Anda di halaman 1dari 5

Sembahyang Rumputan (Puisi Wajib)

Walau Kau Bungkam Suara Azan

Walau Kau Gusur Rumah-Rumah Tuhan

Aku Rumputan

Takkan Berhenti Sembahyang

: Inna Shalaati Wa Nusuki

Wa Mahyaaya Wa Mamaati

Lillahi Rabbil ‘Alamin

Topan Menyapu Luas Padang

Tubuhku Bergoyang-Goyang

Tapi Tetap Teguh Dalam Sembahyang

Akarku Yang Mengurat Di Bumi

Tak Berhenti Mengucap Shalawat Nabi

Sembahyangku Sembahyang Rumputan

Sembahyang Penyerahan Jiwa Dan Badan

Yang Rindu Berbaring Di Pangkuan Tuhan

Sembahyangku Sembahyang Rumputan

Sembahyang Penyerahan Habis-Habisan

Walau Kau Tebang Aku

Akan Tumbuh Sebagai Rumput Baru

Walau Kaubakar Daun-Daunku

Akan Bersemi Melebihi Dulu

Aku Rumputan

Kekasih Tuhan
Di Kota-Kota Disingkirkan

Alam Memeliharaku Subur Di Hutan

Aku Rumputan

Tak Pernah Lupa Sembahyang

: Sesungguhnya Shalatku Dan Ibadahku

Hidupku Dan Matiku Hanyalah

Bagi Allah Tuhan Sekalian Alam

Pada Kambing Dan Kerbau

Daun-Daun Hijau Kupersembahkan

Pada Tanah Akar Kupertahankan

Agar Tak Kehilangan Asal Keberadaan

Di Bumi Terendah Aku Berada

Tapi Zikirku Menggema

Menggetarkan Jagat Raya

: La Ilaaha Illallah

Muhammadar Rasulullah

Aku Rumputan

Kekasih Tuhan

Seluruh Gerakku

Adalah Sembahyang

1992

NYANYIAN TANAH AIR


Gunung-gunung perkasa, lembah-lembah yang akan tinggal

menganga

dalam hatiku. Tanah airku, saya mengembara dalam bus

dalam kereta api yang bernyanyi. Tak habis-habisnya hasrat

menyanjung dan memuja engkau dalam laguku.

Bumi yang tahan dalam derita, sukmamu tinggal terpendam

bawah puing-puing, bawah darah kering di luka,

pada denyut daging muda

Damaikan kiranya anak-anakmu yang dendam dan sakit hati,

ya Ibu yang parah dalam duka-kasihku!

Kutatap setiap mata di stasiun, pada jendela-jendela terbuka

kucari fajar semangat yang pijar bernyala-nyala

surya esok hari, matahari sawah dan sungai kami

di langit yang bebas terbuka, langit burung-burung merpati

1963
Puisi Padamu Jua – Amir Hamzah
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku padamu
Seperti dahulu
Kaulah kendi kemerlap
Pelita jendela dimalam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia, selalu
Satu kasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa
Dimana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas
Nanar aku, gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa darah dibalik tirai
Kasihku sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu—bukan giliranku
Mati hari—bukan kawanku

Anda mungkin juga menyukai