Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada saat ini salah satu penyebab masalah lingkungan hidup adalah
limbah, tetapi timbulnya limbah tersebut tidak dapat dihindarkan, karena
limbah adalah salah satu hasil dari kegiatan. Peningkatan produksi limbah
berbanding lurus dengan konsumsi masyarakat dan berbanding lurus
dengan peningkatan kesejahteraan. Oleh karena itu, masalah limbah selalu
menjadi persoalan yang dicari solusi penanganannya.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia (UU RI) No. 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH),
definisi limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Menurut Sri
Murni (2011) Definisi secara umum, limbah adalah bahan sisa atau
buangan yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik
pada skala rumahtangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk
limbah tersebut dapat berupa gas dan debu, cair atau padat. Sedangkan
dari dari zat pembentuknya limbah dibagi menjadi dua yakni limbah organik
yaitu Limbah ini dapat terurai secara alami, contohnya sisa organisme
(tumbuhan, hewan), dan limbah anorganik yaitu limbah yang sukar terurai
secara alami, contoh: plastik, botol, kaleng, dll.
Dampak dari pembuangan limbah yang sembarangan dan tidak
dikelola dengan baik berupa pencemaran tanah, air dan udara, serta banjir.
Dengan demikian dapat dikatakan pengelolaan limbah ini bertujuan untuk
mencegah, menanggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan,
memulihkan kualitas lingkungan tercemar, dan meningkatkan kemampuan
dan fungsi kualitas lingkungan.
Salah satu industri yang menghasilkan limbah yang cukup banyak
adalah industri pengolahan kayu terutama pada proses penggergajian
kayu. Berdasarkan data yang diperoleh Departemen Kehutanan (2006)
diketahui bahwa produksi total kayu gergajian di Indonesia dalam 5 tahun
terakhir mencapai 794 ribu m per tahun. Jika diasumsi jumlah limbah yang
terbentuk dari produksi total kayu gergajian tersebut adalah 54,24 persen,
maka dihasilkan limbah penggergajian sebanyak 397 ribu m per tahun.
2

Angka ini cukup besar karena mencapai sekitar separuh dari produksi kayu
gergajian.
Pengelolaan limbah kayu yang ada selama ini hanya bagus pada
industri besar dan terpadu. Pada industri skala besar dan terpadu limbah
serbuk kayu penggergajian sudah dimanfaatkan menjadi berbagai produk
lain yang bermanfaat seperti mislanya briket dan bag log. Namun untuk
industri penggergajian kayu skala industri kecil yang jumlahnya mencapai
ribuan unit dan tersebar di pedesaan, limbah ini belum dimanfaatkan
secara optimal. Limbah kayu penggergajian yang dihasilkan dibuang ke
tepi sungai sehingga terjadi proses pendangkalan, pengecilan ruas dan
pencemaran air sungai.
Limbah kayu yang tidak dikelola dengan baik akan mencemari
lingkungan karena debu dan serbuk kayu penggergajian yang relatif kecil
dapat mencemari udara dan mengganggu pernapasan. Penanganan yang
ada selama ini pada industri skala kecil hanya membakar sisa limbah kayu
yang ada agar volumenya berkurang, namun cara ini sangat tidak ramah
lingkungan. Banyak warga di sekitar industri tersebut mengeluhkan asap
hasil pembakaran limbah kayu sangat menganggu pernapasan.

B. TUJUAN
Tujuan dari disusunnya makalah ini adalah untuk mengetahui cara
pengelolaan limbah kayu. Pengelolaan limbah ini diharapkan akan dapat
mengendalikan dampak dari pencemaran limbah kayu sekaligus
memanfaatkan limbah kayu menjadi barang yang lebih berguna.

3

BAB II
PERMASALAHAN

limbah utama dari industri kayu adalah potongan - potongan kecil dan
serpihan kayu dari hasil penggergajian serta debu dan serbuk gergaji. Limbah
tersebut sangat sulit dikurangi, sehingga bila tidak dikelola dengan baik limbah-
limbah ini aka berdampak buruk bagi lingkungan.
Untuk industri besar dan terpadu, limbah serbuk kayu penggergajian sudah
dimanfaatkan menjadi bentuk briket arang dan arang aktif yang dijual secara
komersial. Namun untuk industri penggergajian kayu skala industri kecil yang
jumlahnya mencapai ribuan unit dan tersebar di pedesaan, limbah ini belum
dimanfaatkan secara optimal. Limbah kayu penggergajian yang dihasilkan
dibuang ke tepi sungai sehingga terjadi proses pendangkalan, pengecilan ruas
dan pencemaran air sungai. Limbah kayu yang tidak dikelola dengan baik juga
akan mencemari lingkungan karena debu dan serbuk kayu penggergajian yang
relatif kecil dapat mencemari udara dan mengganggu pernapasan.
Penanganan yang ada selama ini hanya membakar sisa limbah kayu yang
ada agar volumenya berkurang, namun cara ini sangat tidak ramah lingkungan.
Banyak warga yang mengeluhkan asap hasil pembakaran limbah kayu sangat
menganggu pernapasan dan mengganggu keindahan lingkungan. Oleh karena
itu diperlukan suatu upaya khusus untuk menangani masalah limbah kayu ini dan
menjadikannya sebagai sesuatu yang bernilai ekonomi lebih tinggi.

4

BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Limbah Kayu
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH), definisi
limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Definisi secara umum,
limbah adalah bahan sisa atau buangan yang dihasilkan dari suatu
kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumahtangga, industri,
pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas
dan debu, cair atau padat. Sementara pengertian limbah kayu adalah kayu
sisa potongan dalam berbagai bentuk dan ukuran yang terpaksa harus
dikorbankan dalam proses produksinya karena tidak menghasilkan produk
(output) yang bernilai tinggi dari segi ekonomi dengan tingkat teknologi
pengolahan tertentu yang digunakan (DEPTAN, 1970).
Limbah kayu dihasilkan pertama kali dari proses eksploitasi hutan
yang terjadi di tempat penebangan, di sepanjang jalan pengangkutan, di
tempat pengumpulan, dan di log pond (tempat penimbunan), dengan
perkiraan jumlah limbah tersebut adalah sebesar 30 % dari jumlah total
kayu yang ditebang. Sementara limbah di industri penggergajian (saw mill)
berupa sabetan, potongan kayu, bagian yang cacat dan serbuk gergaji,
sedangkan pada industri kayu lapis (plywood) berupa kulit kayu, empulur,
bagian yang cacat/pecah, serpihan kayu, ptongan pinggir dan serbuk
gergaji.

B. Sumber-sumber Limbah Kayu
Limbah kayu dihasilkan terutama oleh dua sumber utama yaitu
berasal dari proses pemanenan (kegiatan eksploitasi) dan berasal dari
industri pengolahan kayu yakni industri penggergajian kayu (saw mill) dan
industri kayu lapis (plywood). Iriawan (1993) menyatakan bahwa limbah
kayu dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
1. Limbah kayu yang terjadi pada kegiatan eksploitasi hutan berupa
pohon yang ditebang terdiri dari batang sampai bebas cabang,
tunggak dan bagian atas cabang pertama.
5

2. Limbah kayu yang berasal dari industri pengolahan kayu antara lain
berupa lembaran veener rusak, log end atau kayu penghara yang
tidak berkuaitas, sisa kupasan, potongan log, potongan lembaran
veneer, serbuk gergajian, serbuk pengamplasan, sebetan, potongan
ujung dari kayu gergajian dan kulit.

C. Jenis-jenis Limbah Kayu dari Industri Pengolahan Kayu
Menurut Iriawan (1993) Limbah kayu pada industri penggergajian
terdiri dari serbuk gergaji, sabetan (slabs), dan potongan ujung.
Tabel 3.1 Komposisi Limbah Kayu Industri Penggergajian
Komponen Dalam Persen (%)
Serbuk gergaji 10,4
Sebetan 25,9
Potongan ujung 14,3
Jumlah 50,6
Sumber: Departemen Kehutanan (2006)
Sedangkan jenis limbah kayu yang terjadi pada industri kayu lapis
menurut Sumadiwangsa dan Widarmana (1982), antara lain berupa dolok
(log end), sisa kupasan (log core), sisa kupasan veneer, lembaran (veneer)
yang rusak, sisa potongan pinggir kayu lapis, serbuk gergaji (saw dust),
dan serbuk pengamplasan.
Tabel 3.2 Komposisi Limbah Industri Kayu Lapis
Komponen Dalam Persen (%)
Potongan dolok 17,6
Sisa kupasan veneer 11,0
Serbuk gergaji 2,7
Serbuk pengamplasan 3,2
Sisa veneer 23,4
Potongan tepi kayu lapis 4,3
Jumlah 62,2
Sumber: Departemen Kehutanan (2006)
Dari kedua tabel di atas dapat dilihat bahwa ternyata kayu hasil
(output) merupakan bagian kecil saja dari yang dieksploitasi dapat
dipergunakan, sedangkan sisanya berupa limbah kayu

6


D. Bahaya limbah kayu
Limbah Industri pengolahan kayu selama ini hanya sebagian kecil
yang dimanfaatkan kembali. Sebagian besar penanganan limbah
pengolahan kayu masih belum baik dan berpotensi untuk mencemari
lingkungan dan pada akhirnya akan berdampak pada kesehatan manusia.
Pari G (2002) mengungkapkan bahwa limbah kayu dari industri
pengergajian misalnya saja, masih banyak yang hanya ditumpuk dan
sebagian besar dibuang ke aliran sungai sehingga mengakibatkan
penyempitan alur dan pendangkalan sungai serta pencemaran air, bahkan
ada yang hanya dibakar secara langsung sehingga mencemari udara
dengan asap dan menambah emisi gas karbon di atmosfir.
Selain limbah kayu yang cukup banyak dihasilkan, Industri
pengolahan kayu juga menghasilkan debu kayu atau saw dust. Debu kayu
merupakan salah satu masalah utama pada industri pengolahan kayu
(woodworking). Debu kayu banyak dihasilkan saat proses pemotongan
kayu sehingga banyak terkandung dalam serbuk gergaji atau serbuk
pengamplasan.
Beberapa industri pengolahan kayu skala kecil biasanya memang
merupakan industri low tech yang berisik, kotor dan mempunyai tingkat
polusi yang tinggi. Salah satu polusi yang dihasilkan dari industri kayu
adalah debu kayu (saw dust) yang ditimbulkan dari proses pengolahan
kayu mulai dari penggergajian, pemotongan dan pengamplasan. Debu-
debu dari kayu tersebut bisa mengganggu kesehatan manusia dengan
cara: terhirup oleh pernapasan, terkena mata atau masuk telinga. Debu
kayu tersebut bahkan sudah cukup mengganggu dan bisa menimbulkan
alergi hanya dengan mengenai kulit manusia saja. Berikut ini beberapa
masalah kesehatan yang diakibatkan oleh serbuk kayu.
1. Iritasi dan alergi
Kayu yang mengenai kulit bisa saja menimbulkan alergi atau
iritasi. Beberapa orang yang mempunyai sifat alergi terhadap kayu
akan segera dapat merasakan akibat dari paparan debu kayu. Akibat
yang ditimbulkan antara lain adalah; gatal-gatal, ruam atau iritasi
kulit. Kerusakan dan akibat yang lebih parah bisa saja terjadi apabila
serbuk tersebut masuk ke dalam mulut, hidung, mata atau telinga
7

yang merupakan organ yang lebih sensitif dibandingkan kulit.
Beberapa penyakit yang diakibatkan oleh serbuk kayu antara lain
adalah: batuk, pilek, atau gangguan pernapasan. Beberapa jenis
kayu tertentu terbukti bisa mengakibatkan alergi terhadap manusia.
2. Gangguan kesehatan jangka panjang
Unsur dari serbuk kayu yang paling merusak mungkin adalah
debu halus tak terlihat (coarse inhalable particles) yaitu serbuk kayu
dengan ukuran 2-10 mikron. Debu kayu ini akan mengapung di udara
bahkan pada saat keadaan pabrik tenang dan mesin-mesin berhenti
beroperasi. Partikel-partikel tak terlihat ini dapat terhirup dan
menyebabkan luka kecil pada paru-paru kita; setiap kali hal ini terjadi,
hal itu dapat menyebabkan kerusakan ireversibel pada sistem
pernapasan. Efek langsungnya mungkin tidak kentara, tapi selama
jangka waktu yang lama, hal ini dapat mengakibatkan penurunan
kapasitas paru-paru secara signifikan, dan sejumlah masalah
kesehatan lainnya. Beberapa jenis kayu mempunyai toksisitas tinggi
yang telah terbukti bisa menyebabkan NPC (kanker pada saluran
penapasan).

E. Pengelolaan limbah kayu
Limbah kayu di Industri kayu harus dikelola dengan baik.
Pengelolaan yang dimaksud disini adalah bagaimana cara menyimpan dan
mengatur agar limbah ini tidak menjadi gangguan dan mencemari
lingkungan sebelum limbah-limbah kayu ini dimanfaatkan menjadi barang
yang mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi.
1. Pemisahan
Limbah di Industri pengolahan kayu terdiri dari berbagai macam jenis
dan ukuran mulai dari dolok (log end), sisa kupasan (log core), sisa
kupasan veneer, lembaran (veneer) yang rusak, sisa potongan
pinggir kayu lapis, serbuk gergaji (saw dust), dan serbuk
pengamplasan. Oleh karena itu limbah-limbah ini sebaiknya
dipisahkan menurut jenis dan ukuran agar pemanfaatannya menjadi
lebih mudah sesuai jenis limbah. Proses pemisahan ini harus
dilakukan mulai dari sejak awal proses pengolahan sehingga tidak
terjadi timbunan limbah kayu.
8

2. Penyimpanan
Pada industri kayu yang tidak langsung mengolah sendiri limbah
yang dihasilkannya, maka harus ada tempat khusus untuk
menyimpan limbah tersebut agar tidak mencemari lingkungan. Jika
telah tersedia tempat penyimpanan limbah yang secara khusus
disediakan maka diharapkan tidak akan terjadi pencemaran
lingkungan. Hal ini karena beberapa industri yang tidak mempunyai
tempat penyimpanan limbah khusus akan cenderung membuang
limbah kayu yang dihasilkannya di badan sungai atau membakar
limbah kayu sehingga menimbulkan asap dan mencemari udara.
3. Pemanfaatan Limbah kayu.
Proses selanjutnya dalam pengelolaan limbah kayu adalah dengan
memanfaatkannya menjadi barang yang berguna dan memiliki nilai
ekonomis yang lebih tinggi. Hal ini karena limbah kayu yang ada tidak
bisa begitu saja dibuang ke alam. Pembuangan limbah kayu ke
badan sungai semakin lama akan membuat pendangkalan sungai,
sehingga harus ada cara untuk memanfaatkan limbah kayu ini.
Pemanfaatan yang ada selama ini hanya dengan memanfaatkan
limbah kayu langsung sebagai bahan bakar. Cara ini kurang efektif
untuk dilakukan karena sebenarnya limbah-limbah kayu ini dengan
beberapa tahapan yang sederhana bisa diubah menjadi barang-
barang yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

F. Cara pemanfaatan limbah kayu menjadi barang berguna
Limbah kayu khususnya dari industri kayu lapis telah dimanfaatkan
sebagai papan blok, papan partikel (particle board) maupun sebagai bahan
bakar pemanas ketel uap. Adapun limbah dari industri penggergajian kayu
skala kecil pemanfaatannya masih belum optimal. Alternatif yang bisa
dikembangkan untuk pemanfaatan limbah industri penggergajian kayu
adalah sebagai berikut:
1. Arang Serbuk dan Arang Bongkah
Arang adalah residu hitam berisi karbon tidak murni yang dihasilkan
dengan menghilangkan kandungan air dan komponen volatil dari
hewan atau tumbuhan. Arang umumnya didapatkan dengan
memanaskan kayu, gula, tulang, dan benda lain. Arang yang hitam,
9

ringan, mudah hancur, dan meyerupai batu bara ini terdiri dari 85%
sampai 98% karbon, sisanya adalah abu atau benda kimia lainnya.
Arang merupakan suatu produk yang dihasilkan dari proses
karbonisasi dari bahan yang mengandung karbon terutama biomass
kayu. Produk ini utamanya banyak digunakan sebagai sumber energi.
Proses pembuatan arang sesungguhnyah dapat dihasilkan berbagai
arang yang mempunyai kegunaan berbeda misalnya arang biasa
hasil dari pembakaran hanya dapat dimanfaatkan sebagai sumber
energi untuk menghasilkan panas. Sedangkan arang dengan
memlalui proses pengaktifan fungsinya dapat berubah untuk
kesehatan, pertanian, kecantikan, elektronik, dll.
2. Arang Aktif
Arang aktif dapat dibuat dari semua bahan yang mengandung
karbon, baik itu bahan yang berasal dari bahan organic maupun dari
bahan non organic seperti tulang, resin, kayu serbuk gergaji, sekam
padi, gambut, batu bara, tempurung kelapa dan tempurung biji-bijian
lainnya (Pari, 1995). Ada dua macam cara pembuatan arang aktif
yaitu dengan bahan baku arang dan bahan baku aslinya.
3. Briket Arang
Briket arang merupakan bahan bakar padat yang mengandung
karbon, mempunyai nilai kalori yang tinggi, dan dapat menyala dalam
waktu yang lama. Bioarang adalah arang yang diperoleh dengan
membakar biomassa kering tanpa udara (pirolisis). Sedangkan
biomassa adalah bahan organik yang berasal dari jasad hidup.
Biomassa sebenarnya dapat digunakan secara langsung sebagai
sumber energi panas untuk bahan bakar, tetapi kurang efisien. Nilai
bakar biomassa hanya sekitar 3000 kal, sedangkan bioarang mampu
menghasilkan 5000 kal
4. Bag Log jamur
Bag log merupakan media untuk tempat tumbuh beberapa jamur,
seperti misalnya yangsering dibudidayak adalah jamur tiram. Bag log
ini dibuat dari serbuk gergaji kayu yang dicampur dengan beberapa
bahan.


10

5. Barang Kerajinan
Selain beberapa barang di atas, serbuk kayu serta limbah hasil
pengolahan kayu juga dapat dimanfaatkan menjadi berbagai macam
barang-barang kerajinan seperti kayu dan patung.

G. Prosedur pengelolaan
1. Pembuatan arang serbuk
Pembuatan arang serbuk ini dilakukan melalui beberapa tahap yang
sederhana, yakni dengan cara mengarangkan serbuk gergaji kayu
dalam tungku semi kontinyu yang terbuat dari logam. Hasil yang
didapatkan adalah berupa arang dalam bentuk serbuk yang bisa
digunakan untuk bahan bakar. Selain dapat untuk bahan bakar,
arang serbuk gergaji biasanya dimanfaatkan untuk campuran pupuk.
Dalam satu hari kerja (8 Jam kerja) dapat diarangkan sebanyak 500
sampai dengan 1000 kg serbuk gergajian kayu kering.
Proses pembuatan arang serbuk:


Serbuk kayu dimasukan ke dalam tungku yang bagian
bawahnya dilengkapi rak yang terbuat dari besi.
Proses pengarangan dilakukan di bagian bawah tungku dengan
cara mengaduk serbuk yang turun dari bagian atasnya.
Arang yang dihasilkan dimatikan dengan cara
melewatkan arang membara kedalam bak yang berisi air.
11

Proses di atas hanya bisa digunakan dalam pembuatan arang serbuk dalam
skala kecil. Untuk pembuatan arang serbuk dalam skala yang lebih besar
misalnya untuk skala industri proses pembuatannya menggunakan bak. Pada
prosesnya serbuk kayu gergajian diarangkan dengan tungku yang terbuat dari
bata merah yang dilengkapi dengan sirkulasi udara, cerobong asap dan ruang
penarikTahapan proses pembuatan arang serbuk skala besar (skala industri)
adalah sebagai berikut:





















diberi amparan ranting-ranting kayu kering 2-3,5 cm
kemudian serbuk kayu gergajian ditaburkan ke dalam
bak secara merata dengan ketebalan 5 10 cm.
Pada bagian depan tungku dibuat lobang untuk pembakaran
awal sebanyak 6 buah dengan 10 cm, kemudian diberi minyak
tanah secukupnya dan dibakar sampai membara dan keluar asap
dari cerobong asap.
Untuk membantu menarik asap kecerobong pada bagian bawah
cerobong dipanaskan dengan cara dibakar dan selanjutnya dilakukan
penambahan serbuk gergajian kayu jika sudah terlihat warna serbuk
menjadi hitam kecoklatan setiap 2 jam sekali.
12

2. Pembuatan Briket Arang
Pembuatan briket arang ini merapukan suatu kelanjutan dari proses
pembuatan arang serbuk. Arang serbuk yang dihasilkan dari
pengarangan serbuk kayu selanjutnya dapat ditingkatkan kembali
nilai ekonomisnya dengan membuatnya menjadi bentuk briket arang.
Hal ini akan dapat memperbaiki sifat fisiknya terutama kerapatan,
kebersihan dan ketahanan tekan serta memperlambat kecepatan
pembakaran sehingga bentuk produk tersebut akan mempunyai
ukuran yang sama dan lebih disenangi konsumen.
Mengubahan komponen kimia kayu menjadi bentuk karbon (arang)
ternyata dapat memperbaiki nilai pembakarannya ditinjau dari nilai
kalor bakar, mutu pembakaran dan kebersihan. Sifat pembakaran
arang lebih menguntungkan dibandingkan dengan asalnya, antara
lain nilai kalor bakar lebih tinggi (6000-7000 kkal/kg) serta asap dan
kotoran tersisa lebih sedikit perubahan kayu menjadi arang akan
lebih luas penggunaannya sebagai bahan bakar untuk rumah tangga
dan industri.
Teknologi pembuatan briket arang dilakukan dengan menggunakan
sistem kempa hidroaulik secara manual dan semi manual. Proses
pembuatan briket arang terdiri beberapa tahap pengerjaan sebagai
berikut:



Siapkan arang
serbuk yang
mempunyai kadar
air 15 - 30 %
Arang kemudian
digiling dan diayak
hingga didapat
serbuk arang
berukuran 20-60
mesh.
Arang serbuk
dicampur dengan
perekat kanji
tapioka (2,5-5%
berdasarkan berat)
kemudian diaduk
sampai rata.
Dimasukan
kedalam lubang
cetakan briket
dan dikempa.
Briket arang yang masih
basah dikeringkan dalam
open pada suhu 60
0

selama 24 jam, atau dapat
dilakukan dengan cara
dijemur dibawah panas
matahari selama 2-3 hari.
13

3. Pembuatan Arang Aktif
Arang aktif dapat dibuat dari semua bahan yang mengandung
karbon, baik itu bahan yang berasal dari bahan organik maupun dari
bahan non organik seperti tulang, resin, kayu serbuk gergaji, sekam
padi, gambut, batu bara, tempurung kelapa dan tempurung biji-bijian
lainnya (Pari, 1995). Ada dua macam cara pembuatan arang aktif
yaitu dengan bahan baku arang dan bahan baku aslinya. Tahapan
kerja pembuatan arang aktif adalah sebagai berikut:
a. Pembuatan granular
Arang yang dihasilkan dari proses pengarangan dibuat menjadi
bentuk granural dengan ukuran sebesar krikil (2-3 cm) dengan
menggunakan alat pemukul. Untuk serbuk gergaji tidak
memerlukan penghalusan ukuran partikel, kegiatan
memperkecil bentuk arang adalah untuk memperbesar bidang
kontak antara bahan baku dengan bahan pengaktif.
b. Perendaman dalam bahan kimia
Arang atau bahan baku lain dimasukan kedalam bak yang
didalamnya sudah merisi larutan kimia seperti: ZnCl2, CaCl2 ,
Mg Cl2, NaOH,H3PO4dalam konsentrasi yang berbeda-beda
tergantung dari jenis bahan. Lama perendaman sekitar 12-24
jam dan kemudian ditiriskan dengan meletakan ditempat
terbuka sambil sesekali dibalikan sampai air permukaan hilang.
Untuk menghemat larutan kimia dapat juga dengan melakukan
meletakan bahan di atas saringan yang bagian atasnya dilapisi
kacanyamuk, sehingga larutan sisa dapat digunakan kembali
dengan menambah larutan baru.
c. Pengaktifan dengan uap air panas
Butiran arang yang selesai ditiriskan dimasukan ke dalam
ruangan pengaktif melalui pintu, kemudian pintu ditutup dan
dibagian luar ditahan dengan bata merah. Setelah suhu ruang
pengaktif mencapai 900oC selanjutnya diberi uap panas 36
jam sampai suhu terus meningkat hingga mencapai 1100 oC.
Apabila suhu menjadi turun, penyemprotan uap dihentikan
sampai suhu meningkat kembali. Pemberian uap secara
periodic setiap selang 15- 20 menit agar suhu ruangan tetap
14

konstan. Setelah penyemprotan selesai, pemanasan masih
terus dilakukan selama 12 jam untuk mengeringkan bahan dan
kemudian dikeluarkan dari tanur sambil langsung disemprot air
agar tidak terbakar. Waktu yang dibutuhkan untuk pengaktipan
adalah 48-50 jam.
d. Pengemasan
Arang aktif yang sudah kering dikemas dikemas dalam karung
plastik yang terlindung dari udara masuk. Pengemasan dalam
ukuran besar dapat menggunakan karung plastik pada bagian
dalamnya dilapisi lagi dengan lembaran plastik.

Gambar Tungku Arang Aktif

4. Pembuatan Baglog Jamur
Baglog adalah sebuah media yang menjadit tempat tumbuhnya jamur
tiram putih, yang berasal dari campuran serbuk gergaji, bekatul,
kalsium, dan tepung. Serbuk gergaji yang dapat dipakai sebagai
baglog adalah serbuk gergaji yang tidak mengandung kadar getah
yang tinggi dan kayu keras. Tahapan cara pembuatan baglog adalah
sebagai berikut:

15

























Persiapan bahan (100 kg bubuk kayu, 3
kg dedak halus, 1 kg kaptan ( Kapur
Pertanian ), 1kg Gips, Air bersih)
campurkan bubuk kayu,kaptan dan gips
dengan merata, setelah tu campur dengan
air bersih hingga kira kira campuran tidak
terlalu basah dan tidak terlalu kering.
masukkan kedalam karung dan simpan selama 1 minggu.
setelah 1 minggu buka karung campuran
keempat bahan tadi dan bungkus dalam plastik
ukuran 1 kiloan ( Baglog ),pastikan terisi padat
lalu ikat dengan tali atau karet gelang.
kukus baglog dalam boiler atau drum kurang
lebih 8 jam, setelah itu diamkan kukusan
baglog sampai benar - benar dingin.
selanjutkan memasukan bibit jamur ke
dalam baglog. kira - kira 1 botol bibit
jamur untuk + 30 baglog. Proses ini di
lakukan di tempat tertutup dan steril.
setelah itu pasang cincin baglog dan tutup
dengan kertas aluminium foil atau kertas
koran, lalu ikat dengan karet gelang.
simpan baglog di tempat yg lembab dan
tertutup. tunggu sampai semua
peermukaan baglog berwarna putih. jika
pada baglog keluar warna selain putih hati -
hati ada kemungkinan baglog
terkontaminasi, pisahkan baglog tersebut
agar tidak mengkontaminasi baglog lain.
16


BAB IV
KESIMPULAN

Limbah dari proses pengolahan kayu adalah berupa kulit kayu, empulur,
bagian yang cacat/pecah, serpihan kayu, ptongan pinggir dan serbuk gergaji.
Limbah ini jika tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan dan juga merusak keindahannya.
Pemanfaatan limbah kayu adalah cara untuk menjadikan limbah kayu
menjadi barang yang bernilai ekonomis tinggi, seperti misalnya dengan
mengolahnya menjadi arang serbuk dan arang bongkah, briket arang, arang
aktif, baglog jamur, barang kesenian, dan lain sebagainya. Dengan
memanfaatkan limbah kayu menjadi barang yang lebih berguna diharapkan
pencemaran lingkungan akibat penimbunan limbah kayu dapat dihindari.

17

DAFTAR PUSTAKA
Hendra, Dj. 2007. Teknologi tepat guna pembuatan arang, briket dan tungku
hemat energi. Puslitbang Hasil Hutan. Bogor
Iriawan, B. 1993. Pemanfaatan Limbah Industri Kayu Lapis dan Industri
Penggergajian sebagai Bahan Baku Papan Partikel. Makalah Seminar
Mahasiswa Kehutanan Indonesia III: Samarinda
Pari, G. 1996. Pembuatan Arang Aktif Serbuk Gergajian Sengon dengan Cara
Kimia. Buletin Penelitian Hasil Hutan. Forest Products Research Bulletin:
Bogor.
Soenarno, Sri Murni. 2011. Pengelolaan Limbah. Makalah Pelatihan Pendidikan
Konservasi Alam The Indonesian Wildlife Conservation Foundation (IWF)
dan Balai Taman Nasional Alas Purwo: Banyuwangi, Jawa Timur
Standar Nasional Indonesia. 1995. Arang aktif teknis. SNI 06-3730-1995. Badan
Standardisasi Nasional Indonesia, Jakarta.
Sudrajat dan S. Soleh. Petunjuk teknis pembuatan arang aktif. Puslitbang hasil
Hutan dan Sosek klehutanan, Bogor.
Sumadiwangsa dan Widarmana, 1982. Bahan Baku Kayu dan Perekat untuk
Pembuatan Papan Partikel. Majalah Kehutanan Indonesia No. 8 Tahun VII:
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai