Anda di halaman 1dari 12

A.

DEFINISI Myelitis transversalis adalah suatu proses inflamasi akut yang mengenai suatu area fokal di medula spinalis dengan karakteristik klinis adanya perkembangan baik akut atau sub akut dari tanda dan gejala disfungsi neurologis pada saraf motorik, sensorik dan otonom dan traktus saraf di medula spinalis (Krishnan, dkk, 2004). Myelitis transversalis adalah suatu sindrom yang jarang dengan insiden antara satu sampai delapan kasus baru setiap satu juta penduduk pertahun. Karakteristik myelitis transversalis ditandai dengan adanya inflamasi di dalam medula spinalis dan mempunyai manifestasi klinis berupa terjadinya disfungsi neural dari jaras-jaras motorik, sensoris dan otonom sebagai akibat jaras tadi melewati daerah di batas rostral inflamasi. Sering ditemukan keluhan adanya disfungsi sensoris dan bukti adanya inflamasi akut dibuktikan dengan MRI dan punksi lumbal (Krishnan, dkk, 2004). Dr. Suchett-Kaye seorang neurologis dari Inggris pada tahun 1948 mengenalkan terminologi acute transverse myelitis dalam laporannya terhadap suatu kasus komplikasi myelitis transversalis setelah pneumonia. Transverse menggambarkan secara klinis adanya band like area horizontal perubahan sensasi di daerah leher atau torak. Mielitis transversalis merupakan gangguan neurologis yang disebabkan oleh peradangan di satu segmen dari sumsum tulang belakang . Myelitis ini merujuk pada peradangan sumsum tulang belakang . Serangan peradangan dapat merusak atau menghancurkan myelin. Kerusakan ini menyebabkan bekas luka yang mengganggu hubungan antara sistem saraf di sumsum tulang belakang dan seluruh tubuh (Reeve, 2009). Mielitis transversalis adalah peradangan sumsum tulang belakang, yang sering menjadi sasaran bahan isolasi meliputi serat sel saraf (mielin). Mielitis transversalis dapat menyebabkan cedera di sumsum tulang belakang, menyebabkan sensasi berkurang atau tidak ada di bawah cedera (Mayo clinic, 2011). Mielitis transversalis adalah penyakit yang disebabkan peradangan pada medulla spinalis di sistem saraf pusat. Penyakit ini juga merupakan penyakit sistemik sekunder yang disebabkan oleh peradangan di sistem saraf pusat, seperti penyakit multiple sclerosis ( Vaso,2001). Myelitis transversa adalah kelainan neurologi yang disebabkan oleh peradangan sepanjang medulla spinalis baik melibatkan satu tingkat atau segmen dari medulla spinalis. Istilah mielitis menunjukkan peradangan pada medulla spinalis, transversa menunjukkan posisi dari peradangan sepanjang medulla spinalis. Serangan inflamasi pada medulla spinalis dapat merusak atau menghancurkan mielin yang merupakan selubung serabut sel saraf. Kerusakan ini menyebabkan jaringan parut pada sistem saraf yang menganggu hubungan antara saraf pada medulla spinalis dan tubuh. Myeliti transversa merupakan suatu gangguan neurologi yang disebabkan oleh kehilangan selubung mielin pada medulla spinalis, disebut juga sebagai demielinisasi.

Demielinisai ini muncul secara idiopatik menyertai infeksi atau vaksinisasi, atau disebabkan multipel sclerosis. Salah satu teori mayor tentang penyebabnya adalah bahwa inflamasi immune-mediated adalah sebagai suatu hasil paparan terhadap antigen virus. Kelainannya berupa inflamasi melibatkan medulla spinalis pada kedua sisinya. Pada mielitis transversa akut, onset terjadi tiba tiba dan progresif dalam beberapa jam dan atau beberapa hari. Lesi dapat terjadi di setiap bagian dari medulla spinalis meskipun biasanya terbatas pada bagian kecil saja. B. EPIDEMIOLOGY Mielitis transversa dapat diderita oleh orang dewasa dan anak anak baik pada semua jenis kelamin maupun ras. Usia puncak insidens mielitis transversa terjadi antara umur 10-19 dan 30-39 tahun. Meskipun sedikit peneliti yang meneliti rata-rata insidensi tersebut, diperkirakan sekitar 1400 kasus baru tiap tahun di diagnosa sebagai mielitis transversa di Amerika Serikat. Penyebab pasti mielitis transversa tidak diketahui. Peradangan yang merusak sumsum tulang belakang bisa terjadi akibat infeksi virus, reaksi kekebalan tubuh yang abnormal, atau aliran darah tidak cukup melalui pembuluh darah yang terletak di sumsum tulang belakang. Mielitis transversa juga dapat terjadi sebagai komplikasi dari sifilis, campak, penyakit Lyme, dan beberapa vaksinasi, termasuk untuk cacar dan rabies. C. ETIOLOGI Peradangan adalah respon normal dari sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit atau cedera . Tapi kadang-kadang sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuh sendiri suatu peristiwa yang dikenal sebagai fenomena autoimun . Disfungsi sistem kekebalan tubuh dalam mielitis transversalis ini tidak diketahui . Namun, ada sejumlah kondisi yang muncul untuk memicu atau berkontribusi terhadap gangguan tersebut . Kondisi ini termasuk : Infeksi virus pada saluran pernafasan atau saluran pencernaan telah terlibat dalam mielitis transversa . Dalam kebanyakan kasus , gangguan inflamasi muncul setelah seseorang telah pulih dari infeksi virus . Mycoplasma pneumonia , bentuk yang relatif ringan pneumonia yang disebabkan oleh bakteri , dapat bertindak sebagai pemicu mekanisme sistem kekebalan tubuh menyebabkan mielitis transversa . Multiple sclerosis adalah gangguan autoimun di mana sistem kekebalan tubuh menghancurkan myelin yang mengelilingi saraf di sumsum tulang belakang dan otak . Mielitis transversa mungkin merupakan tanda pertama dari multiple sclerosis atau mewakili kambuh gejala . Mielitis transversa terjadi sebagai tanda multiple sclerosis biasanya bermanifestasi pada satu sisi tubuh saja. Neuromyelitis optica ( penyakit Devic ) adalah suatu kondisi yang menyebabkan peradangan dan hilangnya mielin di sekitar sumsum tulang belakang dan saraf optik. Tanda dan gejala mielitis transversalis terkait dengan neuromyelitis optica

biasanya mempengaruhi kedua sisi tubuh. Kerusakan myelin dari saraf optik dan gejala berikutnya , termasuk nyeri di mata dengan gerakan dan kehilangan penglihatan sementara, dapat terjadi pada saat yang sama atau lain kali gejala mielitis transversa . Namun, beberapa orang dengan neuromyelitis optica tidak mengalami masalah - mata terkait dan mungkin hanya memiliki episode berulang mielitis transversa . Gangguan autoimun yang mempengaruhi sistem tubuh lainnya akan memberikan kontribusi faktor pada beberapa orang dengan myelitis melintang . Gangguan ini meliputi lupus , yang dapat mempengaruhi sistem tubuh ganda , dan sindrom Sjogren , yang menyebabkan kekeringan hebat di mulut dan mata , serta gejala lainnya . Mielitis transversalis terkait dengan gangguan autoimun dapat menunjukkan hidup bersama optica neuromyelitis , yang terjadi lebih sering pada orang dengan penyakit autoimun lainnya daripada yang dilakukannya pada orang lain yang tidak memiliki penyakit autoimun . Vaksinasi untuk penyakit menular - termasuk hepatitis B , campak - gondong rubela , dan vaksin difteri - tetanus - jarang diidentifikasi sebagai pemicu kemungkinan . D. MANIFESTASI KLINIS Tanda dan gejala mielitis transversalis biasanya berkembang pesat selama beberapa jam dan memburuk selama beberapa hari. Kurang umum, tanda dan gejala kemajuan secara bertahap selama beberapa hari sampai beberapa minggu. Terkadang kedua bagian tubuh pun merasakan adanya kelainan. Tanda dan gejala khas meliputi: Nyeri Nyeri berhubungan dengan myelitis melintang sering dimulai tiba-tiba di leher atau punggung, tergantung pada bagian tulang belakang Anda yang terpengaruh. Sensasi abnormal. Beberapa orang merasakan adanya mati rasa, kesemutan, dingin atau pembakaran. Namun adapula yang merasa sangat sensitif terhadap sentuhan ringan seperti adanya panas atau dingin yang ekstrim. Kelemahan di lengan atau kaki. Beberapa orang dengan kelemahan ringan melihat bahwa mereka tersandung atau menyeret satu kaki atau keduanya terasa berat ketika mereka gerakan. Kandung kemih dan usus masalah. Masalah-masalah ini mungkin termasuk dorongan peningkatan kemih, inkontinensia, kesulitan buang air kecil dan sembelit. E. KOMPLIKASI Orang dengan mielitis transversa biasanya mengalami satu episode akut . komplikasi sering terjadi secara perlahan. Adapun komplikasi tersebut, yaitu:

Sakit adalah salah satu yang paling umum melemahkan komplikasi jangka panjang dari gangguan . Kekakuan , sesak atau kejang yang menyakitkan dalam otot ( spastisitas otot ) , terutama di bokong dan kaki , mempengaruhi kebanyakan orang dengan efek berlama-lama dari mielitis transversa . Kelumpuhan sebagian atau seluruh tangan, kaki atau keduanya dapat bertahan setelah onset awal gejala . Disfungsi seksual adalah komplikasi umum yang timbul dari mielitis transversa . Pria mungkin mengalami kesulitan mencapai ereksi atau mencapai orgasme . Perempuan mungkin memiliki kesulitan mencapai orgasme . Osteoporosis . Aktivitas fisik yang terbatas dalam jangka panjang karena mielitis transversa dapat menyebabkan osteoporosis , penipisan atau melemahnya tulang . Orang dengan osteoporosis berada pada peningkatan risiko patah tulang . Depresi atau kecemasan adalah umum pada mereka dengan komplikasi jangka panjang karena perubahan signifikan dalam gaya hidup , stres sakit kronis atau cacat , dan dampak dari disfungsi seksual pada hubungan .

F. PENATALAKSANAAN CT: penilaian yang lebih baik dalam trauma MRI tulang belakang: studi pilihan untuk kabel dan jaringan lunak, serta untuk perencanaan bedah. Kontras Gadolinium, terutama jika AVM adalah diferensial dan sensitivitas tinggi CT myelogram : jika MRI tidak tersedia atau kontraindikasi invasif, untuk mengidentifikasi hanya massa besar, tidak membedakan antara lesi kistik dan padat Bone scan radionucleide: dapat berguna dalam kasus-kasus tumor dan infeksi Brain MRI : terkait lesi demielinasi G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK dan DIAGNOSIS BANDING

Kriteria diagnostic:

Myelitis transversalis merupakan suatu myelitis non infeksius tipe inflamasi. Kategori ini diambil dari suatu bentuk leukomyelitis baik demyelinisasi atau nekrosis dari traktus di medula spinalis, dan di dalam patogenesisnya didapatkan gambaran penting proses respons imun terhadap suatu infeksi yang sering timbul setelah infeksi virus. Pada kasus myelitis transversalis post-infeksius, mekanisme sistem imun lebih memegang peranan penting dalam menimbulkan kerusakan medula spinalis. Pada penyakit autoimun, sistem imun yang seharusnya bertanggung jawab melindungi tubuh dari organisme asing, beraksi sebaliknya menyerang jaringan tubuhnya sendiri dan menyebabkan inflamasi dan menghancurkan myelin di dalam medula spinalis. Ketika myelitis transversalis tidak dijumpai penyakit yang mendasarinya maka disebut sebagai idiopatik. Penyebab myelitis transversalis idiopatik tidak diketahui, tetapi banyak bukti

mendukung adanya suatu proses autoimun, artinya pasien yang mempunyai sistem imun yang abnormal menstimulasi adanya serangan terhadap medulla spinalis yang menimbulkan inflamasi dan kerusakan jaringan (Lyn, 2007; Ropper, 2005). Pemulihan dapat tidak terjadi, sebagian atau komplit dan secara umum dimulai dalam satu sampai tiga bulan. Pemulihan tampaknya tidak akan terjadi, jika tidak ada perkembangan dalam tiga bulan. Myelitis transversalis biasanya adalah penyakit monofasik dan jarang rekuren (Lyn,2007). Diagnosis banding pertama dengan tumor medula spinalis didasarkan adanya keluhan paraperesis yang terjadi progresif lambat dan tidak bersamaan antara kiri dan kanan, dimana pada pasien ini paresis dimulai pada kaki kanan menjalar ke kaki kiri, tetapi hal ini dapat disingkirkan dengan pemeriksaan MRI, dimana hasilnya tidak didapatkan SOL karena tumor medula spinalis. Guillain Barre Syndrome juga dibuat sebagai diagnosis banding karena sifat paraparesis pada pasien ini bersifat assenden dimulai dari kaki kemudian naik ke betis lutut lalu sampai setinggi dada, tetapi hal ini disingkirkan karena OS sebelumnya tidak menderita ISPA, dan hasil MRI menyingkirkan hal tersebut (seharusnya pada GBS gambaran MRI normal). Spondilitis TB dibuat sebagai diagnosis banding karena paraparesis tipe UMN terutama di daerah torakal juga dapat disebabkan oleh spondilitis TB tetapi hal ini disingkirkan dari pemeriksaan tidak dijumpainya gibus atau secara radiologis tidak adanya gambaran vertebra seperti baji dan tidak adanya riwayat batuk lama. H. PENATALAKSANAAN Penderita diterapi dengan pemberian deksametason injeksi intravena 5 mg setaip 6 jam dengan loading doses 10 mg kemudian ditappering off setiap 4 hari atau obat yang sering diberikan adalah metil prednisolon intravena 1000 mg. Keputusan untuk tetap memberikan steroid atau menambah pengobatan baru berdasarkan temuan klinis dan gambaran MRI pada akhir hari ke-5 (Sebire, dkk 1997; Defresne, 2001). Penelitian Sebire tahun 1996 terhadap 10 pasien anak yang menderita myelitis transversalis fase akut, dalam pengobatanya digunakan metil prednisolon intravena (Solumedrol) dengan dosis 1 gr/1,73 m3/hari selama 3 sampai 5 hari, diikuti dengan pemberian prednison oral (Cortancyl) dengan dosis 1 mg/kg BB/hari selama 14 hari (Sebire, 1997). Terapi lain yang dapat diberikan Plasma exchange sering mulai diberikan apabila penderita mengalami myelitis transversalis yang moderate sampai berat dan menunjukan perkembangan klinis yang lambat dalam 57 hari pemberian steroid intravena. Beberapa peneliti ada juga yang menyarankan pemberian cyclophosphamide untuk pasien yang tetap mengalami progresifitas setelah pemberian terapi steroid intravena. Terapi filtrasi LCS merupakan terapi baru, dan belum digunakan luas di USA, dimana cairan LCS disaring dari faktor-faktor inflamasi (termasuk sel, komplemen, sitokin dan antibodi) terlebih dahulu sebelum diinfuskan kembali ke pasien. Proctective autoimmunity merupakan suatu alternative pengobatan berdasarkan bagaimana sistem imun menghancurkan sistem saraf. Walaupun regimen pengobatan yang ideal tidak diketahui,

dalam dua tahun mereka menggunakan imunomodulator oral pada pasien seperti azathioprine, methotrexate, mycophenolate dan cyclophosphamide (Krishnan, dkk, 2004). Rehabilitasi diperlukan untuk mencegah komplikasi sekunder dari imobilitas dan meningkatkan functional skills, mencegah kerusakan kulit, mencegah kontraktur (Krishnan, 2004). Pemulihan harus dimulai dalam enam bulan, dan kebanyakan pasien menunjukkan pemulihan fungsi neurologinya dalam 8 minggu. Pemulihan mungkin terjadi cepat selama 36 minggu setelah onset dan dapat berlanjut walaupun dapat berlangsung dengan lebih lambat sampai 2 tahun. Pada penderita ini kemajuan pengobatan tampak pada 2 minggu terapi (Krishnan dkk, 2004). Spastisitas sering merupakan masalah yang sulit ditangani. Mengusahakan tetap fleksibel dengan stretching rutin menggunakan latihan aktif dan program bracing menggunakan penyangga (splint) dan dibantu dengan menggunakan obat-obatan anti spastisitas (seperti diazepam, baclofen, dantrolene, tizanidine, tiagabine), terapi injeksi botulinum. Tujuan akhir terapi untuk meningkatkan fungsi pasien untuk menjalankan aktivitas sehari-hari, melalui peningkatan ROM (Range of Motion), mengajarkan strategi kompensasi yang efektif, dan mengurangi nyeri (Krishnan, dkk, 2004; Morryson, 2006; Levy, 2006). Perawatan multidisiplin tetap diperlukan dalam merawat pasien dengan myelitis transversalis seperti, dokter keluarga, internis, neurologist, dan psikiater (Levy, 2006). I. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN Gangguan mobilitas fisik Berhubungan dengan : - Gangguan metabolisme sel - Keterlembatan perkembangan - Pengobatan - Kurang support lingkungan - Keterbatasan ketahan kardiovaskuler - Kehilangan integritas struktur tulang - Terapi pembatasan gerak - Kurang pengetahuan tentang kegunaan pergerakan fisik - Indeks massa tubuh diatas NOC : Joint Movement : Active Mobility Level Self care : ADLs Transfer performance Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama.gangguan mobilitas fisik teratasi dengan kriteria hasil: Klien meningkat dalam aktivitas fisik Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas Memverbalisasikan perasaan dalam NIC : Exercise therapy : ambulation Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri

75 tahun percentil sesuai dengan usia - Kerusakan persepsi sensori - Tidak nyaman, nyeri - Kerusakan muskuloskeletal dan neuromuskuler - Intoleransi aktivitas/penurunan kekuatan dan stamina - Depresi mood atau cemas - Kerusakan kognitif - Penurunan kekuatan otot, kontrol dan atau masa - Keengganan untuk memulai gerak - Gaya hidup yang menetap, tidak digunakan, deconditioning - Malnutrisi selektif atau umum DO: - Penurunan waktu reaksi - Kesulitan merubah posisi - Perubahan gerakan (penurunan untuk berjalan, kecepatan, kesulitan memulai langkah pendek) - Keterbatasan motorik kasar dan halus - Keterbatasan ROM - Gerakan disertai nafas pendek atau tremor - Ketidak stabilan posisi selama melakukan ADL - Gerakan sangat lambat dan

meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker)

sesuai kemampuan Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps. Berikan alat Bantu jika klien memerlukan. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan

tidak terkoordinasi DAFTAR PUSTAKA Krishnan C, Kaplin AI, Deshpande DM, Pardo CA, Kerr DA. Transverse myelitis: patogenesis, diagnosis and treatment. Bioscience 2004; 9: 14831499. Luhu A. Tapiheru dkk. 2007.Myelitis Transversalis; Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 hal. 236 Kerr D. Transverse Myelitis. In: Johnson RT, Griffin JW, Mc Arthur JC. Editors. Current Theraphy in Neurologic Disease. 6th Ed. Mosby. Philadelphia. p 176180. Kerr D. The history of transverse myelitis: The origin of the name and the identification of disease. The Transverse Myelitis Association. 2006. available in www.myelitis.org/history.htm. Transverse myelitis Fact Sheet. National Intitute of Neurological Disorders and Stroke 2006. Available in www.ninds. nih.gov/ Lynn J. Transverse Myelitis: Symptom, Cause and Diagnosis. The Transverse Myelitis Association. 2006. Available in www.myelitis.org/tm.htm. Transverse Myelitis Consortium Working Group. Proposed diagnostic criteria and nosology of acute transverse myelitis. Neurology 2002; 59: 499505. Ropper AH, Brown RH, Adams and Victors. Principles of Neurology, 8th ed. New york: Mc Grw-Hill; 2005. Sebire G, Hollenberg H, Meyer L, Huault G, Landrieu P, Tardieu M. High Doses Methylprednisolone in Severe Akut Transverse Myelopathy. Archieves of Disease in the childhood 1997; 76: 167 168. Defresne P, Meyer L, Tardieu M, Scalais E, Nuttin C, De Bont B et al. Efficacy of High Dos Steroid Therapy in Children with Severe Acute Transverse Myelitis.Journal of Neurology Neurosurgery Psychiatry 2001; 71: 27227. Morrison L. Spasticity in Transverse Myelitis. The Transverse Myelitis Association. 2006. available in www.myelitis.org Levy C. Transverse Myelitis: Medical and Rehabilitation Treatment. The Transverse Myelitis Association. 2006. Available www.myelitis.org/treatment.htm. Levy C. Transverse Myelitis: Medical Specialists. The Transverse Myelitis Association. 2006 Available www. myelitis.org/doctors.htm. Vaso,dkk.2001.Magnetic Resonance in The Diagnostic of C.N.S Disoreder.Thieme,CIC Edizioni Internazionali:Italy

LAPORAN PENDAHULUAN
Ruang Rehabilitasi Gedung Prof.Dr.Soelarto RSUP Fatmawati

Disusun Oleh: Arum Munawaroh

PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013

Anda mungkin juga menyukai