Anda di halaman 1dari 4

Pengobatan penyakit TB Paru

Tujuan pengobatan TB adalah untuk menyembuhkan pasien, mencegah


kematian, mencegah kekambuhan, memutus rantai penularan, dan mencegah terjadinya
resistensi kuman. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap awal (intensif) 2-
3 bulan dan tahap lanjutan 4 atau 7 bulan.

No Jenis Pengobatan Tahap Intensif Tahap Lanjutan


1 Kategori 1 Isoniazid Isoniazid
Rifampisi Rifampisin
Pirazinamid
Etambutol
2 Kategori 2 Isoniazid Isoniazid
Rifampisin Rifampisin
Pirazinamid Etambutol
Etambutol
Streptomisin

Pengobatan terhadap penyakit TB paru, menggunakan 2 macam paket


pengobatan OAT yaitu paket OAT Kombipak dan paket OAT FDC (Fixed Doses
Combination). Tablet OAT KDT terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu
tablet. Dosis yang digunakan disesuaikan dengan berat badan pasien tersebu. Paduan
OAT KDT ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien, sedangkan paket kombipak
adalah obat lepas yang terdiri dari isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan etambutol
yang dikemas dalam bentuk blister. Keuntungan penggunaan OAT KDT yaitu lebih
aman dan mudah pemberiannya, lebih nyaman untuk penderita, lebih sesuai antara dosis
obat dengan berat badan pasien, pengelolaan obat lebih mudah. Pada pemberian OAT
kombipak disediakan untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang mengalami efek
samping dari penggunaan OAT KDT.

Penyakit yang tergolong serius ini dapat disembuhkan dan jarang berakibat fatal
jika diobati dengan benar. Langkah pengobatan yang digunakan adalah pemberian
antibiotic yang harus dihabiskan oleh pengidap TB selama jangka waktu tertentu sesuai
resep dokter.
Jenis-jenis antibiotic yang digunakan umumnya adalah isoniazid, rifampicin,
pyrazinamide dan ethambutol. Sama seperti semua obat-obatan lain, antibiotic untuk TB
juga memiliki efek samping, terutama rifampicin, isoniazid, dan ethambuthol.
Rifampicin dapat menrunkan keefektifan alat kontrasepsi yang mengandung hormone.
Sementara ethambutol dapat memengaruhi kondisi penglihatan pengidap dan isoniazid
berpotensi merusak saraf.

Sejumlah efek samping lain dari obat-obatan TB meliputi mual, muntah,


penurunan nafsu makan, sakit kuning, urine yang berwarna gelap, demam, ruam, serta
gatal-gatal pada kulit.

Masa penyembuhan TB berbeda-beda pada tiap pengidap dan tergantung pada


kondisi kesehatan pengidap serta tingkat keparahan TB yang dialami. Kondisi pengidap
umumnya akan mulai membaik dan TB berhenti menular setelah mengkonsumsi
antibiotic selama 2 minggu. Tetapi untuk memastikan kesembuhan total, pengidap TB
harus menggunakan antibiotic yang diberikan dokter selama 6 bulan.

Apabila pengidap tidak minum obat sesuai resep dokter atau berhenti
meminumnnya sebelum waktu yang dianjurkan, bakteri TB bisa tidak hilang
sepenuhnya meski pengidap merasa kondisinya sudah membaik. Infeksi TB yang diidap
juga berpotensi menjadi resisten terhadap antibiotic. Jika ini terjadi, TB akan menjadi
lebih berbahaya dan sulit diobati sehingga masa lebih berbahaya dan sulit diobati
sehingga masa penyembuhan pun akan jauh lebih lama.

Pencegahan penyakit TB Paru

Langkah utama untuk mencegah TB adalah dengan menerima imuniasasi BCG.


Bisa juga dengan mengenakan masker saat berada di tempat ramai, jika berineraksi
dengan pengidap TB, serta mencuci tangan secara teratur (khususnya pekerja medis).

Pengidap TB dapat menularkan penyakit ini jika belum menjalani pengobatan dalam
jangka waktu yang ditentukan oleh dokter. Apabila pengidap TB, langkah-langkah ini
akan berguna untuk mencegah penyebaran pada keluarga dan orang-orang di sekitar.

a. Tutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa. Bisa juga mengenakan masker.
Apabila menggunakan tisu buanglah segera setelah digunakan.
b. Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan
c. Pastikan rumah penderita memiliki sirkulasi udara yang baik, misalknya sering
membuka pintu dan jendela agar udara segar serta sinar matahari dapat masuk.
d. Tetaplah dirumah dan jangan tidur sekamar dengan orang lain sampai setidaknya
beberapa minggu setelah menjalani pengobatan.

Tanda dan Gejala Penyakit TB Paru

Tanda

Tanda-tanda yang ditemukan pada pemeriksaan fisik tergantung luas dan kelainan
structural paru. Pada lesi minimal, pemeriksaan fisik dapat normal atau dapat ditemukan
tanda konsolidasi paru utamanya apeks paru. Tanda pemeriksaan fisik paru tersebut
dapat berupa: fokal fremitus meningkat, perkusi redup, bunyi nafas bronkovesikuler
atau adanya ronkhi terutama di apeks paru.

Pada lesi luas dapat pula ditemukan tanda-tanda seperti: deviasi trakea ke sisi paru yang
terinfeksi, tanda konsolidasi, suara nafas amporik pada cavitas atau tanda adanya
penebalan pleura.

Gejala

1. Gejala sistemik/ umum


a. Penurunan nafsu makan dan berat badan menurun tanpa sebab
b. Perasaan tidak enak (malaise), lemah
c. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya di rasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam
seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
d. Batuk selama lebih dari 3 minggu
2. Gejala khusus
a. Bila terjadi sumbatan sebagai bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru)
akibat penekan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan
suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak.
b. Jika ada cairan di rongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada
c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya,
pada muara ini akan keluar cairan nanah
d. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak dan disebut
sebagai menginitis, radang selaput otak), gejalnya adalah demam tinggi,
adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

Penderita TB Paru juga akan mengalami berbagai gangguan kesehatan, seperti batuk
berdahak kronis, demam, berkeringat tanpa sebab di malam hari, sesak nafas, nyeri
dada, dan penurunan nafsu makan. Semuanya itu dapat menurunkan produktivitas
penderita bahkan kematian. Pasien TB Paru juga sering dijumpai konjungtiva mata atau
kulit yang pucat karena anemia, badan kurus atau berat badan menurun.

Prananda Monita, dkk. Evaluasi Penggunaan Obat Anti TBC. (Online),


(https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://journal.uin-
alauddin.ac.id, diakses 13 September 2018)

Manalu. Faktor-faktor yang mempengaruhi TB. (Online),


(https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com,
diakses 13 September 2018)

Anda mungkin juga menyukai