Anda di halaman 1dari 10

Paresis (kelemahan otot pada lengan dan tungkai) adalah kerusakan

yang menyeluruh, tetapi belum menruntuhkan semua neuron korteks


piramidalis.
Hemiparase yang terjadi memberikan gambaran bahwa adanya
kelainan  atau lesi sepanjang traktus piramidalis. Lesi ini dapat disebabkan
oleh berkurangnya suplai darah, kerusakan jaringan oleh trauma atau infeksi,
ataupun penekanan  langsung dan tidak langsung oleh massa hematoma, abses,
dan tumor. Hal tersebut selanjutnya akan mengakibatkan adanya gangguan
pada tractus kortikospinalis yang bertanggung jawab pada otot-otot anggota
gerak atas dan bawah.

3.      Hubungan kelemahan ekstremitas, nyeri bagian belakang kepala dan sakit gigi.
Adanya lesi pada perjalanan traktus piramidalis yang disebabkan berkurangnya suplai darah,
kerusakan jaringan oleh trauma atau infeksi, ataupun penekanan  langsung dan tidak langsung
oleh massa hematoma, abses, dan tumor menyebakan terjadinya berbagai manifestasi klinis
yang berbeda. Pada kasus ini kemungkinan besar penyebab terjadinya manifestasi klinis
adalah arteri dan vena saling berikatan sehingga membentuk suatu massa yang mirip tumor.
Hal tersebut dapat menekan tractus kortikospinalis yang bertanggung jawab pada otot-otot
anggota gerak atas dan bawah. Hal tersebut menyebabkan timbulnya manifestasi klinis
berupa kelemahan ekstremitas. Sakit gigi dalam kasus tersebut sebenarnya tidak ada
hubungan dengan penyakit yang dialami pasien.

Menurut kamus bahasa Indonesia meningitis merupakan suatu radang selaput otak dan saraf
tulang belakang. Menurut Wikipedia dijelaskan bahwa meningitis adalah peradangan selaput
pelindung yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang, disebut sebagai meninges .
Harsono (2003) mengatakan bahwa meningitis adalah suatu infeksi atau peradangan dari
meningens dan jaringan saraf dalam tulang punggung disebabkan oleh bakteri, Virus, riketsia
atau protozoa, yang terjadi secara akut dan kronis. Pengertian lain meningitis adalah radang
pada meningen (membrane yang mengelilingi otak dan medulla spinalis) dan disebabkan oleh
virus, bakteri, atau organ-organ jamur (Brunner & Suddath. 2002. hal. 2175) Meningitis
adalah suatu peradangan araknoid dan piameter (lepto meningens) dari otak dan medulla
spinalis. Bakteri dan virus merupakan penyebab yang paling umum dari meningitis,
meskipun jamur dapat juga menyebabkan. Meningitis bakteri lebih sering terjadi. Deteksi
awal dan pengobatan akan lebih memberikan hasil yang lebih baik menurut Wahyu Widagdo
dkk (2008:105).
B. Klasifikasi

Adapun klasifikasi meningitis menurut Brunner & Suddath. 2002 yaitu: asepsis, sepsis dan
tuberkulosa.

1. Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitits virus atau menyebabkan
iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis, limfoma, leukemia, atau
darah diruang sub arachnoid.
2. Meningitis sepsis menunjukan meningitis yang disebabkan oleh organisme bakteri
seperti meningokokus, stafilokokus atau basilus influenza.
3. Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh basillus tuberkel.

Menurut Ronny Yoes dalam buku Kapita Selekta Neurologi meningitis terbagi menjadi
dua yaitu :

1. Meningitis Tuberkulosa

Kekerapan meningitis tuberkulosa sebanding dengan prevalensi infeksi dengan


mikrobakterium tuberkulosa pada umumnya, jadi bergantung pada keadaan sosial ekonomi
dan kesehatan masyarakat. Penyakit ini dapat terjadi pada segala umur, tetapi jarang di bawah
6 bulan. Yang tersering adalah pada anak umur 6 bulan sampai 5 tahun. Pada anak,
meningitis tuberkulosa biasanya merupakan komplikasi infeksi primer dengan atau tanpa
penyebaran milier. Pada orang dewasa penyakit ini dapat merupakan bentuk tersendiri atau
bersamaan dengan tuberculosis di tempat lain. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian.

Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh kuman mikobakterium tuberkulosa varian hominis.


Perjalanan penyakit ini dimulai dari kuman mencapai susunan saraf pusat melalui aliran
darah dan membentuk tuberkel di selaput otak dan jaringan otak di bawahnya. Kemudian
tuberkel akan pecah dan bakteri masuk ke ruang subarachnoida. Pada meningitis tampak
tuberkel kecil berukuran beberapa millimeter sampai satu centimeter, berwarna putih dan
tersebar pada dasar otak, permukaan otak, serta kadang-kadang pada selaput otak. Eksudat
yang kental dan berwarna putih terdapat sebagian besar pada ruang subarachnoida di dasar
otak dan sebagian kecil di permukaan otak serta medulla spinalis. Mungkin terjadi
penyumbatan foramen Magendi dan foramen Luschka serta pelebaran ventrikel. Terdapat
pembendungan pembuluh-pembuluh darah yang superficial. Pembuluh darah mengalami
radang dan dapat tersumbat sehingga terjadi infark otak. Tuberkel mengalami nekrosis pada
bagian tengahnya dan mengandung sel-sel epiteloid, limfosit, sel plasma, sel raksasa serta
kuman-kuman.

Penyakit ini mulanya pelan. Terdapat panas yang tidak terlalu tinggi, nyeri kepala dan nyeri
kuduk. Di samping itu juga terdapat rasa lemah, berat badan yang menurun, nyeri otot, nyeri
punggung, mungkin dijumpai kelainan jiwa seperti halusinasi atau waham. Pada pemeriksaan
akan dijumpai tanda-tanda rangsangan selaput otak seperti kaku kuduk, tanda Kernig dan
tanda Brudzinsky. Dapat terjadi hemiparesis dan kerusakan saraf otak yaitu N. III, N. IV, N.
VI, N. VII, N. VIII. Akhirnya kesadaran akan menurun. Pada funduskopi akan tampak
sembab papil. Sering juga dijumpai tuberculosis di tempat lain seperti paru dan kelenjar limfe
di leher.

Pada pemeriksaan cairan otak terdapat peningkatan tekanan, warna jernih atau santokrom,
protein menigkat, gula menurun, klorida menurun, leukosit meningkat sampai 500/mm3
dengan sel mononuclear yang dominan. Pada pemeriksaan adarah dijumpai jumlah leukosit
meningkat sampai 20.000 dan pada pemeriksaan radiologi tampak hydrocephalus. Biasanya
pada tes tuberculin didapatkan hasil positif.

Pada meningitis tuberkulosa didapatkan gejala dalam stadium-stadium yaitu :

1. Stadium prodomal ditandai dengan gejala yang tidak khas dan terjadi perlahan-lahan
yaitu demam ringan atau kadang-kadang tidak demam, nafsu makan menurun, nyeri
kepala, muntah, apatis, berlangsung 1-3 minggu, bila tuberkulosis pecah langsung ke
ruang subaraknoid, maka stadium prodomal berlangsung cepat dan langsung masuk
ke stadium terminal.
2. Stadium transisi ditandai dengan gejala kejang, rangsang meningeal yaitu kaku kuduk,
tanda brudzinky I dan II positif, mata juling, kelumpuhan dan gangguan kesadaran.
3. Stadium terminal ditandai dengan keadaan yang berat yaitu kesadaran menurun
sampai koma, kelumpuhan, pernapasan tidak teratur, panas tinggi dan akhirnya
meninggal.

Pengobatan meningitis tuberkulosa dapat diberikan obat triple yaitu kombinasi INH
dengan 2 dari 3macam tuberkulostatika di bawah ini selama 2 tahun. Obat tersebut terdiri
dari :

- INH : Dewasa 10-15 mg/kg bb/hari, anak 20 mg/kg bb/hari. Diberikan sekali sehari peroral.
Harus ditambah piridoxin 50mg/hari

- Streptomisin : Dosis 20 mg/kg bb/ hari. Max 1 gram /hari.Diberikan intramuskularis selama
3 bulan

- Entambutol : Dosis 25 mg/kg bb/hari per oral selama 2 bulan pertama lalu dilanjutkan
dengan 15 mg/ kg bb /hari

- Rifampisin : Dosis pada dewasa 600 mg/ hari, anak 10-20 mg/ kg bb/hari diberikan sehari
sekali per oral

- Kortikosteroid : Indikasi untuk tekanan Intrakranial yang meningkat, adanya deficit


neurologi, mencegah perlekatan arachnoida pada jaringan otak.

- Dexametason :  Mula-mula diberikan 10 mg intravena, lalu 4 mg tiap 6 jam.

- Prednison : 60-80 mg/hari selama 2-3 minggu lalu diturunkan berangsur sampai 1 bulan.

2. Meningitis Purulenta

Meningitis purulenta adalah infeksi akut selaput otak yang disebabkan oleh bakteri dan
menimbulkan reaksi purulen pada cairan otak. Penyakit ini lebih sering pada anak daripada
orang dewasa. Di samping angka kematiannya yang masih tinggi, banyak penderita yang
menjadi cacat akibat keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan. Pemberian antibiotic
yang cepat dan tepat serta dengan dosis yang memadai penting untuk menyelamatkan dan
mencegah. Klasifikasi meningitis purulenta berdasarkan lapisan selaput otak yang mengalami
radang, maka meningitis dibagi menjadi Pakimeningitis (yang mengalami radang adalah dura
mater), dan Leptomeningitis (yang mengalami radang adalah arahnoid dan pia mater).
Berdasarkan penyebab meningitis dibagi menjadi:

 Meningitis karena bakteri dibagi lagi menjadi meningitis karena

- Meningococcus

- Pneumococcus

- Haemophilus Influenzae

 Meningitis karena virus


 Meningitis karena riketsia
 Meningitis karena jamur
 Meningitis karena cacing
 Meningitis karena protozoa

Perubahan patologi pada segala jenis meningitis purulenta adalah sama. Pada stadium awal
satu-satunya kelainan yang dapat dilihat adalah bendungan pembuluh-pembuluh darah otak
yang superficial dan pembuluh-pembuluh darah pada piamater serta pembesaran pleksus
koroideus. Kemudian timbul eksudat pada ruang pada subarachnoidea, permukaan otak.
Eksudat yang purulen bisa juga terjadi pada ventrikel, ruang subarachnoidea medulla spinalis
sepanjang otak dan saraf spinalis. Setelah beberapa minggu terjadi pelebaran ventrikel,
seringpula terjadi sembab otak yang bila hebat dapat menyebabkan herniasi.

Secara mikroskopik tampak ruang subarachnoidea terisi fibrin dan eksudat purulen yang
sebagian besar mengandung leukosit PMN (Polimorfonuklear) dan sedikit limfosit  serta
monosit. Sebagian pembuluh-pembuluh darah melebar, di dalam beberapa diantaranya
terbentuk thrombus, sedang yang lainnya pecah. Kuman dapat ditemukan di dalam dan di
luar leukosit. Radang dapat pula mengenai pleksus koroideus dan ependim yang melapisi
ventrikel serta terus meluas sampai ke jaringan subependiem. Pada neonatus, ventrikel dapat
menjadi sumber bakteri.

Kuman dapat mencapai selaput otak dan ruang subarachnoidea melalui :

1. Luka terbuka kepala


2. Penyebaran langsung dari proses infeksi di telinga tengah dan sinus paranasalis.
3. Pembuluh darah pada keadaan sepsis.
4. Penyebaran dari abses ekstradural, abses subdural, dan abses otak.
5. Lamina kribosa osis etmoidalis pada keadaan rhinorea.
6. Penyebaran dari radang paru.
7. Penyebaran dari infeksi kulit.

Meningitis purulenta  pada permulaan gejala adalah panas, menggigil, nyeri kepala yang
terus-menerus, mual dan muntah, hilangnya nafsu makan, kelemahan umum, dan rasa nyeri
pada punggung serta sendi. Setelah 12-24 jam timbul gejala yang lebih khas yaitu nyeri paka
kuduk dan tanda-tanda rangsang selaput otak seperti kaku kuduk (nuchal rigidity), tanda
kernig. Penderita takut akan cahaya dan peka terhadap rangsangan. Kejang jarang dijumpai
pada orang dewasa dan anak besar baik kejang umum, maupun kejang fokal. Kadang-kadang
dijumpai kelumpuhan N. VI, N. VII dan N. VIII. Penderita sering gelisah, mudah terangsang
dan menunjukkan perubahan mental seperti bingung, hiperaktif, serta halusinasi. Pada
keadaan yang berat dapat terjadi herniasi otak sehingga terjadi dilatasi pupil dan koma. Pada
bayi gambaran khas meningitis tidak jelas. Pada meningitis yang disebabkan oleh kuman
meningococcus bisa terjadi sindrom Waterhouse Friederichsen dengan gejalanya yaitu
perdarahan pada kulit dan kelenjar adrenal serta menurunnya tekanan darah disebabkan oleh
adanya PIM (Perdarahan Intravaskularis Menyeluruh) atau KID (Koagulapati Intravaskuuler
Disseminata) akibat terjadnya meningokokemia.

Untuk membuktikan adanya meningitis purulenta, maka perlu dilakukan pemeriksaan :

a). Pemeriksaan cairan otak : pemeriksaan ini penting untuk diagnosis radang otak, radang
medulla spinalis dan radang selaput otak. Pungsi Lumbal harus dilakukan pada penderita
dengan keluhan dan tanda rangsangan selaput otak. Pada akhir pengobatan tidak diperlukan
lagi fungsi lumbal ulangan.

b). Cairan otak pada meningitis purulenta

- Tekanan : tekanan cairan otak meningkat di atas 180 mm H2O

- Warna : cairan  otak berwarna mulai dari keruh sampai purulen bergantung pada jumlah
selnya

- Sel : jumlah leukosit meningkat, biasanya berjumlah 200-10.000 dan 95% terdiri dari sel
PMN

- Protein : kadar protein meningkat, biasanya di atas 75 mg/100 ml

- Klorida : kadar klorida menurun, kurang dari 700 mg/100 ml

- Gula : menurun, biasanya kurang dari 40 mg% atau kurang dari 40% kadar gula darah yang
diambil pada saat yang bersamaan.

c). Pemulasan gram dan biakan cairan otak : merupakan cairan yang praktis dan teliti untuk
menemukan bakteri penyebab meningitis secara cepat. Pemberian antibiotic sebelumnya akan
menyullitkan kuman penyebab.

d). Pemeriksaan antigen bakteri pada cairan otak : antigen bakteri tertentu dalam cairan
otak dapat diketahui dengan cepat yaitu dalam waktu 1 jam atau kurang. Walaupun demikian
pemulasan gram dan cairan otak tidak boleh ditinggalkan. Pemberian antibiotic sebelumnya
akan menyebabkan hasil pemulasan gram dan biakan cairan otak jadi negative.

e). Pemeriksaan darah tepi : terdapat kenaikan jumlah leukosit.

f). Pemeriksaan elektrorit darah : gangguan elektrorit sering terjadi karena dehidrasi.
Hiponatremia dapat terjadi akkibat pengeluaran hormone ADH yang menurun.

g). Biakan dan test kepekaan sumber infeksi : bila dari biakan cairan otak tidak ditemukan
penyebab meningitis, maka mungkin penyebab ini bisa ditemukan dari biakan sumber
infeksi.
h). Pemeriksaan radiologi : pada fototoraks mungkin dijumpai radang paru atau abses paru.
Pada foto tengkorak mungkin dijumpai sinusitis, mastoiditis. Scan tomografik mungkin akan
menunjukan adanya sembab otak dan hidrosefalus.

i). Pemeriksaan EEG : menunjukan perlambatan yang menyeluruh di kedua hemisfer.

Pengobatan untuk meningitis purulenta ini dapat diberikan :

- Umum :

1. Penderita dirawat di rumah sakit


2. Mula-mula cairan diberikan secara infuse dalm jumlah yang cukup dan tidak
berlebihan
3. Bila gelisah diberi sedative seperti penoborbital atau penenang
4. Nyeri kepala diatasi dengan analgesic
5. Panas diturunkan dengan : parasetamol, kompres es, asam salisilat
6. Kejang diatasi dengan : diazepam, pentobarbital, difenilhidantoin.
7. Sumber infeksi diberantas dengan obat-obatan atau operasi
8. Kenaikan tekanan intracranial diatasi dengan : manitol, kortikosteroid.
9. Bila ada hidrosefalus obstruktif dalakukan operasi pemasangan virau (shunting)
10. Efusi subdural pada anak dikeluarkan 25-30 cc setiap hari selama 2-3 minggu, bila
gagal dilakukan operasi.
11. Fisioterapi diberikan untuk mencegah dan mengurangi cacat.

- Antibiotika

Antibiotika spectrum luas harus diberikan secepat mungkin tanpa menunggu hasil biakan,
baru setelah hasil biakan diganti dengan antibiotic yang sesuai. Antibiotic diberikan secara
paranteral, biasanya lama pemberian 10-14 hari atau sedikitnya sampai 7 hari setelah
penderita bebas dari demam. Antibiotic yang sering dipakai adalah ampisilin, gentamisin,
klorampenikol, sefalosporin.

c. Faktor Risiko

Faktor resiko terjadinya meningitis :

 Infeksi sistemik

Didapat dari infeksi di organ tubuh lain yang akhirnya menyebar secara hematogen sampai ke
selaput otak, misalnya otitis media kronis, mastoiditis, pneumonia, TBC, perikarditis, dll.

 Trauma kepala

Bisanya terjadi pada trauma kepala terbuka atau pada fraktur basis cranii yang
memungkinkan terpaparnya CSF dengan lingkungan luar melalui othorrhea dan rhinorhea

 Kelaianan anatomis

Terjadi pada pasien seperti post operasi di daerah mastoid, saluran telinga tengah, operasi
cranium
D. Prognosis Meningitis

Angka mortalitas untuk meningitis H. inluenzae adalah kurang dari 5 persen, tetapi dapat
lebih dari 20 sampai 25 persen di beberapa Negara berkembang. Meningokoksemia tanpa
meningitis yang disebabkan oleh organisme ini. Meningitis pneumokokal, diantara tiga
pathogen mayor, berkaitan dengan angka mortalitas tertinggi. Meningitis basiler gram-negatif
aerobic sering refrakter terhadap terapi, dan dapat terjadi relaps. Sebagai tambahan, gejala
sisa neurologic permanen ditemukan pada sepertiga sampai setengah pasien yang bertahan
hidup setelah meningitis bacterial. Gejala sisa mayor adalah tuli atau keterlambatan dalam
berbicara, retardasi mental, kelumpuhan serebral, kejang, dan masalah tingkah laku.
Penelitian prospektif telah mendokumentasikan tuli sensorineural menetap pada sekitar 10
persen pasien yang bertahan hidup setelah meningitis bacteria.

E. Komplikasi

 Peningkatan tekanan intracranial


 Hidrosefalus
 Infark serebral
 Syndrome waterhouse Friederichsen : hipotensi, perdarahan kulit dan kelenjar adrenal
yang diakibatkan oleh KID
 Defisit saraf kranial
 Ensefalitis
 SIADH (syndrome of inappropriate secretion of antidiuretic hormone )
 Abses otak
 Kerusakan visual
 Deficit intelektual
 Kejang
 Endokarditis
 Pneumonia
 Gangguan pembekuan darah
 Syok septic
 Efusi subdural
 Demam yang memanjang

F. Diagnosa Banding

Banyak proses infeksius dan noninfeksius yang mungkin terjadi menyebabkan sindroma
meningitis akut dan dapat dibingungkan dengan meningitis bacterial akut, termasuk focus
paraningeal dari infeksi (yaitu abses otak, empiema subdural, dan abses epidural). Meningitis
virus itu ensefalitis,  meningitis tuberkulosis, meningitis fungalis, endokarditis bacterial,
perdarahan subarakhnoid,  meningismus.

 Ensefalitis

Kelainan organ saraf sentral yaitu oleh ensefalitis atau ensefalomielitis dapat menyertai
berbagai meningitis. Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam
mikroorganisme (Hassan, 1997). Pada encephalitis terjadi peradangan jaringan otak yang
dapat mengenai selaput pembungkus otak dan medula spinalis.
1. Etiologi

Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan Ensefalitis, misalnya bakteria,


protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri penyebab  Ensefalitis adalah
Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa dan T. Pallidum. Encephalitis
bakterial akut sering disebut encephalitis supuratif akut (Mansjoer, 2000). Penyebab lain
adalah keracunan arsenik dan reaksi toksin dari thypoid fever, campak dan chicken pox/cacar
air. Penyebab encephalitis yang terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi
karena virus langsung menyerang otak, atau reaksi radang akut infeksi sistemik atau
vaksinasi terdahulu.

2. Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya ialah:

- Infeksi virus yang bersifat endemik

1.  Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.

2.  Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis encephalitis, Eastern equine
encephalitis, Japanese B encephalitis, Russian spring summer encephalitis, Murray valley
encephalitis.

- Infeksi virus yang bersiat sporadik : rabies, Herpes simpleks, Herpes zoster,
Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan jenis lain yang dianggap
disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.

- Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela, pasca-vaksinia,


pasca-mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis lain yang mengikuti infeksi traktus
respiratorius yang tidak spesifik.(Robin cit. Hassan, 1997)

Diagnosa etiologic seringkali sulit dan terkenanya organ-organ lainnya (mis. ensefalitis fokal
embolik, sarkoidosis) dapat membantu. Untuk kepentingan diagnostic digunakan untuk
pemeriksaan bakteriologik dan serologic. Untuk mengidentifikasi mikroorganisme
penyebabnya (terutama virus)  secara langsung specimen feses, sputum, serum darah, dan
cairan otak harus diambil pada hari-hari pertama. Pemeriksaan serologic, disamping serum
yang diambil pada awal penyakit, memerlukan specimen berikutnya diambil setelah 3-4
minggu (adanya antibody fiksasi komplemen dalam serum). Kenaikan liter merupakan bukti
yang konklusif dan penurunan kadar yang semula sangat tinggi  tersebut setelah beberapa
bulan juga bermakna. Tidak jarang hasil hasil tes kulit positif pada stadium lebih lanjut. Inti
dari sindrom Ensefalitis adalah adanya demam akut, dengan kombinasi tanda dan gejala :
kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia, hemiparesis dengan asimetri refleks
tendon dan tanda Babinski, gerakan involunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-otot
wajah. Penyakit sebelumnya tidak mengenai system saraf (terutama sering ditemukan pada
ensefalitis virus) dengan tanda dan gejala yang karakteristik (mis.tifus, campak) atau
nonspesifik (influenza)

-       Nyeri kepala, biasanya fronto orbital, dengan berbagai tingkat keparahan

-       Vormitus, fotofobia, nyeri sendi, nyeri leher dan nyeri pinggang

-       Gangguan irama tidur


-       Pasien tampak sakit parah

-       Mengantuk dan gangguan kesadaran yang lebih dalam atau konfusi

-       Pireksia, yang dapat tidak begitu jelas

-       Kelumpuhan saraf cranial, deficit neurologic fokal atau papiledema

-       Tanda-tanda iritasi serebral (bangkitan epileptic, mioklonus, gangguan gerakan


koreiformis)

-       Tekanan intrkranial meningkat

-       Cairan otak menunjukan jumlah sel yang meningkat (jarang normal)

-       Biasanya EEG memperlihatkan perubahan tidak spesifik yang menyeluruh,


menunjukkan aktifitas listrik yang merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya
kejang, koma, tumor, infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat
menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan kecepatan.(Smeltzer, 2002)

-       CT-Scan memperlihatkan perubahan Parenkimal.

-       Pemeriksaan neuroradiologik lainnya beiasanya normal, kadang-kadang menunjukan


lesi desak ruang (mis. ensefalitis herpetika hemoragika lobus temporalis)

 Meningitis Karena Virus

Pada pemeriksaan cairan otak akan didapatkan warna cairan jernih, jumlah sel meningkat
antara 10-10.000 /mm3, kadar protein gula dan klorida normal. Untuk menemukan virus
dilakukan pemeriksaan cairan otak langsung dengan mikroskop, biakan cairan otak, dan
pemeriksaan serologic serum cairan otak.

 Meningitis Fungalis

Meningitis Cryptococcal adalah infeksi jamur yang mempengaruhi sistem saraf pusat pada
klien dengan AIDS. Respon inflamasi yang ditimbulkan pada klien dengan menurunnya
sistem imun antara lain: bisa demam/tidak, sakit kepala, mual, muntah dan menurunnya
status mental.

 Meningismus

Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi
selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada
punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.

 Endokarditis Bacterial

Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardial yang biasanya meliputi dinding ventrikel,
katup-katup jantung, dinding arteri besar, septum, yang ditandai dengan mudah terjadinya
aggregasi dari trombin dan platelet yang disebut vegetasi, ini berisi makro organisme.
Streptococcus dan staphyloccus merupakan penyebab lebih dari 80% kasus.

 Perdarahan Subarachnoid

Perdarahan Sub Arachnoid (PSA) adalah suatu ekstravasi darah ke ruang subarachnoid dan
selaput arachnoid. PSA primer terjadi bila sumber perdarahan (aneurisma) terletak pada
rongga subarakhnoid dan PSA sekunder adalah bila perdarahan terjadi pada substansi otak
dengan kemungkinan hematoma bocor kedalam CSS melalui robekan ventrikel atau melalui
permukaan otak.

Semoga materi mengenai konsep penyakit meningitis bisa bermanfaat untuk anda semua..

Anda mungkin juga menyukai