Disusun oleh:
Depok, 29
April 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
Simpulan ........................................................................................................26
Saran ...............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabtes mellitus merupakan penyakit kelainan pada system
metabolic tubuh, dimana terjadi gangguan pada sel penghasil insulin (sel
beta pancreas) atau insulin yang dihasilkan tidak mampu menjalankan
fungsinya dengan baik. Pada tubuh, insulin memiliki peranan penting
dalam pengaturan kadar gula dalam darah. Insulin akan mengikat gula
darah dan akan membawa masuk gula darah kedalam sel untyk dapat
diolah menjadi energy. Ketika insulin tidak dapat terbentuk atau tidak
dapat menjalankan fungsinya dengan baik, tidak ada transportasi yang
membawa gula darah masuk kedalam sel, gula dalam darah yang pada
akhirnya berlebihan, sehingga tidak dapat masuk kedalam sel justru akan
menyebabkan kerusakan diseluruh organ tubuh. Hal inilah yang
menyebabkan ketidakseimbangan dalam metabolisme tubuh termasuk
diantaranya berpotensi menyebabkan gangguan tumbuh kembang anak.
Diabetes mellitus bukan hanya terjadi pada orang dewasa, namun
bias pula terjadi pada anak-anak. Yang membedakannya adalah factor
penyebabnya, dimana pada orang dewaa lebih sering disebut DM Tipe II
ysng disebabkan karena gaya hidup yang tidak sehat. Namun, pada anak-
anak disebut sebagai DM tipe I atau juvenile diabetes yang disebabkan
oleh factor genetic dan proses autoimun (suatu kondisi dimana system
pertahanan tubuh menyerang sel-sel sehat didalam tubuh sendiri).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi juvenile diabetes.
2. Mengetahui insiden terjadinya juvenile diabetes di Indonesia.
3. Mengetahui etiologic dan factor resiko pada juvenile diabetes.
4. Megetahui manifestasi klinik padapasien dengan juvenile diabetes.
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien
dengan juvenile diabetes.
6. Mengetahui penatalaksanaan medis yang dilakukan paa pasien dengan
juvenile diabetes.
7. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan juvenile
diabetes.
8. Mengetahui cara membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan
juvenile diabetes.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Diabetes melitus tergantung-insulin (insulin dependent diabetes
melitus), atau diabetes awitan anak-anak (diabetes juvenilis), disebabkan
oleh kurangnya kemampuan atau hilangnya kemampuan sekresi sel-sel
beta pankreas, yang menyebabkan defisiensi insulin. Pada defisiensi
insulin komplet diperlukan penggunaan insulin eksogen untuk
meningkatkan penggunaan glukosa yang tepat dan mencegah komplikasi
akibat naiknya kadar glukosa, seperti ketoasidosis diabetikum dan
kematian. Defisiensi insulin menyebabkan produksi glukosa yang tidak
terbatas tanpa penggunaan yang tepat, sehingga menimbulkan
hiperglikemia dan peningkatan lipolisis serta dihasilkannya keton, dan
pada gilirannya menimbulkan lipemia, ketonemia, dan ketonuria.
Juvenil diabetes atau diabetes tipe 1 muncul ketika pankreas
sebagai pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu memproduksi
insulin. Akibatnya, insulin tubuh kurang atau tidak ada sama sekali.
Glukosa menjadi menumpuk dalam peredaran darah karena tidak dapat
diangkut ke dalam sel. Diabetes tipe 1 biasanya adalah penyakit autoimun,
yaitu penyakit yang disebabkan oleh gangguan sistem imun atau
kekebalan tubuh dan mengakibatkan rusaknya sel pankreas.
B. Insiden
1. Lima belas persen dari semua penderita diabetes melitus adalah
diabetes melitus tergantung insulin
2. Sembilan puluh tujuh persen pasien yang baru didiagnosis diabetes
juvenilis menderita diabetes melitus tergantung insulin
3. Usia rerata awitan penyakit ini adalah 11 tahun pada anak
perempuan dan 12,5 tahun pada anak laki-laki
4. Pada anak-anak usia pra sekolah, penyakit ini lebih banyak
terdapat pada anak laki-laki
5. Pada anak-anak usia 5 – 10 tahun, penyakit ni lebih banyak pada
aak perempuan
6. Penyakit ini lebih sering didiagnosis pada musim dingin daripada
musim panas
7. Ketoasidosis diabetik sering menjadi penyebab morbiditas dan
terkadang kematian
8. Insidens terbanyak pada usia antara 5 dan 7 tahun serta saat
pubertas
C. Etiologi
Faktor genetik
DM tipe 1 tidak diwariskan, tetapi faktor keturunan merupakan faktor utama
dalam etiologi. Dalam lebih dari 40 sindrom genetik langka, diabetes adalah
fitur utama (Harris, 2003). Tidak ditemukan pola mendelian sederhana
untuk DM. Anak-anak yang lahir dari ayah dengan DM tipe 1 sekitar tiga
kali lebih mungkin untuk mengalami DM tipe 1 (sekitar 7% frekuensi)
daripada anak-anak yang lahir dari ibu dengan DM tipe 1 (frekuensi sekitar
2%) (lihat kotak Fokus Penelitian). Setidaknya 60% kerentanan genetik
terhadap DM tipe 1 diberikan oleh human leukocyte antigen (HLA) pada
kromosom 6. Beberapa alel telah terlibat, termasuk DR3, DR4, dan DQ8.
Alel dengan risiko tertinggi (DR3 dan DR4) ditemukan pada 95% pasien
dengan diabetes. Hanya 50% orang nondiabetes yang memiliki alel ini.
Mekanisme Autoimun
Antibodi sel pulau pankreas (ICA) ditemukan pada sekitar 70% hingga 85%
pasien yang baru didiagnosis dengan DM tipe 1. Antibodi hilang 1 tahun
setelah diagnosis pada kebanyakan orang, tetapi pada beberapa antibodi itu
dapat bertahan selama bertahun-tahun. Teori saat ini adalah bahwa
kehadiran gen HLA menyebabkan cacat pada sistem kekebalan yang
membuat pemiliknya rentan terhadap peristiwa pemicu, yang dapat menjadi
sumber makanan, virus, bakteri, atau bahan kimia yang mengiritasi. Faktor
predisposisi memulai proses autoimun yang secara bertahap
menghancurkan sel beta. Tanpa sel beta, tubuh tidak dapat memproduksi
insulin. Tidak jelas apakah ICA adalah hasil dari proses inflamasi atau aspek
signifikan dari kerusakan sel beta. Ada kontroversi mengenai apakah
respons autoimun terutama dimediasi oleh respons limfosit atau respons
humoral (antibodi) atau merupakan hasil dari keduanya. Ada hubungan
yang kuat antara DM tipe 1 dan gangguan endokrin autoimun lainnya.
Peningkatan insiden gangguan endokrin autoimun lainnya, seperti tiroiditis
dan penyakit Addison, telah ditemukan pada keluarga anak-anak dengan
DM tipe 1 yang terkait dengan DR3. Para peneliti juga menemukan anti-
ICA di sejumlah kerabat tingkat pertama yang tidak terpengaruh dari anak-
anak dengan DM tipe 1 (Bingley dan Gale, 2006). Temuan ini menawarkan
harapan untuk mengidentifikasi orang yang berisiko diabetes dengan
kemungkinan skrining dan implementasi terapi. Penelitian juga terus
mengidentifikasi risiko genetik dan pemicu lingkungan dengan harapan
mengembangkan strategi pencegahan seperti imunisasi. Pengobatan dengan
siklosporin atau bentuk imunosupresi lainnya telah diuji sebagai intervensi
awal pada orang yang baru didiagnosis dengan DM tipe 1. Efek
imunosupresi seumur hidup harus hati-hati ditimbang terhadap efek seumur
hidup diabetes
Virus
Berbagai virus, termasuk gondong, coxsackievirus B, dan rubella bawaan,
telah terlibat sebagai faktor lingkungan utama dalam etiologi DM. Sel pulau
tampaknya sangat rentan terhadap kerusakan virus langsung atau
penghinaan bahan kimia. Virus berfungsi sebagai faktor pencetus, atau
"pemicu," yang menyebabkan respons autoimun pada pasien. Etiologi viral
juga membantu menjelaskan variasi musiman pada permulaan DM.
Meskipun variasi musiman ini tidak jelas pada anak di bawah usia 5 tahun,
peningkatan yang ditandai pada anak yang lebih tua selama bulan-bulan
musim dingin sangat menunjukkan hubungan penyakit menular dalam
penyebab atau ekspresi diabetes pada anak.
D. Manifestasi Klinis
Poliuria
Polidipsi
Poliphagi
Kadar gula darah yang tinggi dan tidak diangkut ke dalam sel
menyebabkan sel kekurangan glukosa untuk diubah menjadi energi. Sel
akan memetabolisme cadangan makanan sehingga tubuh kekurangan
cadangan makanan sehingga timbul respon tubuh berupa lapar yang
berlebih.
Penglihatan kabur
E. Patofisiologi
Produksi insulin
Hiperglikemi
F. Pemeriksaan Penunjang
Glukosa darah harus dimonitor secara rutin (dengan glucometer) sebelum makan
dan sebelum tidur. Hipoglikemia pada malam hari atau variabilitas kadar glukosa
darah pagi hari yang besar memerlukan pemeriksaan glukosa darah tambahan
pada pukul 2 atau 3 pagi untuk memastiksan tidak ada hipoglikemia atau
Pemeriksaan Laboratorium :
1. Glukosa darah : meningkat 200-100 mg/dL
2. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Elektrolit :
Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
Kalium : normal atau peningkatan semu
Fosfor : lebih sering menurun
5. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal
yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir
6. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat (dehidrasi)
7. Ureum/kreatinin : mungkin meningkat atau normal (penurunan fungsi
ginjal)
8. Insulin darah : mungkin menurun atau bahkan sampai tidak ada. Resistem
insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody
9. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin
G. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Cairan
Terapi cairan intravena diperlukan untuk memulihkan volume intravascular dan
intraselular. Terapi cairan awal biasanya berupa infuse larutan salin normal.
Terapi cairan pengganti selanjutnya bergantung pada keadaan hidrasi, kadar
elektrolit dan glukosa serum, serta haluan urin. Selain mengoreksi dehidrasi,
terapi cairan juga mengoreksi hiperglikemia, hiperosmolalitas, dan asidosis.
Pengkajian
a. Identitas
b. Keluhan utama
Ds yg mungkin timbul :
Do :
c. Keadaan Umum
d. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan nadi,
dan kondisi patologis. Biasanya pada DM type 1, klien cenderung memiliki TD
yang meningkat/ tinggi/ hipertensi.
• Pulse rate
• Respiratory rate
• Suhu
e. Pemeriksaan Fisik
• Inspeksi : kulit dan membrane mukosa tampak kering, tampak adanya atropi otot,
adanya luka ganggren, tampak pernapasan cepat dan dalam, tampak
adanyaretinopati, kekaburan pandangan.
.- Elektrolit :
• Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampaitidak ada ( pada tipe 1) atau
normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensiinsulin/
gangguan dalam penggunaannya(endogen/eksogen). Resisten insulin dapat
berkembangsekunder terhadap pembentukan antibody .( autoantibody)
• Urine : gula dan aseton positif : berat jenis danosmolalitas mungkin meningkat.
g. Riwayat Kesehatan
Hal – hal yang biasanya didapat dari pengkajian pada kliendengan diabetes mellitus
:
1. Aktivitas/ Istirahat
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
2. Sirkulasi
3. Integritas Ego
Stress, ansietas
4. Eliminasi
5. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
6. Neurosensori
7. Nyeri / Kenyamanan
8. Pernapasan
9. Keamanan
ASUHAN KEPERAWATAN
Data Fokus
- Pasien
mengatakan berat
badannya turun
5kg dalam 1 bulan
DO :
- Pasien terlihat
lemas
- Pasien
mengatakan
tubuhnya lemas
nyaris pingsan
DO :
- Pasien terlihat
lemas
- Pasien
mengatakan mudah
lelah, suka terasa
kesemutan pada
jari tangan atau
kaki,
penglihatannya
kabur
DO :
- Pasien terlihat
lemas
- Hasil
pemeriksaan
glukosa darah
sewaktu (GDS)
meningkat dan
hasil pemeriksaan
hbA1c meningkat.
- Hitung bb ideal
pasien
- Monitor
ketokloin, sesuai
indikasi.
-Konsultasi
dengan dokter
bila tanda
hiperglikemi
memburuk atau
persisten
-Identifikasi
kemungkinan
penyebab
hiperglikemia
-Antisipasi situasi
dimana
kebutuhan insulin
meningkat
-Batasi latihan
bila kadar gula
darah lebih dari
250 mg/dl,
terutama bila ada
keton dalam urine
- -Tinjau ulang
kadar glukosa
darah
- menghitung BB ideal
pasien
Dx 2 - Menginstruksikan pasien S : Pasien mengatakan
mengenai kebutuhan berat badanya kembali
nutrisi. normal sesuai dengan
tinggi badan
- Menciptakan lingkungan
yang optimal pada saat O : pasien tidak terlihat
mengkonsumsi makan. lemas
- Memonitor kadar
glukosa darah
- Memonitor ketokloin,
sesuai indikasi.
PENUTUP
Simpulan
Saran
Jika terdapat kekurangan dalam makalah ini, kami mohon maaf. Untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangunnya agar kami dapat
membuat makalah yang lebih baik dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Bets, c. L., & Sowden, I. A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta:
EGC.
Abraham M. Rudolph, Julien I.E Hofman, Colin D.Rudolph. (2010). Buku Ajar
Pediatric Rudolph (Buku kedokteran) Edisi 20. Jakarta : Rineka Cipta.
Black, M. Joyce&Hawks J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Buku2.
Elsevier: Singapore.
Suriadi, Rita Yuliani. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta :
Sagung setia.
Wong D. L., Huckenberry M.J.(2015).Wong’s Nursing care of infants and children.
Mosby Company, St Louis Missouri.
Marcdante, Karen J, dkk. 2014. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial Edisi
Keenam. Singapore: Saunders Elseivers
Herdman.T.H. (2018). NANDA International Nursing Diagnoses: Definition &
Classification 2018-2020. Oxford: Wiley-Blackwell.
Bulechek, G. (2013). Nursing Intervention Classification (NIC). 6th Edition.
Missouri: Elseiver Mosby.
Moorhead, S. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of
Health Outcomes. 5th Edition. Missouri: Elseiver Sauender.
LAMPIRAN