Dosen Pengampu:
Condro Endang Werdaningsih., M. Pd.
Disusun Oleh :
1. Laura Renata (201413500578)
2. Tri Sulistiyo (201413500581)
3. Siti Khomariah (201413500584)
4. Valentina Permatasari (201413500593)
5. Asti Oktavia Muafiddin (201413500593)
6. Kurnia Khaerul Nisa (201413500601)
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun
dapat menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Analisa
Real.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca, terkhusus pada seluruh
mahasiswa aktif yang sedang mempelajari sub bab deret berganti tanda. Dalam
penyajian makalah ini, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing, rekan-rekan dan para
pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan di
masa yang mendatang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
Konsep Deret Berganti Tanda
Deret berganti tanda adalah deret yang suku-sukunya bergantian tanda (positif
dan negatif).
∑ 𝑎𝑛, 𝑎𝑛 = (−1)𝑛 𝑏𝑛
𝑎𝑛 = (−1)𝑛+1 𝑏𝑛 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑛 ≥ 0
(−1)𝑛+2 = (−1)𝑛 (−1)2 = (−1)𝑛
(−1)𝑛−1 = (−1)𝑛+1 (−1)−2 = (−1)𝑛+1
Definisi : misalkan {𝑎𝑛 } adalah barisan bilangan nyata tak negative. Yang
dimaksud dengan deret ganti tanda (alternating series) adalah deret yang
memiliki bentuk umum :
~ ~
∑ 𝑛 = ∑(−1)𝑛 𝑎𝑛 = −𝑎1 + 𝑎2 − 𝑎3 + 𝑎4 − 𝑎5 + ⋯
𝑛→1 𝑛→1
Atau
~ ~
∑ 𝑢𝑛 = ∑(−1)𝑛+1 𝑎𝑛 = 𝑎1 − 𝑎2 + 𝑎3 − 𝑎4 + ⋯
𝑛→1 𝑛→1
Contohnya :
1 1 1 (−1)𝑛 4
1. −2 + 1 − 2 + 4 − 8 + ⋯ + +⋯
2𝑛
1
Deret ini biasa dikenal dengan deret geometrik dengan rasio (𝑟) = − 2
4
, deret ini konvergen ke − . ,
3
2. 1 − 2 + 3 − 4 + 5 − 6 + ⋯ + (−1)𝑛+1 𝑛 + ⋯
1 1 1 (−1)𝑛−1
3. 1 − 3 + 5 − 7 + ⋯ + +⋯
2𝑛−1
Deret ini biasa dikenal dengan deret harmonik berganti tanda
merupakan deret yang konvergen.
1
1 1 1 1 (−1)𝑛−1
4. 1 − 2 + 3 − 4 + 5 − ⋯ + +⋯
𝑛
Deret ini biasa dikenal dengan deret harmonik berganti tanda
merupakan deret yang konvergen.
1
𝑥 √2
= (√2) ∑ ∫ 𝑥 8𝑛−𝑘−1 𝑑𝑥
𝑘
𝑛=0 0
1
𝑥 √2 𝑥
𝑘 𝑘−1
= (√2) ∑ ∫ 𝑥 ∑ 𝑥 8𝑛 𝑑𝑥
𝑛=0 0 𝑛=0
2
1
5
√2 8𝑥 + 4√2𝑥 4 + 8𝑥 3 − 4√2
𝑆=∫ 𝑑𝑥
0 𝑥8 − 1
𝑡 = √2𝑥, 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
1 1
𝑥−
𝑆 = 8∫
√2 √2 𝑑𝑥
2 2
(𝑥 + 1)(𝑥 − √2𝑥 + 1)
0
1
𝑡−1
𝑆 = 16 ∫ 𝑑𝑡
0 (𝑡 2 − 1)(𝑡 − 2𝑡 + 2)
1 1 1
2𝑡 − 2 𝑑𝑡 −2𝑡
= −2 ∫ 2
𝑑𝑡 + 4 ∫ 2
𝑑𝑡 + 2 ∫ 2
𝑑𝑡
0 (𝑡 − 2𝑡 + 2) 0 1 + (𝑡 − 1) 0 (2 − 𝑡 )
𝑡=1
= −2𝑙𝑛(𝑡 2 − 2𝑡 + 2) + 4𝑎𝑟𝑐 tan(𝑡 − 1) + 2 ln(2 − 𝑡 2 ) |
𝑡=0
=𝜋
𝐽𝑎𝑑𝑖 𝑑𝑒𝑟𝑒𝑡
~
1 4 2 1 1
∑ 𝑛
( − − − ) 𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑔𝑒𝑛 𝑘𝑒 𝜋.
16 8𝑛 + 1 8𝑛 + 4 8𝑛 + 5 8𝑛 + 6
𝑛=0
3
Uji Deret Ganti Tanda
Misalkan ∑∞𝑛=1(−1)
𝑛+1
adalah deret ganti tanda dengan 𝑎𝑛 > 𝑎𝑛+1 ≥ 0 untuk
semua bilagan asli.
Contoh:
(−1)𝑛+1
1. Tentukan kekonvergenan deret ∑∞
𝑛=1 !
𝑛
Jawab:
∞ ∞
(−1)𝑛+1 1 1
∑ = ∑(−1)𝑛+1 𝑏𝑛 =
𝑛 𝑛 𝑛
𝑛=1 𝑛=1
1
lim = lim =0
𝑛≥∞ 𝑛≥∞ 𝑛
1 1
𝑏𝑛 = > = 𝑏𝑛+1 𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑔𝑒𝑛.
𝑛 𝑛+1
(−10)𝑛
2. Tentukan kekonvergenan deret ∑∞
𝑛=1 42𝑛+1 (𝑛+1) !
Jawab:
(−10)𝑛
𝑎𝑛 =
42𝑛+1 (𝑛+1)
(−10)𝑛+1 (−10)𝑛+1
𝑎𝑛+1 = 42(𝑚+1)+1 {(𝑛+1)+1} =42𝑛+3 (𝑛+2)
1
lim |𝑎𝑛+1 |
𝑛=∞ 𝑎𝑛
(−10)𝑛+1 42𝑛+1 (𝑛 + 1)
lim | 2𝑛+3 |
𝑛=∞ 4 (𝑛 + 2) (−10)𝑛
(−10)𝑛 + 1
lim | 2 |
𝑛=∞ 4 (𝑛 + 2)
4
10 𝑛+1
lim
16 𝑛=∞ 𝑛 + 2
10
<1
16
jadi deret kekonvergenan mutlak
𝑛2
3. Tentukan kekonvergenan deret ∑∞
𝑛=1 (2𝑛−1)!
Jawab:
(𝑛+1)2 (2𝑛−1)
L= lim [(2(𝑛+1)−1)! ]
𝑛_>∞ 𝑛2
(𝑛+1)2 (2𝑛−1)
= lim [(2𝑛+1)! ]
𝑛_>∞ 𝑛2
(𝑛+2)2 (2𝑛−1)! (𝑛+1)2
=Lim (2𝑛+1)(2𝑛)(2𝑛−1)! = lim (2𝑛+1)(2𝑛)(𝑛2)
𝑛>∞ 𝑛2 𝑛>∞
=0<1
jadi deret konvergen
(−1)𝑛 𝑛2
4. Tentukan kekonvergensi deret: ∑∞
𝑛=1 !
𝑛2 +5
Jawab:
∞ ∞
(−1)𝑛 𝑛2 𝑛2
∑ 2 = ∑(−1)𝑛 2
𝑛 +5 𝑛 +5
𝑛=1 𝑛=1
𝑛2
bn=𝑛2 +5
𝑛2
lim = lim =1≠0
𝑛_>∞ 𝑛_>∞ 𝑛2 + 5
5
Latihan
𝑛
𝑛+1
1. ∑∞
𝑛=1(−1) 3𝑛
𝑛+4
𝑛+1 2
2. ∑∞
𝑛=1(−1) 𝑛 +𝑛
𝑛𝑛
3. ∑∞
𝑛=1(−1)
𝑛+1
𝑛
(−1)𝑛
4. ∑∞
𝑛=1 𝑛2
𝑛+4
5. ∑∞
𝑛=1(−1)
𝑛+1
𝑛2 +𝑛
6
DAFTAR PUSTAKA
http://fitritilawatimatstkip.blogspot.co.id/2011/06/tugas-analisis-real.html
Nurdeni dan Martha Rusmana, Indra. 2017. Pengantar Analisis Real. PT Pustaka
Mandiri:Tangerang.
7
http://fitritilawatimatstkip.blogspot.co.id/2011/06/tugas-analisis-real.html
Ada bermacam- macam deret yang kami temukan, diantaranya deret tak hingga,
deret geometri, deret positif, deret alternative, deret pangkat (kuasa), Deret Taylor
dan Maclaurin.
Deret tak hingga
Deret tak hingga a1+a2+a3+… dapat ditulis sebagai atau . Jumlah parsial ke-n
dari barisan ditulis Sn= a1+a2+a3+…+an = .
Deret tak hingga konvergen dan memmiliki jumlah S apabila barisan jumlah
parsial {Sn} konvergen menuju S. Apabila barisan jumlah parsial {Sn} divergen,
maka deret divergen.
Deret Geometri
Deret geometri memiliki bentuk , dengan a≠ 0.Suatu deret geometri konvergen
dengan jumlah S = a/(1-r) apabila |r|<1 dan divergen apabila r ≥ 1.
1. Teorema A (uji divergensi dengan suku ke-n):
Apabila konvergen maka =0. Sebaliknya, Apabila ≠ 0 atau limitnya tidak ada,
maka divergen.
2. Teorema B (Kelinieran):
Jika dan keduanya konvergen dan c konstan, maka dan juga konvergen dan =c dan
=+.
3. Teorema C:
Jika divergen dan c ≠ 0 maka juga divergen.
4. Teorema D (Pengelompokan):
Suku-suku sebuah deret yang konvergen dapat dikelompokkan dengan cara
sebarang, dan deret yang baru tetap konvergen dan jumlahnya sama dengan
jumlah deret semula.
Deret Positif
Deret positif dan uji-uji konvergensinya. Ada beberapa uji konvergensi untuk
deret suku positif.
1. Teorema A (Uji jumlah terbatas):
Suatu deret yang sukunya tak negatif ad lah konvergen jhj jumlah parsialnya
terbatas ke atas.
2. Teorema B (Uji Integral):
Andaikan f suatu fungsi yang kontinu, positif dan tidak naik pada selang [1, ].
Andaikan an = f(n) untuk semua bilangan asli n. Maka deret tak hingga konvergen
jhj konvergen.
3. Teorema C (Uji banding):
Andaikan untuk n≥N berlaku 0≤an≤bn.
(i). Jika konvergen maka konvergen.
(ii). Jika divergen maka divergen.
4. Teorema D (Uji banding limit):
Andaikan an≥0, bn>0, dan . Apabila 0<l<, maka="" dan="" bersama-=""
sama="" konvergen="" atau="" divergen.="" apabila="" l="0" konvergen.=""
5. Teorema E (Uji hasil bagi):
Andaikan sebuah deret suku positif dan andaikan .
(i). Jika <1 deret konvergen
(ii). Jika >1 deret divergen
(iii). Jika =1 pengujian tidak memberikan hasil.
Deret alternatif
Deret alternatif adalah deret yang suku-sukunya berganti-ganti tandanya, yakni
deret yang dapat ditulis dalam bentuk a1-a2+a3-... dengan an > 0 untuk semua n.
Sebagai contoh adalah deret 1-1/2+1/3-1/4+... yang merupakan deret harmonik
yang konvergen.
1. Teorema A (Uji deret alternatif)
Andaikan a1-a2+a3-... suatu deret alternatif dengan an>an+1>0. Apabila =0, maka
deret konvergen. Jika S diaproksimasi dengan jumlah n suku pertama Sn, maka
kesalahannya tidak akan melebihi an+1.
2. Teorema B (Uji kekonvergenan Mutlak).
Apabila konvergen maka juga konvergen (disebut konvergen mutlak).
3. Teorema C (uji pembanding mutlak)
Andaikan sebuah deret yang suku-sukunya tak nol dan andaikan .
(i). Jika < 1, deret konvergen mutlak
(ii). Jika > 1 deret divergen
(iii). Jika = 1, pengujian tidak dapat memberikan kepastian.
4. Teorema D (Penukaran tempat)
Suku-suku suatu deret yang konvergen mutlak dapat diubah-ubah kedudukannya
tanpa mempengaruhi kekonvergenan atau jumlahnya.
Deret pangkat (kuasa)
Ingin diketahui untuk nilai-nilai x yang mana saja deret fungsi konvergen serta ke
fungsi apakah deret tersebut konvergen. Pada khususnya dipelajari untuk deret
pangkat (kuasa) yakni deret berbentuk . Himpunan bilangan riil yang anggota-
anggotanya membentuk sebuah deret kuasa yang konvergen disebut himpunan
kekonvergenan.
1. Teorema A
Himpunan kekonvergenan deret kuasa selalu berbentuk selang (interval) yang
berupa salah satu dari ketiga jenis berikut:
(i). Satu titik x=0
(ii). Selang (-R,R) yang mungkin mencakup salah satu titik ujungnya atau kedua
ujungnya.
(iii). Seluruh himpunan bilangan riil.
2. Teorema B
Deret kuasa konvergen mutlak pada bagian dalam selang kekonvergenannya.
Sebuah deret kuasa berbentuk dinamakan deret kuasa dalam x-a. Himpunan
kekonvergenan deret ini adalah salah satu dari:
(i). Satu titik x=a
(ii). Selang (a-R, a+R) yang mungkin mencakup salah satu titik ujungnya atau
kedua ujungnya.
(iii). Seluruh himpunan bilangan riil.
Operasi-operasi deret kuasa
1. Pendifferensialan dan Pengintegralan suku demi suku
Teorema A
Andaikan S(x)= adalah jumlah sebuah deret kuasa pada sebuah selang I. Maka,
apabila x ada dalam I, berlakulah:
(i). S’(x)=
(ii). =
2. Operasi-operasi aljabar
Teorema B
Andaikan f(x) = dan g(x) = , yang masing-masing konvergen untuk x<|r|. Apabila
pengerjaan penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian dilakukan
terhadap deret-deret itu seakan-akan mereka suku banyak, maka deret yang
diperoleh konvergen untuk |x|
Deret Taylor dan Maclaurin
Jika kita memiliki sebuah fungsi f, apakah fungsi ini dapat digambarkan sebagai
deret kuasa dari x atau x-a? Jika dapat, bagaimana bentuk deretnya?
1. Teorema A (ketunggalan)
Andaikan f memenuhi uraian
f(x) = c0 + c1(x-a) + c2(x-a)2 + c3(x-a)3 + ...
Untuk semua x dalam suatu selang sekitar a, maka cn = .
2. Teorema B (Taylor)
Andaikan f sebuah fungsi yang memiliki turunan dari semua tingkatan dalam
suatu selang (a-r,a+r). Syarat perlu dan cukup agar deret Taylor
F(a)+f’(x-a) + f’’(x-a)2/2! + f’’’(x-a)3/3! + ...
Menggambarkan fungsi f pada selang itu ialah =0, dengan Rn(x) suku sisa dalam
rumus Taylor, yakni Rn(x)=
Dengan c didalam selang (a-r, a+r).