Anda di halaman 1dari 17

TUGAS ORTHOPEDI

TINDAKAN PEMBEDAHAN ORIF DAN OREF, PERJALANAN NERVUS


RADIALIS DAN PEMBACAAN RONTGEN PADA TULANG

Oleh:

Irma Dewayanti G99172092


Wildan Satrio W G99181065
Theodore Amadeo N G991902056

Pembimbing:
dr. Udi Herunefi, Sp. B, Sp. OT

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2019
Pertanyaan:

1. Apakah indikasi dilakukan tindakan pembedahan ORIF dan OREF?


2. Bagaimana perjalanan nervus radialis?
3. Bagaimana foto rontgen dikatakan layak baca dalam orthopaedi?
ORIF

Pengertian ORIF

Pasien yang memiliki masalah di bagian muskuloskeletal memerlukan


tindakan pembedahan yang bertujuan untuk memperbaiki fungsi dengan
mengembalikan gerakan, stabilisasi, mengurangi nyeri, dan mencegah bertambah
parahnya gangguan musculoskeletal. Salah satu prosedur pembedahan yang sering
dilakukan yaitu dengan fiksasi interna atau disebut juga dengan pembedahan
ORIF (Open Reduction Internal Fixation).

Open Reduction Internal Fixation (ORIF) adalah suatu jenis operasi


dengan pemasangan internal fiksasi yang dilakukan ketika fraktur tersebut tidak
dapat direduksi secara cukup dengan close reduction, untuk mempertahankan
posisi yang tepat pada fragmen. Fungsi ORIF untuk mempertahankan posisi
fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak mengalami pergerakan. Internal
fiksasi ini berupa intra medullary nail, biasanya digunakan untuk fraktur tulang
panjang dengan tipe fraktur transvers.

Open Reduction Internal Fixation (ORIF) adalah sebuah prosedur bedah


medis, yang tindakannya mengacu pada operasi terbuka untuk mengatur tulang,
seperti yang diperlukan untuk beberapa patah tulang, fiksasi internal mengacu
pada fiksasi sekrup dan piring untuk mengaktifkan atau memfasilitasi
penyembuhan.

Ada beberapa tujuan dilakukannya pembedahan Orif, antara lain:

1. Memperbaiki fungsi dengan mengembalikan gerakan dan stabilitas 


2. Mengurangi nyeri. 


3. Pasien dapat melakukan activity daily living dengan bantuan yang minimal dan
dalam lingkup keterbatasan klien. 


4. Sirkulasi yang adekuat dipertahankan pada ekstremitas yang terkena 


5. Tidak ada kerusakan kulit 



Indikasi tindakan pembedahan ORIF

1. Fraktur yang tidak stabil dan jenis fraktur yang apabila ditangani dengan

 metode terapi lain, terbukti tidak memberi hasil yang memuaskan. 


2. Fraktur leher femoralis, fraktur lengan bawah distal, dan fraktur 
 intraartikular
disertai pergeseran. 


3. Fraktur avulsi mayor yang disertai oleh gangguan signifikan pada 
 struktur
otot tendon 


Kontraindikasi tindakan pembedahan ORIF:

1. Tulang osteoporotik terlalu rapuh menerima implan 


2. Jaringan lunak diatasnya berkualitas buruk 


3. Terdapat infeksi 


4. Adanya fraktur comminuted yang parah yang menghambat rekonstruksi. 


5. Pasien dengan penurunan kesadaran 


6. Pasien dengan fraktur yang parah dan belum ada penyatuan tulang 


7. Pasien yang mengalami kelemahan (malaise) 


Keuntungan dilakukan tindakan pembedahan ORIF:


1. Mobilisasi dini tanpa fiksasi luar.

2. Ketelitian dalam mereposisi fragmen-fragmen fraktur. 


3. Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf di sekitarnya. 



4. Stabilitas fiksasi yang cukup memadai dapat dicapai 


5. Perawatan di RS yang relatif singkat pada kasus tanpa komplikasi. 


6. Potensi untuk mempertahankan fungsi sendi yang mendekati normal serta



 kekuatan otot selama perawatan fraktur. 

OREF

Pengertian OREF
OREF (Open Reduction External Fixation) adalah reduksi terbuka dengan
fiksasi external di mana prinsipnya tulang ditransfiksasikan di atas dan di bawah
fraktur , sekrup atau kawat ditransfiksi di bagian proksimal dan distal kemudian
dihubungkan satu sama lain dengan suatu batang lain.
Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati fraktur terbuka dengan
kerusakan jaringan lunak . Alat ini memberikan dukungan yang stabil untuk
fraktur kominutif ( hancur atau remuk ) . Pin yang telah terpasang dijaga agar
tetap terjaga posisinya , kemudian dikaitkan pada kerangkanya. Fiksasi ini
memberikan rasa nyaman bagi pasien yang mengalami kerusakan fragmen
tulang.
Indikasi OREF
- Fraktur terbuka grade II dan III
- Fraktur terbuka yang disertai hilangnya jaringan atau tulang
yang parah.
- Fraktur yang sangat kominutif ( remuk ) dan tidak stabil.
- Fraktur yang disertai dengan kerusakan pembuluh darah dan
saraf.
- Fraktur pelvis yang tidak bisa diatasi dengan cara lain.
- Fraktur yang terinfeksi dimana fiksasi internal mungkin tidak
cocok. Misal : infeksi pseudoartrosis ( sendi palsu ).
- Non union yang memerlukan kompresi dan perpanjangan.
Keuntungan OREF
Fiksator ini memberikan kenyamanan bagi pasien ,
mobilisasi awal dan latihan awal untuk sendi di sekitarnya
sehingga komplikasi karena disuse dan imobilisasi dapat
diminimalkan

Kerugian OREF
- Infeksi di tempat pen ( osteomyelitis ).
- Kekakuan pembuluh darah dan saraf.
- Kerusakan periostium yang parah sehingga terjadi delayed
union atau non union .
- Emboli lemak.
- Overdistraksi fragmen.

Perjalanan Nervus Radialis dan hubungan klinisnya dengan Fraktur Os Humerus.

Fasciculus Posterior
Fasciculus posterior akan bercabang menjadi nervus axillaris dan nervus radialis.
Gambar 1. Percabangan Plexus Brachialis menjadi Fasciculus Lateralis, Posterior,
dan Medialis.

1. Nervus Axillaris (C5-C6).


Berjalan agak jauh di dalam daerah axilla dan menyilang capsula dari articulus
glenohumerus berputar mengelilingi collum os humerus. Saraf ini melewati sisi
lateral dari celah di axilla dan terbentang di bawah musculus deltoideus pada sisi
anteriornya. Sebelum melewati celah di axilla saraf ini memberikan cabangnya
untuk musculus teres minor yang juga berjalan di sisi lateral dari celah di axilla.
Disini saraf ini bercabang menjadi nervus cutaneus lateralis superior yang mencapai
kulit pada margo posterior dari musculus deltoideus, dimana akan melayani kulit
pada aspek lateral dari bahu dan regio brachium (Kahle & Frotscher, 2003).
Gambar 2. Perjalanan Nervus Axillaris setelah bercabang dari Fasciculus Posterior.

2. Nervus Radialis (C5-C8).


Merupakan saraf utama dari fasciculus posterior yang melayani otot-otot
ekstensor dari regio brachium dan antebrachium. Truncus dari saraf ini terbentang
dari axilla menuju ke sepertiga proksimal dari sulcus biciptalis medialis dan
mengelilingi permukaan dorsal dari os humerus, dimana lokasinya berdekatan
dengan sulcus dari nervus radialis.
Pada sepertiga distal regio brachium, saraf ini berjalan pada bagian fleksor dari
regio brachium diantara musculus brachialis dan brachioradialis.
Pada sulcus nervus radialis, saraf ini sangat mudah mengalami cedera akibat
tekanan atau patah tulang karena posisinya sangat dekat dengan tulang. Saraf ini
kemudian menyilang articulus cubiti pada sisi flexor dan bercabang setinggi caput
os radius menjadi dua yaitu rami superficialis dan rami profundus.
Rami superficialis pada regio antebrachium berlanjut pada sisi medial dari
musculus brachioradialis danberjalan pada sepertiga distal diantara musculus
brachioradialis dan os radius menuju ke sisi ekstensornya untuk mencapai regio
manus.
Rami profundusnya menyilang dan menembus musculus supinator dan
memberikan beberapa cabang muskular, dan berlanjut menjadi nervus interosseii
posterior (Kahle & Frotscher, 2003; Moore et al, 2015).
Untuk regio brachium, nervus radialis memberikan cabangnya yaitu nervus
cutaneus posterior yang melayani kulit pada area ekstensor dari lengan atas, dan
nervus cutaneus lateralis inferior. Pada sepertiga tengah, saraf ini meberikan cabang
rami muscularisnya untuk melayani musculus triceps brachii caput longus, medius,
dan lateral. Cabang untuk musculus triceps caput medialis juga memberikan cabang
untuk musculus anconeus (Greenstain, 2000). Nervus cutaneus posterior di regio
antebrachium melayani kulit pada area ektensor dari regio antebrachium. Setinggi
epicondylus lateralis, rami muscularisnya terbentang ke musculus brachioradialis
dan musculus extensor radialis longus di pergelangan tangan. Truncus dari nervus
ini kemudian bercabang menjadi dua cabang utama di regio antebrachium.
Pada dorsum manus bercabang menjadi rami superficialis dan nervus digitalis
dorsalis. Saraf ini memberikan serat-serat saraf sensoris pada sisi radial dari dorsum
manus, bagian ekstensor dari dari pollux, phalangis proximal dari digiti II dan III,
dan setengah sisi radial dari digiti IV (Greenstain, 2000).
Gambar 3. Perjalanan Nervus Radialis dan Innervasinya di Regio Brachium,
dan Antebrachium.
Rami profundus memberikan cabang muskular pada musculus extensor carpi
radialis brevis di pergelangan tangan dan musculus supinator saat melewati otot ini.
Setelah itu memberikan cabang muskular untuk otot-otot ekstensor dari manus
sampai musculus extensor digitorum, extensor digiti minimi, extensor carpi ulnaris,
abductor pollicis longus, dan extensor pollicis brevis. Terakhir bercabang menjadi
nervus interosseous posterior yang melayani musculus extensor pollicis longus, dan
extensor indicis.

Gambar 5. Nervus Radialis dan Innervasinya di Regio Antebrachium dan Manus.

Implikasi Klinis: Lesi-lesi Nervus Radialis

1. Lesi Proksimal di Regio Axillaris

Dahulu disebabkan oleh tongkat penopang ketiak (crutches), namun saat ini tipe
trauma ini muncul akibat posisi di OR yang kurang tepat. Gejala lain yang
berhubungan dengan kerusakan pada area Corpus humeri adalah gangguan M.
Triceps dengan penurunan kemampuan siku untuk ekstensi yang terutama muncul
pada lesi proksimal. Hal ini juga mempengaruhi reflex tendo triceps dan
menyebabkan hilang sensasi pada bagian belakang lengan atas.

2. Lesi Intermediate di Regio Corpus humeri

Disebabkan oleh fraktur Corpus humeri atau crush injuries pada Humerus. Pada
regio siku, dislokasi Radius, atau fraktur proksimal dapat menyebabkan lesi
intermediate dan kompresi oleh arcade of FROSHE. Lesi di Regio Corpus humeri
mengakibatkan wrist drop akibat gangguan semua otot ekstensor lengan bawah
termasuk kelompok radial, dan gangguan ekstensi jari dan ibu jari serta supinasi
lengan yang ekstensi. Selain itu, deficit sensorik dapat terjadi di sisi belakang
lengan bawah, pada ruang interdigitalis pertama (region otonomik) dan di bagian
belakang dua setengah jari sisi radial. Jika hanya R. profundus yang tertekan saat
melewati M. Supinator, tidak terdapat deficit sensorik dan kekurangan inervasi
pergelangan tangan tidak ditemui. Pergelangan tangan yang jatuh atau wrist drop
tidak terjadi karena otot yang terganggu hanya otot ekstensor jari, sedangkan Mm.
extensores carpi radiales sebagai bagian kelompok otot radial yang intak dapat
menstabilisasi pergelangan tangan. Akibat insufisiensi aktif otot-otot fleksor tidak
terkompensasi oleh ekstensi pergelangan tangan, penutupan kepalan tangan yang
kuat tidak dapat dilakukan.

3. Lesi Distal R. Superfisialis pada Regio Pergelangan Tangan

Akibat fraktur radius distal (fraktur paling sering pada manusia): deficit
sensorik terbatas pada ruang interdigitalis pertama dan bagian belakang 2 setengah
jari sisi radial. Tidak ditemukan deficit motorik.
Radiologi pada tulang

Pemerikssaan Radiologi merupakan salah satu pemeriksaan penunjang


yang sangat dibutuhkan untuk penegakkan diagnosis pada kasus orthopedi,
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan pada foto x – ray tulang adalah:
1. Lokasi dan morfologi fraktur
2. Adanya garis fraktur sekunder yang dapat menjadi displaced selama operasi
3. Adanya comminutif menunjukkan gaya penyebab fraktur yang besar
4. Jarak fragmen tulang dari lokasi normal. Hal ini menunjukkan keadaan jaringan
lunak
5. Kondisi tulang. Dilihat adanya osteopenia, metastasis, atau adanya fraktur
sebelumnya
6. Adanya osteoarthritis
7. Adanya gas pada jaringan menunjukkan fraktur terbuka atau gas
gangrene, fasciitis nekrotik dan infeksi anaerob yang lain Jika secara klinis
didapatkan cedera vascular maka diperlukan pemeriksaan arteriografi

Pemeriksaan Rontgen” Tulang dapat memberi informasi :

1. Lesi tulang & jaringan Lunak sekitarnya

2. Adanya fraktur/ancaman fraktur patologis

3. Asal/Sifat suatu lesi(jinak/ganas)

4. Sebagai guide untuk biopsi

5. Follow Up perjalanan penyakit

Hal hal yang akan terlihat pada x ray adalah

1. adequency: pada radiografi muskuloskeletal yang adekuat, dapat di bedakan


korteks, dan medula tulang, terlihat trabekula, dan jaringan lunak
2. aligenment: di nilai kesegarisan antara tulang satu dengan yang lain pada
persendian
3. Bones: dinilai bentuk, ukuran, batass, kontur dan densitas tulang
4. cartilage: dinilai tulang rawan dan persendian
5. soft tissues: di periksa adanya benda asing, pembengkakan, klasifikasi,
penulangan

Teknik pemotretan bila secara klinis di duga adanya fraktur harus di buar
2 foto, yaitu Anterior pasterior dan lateral (AP/LAT) bila tidak mungkin misalnya
keadaan umum pasien tidak mengizinkan maka di buat 2 proyeksi tegak lurus satu
sama lain. persendian proksimal dan distal harus tampak pada foto Interpretasi
foto X-Ray Periksa adanya benda asing posisi fraktur, Sebatang tulang panjang
terbagi menjadi 3 bagian, (bayangkan tulang panjang di bagi 3 bagian) yaitu :
1) 1/3 Proximal (1/3 bagian atas)
2) 1/3 Medial (1/3 bagian tengah)
3) 1/3 Distal (1/3 bagian bawah)
pada kasus fraktur, hal yang perlu di deskripsikan adalah: EFER
Enveronment(berdasarkan adanya luka/kontak dengan lingkungan):
1) Fraktur Terbuka: Bila terdapat luka dimana fragmen tulang mendesak ke
otot dan kulit sehingga adanya hubungan dengan dunia luar
2) Fraktur Tertutup: Dimana fraktur tidak disertai dengan adanya robekan
jaringan kulit sehingga ujung – ujung fragmen yang patah tidak langsung
berhubungan dengan dunia luar.

Fracture line(bentuk garis fatahannya):

1) Fraktur Transversal, fraktur yang memotong lurus pada tulang.


2) Greenstik, fraktur dimana satu sisi tulang retak dan sisi lainnya bengkok.
3) Fraktur Spiral, fraktur yang berputar mengelilingi tungkai tulang.
4) Fraktur Obliq / miring, fraktur yang arahnya membentuk sudut melintasi
tulang.
5) Fraktur Segmental, fraktur dimana tulang terpecah menjadi beberapa bagian.
6) Fraktur Depresi, fraktur yang terjadi pada sebagian atau beberapa bagian
tulang
yang tidak dapat digerakan (banyak dijumpai pada tulang tengkorak dan tulang
muka).
7) Fraktur Kompresi, fraktur dimana permukaan tulang terdorong kearah
permukaan tulang lain.
8) Fraktur Avulsi, fragmen tulang tertarik oleh ligamen.
9) Fraktur Dislokasi, fraktur dengan komplikasi keluarnya atau terlepasnya
tulang dari sendi.

Gambar fr. Transfersal, oblique dan komunitif

Extend(luas frakture)
1) Fraktur In-komplit, meliputi hanya sebagian retakan pada sebelah sisi
tilang,
sebagian lagi biasanya hanya retak.
2) Fraktur Komplit, garis fraktur menyilang atau memotong seluruh tulang
dan
fragmen – fragmen tulangnya biasanya tergeser.

Relationship(hubungan) bergeser atau tidak: kalau bergeser displaced, kalau tidak


bergeser non displaced

Anda mungkin juga menyukai