Anda di halaman 1dari 4

Setelah memperoleh air, kebutuhan tubuh yang pertama adalah bahan bakar

metabolik lemak, karbohidrat, asam amino dari protein. Asupan makanan yang
melebihi pengeluaran energi menyebabkan obesitas, sementara asupan yang lebih
rendah daripada pengeluaran menyebabkan kurus (emaciation) dan penciutan otot,
marasmus, dan kwasiorkor. Baik obesitas maupun kekurangan nutrisi yang berat
berhubungan dengan meningkatnya mortalitas. Indeks massa tubuh = berat (dalam
kg)/tinggi2 (dalam m) saat ini sering digunakan untuk mengekspresikan obesitas
relatif; kisaran yang ideal adalah antara 20 dan 25. Kebutuhan Energi Diperkirakan
dengan Mengukur Pengeluaran Energi Pengeluaran energi dapat ditentukan secara
langsung dengan mengukur pengeluaran panas dari tubuh, tetapi pengeluaran ini
biasanya diperkirakan secara tidak langsung dari konsumsi oksigen. Terjadi
pengeluaran energi ~20 kJ/liter oksigen yang dikonsumsi, tanpa memandang apakah
bahan bakar yang dimetabolisme adalah karbohidrat, lemak, atau protein.

Terdapat teknik yang lebih baru dan memungkinkan kita memperkirakan


pengeluaran energi total selama periode 1-2 minggu, dengan menggunakan air berlabel
isotop ganda, 2H218O. 2H keluar dari tubuh hanya melalui air, sedangkan 18O keluar
dalam bentuk air dan karbon dioksida; perbedaan kecepatan pengeluaran kedua label
ini memungkinkan kita memperkirakan produksi karbon dioksida total, dan karena itu
konsumsi oksigen dan pengeluaran energi juga dapat diperkirakan. Laju metabolik
basal (basal metabolic rate, BMR) adalah pengeluaran energi oleh tubuh dalam
keadaan istirahat, tetapi tidak tidur, dalam kondisi netralitas suhu yang terkontrol, yang
diukur sekitar 12 jam setelah makan terakhir, dan bergantung pada berat badan, usia,
dan jenis kelamin. Pengeluaran energi total bergantung pada laju metabolik basal,
energi yang dibutuhkan untuk aktivitas fisik dan biaya energi untuk menyintesis bahan
bakar cadangan dalam keadaan kenyang. Oleh sebab itu, kebutuhan energi seseorang
dapat dihitung berdasarkan berat badan, usia, jenis kelamin, dan tingkat aktivitas fisik.
Berat badan memengaruhi BMR karena pada tubuh yang lebih besar jumlah jaringan
yang aktif juga lebih besar. Penurunan BMR seiring dengan pertambahan usia, bahkan
jika berat badan tetap, terjadi karena jaringan otot digantikan oleh jaringan adiposa,
yang secara metabolik kurang aktif. Demikian juga, wanita memiliki BMR yang secara
bermakna lebih rendah daripada pria dengan berat badan dan usia yang sama, karena
tubuh wanita secara proporsional mengandung lemak lebih banyak. Kebutuhan Energi
Meningkat Seiring dengan Aktivitas Cara yang paling bermanfaat untuk menyatakan
pengeluaran energi untuk aktivitas fisik adalah dengan kelipatan BMR. Hal ini dikenal
sebagai rasio aktivitas fisik (PAR) atau ekuivalen metabolik pada tugas (MET).
Aktivitas yang menetap hanya menggunakan 1,1-1,2 x BMR. Sebaliknya, olah raga
berat, seperti naik tangga, cross-country menaiki bukit, dapat menggunakan 6-8 x
BMR. Keseluruhan tingkat aktivitas fisik (PAL) adalah jumlah dari PAR pada kegiatan
yang berbeda, dikalikan dengan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan itu, dibagi
dengan 24 jam.

a. Kebutuhan gizi tubuh

Kebutuhan disaat tubuh untuk pemenuhan dasar gizi


a. Karbohidrat terbagi atas 3 :
 Gula sederhana: monosakarida
 Gula kompleks: polisakarida
 Serat
b. Lemak sumber energi yang didapatkan terdiri dari gabungan gliserol
dengan asam lemak.
c. Protein merupakan konstituen penting pada semua sel. Protein akan
dihidrolisis oleh enzim-enzim proteditik untuk melepaskan asam-asam
amino yang kemudian diserap oleh usus.
d. Vitamin adalah bahan organik yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh
berfungsi sebagai katalisator proses metabolisme tubuh terbagi jadi 2
yaitu vitamin larut lemak dan vitamin larut air.
e. Mineral dan air
f. Mineral adalah unsur esensial bagi fungsi normal sebagai enzim dan
sangat penting untuk pengendalian sistem cairan tubuh.

Inti dari mmetabolisme adalah siklus asam trikarboksilat (tricarboxylic acid, TCA) [di
Indonesia sering disebut siklus Krebs atau siklus asam sitrat]; hasil metabolisme dari
ketiga makro nutrien akhirnya memasuki jalur ini.

Pelepasan energi melalui jalur metabolik terjadi sebagai akibat oksidasi;


pemindahan atom hidrogen ke molekul akseptor hidrogen merupakan langkah umum.
Molekul akseptor hidrogen membentuk rantai transpor elektron dalam fosforilasi
oksidatif, menghasilkan ATP, dan akhirnya karbon dioksida serta air. Molekul akseptor
terdiri dari nikotinamida adenin dinukleotida (NAD), flavin mononukleotida
nikotinamida (FMN), flavin adenin dinukloetida (FAD), dan sitokrom.

Kelompok vitamin B bertindak sebagai kofaktor dalam metabolisme. Secara


umum, vitamin B:

 Memfasilitasi pelepasann energi;


 Terlibat dalam rantai transpor elektron;
 Bekerja sebagai kofaktor dalam sintesis derivat metabolik

b. Faktor yang mempengaruhi pemenuhan gizi :


1. Asupan makanan
Adanya asupan makanan di sesuaikan untuk menyeimbangi
pengeluaran energi. ( sherwood, 2016 )
2. Kondisi tubuh
Keseimbangan energi :
Ketika keseimbangan energi negatif hasilnya maka terjadi 2 bentuk
kekurangan gizi, yaitu:
1. Malramus ( merupakan kurus yang sangat ekstrim ).
2. Klersiornor ( terjadi adanya retensi cairan sehingga timbul edema, serta
infiltrasi lemak di bagian hati ). ( murray, 2014 )

Faktor-faktor lainya, yaitu:

1. Faktor fisiologi untuk kebutuhan metabolisme basal.


2. Faktor patofisiologi, seperti adanya penyakit tertentu yang menggangu
pencernaan/ meningkatkan kebutuhan nutrisi.
3. Faktor sosial ekonomi, seperti adanya kemampuan individu dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi ( membeli bahan pangan ). (Barasi, 2009)

Daftar Pustaka

Barasi, Mary. 2009. At a Gance Ilmu Gizi. Jakarta; Erlangga

Sherwood, L.2014.Fisologi manusia dari sel ke sistem . Edisi 8. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai