MATA
Pendahuluan
Mata mengandung banyak informasi untuk menentukan diagnosis penyakit pada
organ yang lain. Beberapa kondisi medis mempunyai gejala atau tanda pada daerah
mata sebagai manifestasi klinisnya, diantaranya diabetes, penyakit kardiovaskular,
rematologi, neurologi, endokrinologi dan onkologi. Vaskularisasi pada mata dapat
memungkinkan untuk diagnosis anemia, diabetes, hipertensi, keadaan hiperviskositas,
dan arteriosklerosis. Kelainan endokrin seperti hipotiroid atau hipertiroid dapat diduga
melalui pemeriksaan pada mata yaitu exophthalmus.
Dokter harus dapat melakukan pemeriksaan fisik dan fungsi penglihatan dengan
benar. Dengan melakukan pemeriksaan mata secara benar, pengelolaan penderita
menjadi tepat sesuai dengan masalahnya, baik yang kelainan primer pada mata ataupun
sekunder yang merupakan manifestasi klinis dari penyakit lain. Meskipun tidak ada
tanda-tanda penyakit sistemik pada mata, pemeriksaan mata tetap harus dilakukan
dengan seksama. Penglihatan
merupakan sesuatu yang sangat berharga sehingga kelalaian yang dapat mengakibatkan
kebutaan dapat dicegah.
Pemeriksaan Mata
Tujuan pemeriksaan fisik mata adalah untuk menilai fungsi maupun anatomi kedua
mata. Penilaian fungsi mencakup fungsi penglihatan dan bukan penglihatan seperti
gerak mata dan kesejajaran (alignment).
Pemeriksaan bagian mata meliputi wajah bagian atas dan tengah, alis dan kelopak mata,
sistem lakrimalis dan orbital, bola mata dan otot bola mata, saraf optik dan saraf yang
menghubungkan ke korteks visual.
Pada latihan keterampilan kali ini akan dipelajari cara pemeriksaan fisik mata bagian
eksternal, segmen depan mata (Camera Occuli Anterior/COA), fungsi otot
ekstraokuler, tajam penglihatan, dan luas lapang pandangan.
2. Muara kelenjar lakrimalis berfungsi untuk mengalirkan air mata dari glandula
lakrimalis ke sakus lakrimalis menuju duktus nasolakrimalis.
3. Konjungtiva adalah membran mukosa tipis yang vaskular dan transparan, berfungsi
melapisi palpebra (konjungtiva palpebra) dan bola mata (konjungtiva bulbi).
Adanya peradangan pada konjungtiva ditandai dengan keadaan melebarnya
pembuluh darah di konjungtiva sehingga terlihat kemerahan (hiperemis). Keadaan
anemia dilihat melalui keadaan konjungtiva palpebra yang tampak pucat.
4. Sklera adalah lapisan terluar bola mata yang terdiri dari jaringan fibrosa, terletak
tepat di bawah konjungtiva. Menilai keadaan sklera dapat memberikan
informasi tentang adanya gangguan proses metabolisme bilirubin dengan tanda
sklera berwarna kekuningan, kuning atau kehijauan (ikterik).
1
Gambar 22. Potongan sagital mata bagian depan
5. Segmen depan mata terdiri dari kornea, iris, sudut ruang depan dan lensa.
- Kornea merupakan jaringan transparan, licin dan avaskular yang menutupi
iris. Kornea dipersarafi oleh N.Trigeminus.
- Camera Occuli Anterior (COA) terletak di antara kornea dan iris, terisi
oleh humor aquousyang dihasilkan oleh badan siliar (cillier bodies).
Camera Occuli Posterior (COP) terletak di antara iris dan lensa. Humor
aquousmengalir dari COP ke COA melalui kanal Schlem menuju aliran
vena. Filtrasi tersebut berperan dalam tekanan intra okular (TIO).
- Iris bagian sirkular yang berwarna dari mata. Iris mendapat inervasi saraf
simpatis dan parasimpatis.
- Bagian tengah iris berbentuk bulat adalah pupil yang mengatur jumlah
cahaya yang masuk ke dalam mata. Reaksi pupil terhadap cahaya ini
diatur oleh M. Spingter dari iris yang diinervasi oleh N. Okulomotorius
melalui sistem saraf otonom. Bila saraf simpatis dirangsang maka akan
terjadi midriasis (pupil melebar) dan bila saraf parasimpatis yang
dirangsang maka pupil akan miosis (pupil mengecil).
- Lensa terletak di belakang iris. Lensa adalah struktur berbentuk bikonveks,
avaskular, tidak berwarna. Lensa akan mengubahkan
bentuknya sewaktu memfokuskan bayangan pada retina yang disebut
dengan daya akomodasi lensa.
- Tekanan intra okular dapat diukur secara kasar menggunakan perabaan
jari di sekitar kelopak mata bagian atas. Keuntungan dari tehnik ini adalah
mudah dilakukan bila tonometer tidak dapat dipakai atau tidak tersedia.
Perabaan dengan menggunakan jari membutuhkan pengalaman pemeriksa,
hal ini menjadi kelemahan metode tersebut disamping adanya faktor
subyektif.
Cara pemeriksaan:
1. Alis
- Amati bentuk dan distribusi pertumbuhan rambut alis.
2. Kelopak mata
- Amati kesimetrisan palpebra superior, lebar fisura palpebra, ptosis,
lagophthalmus.
- Amati keadaan bulu mata pada palpebra inferior untuk menilai distribusi,
jumlah, trichiasis, enteropion, ekteropion.
- Amati tanda peradangan, luka, benjolan/massa,
hordeolum, chalazion, xantelasma pada daerah kelopak mata.
Pemeriksaan Fungsi Mata
Pada latihan keterampilan kali ini akan dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan
sentral dan perifer. Ketajaman penglihatan sentral diukur objek dalam berbagai ukuran
yang diletakkan pada jarak standar dari mata misalnya menggunakan kartu Snellen. Uji
konfrontasi dilakukan untuk pemeriksaan penglihatan perifer.
Cara pemeriksaan
1. Lakukan informed consent pada penderita.
2. Apabila penderita berkaca mata, mintalah untuk melepaskannya.
3. Minta penderita duduk pada jarak 6 meter tepat di depan kartu Snellen.
4. Mintalah penderita untuk melihat ke depan dengan santai, tanpa melirik atau
mengerutkan kelopak mata.
5. Pada saat memeriksa mata kanan, mintalah penderita untuk
menutup mata kirinya dengan telapak tangan tanpa menekan bola
mata. Begitupun pada pemeriksaan mata kiri.
6. Mintalah penderita untuk mengidentifikasi huruf/angka/simbol yang tertera
pada kartu Snellen, mulai dari atas sampai ke bawah.
7. Berhentilah pada barisan huruf yang masih dapat terbaca dengan jelas oleh
penderita (≥50% huruf dalam satu baris).
8. Tentukan ukuran ketajaman penglihatannya atau ukuran visusnya,
berdasarkan Kartu Snellen..
Menguji penglihatan buruk
1. Pada saat memeriksa mata kanan maka mata kiri yang tidak
diperiksa harus ditutup. Begitupun pada saat memeriksa mata kiri,
maka mata kanan yang tidak diperiksa harus ditutup
2. Penderita yang tidak dapat membaca huruf terbesar pada kartu Snellen langsung
dilanjutkan dengan pemeriksaan tes hitung jari
3. Pemeriksa melakukan tes hitung jari dimulai dari jarak terdekat yaitu 1 meter
apabila penderita dapat menyebut jumlah jari yang diperlihatkan oleh
pemeriksa, dilanjutkan dengan menambah jarak dan berhenti pada jarak terjauh
mata penderita masih dapat menghitung jari. Visus hitung jari (count
fingers/CF) 2 meter (CF pada 2 m) mempunyai arti bahwa penderita dapat
menghitung jari pada jarak 2 meter (2/60) namun tidak bisa lebih jauh.
4. Mata yang tidak dapat menghitung jari diperiksa menggunakan lambaian tangan
secara horisontal dan vertikal. Cara pemeriksaan dimulai dari jarak yang
terdekat mata penderita dapat menentukan lambaian tangan pemeriksa secara
vertikal atau horisontal dan berhenti pada jarak terjauh mata penderita masih
dapat menentukan lambaian tangan pemeriksa secara vertikal atau horisontal.
Visus lambaian tangan (hand movement/HM) 1 meter (HM pada 1 m)
menunjukkan bahwa mata penderita masih dapat menentukan lambaian tangan
pemeriksa secara vertikal atau horisontal pada jarak terjauh 1 meter (1/300).
5. Untuk tingkat penglihatan yang lebih rendah adalah kesanggupan mempersepsi
cahaya (light perception). Pemeriksaan dilakukan dengan cara meminta
penderita untuk mengidentifikasi adanya cahaya yang diberikan oleh pemeriksa.
6. Mata yang tidak dapat mempersepsi cahaya (no light perception/NLP)
dianggap buta total atau visusnya adalah 0.
Gambar 25. Pemeriksaan hitung jari (A) dan lambaian tangan (B)
Konjungtiva
- Konjungtiva bulbi dinilai pelebaran pembuluh darah (injeksi konjungtiva:
arteri konjungtiva dari perifer/forniks ke sentral/limbus dan injeksi siliar:
arteri siliaris dari sentral ke perifer ), perdarahan (subconjuntival bleeding,
subconjunctival hematoma), konjungtiva palpebra untuk menilai keadaan
anemis, iritasi kronis berupa pterigium.
- Periksalah keadaan konjungtiva bulbi dengan meminta penderita melihat
lurus ke depan dan amatilah warna, corakan pembuluh darah,
pembengkakan. Amati pula warna sklera, adanya penipisan atau kelainan.
- Konjungtiva palpebra superior diperiksa dengan meminta penderita untuk
melirik ke bawah, dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, balikan kelopak
mata sehingga konjungtiva superior berada di luar. Amati keadaan palpebra,
vaskularisasi, edema, sekret. Selesai pengamatan kembalikan palpebra ke
posisi semula.
- Konjungtiva palpebra inferior, mintalah penderita untuk melihat ke atas
kemudian tariklah palpebra inferior ke arah bawah dengan menggunakan
ibu jari. Perhatikan warna, vaskularisasi, dan keadaan lain seperti edema,
sekret.
Pemeriksaan kornea
- Mintalah penderita untuk menatap ke depan.
- Terangi mata dengan memberikan berkas cahaya dari arah
temporal
- Amati kornea meliputi bentuk, kelengkungan, kejernihan
kornea,tanda peradangan (keratitis), ulkus, arcus senillis. (Seidel,
et.al, Mosby’s Physical Examination Handbook)
Pemeriksaan COA
- Mintalah penderita untuk menatap ke depan.
- Terangi mata dengan memberikan berkas cahaya dari arah temporal.
- Amati Camera occuli anterior (bilik mata depan) mengenai kedalaman,
kejernihan, pus, darah.
- Amati kejernihan lensa, katarak, dan letak lensa.
Pemeriksaan Lensa
- Mintalah penderita untuk menatap ke depan.
- Terangi mata dengan memberikan berkas cahaya dari arah temporal.
- Amati kejernihan lensa, katarak, dan letak lensa.5
Pemeriksaan Funduskopi direct
- Sebaiknya dilakukan di ruangan relative gelap
- Bila mata kanan yang akan diperiksa, pemeriksa berdiri di sebelah kanan
pasien, oftalmoskop dipegang dengan tangan kanan, pemeriksaan
dengan mata kanan
- Bila mata kiri yang akan diperiksa, pemeriksaan dari sebelah kiri dengan
mata kiri
- Pertama kali perhatikan reflek fundus melalui oftalmoskop dilihat lewat
pupil pada jarak pemeriksaan 30 cm
*Bila media refraksi jernih : reflek fundus berwarna merah kekuningan
pada seluruh lingkaran pupil
*Bila media refraksi keruh : terlihat adanya bercak hitam di depan latar
belakang yang merah kekuningan
*Penilaian reflek fundus penting untuk membedakan katarak matura dan
immature, dimana pada katarak matura reflek fundus negative
- Selanjutnya untuk melihat retina dan pupil N II, oftalmoskop didekatkan
sedekat mungkin ke mata pasien
Gambar 31. Pemeriksaan Funduskopi direk3
Pemeriksaan Konvergensi
Ambil lah sebuah pensil atau ballpoint dan sebuah penggaris
Pegang pensil di depan Anda dengan kedua tangan. sejajar dengan mata.
Fokuskan mata pasien pada pensil, Perlahan, dengan kedua tangan, geser
penggaris lurus ke arah hidung pasien
Katakan pada pasien, apabila pasien sudah merasa bahwa pensil telah berbayang
atau tidak focus, hentikan memajukan pensil kearah hidung pasien
Catat seberapa jauh jarak konvergensi mata pasien dengan penggaris, mata normal
masih dapat melihat pensil secara focus hingga jarak 5-8 cm
Pelaksanaan Latihan:
Kesadaran merupakan hal yang esensial dari setiap individu yang sedang menjalani proses
belajar. Untuk menimbulkan kesadaran dalam belajar dapat melalui 2 cara yaitu refleksi
diri dan menerima feedback dari pihak lain.
Menguatkan dan memberdayakan kemampuan yang dimiliki merupakan dasar untuk
mengembangkan diri. Mengoreksi kekurangan yang ada dapat meningkatkan kinerja dan
kompetensi serta menghindarkan terulangnya kesalahan yang sama.
1. Refleksi Diri
- Mulailah melakukan refleksi dengan menyampaikan hal yang sudah
dilakukan dengan baik kemudian dilanjutkan dengan menyampaikan
kekurangan yang ada dan kendala yang dihadapi.
- Buatlah rencana untuk mengatasi kendala yang dihadapi sehingga
kekurangan dapat diperbaiki.
- Kenali potensi yang dimiliki sebagai kekuatan untuk meningkatkan
kemampuan diri.
2. Constructive feedback
- Feedback diberikan secara deskriptif bukan untuk menghakimi untuk itu
gunakan kata kerja daripada kata sifat.
- Feedback bersifat spesifik dan fokus pada kemampuan kinerja bukan pada
aspek pribadi.
- Gunakan sandwich methodyaitu sampaikanlah lebih dulu mengenai hal-
hal yang telah dilakukan dengan baik, kemudian sampaikan kekurangan
yang ada dengan cara yang konstruktif dan berikan saran untuk
memperbaikinya dalam bentuk berbagi pengalaman.
Lesson Plan
NO KEGIATAN WAKTU
- Instruktur memperkenalkan diri
1 5 menit
- Mengenal nama mahasiswa
- Menjelaskan tujuan latihan
2 - Menilai persiapan mahasiswa mengenai topik 10 menit
keterampilan yang akan dipelajari
- Meminta salah seorang mahasiswa untuk mencoba
melakukan pemeriksaan neurologi
- Meminta mahasiswa untuk refleksi
3 10 menit
- Meminta mahasiswa lain untuk memberikan
feedback
- Instruktur memberikan feedback
- Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
mencoba sendiri,berpasangan dengan temannya,
4 bergantian memberikan feedback 70 menit
- Instruktur mengobservasi dan memberikan
feedback pada masing-masing kelompok
Penutup
5 5 menit
Diskusi, penugasan, rencana untuk pertemuan II
Daftar Pustaka
1. Bates B, Bickley LS, Hoekelman RA. A Guide to Physical Examination
th
and History Taking. 11 ed. JB. Lippincott, Philadelphia, 2013
2. Seidel, H.M; Ball, J.W; Dains, J.E; Benedict, G.W. Mosby’s Guide to
Physical Examination. Edisi 8. Mosby Elsevier. Missouri; 2011.
3. Douglas G, Nicol F. Macleod’s Clinical Examination. 13th Edition.
China: Elsevier. 2013. Hlm 258-333
4. Talley NJ, O’Connor S. Clinical Examination: A Systematic Guide to Physical
Diagnosis. Edisi ke-6. China: Elsevier. 2010. Hlm 323-71
5. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: a systemic approach. 7th ed.
China: Elsevier, 2011.