Interaksi orang tua dan anak akan dinilai sebagai kualitas yang baik
apabila interaksi yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan anaknya. Orang tua
diharuskan mengerti kebutuhan anaknya dari setiap rincian perilaku yang ada
pada alat penilaian dengan KIPS.
Marilee Comfort et al (2011) menyatakan dalam penelitiannya
bahwa tidak seperti analisis subkelompok pengamatan observasional lainnya,
penilaian terhadap skor KIPS tidak mendeteksi perbedaan yang signifikan
dalam kualitas pengasuhan di antara orang tua Afrika Amerika, putih, dan
orang tua Latino yang diamati selama interaksi dengan anak-anak mereka.
Dalam studi sebelumnya, dengan sampel yang lebih kecil dan lebih beragam
secara ekonomi, bila disesuaikan dengan faktor demografis yang terkait
dengan kemiskinan, tidak didapatkan perbedaan dalam skor KIPS di antara
tiga kelompok ras atau etnis dalam penelitian ini (Comfort , Gordon , &
Naples, 2011).
Setelah dilakukan penilaian dengan budaya orang tua yang berbeda-
beda, mengapa nilai KIPS yang diperoleh tidak ditemukan perbedaan yang
dignifikan diantaranya? KIPS fokus kepada kualitas perilaku pengasuhan,
yang artinya apakah selama sesi bermian perilaku orang tua memenuhi
kebutuhan anaknya atau tidak, dan mengembangkan perkembangan dan
pembelajaran anaknya (Comfort , Gordon , & Naples, 2011).
Rata-rata dari penilaian KIPS pada penelitian didapatkan nilai 2.91,
yang artinya rata-rata orang tua pasien berinteraksi dengan anaknya dengan
kualitas kurang. Nilai kualitas yang rendah ini bisa disebabkan karena
beberapa hal, mengingat KIPS menilai 12 perilaku, ditemukan orang tua yang
kualitanya baik dalam salah satu perilaku, namun juga buruk dalam perilaku
yang lainnya.
Penyebaran nilai rincian perilaku orang tua pasien terhadap anaknya
dapat dilihat dari tabel 10. Dapat dilihat pada kelompok kualitas baik,
prevalensi tertinggi didapat oleh perilaku pengenalan berbahasa yaitu
sebanyak 8 pasien (66.7%). Selanjutnya pada kelompok kualitas kurang,
prevalensi tertinggi didapat oleh perilaku terbuka dengan agenda atau aktivitas
anak yaitu sebanyak 10 pasien (83.3%).
Kualitas baik paling tinggi dapat dilihat dari perilaku pengenalan
bahasa orang tua pasien kepada anak. Mengingat orang tua disini adalah
pasien dari anak dengan keterlambatan bahasa dan bicara, rata-rata orang tua
telah mempelajari bagaimana cara untuk berbicara dengan anaknya yang baik,
dan interaktif. Hal ini mereka lakukan sebagai bentuk terapi di rumah mereka
masimg-masing.
Hal ini juga didukung oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit Hermina
Bekasi yang telah mengedukasi orang tua pasien untuk mengulang materi
terapi, salah satunya dengan bermain kartu bergambar. Permainan kartu
bergambar adalah permainan dengan kartu yang memiliki gambar tertentu,
anak akan diminta untuk menyebutkan gambar pada kartu tersebut. Untuk
tingkatan awal, anak diberikan gambar banda-benda disekitarnya, dan untuk
tingkatan yang lebih sulit, anak diminta untuk menyebutkan gambar dengan
aktivitas tertentu, dan anak diminta untuk menceritakan pengalamannya
berkaitan dengan gambar tersebut. Permainan ini memperkaya kosa kata anak.
Kualitas kurang paling tinggi dapat dilihat dari perilaku terbuka
dengan agenda atau aktivitas anak. Hal tersebut mengindikasikan kurangnya
keterbukaan orang tua dalam membiarkan anaknya menentukan sendiri
permainan atau aktivitas apa yang ingin dia mainkan. Saat observasi, orang tua
biasa mendominasi waktu bermain dengan permainan bermain kartu walaupun
anak sudah bosan dan ingin bermain permainan yang lain.
Rata-rata orang tua tidak dapat membaca isyarat dari anaknya bahwa
anaknya telah bosan bermain kartu, dan ingin bermmain dengan alat
permainan yang lain. Contohnya seperti saat anak ingin bermain kereta-
keretaan dengan baloknya, orang tua terus menanyakan “ini apa?” sambil
mengarahkan kartu ke depan muka anaknya.
Kualitas yang rendah dalam kategori prilaku terbuka dengan agenda
atau aktivitas anak dapat mempengaruhi beberapa hal. Yang pertama, anak
akan kehilangan ketertarikannya untuk terus bermain dengan orang tuanya,
dengan kata lain anak akan bermain dengan mainannya sendiri, dan menjawab
pertanyaan orang tuanya dengan seadanya. Orang tua yang tidak peka akan
terus bertanya tanpa memperhatikan kebutuhan anaknya. Hal ini akan
mengurangi nilai pada perilaku sensitivitas terhadap respon, keterlibatan
didalam aktivitas anak dan strategi adaptasi kepada anak.
Berikutnya, anak juga akan merasa dan tidak nyaman dan mulai rewel.
Bagi orang tua yang tidak paham dengan hal ini, akan mengurangi nilai pada
perilaku sensitivitas terhadap respon dan mensuport emosi.
Perilaku terbuka dengan agenda atau aktivitas anak sangatlah penting.
Karena perilaku ini, salah satunya yang akan menjaga anak tetap fokus dalam
waktu bermainnya, dan menjaga anak untuk tetap berinteraksi dengan baik
dengan orang tuanya. Jika perilaku ini dapat diperbaiki, dan interaksi yang
terbentuk antara orang tua dan anak membaik, maka akan meningkatkan
keefektifan terapi di rumah pasien yang dilakukan oleh orang tua sesuai
dengan yang diajarkan terapis.