Anda di halaman 1dari 14

I.

Judul

Perawatan Luka Post Op Apendiktomi

II. Latar Belakang

Appendiks (umbai cacing) mulai dari caecum (usus buntu) dan lumen
appendiks ini bermuara ke dalam caecum dinding appendiks mengandung
banyak folikel getah bening biasanya appendiks terletak pada iliaca kanan di
belakang caecum (Handerson, 2000).
Appendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10
cm (beranjak 3-15 cm) dan berpangkal pada sekum lumen sempit dibagian
proksimal dan melebar di bagian distal. Pda bayi, appendik berbentuk lumen
lebar pada pangkalnya dan menyempit pada ujungnya. Pada 65% kasus
appendik terletak pada peritoneal. Pada kasus selebihny appendik terletak di
retro peritoneal yaitu di bagian belakang sekum, dibelakang colon ascenden atau
tepi laterial colon ascenden. Letak appendik ini menentukan gejala klinis dari
appendiksitis (Syamsuhidayat, 2002).
Appendiks merupakan organ yang kecil dan vestigial (organ yang tidak
berfungsi) yang melekat sepertiga jari. Appendiks terletak di ujung sakrum kira-
kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum, bermuara di bagian posterior dan
medial dari saekum. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia anterior, medial
dan posterior. Secara klinik appendiks terletak pada daerah Mc. Burney yaitu
daerah 1/3 tengah garis yang menghubungkan sias kanan dengan pusat. Ukuran
panjang appendiks rata-rata 6-9 cm, lebar 0,3 - 0,7 cm, isi 0,1 cc cairan bersifat
basa yang mengandung amilase dan musin. Posisi appendiks yaitu laterosekal,
yaitu di lateral kolon ascenden, di daerah inguinal, yaitu membelok ke arah di
dinding abdomen pelvis minor. Appendiks dapat mengalami peradangan
pembentukan mulekul, tempat parasit, tumor benigna atau maligna dapat
mengalami trauma, pembentukan pistula interna atau eksterna, kelainan
kongenital korpus ileum dan kelaina yang lain. Khusus untuk appendiks terdapat
cara prevensi yang hanya mengurangi morbilitas dan mortalitas sebelum
menjadi perforasi atau gangren (Elizabeth, 2000).

1
Insiden apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju daripada negara
berkembang, namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun
secara bermakna, yaitu 100 kasus tiap 100.000 populasi mejadi 52 tiap 100.000
populasi. Kejadian ini mungkin disebabkan perubahan pola makan, yaitu negara
berkembang berubah menjadi makanan kurang serat. Menurut data epidemiologi
apendisitis akut jarang terjadi pada balita, meningkat pada pubertas, dan
mencapai puncaknya pada saat remaja dan awal 20-an, sedangkan angka ini
menurun pada menjelang dewasa. Insiden apendisitis sama banyaknya antara
wanita dan laki-laki pada masa prapuber, sedangkan pada masa remaja dan
dewasa muda rasionya menjadi 3:2, kemudian angka yan tinggi ini menurun
pada pria. Ada beberapa fakta – fakta dalam buku ilmiah bahwa pada tahun
1500an para ahli mengakui adanya hubungan yang sebenarnya dengan inflamasi
yang membahayakan dari daerah sekum yang disebut “ pertyphilitist”.
Meskipun dilaporkan keberhasilan apendiktomi pertama pada tahun 1776, pada
1886 baru Reginal Flitz yang membantu membuat aturan bedah dalam
pengangkatan apendiks yang meradang sebagai pengobatan, yang sebelumnya
dianggap fatal. Pada tahun 1889, Charles McBurney mengenalkan laporan lama
sebelum New York Surgical Society mengemukakan akan pentingnya operasi
apendisitis akut dini serta kelembapan titik maksimum dari perut yang
ditentukan dengan menekan satu-tiga jari di garis yang menghubungkan antara
spina iliaca anterior superior dengan umbilicus. Lima tahun kemudian ia
menemukan pemisahan otot dengan pemotongan yang kini dikenal dengan
namanya. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, obstruksi merupakan
penyebab yang dominan dan merupakan pencetus untuk terjadinya apendisitis.
Kuman-kuman yang merupakan flora normal pada usus dapat berubah menjadi
patogen, menurut Schwartz kuman terbanyak penyebab apendisitis akut adalah
Bacteriodes Fragilis bersama E.coli (Ijul, 2008).
Tindakan pengobatan terhadap appendiks dapat dilakukan dengan cara
operasi (pembedahan). Pada operasi appendiks dikeluarkan dengan cara
appendiktomy yang merupakan suatu tindakan pembedahan membuang
appendiks (Price, 2000).

2
Adapun permasalahan yang mungkin timbul setelah dilakukan tindakan
pembedahan antara lain : nyeri, keterbatasan aktivitas, gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit, kecemasan potensial terjadinya infeksi (Doenges, 2000).
Dengan demikian peranan perawat dalam mengatasi dan
menanggulangi hal tersebut sangatlah penting dan dibutuhkan terutama
perawatan yang mencakup empat aspek diantaranya : promotif yaitu
memberikan penyuluhan tentang menjaga kesehatan dirinya dan menjaga
kebersihan diri serta lingkungannya. Upaya kuratif yaitu memberikan perawatan
luka operasi secara aseptik untuk mencegah terjadinya infeksi dan mengadakan
kaloborasi dengan profesi lain secara mandiri. Upaya rehabilitatif yaitu
memberikan pengetahuan atau penyuluhan kepada penderita dan keluarganya
mengenai pentingnya mengkonsumsi makanan yang bernilai gizi tinggi kalori
dan tinggi protein guna mempercepat proses penyembuhan penyakitnya serta
perawatan dirumah setelah penderita pulang.
Berdasarkan dari pentingnya uraian tersebut di atas diatas, maka
kami mengangkat judul ”Perawatan Luka Post Op Apendiktomi” untuk
dijadikan bahan penyuluhan kesehatan kepada pengunjung poli bedah RSU Dr.
Saiful Anwar Malang.

III. Sasaran, Tempat dan Waktu


a. Sasaran
Pengunjung (klien dan keluarga klien) di Poli Bedah RSU Dr. Saiful
Anwar Malang
b. Tempat
Ruang tunggu Poli Bedah RSU Dr. Saiful Anwar Malang
c. Waktu
Hari Kamis, tanggal 19 Januari 2010, Pukul 09:00 WIB s/d 09:40 WIB

IV. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah mendapat pendidikan kesehatan (health education) selama 40 menit
keluarga klien dan klien dapat memahami dan mampu menjelaskan tentang cara
melakukan perawatan luka post op apendiktomi.

3
b. Tujuan Khusus
1) Peserta penyuluhan mengerti dan mengetahui tentang pengertian
luka operasi.
2) Peserta penyuluhan mengetahui alat dan bahan yang digunakan
untuk merawat luka post operasi apendiktomi.
3) Peserta penyuluhan tahu dan mengerti tentang prosedur perawatan
luka post operasi apendiktomi.
4) Peserta penyuluhan mengetahui tanda-tanda infeksi pada luka.
5) Peserta penyuluhan mengetahui dan mengerti tentang penyebab
infeksi pada luka post operasi apendiktomi.
6) Peserta penyuluhan mengerti tentang cara mencegah infeksi.

4
V. Materi

a. Pengertian Luka
Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara
spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang (Taylor, 2002)
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel

b. Tanda-tanda Infeksi
1. Badan terasa panas
2. Luka kemerahan
3. Luka bengkak
4. Luka bernanah
5. Luka keluar cairan bening dan campur darah.
6. Nyeri pada luka yang bertambah keras.

5
c. Penyebab Infeksi
1. Infeksi kuman dari luar
Kuman penyebab infeksi dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:
a. Bakteri
Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan spesies
bakteri dapat menyebabkan penyakit pada tubuh manusia dan dapat hidup
didalamnya, bakteri bisa masuk melalui udara, air, tanah, makanan, cairan
dan jaringan tubuh dan benda mati lainnya.
b. Virus
Virus terutama berisi asam nukleat (nucleic acid), karenanya harus masuk
dalam sel hidup untuk diproduksi
c. Fungi
Fungi terdiri dari ragi dan jamur
d. Parasit
Parasit hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok parasit
adalah protozoa, cacing dan arthropoda.
2. Gizi yang kurang
3. Daya tahan tubuh rendah
4. Mobilisasi kurang
5. Minum kurang
6. Luka kena air
7. Luka kotor

6
d. Cara Pencegahan Infeksi
1. Jaga kebersihan badan
Bersihkan badan dengan waslap 2 kali sehari dan gunakan sabun, tetapi
hindari luka agar tidak terkena air.
2. Makan makanan yang mengandung gizi seperti ikan, telur daging, tahu,
tempe sayur, buah dan susu.
3. Lakukan mobilisasi sedini mungkin sesuai dengan kemampuan dan
4. Paling penting adalah perawatan luka yang baik.

e. Perawatan Luka
☻Alat
1. Set steril yang terdiri atas :
a. Pembungkus
b. Kapas atau kasa untuk membersihkan luka
c. Tempat untuk larutan
d. Larutan anti septic (bahan)
e. 2 pasang pinset
f. Gaas untuk menutup luka.
2. Alat-alat yang diperlukan lainnya seperti : extra balutan dan zalf
3. Gunting
4. Kantong tahan air untuk tempat balutan lama
5. Plester atau alat pengaman balutan
6. Selimut mandi jika perlu, untuk menutup pasien
7. Bensin untuk mengeluarkan bekas plester

7
☻Bahan
1. Sodium Klorida 0,9 %
Sodium klorida adalah larutan fisiologis yang ada di seluruh tubuh
karena alasan
ini tidak ada reaksi hipersensitivitas dari sodium klorida. Normal saline
aman digunakan untuk kondisi apapun (Lilley & Aucker, 1999). Sodium
klorida atau natrium klorida mempunyai Na dan Cl yang sama seperti
plasma. Larutan ini tidak mempengaruhi sel darah merah (Handerson,
1992). Sodium klorida tersedia dalam beberapa konsentrasi, yang paling
sering adalah sodium klorida 0,9 %. Ini adalah konsentrasi normal dari
sodium klorida dan untuk alasan ini sodium klorida disebut juga normal
saline (Lilley & Aucker, 1999). Merupakan larutan isotonis aman untuk
tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan dari kondisi kering,
menjaga kelembaban sekitar luka dan membantu luka menjalani proses
penyembuhan serta mudah didapat dan harga relatif lebih murah
(http://rpromise.com/woundcare/)
2. Larutan povodine-iodine.
Iodine adalah element non metalik yang tersedia dalam bentuk garam yang
dikombinasi dengan bahan lain Walaupun iodine bahan non metalik iodine
berwarna hitam kebiru-biruan, kilau metalik dan bau yang khas. Iodine
hanya larut sedikit di air, tetapi dapat larut secara keseluruhan dalam alkohol
dan larutan sodium iodide encer. Iodide tinture dan solution keduanya aktif
melawan spora tergantung konsentrasi dan waktu pelaksanaan (Lilley &
Aucker, 1999). Larutan ini akan melepaskan iodium anorganik bila kontak
dengan kulit atau selaput lendir sehingga cocok untuk luka kotor dan
terinfeksi bakteri gram positif dan negatif, spora, jamur, dan protozoa.
Bahan ini agak iritan dan alergen serta meninggalkan residu (Sodikin, 2002).
Studi menunjukan bahwa antiseptik seperti povodine iodine toxic terhadap
sel (Thompson. J, 2000). Iodine dengan konsentrasi > 3 % dapat memberi
rasa panas pada kulit. Rasa terbakar akan nampak dengan iodine ketika
daerah yang dirawat ditutup dengan balutan oklusif kulit dapat ternoda dan
menyebabkan iritasi dan nyeri pada sisi luka. (Lilley & Aucker, 1999).

8
☻ Prosedur Perawatan Luka
Cara kerja
1. Jelaskan kepada pasien tentang apa yang akan dilakukan. Jawab pertanyaan
pasien.
2. Minta bantuan untuk mengganti balutan pada bayi dan anak kecil
3. Jaga privasi dan tutup jendela/pintu kamar
4. Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang menyenangkan. Bukan hanya
pada daerah luka, gunakan selimut mandi untuk menutup pasien jika perlu.
5. Tempatkan tempat sampah pada tempat yang dapat dijangkau. Bisa
dipasang pada sisi tempat tidur.
6. Angkat plester atau pembalut.
7. Jika menggunakan plester angkat dengan cara menarik dari kulit dengan
hati-hati kearah luka. Gunakan bensin untuk melepaskan jika perlu.
8. Keluarkan balutan atau surgipad dengan tangan jika balutan kering atau
menggunakan sarung tangan jika balutan lembab. Angkat balutan
menjauhi pasien.
9. Tempatkan balutan yang kotor dalam kantong plastik.
10. Buka set steril
11. Tempatkan pembungkus steril di samping luka
12. Angkat balutan paling dalam dengan pinset dan perhatikan jangan sampai
mengeluarkan drain atau mengenai luka insisi. Jika gaas dililitkan pada
drain gunakan 2 pasang pinset, satu untuk mengangkat gaas dan satu untuk
memegang drain.
13. Catat jenis drainnya bila ada, banyaknya jahitan dan keadaan luka.
14. Buang kantong plastik. Untuk menghindari dari kontaminasi ujung pinset
dimasukkan dalam kantong kertas, sesudah memasang balutan pinset
dijauhkan dari daerah steril.
15. Membersihkan luka menggunakan pinset jaringan atau arteri dan kapas
dilembabkan dengan anti septik, lalu letakkan pinset ujungnya labih
rendah daripada pegangannya.
Gunakan satu kapas satu kali mengoles, bersihkan dari insisi kearah drain :
a. Bersihkan dari atas ke bawah daripada insisi dan dari tengah keluar

9
b. Jika ada drain bersihakan sesudah insisi
c. Untuk luka yang tidak teratur seperti dekubitus ulcer, bersihkan dari
tengah luka earah luar, gunakan pergerakan melingkar.
16. Ulangi pembersihan sampai semua drainage terangkat.
17. Olesi zalf atau powder. Ratakan powder diatas luka dan gunakan alat steril.
18. Gunakan satu balutan dengan plester atau pembalut
19. Amnkan balutan dengan plester atau pembalut
20. Bantu pasien dalam pemberian posisi yang menyenangkan.
21. Angkat peralatan dan kantong plastik yang berisi balutan kotor. Bersihkan
alat dan uang sampah dengan baik.
22. Cuci tangan
23. Laporkan adanya perubahan pada luka atau drainage kepada perawat yang
bertanggung jawab penggantian balutan, kaji keadaan luka dan respon
pasien.

☻ Tujuan Perawatan Luka


1. Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka
2. Absorbsi drainase
3. Menekan dan imobilisasi luka
4. Mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cedera mekanis
5. Mencegah luka dari kontaminasi bakteri
6. Meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing
7. Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien

VI. Cara Penyampaian


a. Format
Kelompok
b. Metode
Meode yang digunakan adalah metode anya jawab

VII. Sarana

10
a. Leaflet
b. Flip Chart

VIII. Evaluasi
Dengan menunjukkan beberapa pertanyaan seperti :
1. Apa pengertian dari luka?
2. Tanda-tanda Infeksi
3. Penyebab Infeksi
4. Cara Pencegahan Infeksi
5. Perawatan Luka

IX. Waktu
a. Pembukaan : 3 menit
b. Penyampaian materi penyuluhan : 12 menit
c. Penutup : 15 menit
No. Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. Pembukaan 3  Mengucapkan - Menjawab salam
Menit salam dan - Mendengarkan
memperkenalkan diri.
 Menyampaikan
tujuan penyuluhan

2. Penyampaian 12 1. Menjelaskan tentang Mendengarkan dan


materi Menit  Pengertian luka memperhatikan
penyuluhan  Alat dan bahan pemberian materi oleh

merawat luka penyaji

 Prosedur perawatan
luka
 Tanda infeksi
 Penyebab Infeksi
 Cara mencegah infeksi
3. Penutup 15 Bertanya dan
2. Memberi kesempatan
Menit mendengarkan

11
audien untuk bertanya. jawaban yang
3. Memjawab pertanyaan diberikan oleh penyaji
yang diajukan oleh
audien
 Mengevaluasi
hasil dari penyuluhan
 Mamberi salam
dan penutup

12
DAFTAR PUSTAKA

Bachsinar B. 1995. Bedah Minor. Jakarta: Hipokrates

Brunner & Sudarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Syamsuhidayat & Wim de Jong. 2002. Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Thorek P. 1999. Atlas Teknik Bedah. Jakarta: EGC

Saleh M, Sodera VK, Ilustrasi Ilmu Bedah Minor. Jakarta: Bina rupa Aksara

Wind GG, Rich NM. 2000. Prinsip-prinsip Teknik Bedah.Jakarta: Hipokrates

13
DAFTAR HADIR PESERTA PENYULUHAN
”PERAWATAN LUKA POST OP APENDIKTOMI”

Ruang :...............
Hari/Tgl :..............
No. Nama Alamat Keterangan

Pembimbing Klinik

......................................

14

Anda mungkin juga menyukai