Anda di halaman 1dari 6

CABANG SENI BACA PUISI

AKSIOMA TINGKAT KABUAPTEN TAHUN 2022

A. Batasan Pengertian
Lomba puisi merupakan sebuah wadah kegiatan kompetitif berapresiasi sastra dengan gaya,suara dan
kebebasan dalam membawakannya.
B. Ketentuan Teknis
1. Peserta terdiri dari 1 (satu) putera dan 1 (satu) puteri jenjang MI perwakilan kecamatan
3. Pemanggilan peserta sesuai nomor undian;
4. Nomor undian peserta dikenakan pada dada sebelah kiri;
5. Pemanggilan peserta dilaksanakan maksimal 3 kali, apabila 3 kali pemanggilan berturut-turut tidak
hadir maka peserta tersebut akan tampil diakhir pelombaan
6.Tanpa mengucapkan salam dan tidak diperkenankan memperkenalkan asal sekolah ataupun
kecamatannya
7. Durasi lomba maksimal 10 menit;
8. Peserta menggunakan seragam sekolah,tidak diperkenankan memakai kostum dan atribut lainnya
9. Tim juri menentukan Juara I, II, III (putera) dan Juara I, II, III (puteri) Apabila terjadi nilai yang
sarna, maka Tim Juri akan menentukan pemenang berdasarkan nilai tertinggi dalam penguasaan
suara/vocal;
10. Keputusan dewan juri akan hasil lomba bersifat mutlak tidak dapat diganggu gugat
C. Persyaratan teknis
1. Setiap peserta membaca satu puisi Wajib dan salah satu puisi yang menjadi pilihannya, yaitu:
a.Wajib
Judul Puisi “Dalam Do’a ku” Karya Sapardi Djoko Damono
b.Pilihan
-Taubat Karya Hamka
-Sembahyang Rumputan Karya Ahmadun Yosi Herfanda
-Membaca Tanda-Tanda Karya Ismail Marjuki
-Gadis Peminta-Minta karya Toto Sudarto Bachtiar
2. Pembacaan puisi disampaikan diatas panggung (membawa teks)
3.Lomba adalah baca puisi bukan Deklamasi
4. Pembacaan puisi tanpa memakai alat pengeras suara.
D. Kriteria penilaian:
1. Ekspresi, Penghayatan,
2. Teknik vocal (suara,intonasi,aksentuasi,artikulasi)
3. Gaya /penampilan

E.Lampiran Puisi
I.Puisi Wajib :
DALAM DO’A KU
( KARYA ; SAPARDI JOKO DAMONO )

Dalam do’aku subuh ini


Kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata
Yang meluas bening siap menerima cahaya pertama
Yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara

Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala


Dalam do’aku kau menjelma pucuk-pucuk cemara
Yang hijau senantiasa
Yang Tak henti-hentinya (2x)
Mengajukan pertanyaan muskil
Kepada angin yang mendesau entah dari mana

Dalam do’aku sore ini


Kau menjelma seekor burung gereja
Yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis
Yang hinggap diranting gugurkan bulu bunga jambu
Yang tiba-tiba gelisah dan terbang lalu hinggap
Di dahan mangga itu

Maghrib ini dalam do’aku


Kau menjelma angin yang turun sangat perlahan dari nun di sana
Bersijingkat di jalan kecil itu,menyusut di celah-celah jendela dan pintu
Dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut,dahi,dan bulu -bulu mataku

Dalam do’a malamku kau menjelma denyut jantungku


Yang dengan sabar bersitahan,terhadap rasa sakit yang entah batasnya.
Yang setia mengusut rahasia demi rahasia,yang tak putus-putusnya bernyanyi
Bagi kehidupanku.

Aku mencintaimu,
Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendo’akan
keselamatanmu
II.Puisi Pilihan:

1.MEMBACA TANDA-TANDA
( karya ; Taufik Ismail )

Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan


Dan meluncur lewat sela jari-jari tanganku
Ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas
Tapi,kini kita mulai merindukannya
Kita saksikan udara abu-abu warnanya
Kita saksikan air danau yang semakin surut tampaknya
Burung-burung tak lagi berkicau di pagi hari
Hutan kehilangan ranting
Ranting kehilangan daun
Daun kehilangan dahan
Dahan kehilangan hutan

Kita saksikan zat asam didesak asam arang


Dan karbondioksida menggilas paru-paru
Kita saksikan gunung memompa abu
Abu membawa batu
Batu membawa lindu
Lindu membawa longsor
Longsor membawa air
Air membawa banjir
Banjir membawa air
AIR MATA

Kita saksikan seribu tanda-tanda


Bisakah kita membaca tanda-tanda

Allah.....
Kami telah dilanda gempa
Kami telah disapu banjir
Kami telah dihalau api dan hama
Kami telah dihujani abu dan batu

Allah.....
Ampuni dosa-dosa kami
Berikan kami kearifan membaca seribu tanda-tanda
Ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas
Tapi,kita mulai merindukannya
2. SEMBAHYANG RUMPUTAN
(KARYA :AHMADUN YOSI HERFANDA)

Walau Kau Bungkam Suara Azan


Walau Kau Gusur Rumah-Rumah Tuhan
Aku Rumputan
Takkan Berhenti Sembahyang
Inna Sholaati Wanusuki
Wa Mahyaaya Wa Mamaati
Lillahi Robbil A’alamiin

Topan Menyapu Luas Padang


Tubuhku Bergoyang-Goyang
Tapi Tetap Teguh Dalam Sembahyang
Akarku Yang Mengurat Di Bumi
Tak Berhenti Mengucap Sholawat Nabi

Sembahyangku Sembahyang Rumputan


Sembahyang Penyerahan Jiwa Dan Badan
Yang Rindu Berbaring Dipangkuan Tuhan
Sembahyangku Sembahyang Rumputan
Sembahyang Penyerahan Habis-Habisan

Walau Kau Tebang Aku


Akan Tumbuh Sebagai Rumput Baru
Walau Kau Bakar Daun – Daunku
Akan Bersemi Melebihi Dulu

Aku Rumputan
Kekasih Tuhan
Di Kota-Kota Disingkirkan
Alam Memeliharaku Subur Di Hutan

Aku Rumputan
Tak Pernah Lupa Sembahyang
Sesungguhnya Sholatku Dan Ibadahku
Hidupku Dan Matiku Hanyalah Bagi Allah Sekalian Alam

Pada Kambing Dan Kerbau


Daun-Daun Hijau Ku Persembahkan
Pada Tanah Akar Ku Persembahkan
Agar Tak Kehilangan Asal Keberadaan
Di Bumi Terendah Aku Berada
Tapi Zikirku Menggema
Menggetarkan Jagat Raya
La Ilaaha Illalloh
Muhammadar Rosululloh

Aku Rumputan
Kekasih Tuhan
Seluruh Gerakku
Adalah Sembahyang
3. GADIS PEMINTA-MINTA
( TOTO SUDARTO BACHTIAR )

Setiap Kami Bertemu,Gadis Kecil Berkaleng Kecil


Senyummu Terlalu Kekal Untuk Kenal Luka
Tengadah Padaku,Pada Bulan Merah Jambu
Tapi Kotaku Jadi Hilang,Tanpa Jiwa.

Ingin Aku Ikut,Gadis Kecil Berkaleng Kecil


Pulang Kebawah Jembatan Yang Melulur Sosok
Hidup Dari Kehidupan Angan-Angan Yang Gemerlapan
Gembira Dari Kemayang Riang.

Duniamu Yang Lebih Tinggi Dari Menara Katerdral


Melintas-Lintas Di Atas Air Kotor,Tapi Yang Begitu Kau Hapal
Jiwa Begitu Murni,Terlalu Murni
Untuk Bisa Membagi Duka Ku.

Kalau Kau Mati,Gadis Kecil Berkaleng Kecil


Buah Di Atas Itu,Tak Ada Yang Punya
Dan Kota Ku,Ah Kota Ku
Hidupnya Tak Lagi Punya Tanda
4.TAUBAT
(KARYA :HAMKA )
Dihamparan kain yang lusuh..
Jiwa tertunduk dan bersimpuh..
Memohon ampun..

Dari yang maha pengampun...


Dari segala dosa-dosa..
Yang mencemari raga
Yang semakin....renta....

Kami.....
Hanyalah setitik debu yang hina....
Yang rapuh dan tak lupa...
Dari hilap serta dosa...

Tersadar didalam gelisah....


Setelah begitu jauh melangkah....
Setelah begitu jauh melangkah....
Setelah terlalu lama melangkah....
Akan kenikmatan nafsu dunia..
Fatamorgana......

Mungkinkah.....
Kan mengelupas dari tubuh...
Kotoran-kotoran yang telah menjadi dari daging menjadi satu
Kami....tahu...
Tubuh yang telah terbalut dosa...
Takkan bisa disucikan walau dengan seluas samudra

Ya ......Allah......
Apapun kehendakmu....... aku ikhlas

Biarkan air mata ini menetes


Bukan karena iar mata menderita
Biarkan air mata ini mengalir
Karena air mata bahagia

Disisa-sisa akhir nafas...


Berilah yang terbaik...

Kami....yakin.....engkau maha segalanya...


Kan terima taubat kami
Sebelum nyawa terlepas.... dari ...raga...

Anda mungkin juga menyukai