Anda di halaman 1dari 10

99

Buana Sains Vol 12 No 1: 99-108, 2012

EFEKTIFITAS PENGELOLAAN LIMBAH CAIR PADA INDUSTRI


KAYU LAPIS DI KALIMANTAN SELATAN

D. Subari1, Udiansyah1), B. Yanuwiyadi2) dan B. Setiawan2)


1) Fakultas Kehutanan, Universitas Lambung Mangkurat,
2) Program Pascasarjana, Universitas Brawijaya

Abstract
This paper reports the effectiveness and efficiency of wastewater treatment decreased levels
of contamination in the treatment of wastewater from three plywood industries in in South
Kalimantan. The results showed that the liquid waste from washing mixer glue and glue
spreader quality was lower than the quality of streams Barito’s river and Martapura’s river,
so if not treated will cause pollution in the river flows. Results of waste analyses at the inlet
and outlet showed that the efficiency of WWTP in the plywood industry was high at 67%
to 99%, with 0.007 m3/m3 water discharge of the product. Based on South Kalimantan
Governor Decree No. 036 of 2008, the maximum discharge of 0.30 m3/m3 of products, so
as to meet quality standards. Sludge at the WWTP can be used as a mixture of adhesive
(filler).

Key words: liquid waste, material contamination, plywood

Pendahuluan Jenis dan sumber limbah di industri kayu


lapis meliputi:
Limbah industri kayu lapis
1. Limbah padat.
Dalam pembuatan kayu lapis tidak dapat
Limbah padat yang dihasilkan oleh industri
dihindari timbulnya limbah. Menurut ICP
kayu lapis hampir terjadi pada setiap mesin
(2004), limbah dari proses pengolahan
sehingga kuantitasnya sangat besar yaitu
kayu dapat dibagi menjadi limbah dari
mencapai 40% dari volume log yang
pengolahan kayu primer dan limbah dari
masuk. Besarnya persentase limbah padat
pengolahan kayu sekunder. Limbah
dalam proses produksi kayu lapis
pengolahan kayu primer berasal dan
mengharuskan setiap perusahaan kayu lapis
industri penggergajian, industri kayu lapis
memanfaatkan limbah padat tersebut
dan industri pulp dan kertas. Limbah
secara optimal. Limbah padat yang
industri kayu lapis dapat berbentuk core,
dihasilkan dalam proses produksi kayu
spur trim, round up, clipping, trimming, serbuk
lapis meliputi log afkir, sisa potongan (log
gergaji dan debu ampelas kayu lapis. Pada
end), serbuk gergaji, kulit kayu inti kayu,
umumnya limbah industri kayu lapis adalah
potongan tepi log (edging), sisa kupasan, sisa
57% (Sibarani, 1991).
potongan log, sisa potongan veneer, veneer
Hampir seluruh bagian dari proses
yang tidak standar, sisa potongan core, core
produksi kayu lapis berkontribusi terhadap
reject, padatan glue, ceceran glue, sisa
produksi limbah dengan jumlah dan
potongan sisi panel, sebetan, serbuk hasil
karakteristik yang berbeda (Mintarsih,
pengampelasan, lumpur (sludge) sisa
2006).
100
D. Subari, Udiansyah, B. Yanuwiyadi dan B. Setiawan / Buana Sains Vol 12 No 1: 99-108, 2012

WWTU (Waste Water Treatment Unit), abu dari tiap-tiap perekat yang dibuat,
boiler, kemasan kertas, film face, dan polyester kandungan atau komposisi terbesar adalah
coating. Limbah padat dari proses produksi resin yang digunakan yaitu mencapai 70-80
kayu lapis yang dominan adalah limbah % dari total campuran perekat, sedangkan
kayu. Selain limbah kayu tersebut, pada sisanya adalah bahan-bahan tambahan yang
industri kayu lapis terdapat juga limbah komposisinya berbeda-beda untuk tiap
padat domestik yang merupakan sisa dari perekat. Karakteristik air limbah industri
aktifitas tenaga kerja, mengingat industri kayu lapis pada umumnya didominasi oleh
kayu lapis pada umumnya menggunakan nilai pH, BOD (Biological Oxygen Demand),
sumber daya manusia yang sangat banyak. COD (Chemical Oxygen Demand), TSS,
Limbah padat domestik ini berupa kertas, phenol, amonia total dan pH. Sistem
tissue dan plastik. pengolahan air limbah akan ditentukan
Faktor-faktor yang mempengaruhi oleh parameter dari air limbah yang
timbulnya limbah padat yang dihasilkan dihasilkan. Dengan mengetahui jenis-jenis
pada industri kayu lapis meliputi parameter di dalam air limbah, maka dapat
(Mintarsih, 2006): ditetapkan metoda pengolahan dan pilihan
• Jumlah dan kondisi kayu yang jenis peralatan yang diperlukan.
digunakan untuk produksi kayu lapis Pada industri kayu lapis, faktor-faktor
• Cara pengolahan dan banyaknya yang mempengaruhi timbulnya air limbah
limbah kayu yang diolah kembali untuk adalah sebagai berikut (Anonymous, 2010):
proses produksi lanjutan • Jenis bahan yang digunakan dalam
• Mesin-mesin produksi yang digunakan pembuatan perekat
• Jumlah karyawan di industri kayu lapis • Jumlah air yang digunakan dalam
yang akan mempengaruhi jumlah proses pencucian alat dan mesin
limbah padat domestik produksi
• Frekuensi pergantian lem/perekat yang
2. Limbah cair digunakan
Air limbah yang dihasilkan dalam proses
• Sistem/proses produksi yang
produksi kayu lapis secara umum hanya
digunakan (kering/basah)
dihasilkan dari proses pencucian dan mesin
glue spreader dan proses pencucian mesin • Jumlah karyawan di industri kayu lapis
dan peralatan produksi lainnya. Hal ini yang akan mempengaruhi jumlah air
menyebabkan komposisi yang terkandung limbah domestik
dalam limbah cair yang dihasilkan adalah 3. Limbah udara
air dan bahan-bahan yang digunakan dalam Limbah udara yang dihasilkan oleh industri
pembuatan perekat. Sesuai dengan sumber kayu lapis secara umum adalah dust,
asalnya yaitu mesin glue spreader maka air kebisingan, gas buang (C02, CO, SOx
limbah yang dihasilkan mengandung NOx), formaldehide, amoniak, uap aseton,
bahan-bahan sesuai dengan jenis perekat toluen, uap stirene, gas Cl2 dan freon CFC.
yang digunakan. Misalnya untuk jenis Limbah berupa dust (debu kayu) berasal
perekat urea formafehide, bahan asalnya yaitu dari proses pengeringan, pemotongan dan
urea formaldehide resin tepung industri, pengamplasan. Limbah berupa formaldehide
kaolin, hardener, T-500, catcher dan bassilium. dan amoniak berasal dari pelaburan perekat
Untuk jenis perekat lain perbedaannya dan pengempaan panas, sedangkan gas Cl2
hanya pada resin yang digunakan yaitu berasal dari proses pengempaan panas. Gas
melamin formaldehide resin dan fenol buang seperti C02, CO, SOx, NOx berasal
formaldehide resin. Namun pada umumnya dari cerobong baik pada boiler ataupun
101
D. Subari, Udiansyah, B. Yanuwiyadi dan B. Setiawan / Buana Sains Vol 12 No 1: 99-108, 2012

generator listrik. Limbah udara ini harus pencemaran dan sebagai sumber
ditangani dengan baik karena dapat pencemaran perlu diketahui jenis bahan
mencemari lingkungan dan berbahaya bagi pencemar yang dikeluarkan, kuantitas dan
manusia. Faktor-faktor yang jangkauan pemaparannya (Kristanto,
mempengaruhi timbulnya limbah udara 2002).
antara lain: Penggunaan air yang berlebihan,
• Kondisi mesin-mesin produksi yang sistem pembuangan yang belum memenuhi
digunakan syarat, karyawan yang kurang terampil
• Jumlah kayu yang digunakan untuk adalah beberapa faktor yang harus
produksi dipertimbangkan dalam mengidentifikasi
• Sarana dan prasarana yang digunakan sumber pencemaran. Dalam eko-efisiensi
untuk meminimisasi limbah udara menurut ICP (2004), limbah merupakan
bagian dari Keluaran Bukan Produk
Pencemaran dan baku mutu lingkungan (KBP).
Pencemaran adalah masuknya makhluk Untuk mencegah terjadinya
hidup, zat, energi dan/atau komponen lain pencemaran lingkungan oleh berbagai
ke dalam lingkungan dan/atau perubahnya aktifitas industri kayu lapis tersebut, perlu
tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia dilakukan pengendalian terhadap
atau proses alam, sehingga kualitas pencemaran lingkungan dengan
lingkungan turun sampai ke tingkat menetapkan baku mutu lingkungan
tertentu yang menyebabkan lingkungan (Kristanto, 2002).
menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi Baku mutu lingkungan hidup adalah
sesuai dengan peruntukannya (UU RI No. ukuran batas atau kadar mahluk hidup, zat,
23 tahun 1997 tentang Baku Mutu energi atau komponen yang ada atau harus
Lingkungan). ada dan/atau unsur pencemar yang
Pada dasarnya kegiatan suatu industri ditenggang keberadaannya dalam suatu
adalah mengelolah masukan (input) menjadi sumber daya tertentu sebagai unsur
keluaran (output). Pengamatan terhadap lingkungan hidup (UU No. 23 tahun 1997,
sumber pencemar sektor industri dapat tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup).
dilaksanakan pada masukan, proses Untuk limbah cair penetapan Baku
maupun pada luarannya dengan melihat Mutu berdasarkan SK Men LH No: Kep-
spesifikasi dan jenis limbah yang 51/Men LH/10/1995, tentang Baku Mutu
diproduksi. Pencemaran yang ditimbulkan Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri,
oleh industri diakibatkan oleh adanya seperti pada Tabel 1.
limbah yang keluar dari pabrik dan Baku mutu limbah cair ini diperkuat
mengandung bahan berbahaya dan beracun kembali dengan Peraturan Gubernur
(B3). Bahan pencemar keluar bersama- Kalimantan Selatan Nomor: 04 tahun 2007
sama dengan bahan buangan (limbah) tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
melalui media udara, air dan tanah yang Kegiatan Industri Hotel, Restoran, Rumah
merupakan komponen ekosistem alam. Sakit, Domestik dan Pertambangan. Baku
Bahan buangan yang keluar dari pabrik dan mutu air limbah industri kayu lapis terlihat
masuk ke lingkungan dapat seperti pada Tabel 2.
diidentifikasikan sebagai sumber
102
D. Subari, Udiansyah, B. Yanuwiyadi dan B. Setiawan / Buana Sains Vol 12 No 1: 99-108, 2012

Tabel 1. Baku mutu limbah cair untuk industri kayu lapis


Parameter Kadar maksimum Bahan pencemaran maksimum
BOD 75 22,5
COD 125 37,5
TSS 50 15
Fenol 0,25 0,08
Amonia Total (sebagai N) 4 12
pH 6,0 – 9,0 6,0 – 9,0
Debit limbah maksimum 0,30 m3/m3 produksi kayu lapis
Catatan:
1. Kadar maksimum untuk parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam milligram parameter per
liter air limbah
2. Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam
gram parameter per m3 produk kayu lapis
3. 1000 m2 produk = 3,6 m3 produk dengan ketebalan 3,6 mm
Sumber: SK Men LH No: Kep-51/MEN LH/10/1995

Tabel 2. Baku mutu air limbah untuk industri kayu lapis


Parameter Kadar maksimum (mg/L) Bahan pencemaran maksimum
(g/m3 produk)
BOD 75 22,5
COD 125 37,5
TSS 50 15
Fenol 0,25 0,08
Amonia Total (sebagai N) 4 12
pH 6,0 – 9,0 6,0 – 9,0
Debit limbah maksimum 0,30 m3/ t produksi kayu lapis
Catatan:
1. Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel diatas dinyatakan dalam milligram/liter air
limbah
2. Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter, pada tabel diatas dinyatakan dalam
kilogram per ton produk kayu lapis
3. 1000 m2 produk = 3,6 m3 produk dengan ketebalan 3,6 mm
Sumber: Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No. 036 tahun 2008

Metode COD, kadar amoniak dan phenol total


analisis dilakukan di Laboratorium
Penelitian dilakukan pada tiga perusahaan
Baristrand Banjarbaru. Hasil analisis
kayu lapis di Kalimantan Selatan, yaitu PT
kemudian dibandingkan dengan Nilai
SST, PT WTU dan PT BIC pada tahun
Ambang Batas (NAB) menurut Peraturan
2011. Sampel air juga diambil dari perairan
Gubernur Kalimantan Selatan No. 036
di sekitarnya, yaitu Sungai Barito dan
tahun 2008, dan SK Gubernur Kalimantan
Sungai Martapura. Sampel limbah cair dari
Selatan Nomor 05 Tahun 2007 tentang
ketiga perusahaan tersebut diambil dari
Baku Mutu Air Sungai Golongan Air Kelas
inlet yang masuk ke bak penampungan.
I.
Analisis mutu limbah cair dan air sungai
yang meliputi analisis pH, TSS, BOD,
103
D. Subari, Udiansyah, B. Yanuwiyadi dan B. Setiawan / Buana Sains Vol 12 No 1: 99-108, 2012

Hasil dan Pembahasan Pengolah Air Limbah (IPAL). Limbah cair


yang dihasilkan dari kegiatan produksi
Efektifitas pengelolaan limbah cair
disalurkan melalui jaringan pembuangan
Kualitas air dan limbah cair menuju IPAL seperti yang telah diuraikan.
Pengelolaan limbah cair pada perusahaan Limbah cair yang disalurkan ke IPAL
kayu lapis dilakukan secara terpusat (on side) dengan kualitas seperti Tabel 3.
yang dilakukan dengan sistem Instalasi

Tabel 3. Kualitas limbah cair dari inlet perusahaan kayu lapis yang disurvei
NAB PT. SST PT. WTU PT. BIC
No Parameter
(mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L)
1. pH - 7,81 8,73 10,51
2. TSS 50 104 113 241
3. BOD 75 4.560 17.340 9,30
4. COD 125 9.887 36.832 18.700
5. Amoniak 4 15.550 5.100 46.900
6. Phenol total 0,25 6,17 46,63 19,07
Sumber: Pengamatan di lapangan tahun 2011. SK Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 036 Tahun
2008

Hasil analisis limbah cair dari ketiga disamping melebihi NAB juga lebih rendah
perusahaan yang diteliti menunjukkan kualitasnya dibanding perairan di
bahwa inlet yang masuk ke bak sekitarnya (Sungai Barito dan Sungai
penampungan mengandung bahan Martapura) yang data kualitasnya seperti
pencemar dan kualitas limbah cair dari pada Tabel 4.
semua industri kayu lapis melebihi Nilai
Ambang Batas (NAB). Limbah cair ini

Tabel 4. Kualitas Sungai Barito dan Sungai Martapura (pada titik) di dekat industri kayu
lapis yang diteliti
NAB * Sungai Martapura (mg/L) Sungai Barito (mg/L)
No Parameter
(mg/L) BLH Pengamatan BLH Pengamatan
1. pH - - 7,74 - 7,53
2. TSS 50 38 54 48 58
3. BOD 2 10,5 14,4 6,24 7,2
4. COD 10 21,26 31,53 14,45 14,31
5. Amoniak 0,5 0,19 0,16 0,95 0,28
6. Phenol 0,001 0,01 0,44 0,03 0,26
Sumber: Pengamatan di lapangan (Juni 2011); SK Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 05 Tahun
2007 tentang Baku Mutu Air Sungai Golongan Air Kelas I, Laporan Akhir BLH Tahun 2010
(September – Oktober)
104
D. Subari, Udiansyah, B. Yanuwiyadi dan B. Setiawan / Buana Sains Vol 12 No 1: 99-108, 2012

Sungai Martapura merupakan cabang (anak lebih baik dibanding dengan kualitas
sungai) dari Sungai Barito. Disepanjang limbah cair dari industri kayu lapis, karena
sungai Martapura dan Sungai Barito itu bila limbah cair tidak diolah maka akan
terdapat pemukiman penduduk dan menambah pencemaran yang terjadi pada
industri plywood maupun industri karet dan air sungai (perairan di sekitar industri kayu
lainnya. Sungai Martapura sesuai Peraturan lapis).
Gubernur Kalimantan Selatan No. 05 Pihak perusahaan melakukan
tahun 2007 mengenai Baku Mutu Air pengolahan pada IPAL yang juga
Sungai termasuk ke dalam Kelas I. merupakan kewajiban perusahaan untuk
Dari data kualitas air sungai dapat membuang limbah cair setelah memenuhi
dilihat bahwa air Sungai Barito maupun nilai ambang batas. Kualitas outlet limbah
sungai Martapura sudah cukup tercemar cair sudah mengalami proses pengolahan
karena hampir semua indikator yang dari ketiga industri kayu lapis seperti pada
diamati pada sampel air sungai melebihi Tabel 5.
nilai ambang batas sebagai golongan air
kelas I. Namun kualitas air sungai masih

Tabel 5. Kualitas limbah cair dari outlet ketiga perusahaan kayu lapis yang diteliti
NAB * PT. SST PT. WTU PT. BIC
No Parameter
(mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L)
1. pH - 7,8 8,26 8,12
2. TSS 50 34 3,30 31
3. BOD 75 18,6 7,35 24,6
4. COD 125 38,43 30 52,13
5. Amoniak 4 0,26 0,08 0,15
6. Phenol 0,25 0,16 0,25 0,12
Sumber: Pengamatan di lapangan (Juni 2011); SK Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 036 Tahun
2008

Dari hasil evaluasi air limbah pada bagian Evaluasi dan pembahasan
outlet berdasarkan Peraturan Gubernur
Kalimantan Selatan No. 036 Tahun 2008 Perhitungan evaluasi dilakukan pada kolam
mengenai Baku Mutu Limbah Cair, aerasi lumpur aktif IPAL pada ketiga
didapatkan hasil air limbah untuk industri industri kayu lapis yang diteliti, yaitu PT.
kayu lapis masih memenuhi syarat baku WTU, PT. SST dan PT. BIC di
mutu. Banjarmasin. IPAL yang diamati adalah
Secara kuantitatif rata-rata industri instalasi yang mengolah air limbah
kayu lapis menghasilkan limbah cair (debit) (buangan) dari proses unit glue mixer dan
= 68,4 m3/bulan. Dengan produksi rata- unit glue spreader. Proses biologis penguraian
rata 9.854,06 m3/bulan, maka rasio limbah limbah IPAL masing-masing memiliki 3
cair : produktifitas adalah 68,4 m3: 9.854,06 bagian kolam aerasi.
m3 = 0,007 m3 per m3 produk. Berdasarkan
SK Gubernur Kalimantan Selatan No. 036
tahun 2008, debit maksimum 0,30 m3 per
m3 produk. Secara baku mutu dapat
memenuhi.
105
D. Subari, Udiansyah, B. Yanuwiyadi dan B. Setiawan / Buana Sains Vol 12 No 1: 99-108, 2012

Analisis kualitas limbah IPAL penurunan konsentrasi BOD limbah yang


Penurunan konsentrasi BOD (kebutuhan oksigen diukur pada inlet dan outlet IPAL. Dimana
biologi) nilai tersebut adalah memenuhi baku mutu
limbah cair untuk industri kayu lapis
Kebutuhan oksigen biologi (BOD) adalah menurut Peraturan Gubernur Provinsi
banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh Kalimantan Selatan No. 036 Tahun 2008
bakteri selama penguraian senyawa dan Kep Men LH No.
organik. Dalam hal ini dapat Kep.51/MENLH/10/1995, yaitu beban
diinterpretasikan bahwa senyawa organik maksimum 150 mg/L, sedang rata-rata dari
merupakan makanan bagi bakteri. outlet limbah pada IPAL dari masing-
Parameter BOD digunakan untuk masing perusahaan yang disurvei adalah
menentukan tingkat pencemar oleh PT. SST sebesar 18,6 mg/L; PT. WTU
senyawa organik yang dapat diuraikan oleh 7,35 mg/l dan PT. BIC 24,6 mg/L seperti
bakteri. Dari hasil pemeriksaan pada Tabel 6.
laboratorium menunjukkan bahwa adanya

Tabel 6. Efisiensi kinerja IPAL dari industri kayu lapis PT. SST, PT. WTU dan PT. BIC
No Industri Parameter Konsentrasi Konsentrasi Removal Efisiensi
inlet (mg/L) outlet (mg/L) (%)
(mg/L)
1 PT. SST pH 7,81 7,8 - -
TSS 104 34 70 67,30
BOD 4500 18,6 4481,4 99,58
COD 9887 38,45 9848,57 99,61
Amoniak 15,550 0,26 15.549,74 99,99
Phenol 6,17 0,16 6,01 90,41
Rata-rata 91,38
2 PT. WTU pH 8,73 8,26 - -
TSS 113 3,30 109,7 97,08
BOD 17340 7,35 17.332,65 99,96
COD 36832 30 36802 99,92
Amoniak 5100 0,08 5099,92 99,99
Phenol 46,63 0,25 46,38 99,46
Rata-rata 99,28
3 PT. BIC pH 10,51 8,12 - -
TSS 241 31 210 87,14
BOD 9300 24,6 9275,4 99,73
COD 18700 52,13 18647,87 99,72
Amoniak 46900 0,15 46899,85 99,99
Phenol 19,07 0,12 18,95 99,37
Rata-rata 97,19
Sumber: Pengamatan lapangan dan analisis Lab. Baristrand Banjarbaru Tahun 2011
106
D. Subari, Udiansyah, B. Yanuwiyadi dan B. Setiawan / Buana Sains Vol 12 No 1: 99-108, 2012

Penurunan konsentrasi BOD pada kolam Dilakukan pengolahan secara biologis


aerasi terjadi karena adanya hubungan dengan rumus yang digunakan:
simbiosis metabolisma antara beban So - S
organik limbah pencemar dan bakteri dari E= x 100%
So
kolam. Selain bakteri terdapat faktor lain diperoleh efisiensi pengolahan air limbah
yang mendukung proses penguraian bahan terhadap parameter COD adalah:
organik karbon yang terkandung di dalam
limbah, sehingga terjadi penurunan PT. SST = 99,61%
konsentrasi BOD pada kolam aerasi. PT. WTU = 99,92%
Evaluasi efisiensi pengolahan (E) PT. BIC = 99,72%
menggunakan rumus :
So - S Efisiensi penurunan total suspended solid (TSS)
E= x 100%
So Pada Tabel 7 dapat dilihat konsentrasi TSS
Keterangan: dari hasil pemeriksaaan di laboratorium
So : konstanta inlet yang merupakan sampel air limbah di inlet
S : konstanta outlet dan outlet IPAL. Konsentrasi TSS pada
outlet sudah memenuhi baku mutu yang
Sehingga diperoleh efisiensi penurunan telah dipersyaratkan untuk baku mutu
konsentrasi BOD pada PT. SST = 99,58%, limbah cair untuk industri plywood.
PT. WTU = 99,96% dan PT. BIC = Nilai TSS yang merupakan kandungan
99,73%. padatan tersuspensi yang berpengaruh
Efisiensi penurunan konsentrasi kebutuhan oksigen
pada tingkat kekeruhan air effluent hasil
pengolahan limbah IPAL. Efisiensi
kimia (COD)
pengolahan air limbah terhadap parameter
COD adalah banyaknya oksigen yang TSS adalah:
dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa
organik dalam air, sehingga parameter PT. SST = 67,30%
COD mencerminkan banyaknya senyawa PT. WTU = 97,08%
organik yang dioksidasi secara kimia. PT. BIC = 87,73%
Pengukuran nilai COD sangat diperlukan Semakin tinggi persentasi efisiensi
untuk mengukur bahan organik pada air menunjukkan proses koagulan semakin
limbah domestik yang mengandung unsur baik.
beracun bagi mikroorganisme. Pada tabel Tinjauan efisiensi penyisihan beban limbah
dapat dilihat konsentrasi COD dari hasil
pemeriksaan di laboratorium yang Evaluasi terhadap bangunan unit pengolah
merupakan sampel limbah di inlet dan outlet limbah dimaksudkan untuk mengetahui
IPAL. Dari analisis BOD dan COD di sampai sejauh mana efektifitas pengolahan
laboratorium dapat dihitung angka agar dapat menghasilkan effluent sesuai
perbandingan BOD dan COD pada air standard dan efisiensi pengolahan.
limbah. Angka perbandingan BOD dan Instalasi Pengolah Air Limbah pada
COD dapat menunjukkan tingkat industri kayu lapis merupakan pengolahan
kemudahan air limbah tersebut untuk limbah yang memakai sistem lumpur aktif
diolah secara biologis. angka perbandingan berupa kolam aerasi. Activated sludge
yang mendekati (1) dapat diolah secara merupakan suatu proses yang kontinyu,
biologis, sedang bila angka mendekati nol dimana pertumbuhan biologis yang
(0) tidak sesuai. terpopulasi akan dicampurkan dengan air
buangan dan kemudian diaerasi secara
107
D. Subari, Udiansyah, B. Yanuwiyadi dan B. Setiawan / Buana Sains Vol 12 No 1: 99-108, 2012

terus menerus, selanjutnya diikuti dengan Gubernur Kalsel No. 036 Tahun 2008
pengendapan untuk memisahkan mengenai Baku Mutu Limbah Cair,
pertumbuhan biologis dari air limbah yang didapatkan hasil air limbah untuk industri
telah diolah. Keuntungannya adalah: kayu lapis masih memenuhi syarat baku
- Lumpur yang dihasilkan tidak terlalu mutu (nilai ambang batas).
banyak karena ada resirkulasi lumpur a. Dari angka-angka yang diperoleh dari
- Operasinya mudah, tidak hasil analisis air limbah baik pada inlet
membutuhkan lahan yang terlalu luas maupun outletnya terlihat bahwa
- Efektif dalam menurunkan beberapa efisiensi IPAL pada masing-masing
parameter cemaran pada industri kayu industri kayu lapis cukup tinggi. Untuk
lapis. masing-masing kriteria dan
- Kekurangannya adalah: indikatornya mencapai 67% sampai
- Agak sulit dalam merencanakan dengan 99,99%
bangunannya karena terdapat b. secara kuantitatif kuantitatif rata-rata
perhitungan pertumbuhan biologis industri kayu lapis mengjasilkan limbah
dan resirkulasi endapan cair (debit) = 68,4 m3/bulan. Dengan
Dari angka-angka yang diperoleh dari produksi rata-rata sebesar 9.854,06
analisis air limbah baik pada inlet maupun m3/bulan, maka rasio limbah cair
pada outletnya terlihat bahwa efisiensi IPAL adalah 68,4 m3 : 9.854,06 m3 = 0,007
cukup tinggi, dimana untuk masing-masing m3 per m3 produk. Berdasarkan SK
indikator mencapai 67% sampai dengan Gubernur Kalimantan Selatan No. 036
99,99%. Dalam resirkulasi endapan karena Tahun 2008 debit maksimum 0,30
dianggap limbah B3 dalam pemanfaatan m3/m3 produk, sehingga dapat
kembali (reuse) harus mendapat ijin dari memenuhi baku mutu
Kementerian Lingkungan Hidup c. Resirkulasi bahan endapan (sludge) yang
(Berdasarkan SK Men LH No. 02 tahun dianggap limbah B3, pemanfaatannya
2008 tentang Pemanfaatan Limbah Bahan kembali (recycle) harus mendapat ijin
Berbahaya dan Beracun (B3). Kementerian Linkungan Hidup.
Saran
Kesimpulan dan Saran
Dalam hal pemanfaatan limbah sludge,
Kesimpulan industri kayu lapis harus mengajukan ijin
Hasil analisis limbah cair yang masuk ke pemanfatannya berdasarkan Peraturan
bak penampungan dari ke 3 industri kayu Menteri Negara Lingkungan Hidup
lapis yang diteliti, menunjukkan kualitas Nomor: 02 Tahun 2008 tentang
yang jauh lebih jelek (melampaui nilai Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya
ambang batas) untuk industri kayu lapis, dan Beracun (B3). Padahal dengan
bahkan juga lebih rendah kualitasnya memanfaatkan limbah sludge, industri
dibanding air sungai Barito dan sungai menerapkan minimisasi limbah melalui
Martapura, sehingga bila air limbah tidak recycle sludge menjadi filler (campuran
diolah akan mencemari air sungai. Karena perekat), seharusnya tidak perlu perijinan,
itu industri kayu lapis melakukan cukup melapor dan bahkan seharusnya
pengolahan pada IPAL (Instalasi Pengolah mendapat reward (penghargaan) karena
Air Limbah) agar air limbah yang dibuang menekan dan mengurangi limbah yang
ke lingkungan sungai memenuhi nilai terjadi dengan memanfaatkan kembali
ambang batas. Dari hasil evaluasi air (recycle)
limbah pada outlet, berdasarkan Peraturan
108
D. Subari, Udiansyah, B. Yanuwiyadi dan B. Setiawan / Buana Sains Vol 12 No 1: 99-108, 2012

Daftar Pustaka Mintarsih, T.H. 2006. Panduan Praktis


Pengelolaan Lingkungan Industri Plywood.
Anonymous 2010. Upaya Pengelolaan dan Asdep. Bidang Pengendalian Pencemaran
Upaya Pemanfaatan Lingkungan (UKL dan Agro Industri. Jakarta.
UPL). Operasional Industri Plywood PT. Sibarani. 1991. Identifikasi Limbah Industri
Wijaya Tri Utama, Banjarmasin. Pengolahan Kayu Lapis dan Kemungkinan
ICIP-Indonesia Cleaner Industrial Production. Pemanfaatannya di PT Kayu Lapis
2004. Kajian Produksi Bersih Pada Industri Indonesia Semarang. Fakultas Kehutanan
Kayu Lapis, Jakarta. IPB, Bogor.
Kristanto, P. 2002. Ekologi Industri. Penerbit
Andi: 155 - 227. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai