Penyakit yang tergolong serius ini dapat disembuhkan dan jarang berakibat fatal
jika diobati dengan benar. Langkah pengobatan yang digunakan adalah pemberian
antibiotic yang harus dihabiskan oleh pengidap TB selama jangka waktu tertentu sesuai
resep dokter.
Jenis-jenis antibiotic yang digunakan umumnya adalah isoniazid, rifampicin,
pyrazinamide dan ethambutol. Sama seperti semua obat-obatan lain, antibiotic untuk TB
juga memiliki efek samping, terutama rifampicin, isoniazid, dan ethambuthol.
Rifampicin dapat menrunkan keefektifan alat kontrasepsi yang mengandung hormone.
Sementara ethambutol dapat memengaruhi kondisi penglihatan pengidap dan isoniazid
berpotensi merusak saraf.
Apabila pengidap tidak minum obat sesuai resep dokter atau berhenti
meminumnnya sebelum waktu yang dianjurkan, bakteri TB bisa tidak hilang
sepenuhnya meski pengidap merasa kondisinya sudah membaik. Infeksi TB yang diidap
juga berpotensi menjadi resisten terhadap antibiotic. Jika ini terjadi, TB akan menjadi
lebih berbahaya dan sulit diobati sehingga masa lebih berbahaya dan sulit diobati
sehingga masa penyembuhan pun akan jauh lebih lama.
Pengidap TB dapat menularkan penyakit ini jika belum menjalani pengobatan dalam
jangka waktu yang ditentukan oleh dokter. Apabila pengidap TB, langkah-langkah ini
akan berguna untuk mencegah penyebaran pada keluarga dan orang-orang di sekitar.
a. Tutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa. Bisa juga mengenakan masker.
Apabila menggunakan tisu buanglah segera setelah digunakan.
b. Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan
c. Pastikan rumah penderita memiliki sirkulasi udara yang baik, misalknya sering
membuka pintu dan jendela agar udara segar serta sinar matahari dapat masuk.
d. Tetaplah dirumah dan jangan tidur sekamar dengan orang lain sampai setidaknya
beberapa minggu setelah menjalani pengobatan.
Tanda
Tanda-tanda yang ditemukan pada pemeriksaan fisik tergantung luas dan kelainan
structural paru. Pada lesi minimal, pemeriksaan fisik dapat normal atau dapat ditemukan
tanda konsolidasi paru utamanya apeks paru. Tanda pemeriksaan fisik paru tersebut
dapat berupa: fokal fremitus meningkat, perkusi redup, bunyi nafas bronkovesikuler
atau adanya ronkhi terutama di apeks paru.
Pada lesi luas dapat pula ditemukan tanda-tanda seperti: deviasi trakea ke sisi paru yang
terinfeksi, tanda konsolidasi, suara nafas amporik pada cavitas atau tanda adanya
penebalan pleura.
Gejala
Penderita TB Paru juga akan mengalami berbagai gangguan kesehatan, seperti batuk
berdahak kronis, demam, berkeringat tanpa sebab di malam hari, sesak nafas, nyeri
dada, dan penurunan nafsu makan. Semuanya itu dapat menurunkan produktivitas
penderita bahkan kematian. Pasien TB Paru juga sering dijumpai konjungtiva mata atau
kulit yang pucat karena anemia, badan kurus atau berat badan menurun.