Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di jaman yang semakin maju ini, tekhnologi yang canggih sudah tidak asing
lagi didunia kesehatan. Alat-alat yang modern dan canggih disertai dengan metode-
metode baru sudah sering kita jumpai terutama di Rumah Sakit besar, sebagai contoh
adalah pada operasi atau pembedahan. Dulu, saat operasi peralatan yang digunakan
belum menjamin keselamatan pasien, dan anestesi/ pembiusannya masih
menggunakan anestesi umum yang mempunyai efek samping yang tinggi bagi pasien.
Tapi sekarang ini telah ada jenis-jenis anastesi yang lain yang lebih efisien dan aman
bagi pasien karena efek sampingnya lebih kecil. Salah satu jenis anestesi umum
adalah anestesi regional dan anestesi lokal. Walaupun efek pada anestesi regional
lebih kecil tapi tapi masih tetap berpengaruh pada sistem tubuh baik Sistem Saraf
Pusat (SSP), sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler dan sistem gastrointestinal.
Efek anestesi yang biasanya muncul pada sistem gastrointestinal adalah mual dan
muntah. Hal ini sering terjadi pada pasien yang menjalani pembedahan abdominal,
ginekologi, THT (telinga, hidung, tenggorok), dan optikal. Mual dan muntah pasca
operasi terjadi pada 30% pasien tidak terduga dan 70% pasien dengan resiko tinggi
selama 24 jam setelah kegawatdaruratan. (Perry dan Potter.1997)
Seharusnya mual dan muntah tersebut dapat dikendalikan dengan obat-
obatan antiemetik. Sayangnya tubuh manusia apabila terlalu sering dan banyak diberi
zat-zat kimia, walaupun zat kimia tersebut berfungsi untuk terapi, tetap saja akhirnya
mempunyai dampak yang kurang baik bagi tubuh, misalnya penggunaan antibiotik
yang dapat menimbulkan efek hipersensitivitas. Namun apabila mual dan muntah
pada pasien tidak ditangani maka pasien beresiko tinggi mengalami gangguan

1
2

keseimbangan cairan dan elektrolit ataupun juga gangguan nutrisi yang dapat
memperburuk kondisi pasien dan mengganggu kenyamanan pasien.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat harus diimbangi
dengan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, karena dengan ilmu pengetahuan
dan tekhnologi yang semakin maju masyarakat juga membutuhkan pelayanan
kesehatan terbaik dengan efek minimal. Prosedur pembedahan dengan anestesi juga
harus memberikan pelayanan berkualitas dengan efek minimal pula. Mual dan
muntah sebagai efek sesudah anestesi sudah semestinya ditangani, oleh karena itu
dibutuhkan suatu terapi yang mampu mengurangi efek mual dan muntah tersebut
namun dengan biaya yang masih terjangkau bagi semua kalangan karena tidak semua
pengguna jasa pembedahan berasal dari keluarga berada.
Sebenarnya ada alternatif yang lebih alamiah dan murah yang dapat kita
gunakan untuk mencegah mual dan muntah selain dengan obat-obatan. Alternatif
yang dapat kita gunakan adalah memanfaatkan jahe. Manfaat jahe sudah banyak
diketahui oleh masyarakat misalnya sebagai penghangat tubuh, obat masuk angin,
untuk obat mabuk perjalanan dan yang tidak kalah penting adalah untuk
menghilangkan rasa mual dan muntah.
Mengkonsumsi jahe dalam bentuk seduh tentunya kurang efektif dan
efisisen bagi pasien selama pasca operasi. Oleh karena itu pilihan yang dirasa lebih
baik bagi pasien pasca operasi adalah dengan mengulum permen jahe, selain mudah
juga lebih murah. Dengan mengkonsumsi permen jahe rasa mual muntah dikarenakan
efek anestesi dapat dikurangi sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi pasien.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana mekanisme mual muntah pasca operasi ?
1.2.2 Bagaimana jahe dapat mengurangi mual muntah ?
1.2.3 Bagaimana pemanfaatan jahe sebagai alternatif untuk mengurangi
mual muntah pasca operasi ?

2
3

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui mekanisme mual muntah pasca operasi.
1.3.2 Mengetahui khasiat jahe untuk mengurangi mual muntah.
1.3.3 Mengetahui alternatif pemanfaatan jahe untuk mengurangi mual
muntah pasca operasi.

1.4 Manfaat Penulisan

Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan
praktis kepada:

1.4.1 Mahasiswa

Sebagai pengetahuan dan wawasan kependidikan, bahwa


sebenarnya ada hal-hal yang setiap hari kita anggap remeh ternyata
sangat bermanfaat jika kita mampu menggunakanya dengan baik. Salah
satu contohnya adalah penggunaan permen jahe untuk mengatasi mual
dan muntah pasca operasi.
1.4.2 Pasien

Memberikan kenyaman dan kemudahan bagi pasien, karena selain


mengurangi rasa mual dan muntah pasca operasi juga lebih murah bila
dibandingkan obat mual dan muntah sehingga bisa menghemat biaya
pengobatan di Rumah Sakit.
1.4.3 Rumah Sakit

Memberikan kontribusi yang baik bagi Rumah Sakit karena


mampu memeberikan pelayanan yang baik dan lebih murah bagi pasien

3
4

1.4.4 Industri

Bagi kalangan industri misalnya perusahaan atau pabrik permen


dapat menjadi peluang usaha yang cukup menjanjikan melalui kerjasama
dengan pihak rumah sakit sebagai tempat pemasaran produksi permen
jahe.
1.4.5 Masyarakat

Sebagai pengetahuan serta upaya meningkatkan kesadaran


masyarakat untuk memanfaatkan lingkungan sekitar seoptimal mungkin.

4
5

BAB II
TELAAH PUSTAKA

2.1 Konsep Pembedahan


2.1.1 Pengertian Bedah
Pembedahan atau operasi adalah setiap tindakan yang dilakukan
dengan instruksi atau dengan tangan seorang ahli bedah. (Dorland,1996)

2.1.2 Klasifikasi Pembedahan


Jenis prosedur pembedahan diklasifikasikan berdasarkan pada
tingkat keseriusan, kegawatan, dan tujuan pembedahan. Klasifikasi
pembedahan emeberi indikasi pada petugas kesehatan dalam melakukan
terapi yang diperlukan oleh pasien.

Tabel 1 : KLASIFIKASI PROSEDUR PEMBEDAHAN


KLASIFIKASI PROSEDUR PEMBEDAHAN
NO JENIS DESKRIPSI CONTOH
1. Keseriusan
Mayor Melibatkan rekonstruksi atau Pembedahan
pembedahan yang luas pada usus,
bagian tubuh, resiko yang pengangkatan
ditimbulkan tinggi. laring.
Minor Melibatkan perubahan yang kecil Operasi plastik
pada bagian tubuh; sering wajah,
dilakukan untuk memperbaiki pencabutan gigi.
organ yang memgalami kelainan.
2. Urgensi

5
6

Elektif Dilakukan berdasarkan pada Operasi plastik


pilihan klien, tidak begitu penting wajah,
dan mungkin tidak dibutuhkan rekonstruksi
untuk kesehatan. payudara.
Gawat Perlu untuk kesehatan pasien, Pengangkatan
mencegah timbulnya masalah batu kandung
tambahan (misalnya fungsi organ empedu, operasi
yang tergangu) tidak harus selalu tumor ganas.
bersifat darurat.
Darurat Harus dilakukan segera untuk Memperbaiki
menyelamatkan jiwa atau dinding usus
mempertahankan fungsi bagian buntu yang
tubuh. berlubang.
3. Tujuan
Diagnostik Pembedahan untuk memperkuat Pembedahan
diagnosa dokter atau untuk untuk
pemeriksaan diagnostik lebih mengetahuiorgan
lanjut. dalam perut.
Ablatif Pengangkatan bagian tubuh yang Amputasi,
menderita penyakit. pengangkatan
usus buntu.
Paliatif Menghilangkan atau mengurangi Membuat lubang
intensitas gejala penyakit; tidak diperut sebagai
akan menyembuhkan penyakit. pengganti anus
Rekonstruktif Mengembalikan fungsi atau Perbaikan
penampilan jaringan yang cedera jaringan parut.
atau tidak berfungsi.
Transplantasi Dilakukan untuk mengganti organ Transplantasi
atau struktur yang tidak berfungsi. ginjal.

6
7

Konstruktif Mengembalikan fungsi yang Memperbaiki


hilang atau berkurang akibat cacat bibir sumbing.
bawaan.

2.2 Konsep Anestesi


2.2.1 Pengertian Anestesi
Istilah anestesi berasal dan bahasa Yunani "an" yang berarti tidak
"estesia" yang berarti rasa, sehingga dapat berarti hilangnya rasa atau
sensasi. Pemakaian istilah "anestesi" secara teknis pada masa kini berarti
"pengurangan nyeri sewaktu pembedahan'". Anestesiologi sering pula
disebut toksikologi terkendali, hal ini karena dalam melakukan anestesi /
analgesi digunakan obat-obatan yang bersifat toksik. (Admin,2009)
2.2.2 Klasifikasi Anestesi
Teknik anestesi yang dilakukan dapat berupa :
a. Anestesi Umum
Penderita dibuat tidak sadar dengan obat-obatan namun dapat
disadarkan kembali. Dilakukan pada tindakan pembedahan yang
menyakitkan.
b. Anestesi "Inhalasi", "Intravena", "Intramuskular" dan "Perrektum
Merupakan subdevisi anestesi umum. Dinamai sesuai dengan
jalur yang digunakan obat untuk dapat masuk ke dalam tubuh,
sehingga melalui aliran darah dapat diteruskan ke otak.

c. Anestesi Lokal

7
8

Anestesi pada sebagian tubuh saja. Penderita yang bebas nyeri


dalam keadaan sadar, kecuali jika dilakukan suatu teknik gabungan
anestesi umum dengan anestesi lokal.
d. Anestesi Regional
Seringkali digunakan secara sinonim dengan anestesi lokal.
Anestesi ini dengan tepat digunakan hanya jika lokal dipergunakan
untuk saraf atau medulla spinalis yang terletak jauh dan daerah yang
dibuat tidak peka.

2.2.3 Cara Kerja Anestesi


Anestesi biasanya dibawa dalam darah ke saraf di otak kita.
Akibatnya, sel-sel saraf akan berhenti menerima dan mengirim sinyal.
Karena saraf tidak menerima sinyal, kita tidak merasa sakit.
Kerja senyawa anestesi dalam membuat tidak sadar orang sangat erat
berkaitan dengan struktur membran. Membran sel adalah lapisan ganda
fosfolipid. Lapisan air di dalam dan di luar sel dipisahkan oleh lapisan
yang tak suka air (seperti minyak), yakni fosfolipid dan kolesterol. Protein
globular dan glikoprotein yang dapat berstruktur heliks terikat pada ranti
gula dan glikolipid menyembul dari lapisan ini. Tekanan dalam lapisan
membran ini sangat besar, sekitar 400 atm.
Dalam struktur membran tersebut yang sangat penting peranannya
dalam anestesi adalah saluran-saluran (kanal-kanal). Setiap kanal
menembus membran, sementara tekanan yang sangat besar tadi berusaha
mengimpit atau menutup kanal-kanal tadi. Kanal tersebut tetap berfungsi
karena adanya kolesterol dan lemak lain yang menjaganya tetap terbuka.
Kanal dalam membran sel bermacam-macam ada kanal ion kalium,
natrium, klorida, dan sebagainya. Aliran ion-ion inilah yang membentuk
sinyal saraf. Ketika berbagai ion melalui kanal tersebut, muatan membran

8
9

sel dapat berubah. Perubahan muatan tadi yang seolah menjadi sakelar
bagi membran sel.
Kalau ada senyawa yang bersifat anestesi memasuki membran sel,
senyawa ini dapat memengaruhi struktur kolesterol atau lemak kanal tadi.
Akibat perubahan struktur tersebut, aliran ion yang berfungsi sebagai
sakelar tadi dihambat. Cara lainnya senyawa anestesi dapat menutup pintu
kanalnya sehingga aliran ion terhalang karena pintunya tersumbat. Apapun
mekanismenya diyakini senyawa tadi membuat sakelar seolah menjadi
dalam posisi off . Akibatnya, aliran ion terhenti atau saraf berhenti
mengirim dan menerima sinyal.

2.3 Mekanisme muntah


Muntah sebenarnya merupakan perilaku yang komplek, dimana pada
manusia muntah terdiri dari 3 aktivitas yang terkait, nausea (mual), retching,
pengeluaran isi lambung. Ada 2 regio anatomi di medulla yang mengontrol
muntah,yaitu Chemoreceptor Ttrigger Zone (CTZ) dan Central Vomiting
Centre (CVC). CTZ yang terletak di area postrema pada dasar ujung caudal
ventrikel IV diluar blood brain barrier (sawar otak). Reseptor didaerah ini
diaktivasi oleh bahan-bahan pemicu munculnya muntah didalam sirkulasi
darah atau di cairan cerebrospinal (CSF). Eferen dari CTZ dikirim ke CVC
selanjutnya terjadi serangkaian kejadian yang dimulai melalui vagal eferen
splanchnic. CVC terletak dinukleus tractus solitarius dan disekitar formatio
retikularis medulla tepat dibawah CTZ. CTZ mengandung reseptor reseptor
untuk bermacam-macam senyawa neuroaktif yang dapat menyebabkan
muntah. Reseptor untuk, dopamine ( titik tangkap kerja dari apomorphine ),
acethylcholine, vasopressine, enkephalin, angiotensin, insulin serotonin,
endhorphin, substansi P, dan mediator-mediator yang lain. Mediator adenosine
cyclic monophosphate (cyclic AMP) mungkin terlibat dalam respon eksitasi
untuk semua peptide stimulator oleh karena theophylline dapat menghambat

9
10

aktivitas bahan-bahan pemicu munculnya muntah dari bahan neuropeptic


tersebut.
Rangsangan muntah berasal dari, gastrointestinal, vestibulo ocular,
aferen cortical yang lebih tinggi, yang menuju CVC dan kemudian dimulai
nausea, retching, ekspulsi isi lambung. Gejala gastrointestinal meliputi
peristaltik, salivasi, takhipnea, tachikardia.
Respons stereotipik vomiting dimediasi oleh eferen neural pada vagus,
phrenic, dan syaraf spinal. Input untuk syaraf ini berasal dari stem otak tempat
pusat muntah. Centre ini tampaknya bukan merupakan struktur anatomi
tunggal, tetapi merupakan jalur akhir bersama dari reflex yang diprogram
secara sentral melalui interneuron medular di nukleus soliter dan berbagai-
macam tempat disekitar formatio retikularis. Interneuron tersebut menerima
input dari cortical, vagal, vestibular, dan input lain terutama dari area
postrema. Area postrema adalah chemorceptor trigger zone yang terletak
didasar ventrikel IV diluar sawar otak dan diidentifikasi sebagai sumber yang
crucial untuk input yang menyebabkan vomiting, terutama respons terhadap
obat atau toksin. (Sudarmo, 2009)
Stimulus untuk pusat muntah datang dari kortek, nucleus vestibularis,
atau cerebellum, chemoeceptor triger zone di brain stem, semua organ perifer
dapat menyebabkan respons stereotipik muntah. Perlu dimengerti bahwa
gejala gastrointestinal dapat disebabkan oleh penyakit non gastrointestinal.

2.4 Jahe
2.4.1 Kandungan Jahe
Jahe (Zingiber officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat
populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Jahe termasuk suku
Zingiberaceae (temu-temuan). Nama ilmiah jahe diberikan oleh William
Roxburgh dari kata Yunani zingiberi, dari bahasa Sansekerta, singaberi.

10
11

Jahe memiliki kandungan yang khas dibandingkan dengan tanaman


rempah-rempah lainnya. Sifat khas jahe disebabkan adanya minyak atsiri
dan oleoresin jahe. Aroma harum jahe disebabkan oleh minyak atsiri,
sedangkan oleoresinnya menyebabkan rasa pedas. Minyak atsiri dapat
diperoleh atau diisolasi dengan destilasi uap dari rhizoma jahe kering.
Ekstrak minyak jahe berbentuk cairan kental berwarna kehijauan sampai
kuning, berbau harum tetapi tidak memiliki komponen pembentuk rasa
pedas. Kandungan minyak atsiri dalam jahe kering sekitar 1 – 3 persen.
Komponen utama minyak atsiri jahe yang menyebabkan bau harum adalah
zingiberen dan zingiberol.
Oleoresin jahe banyak mengandung komponen pembentuk rasa pedas
yang tidak menguap. Komponen dalam oleoresin jahe terdiri atas gingerol
dan zingiberen, shagaol, minyak atsiri dan resin. Pemberi rasa pedas dalam
jahe yang utama adalah gingerol.
Minyak jahe berisi gingerol yang berbau harum khas jahe, berkhasiat
mencegah dan mengobati mual dan muntah, misalnya karena mabuk
kendaraan atau pada wanita yang hamil muda. Juga rasanya yang tajam
merangsang nafsu makan, memperkuat otot usus, membantu mengeluarkan
gas usus serta membantu fungsi jantung. (Secaprana, 1999)

11
12

BAB III
METODE PENULISAN

Metode penulisan karya tulis ini menggunakan metode deskriptif. Yang


dimaksud dengan metode deskriptif adalah metode penulisan dimana penulis
berusaha untuk menggambarkan/ menjelaskan suatu fenomena. Pendekatan penulisan
ini menggunakan berbagai sumber pustaka yang menunjang permasalah dan alternatif
pemecahan masalah.

3.1 Prosedur Pengumpulan Data/ Masalah


Pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan masalah klinis lapangan.
Permasalah ini ditemukan pada berbagai literatur dan sumber serta beberapa
penelitian. Sumber yang digunakan meliputi buku serta artikel ilmiah yang didapat
dari internet.
Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan pustaka dimana
ditelusuri sumber-sumber relevan. Beberapa artikel ilmiah tentang penggunaan jahe
sebagai alternatif penanganan mual dan muntah digunakan sebagai salah satu rujukan
penulisan artikel ini.

3.1 Pengolahan Data, Analisa Data dan Penarikan Kesimpulan


Setelah dilakukan pengumpulan data kemudian diolah dengan menghubungkan
teori dan pendapat serta fakta-fakta yang ditemukan dari artikel ilmiah sebagai
laporan penelitian tentang penggunaan jahe sebagai alternatif mengatasi mual dan
muntah.

12
13

3.2 Sistematika Penulisan


Penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan dengan menggunakan sistematika:
Bab I : Pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penulisan.
Bab 2 : Telaah Pustaka, memuat berbagai konsep yaitu tentang operasi, anestesi,
mual muntah dan jahe
Bab 3: metode penulisan, berisi Prosedur pengumpulan data, pengolahan data
dan sistematika penulisan.
Bab 4: Analisis dan Sintesis, mengandung pembahasan tentang mekanisme
mual dan muntah pasca operasi, Khasiat Jahe dan alternatif pemanfaatan
jahe dalam mengatasi mual muntah pasca operasi

13
14

BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS

4.1 Mekanisme Mual Muntah Pasca Operasi


Mual adalah perasaan tidak enak di dalam perut yang sering berakhir
dengan muntah. Muntah adalah pengeluaran isi lambung melalui mulut. Retching
adalah upaya yang kuat dan involunter untuk mutah, tampak sebagai upaya
persiapan untuk mutah. Mual dan muntah disebabkan oleh pengaktifan pusat
muntah di otak. Muntah merupakan kompensasi tubuh untuk mengeluarkan zat-
zat yang merugikan yang berada di lambung. Muntah disebabkan karena makan
atau menelan zat iritatif (zat beracun) atau makanan yang basi. Selain itu banyak
juga obat yang dapat menyebabkan mual dan muntah termasuk obat anti kanker
dan obat-obat anestesi yang digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri saat
pembedahan. Rasa mual dan muntah pasca operasi biasanya dirasakan oleh pasien
pasca operasi, yaitu saat pasien berada di ruang pemulihan (Recovery Room).
Persentasi ataupun angka kejadian mual muntah pasca operasi akibat efek dari
pemberian anestesi yang dialami oleh pasien selama ini masihtinggi. Mual
muntah pasca operasi bisa terjadi 2 sampai 6 jam setelah pembedahan, atau
terlambat, terjadi sampai 24 atau 48 jam setelah pembedahan.
Mual dan muntah sesudah operasi (PONV) adalah efek samping yang paling
sering setelah anestesi, mual muntah pasca operasi terjadi pada 30% pasien tidak
terduga dan 70% pasien dengan resiko tinggi selama 24 jam setelah
kegawatdaruratan. Angka kejadian ini mungkin akan lebih sedikit pada
pembedahan dengan rawat jalan dibandingkan dengan pembedahan dengan rawat
inap, tetapi mual muntah pasca operasi mungkin tidak dikenali pada pasien
dengan rawat jalan, dimana pasien cepat terhindar dari kesalahan tindakan medis
secara langsung. Setiap episode muntah terjadi paling lambat dari ruang
pemulihan kurang lebih 20 menit.

14
15

Mual dan muntah akibat pemberian obat-obatan anestesi baru akan


dirasakan oleh pasien beberapa saat setelah operasi selesai. Obat anestesi
menyebabkan pengaktifan pusat muntah di otak, yaitu Lower Brain. Pusat muntah
di otak terangsang untuk mengeluarkan senyawa kimia (neurotransmitter) yang
dapat memicu munculnya rasa mual dan muntah. Salah satu neurotransmitter
tersebut adalah serotonin. Serotonin yang keluar tersebut menyebabkan atau
merangsang perut untuk berkontraksi. Selain itu produksi asam lambung (HCL)
menjadi meningkat . Peningkatan jumlah asam lambung ini akan merangsang
timbulnya rasa mual dan muntah terlebih paska operasi karena pada operasi
tentunya seorang pasien akan menjalani puasa sehingga kondisi saluran
pencernaan benar-benar kosong terutama adalah lambung. Jika lambung dalam
keadaan kosong tetapi produksi asam lambung meningkat maka rasa mual dan
muntah pasti akan terjadi. Muntah pasca operasi bersifat kering dimana pasien
muntah tidak mengeluarkan isi dari dalam lambung (misalnya makanan).
Kemungkinan pasien akan mengeluarkan air liur yang banyak, cairan-cairan dari
lambung juga akan keluar.Walaupun muntah pasca operasi adalah jenis muntah
kering tetap saja menyiksa dan membuat pasien menjadi tidak nyaman.
Mual dan muntah pasca operasi adalah efek samping yang paling sering
muncul setelah anestesi. Walaupun mual muntah pasca operasi hampir selalu
sembuh sendiri namun bila tidak segera ditangani maka akan dapat menimbulkan
beberapa masalah yang serius. Masalah yang dapat ditimbulkan akibat mual dan
muntah adalah hilangnya cairan tubuh yang berlebihan sehingga dapat
mengakibatkan dehidrasi, hilangnya elektrolit, kemampuan unutk berfikir jernih
akan berkurang, berat badan menurun perlukaan dinding esophagus,
Penyembuhan luka yang lambatdan bisa beresiko terjadi aspirasi (tersedak)
bahkan sampai mengarah ke kematian.. Jadi mual dan muntah pasca operasi tidak
dapat diremehkan begitu saja, sehingga perlu dilakukan penanganan yang cepat
dan tepat. Pada umumnya untuk mengatasi mual dan muntah pasca operasi

15
16

diberikan obat-obatan antimual (antiemetik), ataupun dengan menggunakan


alternatif yang lain.

4.2 Khasiat Jahe untuk Mengurangi Mual Muntah Pasca Operasi


Jahe yang memiliki nama ilmiah Zingiber Officinale Roscoe ini aslinya
berasal dari Asia Pasifik, menyebar dari India sampai Cina. Jahe dikenal baik
di masyarakat Indonesia sebagai salah satu rempah. Hampir semua wilayah di
tanah air umumnya memanfaatkan jahe sebagai salah satu bahan masakan
penting. Dalam taksonomi tanaman, jahe (Zingiber officinale) termasuk dalam
divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, klas Monocotyledonae, ordo
Zingiberales, famili Zingiberaceae, dan genus Zingiber. Genus Zingiber sendiri
terdiri dari sekitar 100 spesies, yang tersebar di daratan tropis Asia, di antaranya
yang banyak memiliki manfaat adalah Zingiber officinale atau yang kita kenal
sebagai Jahe, Zingiber zerumbet (lempuyang gajah), Zingiber aromaticum
(lempuyang wangi), dan Zingiber purpureum yang kita kenal sebagai bangle.
(Harmono, 2005)
Pembuktian ilmiah telah dilakukan di Inggris yang menunjukkan jahe
efektif mengurangi mual bahkan mual yang timbul setelah operasi. Mual
muntah pasca operasi muncul akibat efek dari anestesi. Hal ini terjadi karena
anestesi mempengaruhi sedikitnya 7 neurotransmiter (senyawa kimia) yang
dipercaya berpengaruh pada munculnya mual muntah pasca operasi.
Neurotransmiter tersebut antara lain adalah serotonin, dopamine, muscarine,
acetilcoline, neurokonin-1, histamin, dan opioids.
Selain 7 neurotransmiter tersebut diatas, rangsangan vestibular-cochlear,
glossopharyngeal atau nervus vagus juga terlibat. Jahe efektif untuk mencegah
mual dan muntah karena minyak jahe mengandung Gingerol yang berfungsi
memblokade serotonin, sebagai pembawa pesan yang menyebabkan perut
berkontraksi, sehingga timbul rasa mual. Dengan demikian apabila serotonin
diblok maka mual muntah dapat dicegah. Selain itu dengan mengunyah jahe

16
17

dapat merangsang pengeluaran air liur dan cairan pencernaan,sehingga


mengurangi mual dan muntah. Jahe juga berkhasiat untuk memperkuat
lambung, dan memperbaiki pencernaan. Hal ini dimungkinkan karena
terangsangnya selaput lendir perut besar dan usus oleh minyak atsiri yang
dikeluarkan oleh jahe.

4.3 Alternatif Pemanfaatan Jahe untuk Mengurangi Mual Muntah


Permen jahe memang merupakan permen yang tergolong kuno.
Berbicara permen ini bukan hanya berbicara puluhan tahun lalu, tetapi ratusan
tahun. Setidaknya permen ini sudah tercatat di dalam buku Island of Java karya
John Joseph Stockdale, pelancong berkebangsaan Inggris, yang menyebutkan,
pada tahun 1778 Belanda mengirim sebanyak 5 ton produk yang disebut
candied ginger dari Batavia ke Eropa. Makanan ini digemari di Eropa karena
menyembuhkan kembung atau dalam istilah ilmiah disebut flatulensi.
Bila di Indonesia dikenal ada nama permen, maka sebenarnya permen
adalah salah satu jenis kembang gula yang terasa pedas di lidah. Kata permen
sendiri kemungkinan terkait dengan dengan peppermint, permen pedas karena
ada kandungan minyak peppermint. Peppermint adalah senyawa aromatik yang
berasal dari daun tanaman yang menghasilkan mentol, yaitu Menthas arvensis
yang biasanya digunakan untuk memberi rasa pada makanan, pasta gigi, dan
obat- obatan. Orang Belanda menyebut makanan ini dengan sebutan
peppermint.
Penggunaan jahe untuk mengatasi efek mual muntah paska operasi
selama di rumah sakit dirasa tidak efektif jika dalam bentuk jahe utuh maupun
bentuk seduh atau minuman (wedang jahe). Jika jahe langsung dikunyah
tentunya pasien akan merasa terlalu pedas, dan pasien pasti cenderung tidak
mau untuk mengunyahnya berlama-lama. Sedangakan jika dalam bentuk seduh,
pasti tidak diperbolehkan karena pasien paska operasi masih dalam kondisi
berpuasa sampai diperkirakan organ-organ tubuh bisa bekerja kembali secara

17
18

maksimal terutama organ pencernaan. Oleh karena itu bentuk jahe yang mudah
dikonsumsi untuk mengurangi efek mual dan muntah pasca operasi adalah
dalam bentuk permen, selain lebih enak untuk dikonsumsi juga lebih efektif dan
efisien.

18
19

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Mual dan muntah sesudah operasi (PONV) adalah efek samping yang
paling sering setelah anestesi. Mual muntah pasca operasi bisa terjadi karena
adanya efek dari anestesi, yaitu saat dilakukan anestesi maka semua fungsi sistem
dalam tubuh akan terganggu, salah satunya adalah sistem gastrointestinal dan
sistem saraf pusat. Anestesi merangsang pusat pengontrol muntah untuk
mengeluarkan senyawa kimia atau neuro transmiter, salah satunya adalah
serotonin, dimana serotonin ini akan meningkatkan kontraksi perut sehingga akan
muncul rasa mual dan akhirnya muntah. Untuk mengatasinya pada umumnya
diberikan obat antiemetik, namun hal tersebut tidak cukup mambantu karena tidak
memberikan kenyamanan bagi pasien serta menambah beban biaya yang harus
ditanggung selama di rumah sakit. Untuk mengatasinya terdapat alternatif yang
lebih efektif dan efisien yaitu dengan menggunakan jahe. Jahe efektif untuk
mencegah mual dan muntah karena minyak jahe mengandung gingerol yang
berfungsi memblokade serotonin, sebagai pembawa pesan yang menyebabkan
perut berkontraksi, sehigga timbul rasa mual. Dengan demikian apabila serotonin
diblok maka mual muntah dapat dicegah. Selain itu dengan mengunyah jahe dapat
merangsang pengeluaran air liur dan cairan pencernaan,sehingga mengurangi
mual dan muntah.
Penggunaan jahe untuk mengatasi efek mual muntah paska operasi selama
di rumah sakit dirasa tidak efektif jika dalam bentuk jahe utuh maupun bentuk
seduh atau minuman (wedang jahe). Jika jahe langsung dikunyah tentunya pasien
akan merasa terlalu pedas, sedangakan jika dalam bentuk seduh, pasti tidak

19
20

diperbolehkan karena pasien pasca operasi masih dalam kondisi berpuasa sampai
diperkirakan organ-organ tubuh bisa bekerja kembali secara maksimal terutama
organ pencernaan. Oleh karena itu bentuk jahe yang paling mudah dikonsumsi
untuk mengurangi efek mual dan muntah pasca operasi adalah dalam bentuk
permen.

5.2 Saran
Untuk mengurangi atau mencegah adanya mual muntah paca operasi akibat
efek dari anestesi kita bisa gunakan obat antimetik, tapi tentunya penggunaan obat
antimetik ini relatif mahal, selain itu antimetik pasti juga mempunyai efek
sampingterhadap pemakainya. Oleh karena itu perlu adanya obat penghilang mual
muntah pasca anestesi yang lebih efektif dan aman bagi pengguna atau
pemakainya. Kita bisa menggunakan jahe untuk mengatasi mual dan muntah
pasca operasi, tentunya semua orang juga pasti tahu manfaat dari jahe. Rasa pedas
yang khas dan kandungan-kandungan di dalamnya diyakini bisa menghilangkan
rasa mual dan muntah. Tetapi penggunaan jahe pasca operasi dengan cara diseduh
atau langsung dikunyah itu jelas kurang efektif. Tapi jika jahe disajikan dalam
bentuk permen pasti akan lebih efektif dan menarik, selain itu manfaat yang
dihasilkan juga tidak kalah dibandingkan dengan penggunaan jahe dalam bentuk
yang utuh atau alami. Jadi untuk mengatasi mual muntah pasca operasi akibat
efek dari anestesi bisa kita gunakan pemen jahe yang lebih praktis dan murah.

20
21

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. NAMA : ARTIE PUSPITA SARI


TEMPAT TANGGAL LAHIR : Kediri, 13 Oktober 1989
CURRICULUM VITAE
Elementary School : 6 tahun SD Tegowangi
Yunior High School : 3 tahun SMPN 2 PARE
Senior High School : 3 tahun SMAN 2 PARE jurusan IPS

2. NAMA : KRISTYAN WIJAYANTO


TEMPAT TANGGAL LAHIR : Kediri, 10 Oktober 1987
CURRICULUM VITAE
Elementary School : 6 tahun SDN Krecek 3 Pare
Yunior High School : 3 tahun SMPN 2 Pare
Senior High School : 3 tahun SMA Dharma Wanita 1 Pare
jurusan IPA.

21
22

DAFTAR PUSTAKA

Admin. 29 Januari 2009, Anestesi pada Pasien Ambulatory.


http://free.aol.com/tryaolfree/index.adp

C, Long, Barbara.1989,Perawatan Medikal Bedah, Bandung: Yayasan IAPK

Kumala,Poppy. 1996. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC

Nursalam.2003, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta: salemba Medika

Potter,P.A.2005, Fundamental of Nursing: Concepts, Process, and practice, Jakarta:


EGC

Secaprana, 1999, Manfaat Jahe.


http://www.geocities.com/Vienna/strasse/2994/jahe.html

Sudarmo, S.M. 11 Maret 2009, Pelaksanaan Muntah Pada Bayi dan Anak.
www.wikipedia.com

Yasir, Mohhamad dkk.1999.Dasar-dasar Anestesiolog, .Surabaya: IKMA

22

Anda mungkin juga menyukai