Tata Laksana Statistik Sektoral
Tata Laksana Statistik Sektoral
MENUJU
SATU DATA INDONESIA
Agus Sudibyo
Kepala Bidang IPDS
BPS Provinsi Jawa Tengah
1
SISTEM STATISTIK NASIONAL (SSN)
Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, Standarisasi Catatan:
(1) BPS mengkoordinasikan penyenggaraan
Jenis Penyelenggara Metode Hasil statistik
(2) Instansi Pemerintah menyerahkan rencana
survei dan BPS memberikan rekomendasi
Survei (3) Instansi pemerintah menyerahkan hasil ke
BPS (Pusat Rujukan Statistik)
Statistik Instansi Kompilasi Produk (4) Masyarakat atau individu mengumpulkan
Data sinopsis kepada BPS
Sektoral Pemerintah Administrasi (5) Instansi pemerintah/swasta & masyarakat
Forum berkoordinasi dengan BPS
Masyarakat Lainnya (3)
Statistik (1) (2)
(5)
(FMS) Sensus
Survei BPS sebagai
Penyedia
Permintaan Statistik Pusat
Data Statistik Kompilasi Produk Data Informasi
Dasar Badan Pusat Rujukan
Administrasi Statistik
Statistik Statistik
Lainnya
Sumber Daya, (1)
Metode, Sarana & Survei
Prasarana, Ilmu (4)
Sinopsis
Pengetahuan &
Statistik Kompilasi Produk
Teknologi dan Masyarakat
Perangkat Hukum Khusus Administrasi
Data
Lainnya
Masukan (Input)
SATU DATA INDONESIA (SDI)
Tujuan Perpres SDI Prinsip Perpres SDI
Mewujudkan data yang ► Satu Standar Data
akurat, mutakhir, terpadu, ► Satu Metadata Baku
terintegrasi, dan dapat
► Interoperabilitas Data
diakses oleh pengguna
data sebagai dasar ► Satu Kode Referensi
Rencana Pelaksanaan ► Satu Portal Data
Evaluasi dan Pengendalian
melalui perbaikan tata
kelola data pemerintah
YANG DIPERLUKAN DATA SEKTORAL
STANDAR DATA
NSPK
METADATA (Norma, Standar,
Prosedur, Kriteria)
OPERABILITAS
NORMA/PRINSIP STATISTIK (1)
Statistik mengacu
3 pada standar ilmiah
10
6 KRITERIA AKSESIBILITAS RELEVANSI
KUALITAS
DATA
KOHERENSI DAN
AKURASI KETERBANDINGAN
INTERPRETABILITAS
AKTUALITAS &
TEPAT WAKTU
TAHAPAN KEGIATAN
STATISTIK
2
Tahapan Kegiatan Statistik
Diseminasi Evaluasi
Identifikasi Kebutuhan
Cover
Tifografi
Elemen visual
Cover
publikasi tersebut.
Ilustrasi yang digunakan bisa menggambarkan publikasi
tersebut secara implisit maupun eksplisit.
Tipografi (1)
Jenis huruf menurut bentuknya ada tiga macam, yaitu:
Serif
Adalah jenis huruf yang berkait. Jenis huruf ini lebih mudah dibaca karena kait huruf yang membantu membentuk garis tak
tampak yang memandu mata mengikuti baris teks. Selain itu, huruf serif dapat menyebabkan kerja mata menjadi lebih
ringan pada saat membaca naskah dengan jumlah kata yang banyak. Jenis huruf yang dikelompokkan pada jenis serif
misalnya Times New Roman, Aldus Roman, Garamond,
Palatino, dsb.
Sans Serif
Adalah jenis huruf yang tidak berkait. Jenis huruf ini bersifat solid, lebih tegas, dan lebih modern. Jenis huruf yang
dikelompokkan pada jenis sans serif misalnya Calibri, Arial, Arial MT, Arial Narrow, Futura, dsb.
Script
Merupakan jenis font yang bentuknya mirip dengan tulisan tangan pada umumnya. Untuk publikasi yang bersifat formal,
jenis huruf ini sebaiknya tidak digunakan, khususnya pada narasi.
Tipografi (2)
Harus diperhatikan
kualitas huruf/naskah
dalam tingkat
kemudahannya untuk
dibaca
Implementasi Rancangan
UU No 16 Tahun 1997
Pasal 12 ayat 2
Pengumpulan Data
Finalisasi publikasi
➢Pemeriksaan akhir terhadap konten publikasi (memeriksa kesalahan
penulisan, penomoran halaman, dll)
➢Melakukan perbaikan apabila masih ditemukan kesalahan
Mencetak publikasi dan mendistribusikannya ke stakeholder terkait
Melakukan sosialisasi dengan stakeholder terkait
Penyebarluasan data
Channel Diseminasi
Website
Mobile Application
Publikasi tercetak
Evaluasi
Kegiatan Prioritas
(Sasaran | Indikator)
Proyek Prioritas