Anda di halaman 1dari 15

SURVEY HIDROGRAFI UNTUK MONITORING ALUR PELAYARAN

Written by Nopindra Irawan (pi3n_k3r3n@yahoo.com)


Friday, 21 January 2011 11:09 - Last Updated Tuesday, 29 November 2011 11:35

Alur pelayaran dan rambu rambunya yang ada sekarang ini perlu dilakukan pemantauan dan
pemeliharaan secara rutin untuk menjaga keselamatan dan kelancaran kapal yang melakukan
pelayaran tersebut.  Bahaya terjadinya kecelakaan pada pelayaran memberikan dampak yang
sangat luas, bukan hanya faktor nyawa manusia di kapal yang bersangkutan namun pada kapal
pengangkut bahan-bahan cair lainnya yang mengalami musibah tenggelam dan terbawa arus
laut, sehingga pengotoran/polusi laut akan menyebar luas ketempat lain yang jauh dari tempat
kejadian.

Pemeliharaan alur pelayaran dapat dilakukan dengan melaksanakan survey hydrografi secara
berkala, Dengan alat GPS serta menggunakan metode differensial real time kinematik dapat
membantu kegiatan survey secara cepat dan tepat di bandingkan dengan memakai peralatan
yang konvensional seperti busur sextan, theodolite, dan alat bantu lainnya.  Penggunaan
metode differensial real time kinematik dapat menentukan posisi kapal secara teliti dalam waktu
yang sangat singkat, sekaligus menentukan arah dan kecepatan kapal untuk melakukan
survey.

Dengan memakai cara ini dapat mempersingkat pelaksanaan dan pemrosesan data dengan
tingkat akurasi 1-3 meter, untuk pelaksanaan survey kolam pelabuhan saja dapat diselesaikan
dengan waktu kurang lebih 7 hari sampai 12 hari dengan syarat tidak terjadi gangguan koneksi
alat. Karena metode ini sudah memakai peralatan yang komputerise, sehingga pemrosesan
datanya memiliki waktu yang lebih singkat dari pelaksanaan surveynya, dengan perbandingan
70:30 (70% untuk pelaksanaan survey dan 30% untuk pemrosesan data).  Seiring
perkembangan jaman, metode differensial real time kinematik cukup cepat dan tepat dalam
pelaksanaan survey hydrografi, tetapi untuk ketelitian dapat di tingkatkan dengan menggunakan
metode differensial yang terdapat di GPS. Hasil yang di dapat untuk penggunaan metode ini
memiliki ketelitian 3 – 50cm tergantung dari pemrosesan data akhirnya.

Alur pelayaran mempunyai fungsi untuk memberi jalan kepada kapal untuk memasuki wilayah
pelabuhan dengan aman dan mudah dalam memasuki kolam pelabuhan. Fungsi lain dari alur
pelayaran adalah untuk menghilangkan kesulitan yang akan timbul karena gerakan kapal

1 / 15
SURVEY HIDROGRAFI UNTUK MONITORING ALUR PELAYARAN

Written by Nopindra Irawan (pi3n_k3r3n@yahoo.com)


Friday, 21 January 2011 11:09 - Last Updated Tuesday, 29 November 2011 11:35

kearah atas (minimum ships maneuver activity) dan gangguan alam, maka perlu bagi
perencanaan  untuk memperhatikan keadaan alur pelayaran (ship channel) dan mulut
pelabuhan (port entrance). Alur pelayaran harus memperhatikan besar kapal yang akan dilayani
(panjang, lebar, berat, dan kecepatan kapal), jumlah jalur lalu lintas, bentuk lengkung alur yang
berkaitan dengan besar jari – jari alur tersebut. Karena perbedaan antara perkiraan dan
realisasi sering terjadi, maka penyediaan alur perlu dilakukan untuk mengantisipasi kehadiran
kapal-kapal besar. Suatu penelitian tentang karakteristik alur perlu di evaluasi terhadap
pergerakan trafik yang ada, pengaruh cuaca, operasi dari kapal nelayan, dan karakteristik alur
tersebut. Dengan semakin meningkatnya perekonomian dunia maka penggunaan transportasi
laut semakin padat, khususnya pada daerah sempit, seperti selat dan kanal, ataupun daerah
yang terkonsentrasi seperti pelabuhan dan persilangan lintasan lalu lintas pelayaran yang dapat
menimbulkan resiko tinggi untuk terjadinya kecelakaan pelayaran, baik berupa tabrakan
sesama kapal ataupun bahaya pelayaran lainnya seperti bangkai kapal atau kandas di
kedalaman yang dangkal.

Untuk pemeliharaan alur pelayaran biasanya dilakukan pengerukan secara berkala,


perencanaan pengerukan tersebut memerlukan data-data keadaan permukaan dasar laut untuk
dapat diketahui berapa volume rencana pengerukan. Survey hydrografi sangat penting
peranannya untuk perencanaan pengerukan tersebut, karena hasil survey tersebut berupa
data-data keadaan permukaan dasar laut yang disajikan berupa peta.

Adapun tahap-tahap pelaksanaan survey hydrografi ini adalah

a. Survey pendahuluan

Tahapan survey pendahuluan akan dimulai dengan melakukan orientasi di lokasi survey yang
telah direncanakan serta mengadakan pengamatan terhadap aspek-aspek penting yang
berhubungan dengan pelaksanaan survey. Adapun langkah dalam survey pendahuluan yang
akan dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi tugu/BM (Benchmark) referensi yang akan dipakai acuan dalam pekerjaan
adalah tugu orde 1 atau 2 yang dikeluarkan oleh Bakosurtanal dan BPN.

2. Identifikasi lokasi stasiun pasang surut terdekat ke lokasi survey.

2 / 15
SURVEY HIDROGRAFI UNTUK MONITORING ALUR PELAYARAN

Written by Nopindra Irawan (pi3n_k3r3n@yahoo.com)


Friday, 21 January 2011 11:09 - Last Updated Tuesday, 29 November 2011 11:35

3. Identifikasi dan pemilihan lokasi-lokasi rencana pemasangan tugu (BM) dan stasiun pasut
disekitar lokasi survey.

4. Penentuan lokasi awal dimana pengukuran sounding akan dimulai.

5. Mengisi formulir survey serta membuat deskripsi informasi pencapaian lokasi titik BM dan
stasiun pasut yang ada maupun rencana, serta informasi-informasi lainnya yang dianggap
penting.

b. Penyediaan titik kontrol horizontal

Penentuan jaring kontrol horizontal bertujuan untuk menyediakan titik referensi bagi kegiatan
pekerjaan selajutnya sehingga berada dalam satu sistem koordinat. Agar sistem koordinat ini
terikat pada sistem kerangka dasar nasional maka perlu diikatkan pada titik tetap Bakosurtanal
yang telah menggunakan Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN-95) yang ditetapkan tahun 1996
dan merupakan datum yang mengacu pada datum Internasional WGS-84.

c. Pengamatan pasang surut

Fonomena pasang surut laut didefinisikan sebagai gerakan vertikal dari permukaan laut yang
terjadi secara periodik. Adanya fonomena pasut berakibat kedalaman suatu titik berubah-ubah
setiap waktu. Untuk itu dalam setiap pekerjaan survey hydrografi perlu ditetapkan suatu bidang
acuan kedalaman laut yang disebut Muka Surutan/Chart Datum.

Tujuan dari pengamatan pasut ini selain untuk menentukan muka surutan juga untuk
menentukan koreksi hasil ukuran kedalaman.

3 / 15
SURVEY HIDROGRAFI UNTUK MONITORING ALUR PELAYARAN

Written by Nopindra Irawan (pi3n_k3r3n@yahoo.com)


Friday, 21 January 2011 11:09 - Last Updated Tuesday, 29 November 2011 11:35

Dari gambar di atas diperoleh hubungan sebagai berikut :

rt= (Tt-Ho+Zo)

Dengan :

rt = besarnya reduksi pasut yang diberikan kepada hasil pengukuran kedalaman pada –t

Tt = kedudukan pengukuran laut sebenarnya pada waktu –t

Ho = keadaan permukaan laut rata-rata

Zo = kedalaman muka surutan di bawah MSL

d. Penentuan posisi horizontal titik fix menggunakan GPS dengan metode differensial real time
kinematik

4 / 15
SURVEY HIDROGRAFI UNTUK MONITORING ALUR PELAYARAN

Written by Nopindra Irawan (pi3n_k3r3n@yahoo.com)


Friday, 21 January 2011 11:09 - Last Updated Tuesday, 29 November 2011 11:35

Pada teknologi ini satu receiver GPS akan dipasang pada titik kontrol darat dengan ketelitian
tinggi yang terikat dengan titik tetap bakosurtanal dan akan berfungsi sebagai
Referensi_Station sedangkan receiver lainnya dipasang di kapal survey dan berfungsi sebagai
Rover_Station. Pengamatan absolut posisioning di titik Referensi Station akan menghasilkan
koordinat baru yang berbeda dengan koordinat fix nya. Besarnya perbedaan nilai ini dinamakan
sebagai koreksi differensial dan dihitung untuk tiap signal satelit. Melalui gelombang UHF data
link dalam format standar RCTM-104 koreksi ini dikirimkan setiap saat dari Referensi Station ke
Rover Station melalui antena defferensial untuk kemudian di aplikasikan pada tiap signal satelit
yang diterima oleh Rover Station. Dengan cara ini maka secara real time nilai koordinat Rover
akan dapat ditentukan dengan ketelitian yang optimal (cm sd. submeter ) untuk penentuan
posisi pada pekerjaan-pekerjaan hydrografi.

Sebelum pelaksanaan pengamatan posisi titik fix dimulai terdapat beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi:

A. PERSYARATAN KONSTELASI SETELIT GPS :

1. Minimum 4(empat) buah satelit GPS diamati secara bersamaan.

2. Nilai PDOP < 5

3. Elevation Mask receiver GPS di set 15°

5 / 15
SURVEY HIDROGRAFI UNTUK MONITORING ALUR PELAYARAN

Written by Nopindra Irawan (pi3n_k3r3n@yahoo.com)


Friday, 21 January 2011 11:09 - Last Updated Tuesday, 29 November 2011 11:35

B. PERSYARATAN SISTEM DGPS

1. Mampu melakukan multi hitungan secara paralel

2. Bisa menanpilkan grafik PDOP dalam Time Series, Parameter Tinggi (H) dan Nomor Satelit
(NSAT) untuk periode 1 jam s/d 24 jam.

3. Bisa menampilkan pesan/warning terhadap sistem yang digunakan.

4. Data storage di user dapat dipilih berdasarkan interval waktu.

5. Mempunyai kemampuan untuk mereplay dan menghitung kembali semua data hasil
pengamatan.

6. Data hasil pengukuran harus disimpan dalam format NMEA yang disyaratkan.

Pada pelaksanaan pengukuran posisi dengan teknik differensial real time kinematik peralatan
yang digunakan adalah:

* DGPS

* GPS Navigasi

* RFM96 Radio Modem Pacific Crest + Antena telemetri

6 / 15
SURVEY HIDROGRAFI UNTUK MONITORING ALUR PELAYARAN

Written by Nopindra Irawan (pi3n_k3r3n@yahoo.com)


Friday, 21 January 2011 11:09 - Last Updated Tuesday, 29 November 2011 11:35

* Echosounder digital

* Tranducer

* Plat baja untuk Bar check

* Laptop

* Hypack Software pengolah data GPS untuk navigasi

* Kapal Survey

Untuk penyetingan alat dan data referensi adalah sebagai berikut :

1. Setting alat di stasiun kontrol darat terdiri dari DGPS + RFM96 Pacific Crest + Antena GPS +
Antena Telemetri . Antena GPS dipasang pada statif dititik kontrol GPS yang dipakai,
sedangkan antena telemetri dipasang di atas menara yang dibuat cukup tinggi di atas titik
kontrol GPS yang dipakai. Setelah seting alat selesai masukkan nilai posisi titik stasiun kontrol
GPS tersebut.

2. Seting alat di kapal (on board) terdiri dari DGPS + RFM96 Pacific Crest + Antena GPS +
Antena Telemetri.

3. Masukan semua parameter penentuan posisi pada receiver GPS dan komputer, seperti
informasi sbb:

7 / 15
SURVEY HIDROGRAFI UNTUK MONITORING ALUR PELAYARAN

Written by Nopindra Irawan (pi3n_k3r3n@yahoo.com)


Friday, 21 January 2011 11:09 - Last Updated Tuesday, 29 November 2011 11:35

* Parameter Datum yang dipakai (jika diinginkan datum lokal )

* Nilai Datum Shift (jika diinginkan datum lokal )

* Sistem Proyeksi Peta yang dipakai

* Nilai offset antena GPS terhadap Transducer (forward,starboard)

Sistem DGPS di kapal yang telah terintegrasi dengan komputer akan dijalankan oleh Hypack
software guna melakukan navigasi dan aquisisi data posisi setiap saat dalam sistem user (X,Y)
dengan datum WGS-84. Posisi yang dihasilkan ini masih dipengaruhi oleh beberapa kesalahan
sistematik. Melalui koreksi differential (dX,dY) yang dihasilkan oleh sistem DGPS di stasiun
kontrol darat kemudian dihantarkan ke antena differential di kapal dan dikoreksikan pada data
posisi sehingga diperoleh nilai data posisi yang terkoreksi dan ditampilkan secara real time
pada monitor baik dalam bentuk grafik atau numerik. Dengan cara demikian maka akhirnya kita
dapat menentukan koordinat titik fix dan juga informasi lainnya seperti jarak offline, jarak yang
sudah ditempuh, jarak keakhir lajur, dll.

Sounding adalah penentuan kedalaman dasar laut yang bertujuan untuk mendapatkan

8 / 15
SURVEY HIDROGRAFI UNTUK MONITORING ALUR PELAYARAN

Written by Nopindra Irawan (pi3n_k3r3n@yahoo.com)


Friday, 21 January 2011 11:09 - Last Updated Tuesday, 29 November 2011 11:35

gambaran kondisi topografi dasar laut. Alat yang akan digunakan adalah digital echosunder.
Sinkronisasi data kedalaman dan posisi horizontal dilakukan secara otomatis oleh firmware
(software yang berada di dalam alat) . Pada proses perekaman, data posisi direkam dengan
interval setiap dua detik (Fix Position Record) dan semua data kedalaman direkam dengan
kecepatan 6 ping per detik.

Pemasangan peralatan sounding dipasang dan dipastikan bahwa peralatan dipasang pada
posisi yang aman dan kuat terhubung dengan kapal (terutama transducer dan antena).
Konstruksi transducer akan dibuat sedemikian rupa sehingga transducer benar-benar dapat
dipasang tegak lurus bidang permukaan laut. Transducer akan dipasang pada sisi luar di
tengah-tengah bagian buritan dan haluan dengan kedalaman yang sesuai sehingga apabila
kapal bergerak vertikal akibat gelombang, bagian bawah transducer tetap berada di bawah
permukaan air.

Setelah transducer dipasang dengan baik maka selanjutnya dilakukan kalibrasi (bar check). Bar
check dilakukan dengan cara menenggelamkan sebuah plat baja/besi di bawah transducer
dengan menggunakan kabel baja yang diberi tanda setiap lima meter sampai 20 m. Plat baja
dengan kedalaman yang sudah ditentukan kemudian menjadi pembanding bacaan echosunder.
Kalibrasi dilakukan dengan cara merubah kecepatan suara di air sedemikian rupa sehingga
bacaan echosounder sama dengan panjang tali baja. Pengubahan kecepatan dilakukan dengan
cara menginput secara digital melalui keypad echosounder. Kalibrasi akan dilakukan pada
kedalaman yang berbeda-beda dan dilakukan pada saat sebelum dan sesudah survey. Untuk
melakukan kalibrasi/barcheck ini akan dipilih lokasi/tempat yang permukaan airnya cukup
tenang.

Perekaman data posisi dan kedalaman dilakukan secara otomatis dan simulatan dalam bentuk
digital sehingga terhindar dari kesalahan-kesalahan akibat sinkronisasi data posisi dan
kedalaman secara manual. Setiap satu lajur ukuran akan disimpan dalam satu file dengan
pemberian nama file yang unik sehingga memudahkan untuk pengecekan, pencarian dan
pemrosesan data. Secara real time profile dasar laut pada lajur suvey tampil pada display
komputer dan apabila dikehendaki dapat langsung dilakukan print out.

Semua kegiatan survey pada tahap pelaksanaan ini terintegrasi dan dikendalikan oleh software
sehingga terhindar dari human error.

Pengolahan data dilakukan setiap hari setelah selesai pengukuran hari tersebut untuk

9 / 15
SURVEY HIDROGRAFI UNTUK MONITORING ALUR PELAYARAN

Written by Nopindra Irawan (pi3n_k3r3n@yahoo.com)


Friday, 21 January 2011 11:09 - Last Updated Tuesday, 29 November 2011 11:35

selanjutnya dianalisa dan apabila ada kesalahan dapat diantisipasi secara cepat pada hari
berikutnya.

Pengolahan data terdiri dari downloading, verifikasi data, dan penggambaran.

Proses downloading dan verifikasi data dilakukan menggunakan software Hypack. Ouput pada
proses downloading adalah data dalam beberapa format NMEA yang disyaratkan.

Data dalam format NMEA tersebut kemudian dengan mudah diubah menjadi bentuk No., X, Y,
Z dan digunakan sebagai input pada proses penggambaran. Penggambaran kontur dilakukan
menggunakan sotware LDD (LandDesktopDevelopment).

f .Penentuan garis pantai

Penentuan posisi garis pantai adalah penentuan posisi tanda permukaan air laut tertinggi (High
Water Mark) di pantai. Pada daerah yang cukup terbuka, pengukuran dilakukan menggunakan
GPS dengan metode stop and go dan untuk daerah yang relatif tertutup oleh tumbuhan (hutan
bakau) pengukuran dilakukan menggunakan total station.

Ada 3(tiga) kriteria dalam penetapan garis pantai untuk acuan pengukuran yaitu :

* Untuk daerah pantai yang landai maka garis pantai ditetapkan sebagai posisi air pada kondisi
pasang tertinggi.

* Untuk daerah pantai yang mempunyai hutan bakau garis pantai ditetapkan pada ujung terluar
dari hutan bakau tersebut.

* Untuk daerah pantai berbentuk tebing garis pantai diambil pada garis batas tebing tersebut.

10 / 15
SURVEY HIDROGRAFI UNTUK MONITORING ALUR PELAYARAN

Written by Nopindra Irawan (pi3n_k3r3n@yahoo.com)


Friday, 21 January 2011 11:09 - Last Updated Tuesday, 29 November 2011 11:35

Kerapatan pengukuran untuk garis pantai adalah maksimum 50 m untuk pantai yang relatif
lurus (teratur) dan lebih rapat untuk bentuk garis pantai yang tidak teratur.

Selain posisi, keterangan mengenai kondisi pantai juga merupakan hal penting yang akan
direkam.

Pengolahan data dilakukan dengan cara post processing dan selanjutnya data posisi dan
keterangan obyek akan menjadi input pada proses penggambaran final.

g. Pemrosesan data

Tahap pengolahan data merupakan bagian terintegrasi dari rangkaian pekerjaan survey
hydrografi secara keseluruhan dengan tujuan untuk mendapatkan data kedalaman yang benar.

Beberapa koreksi yang harus dilakukan pada data hasil ukuran kedalaman terjadi akibat
kesalahan-kesalahan sebagai berikut:

1). Kesalahan akibat gerakan kapal (sattlement dan squat)

2). Kesalahan akibat draft tranduser

3). Kesalahan akibat perubahan kecepatan gelombang suara, dan

11 / 15
SURVEY HIDROGRAFI UNTUK MONITORING ALUR PELAYARAN

Written by Nopindra Irawan (pi3n_k3r3n@yahoo.com)


Friday, 21 January 2011 11:09 - Last Updated Tuesday, 29 November 2011 11:35

4). Kesalahan lainnya yang perlu untuk diperhitungkan.

Selain itu angka kedalaman juga harus diredusir kepada suatu bidang acuan kedalaman yaitu
Low Water Spring (LWS) (tergantung penetapan). Hubungan matematika koreksi-koreksi di
atas dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

Do = Du + Dkgs

D1 = Do + Dsss

D2 = D1 + Dsr

Dimana :

Du = bacaan kedalaman yang diperoleh dari pengukuran

Do = kedalaman suatu titik tegak lurus dibawah tranduser

D1 = kedalaman suatu titik terhadap permukaan laut

D2 = kedalaman suatu titik terhadap muka surutan

Dkgs = koreksi kecepatan gelombang suara

12 / 15
SURVEY HIDROGRAFI UNTUK MONITORING ALUR PELAYARAN

Written by Nopindra Irawan (pi3n_k3r3n@yahoo.com)


Friday, 21 January 2011 11:09 - Last Updated Tuesday, 29 November 2011 11:35

Dsss = koreksi sarat tranduser

Dsr = koreksi surutan

h. Koreksi surutan

Koreksi surutan diberikan untuk mereduksi seluruh data ukuran kedalaman kedalam suatu
bidang acuan yang disebut Chart Datum yang mana dalam hal ini didefinisikan sebagai Low
Water Spring (LWS). Besarnya nilai koreksi surutan ini diperoleh dari hasil analisa pasut seperti
dijelaskan di atas.

Dengan menggunakan perangkat lunak Hypack, pemberian koreksi syarat tranduser,


sattlement dan squat serta pengaruh perbedaan kecepatan gelombang suara secara otomatis
dikerjakan pada waktu pelaksanaan pengukuran di lapangan, sehingga data ukuran yang
diperoleh sudah terbebas dari pengaruh kesalahan-kesalahan tersebut. Jadi pada tahap
pemrosesan, data-data yang diperoleh tinggal direduksi ke bidang acuan kedalaman/chart
datum.

Setelah data hasil ukuran kedalaman dikoreksi kemudian data-data tersebut yaitu data posisi
dan waktu akan disimpan kedalam format ASCII dengan format : Bujur, Lintang, Kedalaman(m)
dan Waktu.

i. Penyajian data

Setelah semua data lapangan selesai diolah dan sudah dalam bentuk digital dengan format
B,L,H,T (bujur, lintang, kedalaman, waktu) kemudian di eksport ke dalam format drawing
menggunakan LDD. Data gambar pertama yang akan tempil adalah berupa point, deskripsi,
elevasi dan no.point yang tersimpan dalam layer berbeda. Kemudian dengan menggunakan

13 / 15
SURVEY HIDROGRAFI UNTUK MONITORING ALUR PELAYARAN

Written by Nopindra Irawan (pi3n_k3r3n@yahoo.com)


Friday, 21 January 2011 11:09 - Last Updated Tuesday, 29 November 2011 11:35

fasilitas-fasilitas yang ada dalam software tersebut kita akan melakukan filtering, surfacing,
conturing dan interpolasi. Produk akhir dari prosesing ini akan diperoleh peta bathimetri digital
dalam format DWG/DXF yang kemudian akan dicetak dengan skala yang diinginkan.
Unsur-unsur yang akan disajikan pada peta batimetri tersebut meliputi :

* Angka kedalaman dengan kerapatan 1 cm pada skala peta

* Kontur kedalaman

* Garis pantai dan sungai

* Tanda atau sarana navigasi

* Informasi dasar laut, dll

Sistem proyeksi yang dipakai pada pembuatan peta batimetri ini menggunakan sistem Transver
Mercator (TM) dengan datum WGS 84, sedangkan sistem koordinat grid yang akan dipakai
adalah UTM (Easting, Norting, Kedalaman) maupun Geodetik (Lintang, Bujur, Kedalaman).

REFERENSI:

UNB, 1988 : Hydrographic Surveying, Lecture Note, Departement of Surveying

Engineering, University of New Brunswick, Fredericton.

14 / 15
SURVEY HIDROGRAFI UNTUK MONITORING ALUR PELAYARAN

Written by Nopindra Irawan (pi3n_k3r3n@yahoo.com)


Friday, 21 January 2011 11:09 - Last Updated Tuesday, 29 November 2011 11:35

Marble, D.F, Calkins, H.W, Peuquet, D.J. 1984. Basic Reading In Geographic

Information System. SPAD System, Ltd.

15 / 15

Anda mungkin juga menyukai