Anda di halaman 1dari 1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada abad 19, hampir semua penyakit pada medula spinalis disebut myelitis.
Dalam Dercum’s Textbook of Nervous Diseases, pada tahun 1895, Morton Prince
menulis tentang myelitis trumatik, myelitis kompresif, dan sebagainya. yang
memberikan kejelasan tentang arti terminologi tersebut. Dengan bertambah
majunya pengetahuan neuropatologi, satu-persatu penyakit di atas dapat diseleksi
hingga yang tergolong benar-benar disebabkan peradang saja yang masih ada.11
Myelitis bisa dibagi tergantung dari proses peradangan pada medulla spinalis.
Apabila mengenai substansia grisea disebut poliomyelitis, bila mengenai substansia
alba disebut leukomyelitis. Apabila seluruh potongan melintang medula spinalis
terserang proses peradangan, maka disebut myelitis transversa. Bila lesinya
multipleks dan tersebar sepanjang sumbu vertikel disebut myelitis diseminata atau
difusa. Sedangkan istilah meningomyelitis menunjukkan adanya proses peradangan
baik pada meninges maupun medula spinalis, demikian pula dengan
meningoradikulitis (meninges dan radiks).11
Insidensi penyakit ini hanya sekitar 1-8 kasus per 1 juta orang per tahun.
Distribusi umur 10-19 dan 30-39 tahun.7 Insiden myelitis transversa dari seluruh
usia anak hingga dewasa dilaporkan sebanyak 1-8 juta orang. Sebanyak 34.000
orang dewasa dan anak-anak menderita gejala sisa myelitis transversa berupa cacat
sekunder. Sekitar 20 % dari myelitis transversa terjadi pada anak-anak.3
Pembagian myelitis akut, subakut dan kronis berdasarkan perjalanan klinis dari
penyakit. Pada myelitis akut berlangsung selama sehari, 2 sampai 6 miggu
dikatakan subakut serta lebih dari 6 minggu dikatakan sebagai kronik.11

Anda mungkin juga menyukai