Definisi ASA
American Society of Anesthesiologists (ASA) adalah asosiasi pendidikan,
penelitian, dan ilmiah para dokter yang diorganisasi untuk meningkatkan
standar praktik medis anestesiologi dan untuk meningkatkan perawatan
pasien.
ASA membuat klasifikasi status fisik dari pasien yang akan menjalani
prosedur pembedahan. Tujuan dari sistem ini hanya untuk mengevaluasi
tingkat keparahan penyakit pasien atau keadaan fisik sebelum memilih
anestesi atau sebelum melakukan operasi. Mendeskripsikan status fisik pra
operasi pasien dilakukan sebagai bagian dari rekam medis pasien dan untuk
komunikasi sesama dokter.
Miller K, Aroson WL, McAuliffe MS. 2003. Variability In The American
Society Of Anesthesiologists Physical Status Classification Scale. AANA
Journal;71(4):265-274
2. ASA I
Definisi: Pasien dalam keadaan sehat
Contoh: sehat, tidak merokok, tidak atau mengkonsumsi alkohol secara
minimal
ASA. 2014 ASA Classification. https://www.asahq.org/resources/clinical-
information/asa-physical-status-classification-system. (akses: 7 Mei 2019)
3. ASA II
Definisi: pasien dnegan penyakit sistemik ringan
Contoh: Gangguan sistemik ringan, tanpa batasan aktivitas fungsional. Satu
atau lebih penyakit moderat/sedang hingga penyakit berat. Contohnya
termasuk (namun tidak terbatas pada): DM tidak terkontrol atau hipertensi,
PPOK, obesitas (BMI>40), hepatitis aktif, ketergantungan alkohol, implan alat
pacu jantung, pengurangan fraksi ejeksi, End Stage Renal Disease (ESRD)
yang menjalani hemodialisis secara teratur, sejarah (>3 bulan) dari MI, CVA,
TIA, CAD.
ASA. 2014 ASA Classification. https://www.asahq.org/resources/clinical-
information/asa-physical-status-classification-system. (akses: 7 Mei 2019)
4. Hipertensi menurut JNC 7
Diagnosis hipertensi ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis dan
pemeriksaan fisik. Akan tetapi tidak semua hipertensi menujukkan gejala bahkan
ada yang tanpa gejala. Adapun gejala hipertensi antara lain sakit/nyeri kepala,
gelisah, jantung berdebar-debar, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, dan rasa
sakit di dada. Sedangkan gejala tidak spesifik antara lain tidak nyaman kepala,
mudah lelah, dan impotensi. Diagnosis hipertensi ditegakan bila dari pengukuran
berulang-ulang tersebut diperoleh nilai rata-rata TDD ≥ 90 mmHg dan atau TDS ≥
140 mmHg.
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut The Sevent Joint National
Committee on Prevention Detection Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure (JNC7)3
Klasifikasi TD Sistolik (mmHg) TD Diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi derajat I 140 – 159 90 – 99
Hipertensi derajat II > 160 > 100
Pengaturan Lifestyle
(terus berlangsung sepanjang terapi)
Mengatur tekanan darah sesuai target dan memulai terapi obat sesuai dengan
usia, diabtes, CKD
Populasi Umum Populasi CKD & DM
tanpa CKD & DM
Inisiasi thiazide-type diuretic atau Inisiasi thiazide-type diuretic ACEI atau ARB,
ACEI atau ARB atau CCB, atau CCB, sendiri atau sendiri atau kombinasi
sendiri atau kombinasi kombinasi dengan obat golongan lain
Pilih strategi terapi titrasi obat
A. Dosis maksimum obat pertama sebelum tambahkan obat kedua atau
B. Tambahakan obat kedua sebelum mengunakan obat pertama pada dosis maksimum atau
C. Mulai dengan 2 kelas obat terpisah atau mengunakan kombinasi dosis tetap
Tidak
Memperkuat terapi dan mengatur agar pola lifestyle tetap sesuai
Untuk strategi A dan B tambahakan dan titrasi thiazide-type diuretic atau ACEI atau ARB atau
CCB (gunakan terapi kelas obat yang tidak digunakan sebelumnya dan hidari kombinasi antara
ACEI dan ARB).
Untuk strategi C, dosis dititrasi dan inisiasi medikasi sampai maksimum
Tidak
Tidak
Tidak
Memperkuat terapi dan mengatur agar pola lifestyle tetap sesuai
Tambahkan obat golongan lain ( β-blocker, aldosterone antagonist atau yang lainnya) dan rujuk
pasien ke dokter spesialist atau ahli di bidang hipertensi
6. Komplikasi hipertensi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit
jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit
ginjal. Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem
organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun.
Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yang mungkin
terjadi akibat hipertensi, yaitu:
Sistem organ Komplikasi Komplikasi Hipertensi
Jantung Gagal jantung kongestif
Angina pectoris
Infark miokard
Sistem saraf pusat Ensefalopati hipertensif
Ginjal Gagal ginjal kronis
Mata Retinopati hipertensif
Pembuluh darah perifer Penyakit pembuluh
darah perifer
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata, ginjal,
jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan
sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering
ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak
sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang
dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses
tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara
Gagal jantung kiri terjadi ketika jantung tidak memiliki cukup tenaga atau
tekanan untuk memompa darah kembali ke seluruh tubuh. Keadaan ini disebut
dengan kegagalan sistolik. Kegagalan diastolik terjadi ketika ventrikel kiri
tidak dapat berelaksasi di antara denyut jantung sehingga ventrikel kiri tidak
terisi cukup banyak darah. Baik kegagalan sistolik maupun diastolik
menyebabkan darah yang dipompakan dari jantung menjadi berkurang dan
darah kembali ke dalam paru-paru.
Seperti yang telah dibahas, gagal jantung sisi kiri paling sering disebabkan
oleh penyakit jantung sistemik, hipertensi, penyakit katup aorta dan mitral,
dan penyakit miokardium noniskemik.
saluran cerna bagian atas akibat gangguan motilitas pada pasien diabetes melitus
bahwa diagnosis gastroparesis harus berdasarkan adanya tanda dan gejala yang
pada lambung maupun usus halus. Dengan demikian, gastroparesis diabetik dapat
Sebagian besar pasien mengeluhkan adanya keluhan saluran cerna bagian atas
seperti mual, muntah, kembung, tetapi hubungan antara gejala dengan gangguan
fungsi motorik lemah, dan lebih mengarah pada etiologi yang multifaktorial.
Keluhan rasa penuh dan kembung sering sebagai prediksi adanya keterlambatan
diabetes melitus.
14. Pada neuropati DM, mengapa pemeriksaan dilakukan dari kaki terlebih
dahulu?
17. Kenapa reaksi alergi muncul di tempat yang berlainan dengan wilayah
terpajannya?