pendidikan termasuk PKn hendaknya mencakup semua kemampuan
yang utuh dan komprehensif
Berdasarkan PP 19 Pasal 63 ayat (1) penilaian pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah terdiri atas: (a) penilaian hasil belajar oleh pendidik, (b) penilaian hasil
belajar oleh satuan pendidikan, dan (c) penilaian oleh pemerintah. Untuk kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, penilaian dilakukan oleh pendidik dan satuan
pendidikan. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan
untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian,
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Penilaian
digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, bahan penyusunan
laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran (Pasal 64 ayat
(1) dan (2)). Pasal 64 ayat (3) menyatakan bahwa penilaian hasil belajar kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui pengamatan terhadap
perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan kepribadian
peserta didik; serta ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif
peserta didik. Selain itu, Pasal 65 Ayat (2) menyatakan bahwa penilaian hasil belajar
untuk semua mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian merupakan penilaian akhir untuk menentukan kelulusan peserta didik dari
satuan pendidikan.

Pengertian dan Fokus Penilaian PKn


Penilaian mata pelajaran PKn adalah proses untuk mendapatkan informasi tentang
prestasi atau kinerja peserta didik dalam mata pelajaran PKn. Hasil penilaian digunakan
untuk melakukan evaluasi terhadap ketuntasan belajar peserta didik dan efektivitas

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 299


proses pembelajaran PKn.
Fokus penilaian PKn adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai
standar kompetensi PKn yang ditentukan dalam Permendiknas Nomor 22/2005 tentang
Standar Isi (SI). Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa
Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi
Dasar (KD). Untuk tingkat satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai peserta didik
adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sebagaimana tertera dalam Permendiknas
Nomor 23/2006.
Kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian pada satuan pendidikan
dasar merupakan kelompok mata pelajaran yang dimaksudkan untuk meningkatkan
kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya
sebagai manusia.
Kesadaran dan wawasan tersebut mencakup wawasan kebangsaan, jiwa dan
patriotisme, bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan
bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab
sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti
korupsi, kolusi, dan nepotisme (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah).
Sejalan dengan peraturan perundangan di atas, maka standar kompetensi kelompok
mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian bertujuan membentuk peserta didik
menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Tujuan ini dicapai
melalui muatan dan/atau kegiatan Agama, Akhlak Mulia, Kewarganegaraan, Bahasa, Seni
dan Budaya, dan Pendidikan Jasmani. Dalam pelaksanaan pembelajaran pada tiap satuan
pendidikan, kegiatan kelompok mata pelajaran ini dapat diwujudkan dalam berbagai
kegiatan pembelajaran, baik dalam kegiatan intrakurikuler melalui mata pelajaran
maupun ekstrakurikuler melalui pengembangan diri.
Penilaian untuk kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan kepribadian
dilaksanakan oleh pendidik dalam bentuk penilaian kelas (classroom assessment) dan
oleh satuan pendidikan untuk penentuan nilai akhir pada satuan pendidikan melalui
ujian sekolah dan rapat dewan pendidik.
Untuk mengetahui tingkat ketercapaian kompetensi lulusan, penilaian hasil belajar
kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian dilakukan melalui: (a)
pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan
afeksi dan kepribadian peserta didik; dan (b) ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk
mengukur aspek kognitif peserta didik (Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 64 ayat (3)).

300 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 37 ayat (1) menegaskan bahwa kurikulum pendidikan dasar, menengah,
dan tinggi wajib memuat Pendidikan Kewarganegaraan.
Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan Pasal 6 menjabarkan lebih lanjut isi undang-undang tersebut dengan
menyatakan bahwa salah satu struktur kurikulum untuk jenis pendidikan umum,
kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
Mengacu pada rumusan SI dalam Permen nomor 22 tahun 2006, rumusan SKL dalam
Permen nomor 23 tahun 2006 dan ketentuan Pasal 64 ayat (3) PP nomor 19 tahun 2005,
serta karakteristik kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, maka
hasil belajar kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian meliputi:
1) Pemahaman akan hak dan kewajiban diri sebagai warga negara, yaitu aspek kognitif
sebagai hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
2) Kepribadian, yaitu beberapa aspek kepribadian sebagaimana disebutkan dalam
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum.
3) Perilaku berkepribadian, yaitu berbagai bentuk perilaku sebagai penerjemahan
dimilikinya ciri-ciri kepribadian warga negara Indonesia.

Ketiga bentuk hasil belajar tersebut berada pada domain yang berbeda. Pemahaman
berada pada domain kognitif, berbagai aspek kepribadian berada pada domain afektif,
sedangkan perilaku berkepribadian berada dalam domain keperilakuan. Perbedaan
domain tersebut menuntut perbedaan dalam metode dan cara pengukurannya.

Penilaian Hasil Belajar


Penilaian terhadap hasil belajar peserta didik diselenggarakan secara
berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk
ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan
kelas (PP. 19 tahun 2005 Pasal 64 ayat (1)). Secara khusus, penilaian yang dilakukan
oleh pendidik digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, menyusun
laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Guru kelas atau
guru mata pelajaran memiliki tanggung jawab penuh atas terselenggaranya penilaian
yang sahih terhadap pencapaian atau prestasi sebagai hasil proses belajar peserta didik.

a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik


Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan
belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Oleh

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 301


karena itu, penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan
dan mencakup seluruh aspek pada diri peserta didik, baik aspek kognitif, afektif maupun
perilaku, sesuai dengan karakteristik kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian.
Setidaknya ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam menilai hasil belajar peserta
didik pada kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
Pertama, penilaian pendidikan ditujukan untuk menilai hasil belajar peserta didik
secara menyeluruh, mencakup aspek kognitif, afektif, dan perilaku. Informasi hasil
belajar yang menyeluruh menuntut berbagai bentuk sajian, yakni berupa angka prestasi,
kategorisasi, dan deskripsi naratif sesuai dengan aspek yang dinilai. Informasi dalam
bentuk angka cocok untuk menyajikan prestasi dalam aspek kognitif. Sajian dalam bentuk
kategorisasi disertai dengan deskriptif-naratif cocok untuk melaporkan aspek afektif dan
perilaku.
Kedua, hasil penilaian pendidikan dapat digunakan untuk menentukan pencapaian
kompetensi dan melakukan pembinaan dan pembimbingan pribadi peserta didik.
Ketiga, penilaian oleh pendidik terutama ditujukan untuk pembinaan prestasi dan
pengembangan potensi peserta didik.
Keempat, untuk memperoleh data yang lebih dapat dipercaya sebagai dasar
pengambilan keputusan perlu digunakan banyak teknik penilaian yang dilakukan secara
berulang dan berkesinambungan.

b. Penilaian oleh Satuan Pendidikan


Penilaian oleh satuan pendidikan merupakan penilaian akhir pada tingkat satuan
pendidikan yang bertujuan untuk menilai pencapaian SKL. Penilaian kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian didasarkan pada hasil ujian sekolah dengan
mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik.
Penilaian oleh satuan pendidikan digunakan sebagai: (a) salah satu syarat kelulusan
peserta didik dari satuan pendidikan, (b) dasar untuk meningkatkan kinerja pendidik,
dan (c) dasar untuk mengevaluasi pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

Latihan
Kerjakan dan diskusikanlah latihan di bawah ini.
1. Dalam merencanakan dan melaksanakan penilaian pembelajaran, perlu
mempertimbangkan prinsip-prinsip penilaian. Kemukakan prinsip penilaian yang
relevan dan rasionalnya untuk menilai pembelajaran PKn dengan teknik non tes?
2. Pilihlah salah satu pendekatan atau lebih dari satu pendekatan yang cocok dengan PKn

302 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


untuk membentuk warga negara Indonesia yang cerdas sebagai warga masyarakat
demokratis khususnya dalam menyampaikan pendapat kepada pemerintah/DPR!
Kemukakan teknik dan instrumen penilaian yang cocok untuk mengetahui pencapaian
kompetensi pembelajaran!
3. Apakah keunggulan teknik penilaian non tes? Mengapa teknik ini dianggap tepat
untuk pembelajaran PKn di Indonesia?
4. Kemukakan, ranah apa saja yang dapat dinilai dalam kelompok mata pelajaran
Kewarganegaraan dan Kepribadian menurut standar penilaian? Bagaimana cara
menilai masing-masing ranah tersebut?
5. Kegiatan menilai PKn adalah proses untuk mendapatkan informasi tentang prestasi
atau kinerja peserta didik dalam mata pelajaran PKn. Kajilah Standar Isi PKn,
kemudian tentukan satu standar kompetensi dan kompetensi dasarnya. Setelah itu,
tentukan alat penilaian manakah yang cocok untuk mengukur tingkat penguasaan SK
dan KD tersebut!

Rangkuman
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi. Dalam pendidikan,
penilaian berarti proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan
pencapaian hasil belajar peserta didik. Sedangkan ulangan, dapat dimaknai sebagai
penilaian yang lebih khusus dalam konteks pembelajaran dan berkaitan dengan proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur ketercapaian kompetensi.
Dalam Permendiknas Nomor 20/2007 tentang Standar Penilaian dikemukakan ada
beberapa jenis ulangan untuk mengukur proses dan hasil pembelajaran, seperti ulangan
harian, ulangan tengah semester (UTS), ulangan akhir semester (UAS), dan ulangan
kenaikan kelas. Ada dua jenis ujian yang diatur dalam standar penilaian, ialah ujian
sekolah/madrasah dan ujian nasional (UN).
Dalam Standar Penilaian dikemukakan bahwa penilaian hasil belajar peserta didik
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai
berikut: Sahih, Objektif, Adil, Terpadu, Terbuka, Menyeluruh dan berkesinambungan,
Sistematis, Beracuan kriteria, Akuntabel.
Penilaian mata pelajaran PKn adalah proses untuk mendapatkan informasi tentang
prestasi atau kinerja peserta didik dalam mata pelajaran PKn. Hasil penilaian digunakan
untuk melakukan evaluasi terhadap ketuntasan belajar peserta didik dan efektivitas
proses pembelajaran PKn.
Fokus penilaian PKn adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai
standar kompetensi PKn yang ditentukan dalam Permendiknas Nomor 22/2005 tentang
Standar Isi (SI). Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa
Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 303


Dasar (KD). Untuk tingkat satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai peserta didik
adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sebagaimana tertera dalam Permendiknas
Nomor 23/2006.

304 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Tes Formatif 1:

Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir


pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.

1. Proses pengumpulan dan pengolahan informasi disebut.....


A. penilaian
B. penilaian pendidikan
C. penilaian pembelajaran
D. penilaian di luar kelas

2. Ulangan dapat dimaknai sebagai penilaian yang lebih khusus dalam konteks
pembelajaran dan berkaitan dengan proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk mengukur.....
A. kemampuan kognitif
B. ketercapaian kompetensi
C. aspek sikap dan nilai
D. perilaku moral sehari-hari

3. Kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengukur pencapaian kompetensi


peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih
dinamakan....
A. ulangan harian
B. ulangan tengah semester
C. ulangan akhir semester
D. ulangan kenaikan kelas

4. Kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik yang dilakukan oleh satuan
pendidikan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah
satu persyaratan kelulusan dinamakan ....
A. ujian sekolah
B. ujian nasional
C. ulangan akhir semester
D. ulangan kenaikan kelas

5. Penilaian harus didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.
Prinsip penilaian ini dinamakan ....
A. adil
B. sahih

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 305


C. objektif
D. terpadu

6. Penilaian harus didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi
subjektivitas penilai. Prinsip penilaian ini dinamakan ....
A. terbuka
B. sahih
C. objektif
D. sistematis

7. Salah satu prinsip penilaian adalah akuntabel, artinya ....


A. penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-
langkah baku.
B. penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
C. penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik.
D. penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun
hasilnya.

8. Salah satu teknik penilaian berbentuk non tes adalah....


A. tertulis
B. praktik
C. pengamatan
D. praktek

9. Suatu teknik penilaian yang menuntut peserta didik melakukan kegiatan tertentu di
luar kegiatan pembelajaran di kelas adalah ...
A. penugasan
B. observasi
C. portofolio
D. jurnal

10. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
yang memfokuskan pada penguasaan materi tentang hak dna kewajiban warga negara
merupakan penilaian aspek....
A. sikap kepribadian
B. perilaku berkepribadian
C. pemahaman
D. nilai dan moral

306 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat
di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap
materi kegiatan belajar 1 dengan mempergunakan rumus di bawah ini.

Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 %
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 70 % = kurang

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan


dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda
kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum Anda kuasai.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 307


308 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]
2

Pengembangan Instrumen
Penilaian Pembelajaran PKn

Pada kegiatan belajar pertama dalam modul ini, Anda tentu telah mengenal dan
memahami pengertian penilaian, jenis, prinsip serta teknik penilaian secara umum
dalam pembelajaran. Pada kegiatan belajar ini, akan dibahas pengembangan instrumen
penilaian untuk mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di Madrasah Ibtidaiyah
(MI). Pengembangan instrumen penilaian bagi guru sangat penting karena penilaian
merupakan salah satu syarat kemampuan profesional guru sebagai agen pembelajaran
(Untuk mengetahui lebih jauh dan lebih meyakinkan tentang peran dan fungsi guru, lihat
UU Sisdiknas Nomor 20/2003). Oleh karena itu, persoalan ini perlu diangkat dan diuraikan
dalam modul ini agar Anda sebagai calon guru profesional akan menjadi kenyataan.
Melalui kegiatan belajar kedua ini, Anda akan diajak mengkaji langkah-langkah
pengembangan instrumen penilaian mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan dan
sekaligus komponen kepribadian baik aspek sikap maupun perilakunya.

Prosedur Penilaian
Pernahkah Anda mendengar keluhan guru tentang sulitnya melakukan penilaian
untuk mata pelajaran PKn? Pada umumnya, kesultan yang dihadapi adalah ketika akan
menilai hasil belajar PKn dalam aspek (domain) afektif. Memang hal ini telah menjadi
masalah umum yang dihadapi oleh para guru. Tidak dapat disangkal bahwa aspek afektif
merupakan bidang tertutup (close area) atau tersembunyi (hidden) yang ada dalam diri
manusia. Tidak seperti aspek kognitif yang dapat diketahui dengan cara penilaian tes.
Menilai aspek afektif merupakan tugas yang tidak mudah dilaksanakan secara sederhana.
Oleh karena itu, panduan penilaian kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian sebagai salah satu panduan dalam standar penilaian (Permendiknas Nomor
20 tahun 2007) telah menguraikan hal ini. Salah satu prinsip dalam pengembangan
instrumen penilaian adalah diperolehnya instrumen yang mampu menggali informasi

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 309


yang akurat, namun harus cukup praktis dan proses penyusunannya tidak terlalu
kompleks sehingga memiliki nilai aplikatif yang tinggi bagi pihak pendidik dan satuan
pendidikan.
Dengan memperhatikan prinsip tersebut maka aspek penilaian untuk kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dibuat klasifikasi sebagai berikut:
(1) aspek pemahaman akan hak dan kewajiban diri sebagai warga negara diukur
dengan menggunakan tes hasil belajar, (2) aspek atau ciri kepribadian diungkap dengan
menggunakan skala kepribadian, dan (3) aspek perilaku berkepribadian diungkap lewat
panduan pengamatan dengan menggunakan rubrik penilaian.
Panduan Penilaian kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
menguraikan model instrumen dan prosedur penilaian yang dapat dijadikan acuan oleh
guru PKn di Madrasah Ibtidaiyah dalam menyusun instrumen penilaian sebagai berikut.

1. Pemahaman akan Hak dan Kewajiban Diri sebagai Warga Negara


Instrumen penilaian yang dapat digunakan untuk mengukur aspek pemahaman akan
hak dan kewajiban diri sebagai warga negara berupa tes-tulis kognitif (paper and pencil
test) guna mengungkap tingkat penguasaan peserta didik sebagai hasil belajar mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Untuk mencapai tujuan dan kompetensi maka pengembangan tes ini harus didasarkan
pada kisi-kisi tes yang memuat standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) sesuai
dengan jenjang pendidikan yang ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006
tentang Standar Isi. Sebagai acuan dalam penulisan soal, rumusan KD dijabarkan lebih
lanjut oleh guru kelas di Madrasah Ibtidaiyah menjadi indikator-indikator pencapaian
kompetensi.
Sebagai contoh model kisi-kisi yang memuat SK, KD, dan indikator-indikator
pencapaiannya yang dapat dijadikan dasar penyusunan tes ulangan akhir semester Kelas
V jenjang SD/MI disajikan pada Tabel 2. Dalam contoh ini, guru kelas MI telah menguraikan
masing-masing KD menjadi beberapa indikator pencapaian.
Kisi-kisi tes memuat SK dan KD secara komprehensif dalam suatu periode pembelajaran
tertentu baik per semester, per tahun ajaran, atau per periode jenjang pendidikan) yang
hendak diujikan, sehingga menjamin validitas isi tes. Meskipun demikian, pendidik harus
mencermati masing-masing KD apakah termasuk ranah kognitif atau ranah afektif atau
perilaku. Kompetensi yang merupakan ranah afektif seperti sikap, tidak dapat diukur
lewat tes kognitif (lihat Tabel 2, khususnya KD 3.3 dan 4.2 sebagai contoh).

310 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Tabel 2. Model Kisi-kisi Instrumen Penilaian terhadap Pemahaman akan Hak
dan Kewajiban Diri sebagai Warga Negara
(Kelas V, Semester 2)

Standar Bobot
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian
mpetensi (%)

3. Memahami a) Merumuskan definisi organisasi


3.1 Mendeskripsikan
kebebasan b) Menyebutkan ciri-ciri kehidupan 20
pengertian organisasi
berorganisasi berorganisasi
3.2 Menyebutkan a) Memberi contoh organisasi di lingkungan 25
contoh organisasi di sekolah
lingkungan sekolah b) Memberi contoh organisasi di lingkungan
dan masyarakat masyarakat
c) Membandingkan kehidupan berorganisasi
di sekolah dan di masyarakat
3.3 Menampilkan peran 0
serta dalam memilih
organisasi di sekolah

4. Menghargai 4.1 Mengenal bentuk- a) Menjelaskan pengertian keputusan 25


keputusan bentuk keputusan bersama
bersama bersama b) Menyebutkan contoh bentuk keputusan
bersama 30

4.2 Mematuhi 0
keputusan bersama

Total 100%

Setiap KD disarankan agar diuraikan paling tidak berisi dua indikator pencapaian,
tergantung keluasan cakupan materi masing-masing kompetensi. Guru kelas PKn di
MI seyogianya juga menetapkan bobot masing-masing KD sesuai dengan keluasan dan
kedalamannya. Bobot masing-masing KD ini dapat tercermin dalam bobot atau jumlah
butir soal dalam tes.
Dalam satu periode pembelajaran, guru dapat melakukan beberapa kali tes. Tes
diberikan dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester,
dan ulangan kenaikan kelas. Perhatikan keluasan materi pada masing-masing bentuk
penilaian tersebut agar disesuaikan dengan cakupan KD. Artinya, substansi kajian atau isi
materi pembelajaran setiap KD hendaknya dirinci menjadi butiran materi pembelajaran
yang akan menjadi bahan untuk penyusunan butir soal .
Untuk menentukan bentuk soal tes tertulis hendaknya disesuaikan dengan tingkat
perkembangan peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah. Butir soal bentuk pilihan-ganda,
melengkapi, dan jawaban singkat tidak digunakan untuk kelas rendah, yaitu Kelas 1

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 311


sampai Kelas 3 SD/MI. Bentuk benar-salah dan bentuk menjodohkan boleh digunakan
di semua jenjang kelas. Namun, tes tipe uraian hanya digunakan untuk jenjang paling
rendah Kelas 4 SD/MI. Semua soal harus ditulis sesuai kaidah penulisan soal dengan
memperhatikan indikator pencapaian kompetensi masing-masing .
Dalam Panduan Penilaian kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan
kepribadian ditetapkan perkiraan waktu yang disediakan untuk pengerjaan soal sebagai
bahan yang perlu dijadikan pertimbangan dalam menentukan jumlah soal tes. Sebagai
ilustrasi, Tabel 3 menyajikan perbandingan jumlah soal dan waktu yang disediakan untuk
beberapa jenis tes tertulis.

Tabel 3. Waktu Pengerjaan dan Jumlah Soal

Waktu
Bentuk Soal Jumlah soal
(menit)
45 30
Pilihan ganda
120 60

20 30
Benar-Salah
50 60

20 20
Menjodohkan
50 40

20 20
Melengkapi
50 40

30 5
Uraian
90 10

Tabel di atas tidak dimaksudkan sebagai patokan namun lebih merupakan perkiraan
kasar tentang waktu dan jumlah butir soal. Guru dapat menentukan lama waktu tes yang
sesuai dengan tingkat kesulitan soal dan karakteristik peserta didik yang ada di satuan
pendidikan masing-masing. Di samping itu, pendidik juga dapat menggunakan kombinasi
beberapa bentuk soal dalam suatu tes. Tes lisan dapat digunakan apabila jumlah peserta
didik tidak terlalu banyak.

2. Aspek-aspek Kepribadian
Dalam Panduan Penilaian kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan
Kepribadian dikemukakan bahwa penilaian terhadap perkembangan aspek atau ciri
kepribadian peserta didik dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai beberapa

312 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


ciri kepribadian yang telah tertanam dalam diri peserta didik sebagai bagian dari hasil
proses pembelajaran di sekolah. Meskipun demikian, pengembangan kepribadian tidak
merupakan mata pelajaran tersendiri, melainkan merupakan tanggung jawab kolektif
dari guru mata pelajaran yang tercakup dan dilaksanakan dalam kegiatan kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya, dan
pendidikan jasmani. Oleh karena itu, penilaian terhadap perkembangan aspek kepribadian
bukan merupakan kegiatan semester atau triwulan yang terjadwal melainkan berfungsi
sebagai asesmen yang dilakukan oleh guru kelas/guru mata pelajaran, konselor dan/atau
satuan pendidikan secara berkesinambungan (longitudinal) sesuai dengan kebutuhan.
Aspek kepribadian peserta didik dapat diungkap melalui pengamatan dan pengukuran
dalam bentuk skala kepribadian. Karena pengembangan skala kepribadian tidak mudah,
maka satuan pendidikan secara bertahap dapat membentuk tim khusus yang bertugas
mengembangkan skala seperti ini dan meminta bantuan ahli dari perguruan tinggi dan
tidak menjadikannya sebagai tugas individual guru kelas di SD/MI.
Sumber acuan untuk pengembangan skala kepribadian adalah rumusan dalam
Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan SD/
MI, khususnya Bab II tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian yang meliputi aspek-aspek sikap dan
kepribadian seperti: (a) menyadari akan hak dan kewajiban sebagai warga negara, (b)
meningkatkan kualitas diri, (c) menyadari dan memiliki wawasan kebangsaan, jiwa dan
patriotisme bela negara, (d) menghargai hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa,
pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, (e) mengembangkan demokrasi, (f)
memiliki tanggung jawab sosial, (g) menaati hukum, (h) membayar pajak, dan (i) anti
korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Pendidik memilih dan merumuskan kembali kesembilan aspek ini menjadi beberapa
aspek afektif kepribadian yang sesuai dengan jenjang SD/MI, konteks kehidupan sehari-
hari, dan tingkat perkembangan peserta didik. Sebagai contoh, dari butir d (menghargai
hak asasi manusia) dapat dirumuskan aspek “saling menghargai” dan aspek “bersikap
santun”, dari butir a (menyadari akan hak dan kewajiban sebagai warga negara) dan dari
butir f (memiliki tanggungjawab warga negara) dapat dirumuskan aspek “rasa tanggung
jawab”, dari butir b (meningkatkan kualitas diri) dapat dirumuskan aspek “percaya diri”
dan aspek “kompetitif”, dan lain-lain. Guru kelas/mata pelajaran menjabarkan masing-
masing aspek tersebut menjadi beberapa indikator sebagaimana dicontohkan dalam
Tabel 4.
Soal dalam skala kepribadian disusun dalam wujud deskripsi situasi hipotetik yang
diikuti oleh dua pilihan respon perilaku yang harus dipilih salah-satunya oleh peserta
didik. Peserta didik dihadapkan pada cerita ringkas (dua sampai enam kalimat) yang
merupakan gambaran situasi sehari-hari yang mengandung problematika yang mungkin
dihadapi peserta didik dan harus direspon dengan cara memilih salah satu dari dua

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 313


pilihan yang disediakan.
Satu di antara dua pilihan jawaban tersebut isinya mengandung indikasi adanya
ciri kepribadian tertentu sebagaimana digambarkan oleh indikator keperilakuannya
(favourable response) sedangkan pilihan yang lain tidak mengandung indikasi adanya ciri
kepribadian tersebut (unfavourable response).

Tabel 4. Model Kisi-Kisi Skala Kepribadian sebagai Instrumen Penilaian terhadap


Aspek Kepribadian Peserta didik

ASPEK KEPRIBADIAN INDIKATOR KEPERILAKUAN

I. Bertanggungjawab (TJ) a. Tidak menghindari kewajiban


b. Melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan
c. Menaati tata tertib sekolah
d. Memelihara fasilitas sekolah

II. Percaya Diri (PD) a. Tidak mudah menyerah


b. Berani menyatakan pendapat
c. Berani bertanya
d. Mengutamakan usaha sendiri daripada bantuan
I. Saling Menghargai (SM) a. Menerima pendapat yang berbeda
b. Memaklumi kekurangan orang lain
c. Mengakui kelebihan orang lain
d. Dapat bekerjasama

IV. Bersikap Santun (SS) a. Menerima nasihat guru


b. Menghindari permusuhan dengan teman
c. Menjaga perasaan orang lain

V. Kompetitif (KO) a. Berani bersaing


b. Menunjukkan semangat berprestasi
c. Berusaha ingin lebih maju
d. Memiliki keinginan untuk tahu

(Panduan Penilaian Kelompok Mapel Kewarganegaraan dan Kepribadian, 2007)

Untuk menjaga reliabilitas hasil pengukuran, maka jumlah soal dalam masing-masing
aspek skala kepribadian ini hendaknya berjumlah tidak kurang dari 10 butir, meskipun
indikator pada setiap aspek jumlahnya tidak sama. Dengan demikian, bila terdapat lima
aspek, maka keseluruhan butir dalam skala (instrumen) minimal berjumlah 50.

314 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


3. Perilaku Berkepribadian
Dalam Panduan Penilaian kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan
Kepribadian dikemukakan bahwa seperti penilaian terhadap perkembangan aspek-
aspek kepribadian peserta didik, penilaian terhadap perilaku berkepribadian juga bukan
merupakan kegiatan semester yang terjadwal melainkan berfungsi sebagai asesmen yang
dilakukan sesuai kebutuhan baik oleh pendidik maupun oleh satuan pendidikan.
Penilaian terhadap perilaku berkepribadian menghendaki adanya rumusan
standar perilaku sebagaimana yang dimaksudkan oleh Permendiknas Nomor 23 Tahun
2006 tentang SKL untuk Satuan Pendidikan SD/MI. Rumusan standar perilaku bagi
masing-masing jenjang pendidikan ini dijadikan indikator perilaku yang dapat dinilai
menggunakan rubrik (tabel yang memuat gambaran perilaku dan skor pencapaiannya
berdasarkan pengamatan jangka panjang), yang contohnya tersaji dalam Tabel 5.

Tabel 5. Model Rubrik Penilaian Perilaku Berkepribadian untuk SD/MI

Skor Pencapaian
KRITERIA PERILAKU
0 1 2 3
Terlibat dalam berbagai kegiatan sekolah
Mematuhi tata tata tertib kelas
Memanfaatkan fasilitas sekolah
Mengembangkan diri secara optimal
Memanfaatkan fasilitas teknologi informasi
Memberdayakan diri dengan belajar
Gemar membaca dan menulis
Menjaga kesehatan jasmani
Menghargai karya diri sendiri dan orang lain

(diadaptasi dari Panduan Penilaian Kelompok Mapel Kewarganegaraan


dan Kepribadian, 2007)

Rubrik penilaian perilaku berkepribadian berisi deskriptor yang mengindikasikan


dimilikinya bentuk-bentuk perilaku sesuai kriteria pada rubrik, yang berbeda-beda
tingkat pencapaiannya mulai dari ”tidak ada indikasi” (skor 0), ”ada sedikit indikasi”
(skor 1), ”lebih banyak indikasi” (skor 2), dan ’indikasi yang meyakinkan” (skor 3). Skor
yang diperoleh pada masing-masing kriteria perilaku tidak untuk dijumlahkan tetapi
dapat dilaporkan dalam bentuk profil yang menggambarkan bentuk perilaku mana yang
relatif lebih menonjol dan yang mana yang belum tampak.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 315


Dasar evaluasi terhadap berbagai bentuk perilaku berkepribadian adalah pengamatan
jangka panjang (longitudinal) terhadap peserta didik baik perilaku yang terjadi secara
alamiah sehari-hari, perilaku yang dikondisikan lewat simulasi peran, maupun perilaku
yang distimulasi lewat skenario guna memancing reaksi peserta didik. Pengamatan yang
dimaksudkan tidak terbatas hanya pada pengamatan langsung yang dilakukan oleh
guru kelas atau guru mata pelajaran, tetapi juga laporan pengamatan guru lain serta
mencakup pula pengamatan tidak langsung berupa laporan dari sumber-sumber lain
yang dipercaya.

Rangkuman
Aspek penilaian untuk kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
dibuat klasifikasi sebagai berikut: (1) aspek pemahaman akan hak dan kewajiban diri
sebagai warga negara diukur dengan menggunakan tes hasil belajar, (2) aspek atau ciri
kepribadian diungkap dengan menggunakan skala kepribadian, dan (3) aspek perilaku
berkepribadian diungkap lewat panduan pengamatan dengan menggunakan rubrik
penilaian.
Instrumen penilaian yang dapat digunakan untuk mengukur aspek pemahaman akan
hak dan kewajiban diri sebagai warga negara berupa tes-tulis kognitif (paper and pencil
test) guna mengungkap tingkat penguasaan peserta didik sebagai hasil belajar mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berdasarkan pada kisi-kisi tes yang memuat
standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) sesuai dengan jenjang pendidikan
yang ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.
Aspek kepribadian peserta didik dapat diungkap melalui pengamatan dan pengukuran
dalam bentuk skala kepribadian. Karena pengembangan skala kepribadian tidak mudah,
maka satuan pendidikan secara bertahap dapat membentuk tim khusus yang bertugas
mengembangkan skala seperti ini dan meminta bantuan ahli dari perguruan tinggi dan
tidak menjadikannya sebagai tugas individual guru kelas di SD/MI.
Penilaian terhadap perilaku berkepribadian menghendaki adanya rumusan
standar perilaku sebagaimana yang dimaksudkan oleh Permendiknas Nomor 23 Tahun
2006 tentang SKL untuk Satuan Pendidikan SD/MI. Rumusan standar perilaku bagi
masing-masing jenjang pendidikan ini dijadikan indikator perilaku yang dapat dinilai
menggunakan rubrik.

316 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Tes Formatif 2:

Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir


pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.

1. Berikut ini adalah aspek penilaian dalam kelompok mata pelajaran kewarganegaraan
dan kepribadian menurut panduan standar penilaian, kecuali:
A. aspek pemahaman akan hak dan kewajiban diri sebagai warga negara.
B. aspek atau ciri kepribadian.
C. aspek perilaku berkepribadian.
D. aspek nilai kepribadian

2. Aspek pemahaman akan hak dan kewajiban diukur dengan menggunakan ....
A. tes hasil belajar
B. pengamatan
C. skala sikap
D. non tes

3. Indikator tes untuk aspek pemahaman akan hak dan kewajiban warga negara dalam
kisi-kisi dikembangkan dari ...
A. Indikator pembelajaran
B. Tujuan pembelajaran
C. SK dan KD
D. Substansi materi pembelajaran

4. Dalam mengembangkan kisi-kisi penilaian, pendidik harus mencermati masing-masing


KD apakah termasuk ranah kognitif atau ranah afektif atau perilaku. Hal ini penting
karena ....
A. hanya ranah afektif diukur dengan tes
B. hanya ranah kognitif yang diukur dengan tes
C. hanya ranah perilaku yang diukur dengan tes
D. hanya ranah kognitif yang diukur dengan nontes

5. Bahan penyusunan butir soal dikembangkan dari....


A. substansi kajian setiap KD
B. standar kompetensi
C. indikator pembelajaran
D. standar kompetensi lulusan

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 317


6. Bentuk soal tes tertulis yang cocok untuk peserta didik Madrasah Ibtidaiyah kelas
rendah (Kelas 1, 2, 3) adalah ...
A. Pilihan ganda
B. Jawaban singkat
C. Melengkapi
D. Benar salah

7. Tes tipe uraian hanya digunakan di SD/MI untuk jenjang paling rendah Kelas ....
A. Kelas V
B. Kelas IV
C. Kelas III
D. Kelas II

8. Perkiraan waktu pengerjaan soal pilihan ganda yang benar adalah .....
A. Jumlah soal 60 waktu pengerjaan 120 menit
B. Jumlah soal 30 waktu pengerjaan 20 menit
C. Jumlah soal 20 waktu pengerjaan 20 menit
D. Jumlah soal 40 waktu pengerjaan 50 menit

9. Untuk menjaga reliabilitas hasil pengukuran, maka jumlah soal dalam masing-masing
aspek skala kepribadian ini hendaknya berjumlah …
A. Minimal 50 butir
B. Maksimal 50 butir
C. Minimal 10 butir
D. Maksimal 10 butir

10. Penilaian terhadap perilaku berkepribadian dilakukan dengan ketentuan sebagai


berikut....
A. di dalam kelas setiap hari
B. kegiatan semester terjadwal
C. pada akhir semester
D. sesuai kebutuhan

318 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat
di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap
materi kegiatan belajar 2 dengan mempergunakan rumus di bawah ini.

Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 %
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 70 % = kurang

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan


dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda
kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum Anda kuasai.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 319


320 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]
3

Pelaporan Hasil Penilaian


Pembelajaran

Pada kegiatan belajar terdahulu dalam modul ini, Anda telah mengenal bagaimana
langkah-langkah dan proses pengolahan penilaian hasil belajar. Dalam kegiatan belajar
ketiga atau terakhir ini, akan dibahas tentang bagaimana cara melakukan pelaporan
penilaian hasil belajar. Untuk mempermudah pemahaman Anda dalam mengkaji
pembahasan kegiatan belajar ini, dianjurkan agar Anda telah menguasai materi bahasan
pada kegiatan belajar di atas. Apabila Anda ragu dengan tingkat penguasaan kegiatan
belajar tersebut, dipersilakan agar Anda membuka kembali materi kegiatan belajar
terdahulu.

Apa dan bagaimana pelaporan hasil penilaian itu?


Untuk memahami konsep pelaporan hasil penilaian sangat dianjurkan agar
Anda paham betul tentang hakikat dan tujuan penilaian. Untuk itu, Anda pasti sudah
memahaminya karena hal tersebut telah dibahas pada kegiatan pertama modul ini.
Meskipun demikian, untuk menyamakan pemahaman Anda, berikut ini dikemukakan
tentang tujuan penilaian.
Sebagaimana telah diuraikan pada bahasan kegiatan belajar pertama dalam
modul ini bahwa sedikitnya ada dua tujuan diselenggarakannya ujian atau penilaian.
Pertama, untuk mengetahui perkembangan hasil belajar peserta didik, dan kedua untuk
mengetahui hasil pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dalam hal ini, informasi
tentang hasil belajar peserta didik akan bermanfaat bagi peserta didik dan guru apabila
mereka mampu memanfaatkan informasi tersebut. Untuk tercapainya target/tujuan
penilaian maka pemanfaatan informasi hasil penilaian perlu mendapat dukungan dari
peserta didik, guru, kepala sekolah, dan orang tua.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 321


Bagaimana informasi hasil belajar dibuat agar dapat diketahui oleh peserta didik,
guru, kepala sekolah, dan orang tua?
Pada hakikatnya, laporan hasil belajar itu akan bermanfaat dan dimanfaatkan oleh
peserta didik, guru, kepala sekolah, dan orang tua apabila informasi hasil belajar tersebut
lengkap dan akurat. Untuk mendapat informasi yang lengkap, laporan hasil belajar harus
terpisah tergantung tujuannya, untuk siapa laporan itu ditujukan. Laporan haruslah
dibuat khusus yang dimaksudkan untuk pihak tertentu, apakah guru, peserta didik,
sekolah atau orang tua. Dengan kata lain, laporan hasil belajar dibuat untuk kepentingan
pihak tertentu.
Laporan hasil belajar peserta didik hendaknya berbentuk profil yang mencakup
kompetensi atau ranah kognitif, afektif, dan perilaku. Informasi yang mengandung ranah
afektif dan perilaku dapat diperoleh melalui teknik penilaian tertentu yang berbeda dari
ranah kognitif sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Pengamatan terhadap perilaku
merupakan cara yang efektif dalam menilai aspek afektif. Bagi mata pelajaran PKn,
ranah afektif dan perilaku memiliki kedudukan yang penting dan menjadi kekhasan bagi
penilaian PKn.
Bagaimana seyogianya membuat laporan hasil belajar itu? Berikut ini akan
dijelaskan beberapa prinsip pembuatan laporan untuk orang tua dan siswa, sekolah, dan
masyarakat.
Penyusunan laporan untuk orang tua dan siswa hendaknya dibuat selengkap
mungkin agar mereka mendapat informasi yang cukup dan dapat memanfaatkannya
bagi peningkatan prestasi belajar. Laporan yang lengkap dapat membantu orang tua
lebih memahami tentang kondisi anaknya, perubahan yang terjadi pada diri anak baik
menyangkut aspek kognitif, afektif, maupun perilaku. Meskipun demikian, pembuatan
laporan yang lengkap tidaklah mudah. Tugas ini akan menjadi beban bagi seorang guru
terutama yang belum terbiasa membuat laporan yang lengkap.
Agar laporan itu tidak membebani guru, maka perlu ada pengaturan waktu dalam
penyusunannya, misalnya laporan tengah semester, akhir catur wulan, semester, atau
tahunan. Bentuk laporan yang dibuat dapat berupa buku rapor atau rekap hasil belajar
dalam bentuk kumpulan hasil karya siswa terbaik. Jumlah laporan dapat diklasifikasikan
apakah menurut mata pelajaran, kelompok mata pelajaran (Agama dan Akhlak Mulia,
Kewarganegaraan dan Kepribadian, IPTEK, Seni Budaya, Jasmani, Olah Raga, Kesehatan)
atau seluruh mata pelajaran. Semua laporan ini selanjutnya dikirim kepada seluruh orang
tua siswa. Di dalam buku laporan tersebut dikemukakan pula prestasi belajar sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan, apakah sudah lulus atau belum lulus, apakah
sudah baik, cukup, atau kurang, apakah perlu perbaikan (mengulang atau remedial), atau
mencantumkan nilai angka.
Tugas pembuatan laporan lain yang harus dilakukan oleh guru adalah laporan

322 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


untuk sekolah. Pihak sekolah sebagai lembaga pendidikan yang bertanggung jawab
atas lulusan harus berupaya meningkatkan mutu proses dan hasil belajar. Untuk itu,
sekolah harus melakukan evaluasi diri agar dapat mengetahui apa yang harus dilakukan
dalam meningkatkan mutu tersebut. Sekolah harus mengetahui kondisi tentang peserta
didik, kemampuan guru, fasilitas (sarana/prasarana) yang dimilikinya. Semua informasi
tentang peserta didik tersebut dilaporkan kepada kepala sekolah sebagai pihak yang
bertanggung jawab dalam upaya peningkatan mutu hasil belajar.
Laporan yang dibuat guru untuk sekolah atau kepala sekolah hendaknya dibuat
selengkap mungkin. Laporan berisi bukan hanya menyangkut jumlah siswa dan prestasi
hasil belajarnya melainkan mencakup kompetensi peserta didik yang lebih rinci, misalnya
aspek pengetahuan, keterampilan/praktek, dan nilai/sikap, bahkan minat serta bakatnya.
Dengan demikian, laporan tidak hanya dalam bentuk nilai angka melainkan dalam bentuk
deskripsi/naratif tentang karakteristik peserta didik.
Selain dua bentuk laporan diatas, laporan yang dibuat oleh guru disiapkan pula
untuk masyarakat. Laporan untuk masyarakat ini dibuat terutama berkaitan dengan
kelulusan peserta didik. Diharapkan bahwa setiap peserta didik yang telah lulus dapat
menunjukkan bukti tingkat keberhasilan mengenai kemampuan atau kompetensi berupa
pengetahuan dan keterampilan tertentu. Tingkat keberhasilan dalam kompetensi inilah
yang dilaporkan dalam buku laporan untuk masyarakat. Tidak seperti bentuk laporan
untuk orang tua dan sekolah, laporan untuk masyarakat dibuat secara singkat tetapi
padat yang menggambarkan prestasi dan keberhasilan peserta didik. Oleh karena itu,
agar informasi ini mudah diserap oleh masyarakat maka wahana seperti surat kabar,
majalah serta media elektronik sangat tepat dijadikan sebagai media laporan tentang
hasil belajar peserta didik untuk masyarakat.
Bagaimana pemanfaatan laporan hasil belajar bagi peserta didik, orang tua, guru dan
sekolah?
Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu bahwa pembuatan laporan hasil belajar
peserta didik dimaksudkan untuk dimanfaatkan oleh pihak yang berkepentingan demi
meningkatkan prestasi hasil belajar dan perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan
oleh guru. Bagaimana pemanfaatan laporan hasil belajar oleh pihak yang berkepentingan
tersebut? Ikutilah uraian berikut ini!
Pertama, pemanfaatan laporan hasil belajar oleh peserta didik dimaksudkan
untuk: (1) mengetahui kemajuan hasil belajar diri; (2) mengetahui konsep-konsep atau
teori-teori yang belum dikuasai; (3) memotivasi diri untuk belajar lebih baik; dan (4)
memperbaiki strategi belajar. Peserta didik dapat memperoleh informasi tentang hasil
belajarnya melalui berbagai cara seperti ujian, kuesioner atau angket, wawancara dan
pengamatan. Melalui ujian dapat diperoleh informasi untuk ranah kognitif dan perilaku
sedangkan melalui angket dan pengamatan dapat diperoleh informasi untuk ranah

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 323


afektif. Menurut Ghofur dkk. (2004) laporan hasil belajar yang akurat untuk peserta
didik dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin apabila isi laporan tersebut meliputi:
(1) hasil pencapaian belajar peserta didik yang dinyatakan dalam bentuk kompetensi
dasar yang sudah dicapai dan yang belum dicapai; (2) kekuatan dan kelemahan peserta
didik dalam semua mata pelajaran; dan (3) minat peserta didik pada masing-masing
mata pelajaran. Namun, agar laporan tersebut cukup lengkap dan spesifik maka dalam
konteks mata pelajaran PKn, hasil pencapaian peserta didik hendaknya dilaporkan pada
setiap kompetensi dasar atau indikator tentang standar ketuntasan minimal. Standar
ketuntasan belajar minimal (SKBM) atau kriteria ketuntasan minimal (KKM) ditentukan
oleh sejumlah kriteria antara lain materi esensial, kompleksitas, sarana pendukung, dan
intake siswa. Semua unsur KKM ini secara kumulatif akan menjadi input bagi laporan
hasil belajar peserta didik untuk mata pelajaran PKn. Adanya keterangan dalam laporan
sangat penting untuk mengetahui kompetensi dasar apa yang masih lemah atau belum
dikuasai dan kompetensi dasar apa yang sudah dikuasai. Dari informasi inilah peserta
didik dan guru dapat melakukan kegiatan remedial atau perbaikan. Secara terbuka guru
dapat mengkomunikasikan kepada peserta didik tentang kompetensi apa yang masih
harus diperbaiki.
Kriteria ketuntasan minimal untuk setiap mata pelajaran dituliskan pada buku
laporan hasil belajar peserta didik dalam bentuk angka, demikian pula untuk nilai kognitif
(pengetahuan dan pemahaman konsep) dan perilaku (praktik). Sedangkan untuk nilai
afektif (sikap) dituliskan dalam bentuk nilai huruf (kualitas) seperti: A (Amat baik), B
(Baik), C (Cukup), D (Kurang). Pada kolom keterangan hendaknya dituliskan penjelasan
yang menerangkan tentang tingkat pencapaian secara kualitatif, seperti baik, cukup, atau
kurang disertai dengan penjelasan materi apa yang sudah atau belum dikuasai. Dapat
dikemukakan kompetensi dan indikator apa yang belum atau sudah dikuasai, seperti
pengetahuan/pemahaman konsep, kemampuan/kecakapan dalam praktik serta minat
belajarnya.
Perlu ditambahkan bahwa alangkah baiknya, apabila laporan menggunakan gaya
bahasa yang dapat memotivasi peserta didik untuk belajar lebih baik. Contoh bentuk
dan format laporan hasil belajar peserta didik untuk peserta didik dapat dilihat dalam
tabel berikut.

324 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


PENENTUAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL PER- KOMPETENSI DASAR
DAN INDIKATOR MATA PELAJARAN PKn
Kelas : .............
Standar kompetensi : ..............................................................................................

Standar Ketuntasan Minimal


Penentuan Kriteria Penentuan SKBM
Kompetensi dasar/
Indikator Kriteria
Ketuntasan Sarana Intake
Esensial Kompleksitas
Minimal (KKM) Pendukung Siswa

1.1
1.2
1.3

LAPORAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK


Nama siswa: .................................. Kelas : ..........
Nomor induk: ............................... Semester : ......
Nama sekolah: .............................. Tahun ajaran : .......

Ranah Kognitif : ............................................................


No. Kompetensi dasar/ Indikator Pencapaian Belajar Keterangan

Ranah Perilaku : ............................................................


No. Kompetensi dasar/ Indikator Pencapaian Belajar Keterangan

Ranah Afektif : Minat Peserta Didik

Kompetensi dasar/ Minat terhadap materi


No. Keterangan
Indikator pokok

Kedua, pemanfaatan laporan hasil belajar untuk orang tua dimaksudkan agar orang
tua dapat memotivasi anaknya untuk belajar lebih baik lagi dan ada input baginya untuk
menentukan strategi dalam membantu anaknya belajar. Dalam hal ini, laporan untuk

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 325


orang tua tetap harus megandung informasi yang lengkap dan akurat tentang kelemahan
dan keberhasilan mata pelajaran PKn. Perlu dikemukakan apa kelemahan penguasaan
mata pelajaran ini berdasarkan kompetensi dasar/indikator pada aspek kognitif, afektif
dan perilaku. Dengan isi laporan yang rinci dan lengkap, maka diharapkan informasi ini
akan: (1) membantu anaknya belajar lebih giat lagi; (2) memotivasi belajar agar lebih
berprestasi; (3) membantu sekolah untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik; dan
(4) membantu sekolah dalam melengkapi fasilitas belajar. Perlu ditambahkan bahwa
informasi yang seyogianya terkandung dalam laporan meliputi juga kelemahan dan
kekuatan peserta didik, keterampilan dalam melaksanakan tugas dan hasil yang telah
dicapai, serta minatnya terhadap mata pelajaran PKn. Bentuk laporan hasil belajar
peserta didik untuk orang tua sebagai berikut.

LAPORAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Nama siswa: .................................. Kelas: ..........


Nomor induk: ............................... Semester: ......
Nama sekolah: .............................. Tahun ajaran: .......

Ranah Kognitif : ............................................................


No. Mata pelajaran Pencapaian Belajar Keterangan

Ranah Perilaku : ............................................................


No. Mata pelajaran Pencapaian Belajar Keterangan

Ranah Afektif : Minat Peserta Didik


No. Mata pelajaran Minat terhadap materi pokok Keterangan

Ketiga, pemanfaatan laporan hasil belajar peserta didik untuk guru dan sekolah
dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan peserta didik dalam satu kelas,
satu sekolah, untuk semua mata pelajaran. Dengan adanya informasi dari laporan hasil
belajar ini, maka diharapkan guru akan memiliki sejumlah data tentang peserta didik
guna meningkatkan kinerjanya. Diharapkan guru akan berupaya memperbaiki strategi
pembelajaran yang lebih tepat sedangkan sekolah dapat meningkatkan pelayanan serta
melengkapi fasilitas pembelajaran. Semuanya berupaya untuk meningkatkan mutu serta

326 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


prestasi belajar peserta didik.
Sebagaimana pemanfaatan laporan hasil belajar untuk orang tua dan peserta didik
sendiri, pemanfaatan laporan untuk guru dan sekolah hendaknya mencakup aspek
kompetensi selengkap mungkin. Dari aspek kompetensi, laporan hendaknya meliputi
ranah kognitif, perilaku, dan afektif. Aspek atau ranah manakah yang sudah dikuasai
dan aspek manakah yang belum dikuasai oleh peserta didik. Patokan skor kompetensi
yang harus dikuasai oleh peserta didik adalah 75 atau lebih dengan rentang 0 sampai
100, baik untuk mata pelajaran PKn maupun mata pelajaran lainnya. Dari laporan ini,
guru akan memperoleh laporan untuk setiap kelasnya sedangkan sekolah memperoleh
laporan semua kelas yang ada di sekolah tersebut. Format laporan hasil belajar peserta
didik untuk guru dan sekolah dibuat dalam tabel sebagai berikut.

LAPORAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK


Kelas : ............................... Jumlah peserta didik: ..........
Nomor induk: ............................... Guru kelas: ...........................
Nama sekolah: .............................. Tahun ajaran: ........................
Ranah Kognitif:

Jumlah peserta didik dengan skor Kompetensi dasar yang


No. Nama pelajaran belum dikuasai sebagian
Lebih kecil dari
Sama atau diatas 75 besar peserta didik
75
1. PKn

2. dst

Ranah Perilaku:

Jumlah peserta didik dengan skor


Kompetensi dasar yang
No. Nama pelajaran
Lebih kecil dari belum dikuasai
Sama atau diatas 75
75
1. PKn

2. dst

Pertanyaan selanjutnya adalah berapa skor batas kelulusan? Dalam kurikulum


berbasis kompetensi, batas kelulusan untuk ranah kognitif dan perilaku adalah minimum
75, demikian pula skor angket untuk ranah afektif atau sikap. Namun angket untuk skala
sikap dan minat bukan untuk menilai benar atau salah. Oleh karena itu, penilaian untuk

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 327


minat lebih tepat dilakukan secara deskriptif dan penafsiran kualitatif.
Penilaian untuk ranah afektif merupakan tambahan informasi saja tentang peserta
didik dalam menentukan kelulusan. Meskipun demikian, skor dari ranah afektif ini tidak
dapat dijumlahkan dengan skor dari ranah kognitif dan perilaku karena ranah afektif
memiliki karakteristik yang berbeda dari ranah kognitif dan perilaku.

Rangkuman
Sedikitnya ada dua tujuan diselenggarakannya ujian atau penilaian. Pertama, untuk
mengetahui perkembangan hasil belajar peserta didik, dan kedua untuk mengetahui hasil
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dalam hal ini, informasi tentang hasil belajar
peserta didik akan bermanfaat bagi peserta didik dan guru apabila mereka mampu
memanfaatkan informasi tersebut. Untuk tercapainya target/tujuan penilaian maka
pemanfaatan informasi hasil penilaian perlu mendapat dukungan dari peserta didik,
guru, kepala sekolah, dan orang tua.
Penyusunan laporan untuk orang tua dan siswa hendaknya dibuat selengkap
mungkin agar mereka mendapat informasi yang cukup dan dapat memanfaatkannya
bagi peningkatan prestasi belajar. Laporan yang lengkap dapat membantu orang tua
lebih memahami tentang kondisi anaknya, perubahan yang terjadi pada diri anak baik
menyangkut aspek kognitif, afektif, maupun perilaku. Namun demikian, pembuatan
laporan yang lengkap tidaklah mudah.
Pembuatan laporan hasil belajar peserta didik dimaksudkan untuk dimanfaatkan
oleh pihak yang berkepentingan demi meningkatkan prestasi hasil belajar dan perbaikan
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Laporan hasil belajar peserta didik dapat
dimanfaatkan oleh peserta didik sendiri, orang tua, guru dan kepala sekolah.
Dalam kurikulum berbasis kompetensi, batas kelulusan untuk ranah kognitif dan
perilaku adalah minimum 75, demikian pula skor angket untuk ranah afektif atau sikap.
Namun angket untuk skala sikap dan minat bukan untuk menilai benar atau salah, oleh
karena itu penilaian untuk minat lebih tepat dilakukan secara deskriptif dan penafsiran
kualitatif sebagai informasi tambahan bagi peserta didik dalam menentukan kelulusan.

328 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Tes Formatif 3:

Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir


pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.
1. Untuk memanfaatkan informasi hasil penilaian, laporan hasil belajar perlu mendapat
dukungan dari … kecuali:
A. peserta didik dan orang tua
B. guru
C. kepala sekolah
D. penulis buku

2. Agar laporan hasil belajar itu dapat bermanfaat, maka informasi harus lengkap dan
akurat, artinya …
A. dibuat khusus untuk pihak tertentu
B. mengandung aspek-aspek penting
C. disusun secara sistematis
D. mengandung target yang telah dicapai

3. Laporan yang lengkap dan akurat bagi orang tua pada hakikatnya mengandung unsur
pokok sebagai berikut …
A. mengandung informasi tentang kondisi anaknya
B. ada penjelasan tentang minat dan potensinya
C. ada keterangan tentang kebiasaan di rumah
D. ada keterangan tentang perubahan yang terjadi pada anak

4. Laporan hasil belajar untuk orang tua yang layak disampaikan oleh guru adalah …
kecuali:
A. setiap hari
B. setiap catur wulan
C. setiap semester
D. setiap tahun

5. Laporan untuk sekolah hendaknya dibuat oleh guru selengkap mungkin menyangkut
peserta didik. Aspek yang paling umum dari laporan hasil belajar peserta didik untuk
sekolah (kepala sekolah) adalah ...
A. kompetensi peserta didik
B. jumlah peserta didik
C. sikap peserta didik
D. minat dan bakat peserta didik

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 329


6. Laporan hasil belajar tentang peserta didik yang paling umum dan singkat adalah
ditujukan untuk ...
A. guru
B. kepala sekolah
C. orang tua
D. masyarakat

7. Pemanfaatan hasil belajar bagi peserta didik dimaksudkan untuk … kecuali:


A. mengetahui kemajuan hasil belajar diri
B. mengetahui konsep-konsep atau teori yang belum dikuasai
C. memotivasi diri agar belajar lebih baik
D. mengubah kurikulum yang sedang diterapkan

8. Informasi tentang aspek afektif peserta didik dapat diketahui melalui …


A. ujian tertulis
B. kuesioner
C. wawancara
D. angket

9. Kriteria untuk menentukan Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) dapat dilihat
dari aspek …. kecuali:
A. kurikulum
B. kompleksitas
C. sarana pendukung
D. esensial

10. Penilaian untuk ranah afektif tidak dalam bentuk angka melainkan berupa deskriptif
atau penafsiran kualitatif. Oleh karena itu penilaian untuk ranah afektif dinyatakan
sebagai penilaian ...
A. informasi esensial
B. informasi tambahan
C. penafsiran kuantitatif
D. penentu prestasi

330 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang terdapat
di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap
materi kegiatan belajar 3 dengan mempergunakan rumus di bawah ini.

Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 %
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 70 % = kurang

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan


dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda
kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang
belum Anda kuasai.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 331


KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
Tes Formatif 1 :
1. A penilaian
2. B ketercapaian kompetensi
3. A ulangan harian
4. A ujian sekolah
5. B sahih
6. C objektif
7. D penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun
hasilnya.
8. C pengamatan
9. A penugasan
10. C pemahaman

Tes Formatif 2:
1. D aspek nilai kepribadian
2. A tes hasil belajar
3. C SK dan KD
4. B hanya ranah kognitif yang diukur dengan tes
5. A substansi kajian setiap KD
6. D Benar salah
7. B Kelas IV
8. A Jumlah soal 60 waktu pengerjaan 120 menit
9. C Minimal 10 butir
10. D sesuai kebutuhan

Tes Formatif 3:
1. D penulis buku
2. A dibuat khusus untuk pihak tertentu
3. C ada keterangan tentang kebiasaan di rumah
4. A setiap hari
5. B jumlah peserta didik
6. D masyarakat
7. D mengubah kurikulum yang sedang diterapkan
8. C wawancara
9. A kurikulum
10. B informasi tambahan

332 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


PENGEMBANGAN

9
KURIKULUM
MATA PELAJARAN PKn

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 333


334 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]
PENGEMBANGAN KURIKULUM
MATA PELAJARAN PKn

Pendahuluan

Modul ini merupakan modul pengembangan profesional guru Madrasah Ibtidaiyah


(MI) untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai salah satu kompetensi
guru kelas di MI. Sebagai guru profesional, seorang guru PKn seyogianya memiliki
kemampuan dalam mengembangkan kurikulum (curriculum development). Hal ini
sejalan dengan sistem pendidikan nasional di Indonesia sebagai dampak dari kebijakan
pemerintah dalam otonomi pendidikan. Sebagaimana telah dikemukakan pada modul
bagian awal bahwa tugas mengembangkan kurikulum dalam sistem pendidikan yang
berlaku saat ini diserahkan kepada satuan pendidikan. Dengan kata lain, tugas dalam
mengembangkan kurikulum tidak lagi dilakukan oleh para ahli (curriculum developer)
di tingkat pusat melainkan oleh satuan pendidikan yang pada hakikatnya adalah tugas
guru.
Pada modul mata kuliah yang lain, tentu Anda telah mengenal tentang prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum. Baiklah, Anda tentu sudah mengenal sistem pengembangan
kurikulum menurut kebijakan pemerintah saat ini. Tepat sekali, bahwa tugas
mengembangkan kurikulum oleh satuan pendidikan hendaknya mengacu pada panduan
yang telah dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), yakni Panduan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Silakan Anda buka buku panduan KTSP
yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Dengan memahami isi KTSP
tersebut, maka Anda akan sangat terbantu dalam memahami, mengkaji, menganalis, dan
mengembangkan serta menerapkan kurikulum khususnya untuk pembelajaran PKn di
MI.
Dalam modul ini Anda akan diajak mengkaji lebih jauh tentang pengembangan KTSP
dalam mata pelajaran PKn yang sesuai dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat
era sekarang dan masa yang akan datang, meliputi pengertian, tujuan, fungsi, dan
pelaksanaannya. Dengan mempelajari materi dalam modul ini Anda diharapkan memiliki

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 335


kemampuan sebagai berikut.
1. menjelaskan mata pelajaran PKn dalam sistem kurikulum berdasarkan Permendiknas
Nomor 22 Tahun 2006
2. mengembangkan silabus dan RPP PKn

Semua kemampuan di atas sangat penting bagi semua guru dan atau calon guru
profesional khususnya untuk menganalisis dan melaksanakan pembelajaran PKn
di Madrasah Ibtidaiyah. Pentingnya calon sarjana maupun calon guru profesional
memahami atau punya kemampuan seperti ini karena seringkali para guru pemula
mengalami kesulitan dalam mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran PKn.
Kenyataan ini diasumsikan pula karena rendahnya pemahaman, kemampuan analisis dan
dangkalnya pengalaman maupun penguasaan pendekatan, strategi, metode, dan teknik
untuk pembelajaran PKn dengan sistem KTSP. Oleh karena itu, dengan memahami dan
menguasai materi dalam modul ini diharapkan Anda akan terbantu dan tidak mengalami
kesulitan lagi dalam mengembangkan kurikulum berdasarkan KTSP. Apabila Anda
memiliki kemampuan dalam mengembangkan kurikulum dalam pembelajaran PKn maka
Anda layak menjadi guru profesional, yakni seorang guru yang dapat memenuhi harapan
dan kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat serta bangsa dan negara. Lebih jauh
lagi, para siswa pun akan sangat terbantu dalam proses belajarnya sehingga Anda akan
mendapat sambutan yang positif dari para peserta didik.
Agar semua harapan di atas dapat terwujud, maka di dalam modul ini disajikan
pembahasan dan latihan dengan butir uraian sebagai berikut:
1. Mata pelajaran PKn dalam sistem kurikulum berdasarkan Permendiknas
2. Pengembangan silabus dan RPP PKn

Untuk membantu Anda dalam mencapai harapan kemampuan di atas ikutilah


petunjuk belajar sebagai berikut:
1. Bacalah dengan cermat bagian Pendahuluan modul ini sampai Anda faham betul apa,
untuk apa dan bagaimana mempelajari modul ini.
2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan kata-kata yang
Anda anggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci dalam daftar kata-
kata sulit (Glosarium) atau dalam kamus atau dalam ensiklopedia.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri
dan tukar pikiran dengan mahasiswa atau guru lain dan dengan tutor Anda.
4. Terapkan prinsip, konsep, dan prosedur yang dituntut oleh kurikulum tentang
ketentuan keharusan pengembangan kurikulum PKn menurut KTSP.
5. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi dengan teman dalam kelompok atau
kelas.

336 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


1

Mata Pelajaran PKn dalam Sistem


Kurikulum Berdasarkan Permendiknas

Pada bagian pendahuluan di atas dalam modul ini, Anda telah mengenal dan
memahami bahwa salah satu tugas guru dalam sistem kurikulum saat ini adalah sebagai
pengembang kurikulum. Kegiatan belajar 1 modul ini memfokuskan pembahasan pada
upaya memberikan pemahaman guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) tentang pengembangan
kurikulum PKn. Oleh karena itu, untuk memahami bahasan ini para guru perlu mengenal
juga paradigma baru kurikulum dan landasannya, struktur, serta ruang lingkupnya secara
umum dan khusus guna pengembangan pembelajaran pada tingkat mikro. Apabila Anda
sudah menguasai pembahasan materi pada kegiatan belajar 1, maka Anda akan sangat
terbantu untuk menguasai materi pada kegiatan belajar berikutnya.

Apa landasan dan struktur kurikulum PKn itu?


Pada tahun 2003 disahkanlah Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Undang-undang tersebut telah menimbulkan dampak yang cukup
signifikan terhadap perubahan sistem kurikulum di Indonesia. Salah satu implikasi dari
ketentuan undang-undang tersebut adalah lahirnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Dalam PP tersebut dikemukakan
bahwa standar nasional adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Pasal 35 Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003, Standar Nasional Pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan
kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaaan.
Oleh karena itu, adanya standar nasional pendidikan telah berimplikasi terhadap sejumlah
kebijakan bidang pendidikan yang lebih rendahnya.
Sementara itu dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005
dinyatakan bahwa lingkup standar nasional meliputi:

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 337


a) standar isi;
b) standar proses;
c) standar kompetensi lulusan ;
d) standar pendidik dan tenaga kependidikan;
e) standar sarana dan prasarana;
f) standar pengelolaaan;
g) standar pembiayaan;
h) standar penilaian pendidikan

Sebagai implikasi dari ketentuan PP 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,


khususnya tentang standar isi dan standar kompetensi lulusan, maka lahirlah Permendiknas
Nomor 22 tentang Standar Isi (SI) dan dan Nomor 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan
(SKL). Permendiknas inilah yang dijadikan landasan operasional (acuan) bagi satuan
pendidikan dalam mengembangkan kurikulum yang akan dilaksanakan di masing-masing
satuan pendidikan tersebut. Dengan kata lain, pengembangan kurikulum mata pelajaran
sekolah umumnya dan khususnya untuk mata pelajaran PKn mengacu pada Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 tentang Standar Isi dan Nomor
23 tentang Standar Kompetensi Lulusan dengan panduan KTSP yang dikeluarkan oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Permendiknas Nomor 22/2006 tentang Standar Isi menyatakan bahwa pendidikan
di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara
yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat
kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI
1945), perlu ditingkatkan secara terus menerus untuk memberikan pemahaman yang
mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam standar isi dikemukakan pula bahwa mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan
warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya
untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD NRI 1945.
Dalam Permendiknas Nomor 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pasal
1 ayat (1) dikemukakan bahwa “Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan
dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan
peserta didik; dan ayat (2) Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan
menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar
kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.

338 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Standar kompetensi lulusan untuk kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan
Kepribadian dapat diuraikan sebagai berikut:
SD/MI/SDLB*/Paket A
1. Menunjukkan kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa, negara, dan tanah air
Indonesia
2. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungannya
3. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi di
lingkungan sekitarnya
4. Menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan
5. Mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri
6. Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari potensinya
7. Berkomunikasi secara santun
8. Menunjukkan kegemaran membaca
9. Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu
luang
10. Bekerja sama dalam kelompok, tolong-menolong, dan menjaga diri sendiri dalam
lingkungan keluarga dan teman sebaya
11. Menunjukkan kemampuan mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya
lokal

Adapun kerangka dasar kurikulum kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan


kepribadian diuraikan dalam tabel sebagi berikut.

Kelompok Mata
No Cakupan
Pelajaran
2. Kewarganegaraan dan Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
Kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta
didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan
kualitas dirinya sebagai manusia.
Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa
dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi
manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup,
kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada
hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti
korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Selain tujuan dan cakupan kelompok mata pelajaran sebagai bagian dari kerangka
dasar kurikulum, perlu dikemukakan prinsip pengembangan kurikulum. Kurikulum
tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 339


sekolah dan komite sekolah berpedoman pada Permendiknas Nomor 22 dan 23 tentang
standar isi dan standar kompetensi lulusan serta panduan penyusunan kurikulum yang
dibuat oleh BSNP. Dalam Panduan KTSP dinyatakan bahwa kurikulum dikembangkan
berdasarkan prinsip-prinsip berikut.
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik
dan lingkungannya
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi
sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta
didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik serta tuntutan lingkungan.
b. Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta
didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan
agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender.
Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal,
dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan
kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum
mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan
(stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan,
termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja.
Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir,
keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan
keniscayaan.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang
kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara
berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
f. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan
keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan

340 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah
pengembangan manusia seutuhnya.
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan
memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Demikianlah prinsip- prinsip yang perlu dipertimbangkan dan dijadikan pedoman
dalam mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan oleh para praktisi
pendidikan di setiap jenjang dan jalur satuan pendidikan masing-masing.

Materi Kurikuler PKn


Apa materi kajian PKn untuk warga sekolah?
Materi PKn untuk lembaga persekolahan termasuk domain PKn sebagai program
kurikuler. Dalam sistem pendidikan di Indonesia, dimensi program ini bersifat formal,
dasar (basic) dan krusial dalam pembentukan kompetensi dan karakter warga negara.
Mengapa demikian? Karena sejak kanak-kanak setiap warga negara pada umumnya telah
mulai diperkenalkan dengan kehidupan bernegara dan berorganisasi pada tingkat yang
paling sederhana. Mereka diperkenalkan tentang sejumlah konsep yang terkait dengan
kehidupan berkelompok, berorganisasi, bermasyarakat, bernegara dan berpemerintahan.
Demikian pula pada usia di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI). Domain PKn
sebagai program kurikuler dirancang dalam sejumlah dokumen kurikulum yang bersifat
formal dan hasil pemikiran para ahli sesuai dengan tingkat usia dan jenjang sekolah yang
semuanya diarahkan pada pembangunan karakter warga negara.
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa persoalan yang dihadapi PKn bila
dikaitkan dengan praktik dan perilaku kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia
akhir-akhir ini masih jauh dari harapan. Bahkan masih jauh dari tujuan dan cita-cita
bangsa sebagaimana yang digariskan dalam Pembukaan UUD 1945. Program PKn yang
diselenggarakan di lembaga pendidikan formal seperti sekolah belum dapat dikatakan
sinergi dengan program PKn yang diselenggarakan di luar lembaga pendidikan formal,
kalau ada. Program PKn masih berjalan secara sendiri-sendiri sehingga persoalan bangsa,
khususnya dalam upaya pembangunan karakter warga negara yang baik belum optimal.
Domain PKn sebagai program kurikuler meliputi program PKn yang diselenggarakan
dalam lingkungan pendidikan formal dan nonformal. PKn sebagai program kurikuler
adalah PKn yang terdapat di dalam kurikulum tiap jenjang satuan pendidikan (SD, SMP,
SMA, PT). Program PKn pada lingkungan pendidikan nonformal ini masih terabaikan,
artinya upaya untuk pembinaan karakter warga negara yang menyeluruh termasuk
mereka yang ada di luar jalur pendidikan formal belum mendapat perhatian yang

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 341


memadai. Masalah ini terkait dengan masalah kebijakan (policy) pemerintah. Tanggung
jawab yang diemban oleh pakar atau semua masyarakat ilmiah di bidang PKn adalah
melakukan pengkajian secara berkesinambungan khususnya dalam lingkup kurikulum.
Program PKn sebagai domain kurikuler berbentuk sejumlah dokumen yang setiap
masa/ saat dapat berubah. Tidak ada dokumen kurikuler yang steril dari perubahan.
Dokumen kurikulum PKn dibuat dan dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat yang selalu mengalami perubahan dari satu masa ke masa berikutnya.
Perubahan kurikulum yang dilakukan oleh para pengembang merupakan proses alamiah
mengikuti perkembangan masyarakat yang berubah sejalan dengan tuntutan dan
tantangan yang dihadapi. Perubahan kurikulum hendaknya dilakukan setelah ada proses
evaluasi terhadap kurikulum terdahulu. Sejalan dengan perubahan masyarakat dan
sistem pemerintahan di Indonesia, Kurikulum PKn sekolah yang pernah ada di Indonesia
dapat dipilah menjadi empat model.
Pertama adalah model PKn pada kurun waktu tahun 1960-an sampai 1968. Kurikulum
pada masa ini memiliki ontologi pokok berupa content yang lebih banyak mengandung
aspek sosial politik yang berkaitan dengan doktrin-doktrin kenegaraan. Kedua, ketika
berubah menjadi PKn pada tahun 1968-an sampai 1975-an muatan isi kurikulum mulai
berubah menjadi bukan hanya doktrin kenegaraan yang spesifik, melainkan sudah
membahas persoalan-persoalan moral dan sebagainya. Ketiga, begitu PKn itu menjadi
Pendidikan Moral Pancasila pada tahun 1975, content-nya itu menukik pada butir-butir
nilai Pancasila yang berlaku sampai kurikulum 1994.
Keempat, sejalan dengan adanya perubahan politik dari Orde Baru ke Orde Reformasi,
sebenarnya ketika berlaku Kurikulum PPKn 1994, pernah dilakukan penyesuaian content.
Ada sejumlah content Kurikulum 1994 yang ditambah dan dikurangi, disesuaikan dengan
semangat dan nuansa reformasi. Pada sekitar tahun 1999 lahirlah Kurikulum Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dengan Suplemen. Sejumlah butiran dan nilai
hasil pemikiran yang terkait dengan budi pekerti diakomodasi ke dalam Kurikulum PPKn
1994 dengan Suplemen. Hingga kini sejumlah sekolah baik SD, SMP, maupun SMA masih
ada yang menggunakan Kurikulum PPKn 1994 dengan Suplemen, beberapa sekolah
lainnya menggunakan Kurikulum 2006, dan beberapa sekolah menerapkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) berdasarkan pada Standar Nasional, Standar Isi
(Permen Diknas Nomor 22/2005) dan Standar Kompetensi Lulusan (Permen Diknas
Nomor 23/2005).
Ketika bangsa Indonesia memasuki tahun 2000, di kalangan Departemen Pendidikan
Nasional mulai diadakan berbagai kajian dan evaluasi terhadap dokumen Kurikulum
PKn hingga lahirlah gagasan tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) untuk mata
pelajaran PKn sekolah. Nama untuk mata pelajaran ini pun telah berubah. Untuk SD
dan SMP, mata pelajaran PKn digabungkan dengan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan
menggunakan nama baru menjadi Pengetahuan Sosial. Sedangkan untuk SMA, mata

342 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


pelajaran PKn berubah nama menjadi Kewarganegaraan. Dari aspek content, baik PKn
SD, SMP yang ada dalam mata pelajaran Pengetahuan Sosial, maupun PKn SMA dalam
mata pelajaran Kewarganegaraan pada dasarnya masih menimbulkan kontroversi dan
perdebatan di kalangan masyarakat umum maupun masyarakat akademik.
Sebagai standar nasional dalam aspek isi atau ruang lingkup mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan sebagaimana termuat dalam standar isi (Permendiknas
Nomor 22/2006) meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta
lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap
positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan
keadilan
2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib
di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-
norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan
nasional, Hukum dan peradilan internasional
3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota
masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan
dan perlindungan HAM
4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga
masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat,
Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri , Persamaan kedudukan warga negara
5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama,
Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara
dengan konstitusi
6. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan
daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik,
Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam
masyarakat demokrasi
7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara,
Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka
8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era
globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional,
dan Mengevaluasi globalisasi.

Demikianlah ruang lingkup materi mata pelajaran PKn berdasarkan Standar Isi
sebagaimana diatur dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 343


Rangkuman
Disahkannya Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional telah menimbulkan dampak yang cukup signifikan terhadap perubahan sistem
kurikulum di Indonesia. Salah satu implikasi dari ketentuan undang-undang tersebut
adalah lahirnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP). Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005
dinyatakan bahwa lingkup standar nasional meliputi: (1) standar isi; (2) standar proses;
(3) standar kompetensi lulusan; (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (5)
standar sarana dan prasarana; (6) standar pengelolaaan; (7) standar pembiayaan; (8)
standar penilaian pendidikan.
Dalam standar isi dikemukakan pula bahwa mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan
warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya
untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Dalam standar kompetensi lulusan dikemuakkan bahwak kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran
dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai
manusia. Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut: (1) Berpusat pada
potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya;
(2) Beragam dan terpadu; (3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni; (4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan; (5) Menyeluruh dan
berkesinambungan; (6) Belajar sepanjang hayat; (7) Seimbang antara kepentingan
nasional dan kepentingan daerah.
Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagaimana termuat
dalam standar isi (Permendiknas Nomor 22/2005) meliputi aspek-aspek: (1) Persatuan
dan Kesatuan bangsa; (2) Norma, hukum dan peraturan; (3) Hak asasi manusia; (4)
Kebutuhan warga negara; (5) Konstitusi Negara; (6) Kekuasan dan Politik; (7) Pancasila;
dan (8) Globalisasi.

344 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Tes Formatif 1

Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir


pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.

1. Delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP) diatur dalam .....


A. UU Nomor 20/2003
B. PP Nomor 19/2005
C. Permendiknas Nomor 22/2006
D. Permendiknas Nomor 23/2006

2. Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 mengatur tentang ...


A. Standar Kompetensi Lulusan
B. Standar Penilaian
C. Standar Isi
D. Standar Tenaga Pendidik

3. Dalam Standar Isi diatur tentang ..... kecuali:


A. Tujuan mata pelajaran PKn
B. Ruang lingkup materi PKn
C. Indikator pencapaian
D. Standar Kompetensi dan kompetensi dasar

4. Ruang lingkup materi Norma, hukum dan peraturan dalam standar isi merupakan
penjabaran drai standar kompetensi lulusan ....
A. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungannya
B. Menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan
C. Mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri
D. Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari potensinya

5. “Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan


(stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan”
adalah prinsip pengembangan kurikulum ....
A. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik
dan lingkungannya
B. Beragam dan terpadu
C. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
D. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 345


6 Domain PKn sebagai program kurikuler dirancang dalam sejumlah dokumen
kurikulum yang bersifat formal dan hasil pemikiran para ahli sesuai dengan tingkat
usia dan jenjang sekolah yang diarahkan pada ....
A. pembangunan karakter bangsa
B. memberi pemahaman akan hak dan kewajiban
C. pembentukan sikap kepribadian
D. perbaikan perilaku kewarganegaraan

7. Pendekatan kurikulum PMP 1975 menekankan pada pendekatan ....


A. nilai kewarganegaraan
B. moral kewarganegaraan
C. pengetahuan kewarganegaraan
D. sikap kewarganegaraan

8. Pendekatan kurikulum PPKn 1994 menekankan pada pendekatan ....


A. nilai kewarganegaraan
B. moral kewarganegaraan
C. pengetahuan kewarganegaraan
D. kompetensi kewarganegaraan

9. Kurikulum PKn berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Thaun 2006 menekankan pada


....
A. nilai kewarganegaraan
B. moral kewarganegaraan
C. pengetahuan kewarganegaraan
D. kompetensi kewarganegaraan

10. Materi pelajaran “Budaya demokrasi menuju masyarakat madani” merupakan ruang
lingkup materi PKn:
A. Kekuasan dan Politik
B. HAM
C. Pancasila
D. Konstitusi Negara

346 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat
di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap
materi kegiatan belajar 1 dengan mempergunakan rumus di bawah ini.

Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 %
10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:


90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 70 % = kurang

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan


dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda
kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum Anda kuasai.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 347


348 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]
2

Pengembangan Silabus dan RPP


Pembelajaran PKn

Pada kegiatan belajar pertama dalam modul ini, Anda telah diperkenalkan dengan
landasan, struktur dan materi pembelajaran PKn. Apakah Anda mendapat informasi baru
tentang pengembangan dan perkembangan kurikulum PKn khusus di Indonesia? Untuk
kepentingan pembelajaran di kelas, sesuai dengan kedudukan Anda sebagai mahasiswa
guru, maka pertanyaannya adalah bagaimana cara mengembangkan kurikulum pada
tingkat mikro atau pembelajaran di kelas khususnya untuk peserta didik di Madrasah
Ibtidaiyah? Sebenarnya, kegiatan mengajar atau pembelajaran bagi Anda tidak terlalu
banyak masalah karena mungkin Anda telah berpengalaman, namun agar kemampuan
Anda semakin mahir, khususnya dalam mengembangkan kurikulum pembelajaran PKn,
maka Anda perlu terus berlatih untuk mengembangkan komponen-komponen kurikulum
ini agar pengetahuan dan penguasaan Anda terhadap pembelajaran PKn semakin kaya
dan cara membelajarkannya semakin mantap.
Pada kegiatan belajar 2 ini akan diuraikan tentang pengembangan kurikulum
pembelajaran PKn di Madrasah Ibtidaiyah, yakni pengembangan silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Masalah ini sangat penting bagi Anda calon guru
kelas di MI mengingat sampai saat ini masih banyak guru yang belum mahir dalam
mengembangkan kurikulum pembelajaran secara layak, yakni sesuai dangan tuntutan
perkembangan jaman dan kebutuhan siswa.

Apa silabus itu?


Dalam pengertian kamus, istilah silabus berarti ikhtisar suatu pelajaran. Dalam konteks
pembelajaran, silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok
mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokok/pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/
alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar
ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 349


kompetensi untuk penilaian. Istilah silabus dalam konteks pembelajaran telah lama
digunakan di perguruan tinggi. Namun, untuk tingkat sekolah, istilah silabus sebenarnya
belum lama digunakan karena istilah yang digunakan sebelumnya adalah model program
atau desain program.
Silabus selalu terkait dengan kompetensi dan kompetensi dasar yang diharpkan dapat
dikuasai oleh peserta didik. Dalam silabus pun selalu diuraikan masalah cara mencapai
dan bagaimana mengetahui bahwa kompetensi tersebut teah tercapai. Oleh karena itu,
silabus akan menjawab: Kompetensi apa yang harus dikuasai oleh siswa? Metode apa
yang akan dgunakan? Bagaimana cara menilai hasil belajar?
Penggunaan istilah silabus dalam pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan
nasional saat ini cukup resmi karena diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 17 Ayat (2)
yang berbunyi:
Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan
kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar
kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas kabupaten/kota
yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, dan
departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI. MTs, MA,
dan MAK.
Demikianlah landasan keberadaan silabus dalam sistem kurikulum yang berlaku saat
ini, yakni KTSP.

Siapa yang mengembangkan silabus itu?


Silabus sebagai bagian dari kurikulum yang ada pada tingkat satuan pendidikan
dikembangkan oleh: (1) guru kelas/mata pelajaran, atau (2) kelompok guru kelas/
mata pelajaran, atau (3) kelompok kerja guru (PKG/MGMP), atau (4) Dinas Pendidikan.
Kegiatan pengembangannya dapat dilakukan secara bersama-sama dalam satu waktu,
artinya semua unsur guru hadir sedangkan unsur dari dinas dapat berperan sebagai
pembimbing/pengawas.
Sebagai rambu-rambu pengembangan bagi guru berikut diuraikan komponen-
komponen silabus yang dapat dijadikan acuan oleh para guru.
Komponen SILABUS
1. Standar Kompetensi
2. Kompetensi Dasar
3. Materi Pokok/Pembelajaran
4. Kegiatan Pembelajaran
5. Indikator

350 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


6. Penilaian
7. Alokasi Waktu
8. Sumber Belajar

Untuk menghasilkan silabus yang baik dan aplikatif, maka para pengembang
(guru) perlu memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan silabus sebagaimana yang
ditentukan dalam buku Panduan KTSP sebagai berikut.

• Ilmiah
Artinya, keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus
benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
• Relevan
Artinya, cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam
silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan
spritual peserta didik.
• Sistematis
Artinya, komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam
mencapai kompetensi.
• Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator,
materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem
penilaian.
• Memadai
Artinya, cakupan indikator, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi
dasar.
• Aktual dan Kontekstual
Artinya, cakupan indikator, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi,
dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
• Fleksibel
Artinya, keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta
didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan
masyarakat.
• Menyeluruh
Artinya, komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif,
afektif, psikomotor).

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 351


Dalam mengembangkan silabus, guru pun perlu memperhatikan langkah-langkah
pengembangan silabus sebagai berikut.
1. Mengkaji dan Menentukan Standar Kompetensi
2. Mengkaji dan Menentukan Kompetensi Dasar
3. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
4. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
5. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
6. Menentukan Jenis Penilaian
7. Menentukan Alokasi Waktu
8. Menentukan Sumber Belajar

Secara singkat, langkah-langkah pengembangan itu dapat dijelaskan sebagai


berikut.
Dalam mengkaji standar kompetensi mata pelajaran guru perlu memperhatikan hal-
hal berikut:
a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi,
tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di SI;
b. keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran;
c. keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata pelajaran.

Dalam mengkaji kompetensi dasar mata pelajaran guru perlu memperhatikan hal-hal
berikut:
a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi,
tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada dalam SI;
b. keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran;
c. keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.

Dalam mengidentifikasi materi pokok, ada sejumlah aspek yang perlu dipertimbangkan
oleh guru sebagai berikut:
1. potensi peserta didik;
2. relevansi dengan karakteristik daerah;
3. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta
didik;
4. kebermanfaatan bagi peserta didik;
5. struktur keilmuan;
6. Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
7. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan;

352 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


8. alokasi waktu ;

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang


melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi.
Pengalaman belajar dimaksud dapat terwujud melalui pendekatan pembelajaran yang
bervariasi dan berpusat pada peserta didik serta memuat kecakapan hidup yang perlu
dikuasai peserta didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan guru dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran
adalah memberikan bantuan agar guru dapat melaksanakan proses pembelajaran secara
profesional, seperti:
1. Memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan peserta didik secara berurutan
untuk mencapai kompetensi dasar.
2. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi
pembelajaran.
3. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur
penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar peserta didik yaitu
kegiatan siswa dan materi.

Dalam merumuskan indikator pencapaian kompetensi, guru perlu memiliki


pemahaman bahwa indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang
ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik,
satuan pendidikan, dan potensi daerah dan dapat digunakan sebagai dasar untuk
menyusun alat penilaian.
Dalam mengembangkan indikator, seorang guru perlu menyadari bahwa setiap
KD dikembangkan menjadi beberapa indikator (setiap satu KD menjadi lebih dari dua
indikator). Indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan/atau
diobservasi sehingga dimungkinkan bahwa tingkat kata kerja dalam indikator akan lebih
rendah atau setara dengan kata kerja dalam KD dan/atau SK.
Prinsip pengembangan indikator seyogianya sesuai dengan prinsip kepentingan
(urgensi), kesinambungan (kontinuitas), kesesuaian (relevansi) dan kontekstual.
Keseluruhan indikator dalam satu KD merupakan tanda-tanda, perilaku, dan lain-lain
untuk pencapaian kompetensi yang merupakan kemampuan bersikap, berpikir, dan
bertindak secara konsisten.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 353


pengambilan keputusan. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes
dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya
berupa proyek atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. (Lihat uraian
tentang penilaian dalam Modul 8).
Baik, apabila Anda sudah memeriksa modul sebelumnya, perhatikan beberapa hal
yang menentukan penilaian:
a. Untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik, yang dilakukan berdasarkan
indikator
b. Menggunakan acuan kriteria
c. Menggunakan sistem penilaian berkelanjutan
d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut
e. Sesuai dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam kegiatan pembelajaran

Dalam menentukan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan


pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan
mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan,
dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam
silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang
dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.
Dalam menentukan sumber belajar perlu disadari bahwa sumber belajar adalah
rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber
belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik,
alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi
dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi.
Berikut ini adalah contoh format silabus yang dapat dijadikan acuan dasar oleh guru,
sebagai berikut:
• Nama Sekolah:
• Mata Pelajaran:
• Kelas/Semester:
• Standar Kompetensi:
• Kompetensi Dasar:
• Materi Pokok/Pembelajaran:
• Kegiatan Pembelajaran:
• Indikator:
• Penilaian:
• Alokasi Waktu:
• Sumber Belajar:

354 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Dalam bentuk tabel, contoh format silabus dapat digambarkan sebagai berikut:

Kegiatan
Kompetensi Materi Pokok/ Alokasi Sumber
No. Pembelaja- Indikator Penilaian
Dasar Pembelaja-ran Waktu Belajar
ran

Pengembangan silabus dilakukan secara berkelanjutan yang selanjutnya


dijabarkan ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi,
dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru, serta dikaji dan dikembangkan
secara berkelanjutan dengan memperhatikan masukan hasil evaluasi hasil belajar,
evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran), dan evaluasi rencana pembelajaran.
Demikianlah uraian teoritis dan normatif tentang pengembangan silabus.
Selanjutnya, mari kita kaji bersama contoh silabus mata pelajaran PKn untuk SD/
MI sebagai berikut.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 355


SILABUS

Nama Madrasah : MI ... Bandung, Jawa Barat


Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas/semester : V/1

Standar Kompetensi : 1. Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan


Republik Indonesia (NKRI)
Kompetensi Dasar :
1.1 Mendeskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia
1.2 Menjelaskan pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
1.3 Menunjukkan contoh-contoh perilaku dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia

Alokasi Waktu : 12 x 35 Menit

Materi Pokok/ Kegiatan Alokasi Sumber


Indikator Penilaian
Pembelajaran Pembelajaran Waktu Belajar
Menjaga • Siswa mampu •Menjelas Tes tertulis: 4 x 35 • Buku PKn
keutuhan enjelaskan k a n makna Uraian menit kelas V
Negara Kesatuan makna NKRI. Negara K e s a t tentang upaya semester
Republik • Siswa mampu uanRepubl menjaga 1, Majalah/
Indonesia menjelaskan ikIndonesi keutuhan koran/
(NKRI). makna a (NKRI). NKRI media
Bhinneka •Menjelas elektronik
Tunggal Ika. k a n makna
• Siswa mampu Bhinneka
menceritakan Tunggal Ika.
kesatuan w i l a • Menceritakan
yahNegara kesatuan
Indonesia. wilayah
• Siswa mampu Indonesia.
menyebutkan •Menganal
usaha-usaha isisusah
menjaga a-usaha
keutuhan untuk menjaga
NKRI. keutuhan
• Siswa mampu Negara K e s a t
menjelaskan u a n Republik
keutuhan Indonesia
NKRI. (NKRI).
•Menjelas
k a n tujuan
menjaga
keutuhan NKRI.

356 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Materi Pokok/ Kegiatan Alokasi Sumber
Indikator Penilaian
Pembelajaran Pembelajaran Waktu Belajar
Menjaga • Siswa mampu •Menjelas Tes tertulis: 4 x 35 • Buku PKn
keutuhan menjelaskan kan Uraian menit kelas V
Negara Kesatuan usaha-usaha usaha-usaha tentang semester
Republik menjaga untuk menjaga upaya 1, Majalah/
Indonesia. Keutuhan keutuhan Negara menjaga koran/
NKRI. Kesatuan keutuhan media
• Siswa mampu Republik NKRI elektronik
menjelaskan Indonesia(NKRI).
perlunya rasa •Mengurai
nasionalisme kan
untuk perlunya rasa
menjaga nasionalisme
Keutuhan untuk menjaga
NKRI. keutuhan NKRI.
• Siswa • Menunjukkan
memberikan sikap menghargai
contoh sikap jasa para
menghargai pahlawan dalam
jasa para menjaga
pahlawan. keutuhan NKRI.
• Siswa mampu •Menjelas
menjelaskan kan
manfaat dari manfaat
persatuan dan persatuan
kesatuan. dan kesatuan

Menjaga • Siswa dapat • Menunjukkan Tes tertulis: 4 x 35 • Buku PKn


keutuhan menunjukkan sikap rela Uraian menit kelas V
Negara Kesatuan sikap rela berkorban tentang semester
Republik berkorban dalam upaya 1, Majalah/
Indonesia. dalam menjaga menjaga menjaga koran/
keutuhan NKRI. keutuhan NKRI. keutuhan media
• Siswa dapat • Menunjukkan NKRI elektronik
menunjukkan contoh-contoh
contoh contoh perilaku dalam
perilaku dalam upaya menjaga
upaya keutuhan NKRI.
menjaga • Menampilkan
keutuhan sikap positif
NKRI. terhadap
• Siswa dapat upaya
menampilkan menjaga
sikap positif keutuhan
terhadap upaya NKRI.
menjaga
keutuhan
NKRI.

Demikianlah contoh silabus mata pelajaran PKn yang tentu saja masih perlu ada
penyesuaian dengan konteks dimana satuan pendidikan itu berada. Selanjutnya,
guru perlu lebih mengoperasionalkan lagi silabus ini ke dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP).

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 357


Apakah dan bagaimana cara mengembangkan RPP?
Dalam rangka mengimplementasikan pogram pembelajaran yang sudah dituangkan
di dalam silabus, guru harus menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Bagi guru, RPP merupakan pegangan dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas,
laboratorium, dan/atau lapangan yang dikembangkan untuk setiap kompetensi dasar.
Oleh karena itu, apa yang tertuang di dalam RPP memuat hal-hal yang langsung berkait
dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu KD.
Dalam menyusun RPP guru harus mencantumkan Standar Kompetensi yang
memayungi Kompetensi Dasar yang akan disusun dalam RPP-nya. Di dalam RPP secara
rinci harus dimuat Tujuan Pembelajaran,Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran,
Langkah-langkah Kegiatan pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian.

Bagaimana kedudukan RPP dalam sistem pendidikan nasional?


Ketentuan tentang RPP dapat kita temukan dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 20 yang
berbunyi: “Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar,
metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.”
Dari ketentuan ini jelas bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah
rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk
mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan
dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi
dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau
lebih. Ketentuan tentang sistimatika rencana pelaksanaan pembelajaran selengkapnya
dapat dilihat dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.
Meskipun demikian dalam buku Panduan KTSP pada bagian lampiran diuraikan pula
contoh RPP dengan karakteristik dan langkah penyusunannya sebagai berikut:
A. Mencantumkan identitas, seperti:
• Nama sekolah
• Mata Pelajaran
• Kelas/Semester
• Standar Kompetensi
• Kompetensi Dasar
• Indikator
• Alokasi Waktu

Perlu diingat bahwa: (1) RPP disusun untuk satu Kompetensi Dasar; (2) Standar
Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator dikutip dari silabus yang disusun oleh

358 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


satuan pendidikan; dan (3) Alokasi waktu diperhitungkan untuk pencapaian satu
kompetensi dasar yang bersangkutan, yang dinyatakan dalam jam pelajaran dan
banyaknya pertemuan. Oleh karena itu, waktu untuk mencapai suatu kompetensi
dasar dapat diperhitungkan dalam satu atau beberapa kali pertemuan bergantung
pada karakteristik kompetensi dasarnya.

B. Mencantumkan Tujuan Pembelajaran


Tujuan Pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang operasional yang
ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran
dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional dari kompetensi dasar.
Apabila rumusan kompetensi dasar sudah operasional, rumusan tersebutlah yang
dijadikan dasar dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran
dapat terdiri atas sebuah tujuan atau beberapa tujuan.
C. Mencantumkan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Materi pembelajaran dikembangkan dengan mengacu pada materi
pokok yang ada dalam silabus.
D. Mencantumkan Metode Pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan
sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik
pendekatan dan/atau strategi yang dipilih.
E. Mencantumkan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah
kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat unsur
kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Akan tetapi,
dimungkinkan dalam seluruh rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik model
yang dipilih, menggunakan urutan sintaks sesuai dengan modelnya. Oleh karena itu,
kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup tidak harus ada
dalam setiap pertemuan.
F. Mencantumkan Sumber Belajar
Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus yang
dikembangkan oleh satuan pendidikan. Sumber belajar mencakup sumber rujukan,
lingkungan, media, narasumber, alat, dan bahan. Sumber belajar dituliskan secara
lebih operasional. Misalnya, sumber belajar dalam silabus dituliskan buku referens,
dalam RPP harus dicantumkan judul buku teks tersebut, pengarang, dan halaman
yang diacu.
G. Mencantumkan Penilaian
Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen yang
dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam sajiannya dapat dituangkan dalam bentuk
matrik horisontal atau vertikal. Apabila penilaian menggunakan teknik tes tertulis

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 359


uraian, tes unjuk kerja, dan tugas rumah yang berupa proyek harus disertai rubrik
penilaian.
Dalam bentuk sistimatika, RPP yang dibuat guru dapat disusun sebagai berikut.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

SD/MI : ...................................
Mata Pelajaran : ...................................
Kelas/Semester : ...................................
Standar Kompetensi : ...................................
Kompetensi Dasar : ...................................
Indikator : ...................................
Alokasi Waktu : ..... x 35 menit (… pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran
B. Materi Pembelajaran
C. Metode Pembelajaran
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1
Pertemuan 2
dst
E. Sumber Belajar
F. Penilaian

Demikianlah uraian teoritis dan normatif tentang pengembangan rencana pelaksanaan


pembelajaran (RPP). Selanjutnya, mari kita kaji bersama contoh RPP mata pelajaran PKn
untuk SD/MI sebagai berikut.

360 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

SD/MI : ..............................................
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas/Semester : V (Lima)/1 (Satu)
Standar Kompetensi : Memahami pentingnya keutuhan NKRI.
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Indikator :
1) Menjelaskan makna NKRI.
) Menjelaskan makna Bhinneka Tunggal Ika.
3) Menceritakan kesatuan wilayah negara Indonesia.
4) Menganalisis usaha-usaha untuk menjaga keutuhan NKRI.
5) Menjelaskan tujuan menjaga keutuhan NKRI.

Alokasi Waktu : 4 x 35 menit (2x pertemuan)


Tujuan Pembelajaran : Setelah selesai proses pembelajaran siswa mampu:
1. Menjelaskan makna NKRI dengan benar.
2. Menjelaskan makna Bhinneka Tunggal Ika dengan contoh nyata.
3. Menceritakan tentang kesatuan wilayah negara Indonesia dengan contoh.
4. Menyebutkan usaha-usaha menjaga keutuhan NKRI dari perilaku yang paling kecil
sampai yang besar.
5. Menjelaskan tujuan menjaga keutuhan NKRI.

Materi Pembelajaran :
1. Makna NKRI dengan benar.
2. Makna Bhinneka Tunggal Ika dengan contoh nyata.
3. Kesatuan wilayah negara Indonesia.
4. Usaha-usaha menjaga keutuhan NKRI.
5. Menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Metode Pembelajaran
Pengamatan, diskusi, tanya jawab, penugasan, praktik.
Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan I
1. Kegiatan Awal (10 menit)
a. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang kompetensi dan indikator yang
akan dicapai dalam proses pembelajaran.
b. Siswa mengelompok menurut kelompok diskusi yang telah ditentukan.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 361


c. Siswa menyiapkan bahan yang akan dipelajari bersama.

2. Kegiatan Inti (50 menit)


a. Siswa mencermati materi dalam buku yang berkaitan dengan menjaga keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
b. Siswa mengerjakan tugas bersama-sama dengan kelompoknya.
c. Siswa menyiapkan hasil kerja kelompok dan menyampaikannya di depan kelas.
d. Siswa memerhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru.
e. Siswa membuat rangkuman.

3. Kegiatan Penutup (10 menit)


a. Dengan bimbingan guru siswa membuat rangkuman dan simpulan tentang makna
Bhinneka Tunggal Ika!
b. Guru mengajukan pertanyaan antara lain sbb.: (1) Sebutkan usaha-usaha dalam
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia! (2) Jelaskan tujuan
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia!

Pertemuan II
1. Kegiatan Awal (10 menit)
a. Siswa memerhatikan penjelasan guru tentang indikator yang akan dicapai dalam
kegiatan
b. pembelajaran.
a. Siswa mengelompok sesuai dengan kelompok diskusinya.
b. Siswa menyiapkan materi pelajaran yang akan dipelajari bersama.

2. Kegiatan Inti (50 menit)


a. Siswa melakukan kegiatan diskusi tentang usaha-usaha yang dapat dilakukan
untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Siswa berdiskusi tentang tujuan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
a. Siswa menyimpulkan hasil diskusi kelompok masing-masing.
b. Siswa memerhatikan penjelasan dari guru tentang hasil diskusi.
c. Siswa membuat kesimpulan hasil diskusi yang telah di bahas bersama-sama.

3. Kegiatan Akhir (10 menit)


a. Siswa menjawab pertanyaan tentang menjaga keutuhan NKRI.
Misalnya:
1) Usaha-usaha apa saja yang dapat dilakukan untuk menjaga keutuhan NKRI?
2) Apa tujuan menjaga keutuhan NKRI?
b. Siswa mendapat tugas individu sebagai bahan pendalaman materi.

362 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Alat/Sumber:
Buku Pendidikan Kewarganegaraan. Penerbit Cempaka Putih.

Penilaian:
Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran dan setelah akhir pertemuan II.

Bagian I
Berilah tanda cek (✔) pada kolom yang sesuai dengan pendapatmu!

No. Kompetensi Dasar SS S N TS STS


1. Menjaga keutuhan NKRI menjadi tanggung jawab
Pemerintah, Polisi, dan TNI.
2. Orang yang mengganggu keutuhan NKRI perlu
diadili.
3. Yang berkewajiban menjaga keutuhan NKRI adalah semua
warga negara.
4. Menjaga keutuhan NKRI dapat dimulai dari
keluarga.
Anak yang suka bikin onar adalah salah satu
5.
bentuk sikap merusak keutuhan NKRI

Keterangan:
SS : Sangat Setuju (bobot skor 5 kalau pernyataan positif dan 1 kalau pernyataan negatif )
S : Setuju ( bobot skor 4 kalau pernyataan positif dan 1 kalau pernyataan negatif).
N : Netral/tidak berpendapat (skor 3)
TS : Tidak Setuju (bobot skor 2 kalau pernyataan positif dan 4 kalau penyataan negatif).
STS: Sangat Tidak Setuju (bobot skor 5 kalau pernyataan positif dan 1 kalau pernyataan
negatif).

Bagian II
Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Apa makna dari Negara Kesatuan Republik Indonesia itu?
2. Apa makna dari Bhinneka Tunggal Ika itu?
3. Apa makna dari bulu yang ada pada lambang negara Republik Indonesia?
4. Apa sajakah yang termasuk kesatuan wilayah negara Indonesia?
5. Apa tujuan kita ikut menjaga keutuhan NKRI?

Perlu diperhatikan bahwa RPP yang diharapkan adalah RPP yang dilengkapi oleh
daftar lampiran seperti materi pembelajaran (hand out, buku siswa), peta konsep, bagan,
gambar yang relevan dan menarik bagi siswa, kisi-kisi soal, butir soal, lembar kerja siswa
(LKS), dan sebagainya yang mendukung proses pembelajaran untuk mencapai target
kompetensi.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 363


Latihan:
1. Susunlah silabus mata pelajaran PKn dengan KD Kelas VI Semeter 1
2. Susun pula RPP untuk KD tersebut.

Rangkuman
Dalam pengertian kamus, istilah silabus berarti ikhtisar suatu pelajaran. Dalam konteks
pembelajaran, silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok
mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokok/pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/
alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar
ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian.
Penggunaan istilah silabus dalam pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan
nasional saat ini cukup resmi karena diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
Silabus sebagai bagian dari kurikulum yang ada pada tingkat satuan pendidikan
dikembangkan oleh: (1) guru kelas/mata pelajaran, atau (2) kelompok guru kelas/
mata pelajaran, atau (3) kelompok kerja guru (PKG/MGMP), atau (4) Dinas Pendidikan.
Kegiatan pengembangannya dapat dilakukan secara bersama-sama dalam satu waktu,
artinya semua unsur guru hadir sedangkan unsur dari dinas dapat berperan sebagai
pembimbing/pengawas.
Untuk menghasilkan silabus yang baik dan aplikatif, maka para pengembang (guru)
perlu memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan silabus sebagai berikut: (1) Ilmiah;
(2) Relevan; (3) Sistematis; (4) Konsisten; (5) Memadai; (6) Aktual dan Kontekstual; (7)
Fleksibel; dan (8) Menyeluruh.
Dalam mengembangkan silabus, guru pun perlu memperhatikan langkah-langkah
pengembangan silabus sebagai berikut: (1) Mengkaji dan Menentukan Standar Kompetensi;
(2) Mengkaji dan Menentukan Kompetensi Dasar; (3) Mengidentifikasi Materi Pokok/
Pembelajaran; (4) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran; (5) Merumuskan Indikator
Pencapaian Kompetensi; (6) Menentukan Jenis Penilaian; (7) Menentukan Alokasi Waktu;
dan (8) Menentukan Sumber Belajar.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan pegangan guru dalam
melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan yang
dikembangkan untuk setiap kompetensi dasar. RPP memuat hal-hal yang langsung berkait
dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu KD.

364 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Tes Formatif 2

Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir


pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.

1. Dalam konteks pembelajaran, pada hakikatnya silabus adalah...


A. rencana pembelajaran
B. materi pokok/pembelajaran
C. tujuan pembelajaran
D. standar kompetensi

2. Berikut ini adalah komponen-komponen isi dari sebuah silabus... kecuali:


A. standar kompetensi
B. materi pokok/pembelajaran
C. tujuan pembelajaran
D. kompetensi dasar

3. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang


Standar Nasional Pendidikan, silabus dikembangkan oleh ...
A. Sekolah/Madrasah dan Komite Sekolah/Madrasah
B. Dinas Pendidikan
C. Guru Kelas/mata pelajaran
D. Guru dan Kepala sekolah

4. Secara operasional, silabus sebagai bagian dari kurikulum yang ada pada tingkat
satuan pendidikan dikembangkan oleh.....kecuali:
A. guru kelas/mata pelajaran
B. kelompok guru kelas/mata pelajaran
C. kelompok kerja guru (PKG/MGMP),
D. kepala sekolah dan dinas pendidikan

5. ”Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif,


psikomotor)” merupakan prinsip pengembangan silabus....
A. Memadai
B. Aktual dan Kontekstual
C. Fleksibel
D. Menyeluruh

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 365


6. ”Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai
kompetensi” merupakan prinsip pengembangan silabus....
A. sistematis
B. Aktual dan Kontekstual
C. Fleksibel
D. konsisten

7. Langkah pertama yang harus dilakukan oleh guru dalam mengembangkan silabus
adalah ....
A. Mengkaji dan Menentukan SKKD
B. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
C. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
D. Mengembangkan media dan sumber pembelajaran

8. Dalam mengidentifikasi materi pokok, aspek yang perlu dipertimbangkan oleh guru
adalah .... kecuali:
A. potensi peserta didik;
B. kebermanfaatan bagi peserta didik
C. aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran
D. relevansi dengan kebutuhan guru

9. RPP dikembangkan dari setiap ...


A. satu standar kompetensi
B. satu kompetensi dasar
C. satu indikator/tujuan pembelajaran
D. satu mata pelajaran

10. Dalam satu RPP dimungkinkan lebih dari satu pertemuan tergantung pada... kecuali:
A. keluasan materi pembelajaran
B. jumlah tujuan yang akan dicapai
C. kedalaman kompetensi dasar
D. jumlah media pembelajaran

366 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat
di bagian belakang modul ini, kemudian hitunglah tingkat penguasaan Anda terhadap
materi kegiatan belajar 2 dengan mempergunakan rumus di bawah ini.

Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------- x 100 %
10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:


90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 70 % = kurang

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan


dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Tetapi kalau tingkat penguasaan Anda
kurang dari 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum Anda kuasai.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 367


KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

Tes Formatif 1 :
1. B. PP Nomor 19/2005
2. C. Standar Isi
3. C. Indikator pencapaian
4. A. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungannya
5. D. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
6. A. pembangunan karakter bangsa
7. B. moral kewarganegaraan
8. A. nilai kewarganegaraan
9. D. kompetensi kewarganegaraan
10. A. Kekuasan dan Politik

Tes Formatif 2:
1. A. rencana pembelajaran
2. C. tujuan pembelajaran
3. A. Sekolah/Madrasah dan Komite Sekolah/Madrasah
4. D. kepala sekolah dan dinas pendidikan
5. D. Menyeluruh
6. A. sistematis
7. A. Mengkaji dan Menentukan SKKD
8. D. relevansi dengan kebutuhan guru
9. B. satu kompetensi dasar
10. D. jumlah media pembelajaran

368 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


GLOSARIUM

Demokrasi berarti pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat baik secara langsung
maupun tidak langsung (melalui perwakilan) setelah adanya
proses pemilihan umum secara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur dan adil, sering disebut “luber dan jurdil”.
Disposisi kewarganegaraan menunjuk pada ciri-ciri watak pribadi dan watak
kemasyarakatan yang diperlukan bagi pemeliharaan dan
perbaikan demokrasi konstitusional.
Ilmu politik pada hakekatnya adalah studi yang mengkaji tentang negara dan
pemerintahan dalam arti yang dinamis karena meliputi seluruh
aktivitas pemerintahan yakni masalah kekuasaan, system
pemerintahan, proses pengambilan keputusan, membuat
dan melaksanakan kebijakan umum dan pembagian untuk
kepentingan umum dan masyarakat.
Kemampuan dasar adalah paket minimal yang dimiliki oleh siswa mencakup
kebutuhan individu untuk memecahkan masalah-masalah sosial
politik yang mereka sedang dan akan hadapi serta isu-isu yang
telah menjadi topik dan agenda publik.
Portofolio adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan
terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang
ditentukan.
Portofolio dalam pembelajaran PKn merupakan kumpulan informasi yang tersusun
dengan baik yang menggambarkan rencana kelas siswa berkenaan
dengan suatu isu kebijakan publik yang telah diputuskan untuk
dikaji mereka, baik dalam kelompok kecil maupun kelas secara
keseluruhan.
Demokrasi berarti pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat baik secara langsung
maupun tidak langsung (melalui perwakilan) setelah adanya
proses pemilihan umum secara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur dan adil, sering disebut “luber dan jurdil”.
Disposisi kewarganegaraan menunjuk pada ciri-ciri watak pribadi dan watak
kemasyarakatan yang diperlukan bagi pemeliharaan dan

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 369


perbaikan demokrasi konstitusional.
Ilmu politik pada hakekatnya adalah studi yang mengkaji tentang negara dan
pemerintahan dalam arti yang dinamis karena meliputi seluruh
aktivitas pemerintahan yakni masalah kekuasaan, system
pemerintahan, proses pengambilan keputusan, membuat
dan melaksanakan kebijakan umum dan pembagian untuk
kepentingan umum dan masyarakat.
Kemampuan dasar adalah paket minimal yang dimiliki oleh siswa mencakup
kebutuhan individu untuk memecahkan masalah-masalah sosial
politik yang mereka sedang dan akan hadapi serta isu-isu yang
telah menjadi topik dan agenda publik.
Portofolio adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan
terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang
ditentukan.
Portofolio dalam pembelajaran PKn merupakan kumpulan informasi yang tersusun
dengan baik yang menggambarkan rencana kelas siswa berkenaan
dengan suatu isu kebijakan publik yang telah diputuskan untuk
dikaji mereka, baik dalam kelompok kecil maupun kelas secara
keseluruhan.
Analisis situasi belajar: suatu pengkajian terhadap faktor-faktor latar belakang
pengalaman siswa, sikap dan kemampuan guru, iklim sekolah,
sumber belajar dan hambatan-hambatan eksternal.
Analisis faktor internal : merupakan bagian bidang analisis terhadap faktor-faktor
yang berasal dari dalam lingkungan sekolah.
Analisis faktor eksternal : merupakan bagian bidang analisis terhadap faktor-faktor
yang berasal dari luar lingkungan sekolah.
Perubahan bidang sosial budaya : merupakan salah satu bentuk analisis eksternal
sekolah yang meliputi perubahan penduduk, perubahan fungsi
keluarga, perubahan fungsi/peran wanita (misalnya emansipasi),
perubahan dalam struktur ekonomi, perubahan teknologi dan
informasi, dan sebagainya.
Pendekatan integrasi (integrated approach): merupakan pendekatan yang berusaha
melakukan inovasi dalam sistem pembelajaran dalam IPS dengan
berupaya melakukan integrasi terhadap sejumlah mata pelajaran
dalam IPS.
Curah pendapat atau brainstorming merupakan metode pembelajaran yang

370 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


melibatkan kelompok besar atau kecil yang mendorong para
siswa untuk memecahkan masalah tertentu.
Bermain peran atau role playing adalah metode pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk memerankan karakter dalam
situasi tertentu.
Debat adalah beradu argumen secara terstruktur antara dua pihak (individu atau tim
atau kelompok) yang berlawanan dengan cara mempertahankan
dan/atau menyerang dalil atau pendapat yang dikemukakan.
Pendekatan diartikan sebagai cara memandang sesuatu (a way of viewing), cara
mendekati suatu persoalan/fenomena/proses.
Peta konsep adalah bentuk khusus dari diagram jaring untuk mengeksplorasi
pengetahuan dan mengumpulkan dan berbagi informasi.
Strategi dapat diartikan sebagai cara untuk mencapai suatu target (a way of achieving
target).
Metode pembelajaran berarti cara untuk mengatasi masalah dalam mencapai tager (a
way of handling).
Simulasi adalah bentuk belajar melalui pengalaman atau belajar dengan mengalami.
Teknik berarti cara melakukan sesuatu secara lebih khusus lagi (a way of tackling).
Gambar adalah media umum yang paling banyak digunakan, oleh karena itu seharusnya
setiap pengajar atau sekolah memiliki koleksi gambar-gambar,
baik diambil dari guntingan koran atau majalah, fotografi, slide,
fotocopy, atau pun gambar sket.
Gambar kartun dan karikatur adalah gambar imajinatif yang menggunakan
simbol-simbol tertentu dan terkadang agak berlebihan untuk
menggambarkan orang atau situasi tertentu.
Kliping adalah guntingan/potongan gambar atau tulisan yang diperoleh dari barbagai
sumber seperti dari majalah, surat kabar, buku, kalender, katalog,
iklan dan poster.
Slide dan film strip adalah gambar film transparan yang ditayangkan secara “diam”
dengan menggunakan proyektor filmslide dan film strip.
Good Citizenship adalah warga negara yang baik
Jaringan Indikator adalah menggambarkan keterhubungan indikator dalam intra atau
antarmata pelajaran
Kompetensi dasar kemampuan atau kompetensi minimal dalam mata pelajaran
yang harus dimiliki oleh lulusan atau kemampuan minimal yang

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 371


harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa dari standar
komptensi untuk suatu mata pelajaran.
Model connected hubungan antarbutir-butir pembelajaran yang dapat dipayungkan
pada induk mata pelajaran tertentu
Model integrated merupakan model pemaduan sejumlah tema (topik) pembelajaran
dari mata pelajaran yang berbeda tetapi esensinya sama dalam
sebuah tema /topik tertentu.
Model webbed adalah model pembelajaran yang dipergunakan untuk mengajarkan
tema tertentu yang berkecendrungan dapat disampaikan melalui
beberapa mata pelajaran.
Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan yang mengintegrasikan beberapa
mata pelajaran atau materi pokok yang terkait secara harmonis
Standar kompetensi standar kemampuan yang harus dikuasai untuk menunjukkan
bahwa hasil mempelajari mata pelajaran tertentu berupa
penguasaan atas pengetahuan, sikap, dan keterampilan tertentu
telah dicapai.
Berpikir kritis : suatu proses berpikir dengan mengemukakan penilaian dengan
menerapkan norma dan standar yang tepat.
Demokrasi berarti pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat baik secara langsung
maupun tidak langsung (melalui perwakilan) setelah adanya
proses pemilihan umum secara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur dan adil, sering disebut “luber dan jurdil”.
Disposisi kewarganegaraan menunjuk pada ciri-ciri watak pribadi dan watak
kemasyarakatan yang diperlukan bagi pemeliharaan dan
perbaikan demokrasi konstitusional.
Hak asasi manusia: adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi
dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap
orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.
Inkuiri : proses penelitian, mempertanyakan, memecahkan masalah.
Kemampuan dasar adalah paket minimal yang dimiliki oleh siswa mencakup
kebutuhan individu untuk memecahkan masalah-masalah sosial
politik yang mereka sedang dan akan hadapi serta isu-isu yang
telah menjadi topik dan agenda publik.

372 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Pembelajaran inkuiri : suatu pendekatan atau metode untuk mengatasi kebosanan
belajar siswa melalui proses mempertanyakan suatu masalah
dan berusaha memecahkannya menurut langkah-langkah metode
ilmiah.
Portofolio adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan
terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang
ditentukan.
Portofolio dalam pembelajaran PKn merupakan kumpulan informasi yang tersusun
dengan baik yang menggambarkan rencana kelas siswa berkenaan
dengan suatu isu kebijakan publik yang telah diputuskan untuk
dikaji mereka, baik dalam kelompok kecil maupun kelas secara
keseluruhan.
Program remedi adalah upaya pembelajaran untuk memperbaiki tingkat penguasaan
yang diberikan kepada peserta didik yang belum menguasai atau
mencapai target kompetensi dasar.
Pengayaan (enrichment) adalah upaya pembelajaran untuk memperkaya atau
memperluas penguasaan materi ajar yang diberikan kepada
peserta didik yang telah menguasai kompetensi dasar tetapi yang
bersangkutan ingin meningkatkan kualitas hasil belajar (agar
berprestasi optimal).
Penilaian acuan norma adalah penilaian yang didasarkan pada kemampuan kelompok
sebagai acuan penilaian atau norma kelompok.
Penilaian acuan patokan adalah penilaian yang berdasarkan pada asumsi bahwa
setiap orang dapat berhasil belajar apa saja namun jumlah waktu
yang dibutuhkan berbeda.
Badan Standar Nasional Pendidikan yang selanjutnya disebut BSNP adalah badan
mandiri dan independen yang bertugas mengembangkan,
memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi standar nasional
pendidikan;
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Kerangka dasar kurikulum adalah rambu-rambu yang ditetapkan dalam Peraturan
Pemerintah ini untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan
kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya pada setiap
satuan pendidikan.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 373


Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun
oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan pegangan guru dalam
melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/
atau lapangan yang dikembangkan untuk setiap kompetensi
dasar.
Silabus berarti ikhtisar suatu pelajaran. Dalam konteks pembelajaran, silabus adalah
rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, indikator,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.
Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di
seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan
dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan
kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran
yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan.

374 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


DAFTAR PUSTAKA

A. Kosasih Djahiri. (1978). Pengajaran Studi Sosial/IPS, Dasar-dasar Pengertian Metodologi


Model Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: LPPP-IPS FKIS IKIP
Bandung
A.Kosasih Djahiri (1985), Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral VCT dan Games dalam
VCT. Bandung: PMPKN FPIPS IKIP Bandung.
A.Kosasih Djahiri. (1992). Pola Pelaksanaan Pengajaran Pendidikan Pancasila. Bandung:
PMPKN FPIPS IKIP Bandung.
Abdul Azis Wahab (1996/1997), Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jakarta,
Ditjen Depdikbud
Abdul Gafur (2002), Perencanaan Pembelajaran Berbasis Kompetensi ( Bahan PTBK),
Jakarta, Ditjen PLP, Dikdasmen Depdiknas.
Ahman, Dkk (2004), Pengembangan Model Pembelajaran Tematik dan Terpadu untuk
SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA (Laporan Penelitian), Puskur – Lemlit UPI.
Alamudi, Abdullah (Ed.). (1994). Apakah Demokrasi itu? Jakarta: USIA.
Anonim ( 2005), Perencanaan Pembelajaran PKN ( Bahan PTBK Guru SMP) Jakarta, Ditjen
PLP, Dikdasmen, Depdiknas.
Anonim ( 2005), Strategi dan Metode Pembelajaran PKN ( Bahan PTBK Guru SMP) Jakarta,
Ditjen PLP, Dikdasmen, Depdiknas.
Aristotle. (alih bahasa: Ernest Barker, revisi R.F. Stanley). (1995). Politics. New York:
Oxford University Press.
Atwi Suparman. (1997). Model-Model Pembelajaran Interaktif, Jakarta, STIA –LAN
Bahmueller, Charles F. (1996). The Future of Democracy. ERIC/Poland book.
Banks, A. James. (1977). Teaching Strategies for the Social Studies: Inquiry, Valuing, and
Decision-Making. Sydney: Addison-Wesley Publishing Company.
Banks, A. James. (1990). Teaching Strategies for the Social Studies: Inquiry, Valuing, and
Decision-Making. New York: Longman.
Brady, Laurie. (1990). Curriculum Development. New York: Prentice Hall.
Branson, Margaret Stimmann, (1998), The Role of Civic Education: A forthcoming
Education Policy Task Force Position Paper from the Communitarian Network,
Calabasas: CCE.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 375


Budiardjo, Miriam. (1988). Dasar-Dasar Ilmu Politik. (Cetakan XI). Jakarta: PT.
Gramedia.
Budiardjo, Miriam. (1989). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta; PT Gramedia.
CCE, (1996), We The People ... Project Citizen: Teacher’s Guide, Calabasas, California.
Center for Civic Education, (1996), We The People ... Project Citizen: Teacher’s Guide,
Calabasas, California.
Center for Civic Education. (1997). Authority: Foundation of Democracy. Upper
Elementary. Calabasas: Center for Civic Education and the National Conference
of State Legislatures.
Center for Civic Education. (1998). We the People...Project Citizen. Calabasas: Center for
Civic Education and the National Conference of State Legislatures.
Center for Indonesian Civic Education. (2000). Kami Bangsa Indonesia…Proyek Belajar
Kewarganegaraan. (Buku Guru & Siswa) Diterjemahkan oleh Sapriya dari We
the People…Project Citizens (1998). CICED.
Cleaf, David W. Van. (1991). Action in Elementary Social Studies. Boston: Allyn Bacon.
Couto, Richard A. (1998). The Art of Teaching Democracy: the Practice. Journal CIVITAS,
Sept.-Oct. V.2 No.5.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang
Standar Isi.
Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran
Kewarganegaraan dan Kepribadian.
Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 Tentang
Standar Penilaian Pendidikan.
Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007.
Ditjen Dikdasmen (1989/1990), Pedoman Proses Belajar Mengajar di Sekolah Dasar,
Jakarta, Proyek Pembinaan SD
Dyah Sriwilujeng (2006), Rambu-Rambu Pengembangan Perangkat Pendukung
Pembelajaran Tematik untuk SD/MI, (tidak diterbitkan)
Fraenkel, Jack R. (1980). Helping Students Think and Value: Strategies for Teaching the
Social Studies. New Jersey: Prentice Hall Inc.
Ghofur, Abdul dan Mardapi, Djemari (Tim Pengembang). (2004). Kurikulum 2004:
Pedoman Umum Pengembangan Penilaian. Jakarta: Depdiknas
Gronlund, Norman E. (1981). Measurement and Evaluation in Teaching. (fourth edition).
New York: Macmillan Publishing Co., Inc.

376 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Hanna, Paul R. and Lee, John R. (1962). Content in the Social Studies, Section One:
Generalizations from the Social Sciences. Dalam John U. Michaelis (Ed.) Social
Studies in Elementary Schools. Washington: NCSS.
Hobbes, Thomas. (alih bahasa dan editor: J.C.A. Gaskin). (1998). Leviathan. New York:
Oxford University Press.
Huntington, Samuel P. (1998). The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order.
London: Touchstone Books.
Jarolimek, John and Parker, Walter C. (1993). Social Studies in Elementary Education. (9th
Edition). New York: Macmillan Publishing Company.
Leppert, Ella C. (1963). Locating and Gathering Information. in Carpenter, Helen (Ed.)
Skill Development in Social Studies. Washington: NCSS.
Locke, John. (alih bahasa dan editor: Peter Laslett). (1960/2000). Two Treatises of
Government. Cambridge, UK: Cambridge University Press.
Mardapi, Djemari. (2002). Pola Induk Sistem Pengujian Hasil KBM Berbasis Kemampuan
Dasar SMU: Pedoman Umum. Jakarta: Dirjen Dikdasmen, Direktorat
Dikmenum.
Michaelis, John U. (1980). Social Studies for Children: A Guide to Basic Instruction. (7th
Edition). New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(SNP).
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
Republik Indonesia, (1989), Undang-Undang No. 2/1989 Tentang Sistim Pendidikan
Nasional, Jakarta.
Rodee, Anderson, Christol, Greene. (1983). Introduction to Political Science. (4th
Ed.).McGraw-Hill, Inc.
Safari. (2005). Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia, Depdiknas.
Sanusi, Achmad .(1998). Sepuluh Pilar Demokrasi Konstitusional Menurut UUD 1945.
(Unpublished).
Sapriya dan Winataputra. (2003). Pendidikan Kewarganegaraan: Model Pengembangan
Materi dan Pembelajaran. Bandung: Laboratorium PKn UPI.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 377


Sapriya. (2005). Model Pembelajaran Partisipatif Berbasis Portofolio dalam Pendidikan
Kewarganegaraan di Sekolah Dasar. Jurnal Sekolah Dasar: Kajian Teori dan
Praktik Pendidikan. Tahun 14 Nomor 1, Mei 2005.
Sapriya. (2005). Model Pembelajaran Partisipatif Berbasis Portofolio dalam Pendidikan
Kewarganegaraan di Sekolah Dasar. Jurnal Sekolah Dasar: Kajian Teori dan
Praktik Pendidikan. Tahun 14 Nomor 1, Mei 2005.
Sjamsuddin, Helius. (1996). Metodologi Sejarah. Jakarta: Depdikbud, Ditjen Dikti, Proyek
Pendidikan Tenaga Akademik.
Skilbeck, M. (1976). ‘School Based Curriculum Development and Teacher Education
Policy’. in Teacher as Innovators. Paris: OECD Publications.
Sockett, H. (1976). Designing the Curriculum. London: Open Books.
Somantri, Nu’man. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Dedi Supriadi &
Rohmat Mulyana (ed). Bandung: PPS-FPIPS UPI dan PT. Remadja Rosda Karya.
Sunal, Cynthia Szymanski and Haas, Mary E. (1993). Social Studies and the Elementary/
Middle School Student, Philadelphia: Harcourt Brace Jovanovich College
Publishers.
Taylor, P.H. (1968). ‘The Contribution of Psychology to the Study of the Curriculum’, in
Kerr, J.F. (ed.). Changing the Curriculum. London: University of London Press.
Turner, Long, Bowes, Lott. (1990). Civics: Citizens in Action. Columbus: Merril Publishing
Company.
Tyler, R.W. (1949). Basic Principles of Curriculum and Instruction. Chicago: Chicago
University Press.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Veldhuis, Ruud. (1998). The Art of Teaching Democracy: the Theory. Journal CIVITAS.
Sept.- Oct. V.2, No.5.
Veldhuis, Ruud. (1998). The Art of Teaching Democracy: the Theory. Journal CIVITAS.
Sept.- Oct. V.2, No.5.
Welton, David A & Mallan, John T. (1988) Children and Their World, Strategies for Teaching
Social Studies (3rd ed.). Boston, Dallas: Houghton Mifflin Company.
Wikipedia, The Free Encyclopedia. http://www.wikipedia.org.
Winataputra, Udin S. dan Sapriya. (2003). Pengorganisasian Kurikulujm Pendidikan
Kewarganegaraan dan IPS di Sekolah Dasar. Jurnal Sekolah Dasar: Kajian Teori
dan Praktik Pendidikan. Tahun 12 Nomor 2, November 2003.

378 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn]


Tentang Penulis

SAPRIYA adalah Guru Besar pada Jurusan Pendidikan


Kewarganegaraan (PKn) Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial (FPIPS) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Bandung.
Lahir di Sumedang, Jawa Barat, pada tanggal 20 Agustus 1963.
Menyelesaikan pendidikan Sarjana (S1/Drs.) di Jurusan PKn dan
Hukum FPIPS IKIP Bandung tahun 1987; dan pendidikan S-2,
Master of Education (M.Ed.), di School of Education, La Trobe
University, Melbourne Australia dalam bidang Social Studies
tahun 1996. Pendidikan Doktor (S3) dalam bidang Pendidikan
IPS SPs UPI dengan menulis disertasi Perspektif Pemikiran Pakar
Tentang PKn Dalam Pembangunan Karakter Bangsa tahun 2007.
Pendidikan tambahan antara lain dalam Political and Constitutional Theory for Citizens:
A We the People… National Academy di Loyola Marymount University, LA, California
USA tahun 2001. Guru Besar dalam bidang Pendidikan Kewarganegaraan diperoleh
pada tahun 2010. Mengajar di Jenjang S1 Jurusan/Prodi PKn, PIPS, dan PGSD; Jenjang
S2 Program Studi PKn, PIPS dan Pendidikan Dasar; dan Jenjang S3 Program Studi PKn
UPI. Selain mengajar, ia pun pernah menjadi Ketua Jurusan PKn selama dua kali periode
(2000-2003 dan 2003-2007), sebagai asesor Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi
(BAN-PT) sejak tahun 2002 sampai sekarang; Pengembang SKGK D-II dan S1 PGSD (Dikti
2002 dan 2006), Pengembang KBK S1 PGSD (Dikti 2006); Pengembang Standar Minimal
Laboratorium PGSD (Dikti 2005); Pengembang Instrumen Sertifikasi Guru IPS dan PKn
SD (Dikti 2005-2006); Pengembang program Hibah Kemitraan LPTK (Dikti 2006-2007);
Pengembang Video Keterampilan Dasar Mengajar PGSD (Dikti 2006-2007); Pengembang
Standar Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian (BSNP
2006-2007); Pengembang Standar Tenaga Pendidik IPS dan PKn SD (BSNP 2006); Penilai
Buku Mata Pelajaran PKn SD dan SMP dan buku Non-Teks (BSNP-Pusbuk, 2006-2009);
asesor Sertifikasi Guru Dalam Jabatan (2007 s.d. sekarang); dan Ketua prodi Pendidikan
Kewarganegaraan jenjang Magister (S2) dan Doktor (S3) Sekolah Pascasarjana UPI (2011-
1012) . Buku yang pernah ditulis antara lain, Studi Sosial: Konsep dan Model Pembelajaran
(2002); Pendidikan Kewarganegaraan (2003); Konsep Dasar PKn (2008); Konsep Dasar
IPS (2008); Pendidikan IPS: Konsep dan Pembelajaran (2007 & 2009); sejumlah Modul
yang diterbitkan Universitas Terbuka dan Modul PIPS untuk Program Dual Mode
Universitas Pendidikan Indonesia; Memahami Hukum Internasional Dalam Teori dan
Praktek untuk Pembelajaran (2010), Landasan dan Teori Pendidikan Kewarganegaraan,
penerbit Alfabeta, 2011; dan Indonesia Dalam Hubungan Internasional (2012).

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [PKn] 379

Anda mungkin juga menyukai