Anda di halaman 1dari 18

TINJAUAN AGAMA, SOSIAL, DAN

BUDAYA PADA PERAWATAN


PALIATIF
Oleh Kelompok 1 :
Asa Alamanda 1710711062
Clara Septi Amanda 1710711066
Tsilmi Adhari 1710711069
Clara Widya Mulya M 1710711070
Christin Natalia 1710711126
Indah Fitri Amelia 1710711140
Regita Cahyani 1710711147
Tinjauan Agama tentang Perawatan Paliatif
• Pengertian kebutuhan spiritual
Topik • Karakteristik spiritual
• Faktor-faktor yang
Pembahasan mempengaruhi kebutuhan
spiritual
• Cara memberikan perawatan
spiritual

Tinjauan Sosial Budaya tentang Perawatan


Paliatif
• Pengertian social
• Pengertian kebudayaan
• Faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku manusia dari
tingkat kesehatan
• Kajian social budaya tentang
perawatan paliatif
• Budaya masyarakat tentang
pengobatan pada penyakit paliatif
01
Pengertian Kebutuhan
Spiiritual
(Kozier (Aziz,
2014 (Ummah
dkk,
dalam
2008) Sasmika,
, 2016).
2016).

Spiritual berasal dari Spiritual merupakan sesuatu Kebutuhan spiritual adalah suatu
kata latin yaitu yang di percayai oleh kebutuhan untuk
“spiritus” yang seseorang dalam hubungannya mempertahankan atau
memiliki arti napas dengan kekuatan yang lebih mengembalikan keyakinan dan
atau angin dan dapat tinggi (Tuhan) yang memenuhi kewajiban agama, serta
di notasikan bahwa menimbulkan suatu kebutuhan kebutuhan untuk mendapatkan
spiritual memberikan serta kecintaan terhadap maaf atau pengampunan,
kehidupan atau adanya Tuhan dan mencintai, serta menjalin
esensi dalam permohonan maaf atas hubungan penuh rasa percaya
manusia kesalahan yang pernah dibuat dengan Tuhan
02
Karakteristik Spiritual
Siregar (2015) menyatakan bahwa
pemenuhan spiritual harus
berdasarkan 4 karakteristik spiritual itu
sendiri.
Ada beberapa karakteristik yang dimiliki spiritual,
adapaun karakteristik itu antara lain:

a. Hubungan dengan diri sendiri


Merupakan kekuatan dari dalam
diri seseorang yang meliputi
pengetahuan diri yaitu siapa
dirinya, apa yang dapat b. Hubungan dengan orang lain
dilakukannya dan juga sikap atau sesama
yang menyangkut kepercayaan Hubungan seseorang dengan
pada diri sendiri, percaya pada sesama sama pentingnya
kehidupan atau masa depan, dengan diri sendiri. Kebutuhan
ketenangan pikiran, serta untuk menjadi anggota
keselarasan dengan diri sendiri masyarakat dan saling
(Young dan Koopsen, 2007). keterhubungan telah lama diakui
sebagai bagian pokok dalam
pengalaman manusiawi
(Young dan Koopsen, 2007).
3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBUTUHAN SPIRITUAL

Menurut Taylor dan Craven dan Hirnle


dalam Ummah (2016) menyebutkan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
spiritual seseorang diantaranya:
TAHAP PERKEMBANGAN SISTEM HUBUNGAN

• Spiritual berubungan dengan • Sistem pendukung individu seperti


kekuasaan non material, keluarga dan pihak yang
seseorang harus memiliki mempunyai peran penting di
beberapa kemampuan berfikir dalam hidup (Archiliandi, 2016).
abstrak sebelum mulai mengerti Peranan keluarga penting dalam
spiritual dan menggali suatu perkembangan spiritual individu.
hubungan dengan Tuhan.
PENGALAMAN HIDUP
LATAR BELAKANG ETNIK DAN SEBELUMNYA
BUDAYA.

• Sikap, keyakinan, dan nilai • Pengalaman hidup yang positif


dipengaruhi oleh latar belakang ataupun negatif dapat
etnik dan sosial budaya. Pada mempengaruhi spiritual
umumnya seseorang akan seseorang, peristiwa dalam
kehidupan seseorang biasanya
mengikuti tradisi agama dan
dianggap sebagai suatu cobaan
spiritual keluarga.
yang diberikan Tuhan kepada
manusia untuk menguji
keimanannya.
KRISIS PERUBAHAN TERPISAH DARI IKATAN SPIRITUAL

• Krisis dan perubahan dapat • Menderita sakit terutama yang


bersifat akut, sering kali membuat
menguatkan seseorang. Krisis
individu merasa terisolasi dan
sering dialami pada saat orang kehilangan kebebasan pribadi dari
sedang menghadapi penyakit, sistem dukungan sosial. Akibatnya,
penderitaan, proses penuaan, kebiasaan hidup sehari-hari juga
berubah, diantaranya tidak dapat
kehilangan, dan bahkan kematian.
mengikuti kegiatan keagamaan
Perubahan dalam kehidupan dan atau tidak dapat berkumpul
krisis yang dihadapi tersebut dengan keluarga atau teman dekat
merupakan pengalaman spiritual yang bisa memberikandukungan
setiap saat bila diinginkan.
yang bersifat fisik dan emosional.
4. MEMBERIKAN PERAWATAN SPIRITUAL

• Membaca Kitab Suci merupakan


• Sebelum memulai perawatan spiritual salah satu bagian dari intervensi
yang efektif , profesional harus spiritual yang dapat digunakan untuk
mengetahui dan memahami tingkat mengatasi penyakit-penyakit yang
kesadaran pasien yang melibatkan kronis. Bacaan Kitab Suci dapat
pemeriksaan keyakinan pribadi dan menjadi sebuah sumber kenyamanan
nilai-nilai, dikombinasikan dengan dan kekuatan untuk orang-orang
sikap positif terhadap kesehatan percaya (Ross L, 2010).
rohani.
LANJUTAN

• Keterampilan komunikasi yang baik. • Spiritualitas dengan ritual agama,


Empati dan aktif mendengarkan, di misalnya sembahyang, berperan
mana pasien diterima tanpa syarat. penting dalam membantu menerima
Mampu melepaskan diri dari penyakit. Pelaksanaan ritual agama
keegoisan anda sendiri dan oleh peserta adalah sangat kuat.
berkonsentrasi pada kepercayaan Mereka meminta pemuka agama
anda (Ganeva, 1998). untuk berdoa untuk kedamaian atau
kesembuhan penyakit mereka. Karena
kondisi budaya di beberapa daerah
cenderung religius, mereka cenderung
lebih bergantung pada agama untuk
mengadapi situasi-situasi kritis.
TINJAUAN SOSIAL BUDAYA DALAM PERAWATAN
PALIATIF

• Pengertian sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala


sesuatu yang mengenai masyarakat atau kemasyarakatan.Kebudayaan atau
kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan
penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya.
Perawat berperan dalam memberi pengertian dan meluruskan keyakinan
atau budaya yang dianut oleh masyarakat tentang kesehatan tersebut.
Faktor Predisposisi (predisposing factors), yang
terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan
sebagainya
Green dalam Notoatmodjo (2007)
mengatakan bahwa perilaku
manusia dari tingkat kesehatan
dipengaruhi oleh 2 faktor pokok Faktor pendukung (enabling factors), yang
yaitu faktor perilaku (behaviour terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau
cause) dan faktor di luar perilaku tidak tersedianya fasilitasfasilitas atau sarana-
(non-behaviour cause). Perilaku itu sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-
sendiri terbentuk dari tiga factor, obatan, air bersih dan sebagainya
yaitu :

Faktor pendorong (reinforcing factors) yang


terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lain, yang merupakan
kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
• Sosial budaya memiliki peran penting • Kebudayaan perilaku kesehatan di
dalam memberikan pandangan masyarakat sudah melekat dan sudah
masyarakat tentang penanganan sangat beragam, serta seringkali dari
sakit yg mereka alami,sesuai dengan hal tersebut tentang kekuatan gaib.
tradisi dan kepercayaan yg tumbuh Oleh karena itu perawat perlu
dalam masyarakat tsb, misalnya mempelajari kebudayaan mereka
mereka masih mempercayai kekuatan dan menciptakan kebudayaan yang
gaib oleh dukun yang bias inovatif sesuai dengan norma,
menyembuhkan sakit mereka, ataupun berpola, dan benda hasil karya
bayi yang diare dan demam manusia.
pertanda akan pintar berjalan
1. KAJIAN SOSIAL BUDAYA TENTANG PERAWATAN
PALIATIF

• faktor sosial budaya adalah salah • Untuk mengatasi masalah kesehatan


satu factor yang menentukan kondisi disuatu daerah, kita perlu
kesehatan masyarakat, bila faktor mempelajari dasar budayanya.
tersebut telah tertanam dan kajian sosial budaya tentang
terinternalisasi dalam kehidupan dan perawatan paliatif bertujuan untuk
kegiatan masyarakat , untuk merubah mencapai derajat kesehatan yang
perilaku yang telah terbentuk tersebut setinggi-tingginya, meningkatkan
merupakan hal yang cendrung sulit kualitas hidup pasien dan keluarga
dalam menghadapi masalah yang
berhubungan dengan penyakit yang
mengancam kehidupan.
2. BUDAYA MASYARAKAT TENTANG PENGOBATAN
PADA PENYAKIT PALIATIF

• pemahaman magis yang irasional banyak penderita kanker


payudara justru memilih ke
dukun alias pengobatan
terhadap pengobatan melalui dukun alternative, hingga bertambah
parah dan dating ke dokter
sangat dipercayai oleh masyarakat saat sudah stadium tinggi
dan sangat sulit untuk dilepaskan
karena sudah turun-temurun. Peranan
budaya dan kepercayaan yang ada
fenomena dukun Ponari
dimasyarakat itu diperkuat oleh sempat menyita perhatian
masyarakat Indonesia
rendahnya tingkat pendidikan dan beberapa tahun yang lalu,
cerita kemunculan dukun
tingkat ekonomi Ponari dengan batu saktinya
sebagai media penyembuhan
dengan cara di celupkan ke
air
DAFTAR PUSTAKA

• Ayu Purnamaningrum, 2010, Faktor-Faktor Yang Berhubungan DenganPerilaku Masyarakat


Untuk Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Mata (Factors Related To The Community’s Behaviour
To Get EyeHealth Servic), Universitas Diponegoro.
• Dwi Hapsari, dkk.,2012, Pengaruh Lingkungan Sehat, Dan PerilakuHidup SehatTerhadap Status
Kesehatan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan, Jakarta.
• Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT. Citra AdityaBakti : Bandung.
• Fitri Nur azizah. 2013. Aspek Sosial Mempengaruhi Kesehatan
• Lukman Hakim, dkk., 2013, Faktor Sosial Budaya Dan Orientasi Masyarakat
DalamBerobat(Socio-Cultural Factors And SocietalOrientation In TheTreatment), Universitas
Jember (UNEJ), Jember.
• Momon sudarman, sosiologi untuk kesehatan, google book.
• Notoatmodjo Soekidjo, 1990, Pengantar Perilaku Kesehatan, FKM-UI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai