H YANG MENGALAMI
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN
BERSIHAN JALAN NAPAS DI RUANG
BOUGENVIL RSU dr. H. KOESNADI
BONDOWOSO
Oleh :
ZULY KURNIAH
NIM : 15037140902
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. H YANG MENGALAMI
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN
BERSIHAN JALAN NAPAS DI RUANG
BOUGENVIL RSU dr. H. KOESNADI
BONDOWOSO
Oleh :
ZULY KURNIAH
NIM : 15037140902
ii
SURAT PERNYATAAN
Zuly Kurniah
Mengetahui,
Pembimbing
Ns.LEMBAR PERSETUJUAN
Alwan Revai, S. Kep. M. Kep
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Oleh:
Pembimbing
Mengetahui
NIDN. 07-0708-7501
iv
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH
Mengesahkan
Tim Penguji
Tanda Tangan
( ...................................... )
Penguji I Ns. M. Dafid K. N, S. Kep. M. Gizi
( ...................................... )
Penguji II Ns. Rany Agustin Wulandari, M.Kep
Mengetahui,
Ketua Prodi D III Keperawatan Universitas Bondowoso
v
ABSTRAK
Kurniah, Zuly. 2018. Asuhan keperawatan pada Tn. H yang mengalami Penyakit
Paru Obtruktif Kronik (PPOK) dengan masalah keperawatan Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Napas di Ruang Bougenvil RSU. Dr . H. Koesnadi Bondowoso.
vi
ABSTRACT
Kurniah, Zuly. 2018. Nursing care at Mr. H who has a disease Chronic Obstructive
Pulmonary Disease (COPD) with nursing problems Ineffectiveness of the
Airway Clearance in the Bougenvil Room of the RSU. Dr. H. Koesnadi
Bondowoso.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis
Ilmiah ini sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi di program DIII
Keperawatan Universitas Bondowoso.
Penulis Proposal Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dan
bimbungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Pada
kesempatan ini ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kami sampaikan kepada :
1. Yuana Dwi Agustin, SKM. M.Kes, selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan
Universitas Bondowoso.
2. Ns. Alwan Revai, S. Kep. M. Kep selaku pembingbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyusunan penelitian kami.
3. Dr. Suharto, Sp. PD selaku Direktur RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso yang telah
memberikan ijin melaksanakan penelitian.
4. Ns. Novi Satyaningrum, S. Kep selaku Kepala Ruang Bougenvil yang telah
memebrikan ijin untuk melakukan penelitian di ruang Bougenvil.
5. Perawat ruang Bougenvil yang telah membimbing dan mendampingi dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien.
6. Klien yeng telah bersedia menjadi responden dalam penelitian kami.
7. Berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu hingga terselesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah.
Besar harapan kami semoga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini berguna bagi
penulis selanjutnya dan juga diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi kemajuan
ilmu keperawatan. Namun demikian penulis menyadari bahwa penyusunan penelitian
ini masih jauh dari sempurna, untuk itu segenap saran dan perbaikan yang membangun
sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Penyusun
viii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Batasan Masalah .............................................................................................3
1.3 Rumusan Masalah ..........................................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................3
1.4.1 Tujuan Umum ....................................................................................3
1.4.2 Tujuan Khusus ...................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian ..........................................................................................4
1.5.1 Manfaat Teoritis ................................................................................4
1.5.2 Manfaat Praktis ..................................................................................5
x
5.1 Kesimpulan ......................................................................................................87
5.1.1 Pengkajian ...........................................................................................87
5.1.2 Diagnosa Keperawatn...........................................................................87
5.1.3 Intervensi .............................................................................................87
5.1.4 Implementasi ........................................................................................87
5.1.5 Evaluasi ...............................................................................................88
5.2 Saran
5.2.1 Penulis Selanjutnya .............................................................................88
5.2.2 Bagi Rumah Sakit ................................................................................88
5.2.3 Institusi Pendidikan ..............................................................................88
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR SINGKATAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
1
BAB 1
PENDAHULUAN
untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh
utamanya (Somatri, 2009). Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang
dikenal dengan COPD adalah asma bronkial, bronkitis kronik dan empisema paru.
Sering juga penyakit ini disebut dengan Chronic Limitation (CAL) dan Chronic
Kronik (PPOK) mempunyai tanda dan gejala yakni batuk (mungkin produktif atau
non produktif), sesak napas, mengi dan ronchi saat inspirasi. Proses peradangan
dapat mengakibatkan produksi sputum berlebih pada paru dan reflek batuk yang
Rahmawati, 2016).
ketiga pada tahun 2020 (GOLD, 2017). Lebih dari 3 juta orang meninggal karena
COPD pada tahun 2012 yang menyumbang 6% dari semua kematian secara global
1
2
2020 yang akan datang angka kejadian PPOK akan mengalami peningkatan dan
menduduki terbanyak nomor tiga setelah penyakit jantung koroner dan stroke
Kesehatan pada tahun 2008 angka penderita PPOK Mencapai 12 % dengan angka
kematian 2 %, hal itu menjadi suatu perhatian tersendiri dimana penyakit PPOK
sampel di daerah DKI Jakarta 2,7%, Jawa Barat 4,0%, Jawa Tengah 3,4%, DI
Yogyakarta 3,1%, Jawa Timur 3,6% dan Bali 3,5% (RISKESDAS, 2013).
terbanyak yaitu provinsi Nusa Tenggara Timur sebanyak 10%. Sementara untuk
dalam tiga bulan terakhir sebanyak 21 kasus yaitu 11 kasus pada bulan April, 5
PPOK dapat disebabkan karena polusi udara yang berupa asap kendaraan,
asap pabrik dan sebelumnya sudah pernah menderita penyakit paru misalnya
yaitu kebiasaan merokok batang karena setiap batang mengandung ribuan bahan
pembersihan silia tidak berjalan lancar dan banyak sputum tertimbun dalam
3
Rahmawati, 2016).
pernapasan.
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk membuat Karya Tulis Ilmiah yang
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada
1. Sebagai bentuk aplikasi dari teori asuhan pada Tn. H Penyakit Paru
Kronik (PPOK)
1. Bagi penulis
karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara penulis
Dapat menjadi bahan masukan bagi perawat yang di rumah sakit untuk
PPOK.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran
parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya
(PDPI, 2011).
untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh
utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan
COPD adalah asma bronkial, bronkitis kronik dan empisema paru. Sering juga
penyakit ini disebut dengan Chronic Limitation (CAL) dan Chronic Obstruktive
dapat dicegah dan diobati yang dicirikan oleh gejala pernapasan persisten dan
keterbatasan aliran udara yang disebabkan oleh saluran napas dan / atau kelainan
6
7
alveolar yang biasanya disebabkan oleh paparan signifikan terhadap partikel atau
2.1.2 Etiologi
terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya (PDPI, 2011).
1. Riwayat merokok
a. Perokok aktif
b. Perokok pasif
c. Bekas perokok
dalam tahun :
a. Ringan : 0-200
b. Sedang : 200-600
c. Berat : >600
4. Hipereaktivitas bronkus
2.1.3 Patofisiologi
mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi. Karena iritasi yang konstan ini,
kelenjar – kelenjar yang mensekresi lendir dan sel – sel goblet meningkat
jumlahnya, fungsi silia menurun dan lebih banyak lendir yang dihasilkan. Sebagai
partikel asing termasuk bakteri. Pasien kemudian menjadi rentan terhadap infeksi
fibrotik yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya akn terjadi perubahan paru
rekoil elastik jalan napas; dan kolaps bronkiolus serta redistribusi udara ke alveoli
yang berfungsi. Karena dinding alveoli menalami kerusakan (suatu proses yang
peningkatan ruang rugi (area paru dimana tidak ada pertukaran gas yang dapat
(Smeltzer dan Bare, 2013). Karena dinding alveolar terus mengalami kerusakan,
9
dan ventrikel kanan dipaksa untuk mempertahankan tekanan darah yang tinggi
dalam arteri pulmonal. Dengan demikian gagal jantung kor – pulmonal adalah
dependen), distensi vena leher, atau nyeri pada region hepar menandakan
tidak mampu untuk membangkitkan batuk yang kuat untuk mengeluarkan sekresi.
Infeksi akut dan kronis dengan demikian menetap dalam paru yang mengalami
antigen dengan antibodi, menyebabkan pelepasan produk sel – sel mast (disebut
substansi yang bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan
membran mukosa dan pembentukan mukus yang sangat banyak (Padila, 2012).
Sistem saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot bronkial diatur oleh
implus saraf vagal melalui sistem parasimpatis. Pada asma idiopatik atau non
alergi ketika ujung saraf pada jalan napas dirangsang oleh faktor seperti infeksi,
latihan, dingin, merokok, emosi dan polutan, jumlah asetilkolin yang dilepaskan
(Padila, 2012).
Selain itu, reseptor α- dan β- adrenergik dari sitem saraf simpatis terletak
yang mengarah pada peningkatan mediator kimiawi yang dilepaskan oleh sel – sel
(Padila, 2012).
Ketika paru mengalami iritasi yang konstan dan pelepasan produk sel – sel
anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS-A) maka kelenjar – kelenjar
yang mensekresi lendir dan sel – sel goblet meningkat jumlahnya, fungsi silia
menurun dan lebih banyak lendir yang dihasilkan. Sekret yang banyak dan
tersumbat sehingga respirasi tidak adekuat (Padila, 2012 dan Smelter dan Bare,
2013).
11
Brunner and Suddarth (2015) menjelaskan tentang tanda dan gejala PPOK
antara lain :
1. PPOK dicirikan oleh batuk kronis, produksi sputum, dan dispnea saat
a. Bronkitis Kronis
Menurut Corwin, 2000 dalam Padila 2012 tanda gejala bronkitis kronik
meliputi :
dada mengembang.
5) Takipnea
b. Emfisema
sebagai berikut :
1) Dispnea
2) Takipnea
6) Hipoksemia
7) Hiperkapnia
8) Anoreksia
9) Penurunan BB
10)Kelemahan
c. Asma
Padila (2012) menjelaskan tentang tanda dan gejala asma antara lain :
1) Batuk
2) Dispnea
3) Mengi
4) Hipoksia
5) Takikardi
6) Berkeringat
2.1.5 Penatalaksanaan
antara lain :
a. Mengurangi gejala
1. Edukasi
pada PPOK stabil. Edukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada
derajat adalah inti dari edukasi atau tujuan pengobatan dari asma (PDPI,
2011).
antara lain
e. Penyesuaian aktivitas
2. Obat – obatan
sebagai berikut :
a. Bronkodilator
1) Golongan antikolinergik
perhari ).
4) Golongan xantin
b. Anti inflamasi
c. Antibiotika
makrolid baru
3. Antioksidan
4. Mukolitik
2. Terapi Oksigen
seluler dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun organ - organ
A. Manfaat oksigen :
a. Mengurangi sesak
b. Memperbaiki aktivitas
d. Mengurangi vasokonstriksi
e. Mengurangi hematokrit
B. Indikasi
= LTOT )
stabil terutama bila tidur atau sedang aktivitas, lama pemberian 15 jam
1) Nasal kanul
2) Sungkup venturi
3) Sungkup rebreathing
4) Sungkup nonrebreathing
Pemilihan alat bantu ini disesuaikan dengan tujuan terapi oksigen dan
3. Nutrisi
c. Antropometri
20
pipi)
terhadap hipoksia dan hiperkapni. Tetapi pada PPOK dengan gagal napas
a) Hipofosfatemi
b) Hiperkalemi
c) Hipokalsemi
d) Hipomagnesemi
4. Rehabilitasi PPOK
Program dilaksanakan di dalam maupun diluar rumah sakit oleh suatu tim
multidisiplin yang terdiri dari dokter, ahli gizi, respiratori terapis dan
A. Latihan Fisis
(PDPI, 2011)
b. Endurance exercise
2011).
1. Faal paru
dengan memantau variabiliti harian pagi dan sore, tidak lebih dari
20%
24
2. Uji bronkodilator
APE meter.
perubahan FEV1 atau APE < 20% nilai awal dan < 200 ml
4. Radiologi
a. Hiperinflasi
b. Hiperlusen
d. Diafragma mendatar
appearance)
2.1.7 Komplikasi
Somantri (2009) menjelaskan bahwa komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK
antara lain :
1. Hipoksemia
dengan nilai saturasi oksigen < 85 %. Pada awalnya Tn. Hakan mengalami
25
2. Asidosis Respiratori
3. Infeksi Respiratori
4. Gagal jantung
Terutama kor pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru) harus di
observasi terutama pada Tn. H dengan dispnea berat. Komplikasi ini sering
5. Kardiak Distritmia
Timbul karena hipoksemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis
respiratori.
6. Status Asmatikus
Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan sering kali
tidak berespon terhadap terapi yang biasa diberikan. Pengunaan otot bantu
pernapasan dan distensi vena leher sering kali terlihat pada Tn. H dengan
asma.
26
2.2.1 Pengkajian
dengan teliti dan cermat sehingga seluruh kebutuhan keperawatan pad aTn.
1. Aktivitas/ Istirahat
Gejala :
sulit bernapas
tinggi
latihan.
Tanda :
a. Keletihan
b. Gelisah
27
c. Insomnia
2. Sirkulasi
Gejala :
Tanda :
a. Peningkatan TD
diameter AP dada)
3. Integritas Ego
Gejala :
Tanda :
4. Makanan/ Cairan
Gejala :
a. Mual/muntah.
28
Tanda :
b. Edema dependen
c. Berkeringat
(emfisema)
5. Higiene
Gejala :
Tanda :
6. Pernapasan
Gejala :
debu/asap (mis., asbes, debu batu bara, rami katun, serbuk gergaji).
(emfisema)
Tanda :
(asma).
mukosa).
h. Warna : pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku, abu – abu
karena warna kulit normal meskipun pertukaran gas tak normal dan
7. Keamanan
Gejala :
8. Seksualitas
9. Interaksi Sosial
Gejala :
a. Hubungan ketergantungan.
Tanda :
distress pernapasan.
Gejala :
Rencana Pemulangan :
1. Definisi
2. Batasan Karakteristik
b. Dispnea
c. Gelisah
d. Kesulitan verbalisasi
f. Ortopnea
j. Sianosis
A. Lingkungan
1) Perokok
2) Perokok pasif
3) Terpajan asap
5) Mukus berlebihan
C. Fisiologis
1) Asma
2) Disfungsi neuromuskular
3) Infeksi
2.2.3 Intervensi
kepada pasien. Adapun rencana tindakan yang biasa diberikan kepada pasien
Tujuan dan
Diagnosa Keperawatan Intervensi
Kriteria Hasil
Ketidakefektifan Bersihan Tujuan: setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas :
Jalan Napas keperawatan selama 3x24 jam 1. Lakukan fisoterapi dada, sebagaimana mestinya.
bersihan jalan napas Tn. H efektif,2. Motivasi pasien untuk bernapas pelan, dalam, dan batuk
dengan kriteria hasil : 3. Kelola pemberian bronkodilator, sebagaimana mestinya.
1. Frekuensi pernapasan (5) 4. Kelola nebulizer ultrasonik, sebagaimana mestinya.
2. Irama pernapasan (5) Peningkatan (Managemen) Batuk
3. Kedalaman inspirasi (5) 5. Dukung pasien menarik napas dalam beberapa kali pasien untuk
4. Kemampuan untuk melakukan napas dalam, tahan selama 2 detik, bungkukkan ke
depan, tahan 2 detik dan batukkan 2 – 3 kali.
mengeluar kan sekret (5)
6. Minta pasien untuk menarik napas dalam, bungkukkan ke depan,
5. Suara napas tambahan (5)
lakukan tiga atau empat kali hembusan ( untuk membuka area
6. Pernapasan cuping hidung glottis).
(5) 7. Minta pasien untuk menarik napas dalam beberapa kali, keluarkan
7. Penggunaan otot babtu perlahan dan batukkan di akhir ekshalasi (penghembusan).
napas (5) 8. Minta pasien untuk batuk dilanjutkan dengan beberapa periode
8. Batuk (5) napas dalam.
9. Akumulasi sputum (5) Terapi Oksigen
9. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
Pengaturan Posisi
10. Posisikan (pasien) untuk mengurangi dypnea (misalnya posisi semi
fowler)
35
2.2.4 Implementasi
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini,
melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan
1. Tahap 1 : persiapan
Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat mempunyai kesiapan secara
2. Tahap 2 : Intervensi
a. Independent
lainnya.
37
yaitu :
1. Tindakan diagnostik
laboratorium tersebut.
2. Tindakan terapeutik
3. Tindakan edukatif
4. Tindakan merujuk
b. Interdependent
Yaitu suatu kegiatan yang memerluka suatu kerja sama dengan tenaga
kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi dan dokter
yang lainnya.
c. Dependent
3. Tahap 3 : Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan
akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan (Setiadi, 2008 dalam
Rohmah, 2014).
masalah Kolaboratif
2. Tanggal/jam
3. Tindakan
jelas
d. Jangan menuliskan istilah sering, kecil, besar, atau istilah lain yang
Lebih baik tuliskan pada jam berapa saja memberikan makan dan dalam
4. Paraf
2.2.5 Evaluasi
keluarga. Format yang dipakai adalah format SOAP (Setiadi, 2008 dalam
Rohmah, 2014).
A. Komponen SOAP/SOAPIER
berikut ;
1) S : Data Subjektif
2) O : Data Objektif
3) Analisis
suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga
4) P : Planning
masalah baru atau rencana tindakan yang ada sudah tidak kompeten lagi
5) I : Implementasi
42
6) E : Evaluasi
7) R : Reassesment
Saiful, 2012)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan yang
tahap dalam proses keperawatan perlu ditinjau kembali, agar didapat data-data,
a. Metode Evaluasi
1) Observasi langsung
2) Wawancara
3) Memeriksa laporan
4) Latihan stimulasi
43
2) Tanggal/Jam
keperawatan.
hasil, jadi jangan menuliskan data yang tidak perlu atau meniadakan data
yang diperlukan.
masiht erjadi.
e. Tulislah dalam analisis (A) tujuan teratasi, teratasi sebagian, tidak teratasi
atau dihentikan.
4) Paraf
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Desain yang digunakan adalah studi kasus, yaitu studi yang mengeksplorasi
data yang mendalam dan menyertakan berbagai informasi. Studi kasus dibatasi
waktu dan tempat, serta kasus yang dipelajari berupa peristiwa aktivitas / individu.
Studi kasus dalam karya tulis ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah
dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas di ruang Bougenvil RSU dr.
H. Koesnadi Bondowoso”.
yang menjadi focus dalam penulisan studi kasus. Batasan istilah disusun secara
naratif dan apabila diperlukan ditambahkan informasi sebagai tanda atau ciri khas
45
46
dapat dicegah dan diobati yang yang ditandai dengan gejala pernapasan
et.al. 2015)
3.3 Partisipan
Partisipan dalam penelitian studi kasus ini adalah Tn. H dengan diagnosa
ketidakefektifan bersihan jalan napas yang sedang dirawat hari pertama di ruang
digunakan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah studi kasus. Lokasi penelitian
pada studi kasus ini adalah diruang Bougenvil RSUD dr. H Koesnadi Bondowoso.
47
dirumah sakit. Lama waktu sejak klien pertama kali masuk rumah sakit sampai
pulang dan atau klien yang dirawat minimal 3 hari. Bila sebelum 3 hari klien
Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang
RPS, RPD, RPK, dan lain-lain) sumber data diperoleh dari klien, kelarga serta
perawat.
3. Study dokumentasi dan angket (hasil dari pemeriksaan dan data klien yang
relevan).
a) Persiapan (Administratif)
Medik (Lampiran 6)
48
IPPA inpeksi, palpasi, perkusi, auskultasi ) pada system tubuh Tn. H. Setelah
(Rohmah.2012)
sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara
dengan cara observasi oleh penulis dan studi dokumentasi yang menghasilkan
ada sebagai bahan untuk merekomendasi dan intervensi prosedur. Urutan dalam
1. Pengumpulan data
Hasil di tulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian di salin dalam bentuk
2. Mereduksi data
dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data subyektif
3. Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel, gambar, bagan dan
teks naratif. Kerahasian Tn. H dijaga dengan mengaburkan identitas dari Tn. H.
50
4. Kesimpulan
dan evaluasi.
responden menolak, peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang didapat untuk
3. Confidentiality (kerahasian)
Subjek berhak untuk meminta bahwa data yang diberikan untuk dirahasiakan
51
BAB 4
4.1 Hasil
napas bertempat di RSU dr. H. Koesnadi yang beralamat di Jalan Piere Tendean
kelas 2 memiliki 13 kamar dan kelas 3 memiliki 23 kamar dan Tn. H menempati
4.1.2 Pengkajian
1. Identitas
51
52
1) Keluhan utama:
Sesak Napas
Tn. H mengeluh sesak sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit dan
memberat sejak 2 hari yang lalu pada tanggal 4 September 2018. Tn. H
juga mengeluh batuk dan dahak sulit keluar, tidak ada mual dan muntah,
Sejak 6 tahun yang lalu Tn. H sering sesak napas dan batuk. Tn. H
merokok sejak masih muda dan Tn. H berhenti merokok 3 tahun yang lalu
karena ketika Tn. H merokok sesak napas dan batuk Tn. H bertambah
parah.
seperti yang diderita oleh Tn. H saat ini. Serta tidak ada keluarga yang
5) Riwayat alergi:
x x x x
x x x x x x
69
th
= Perempuan
= Perempuan meninggal
X
= Garis pernikahan
= Garis keturunan
= Garis serumah
69
th = Tn. H dengan umur
warung dan jika sakitnya tidak kunjung sembuh Tn. H segera periksa ke
berhenti merokok karena Tn. H sadar jika merokok sesak Tn. H akan
kambuh.
54
SMRS MRS
Aktivitas
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Mandi √ √
Berpakaian/berdandan √ √
Eliminasi/toileting √ √
Berpindah √ √
Berjalan √ √
Naik tangga √ √
Berbelanja √ √
Memasak √ √
Pemeliharaan rumah √ √
IV. Rekreasi
V. Olahraga:
Masalah di RS: Tn. H sering terbangun pada malam hari karena batuk
D. Pola nutrisi-metabolik
I. Pola makan
Di rumah
Frekuensi : 3x/hari
Di rumah sakit
Frekuensi : 3x/hari
Di rumah
Frekuensi : ±8x/hari
Jumlah : ±1200 ml
Pantangan :-
Di rumah sakit
Frekuensi : ±6x/hari
Jumlah :±1000 ml
E. Pola eliminasi
Di rumah
Frekuensi : 1x/hari
Konsistensi : lunak
Warna : kuning
Di rumah sakit
Konsistensi : padat
Di rumah
Frekuensi : ±6/hari
Konsistensi : cair
Di rumah sakit
Frekuensi : ±8/hari
Konsistensi : cair
Di rumah
Berbicara : normal
Vertigo : tidak
Nyeri : tidak
1.) Identitas Diri : Tn. H merupakan seorang suami dari Ny. M dan ayah
tubuhnya.
58
3.) Peran Diri : Tn. H merupakan seorang kakek, kegiatan sehari – hari
4.) Ideal Diri : Tn. H mengatakan ingin cepat sembuh dan bisa bermain
reproduksi
Pekerjaan : petani
11.00 WIB)
Agama : islam
Suhu : 36,3ºC
Nadi : 103x/menit
Spo2 : 92%
Kesadaran : Composmentis
GCS : E = 4, V = 5, M = 6
B. Kepala
Inspeksi = Bentuk mesochepal, tidak ada luka dan lesi, warna rambut tidak
C. Mata
D. Telinga
Inspeksi = Kedua telinga simetris, tidak ada lesi dan luka, tidak ada cacat
E. Hidung
F. Mulut
Inspeksi = Bibir pucat dan bersih, tidak ada perdarahan gusi, gigi tidak
G. Leher
Palpasi = Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak terjadi kaku kuduk,
tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada pembesaran vena
jugularis.
H. Dada
1. Jantung
tambahan
2. Paru
Inspeksi = Paru kanan dan kiri simetris, normal chest, tidak ada lesi,
I. Abdomen
Inspeksi = Bentuk abdomen datar, tidak ada lesi dan luka, tidak ada spyder
Palpai = Tidak terjadi distensi abdomen, tidak ada benjolan dan oedem
J. Urogenital
Inspeksi = Bentuk penis normal, tidak terpasang selang kateter, bentuk dan
ukuran skrotum normal, tidak ada lesi, anus bersih dan tidak
ada lesi.
K. Ekstremitas
1.Ekstemitas atas
Inspeksi = Tangan kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi, tidak ada cacat,
Tpm).
2. Ekstremitas bawah
Inspeksi = Kaki kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi, tidak ada cacat.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
6. Terapi
Kodein 3 x 20 mg
Ambroxol 3 x1 tab
Ventolin 3 x 2,5 mg
64
Monitor Pernapasan
Keterangan : 11. Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan bernapas
1 : Deviasi berat dari kisaran 12. Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, pengggunaan otot bantu
normal
napas, dan retraksi pada otot subclaviculas dan inter costa.
2 : Deviasi yang cukup dari kisaran
normal 13. Monitor suara napas tambahan seperti ngorok atau mengi
3 : Deviasi sedang dari kisaran 14. Monitor pola napas (misalnya: bradipneu, takipneu, hiperventilasi,
normal pernapasan kusmaul, pernapasan 1:1, apneustik, resppirasi biot,dan pola
4 : Deviasi ringan dari kisaran ataxic).
normal 15. Monitor saturasi oksigen pada pasien yang tersedasi.
5 : Tidak ada deviasi dari kisaran
normal
68
10:00 1. Memposisikan semi fowler 17:00 S: Tn. H mengatakan sesak dan batuk masih
Respon/hasil : sulit keluar
10.10 Posisi Tn. H semi fowler O:
2. Memberikan o2 nasal kanul 3 lpm TTV:
Respon/hasil: 1) Suhu: 36,5º C
Tn. H terpasang o2 nasal kanul 3 lpm 2) Nadi: 93X/menit
11.00 3. Mengauskutasi adanya suara napas tambahan 3) TD: 110/80 mmHg
Respon/hasil: 4) RR: 27x/menit
Terdapat suaran napas tambahan ronki di semua lapang 5) Spo2: 92%
paru Kesadaran: Composmentis
4. Memberikan edukasi kepada keluarga pasien tentang PPOK GCS: E=4, V=5, M=6
11.30
yang di alami pasien Frekuensi napas (3)
Respon/hasil: Suara napas tambahan ronchi (+) pada semua
Keluarga Tn. H kooperatif dan mau mendengarkan ketika lapang paru Tn. H (2)
diberi penjelasan tenntang PPOK Irama pernapasan irreguler (3)
11.40 5. Mengajarkan batuk efektif Kedalaman inspirasi (3)
Respon/hasil : Terdapat penggunaaan otot bantu napas (3)
Tn. H kooperatif ketika diajarkan batuk efektif Pernapasan cuping hidung (4)
6. Mengukur tanda – tanda vital Tn. H Kemampuan mengeluarkan sekret (3)
12.00 Respon/hasil : Batuk (3)
Tekanan darah : 110/80 mmHg Akumulasi sputum (3)
Respiratori : 27x/menit Terpasang O2 nasal kanul 3lpm
Nadi : 93x/menit A: Masalah belum teratasi
69
Nadi : 96x/menit
Suhu : 36,4 ˚C
12.30 8. Memberikan obat bronkodilator
Respon/hasil :
Tn. H diberikan ambroxol 30 mg
9. Memberikan nebulizer ultra sonik
13.30 Respon/hasil :
Tn. H diberikan nebulizer ventolin
13.30 10. Melakukan fisioterapi dada
Respon/hasil :
Tn. H dilakukan fisioterapi dada
14.30
11. Menganjurkan banyak minum air hangat
Respon/hasil :
15.00 Tn. H minum air hangat
12. Memonitor saturasi oksigen
Respon/hasil :
Spo2 : 98%
76
4.2 Pembahasan
susunan fakta, teori, dan opini. Pembahasan berisi perbandingan antara tinjauan
pustaka dangan tinjauan khusus yang disajikan untuk menjawab tujuan khusus.
dengan tujuan khusus. Pembahasan berisi tentang mengapa ( why ) dan bagaimana
( how ).
4.2.1 Pengkajian
Bougenvil RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso. Data yang didapatkan meliputi data
identitas pasien nama Tn. H, umur 69 tahun, agama islam, jenis kelamin laki –
Keluhan utama pada Tn. H yaitu Tn. H mengatakan sesak napas. Hal
sesak napas, batuk, mengi merupakan keluhan yang biasanya dirasakan pada
pasien PPOK. Sesak napas terjadi akibat adanya tumpukan sekret pada saluran
mengalami gangguan.
yang lalu dan memberat sejak 2 hari yang lalu pada tanggal 4 September 2018.
Tn. H juga mengeluh batuk dan dahak sulit keluar, tidak ada mual dan muntah,
77
tidak pusing. Pada tanggal 5 September sesak Tn. H bertambah parah sehingga
IGD RSUD dr. H. Koesnadi Bondowoso. Hal tersebut sesuai dengan tinjauan
kepustakaan (Padila, 2012) yang menyatakan bahwa tanda dan gejala PPOK
berupa sesak napas dan batuk. Batuk bukan merupakan suatu penyakit tetapi
merupakan mekanisme pertahanan tubuh pada saluran pernapasan dan batuk juga
dapat terjadi karena adanya rangsangan tertentu, misalnya debu yang di terima/di
menyalurkan melalui saraf menuju ke pusat batuk yang ada di medula otak dan
dalam proses inilah akan timbul sinyal yang akan diberikan kepada otot-otot
tubuh untuk merangsang pengeluaran benda asing yang ada di jalan napas. Namun
batuk juga bisa timbul karena adanya suatu penyakit tertentu pada saluran
bronkial 6 tahun yang lalu. Sejak 6 tahun yang lalu Tn. H sering sesak napas dan
batuk. Tn. H merokok sejak masih muda dan Tn. H berhenti merokok 3 tahun
yang lalu karena ketika Tn. H merokok sesak napas dan batuk Tn. H bertambah
parah. Hal tersebut sesuai dengan tinjauan teori (PDPI, 2011) yang menjelaskan
terpajan asap rokok dalam waktu yang lama. Merokok memiliki resiko 30 kali
akan mengalami PPOK dan 10 % orang yang tidak merokok juga dapat
78
mengalami PPOK dikarenakan orang yang tidak merokok ikut menghirup asap
rokok, terpapar polusi udara seperti asap kendaraan bermotor, asap pabrik dan
asap rumah tangga. Sedangkan menurut jenis kelamin laki – laki mempunyai
kasus tersebut antara tinjauan pustaka dan kasus nyata sebagian besar terdapat
terpasang O2 nasal kanul 3 lpm, tidak ada sekret dihidung, tidak ada lesi dan pada
palpasi hidung tidak ada benjolan dan oedem. Pada pemeriksaan fisik dada bagian
paru didapatkan data inspeksi paru kanan dan kiri simetris, normal chest, tidak ada
lesi, ekspirasi memanjang, terdapat penggunaan otot bantu napas, terdapat retraksi
vocal fremitus teraba sama di kedua lapang paru. Perkusi bunyi perkusi paru
sonor. Auskultasi terdapat suara napas tambahan ronkhi basah dan wheezing di
15 g̔ %), Hemoglobin merupakan protein pengikat oksigen yang ada di dalam sel
darah merah, sedangkan sel darah merah berfungsi untuk membawa oksigen ke
angka normal maka jumlah pasokan oksigen di dalam tubuh akan berkurang dan
dapat menimbulkan gejala sesak nafas, pusing dan lemah , Leukosit 8.600’/mm
400.000 /̔ mm), Gula darah sewaktu = 101 mgr% , SGOT = 721 mgr% (N=P:37
W:31 mgr%), SGPT = 419 u/l (N=P:42 W:32 u/l), Kreatinin = 1,15 mgr%
Program terapi cairan Infus : Ringer Laktat 14 tpm 1000 ml/24jam dan
merangsang reseptor susunan saraf pusat (SSP) yang dapat menyebabkan depresi
pada penyakit saluran pernafasan akut dan kronik yang disertai dengan sekresi
receptor agonist). Obat ini bekerja dengan cara merangsang secara selektif
reseptor beta-2 adrenergik terutama pada otot bronkus (saluran pernafasan). Hal
pernafasan) pada pasien yang juga menderita penyakit jantung dan hipertensi.
napas karena mengacu pada data pengkajian yaitu data subjektif pada Tn. H
mengatakan sesak napas sejak 2 hari yang lalu dan Tn. H juga mengeluh batuk
pernapasan tidak adekuat pada Tn. H dan sangat berpengaruh pada proses
sekresi atau obtruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan
napas dengan batasan karakteristik batuk yang tidak efektif, dispnea, penurunan
bunyi napas, perubahan frekuensi napas, perubahan pola napas, sputum dalam
Berdasarkan data subjektif dan objektif pada pengkajian serta definisi dan
teori, maka pada Tn. H penulis merumuskan Penyakit Paru Obstruktif Kronik
4.2.3 Intervensi
Intervensi yang dilakukan kepada Tn. H antara lain lakukan fisoterapi dada,
sebagaimana mestinya, motivasi pasien untuk bernapas , pelan, dalam, dan batuk,
kali pasien untuk melakukan napas dalam, tahan selama 2 detik, bungkukkan ke
depan, tahan 2 detik dan batukkan 2 – 3 kali, minta pasien untuk menarik napas
dalam, bungkukkan ke depan, lakukan tiga atau empat kali hembusan ( untuk
membuka area glottis), minta pasien untuk menarik napas dalam beberapa kali,
indikator gangguan sebagai berikut (1-5 : gangguan ekstrim, berat, sedang, ringan,
atau tidak ada gangguan), 9 kriteria hasil tersebut yaitu, frekuensi pernapasan (5),
irama pernapasan (5), kedalaman inspirasi (5), kemampuan untuk mengeluar kan
sekret (5), suara napas tambahan (5), pernapasan cuping hidung (5), penggunaan
Dari tinjauan teori dengan cara memberikan latihan nafas dalam dan batuk
efektif, nafas dalam berfungsi untuk membuka jalan nafas yang mengalami
perlengketan dan membuat mukus masuk ke dalam saluran nafas besar untuk di
keluarkan, nafas dalam dilakukan dengan cara menghirup udara melalui hidung
secara perlahan dan mengeluarkannya melalui mulut dengan mulut seperti meniup
82
(Smeltzer & Bare, 2013). Batuk efektif merupakan salah satu tindakan
pada jalan nafas dan menjaga paru-paru tetap bersih jika batuk efektif dilakukan
dengan benar (Muttaqin, 2008). Fisioterapi dada secara umum tujuannya sama
serta melonggarkan jalan nafas namun fisioterapi dada dilakukan dengan 3 teknik
yaitu postural drainase, perkusi (clapping) dan vibrasi (getaran) (Maidartati, 2014
dalam Rahmawati, 2016). Nebulizer merupakan suatu alat yang digunakan untuk
mengubah obat yang berbentuk larutan ke dalam bentuk aerosol yang secara terus
Rahmawati, 2016. Obat bronkodilator yang diberikan untuk pasien Tn. H berupa
Ventolin 2,5 mg sesuai anjuran dokter. Ventolin diberikan dengan cara inhalasi
(penguapan) yang dihirup melalui hidung dan dikeluarkan melalui mulut dengan
bantuan sungkup yang tujuan dari penguapan ini untuk melebarkan saluran
obatnya lebih efektif sehingga reaksi obatnya cepat sampai ke paru-paru daripada
pemberian obat lewat oral atau sub cutan (Roggeri & Micheletto, 2016 dalam
Rahmawati, 2016).
Penjelasan tentang fakta dan teori yang ada maka pentingnya tentang
managemen jalan napas. Seseorang individu yang memiliki kebutuhan yang tidak
4.2.4 Implementasi
H masih mengacu pada intervensi, tetapi tidak semua intervensi dapat dilakukan
edukasi kepada keluarga pasien tentang PPOK yang dialami pasien,. Pada pukul
10.00 peneliti memposisikan semi fowler. Kemudian pada jam 10.10 peneliti
mengauskultasi adanya suara napas tambahan. Kemudian pada jam 11.30 peneliti
batuk efektif pada pukul 11.40, setelah itu pada jam 12.00 peneliti melakukan
pengukuran tanda – tanda vital. Pada jam 12.30 peneliti memberikan obat
bronkodilator, lalu pada jam 13.30 memberikan nebulizer ultra sonik. Kemudian
pada jam 13.45 peneliti melakukan fisioterapi dada, selanjutnya pada jam 14.30
memonitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan bernapas, dan pada jam
otot bantu napas, dan retraksi pada otot subclaviculas dan inter costa.
merasakan sesak napas dan batuk disertai dahak yang sulit keluar.
tentang PPOK yang dialami Tn. H tidak dilakukan lagi pada hari kedua karena
keluarga Tn. H sudah mengerti tentang penyakit dan kondisi Tn. H. Peneliti
mengajarkan kembali batuk efektif kepada Tn. H dikarenakan Tn. H masih kurang
paham dan belum menerapkan batuk efektif dengan efektif, mengukur tanda –
penggunaan otot bantu napas, dan retraksi pada otot subclaviculas dan inter costa
mengatakan masih sesak napas dan batuk serta sulit mengeluarkan dahak.
Pada hari ketiga implementasi yang dilakukan masih sama seperti hari
memberikan O2 nasal kanul 3 lpm, mengajarkan batuk efektif kembali kepada Tn.
85
H, memonitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan bernapas dan pada Tn.
napas, dan retraksi pada otot subclaviculas dan inter costa., mengukur tanda –
sonik, melakukan fisioterapi dada, menganjurkan namyak minum air hangat serta
4.2.5 Evaluasi
September 2018 evaluasi yang dipeoleh dari data Subjektif Tn H mengatakan Tn.
H mengatakan sesak napas berkurang dan batuk berkurang dan dahak keluar.
Data objektif Tidak terdapat suara napas ronchi (5), Frekuensi napas (5), Irama
bantu napas (5), Pernapasan cuping hidung (5), Kemampuan mengeluarkan sekret
kualitas hidup penderita PPOK termasuk di usia >40 tahun akibat disfungsi otot
2016) dan PPOK yang bersifat ireversibel dan progresif sehingga menyebabkan
dengan menerapkan batuk efektif dengan benar, fisioterapi dada yang dilakukan
secara tepat serta pemberian obat – obat bronkodilator sesuai indikasi. Ditambah
lagi dengan pengetahuan yang didapat dan keinginan Tn. H yang tinggi untuk
sembuh.
87
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
antara fakta yang terjadi pada klien dan teori yang ada pada tinjauan pustaka,
dalam hal pengkajian riwayat kesehatan, pola fungsi kesehatan serta pengkajian
fisik banyak ditemukan data yang mengacu pada masalah keperawatan yang
mengalami perbedaan antara teori dan kasus nyata. Hanya saja tidak semua
intervensi yang ada pada tinjauan pustaka tidak semua dapat dilakukan mengingat
kondisi klien dan kebutuhannya agar sesuai antara intervensi yang akan dilakukan
intervensi, tetapi tidak semua intervensi dapat dilakukan, dan ada pula
mengacu pada kriteria hasil yang telah ditetapkan pada intervensi. Pada diagnosa
ketidakefektifan bersihan jalan napas yang terjadi pada klien PPOK masalah
teratasi sebagian.
5.2 Saran
lebih mengkaji lebih dalam keluhan dan kondisi klien agar tepat dalam
Dalam hal ini Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso lebih dapat
klien dan dapat menjalin hubungan yang baik dengan keluarga maupun tim
kesehatan lainnya.
89
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta : EGC
Medika.
Padila. 2012. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta. Nusa Medika
PDPI (2011) Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan PPOK di Indonesia’, pp. 1973 2003.
Rohmah, Nikmatur & Saiful Walid. 2014. Proses Asuhan Keperawatan Teori dan
Rosdahl, Caroline Bunker dan Mary T. Kowalski. 2015. Buku Ajar Keperawatan Dasar.
Jakarta. EGC
Obstruktif Kronis pada Pasien Laki-Laki Usia 66 Tahun Riwayat Perokok Aktif
Smelter. Suzanne C. Dan Brenda G. Bare. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Brunner
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Tn. H dengan Gangguan Sistem
PENJELASAN PENELITIAN
BAGI PASIEN
Judul Penelitian
Tujuan
Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami PPOK dengan
masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas.
Pada studi kasus ini dilakukan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
PPOK dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas selama
3 – 7 hari.
Data pribadi dan pengisian kuesioner akan dijamin kerahasiannya. Jika terdapat
pertanyaan tentang penelitian ini dan bila masih memerlukakn penjelasan, anda
dapat menghubungi peneliti, (Zuly Kurniah) dengan nomor Telp (085888810141)
42
(INFORMED CONSENT)
Nama
Jenis Kelamin :
Usia
Bondowoso.
persetujuan ini.
Bondowoso, 2018
Yang menyetujui
Saksi Klie
(. u;._. .... . . .)
enel%
(. . . .. . . .JJ~
RENCANA KEGIATAN PENELITIAN
TAHUN 2017-2018
Informasi Penelitian
Konfirmasi Penelitian
Konrimasi Judul/ACC
Sidang KTI
Revisi
BULAN
NO URAIAN
APRIL MEI JUNI
1 SCHIZOPHRENIA 30 16 8
2 SCHIZOPHRENIA HEBREFENIK 6 6 3
3 PPOK 11 5 5
~~
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Disusun Oleh :
Zuly Kurniah NIM.15-03714-0902
UNIVERSITAS BONDOWOSO
2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ”PPOK”
A. BAHASAN
Materi penyuluhan : Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Pokok bahasan :
1. Pengertian PPOK
2. Penyebab PPOK
3. Tanda dan Gejala Hipertensi
4. Pencegahan Hipertensi
5. Penatalaksanaan Hipertensi
Waktu penyuluhan : 30 menit
B. LATAR BELAKANG
C. TUJUAN
2. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan keluarga dan pasien diharapkan
mampu memahami penyakit PPOK
3. Tujuan Khusus
1. Peserta dapat mengerti dan memahami Pengertian PPOK
2. Peserta dapat mengerti dan memahami Penyebab PPOK
3. Peserta dapat mengerti dan memahami Tanda dan Gejala PPOK
4. Peserta dapat mengerti dan memahami Pencegahan PPOK
5. Peserta dapat mengerti dan memahami Penatalaksanaan PPOK
D. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. MEDIA
1. Leaflet
F. KEGIATAN PENYULUHAN
No Waktu Tahap Kegiatan Penyuluhan Sasaran Kegiatan
. Kegiatan
1
1. 5 menit pembukaan 1. Membuka acara 1. Menjawab salam
dengan dan berdoa
mengucapkan salam 2. Memperhatikan
dan doa 3. Mendengarkan
2. Perkenalan 4. Menyetujui
3. Menyampaikan topik kesepakatan waktu
dan tujan promosi pelaksanaan
kesehatan kepada promosi kesehatan
sasaran
4. Kontrak waktu untuk
kesepakatan
pelaksanaan promosi
kesehatan dengan
sasaran
G. MATERI
Terlampir
H. SUMBER
1. Brunner & suddarth (2001) keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC
2. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III. Jakarta :
Media Aesculapsis
3. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawawtan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC
MATERI PPOK
A. Definisi PPOK
1. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit yang ditandai
dengan hambatan aliran udara di saluran nafas yang tidak sepenuhnya
reversibel. Hambatan aliran udara ini bersifat progresif dan berhubungan
dengan respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun
atau berbahaya (Kepmenkes, 2008).
2. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyebab utama dan
semakin bertambahnya angka kesakitan dan kematian. PPOK
dikaakteristikkan dengan progesif dan tidak dapat kembali secara penuh
dari limitasi aliran udara, yang dapat diukur dengan forced expiratory
volume dalam satu detik (FEV1). Hambatan pada aliran udara
berhubungan dengan proses infamatori kronis pada jalan napas dan
perenkim paru yang berespon pada adanya gas atau partikel yang
berbahaya, cotohnya asap rokok (Hanania & Sharafkhaneh, 2011).
3. PPOK merupakan penyakit yang dapat dicegah dan diobati dengan
beberapa efek ekstrapulmonal yang dapat berkontribusi pada pasien itu
sendiri. Terdapat komponen paru yang dikarakteristikkan dengan limitasi
aliran udara yang tidak dapat kembali secara sempurna. Limitasi aliran
udara biasanya progesif dan berhubungan dengan respon inflamasi yang
abnormal dari paru terhadap gas atau partikel yang berbahaya (Sharma,
2010).
B. Etiologi PPOK
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit Paru Obstruksi Kronik
menurut Arief Mansjoer (2002) adalah :
1. Kebiasaan merokok
2. Polusi Udara
3. Paparan Debu, asap
4. Gas-gas kimiawi akibat kerja
5. Riwayat infeki saluran nafas
6. Bersifat genetik yakni definisi a-l anti tripsin
Sedangkan penyebab lain Penyakit Paru Obstruksi Kronik yaitu:
adanya kebiasaan merokok berat dan terkena polusi udara dari bahan kimiawi
akibat pekerjaan. Mungkin infeksi juga berkaitan dengan virus hemophilus
influenza dan strepto coccus pneumonia.
Faktor penyebab dan faktor resiko yang paling utama bagi penderita
PPOK atau kondisi yang secara bersama membangkitkan penderita penyakit
PPOK, yaitu :
D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan PPOK adalah sebagai berikut:
a. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan
merokok, menghindari polusi udara.
b. Tindakan rehabilitasi yang meliputi:
1. Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret
bronkus.
2. Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan
pernapasan yang paling efektif.
3. Latihan dengan beban olah raga tertentu, dengan tujuan untuk
memulihkan kesegaran jasmani.
4. Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita
dapat kembali mengerjakan pekerjaan semula.
5. Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk penyesuaian diri
penderita dengan penyakit yang dideritanya.
Caranya:
1. Tarik nafas dalam 4-5 kali
Yang bisa dilakukan 2. Pada tarikan selanjutnya nafas
ditahan selama 1-3
a. Minum air hangat yang cukup detik.
supaya tidak 3. Angkat bahu dan
terjadi dada dilonggarkan
dehidrasi dan serta batukkan
sekret (dahak) dengan kuat.
encer 4. Lakukan 4 kali setiap batuk efektif,
frekuensi disesuikan dengan
kebutuhan.
b. Batuk Efektif
Batuk efektif merupakan
latihan batuk dengan Sayangi Paru-paru
menghemat energi sehingga
Anda !
tidak mudah lelah dan dapat Oleh :
Mahasiswa
mengeluarkan dahak secara
maksimal. Prodi DIII Keperawatan
Universitas Bondowoso
Apa Itu PPOK ?
Sejumlah gangguan yang
Tanda dan Gejala ? PENCEGAHAN
mempengaruhi pergerakan
1. Dada terasa berat
KEKAMBUHAN
udara dari dan keluar paru.
2. Mengi
a. Hindari
3. Batuk Produktif dan non
merokok
produktif (tidak berdahak)
4. Nadi cepat
5. Pernafasan lambat
Penyebab ?
b.Menghindari lingkungan
yang polusi
c. Gunakan penutup hidung
1. Merokok
2. Polusi
(Masker) saat bekerja
3. Alergi ditempat
4. Obat-obatan berpolusi/
5. Genetik tercemar
6. Lingkungan
Kerja d. Minum obat secara
7. Tidak diketahui
teratur