Oleh:
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan di Sekolah Tinggi
Ir. Sjechnadarfuddin, MS, selaku dosen pembimbing satu. Ir. Mochamad Fadil,
MS, selaku dosen pembimbing dua. Ir. Sri Yuliasih, selaku Ketua Program Studi
Penyuluhan Pertanian. DR. Ir. Harniati, M.Sc, selaku Ketua Sekolah Tinggi Penyuluhan
Pertanian (STPP) Malang, serta semua pihak yang telah memberikan motivasi dan saran
Akhirnya penulis berharap semoga Karya Ilmiah Penugasan Akhir (KIPA) ini
dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR............................................................................. vi
BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.................................................................. 1
2. Rumusan Masalah............................................................. 4
3. Tujuan................................................................................ 4
4. Kegunaan........................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 64
LAMPIRAN - LAMPIRAN.................................................................. 66
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 10. Materi Kontrak Belajar Agribisnis Petsai Dengan Metode SL............................49
Tabel 11. Jadwal Kegiatan Menejemen Waktu Tanam Agribisnis Petsai ............................51
Halaman
Gambar 3. Folder........................................................................................ 83
Halaman
Lampiran 4. Pet-Lap...................................................................................................73
Lampiran 9. Rekapitulasi Tes Awal dan Tes Akhir Menurut Strata Pendidikan...... 79
Lampiran 10. Rekapitulasi Tes Awal dan Tes Akhir Menurut Strata Umur...............80
1. Latar Belakang
lahan. Kegiatan pada program ketahanan pangan lebih diarahkan pada sub sektor
didukung dengan teknologi produksi yang sesuai dan ramah lingkungan menuju pada
Salah satu bentuk kegiatan intensifikasi pada lahan yang dapat dilakukan
melalui sistem usaha tani agribisnis petsai yaitu dengan melakukan pengelolaan lahan
secara periodik atau kontinyu. Prinsip produksi secara kontinyu sebenarnya bukan hal
baru, dalam industri hal ini merupakan pelancar jalannya usaha dan pemasukan.
Agribisnis tanaman Petsai secara kontinyu yaitu suatu teknik usahatani yang pada
prinsipnya mengatur waktu tanam dan waktu panen secara bergiliran yang sesuai
menerapkan prinsip ini, sehingga tidak perlu menunggu produksi secara musiman
lakukan dengan manipulasi agronominya dengan teknologi yang tepat guna, dengan
tujuan dapat memperoleh peningkatan pendapatan petani (Sjechnadarfuddin dan
Indrawati, 2005).
mempunyai nilai ekonomis tinggi setelah kubis-krop, kubis-bunga dan broccoli, jenis
tanaman ini berkembang pesat di daerah sub-tropis maupun tropis. Sayuran Petsai
merupakan tanaman yang banyak digemari orang, karena mengandung gizi yang
sangat dibutuhkan oleh tubuh, dan setiap hari masyarakat membutuhkan sayuran
Sayuran Petsai ini menjadi pelengkap makanan, selain makanan pokok, lauk –
pauk, hal ini berarti pasar harus memasok sayuran segar setiap hari pula. Untuk
dalam memperbaiki kualitas dan kuantitas produksi pada khususnya tanaman petsai,
salah satunya dengan cara agribisnis dengan sistem tanam secara kontinyu (Berlian
(dalam arti luas), dan sebagai suatu sistem dapat dibagi menjadi beberapa subsistem
disebut off-farm.
sehingga sering terjadi over produksi yang menyebabkan: (1) harga turun, (2) rusak
karena tidak terjual habis, (3) resiko hilangnya modal usaha, (4) pendapatan petani
sehingga harga jual petsai bisa mencapai Rp 5.000,-/kg sedangkan disaat sayuran
petsai sulit didapatkan dipasar, maka harga akan meningkat tinggi yaitu Rp 8.000,-/kg
sampai dengan 10.000,- /kgnya. Dengan melihat pada perbedaan harga tersebut maka
hal ini menjadi peluang dalam usahatani untuk melakukan pengelolaan jadwal tanam
setiap minggu. Pengaturan hal tersebut didasari atas kebutuhan pasar sehingga secara
keluarganya.
penanaman petsai secara kontinu, agar petani dapat melakukan penanaman petsai
tanpa tergantung pada musim tanam, artinya bahwa petani dapat melakukan agribisnis
Rahayu, 2003).
permukaan laut (mdpl) potensi lahan petsai di Kampung Pagaleme yaitu 25 ha dengan
satuan produk rata-rata 10-25 ton/ha, (Dinas Pertanian Kabupaten Puncak Jaya, 2009).
Teknologi agribisnis Petsai yang selama ini dilakukan masyarakat tani di Kampung
Pagaleme masih bersifat konvensional/ tradisional sehingga produksi Petsai yang
dihasilkan tidak optimal dan pendapatan petani masih rendah yaitu 10 ton/ha. Hal ini
teknologi agribisnis Petsai maka, hal ini menjadi landasan pemikiran penulis untuk
menyusun sebuah Karya Ilmiah Penugasan Akhir (KIPA) dengan judul: Bimbingan
Menejemen Waktu Tanam Agribisnis Petsai (Brassica pekinensis L.) Dengan Metode
2 Rumusan Masalah
3 Tujuan
4 Kegunaan
1. Landasan Teoritis
termasuk ke dalam:
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub kelas : Dikotyledonae
Ordo : Papavorales
Famili : Cruciferae atau brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica chinensis L atau B. campestris var. chinensis L
broccoli, dan lobak atau rades; yakni famili Cruciferae (Brassicaceae). Oleh
sebab itu tanamannya hampir sama, terutama pada sistem perakaran, struktur
kesemua arah pada kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara
lain mengisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan
tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun.
membentuk krop. Tanaman petsai umunya mudah berbunga dan berbiji secara
alami, baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Struktur bunga tersusun
bercabang banyak. Tiap kuntum bunga petsai terdiri atas empat helai daun
kelopak, empat helai daun mahkota bunga kuning berwarna cerah, empat helai
lebah maupun tangan manusia. Hasil penyerbukan ini berbentuk buah yang
berisi biji, polong memanjang dan berongga, tiap polong berisi 2-8 butir biji, biji
Pada dasarnya Petsai atau Kubis cina yang umum dibudidayakan terdapat
dua jenis yaitu: a) Petsai atau Petsai-Sin (Brassica pekinensis L.).ciri-ciri petsai
tajam sampai halus, dan membentuk krop bulat, bulat memanjang atau variasi
bentik lainya yang umumnya padat (kompak), b) Pak Choi atau Toi-Sin atau
Caisin (B. chinensis L.) atau juga disebut petsai bunga. Ciri-ciri petsai jenis ini
adalah: daun-daunnya halus (tidak berbulu) atau tidak mempu membentuk krop
(telur). Meskipun ada beberapa varietas Pak Choi berkrop, tetapi kropnya tidak
tinggi, berkualitas baik, mudah di bijikan, dan dapat ditanam di dataran rendah.
Beberapa varietas Petsai asal Taiwan memberi harapan bagi dataran rendah
antara lain No. 4117, 4127, 4242 dan 4243 yang mampu berproduksi cukup
Hasil uji daya adaptasi dan uji daya hasil beberapa varietas petsai dapat
dilepas dengan nama petsai varietas Sangihe yang memiliki keunggulan antara
lain potensi produksi 30 ton/ha, tahan suhu panas, dan cocok ditanam di dataran
rendah. Galur No. 77 M (3) – 40 dilepas dengan nama petsai varietas Talaud
produksinya 29 ton/ha tahan suhu panas dan cocok ditanam di dataran rendah.
antara lain Granat, Naga Oka, Wong Bok, Waka dan Amiliore, bahkan akhir-
akhir ini beberapa negara atau produsen benih sayuran seperti Taiwan, Thailand
dan Jepang telah banyak merakit petsai yang unggul baru, baik petsai hibrida
Sayuran petsai banyak mengandung zat makanan pada setiap 100 gram yang
i. Syarat Iklim
Sayuran petsai yang dikenal sebagai tanaman pada daerah iklim sedang
(sub-tropis), tetapi saat ini dikembangkan pesat di daerah panas (tropis). Kondisi
iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman petsai adalah pada daerah
yang mempunyai suhu malam hari 15,6ºC dan siang harinya 21,1ºC serta lama
varietas petsai tahan (toleran) terhadap suhu panas, dapat tumbuh dan berproduksi
dengan baik di daerah yang suhunya antara 27º - 32ºC. Tanaman Petsai pada
umumnya banyak ditanam di dataran tinggi dan tahan terhadap suhu panas
(tinggi), juga mudah berbunga dan menghasilkan biji secara alami sehingga tidak
Petsai dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, namun paling baik adalah
jenis tanah lempung berpasir; seperti tanah Andosol. Pada tanah yang
mengandung liat perlu pengololaan lahan secara sempurna antara lain, pengolahan
tanah cukup dalam, penambahan pasir dan pupuk organik dalam jumlah banyak.
Syarat tanah yang ideal untuk tanaman petsai adalah: subur, gembur, banyak
mengandung bahan organik (humus), tidak mengenang (becek), tata udara dalam
tanah berjalan dengan baik, dan pH tanah antara 6-7. dari berbagai literatur
bijinya. Untuk lahan seluas satu hektar diperlukan benih antara 500 – 800 gram,
menghemat benih dan mengurangi kematian bibit muda sewaktu awal (fase)
ataupun batu kerikil dengan alat cangkul, tanah di olah sedalam ± 30 cm sambil
sebarkan pupuk kandang yang telah matang dan halus (telah diayak) secara
merata diatas bedengan, (c) menyemai benih: sebelum benih petsai di semai,
bedengan persemaian disiram dengan air bersih sampai cukup basah (lembab),
dengan tanah tipis setebal 0,5 – 1,0 cm. Dapat menyemai secara berbaris
tergantung cara mana yang akan dipakai dalam persemaian, (d) pemeliharaan
secara intensif dan rutin; terutama hal penyiraman 1–2 kali sehari, pemupukan
nitrogen dosis rendah 10 gr/10 liter air dengan cara disiramkan pada umur lima
hari setelah semai, dan penyemprotan pestisida selektif pada dosis rendah (30% -
50%) dari dosis anjuran bilamana ada serangan hama dan penyakit yang diduga
Lahan untuk kebun petsai dapat dipilih bekas padi sawah ataupun tegalan.
menekan atau memutus siklus hama dan penyakit, waktu yang terbaik untuk
penyiapan lahan diatur minimal dua minggu (15 hari) sebelum tanam atau dapat
juga bersamaan dengan waktu semai benih. pengolah tanah dengan cangkul atau
cm (Rukmana, 1994).
bulan dengan ciri mempunyai 4-5 helai daun. Jarak tanam yang digunakan
pada sore hari agar kelembapan tanah dapat dipertahankan. Pemeliharaan tetap
(Anonymous, 2005).
Oleh karena itu, perlu adanya penanganan khusus atau penerapan sistem
budidaya yang sesuai agar produksi sayuran dapat tersedia setiap saat.
(OPT) ini dilakukan secara terpadu, yakni melalui penerapan pengendalian cara
alami, hayati (biologi), fisik dan mekanik serta jurus terakhir pengunaan
sampai coklat. Gejala serangan ulat tanah: tanaman atau tangkai daun
kelabu, lama siklus hidup hama ini ± 21 hari. Gejala serangan: daun
keemasan berbentuk”Y” pada sayap depan. Ciri khas ulat jengkal adalah cara
jalanya seperti sedang menjengkal. Tanaman inang utama hama ini adalah
Gejala serangan penyakit ini adalah pada daun terdapat bercak-bercak kecil
kecil berwarna kelabu-gelap yang meluas dengan cepat jamur ini tampak
sepusat dalam bercak tersebut, bila bercak berwarna hitam (gelap), maka
dalam ujung tepi daun, menyebabkan tepi daun berubah warna dari hijau
saprofit dalam tanah, dan menular (menyebar) melalui bantuan air (irigasi),
Cruciferae)
Gejala serangan dapat diamati pada bagian akar di bawah permukaan tanah
maupun tanaman di atas permukaan tanah. Pada akar tanaman yang terserang
tertentu, dan kekurangan produk pada periode waktu yang lain. Untuk produk
pertanian bentuk segar yang tidak dapat disimpan lama penyedian produk
komoditas petsai.
menejemen produksi bagi pelaku usaha atau petani adalah untuk memperoleh
harga jual yang stabil dan pasti, di samping juga untuk memuaskan atau mengikat
Konsep menejemen produksi dimana hasil panen usaha produksi petsai oleh
petani dijual dalam bentuk segar, kemudian didistribusikan oleh pelaku usaha
tidak mungkin untuk mengatur pasokan produk dan untuk menjaga stabilitas
dipasar (Anonymos,2009).
e. Produksi
batang, daun, bunga dan buah. Hasil tanaman yang dapat dikonsumsi secara
pertanian) adalah kemampuan manusia untuk mengelola semua sumber daya yang
ada agar didapatkan nilai tukar uang tertinggi dari satuan luas lahan pertanian
f. Pupuk Organik
Sumber pupuk organik dapat berasal dari kotoran hewan, bahan tanaman
dan limbah, misalnya: pupuk kandang (ternak besar dan ternak kecil),hijauan
Pupuk organik adalah bahan pembenah tanah yang paling baik dan alami
jumlah cukup yang sangat diperlukan pertumbuhan tanaman, nitrogen dan unsur
hara yang lain dilepas oleh bahan organik secara perlahan-lahan melalui proses
minerilisasi. Dengan demikian apabila diberikan secara berkesinambungan maka
memahami dengan jelas tentang pertanian. Pertanian adalah proses produksi khas
yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Adapun unsur-
nusur pokok dalam suatu usahatani adalah: (a) proses produksi, (b) petani, (c)
usaha tani, dan (d) usaha tani sebagai perusahaan. Sedangkan syarat pokok yang
diperlukan dalam sebuah usaha tani adalah: (a) pasar untuk hasil usaha tani, (b)
teknologi yang sementara berubah, (c) tersedianya sarana produksi secara lokal,
(d) perangsangan modal produksi bagi petani, (e) pengangkutan untuk hasil panen
(Mosher, 1991).
h. Harga Jual
Pada setiap periode tanam petani akan menerima harga jual persatuan luas
yang diperolehnya, semuanya kemudian dinilai dengan uang. Tetapi tidak semua
hasil ini diterima oleh petani kerena harga jual yang diperoleh petani tidak begitu
dalam usaha tani seperti: benih, pupuk, obat-obatan, biaya pengolahan tanah,
biaya upah tenaga kerja, dan biaya panen yang biasa berupa bagi hasil (Daniel,
2002).
i. Panen
Menurut Haryanto, Tina dan Rahayu (1995), tanaman petsai siap panen
apabila umurnya cukup tua dengan ciri-ciri lain sesuai dengan karateristik
varietasnya, krop berukuran besar, padat dan kompak, umur ± 2 bulan sejak benih
dibayar konsumen. Pada umumnya tata niaga dengan rantai pemasarannya yang
beraneka ragam perlu mendapat perhatian yang serius dalam pengembangan dan
2. Aspek Sosial
Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan
dan keluarganya agar mereka mengetahui dan memiliki kemampuan serta mampu
pertanian merupakan suatu ilmu sosial yang mempelajari sistim dan proses
tersebut dapat tercapai apa yang diharapkan sesuai dengan pola atau rencananya.
non formal atau suatu sistim pendidikan diluar sistim persekolahan yang biasa,
pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu
(Sjechnadarfuddin, 2007).
b. Tujuan Penyuluhan
mengusahakan usahanya ke arah beruasaha tani yang lebih baik (better farming),
untuk mencapai tujuan tertentu yang merupakan tujuan bersama. Baik ditinjau
(Mardikanto,1981).
mitra kerjanya.
Without Walls), artinya belajar pada situasi nyata di lapangan. Sekolah lapangan
Proses pembelajaran seperti ini disebut juga cara belajar lewat pengalaman.
sama dan sikap kemitraan, dan (6) meningkatkan kemampuan petani dalam
(DEPTAN, 2003).
d. Metode Penyuluhan
Metode penyuluhan pertanian adalah suatu cara/teknik penyampaian
materi penyuluhan secara sistematis hingga mudah dimengerti dan diterima oleh
sasaran. Metode yang digunakan harus semudah mungkin dan sebanyak mungkin
sesuai dengan keadaan sasaran, (2) cukup kualitas dan kuantitas, (3) tepat
mengenai sasaran dan waktu, (4) materi akan lebih mudah diterima dan
tanam agribisnis petsai, metode yang diterapkan yaitu sistem daur AKOSA
e. Media Penyuluhan
pertanian terdiri dari : (1) media cetak yaitu media dalam teknik komunikasi pada
contoh media cetak yang sering digunakan sebagai media penyuluhan seperti :
surat kabar, brosur, leaflet dan folder, (2) media pandang terdiri dari: radio,
televisi, video, gambar terproyeksi (film, slide. Overhead), (3) media statis terdiri
dari poster, peta singkap, peta dinding, peta papan tulis dan pameran, sedang
f. Materi Penyuluhan
petani dan diharapkan dapat memecahkan masalah yang dihadapi oleh petani.
Penyuluhan pertanian diharapkan mampu (1) menciptakan rakitan paket teknologi
mempercepat transfer teknologi dan adopsinya oleh petani dan para pengguna
g. Sasaran Penyuluhan
sangat tergantung dari sasaran penentu : (1) pejabat pemerintah, (2) para
ilmuwan, (3) lembaga perkreditan, (4) produsen penyalur dan pengecer sarana
alat-alat pertanian, (5) lembaga pengusaha dan atau industriawan yang mengolah
hasil pertanian, (6) lembaga-lembaga pemasaran, (7) serta lembaga lain yang
h. Evaluasi Penyuluhan
atau memberi nilai suatu kegiatan penyuluhan pertanian yang didasari atas
dilakukan terhadap hasil yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif serta harus
mencapai enam pokok yang perlu diperhatikan: (1) tujuan dari program
mencapai tujuan tersebut, (3) pengumpulan, analisa dan interprestasi data yang
sah dan terpercaya, yang menunjukan apa yang terjadi sebagai akibat dari
tindakan yang dilakukan, (4) membandingkan hasil yang diharapkan dan yang
data yang ada dilapangan, salah satu cara mengumpulkan data adalah kuisioner
menjadi enam tingkatan: (1) sekedar tahu, dengan mendengar atau melihat sesuatu
dapat menyebutkannya kembali, tetapi tidak dapat menjelaskan lebih lanjut, (2)
mengerti, orang tersebut dapat menerangkan dan dapat pula memberi contoh
dengan kata-katannya sendiri dari apa yang pernah didengar atau dilihat, (3) dapat
atau permasalahan yang rumit, dapat diuraikan olehnya dengan jelas, (5) dapat
dapat membentuk ide baru, (6) dapat mengevaluasi, berarti petani sudah dapat
dari pre tes dan pos tes saja. Untuk memenuhi azas akuntabilitas dan
sumber daya manusia, dana, material, waktu, teknologi, lahan, (2) Proses (proses),
produk/jasa (fisik dan atau non fisik seperti peningkatan pengetahuan) sebagai
yang digunakan, (4) Hasil (outcomes), adalah segala sesuatu yang mencerminkan
sebagainya. Dapat berupa tersediannya fasilitas yang dapat diakses oleh publik,
dan (6) Dampak (impacts), adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi,
lingkungan atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian kinerja
tingkat pengangguran.
BAB III
METODOLOGI
a. Lokasi
b. Waktu
Bahan yang akan digunakan dalam bimbingan penyuluhan adalah alat tulis
(spidol, bolpoin), kertas, folder, benih petsai, pupuk organik, pestisida nabati dan
kuisioner.
2. Pelaksanaan Penyuluhan
a. Identifikasi Masalah
lapangan yang mencakup berbagai aspek dan sistem agribisnis sayuran petsai yang
selama ini diterapkan serta permasalahan yang terjadi yaitu pada pemasaran hasil
produksi petsai, ketika terjadi over produksi maka harga jual dipasar sangat murah
dan petani tidak mampu menentukan harga dan harga jual ditentukan oleh pasar itu
Kelompoktani Makmur.
b. Pemecahan Masalah
dimaksudkan agar petani dapat mengadopsi cara penanaman petsai secara kontinyu
dengan sistim tanam perminggu dan panen pun tiap minggu dimana telah
di Kampung Pagaleme, sehingga tidak terjadi over produksi yang selama ini
c. Pelaksanaan Penyuluhan
Jaya, dan meliputi: luas lahan 118.75 m², maka lahan tersebut dibagi menjadi 12
petak, masing-masing berukuran 2,5 x 2,5 m = 6,25 m² dan ditambah 0,5 untuk
parit/dranise. Sarana produksi yang diperlukan adalah: (1) benih petsai (varietas
white sun) 43,75 gr, (2) pupuk bokasi 5 kg/petak = 75 kg, (3) pestisida nabati 2
liter, (4) peralatan (cangkul, sabit, sekop, meter, timbangan, dan tali rafia).
b). pembuatan bedengan ukuran 2,5 x 2,5 m sebanyak 12 petak dan diberi kode
pada petak K1 , K2 sampai petak K12 dapat disajikan pada Gambar 1.
2,5 0,5
K1 K2 K3
K7 K8 K9
7,5m + 2m = 9,5
Keterangan:
K1, K2.........K12 : Petak tanaman petsai berukuran 2,5m x 2,5m
Luas lahan : 118,75 m²
Demplot : Demonstrasi Plot
d). persemaian benih hingga berdaun 4-5 helai atau ± satu bulan,
e). penanaman pada tiap petak dapat diatur dengan perbedaan waktu antar petak
sekitar 1 minggu.
Setelah penanaman pada petak pertama (minggu IV), seminggu kemudian
dilakukan penanaman pada petak kedua (minggu V), begitu seterusnya benih yang
pestisida nabati,
1) Pada minggu pertama, kedua dan ketiga kegiatan yang dilakukan adalah
pengolahan tanah pada petak kesatu, kedua dan ketiga dan persemaian benih
masing-masing petak.
2) Pada minggu keempat mulai melakukan penanaman pada petak kesatu dan
3) Pada minggu kelima, persemaian benih, pengolahan tanah pada petak kelima dan
penanaman pada petak kedua, penyiangan dan pemupukan pada petak kesatu,
4) Kegiatan minggu keenam mulai padat, yaitu pengolahan tanah dan persemaian
pada petak keenam, penanaman pada petak ketiga, pemupukan dan penyiangan
5) Kegiatan selanjutnya dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dengan
pertama dipanen pada minggu IX, dan seterusnya hingga pada petakan ke 12
secara berkesinambungan serta akan kembali pada petak pertana untuk melakukan
dibero selama 4 minggu dan pada minggu ke XIII baru dilakukan pengolahan
tanah dan persemaian benih pada petak 1 serta minggu berikutnya pada petak 2
memecahkan masalah dalam membuat suatu rencana kegiatan usaha tani terutama
pada usaha agribisnis petsai. Adapun definisi operasionalnya sebagai berikut: (1)
petani dalam kajian ini adalah kelompok tani yang mengerjakan usahatani
agribisnis petsai dengan metode SL diambil dari kelompok tani yang ada di
kampung pagaleme, (2) bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang
terus menerus dan sistimatis kepada individu dalam memecahkan masalah yang
agribisnis petsai sistim kontinyu adalah suatu teknik budidaya yang pada
prinsipnya mengatur waktu tanam dan waktu panen secara bergiliran yang sesuai
dengan jadwal pengelolaan produksi, (4) biaya produksi adalah semua biaya atau
produksi yang dinyatakan dalam rupiah, (5) K1.K2,K3. .....dan seterusnya sampai
K12 adalah petak tanaman petsai, (6) petani petsai adalah pelaku utama yang
kelompoktani adalah sekumpulan orang yang tergabuang dalam satu wadah untuk
komoditi tanaman satu satuan unit keluarga, dan (9) sekolah lapangan adalah
makmur yang ada di Kampung Pagaleme Distrik Mulia Kabupaten Puncak Jaya.
SD, dan kepemilikan lahan dengan luasan 0,04 - 1 ha. Maka besarnya sampel
ditentukan dengan mengambil 15 orang dari total populasi yang memenuhi syarat-
dari studi pustaka, maupun data dari Instansi/Dinaspertanian, BPP serta sumber-
terhadap produksi pertanian terutama tanaman petsai diperlukan data dari tingkat
petani.
IDENTIFIKASI MASALAH
Rumusan masalah
Bagaimana meningkatkan pengetahuan petani tentang
menejemen waktu tanam agribisnis petsai dengan metode SL
Penyuluhan
(Pre Test)
Tujuan :
Untuk meningkatkan pengetahuan petani tentang
menejemen waktu tanam agribisnis petsai
Materi :
Bimbingan Menejemen waktu tananam
Agribisnis Petsai
Post Test
a. Penetapan Materi
BPP Distrik Mulia dan hasil survei yang telah dilakukan, dimana kampung
petsai. Alasan pengambilan materi ini adalah: (a) sesuai kebutuhan sasaran, (b)
teknologi cukup sederhana, (c) menghemat kebutuhan biaya produksi dan dapat
mengatur waktu tanam, dan (d) kurangnya pengetahuan petani dalam teknik
folder merupakan bahan bacaan yang singkat, jelas dan mudah dibawa kemana-
agribisnis petsai dengan metode Sekolah Lapangan (SL) adalah : (1) metode
mengungkapkan pikiran dan perasaan serta tanya jawab sehingga materi lebih bisa
sasaran tentang cara agribisnis mulai dari awal sampai dengan akhir kegiatan
Tujuan agar petani dapat membuat jadwal pengelolaan produksi petsai secara
kontinyu, serta ingin mengetahui apakah metode, teknik, media dan materi yang
i. Persiapan
penyuluhan.
ii. Pelaksanaan
Penyuluhan dilaksanakan pada bulan April s/d Mei 2009 pada kelompok
Papua yang disusun sesuai dengan materi dan sasaran. Sebelum kgiatan dimulai
perlu diberi tes-awal (pre-test) untuk mengetahui tingkat pengetahuan pada saat
iii. Evaluasi
sejauh mana tujuan yang diinginkan telah dapat dicapai, sehingga dapat
diketahui perbandingan antara tujuan yang telah dicapai dengan rencana yang
dengan memberikan tes awal untuk mengetahui pengetahuan awal bagi petani
proses penyuluhan maka diberikan tes akhir dengan tujuan untuk mengetahui
disampaikan.
penilaian benar diberi nilai 5 benar dan salah diberi nilai 1. Untuk memenuhi
tertinggi 100 jika jawaban benar semua dan nilai terendah 20 jika jawaban salah
Ps - Pr
EPP = x 100 %
(N.5.Q) - Pr
Keterangan:
Ps = Post test
Pr = Pre test
N = Jumlah responden
Q = Jumlah pertanyaan
BAB IV
Mulia Kabupaten Puncak Jaya Provinsi Papua, yang dijadikan sebagai tempat
pelaksanaan Karya Ilmiah Penugasan Akhir (KIPA). Pemilihan lokasi ini secara
dengan Kampung Kulirik Distrik Mulia, dan sebelah timur berbatasan dengan
b. Luas Wilayah
Luas wilayah Kampung Pagaleme 1009 ha, yang terbagi dalam kawasan
pemanfaatan lahan kering dan basah sebagai sentral produksi tanaman pangan dan
permukaan laut (mdpl) dengan suhu rata- rata 10 – 24,5 ° C, dan jarak tempuh ke
c. Aspek Alamiah
i. Keadaan Tanah
Keadaan tanah Kampung Pagaleme berdasarkan data monografi
digunakan untuk hutan yaitu 63,04 %, lahan basah/sawah yaitu 16,45 % dan
tanaman buah-buahan.
pendapatan suatu fungsi kawasan. Prosentase luas kawasan terbangun dan non
terbangun didasarkan atas besar kecilnya nilai perbandingan dengan luas total
mempunyai berbagai potensi sebagai berikut: (a) keberadaan bukit dan pertanian
penduduk yang sebagian besar digunakan untuk kandang ternak, dan (c) saluran
berpotensi untuk menghasilkan produksi padi 3-4 kali musim tanam per tahun.
dapat dikategorikan dengan luasan lahan yaitu sangat subur 104,598 ha, subur
61,443 ha, dan dengan tingkat kesuburan sedang mencapai 154,754 ha data
pada peningkatan produksi sayur - sayuran, hal ini ditunjang dengan keberadaan
Tabel 4.
masyarakat Kampung Pagaleme masih kuat. Hal ini bisa dianalisis dari banyaknya
swadaya. Kegiatan-kegiatan keagamaan yang masih kuat yang sering dilakukan oleh
didukung oleh alam pertanian yang merupakan daya tarik wisata tersendiri, terutama
yang terkait dengan wisata pedesaan. Kemauan masyarakat yang besar dalam bekerja
suatu wilayah. Seiring dengan iklim, jenis tanah dan ketersediaan air yang melimpah
Pagaleme dalam angka tahun 2009, jumlah penduduk mencapai 2.138 jiwa, yang
terdiri dari jenis kelamin laki-laki berjumlah 1.320 orang, jenis kelamin perempuan
mencapai 818 orang, dan dengan jumlah Kepala keluarga 1.010 Kepala keluarga
pada Tabel 6.
Tabel 6. Klasifikasi Umur Tenaga Produktif
No Klasifikasi Tenaga Jumlah Persen (%)
Produktif (orang)
1. 20 – 29 776 37,13
2. 30 – 39 564 27,91
3. 40 – 49 424 20,60
4. 50 - 59 374 13,83
Jumlah 2.138 100,00
Sumber : Monografi Kampung Pagaleme, Distrik Mulia, Kab.Puncak Jaya, Provinsi Papua 2009.
memiliki jenis pekerjaan yang berbeda-beda, ada yang berprofesi di sektor pertanian,
jasa, perdagangan, dan lain-lain. Klasifikasi penduduk berdasarkan tenaga kerja dan
Sesuai dengan Tabel 8 diatas maka tingkat pendidikan yang ada di Kampung
Pagaleme sangat bervariasi yaitu yang tidak tamat sekolah sebesar 6,0 % , yang
hannya tamat SD 33,0 % , yang tamat SLTP 30,0 % ,yang tamat SLTA 26,0 % dan
yang tamat perguruan tinggi 5,0 % dengan menganalisis keadaan di atas maka
g. Keadaan Responden
Responden terdiri dari seluruh anggota kelompok Tani Makmur sebanyak
15 orang petani yang dijadikan sebagai responden dalam kegiatan sekolah lapangan
Pagaleme dengan jumlah anggota 50 orang dan tergolong dalam kelas pemula,
aktivitas kelompok ini sangat baik dan terkordinir oleh ketua kelompok Bapak
Kelompok tani makmur memiliki pengurus atau struktur organisasi yang jelas dan
terdaftar di Dinas Pertanian dan Perkebunan Kaabupaten Puncak Jaya Provinsi Papua.
2. Hasil Penyuluhan
a. Langkah-langkah Kontrak Belajar SL
Materi penyuluhan dibuat berdasarkan kebutuhan pelaku utama dan pelaku
usaha (petani) berdasarkan UUSP3K pasal 27 ayat (1). Oleh karena itu disusun
Makmur yang berada pada Kampung Pagaleme Distrik Mulia Kabupaten Puncak Jaya
Provinsi Papua yang pelaksanaannya dimulai dari tanggal 13 April s/d 30 Mei 2009,
dengan melakukan pembuatan demplot dilahan petani sebagai wadah tempat belajar
petani sedangkan waktu kegiatan di sesuaikan dengan jam kerja petani yaitu mulai
dari jam 07.00 s/d 11.00 Wit dengan tingkat kehadiran 15 orang petani, pada kegiatan
ini petani sangat antusias menerima materi yang langsung diterapkan dengan
teknologi usahatani yang telah di rancang sehingga produksi petsai dapat tersedia
secara kontinyu dipasar dan permasalahan petani khususnya pada pemasaran hasil
kegiatan agribisnis petsai pada demplot ini tidak sampai panen hasilnya hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: (1) waktu kajian/penelitian bersamaan dengan
pemilihan legislatif dimana sebagaian besar anggota kelompok tani makmur terlibat
sebagai tim sukses caleg, sehingga waktu kegiatan SL menjadi mundur dan baru
dimulai pada tanggal 13 April 2009, dan (2) waktu yang di tentukan oleh akademik
yaitu sampai pada Bulan Mei 2009 penyuluhan sudah selesai dan harus kembali ke
kampus, sehingga kegiatan penyuluhan tidak sampai pada panen hasilnya, namun
makmur sesuai dengan jadwal yang telah dibuat dan didampingi oleh PPL setempat
petsai, karena selama ini kelompoktani tidak pernah membuat catatan usahatani yang
lebih rinci, dan pelaksanaannya pada tanggal 26 Mei 2009 jam 09.00 sampai selesai
dirumah ketua kelompok tani makmur, dengan memperhitungkan segala biaya maka
sangatlah menguntungkan dalam usahatani agribisnis petsai tersebut dan catatan
usaha tani ini menjadi motifasi/darongan bagi kelompok tani makmur yang ada di
Kampung Pagaleme Ditrik Mulia Kabupaten Puncak Jaya Provinsi Papua untuk lebih
5) Pada pertemuan pertama (I) pada tanggal 13 s/d 25 April 2009, Materi Agribisnis
Petsai dengan metode SL yaitu: pembuatan demplot pada lahan petani dengan
kegiatan yang dilakukan adalah persiapan lahan, pembersihan, pengukuran
dengan luasan lahan 118,75 M², pengolahan tanah dengan cangkul secara
keseluruhan, pembuatan bedengan K1 s/d K6, pemupukan dengan pupuk kompos
perpetak 5 kg dan persamaian benih petsai untuk petak 1 pada besek. Waktu kerja
07.00 s/d 10.30 wit disajikan pada Gambar 3.
2,5 0,5
K1 K2 K3
10m + 2,5m = 12,5
K4 K5 K6
K7 K8 K9
7,5m + 2m = 9,5
Gambar 3. Denah Petakan/ Bedengan Agribisnis
Petsai
6) Pada pertemuan kedua (II) tanggal 27 s/d 2 Mei 2009, Kegiatan: Pembuatan
bedengan K7 s/d K12, pemupukan dengan pupuk kompos dan persamaian benih
petsai untuk petak 2 pada besek. Waktu kerja 08.00 s/d 10.00 Wit,
7) Pada pertemuan ketiga (III) tanggal 4 Mei 2009, Kegiatan: persamaian benih
petsai untuk petak 3 pada besek. Waktu kerja 08.00 dilanjutkan dengan diskusi
8) Pada pertemuan keempat (IV) tanggal 11 s/d 16 Mei 2009, Kegiatan: persamaian
benih petsai untuk petak 4 pada besek, mulai melakukan penanaman pada petak
kesatu, dan pengairan pada petak.Waktu kerja 08.00 s/d 10.00 Wit,
9) Pada pertemuan kelima (V) tanggal 18 s/d 19 Mei 2009, Kegiatan: persamaian
benih petsai untuk petak 5 pada besek, dan mulai melakukan penanaman pada
petak kedua, penyiangan dan pemupukan pertama pada petak 1, serta pengairan
disesuaikan dengan kebutuhan pada petak.Waktu kerja 08.00 s/d 10.00 Wit,
10) Pada pertemuan keenam (VI) tanggal 25 s/d 27 Mei 2009, Kegiatan: persamaian
benih petsai untuk petak 6 pada besek, mulai melakukan penanaman pada petak
alasan waktu penelitian telah selesai namun kegiatan dilanjutkan sesuai dengan
jadwal yang telah diberikan pada ketua kelompok tani makmur, dengan demikian
dipanen pada minggu IX, dan seterusnya hingga pada petakan ke 12 secara
meminimalisir produksi petsai yang selama ini menjadi permasalahan para petani,
lusan lahan 118,75 m² dibagi 12 petak maka per petak berukuran 2,5 m x 2,5 m dengan
jarak tanam 25x25 cm, sehingga akan menghasilkan 121 tanaman petsai dengan berat
rata-rata 1,5 kg dan harga perkg ditingkat pasar Rp.8.000,- maka dengan luasan tersebut
akan menghasilkan nilai tukar uang sebesar Rp.1.452.000,- untuk lebih jelasnya analisis
finansial dalam bimbingan pada Kelompoktani Makmur dengan lusan lahan 118,75 m ².
Analisis finansial dibuat agar petani dapat menghitung biaya selama satu musim tanam,
sumber pendapatan dan nilai usaha agribisnis. Penentuan koefisien teknis ini
didasarkan pada usaha luasan 118,75 m² , yang dapat ditentukan sebagai berikut: (a)
jarak tanam : 25 cm x 25 cm, (b) presentase tanaman hidup : 90%, (c) produktivitas
rata-rata : 1,5 – 2,0 kg/tanaman, (d) total produksi petsai : 1452 tanaman, (e)
produksi tanaman 1 kg Rp. 8.000,- dan (f) interval panen 1 minggu sekali, biaya
produksi Rp 7.481.500,-
Makmur sebagai acuan dalam perhitungan analisis finansial tersebut, dimana asas
pendapatan. Harga-harga yang tersebut dalam perhitungan ini merupakan harga yang
disurvei pada tahun 2009, sedangkan tanah yang digunakan diasumsikan sebagai
sewa.
b. Analisis Pendapatan
Dengan luas lahan 118,75 m² dibagi 12 petak x 121 tanam = 1452 tanam x 1,5
kg = 2178 kg, harga petsai segar bervariasi sesuai mutunya, dalam perhitungan ini
diasumsikan harga petsai per kg Rp 8.000,-. Maka dapat dihitung (2178 x Rp 8.000,-
= 17.424.000,-)
= Rp. 9.942.500,-
Jadi rata-rata pendapatan yang diperoleh oleh petani dalam satu kali musim tanam
Artinya, dari biaya yang dikelurkan sebesar Rp. 7.481.500,- akan diperoleh hasil
penjualan sebesar 2,32 kali lipat, sehingga sangat layak untuk diusahakan.
efektif.
4. Hasil Kuisioner
a. Data Pre Test dan Post Test Berdasarkan Strata Umur
Tabel 12. Peningkatan Pengetahuan Petani Tentang Agribisnis Petsai Dengan
Metode Sekolah Lapangan menurut umur
No Strata Umur Jumlah Rerata Pre Test Rerata Post Test
(Thn) (Orang) Nilai Kategori Nilai Kategori
1. 20 - 39 5 45,6 Cukup 83,2 Sangat baik
2. 40 - 49 6 50,8 Cukup 84,1 Sangat Baik
3. 50 - 59 4 48,0 Cukup 74,0 Baik
Jumlah 15 144,4 - 241,3 -
tidak langsung (data sekunder) terlihat bahwa: (1), gambaran data karakteristik lahan
dan iklim yang merupakan acuan dalam mendukung kegiatan penyuluhan dengan
Mulia Kabupaten Puncak Jaya Provinsi Papua dan (2), sumberdaya manusia merupakan
potensi yang tersedia termaksuk tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 7. Tenaga kerja
umur produktif 33,3% dengan umur antara 20 – 39 tahun, dan 40,0% yang berumur
antara 40 – 49 tahun.
Kabupaten Puncak Jaya Provinsi Papua sebagai berikut: (a) metode Sekolah Lapangan
sangat membantu petani dalam kegiatan agribisnis petsai, dan (b) pengunaan jadwal
pengelolaan produksi petsai yang diterapkan oleh petani akan menghasilkan produksi
sayuran petsai secara kontinyu pula, sehingga permintaan pasar dapat terpenuhu, dan
(3) pada analisis finansial dengan luas lahan 2,5 m x 2,5 m akan menghasilkan uang
sebesar Rp.1.452.000,-
6. Evaluasi Penyuluhan
a. Evaluasi Tingkat Umur
Evaluasi yang digunakan dalam pelaksanaan Sekolah Lapangan ini untuk
pengetahuan yang telah dilaksanakan dengan membandingkan hasil tes awal dan tes
akhir. Tes awal dilakukan untuk mengetahui pengetahuan dasar yang dimiliki petani
yang berhubungan dengan materi menejemen waktu tanam agribisnis Petsai sedangkan
tes akhir dilakukan untuk mengetahui tingkat daya serap petani terhadap materi yang
pada Lampiran 10. Hal ini berarti telah terjadi proses pembelajaran yang baik pada
bahwa walaupun kemampuan belajar orang dewasa semakin menurun, bukan merarti
berhenti sama sekali bahkan masih dapat terus disempurnakan dengan semakin banyak
belajar orang dewasa harus dipenuhi dengan beberapa prinsip yaitu keinginan belajar,
pada strata pendidikan SD, baik dari nilai rata-rata tes awal maupun tes akhir sehingga
pada hasil tes akhir tidak ditemukan petani yang memiliki pengetahuan kategori
kurang. Peningkatan pengetahuan sangat berarti dicapai pada kategori kurang menjadi
Metode Sekolah Lapangan yang dilaksanakan pada Bulan April s/d Bulan Mei 2009,
ketepatan waktu tersebut berdasarkan pada Programa BPP Kabupaten Puncak Jaya
waktu tanam agribisnis petsai bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan petani. Pada
dasarnya efektivitas penyuluhan dapat diukur berdasarkan tiga aspek yakni efektifitas
Akan tetapi untuk efektivitas program membutuhkan waktu lebih dari 1 tahun sehingga
membanding tes awal dan tes akhir adapun peningkatan pengetahuan sasaran terhadap
materi Sekolah Lapangan yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 menunjukan nilai tes awal 725 sedangkan rerata 48,26 pada kriteria
cukup. Tes akhir menunjukan jumlah nilai 1237 dengan rerata 82,4 pada kriteria sangat
baik. Hal ini menunjukan terjadi peningkatan pengetahuan dengan penambahan nilai
512 dengan rerata 34,13 materi yang disampaikan pada sasaran dapat diadopsi dan
berpengaruh pada pengetahuan selurus anggota kelompok tani makmur dengan nilai
Ps - Pr
Efektivitas Peningkatan Pengetahuan = ------------- X 100%
(N.5.Q) - Pr
= 1.237 – 725 x 100%
(15.5.20) – 725
= 512 x 100%
775
= 66,49% (Efektif)
Keterangan:
N = Jumalah responden
sehingga kemampuan menerima inovasi atau materi teknologi agribisnis lebih mudah
dalam merespon karena mengunakan metode Sekolah Lapangan artinya bahwa petani
membimbing Kelompoktani dalam hal agribisnis dengan metode Sekolah Lapangan ini
di suluhkan pada seluruh petani sayuran petsai yang berada di daerah Distrik Mulia
pada khususnya dan Kabupaten Puncak Jaya pada umumnya serta dapat membantu
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil bimbingan menejemen waktu tanam agribisnis petsai dengan
Distrik Mulia Kabupaten Puncak Jaya Provinsi Papua, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
waktu tanam, dan waktu panen yang sesuai dengan jadwal pengelolaan.
b. Tingkat pendidikan berhubungan nyata terhadap adopsi petani dalam melakukan
yang diberikan.
penjualan sebesar 2,32 kali atau hasil didapat sebesar 232% dari modal yang
dikeluarkan.
2. Saran
a. Bagi petani, diharapkan inovasi tentang agribisnis petsai dengan produksi secara
b. Bagi Penyuluh, diharapkan agar ada tindak lanjuti dan bimbingan pada
Den Ban V dan H.S Hawkins, 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius, Yogyakarta
Dinas Pertanian Kabupaten Puncak Jaya, 2008. Data Potensi Wilayah dan Komoditi.
Djumhur,I dan Surya M, 1975. Bimbingan dan Penyuluhan. Cv. Ilmu. Bandung
Eko Haryanto Tina S dan Estu Rahayu. (1995). Budidaya Kacang Panjang, Penebar
Sawadaya, Jakarta
Haryanto, Tina.S, dan Rahayu, 1995. Budidaya Petsai. Penebar Swadaya. Jakarta
Manta. 2004. Filsafat Penelitian dan MetodePenelitian Sosial. Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Mosher, A.T. 1999. Mengerakan dan Membangun Pertanian. CV. Yasaguna, Jakarta
Nur Berlina, Venus Ali, Estu Rahayu dan h. Henro. S, 2003. Budidaya wortel secara
Kontinyu. Penebar sawadaya, Jakarta
Sjechnadarfuddin dan Temy Indrawati. 2005. Modul Sistem Pertanian. STPP Medan
Suriatna. 1988. Metode Penyuluhan Pertanian. PT. Mediatama Sarana Perkasa, Jakarta
1. Nama : ………………………………………………………………
2. Umur :……………………………………………………………….
3. Jenis kelamin:……………………………………………………………….
4. Agama :……………………………………………………………….
5. Alamat :……………………………………………………………….
6. Jumlah keluarga :.........................................................................................orang
7. Tingkat pendidikan : SD/SMP/SMA/PT
- kursus :……………………………………………………………….
- pelatihan :……………………………………………………………….
8. Pekerjaan
- utama :………………………………………………………………..
- sampingan :………………………………………………………………..
9. Kepemilikan lahan
- luas lahan :..................................................................................................
- sawah :..................................................................................................
- tegalan :..................................................................................................
- pekarangan :..................................................................................................
- lahan milik sendiri:..................................................................................................
10. Jenis komoditas yang diusahakan
- tanaman pangan :...............................................................................................ha
- perkebunan :...............................................................................................ha
11. Jenis ternak yang diusahakan
- sapi, ayam, babi :............................................................................................. ekor
12. Jabatan dalam kelompok : .............................................................................
13. Nama kelompoktani : ..............................................................................
Tanda tangan
(...................................................)
INFORMASI POKOK
Judul : Bimbingan Menejemen Waktu Tanam Agribisnis Petsai Dengan Metode Sekolah
Lapangan Terhadap Kelompoktani Makmur Dalam Rangka Peningkatan
Produktivitas Usahatani Kelompok.
PET-LAP
Pemberantasan -
Bila tampak ada serangan hama penyakit
Hama dan penyakit
Panen - - - - - - - - 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Ket: angka dalam kolom menunjukan nomor petak
I – IV adalah minggu, dan 1 – 12 adalah petak produksi
1) Pada minggu pertama, kedua dan ketiga kegiatan yang dilakukan adalah pengolahan
tanah pada petak kesatu, kedua dan ketiga dan persemaian benih masing-masing petak.
2) Pada minggu keempat mulai melakukan penanaman pada petak kesatu dan pengolahan
tanah pada petak keempat dan persemaian benih,
3) Pada minggu kelima, persemaian benih, pengolahan tanah pada petak kelima dan
penanaman pada petak kedua, penyiangan dan pemupukan pada petak kesatu,
4) Kegiatan minggu keenam mulai padat, yaitu pengolahan tanah dan persemaian pada
petak keenam, penanaman pada petak ketiga, pemupukan dan penyiangan pada petak
kedua.
5) Kegiatan selanjutnya dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dengan
demikian pemanenan dapat dilakukan secara kontinu setiap minggu. Petak pertama
dipanen pada minggu IX, dan seterusnya hingga pada petakan ke 12 secara
berkesinambungan serta akan kembali pada petak pertana untuk melakukan pengolahan
tanah dan persemaian benih.
6) Setelah panen petak 1, 2, 3, dan 4 pada minggu ke IX – minggu XII petakan dibero
selama 4 minggu dan pada minggu ke XIII baru dilakukan pengolahan tanah dan
persemaian benih pada petak 1 serta minggu berikutnya pada petak 2 dan seterusnya
sampai petak ke12.
4. Gladi/Pedalaman Materi
Baca dengan cermat landasan kerja untuk meningkatakan pengetahuan dan keterampilan serta
perkembangkan pemikiran untuk memahami kegiatan menejemen waktu tanam agribisnis
petsai (diskusikan)
5. Evaluasi
3 peserta yang mewakili yaitu bercerita tentang menejemen waktu tanam agribisnis petsai
untuk meningkatkan pengetahuan petani (diskusikan)
6. Pengakhiran
Telah selesai melakukan pembelajaran tentang agribisnis petsai, akhirnya marilah kita
bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua nikmat yang telah diberikannya pada kita.
Lampiran 6. Identitas Responden
Nomor Nilai
Strata Pendidikan Nama Responden Responden Tes Awal % Kategori Tes Akhir %
Jhon K 2 48 48,00 Cukup 84 84,00
Murib 4 44 44,00 Cukup 76 76,00
SD Sirowa 7 44 44,00 Cukup 84 84,00
Metas 10 64 64,00 Cukup 96 96,00
Brur 14 44 44,00 Cukup 76 76,00
Jumlah 244 244,00 416 416,00
Rerata 48,8 48,80 Cukup 83,2 83,20
Mesak 3 45 45,00 Cukup 73 73,00
Samsor 5 48 48,00 Cukup 88 88,00
SMP Tampal 8 52 52,00 Cukup 84 84,00
Dornat 9 36 36,00 Cukup 68 68,00
Danomira 11 44 44,00 Cukup 72 72,00
Natalis 12 40 40,00 Cukup 76 76,00
Soleman 13 44 44,00 Cukup 72 72,00
Jumlah 309 309,00 533 533,00
Rerata 44,14 44,140 Cukup 76,14 76,14
Melianus 1 52 52,00 Cukup 88 88,00
Marten 6 60 60,00 Baik 100 100,00
SLTA Stevi 15 60 60,00 Baik 100 100,00
Jumlah 172 172,00 288 288,00
Rerata 57,33 57,33 Baik 81,33 81,33
Total 3 Strata 725 725,00 1237 1237,00
Rerata 150,27 150,27 240,67 240,67
Lampiran 10. Rekapitulasi Tes Awal dan Tes`Akhir Berdasarkan Strata Umur
Nomor Nilai
Strata Umur Nama Responden Responden Tes Awal % Kategori Tes Akhir %
Samsor 5 48 48,00 Cukup 88 88,00
Dornat 9 36 36,00 Cukup 68 68,00
20 - 39 Natalis 12 40 40,00 Cukup 76 76,00
Brur 14 44 44,00 Cukup 76 76,00
Stevi 15 60 60,00 Baik 100 100,00
Jumlah 228 228,00 408 408,00
Rerata 45,6 45,6 Cukup 83,2 83,20
Melianus 1 52 52,00 Cukup 88 88,00
John K 2 48 48,00 Cukup 84 84,00
40 - 49 Mesak 3 45 45,00 Cukup 73 73,00
Sirowa 7 44 44,00 Cukup 84 84,00
Tampal 8 52 52,00 Cukup 84 84,00
Metas 10 64 64,00 Baik 96 96,00
Jumlah 305 305,00 505 505,00
Rerata 50,8 50,8 Cukup 84,1 84,1
Murib 4 44 44,00 Cukup 76 76,00
Marten 6 60 60,00 Baik 100 100,00
Danomira 11 44 44,00 Cukup 72 72,00
50 - 59 Soleman 13 44 44,00 Cukup 72 72,00
Jumlah 192 192,00 320 320,00
Rerata 48,0 48,0 Cukup 74,0 74,0
Total 3 Strata 725 725,00 1237 1237,00
Rerata 144,4 144,4 241,3 241,30
Pertemuan dengan anggota kelompoktani makmur Benih jenis varietas white sundi, persemaian pada
kotak /besek