Anda di halaman 1dari 7

MATERI PEMBELAJARAN

HEALTH BELIEF DALAM PRAKTEK PELAYANAN


By: Ns. Leni Agustin, S.Kep

I. KONSEP HEALTH BELIEF MODAL


A. Sejarah Health Belief Modal
Health Belief Model atau model kepercayaan adalah suatu bentuk penjabaran dari model
sosiopsikologis (Notoatmodjo, 2010: 115). Didalam model sosiopsikologis ini terdapat 4
variabel yang menjadi ukuran dari sikap dan keyakinan individu (Notoatmodjo, 2010: 113).
Variabel-variabel sosiopsikologis pada umumnya terdiri dari 4 kategori: (1) pengertian
kerentanan terhadap penyakit, (2) pengertian keseluruhan dari penyakit, (3) keuntungan dari
pengambilan tindakan, dalam menghadapi penyakit, dan (4) kesiapan tindakan individu, akan
tetapi masalah utama dari model ini adalah rantai penyebab langsung antara sikap dan perilaku
belum dapat dijelaskan sehingga akan dijabarkan dalam model kepercayaan kesehatan
(Notoatmodjo, 2010: 113).
Munculnya model ini didasaarkan pada kenyataan bahwa problem-problem kesehatan
ditandai oleh kegagalan-kegagalan orang atau masyarakat untuk menerima usaha pencegahan
dan penyembuhan penyakit yang diselenggarakan oleh provider (Notoatmodjo, 2010: 115).
Kegagalan ini akhirnya memunculkan teori yang menjelaskan perilaku pencegahan penyakit
(preventive health behavior), yang oleh Becker (1974) dikembangkan dari teori lapangan
(Field theory, Lewin, 1954) menjadi model kepercayaan kesehatan (Health Belief Model)
(Notoatmodjo, 2010: 115).
HBM awalnya dikembangkan pada tahun 1950 oleh psikolog sosial di A.S. Dinas
Kesehatan menjelaskan bahwa terjadi meluasnya kegagalan orang berpartisipasi untuk
mencegah dan mendeteksi penyakit (Hochbaum, 1958; Rosenstock, 1960, 1974). Kemudian,
model itu diperluas untuk mempelajari juga mengenai respons orang terhadap gejala
(Kirscht,1974) dan perilaku mereka sebagai respons terhadap penyakit yang telah didiagnosis,
terutama kepatuhan untuk regimen medis (Becker, 1974). Meski modelnya berevolusi secara
bertahap sebagai tanggapan permasalahan masalah kesehatan masyarakat, dasar teori
psikologi ditinjau di sini untuk membantu pembaca memahami alasannya konsep ini bisa
terbentuk, serta kekuatan dan kelemahannya.
Selama awal 1950an, psikolog sosial akademis sedang mengembangkan sebuah
pendekatan untuk memahami perilaku yang berkembang dari teori belajar yang berasal dari
dua jurusan sumber: Teori Respon Stimulus (S-R) (Watson, 1925) dan Teori Kognitif (Lewin,
1951; Tolman, 1932). Para ilmuwan teori S-R percaya bahwa hasil belajar dari pengalaman
itu mampu mengurangi dorongan fisiologis untuk mengaktifkan perilaku. Skinner (1938)
merumuskan hipotesis yang diterima secara luas bahwa frekuensi perilaku ditentukan dengan
konsekuensi atau penguatannya. Bagi Skinner, asosiasi temporal antara perilaku dan timbal
balik secara langsung telah dianggap cukup untuk meningkatkan probabilitas bahwa perilaku
akan diulang. Dalam pandangan ini, konsep seperti penalaran atau pemikiran tidak diwajibkan
untuk menjelaskan perilaku (Glanz, 2008).
Teori kognitif menekankan peran hipotesis subyektif dan harapan dipegang oleh individu,
percaya bahwa perilaku adalah fungsi subjektif nilai hasil dan probabilitas subyektif, atau
harapan, bahwa tindakan tertentu akan mencapai hasil itu. Formulasi semacam itu umumnya
disebut teori nilai harapan. Proses mental seperti berpikir, beralasan, berhipotesis, atau
mengharapkan adalah komponen penting dari semua teori kognitif. Ahli teori kognitif percaya
bahwa hasil belajar dari pengalaman itu mempengaruhi harapan mengenai situasi daripada
mempengaruhi perilaku secara langsung (Glanzz dkk, 2008).

B. Definisi Health Belief Modal


Secara bahasa, Health Belief Model (HBM) memilki tiga kata utama sebagai sebuah
konsep, yakni health, believe, dan modal. Health diartikan sebagai keadaan sempurna baik
fisik, mental, maupun social, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan catat (World Health
Organization (WHO), 2017).
Belief dalam bahasa inggris memiliki arti percaya atau keyakinan. Sehingga belief yaitu
keyakinan terhadap sesuatu yang menimbulkan tindakan atau perilaku tertentu, misalnya
seseorang percaya bahwa mandi akan membuat tubuh bersih dari kotoran (Putri, 2016).
Sedangkan Hayden (2017: 67) mengatakan bahwasanya keyakinan sangat erat dengan budaya
yang merupakan presepsi seseorang tentang suatu benar meskipun itu tidak suatu kebenaran.
Sehingga dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belief merupakan suatu
keyakinan terhadap sesuatu baik benar atau salah yang dipengaruhi oleh budaya sehingga dari
keyakinan tersebut akan menimbulkan suatu tidakan atau perilaku.
Model adalah representasi dari suatu objek, benda, atau ide-ide dalam bentuk yang
disederhanakan dari kondisi atau fenomena alam (Mahmud, 2008: 1). Sedangkan pengertian
model yang mengacu pada Health Belief Model ini adalah suatu representasi dari suatu ide
dalam suatu kondisi. S
Health Belief Model sejauh ini adalah teori yang paling umum digunakan dalam
pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan (Glanz & Lewis, 2002; Nationan Cancer Institute
(NCI), 2003). Health Belief Model ini juga menjadi salah satu dari teori perilaku kesehatan
(Maulana, 2009: 51). Dimana teori kesehatan perilaku adalah kombinasi antara pengetahuan,
pendapat, dan tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang mengacu pada
kesehatan mereka (Kennedy, 2009).
Model ini digunakan sebagai upaya menjelaskan secara luas bagaimana kegagalan
partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan deteksi dini penyakit (Glanzz dkk, 1997) dan
sering dipertimbangkan sebagai kerangka yang utama dalam perilaku yang berkaitan dengan
kesehatan manusia (Schmidt dkk, 1990). HBM juga dapat dikatakan sebagai formulasi
konseptual untuk mengetahui persepsi individu apakah mereka menerima atau tidak tentang
kesehatan mereka, sehingga untuk mengetahui tentang presepsi individu, dapat dinilai dari
variabel yang meliputi keinginan individu untuk menghindari kesakitan, kepercayaan mereka
bahwa terdapat usaha agar menghindari penyakit tersebut (Putri, 2016).
Health belief model merupakan suatu konsep yang mengungkapkan alasan dari individu
untuk mau atau tidak mau melakukan perilaku sehat (Becker, 1984). Health belief model juga
dapat diartikan sebagai sebuah konstruk teoretis mengenai kepercayaan individu dalam
berperilaku sehat (Conner dan Norman, 2005).
HBM merupakan model kognitif, yang digunakan untuk meramalkan perilaku
peningkatan kesehatan (Putri, 2016). Menurut teori HBM, kemungkinan seseorang melakukan
tindakan pencegahan dipengaruhi secara langsung dari hasil tiga keyakinan atau penilaian
kesehatan (helath beliefs), antara lain sebagai berikut (Maulana, 2009: 53):
1. Ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka (perceived threat of injury or illness)
Hal ini mengacu pada sejauh mana seorang berpikir bahwa penyakit atau kesakitan betul-betul
merupakan ancaman bagi dirinya. Oleh karena itu, jika ancaman yang dirasakan meningkat,
perilaku pencegahan juga akan meningkat (Maulana, 2009: 53).
2. Keuntungan dan kerugian (benefit and costs)
Pertimbangan antara keuntungan dan kerugian perilaku untuk memutuskan melakukan tindakan
pencegahan atau tidak (Maulana, 2009: 53).
3. Petunjuk berperilaku juga diduga tepat untuk memulai proses perilaku, yang disebut
sebagai keyakinan terhadap posisi yang menonjol (salient position). Hal ini berupa berbagai
informasi dari luar atau nasihat mengenai permasalahan kesehatan (misalnya media massa,
kampanye, nasihat orang lain, penyakit dari anggota keluarga yang lain atau teman)
(Maulana, 2009: 54).

II. KOMPONEN DASAR HEALTH BELIEF MODEL


Komponen dasar HBM, dibagi menjadi 6 teori, dimana empat presepsi berikut berfungsi sebagai
konstruksi utama model HBM ini, yakni: (1) perceived seriousness, (2) perceived susceptibility, (3)
perceived benefits, dan (4) perceived barriers. Masing-masing presepsi ini, baik secara individu
maupun berkombinasi, dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku kesehatan. Baru-baru ini
komponen lain telah ditambahkan ke HBM, yakni: (1) cues to action, (2) self-efficacy (Hayden,
2009).
1. Perceived seriousness/severity
Perceived seriousness disebut juga sebagai keparahan yang dirasakan. Keparahan yang
dirasakan bermaksud sebagai presepsi seseorang terhadap tingkat keparahan penyakit yang
diderita individu (Anies, 2006). Sehingga perceived seriousness juga memiliki hubungan
dengan perilaku sehat, jika presepsi keparahan individu tinggi maka ia akan berperilaku
sehat (Conner, dkk, 2003).
Perceived seriousness ini juga mengacu pada tingkat keparahan kondisi (konsekuensi
medis yang meliputi kecacatan, rasa sakit, atau kematian) dan dampaknya terhadap gaya
hidup (konsekuensi social yang meliputi kemampuan kerja, hubungan social, dan lain-lain)
(Hochbaum, 1958). Contohnya individu percaya bahwa merokok dapat menyebabkan
kanker (Subagiyo, 2014).
2. Perceived susceptibility
Perceived susceptibility disebut juga sebagai kerentanan yang dirasakan atau sebagai
presepsi subyektif seseorang tentang risiko terkena penyakit (Anies, 2006). Perceived
susceptibility ini juga mengacu pada keyakinan tentang kemungkinan mendapatkan suatu
penyakit, misalnya, seorang wanita pasti percaya ada kemungkinan mendapatkan penyakit
kanker payudara sebelum dia mendapatkan mammogram (Hayden, 2009).
3. Perceived benefits
Perceived benefits disebut juga sebagai manfaat yang dirasakan. Ini mengacu pada
persepsi seseorang tentang efektivitas berbagai tindakan yang tersedia untuk mengurangi
ancaman penyakit atau penyakit (atau untuk menyembuhkan penyakit) (Lamorte, 2016).
Jalannya tindakan yang dilakukan seseorang untuk mencegah (atau menyembuhkan)
penyakit atau penyakit bergantung pada pertimbangan dan evaluasi dari yang dirasakan dan
manfaat yang dirasakan, sehingga orang tersebut akan menerima tindakan kesehatan yang
disarankan jika dianggap bermanfaat (Hochbaum, 1958).
Ketika seseorang yakin bahwa ia rentan terhadap sesuatu penyakit dan juga sudah
mengetahui bahaya penyakit tersebut, ia tidak akan begitu saja menerima tindakan kesehatan
yang dianjurkan kepadanya, kecuali bila ia yakin bahwa tindakan tersebut dapat mengurangi
ancaman penyakit dan ia sanggup melakukannya (Anies, 2006).
Contohnya individu yang sadar akan keuntungan deteksi dinipenyakit akan terus
melakukan perilaku sehat seperti medical check up rutin. Contoh lain adalah kalau terdapat
seseorang tidak merokok, maka dia tidak akan terkena kanker (Subagiyo, 2014).
4. Perceived barriers
Perceived barriers disebut juga sebagai rintangan yang dirasakan. Ini mengacu pada
perasaan seseorang terhadap hambatan untuk melakukan tindakan kesehatan yang
disarankan (Lamorte, 2016). Ada variasi yang luas dalam perasaan penghalang, atau
hambatan, yang menghasilkan analisis biaya/manfaat. Orang tersebut mempertimbangkan
keefektifan tindakan terhadap persepsi bahwa hal itu mungkin mahal, berbahaya (misalnya,
efek samping), tidak menyenangkan (misalnya menyakitkan), menyita waktu, atau
merepotkan (Glanz, 2008).
Contoh dari komponen ini adalah jika terdapat seseorang yang terbiasa merokok,
kemudian tidak merokok, maka pasti merasakan mulut terasa masam. Contoh lain yakni
SADARI (periksa payudara sendiri) untuk permpuan dirasa susah dalam menghitung masa
subur, sehingga membuat perempuan enggan untuk melakukan SADARI (Subagiyo, 2014).
5. Cues to action
Cues to action disebut juga sebagai strategi untuk mengaktifkan kesiapan. Inilah
rangsangan yang dibutuhkan untuk memicu proses pengambilan keputusan untuk menerima
tindakan kesehatan yang direkomendasikan (Lamorte, 2016). Isyarat ini bisa bersifat
internal (misalnya nyeri dada, mengi, dan lain-lain) atau eksternal (misalnya pesan-pesan
kesehatan melalui media massa, nasihat atau anjuran teman atau konsultasi dengan petugas
kesehatan) (Anies, 2006).
Bila seseorang termotivasi dan dapat merasakan tindakan yang menguntungkan untuk
diambil, perubahan aktual sering terjadi bila ada isyarat eksternal atau internal untuk
memicu tindakan. Besarnya isyarat yang dibutuhkan untuk memicu tindakan akan
bergantung pada motivasi untuk berubah dan keuntungan yang dirasakan (Hochbaum,
1958). Contoh dari komponen ini salah satunya, saat ini, banyak dokter atau media massa
merekomendasikan bertindak dalam konteks berhenti merokok (Subagiyo, 2014) .
6. Self-efficacy
Self-efficacy disebut sebagai keyakinan dalam kemampuan seseorang untuk mengambil
tindakan (Anies, 2006). Ini mengacu pada tingkat kepercayaan seseorang terhadap
kemampuannya untuk berhasil melakukan perilaku. Self-efficacy adalah konstruksi dalam
banyak teori perilaku karena berhubungan langsung dengan apakah seseorang melakukan
perilaku yang diinginkan (Lamorte, 2016).
Hubungan antar komponen Health Belief Modal dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 1. Model Kepercayaan Kesehatan


Sumber: Notoatmodjo, 2010.

III. Kekurangan dan Kelebihan Health Belief Modal


Gottwald & Brown (2012) memaparkan beberapa kelebihan dan kekurangan dari Health Belief
Model, yang akan dipaparkan dalam bentuk table dibawah ini.
Kelebihan Kekurangan
HBM memrpediksi seseorang apakah mungkin HBM mengasumsikan keputusan kesehatan dibuat
melakukan tindakan pencegahan secara rasional

HBM membantu untuk memprediksi apakah seseorang Dibutuhkan pandangan bio-medis tentang kesehatan
dapat mengubah perilaku mereka

HBM menggambarkan pentingnya kepercayaan individu Bukti bahwa model ini efektif dalam kaitannya
dan memeriksa bagaimana perubahan dalam dengan perilaku kesehatan seperti penyalahgunaan
kepercayaan dapat menyebabkan perubahan perilaku alkohol atau merokok yang terbatas

HBM membantu seseorang untuk memeriksa biaya dan HBM tidak mengakui faktor penentu kesehatan yang
manfaat dari tindakan apa pun lebih luas

HBM menggambarkan sifat kompleks pengambilan HBM tidak mengenal peran keluarga, kehidupan
keputusan dan berbagai faktor yang mempengaruhi sosial, lingkungan budaya sebagai faktor politik
perubahan
Hambatan yang dirasakan diikuti oleh kerentanan yaitu HBM tidak menyadari bahwa tidak semua isyarat
dua dimensi terpenting dalam memprediksi perubahan untuk bertindak memiliki bobot yang sama,
misalnya sebuah poster tidak akan memiliki dampak
yang sama seperti keluarga yang tidak sehat.
Sumber: green & tones (2010); Naidoo & wills (2009); pender et al. (2010) dalam Gottwald & Brown (2012)
sedangakan secara teoritis, menurut Mulana (2009: 58) terdapat empat kelemahan HBM,
diantaranya:

1. HBM lebih didasarkan penelitian terapan dalam permasalahana perndidikan kesehatan daripada
penelitian akademis (Mulana, 2009: 58).
2. HBM didasarkan pada beberapa asumsi yang dapat diragukan, seperti pemikiran bahwa setiap
pilihan perilaku selalu berdasarkan pertimbangan rasional. Selain rasionalisasinya diragukan,
HBM juga tidak memberikan spesifikasi yang tepat terhadap kondisi ketika individu membuat
pertimbangan tertentu (Mulana, 2009: 58).
3. HBM hanya memerhatikan keyakinan kesehatan. Kenyantaannya orang dapat membuat banyak
pertimbangan tentang perilaku yang tidak berhubungan dengan kesehatan, tetapi masih
memengaruhi kesehatan. Sebagai contohnya, seseorang dapat bergabung dengan kelompok
olahraga karena kontak sosial atau ketertarikan pada seseorang dalam kelompok tersebut.
Keputusan yang diambil tidak ada kaitannya dengan kesehatan, tetapi memengaruhi kondisi
kesehatannya (Mulana, 2009: 58).
4. Berkaitan dengan ukuran komponen-komponen HBM, banyak studi menggunakan konsep
operasional dan pengenalan yang berbeda sehingga sulit dibandingkan. Hal ini menunjukkan
hasil yang tercampur dan prediksi yang tidak konsisten. Analisis model ini menunjukkan bahwa
berbagai prediktor dapat berubah sewaktu-waktu (Mulana, 2009: 58).

Penampilan diri

Dihargai dan dihormati

Cinta, sayang, sosial

Rasa aman

Kebutuhan dasar faali

Gambar . Health Belief Modal (Sumber: Sarafino, 1990 dalam Bart Smet, 1994: 160)
IV. Penerapan Health Belief Modal
Tarkang & Zotor (2015), memaparkan enam kunci komponen HBM, yang disertai dengan
aplikasi dan penerapannya di permasalahan saat ini.
Konsep Aplikasi Penerapan
Perceived Menentukan populasi beresiko dan tingkat risikonya.
Kesempatan seseorang merasa terinfeksi
susceptibility Mengukur risiko berdasarkan sifat atau perilaku HIV/AIDS
seseorang, ketinggiannya dirasakan rentan jika
rendah

Perceived Menentukan dan menjelaskan konsekuensi dari risiko


Keseriusan
dan yang dirasakan dengan
seriousness/severity kondisinya terjangkitnya HIV/ AIDS

Perceived benefits Menentukan tindakan untuk memperjelas efek


Manfaat penggunaan kondom yang dirasakan
positif yang diharapkan dan menjelaskan bukti
efektivitas
Perceived barriers
Mengidentifikasi dan mengurangi hambatan melalui Hambatan yang dirasakan untuk
kepastian penggunaan kondom
Cues to action Memberikan informasi bagaimana caranya? dengan
Peristiwa pribadi dan lingkungan yang
promosikan kesadaran memotivasi seseorang untuk
menggunakan kondom

Self efficacy Memberikan pelatihan, bimbingan dan Keyakinan akan kemampuan seseorang untuk
penguatan positif berhasil menggunakan kondom

Selain penerapan HBM diatas, Subagiyo (2014), juga menjelaskan contoh penerapan. Dapat
dilihat dalam table berikut.
Konsep Penerapan

Perempuan memiliki presepsi bahwa mereka dapat menderita kanker payudara


Perceived susceptibility

Perceived Perempuan percaya bahwa kanker payudara adalah penyakit yang membahayakan dan
seriousness/severity
menyakitkan sehingga diperlukan langkah pencegahan

Perceived benefits Perempuan percaya dengan melakukan SADARI (periksa payudara sendiri) adalah upaya
preventif yang menguntungkan

Perceived barriersPerempuan harus menghitung masa subur terlebih dahulu sebelum melaukan SADARI
sehingga muncul keengganan dalam melakukanya

Cues to action Melakukan tindakan nyata SADARI dan membuat jadwal masa menstruasi sehingga
mengetahui masa subur

Self efficacy Merasa percaya diri setelah melakukan SADARI.

Salah satu contoh kegunaan HBM yakni dalam kegiatan imunisasi sehingga memberi kesan
bahwa orang yang mengikuti program imunisasi akan menjadikan percaya akan hal-hal berikut
(Maulana, 2009: 54):
1. Kemungkinan terkena penyakit tinggi (ketidakkebalan)
2. Jika tercangit, penyakit tersebut membawa akibat serius
3. Imunisasi merupkan cara paling efektif untuk pencegahan penyakit
4. Tidak ada hambatan serius untuk imunisasi, tetapi hasil beberapa penelitian HBM
mennjukkan kebalikanya.

Anda mungkin juga menyukai