Anda di halaman 1dari 2

Mahir Mengukur Jugular Venous Pressure

(JVP)
Posted: July 18, 2016Tags: JVP, klinik, pemeriksaan fisik, pengukuran JVPComments: 0
Pengukuran tekanan vena jugularis, atau jugular venous pressure (JVP), merupakan salah satu
pemeriksaan yang penting bagi pasien dengan penyakit kardiovaskular. Akan tetapi, saat ini
pemeriksaan tersebut seringkali ditinggalkan. Padahal, pengukuran JVP cukup sederhana,
bermanfaat, dan tidak menimbulkan rasa sakit bagi pasien. Oleh karena itu, penting bagi
seorang klinisi untuk menguasai pemeriksaan ini. Apa kegunaannya dan bagaimana cara
melakukannya?
Vena jugularis merupakan vena yang berada pada leher. Tekanan pada vena jugularis atau JVP
mencerminkan tekanan vena pusat atau central venous pressure (CVP), yakni tekanan pada vena
cava. Tekanan ini ekuivalen dengan tekanan pada atrium kanan. CVP berperan penting dalam
menentukan tekanan pengisian atau preload dari jantung kanan, sehingga pengukurannya dapat
digunakan untuk menilai kondisi hemodinamika jantung. Sebagai contoh, peningkatan CVP
dapat menunjukkan adanya suatu kondisi yang meningkatkan tekanan atrium kanan, seperti
gagal jantung kanan. Sementara itu, penurunannya dapat menunjukkan adanya hipovolemia.
CVP dapat diukur secara langsung dengan menggunakan manometer dengan kateter yang
dimasukkan ke vena, sehingga bersifat invasif. Cara lain yang dapat dilakukan adalah
mengestimasi nilainya dengan mengukur JVP. Dalam pengukuran ini, vena jugularis interna
kanan dianggap paling baik untuk digunakan. Metode pengukuran yang paling banyak
digunakan adalah metode Lewis, yang menggunakan angulus sternalis pada sternum sebagai titik
acuan. Titik tersebut berada kurang lebih 5 cm di atas atrium kanan. Nilai JVP sama
dengan jarak vertikal antara titik yang berada 5 cm di bawah angulus sternalis dengan puncak
pulsasi vena jugularis yang terlihat pada leher. Nilai CVP sebesar 9 cm H2O dinyatakan sebagai
nilai JVP 4 cm di atas angulus sternalis (4 + 5 cm H2O). Normalnya, nilai CVP berkisar antara 5-
9 cm H2O, namun dapat pula serendah 2 cm H2O.

Cara melakukan pengukuran JVP adalah sebagai berikut. Pertama, atur posisi kepala tempat tidur
pasien sehingga kemiringannya mencapai 30-45o. Minta pasien untuk memutar kepalanya ke sisi
yang berlawanan dengan sisi vena yang akan diamati (sisi kiri). Selanjutnya, identifikasi vena
jugularis eksterna dan pulsasi dari vena jugularis interna. Pulsasi vena jugularis interna kanan
diidentifikasi secara khusus, dengan menginspeksi lekukan suprasternal, lokasi di antara
perlekatan otot sternokleidomastoideus di sternum dan klavikula, atau di belakang otot tersebut.
Pulsasi vena ini harus dibedakan dengan pulsasi dari arteri karotid. Ini dapat dilakukan dengan
melihat ada atau tidaknya perubahan pulsasi pada posisi yang berbeda. Semakin tegak pasien,
pulsasi vena jugularis interna akan semakin menurun, sementara arteri karotid tidak.

Selanjutnya, letakkanlah suatu penggaris secara vertikal di atas angulus sternalis. Lalu, letakkan
penggaris lainnya secara horizontal dari puncak pulsasi vena jugularis interna hingga membentuk
sudut 90odengan penggaris pada angulus sternalis. Amati batas di mana bagian bawah dari
penggaris horizontal bertemu dengan penggaris vertikal. Nilai JVP adalah nilai yang terlihat
pada penggaris vertikal di batas tersebut ditambah dengan 5 cm. Sederhana dan bermanfaat,
bukan? Selamat mempraktekkan.

Anda mungkin juga menyukai