Mixer Sound System adalah sebuah peralatan Audio untuk mencampur audio dari beberapa
sumber input menjadi kesatuan output suara yang bagus (terbaik). Penggunaan professional
sound system orang tehnik menyebutnya Mixer Console atau mixer audio. Pada halaman ini kita
dapat mengetahui pengenalan dasar tentang mixer audio. Pada Mxer biasanya terdapat beragam
tombol, Jack dan juga saklar, dan kita dapat mengetahui fungsi dari tombol-tombol dan connector
yang terdapat pada panel peralatan ini.
Secara luas, Mixer digunakan dalam berbagai keperluan pencampuran sinyal audio. Kita dapat
menjumpainya di berbagai tempat misalnya sistem panggilan publik, studio penyiaran radio dan
televisi, studio rekaman, sound system panggung, orgen tunggal. Kalau tidak ada Mixer rasanya
mustahil bila kita memakai Power Amplifier + Speaker untuk menguatkan satu vokal saja dan
menggunakan Amplifier yang lain untuk vokal yang lain (peralatan musik yang lain) dalam satu
area saja. Mungkin, bila ada sepuluh vokal (10 Mic) maka kita akan menggunakan 10 Power
Amplifier juga. Kurang efisien, bukan?
Console disngkat DMC Konsul Mixer Analog adalah mixer konvensional biasa yang dalam
pengaturannya langsung ke perangkat elektronik berupa Variable Resistor dengan cara merubah
besar dan kecilnya nilai tahanan pada sirkuit yang diatur
Mixer Digital atau Hybrid mixer adalah mixer yang dalam pengaturannya menggunakan menu
digital elektronik melalui perangkat Micro Processor melalui jemari kita.
Mixer Console dalam penggunaan professional audio baik itu dengan sistim Analog maupun Digital
adalah sebuah peralatan elektronik yang berfungsi memadukan (mixing) dari beberapa channel
yang aktif, mengatur bunyi dari dari segi level maupun frekuensi pada jalur channel yang aktif ke
saluran induk sehingga menghasilkan kombinasi output. Sinyal-sinyal yang telah disetting ini
kemudian dikuatkan oleh penguat akhir atau power Amplifier yang diteruskan ke Loudspeaker.
Mixer adalah salah satu perangkat yang paling vital dalam sound system yang mana lebih banyak
mendapatkan sentuhan tangan operator baik dalam check sound maupun saat live suatu acara.
Mixer fungsinya memang mencampur segala macam suara yang masuk lewat channel kemudian
menyeimbangkannya dan menjadikannya dua kanal stereo (kiri dan kanan), kemudian
mengirimkannya ke EQ, Crossover kemudian menuju ke Power Amplifier dan terakhir ke speaker
system.
Channel EQ (High, Middle High, Mid, and Low). Bass - Middle - Treble
Bagian pencabangan (Router) yang pada koneksinya diteruskan ke posisi Direct Outs, Aux
Sends, Panning control (balance) and Addresing Sub Group
Output controls termasuk Master level controls, EQ dan atau Matrix routing.
Pengenalan Dasar Mixer Sound System
Dalam sebuah Mixer Audio terdapat susunan kolom yang berderet dari atas hingga bawah, ini
yang disebut Channel. Pada posisi ini dapat kita lihat ada Jack untuk input (paling atas) yang
biasanya menggunakan XLR Female dan TRS (Phone) Jack. Jack XLR ini berfungsi untuk
menancapkan Jack Microphone atau sumber Audio lainnya. Pada bagian bawahnya terdapat Gain
atau Sensitive, Treble Level (High), Middle Level (Mid), Mid Freq, Low Freq Level, Low, AUX 1,
AUX 2, Panpot (Balance Center) dan Volume dengan metode menggesernya ke atas dan bawah.
Kebanyakan pabrik membuat Mixer ini dengan minimal 4 Channel Mic Input (XLR Jack), namun
ada juga yang 12 CH, 16 CH, 24 CH, 32 CH, 48 CH, serta ada juga 60 Channel. Kadang alat ini
juga dilengkapi dengan satu atau dua Channel Stereo. Pada saluran ini kita dapat memasang
input yang berasal dari DVD, Laptop, Keyboard dan lainnya. Fasilitas Switch/ saklar perchannel
terdapat tombol LPF, Tombol Mute (ON/ OFF), Switch Audio SUB/ MAIN Out.
Dalam era sekarang ini Operator Sound system yang sudah berpengalaman kadang menggunakan
Audio Digital Mixer Console (DMC) yang fungsinya sama tetapi pengaturan menggunakan
Processing Menu Display. Proses ini bukan dengan cara konvensional yang harus memutar tombol
secara nyata. Mixer yang kita bahas kali ini adalah mengenal dan mengatur sistim kerja Mixer
Audio conventional yang umum digunakan oleh para teknisi.
Sebelum melangkah pada fungsi tombol, switch, dan jack pada Mixer ada baiknya anda paham
tentang monaural channel dan stereo. Pada channel Monaural (Mono) terdapat jack dengan
sambungannya terdiri dari 2 fase polaritas. Bagian-bagian dari saluran mono input ini terdiri dari :
Mic Input dengan menggunakan jack XLR (Jack Cannon Connector Stereo). Bagian ini digunakan
untuk memasang sambungan mic atau alat-alat audio lainnya. Jack ini memiliki tiga buah Pin
sambungan. Masing-masing Pin terdapat penomoran yaitu: 1, 2, dan 3. Kaki-kaki ini dimaksudkan
untuk penempatan posisi sinyal positif, negatif dan ground tipikal dengan keterangan sebagai
berikut;
Pin 1 untuk Ground
Pin 2 untuk Phase Positif, (Merah/biru)
Fungsi Tombol Pemutar, Jacks, Switch dan Indicator Display pada Mixer
Di dalam mixer terdapat peralatan yang terdiri dari tombol pemutar, Jacks, saklar (switch) dan
tombol geser (Slider)Kondisi susunan tombol masing-masing pabrik kadang berbeda-beda dengan
memberikan warna tertentu untuk tombol pemutarnya. Secara bertahap akan kita uraikan di
bawah ini.
Connector Input channel ini menggunakan Jack XLR Female dan Jack Phone TRS. Fungsi dan
koneksinya yaitu untuk menghubungkan input dari Microphone.
Kita juga bisa mengkoneksi input audio lainnya pada Jack XLR/ TRS namun harus mengontrol
level Gain. Pada channel input ini bisa kita pasang atau tancapkan sumber audio dari Wireless
Microphone.
Jack Insert Point. Pada beberapa mixer yang lebih profesional terdapat dua bagian yaitu Insert
Send dan Insert Return, tetapi pada mixer standar maka bagian ini hanya ada satu saja yaitu
insert I/O (input/output). Bagian ini bisa digunakan untuk menghubungkan sinyal yang berasal
dari processor external seperti EQ, Compressor/ Limiter/ Gate.
Fungsi Jack Direct Out (Dir). Jack ini sering digunakan untuk mengirimkan sinyal audio secara
langsung untuk direkam pada multi-track recording, atau kadang dipakai oleh sound-man dalam
menghubungkan saluran ke channel Mixer yang lain, biasanya dari mixer panggung ke Mixer FOH.
Istilahnya adalah channel to channel connection.
Tombol Low Cut ini berupa saklar On/ Off. Fungsi saklar Low cut ini adalah untuk memotong
sinyal yang mengandung nada rendah pada nilai yang tertentu. Istilah dalam teknik elektronika
adalah High Pass Filter (HPF). Bila dalam box tertulis 80 Hz ini berarti alat ini untuk memfilter lalu
memotong sinyal nada di bawah frekuensi 80 Hz, atau ada juga yang 100 Hz. Dalam prakteknya
penggunaan tombol ini bisa kita manfaatkan untuk mengurangi tekanan suara hembusan angin
dari mulut pengguna Mic. Perlu diketahui bahwa jangan menghidupkan posisi saklar ini pada
mode ON saat memainkan musik di channel yang kita pasang karena akan meredam suara deef
bass.
Fungsi Gain atau Sensitive adalah untuk meyesuaikan kepekaan dan kekuatan sumber input.
Sumber input yang tanpa penguatan misalnya dari Microphone dan Spool Guitar, posisi Gain akan
melaju ke arah kanan dalam satuan dBu. Gain atau Sens akan memberikan ruang penguatan
yang cukup lebar pada tingkat bagian depan Pre amp channel Mixer.
Pada pengaturan penguatan berupa Keyboard, VCD Player atau Komputer maka kita harus
menset Gain Sensitive harus dibawah 0 dB untuk menghindari Overload level pada penguatan
akhir di sirkuit Main Mixer, suara yang kita dengar akan sedikit pecah bila melebihi level di atas 0
hingga 3 dB.
Jadi gerbang input gain adalah hal yang paling penting dan kritis karena dari sinilah bermulanya
semua suara yang berkualitas dimulai. Usahakanlah untuk menjaga agar setiap input tetap dalam
kondisi ini karena noise dan distorsi akan mengalir terus ke seluruh sistem dan membuat suara
jadi terganggu. Bila ternyata input gain sangat besar atau bahkan terlalu besar sehigga setelah
kita mengurangi masih saja terlalu kuat juga, maka untuk mengantisifasinya dengan menekan
switch tombol PAD pada mixer (bila ada fasilitas ini) yang fungsinya adalah untuk menurunkan
gain input signal/ tingkat tekanan suara mulai –20 dB sampai –30 dB.
Di dalam Mixer, pelebelan EQ terbagi dalam beberapa pengaturan, berbentuk tombol putaran
level oleh potensiometer (Variable Resistor) dengan warna tersendiri, yaitu;
High,
Fungsi tombol pemutar ini adalah untuk mengatur kepekaan lebar frekuensi tinggi. Anda
dapat mengatur nada suara yang anda inginkan pada nada tinggi.
Mid,
Fungsi tombol pemutar ini adalah untuk mengatur kepekaan lebar frekuensi tengah. Anda
dapat mengatur nada suara menengah yang anda inginkan pada nada middle.
Mid Freq.,
Middle Frequency berfungsi untuk mengatur lebar range frekuensi Mid. Frekuensi khusus
nada mid yang anda inginkan dapat diatur di tombol ini. (Tak semua Mixer dilengkapi
dengan faslitas ini).
Low,
Fungsi tombol pemutar ini adalah untuk mengatur kepekaan lebar frekuensi rendah atau
bass.
Tombol ini berfungsi untuk mengirimkan seberapa besar dan kecilnya level suara FX internal pada
Mixer ini. Anda dapat membesarkan atau mengecilkan kepekaan Dry dan Wet pada sistim master
Mixer. Agar lebih mengetahui cara proses pengiriman suara FX ini akan kita bahas pada
pertemuan mendatang.
PFL (Pre Fade Listening) yang berarti kita dapat mendengarkan suara tanpa terpengaruh oleh fade
channel, atau kita dapat mendengarkan suara tanpa terpengaruh oleh besar kecilnya posisi fader.
Bagian ini sering digunakan oleh teknisi sound system untuk mengontrol seberapa besar sinyal
suara secara individual melalui headphone.
Tombol saklar ini berperan untuk mengetahui posisi aktif suatu Channel yang keberadaannya
dapat diketahui saat menekan tombol ini satu persatu di saluran mixer. Informasi audio yang aktif
terdengar di Headphone dan juga tampil di indicator LED. Biasanya saat menekan PFL akan
terhubung ke indicator Display LED dan juga diselingi suara di Phone Output (Headphone). Pada
sebagian produk mixer nama knob PFL kadang ditulis dengan SOLO.
Pan kepanjangan dari Panpot (Panoramic Control). Fungsi knob Pan sama dengan Balance yaitu
untuk mengarahkan polarisasi suara yang akan anda tempatkan, apakah di posisi center, salah
satu di posisi kiri (L) atau Kanan (R).
Tombol ini untuk menempatkan ke arah mana tujuan sinyal output suara akan kita distribusikan.
Saat menekan saklar ini maka sinyal suara akan berpindah posisi pada ke arah yang kita tekan
apakah ke arah Main Output atau Sub Group. Bisa jadi Sub atau Group kita fungsikan sebagai
Monitor speaker.
Tombol ini berfungsi untuk membesarkan dan mengecilkan seberapa besar level.audio pada
channel yang kita atur.
12. MAIN Master Level Control
Tombol ini berfungsi untuk membesarkan atau mengecilkan keseluruhan sinyal audio dari semua
pencampuran channel yang aktif yang kita hubungkan ke Main Output. Main output akan
terhubung ke Speaker Utama yang kita pasang.
Fungsi Phones (Headphones) adalah untuk memasang perangkat Headset pada telinga anda. Bila
akan membesarkan atau mengecilkan suara ini dapat diatur melalui memutar tombol Volume
yang terdekat dengan jack tersebut. Headphone nanti berfungsi untuk memantau suara baik
sebagai suara utama yang telah masuk ke induk master atau sebagai controling channel saat
menekan PFL. Kita juga dapat menyetel nada atau frekuensi bunyi yang lebih detail pada
pendengaran anda.
Jack ini akan berfungsi bila kita menyetel level Aux 1 dan atau Aux 2. Coba lihat nomor 6 di atas.
Jack ini berfungsi untuk mengkoneksikan sambungan kabel antara mixer ke perangkat yang
dituju.
Fungsi Rec (Recording) output adalah untuk menyalurkan sinyal pada peralatan recording. Sinyal
output rec ini terhubung ke bagian induk pencampuran. Pada zaman sekarang penggunaan
recording sudah menggunakan komputer dengan menggunakan program aplikasi recording.
Perlu pengetahuan khusus dalam menerapakan recording menggunakan Rec out, kita harus
memahami perbandingan faktor penguatan dalam satuan dB. Perbandingan output yang terlalu
tinggi berakibat overload pada hasil rekaman.
Fungsi Indicator LED Display adalah untuk menunjukkan posisi kekuatan sinyal audio pada posisi Master Main
Output (induk output) secara keseluruhan. Bisa juga untuk melihat seberapa besar intensitas audio channel
saat kita menekan tombol PFL. Displaying ini pada satuan dB saat lampu atau jarum indikator bermain atau
berkedip. Perlu menjadi perhatian adalah saat lampu menyala pada warna kuning hingga merah, karena
kekuatan sinyal pada posisi ini akan memberikan dorongan input yang berlebihan pada Power Amplifier, tentu
akan berakibat kurang baik pada Main output Speaker. LED display sangat berperan dalam pensettingan sound
system.
Internal FX, SUB Group Out, MAIN Out, dan Indicator Display
Sistem Akustika Telinga Manusia dan
Perancangan Akustik Ruang
Telinga merupakan salah satu sensor biologis yang dapat mendeteksi gelombang suara.
Gelombang suara ini dirambatkan melalui medium udara hingga dapat diterima oleh
reseptor. Namun telinga manusia memiliki batas rentang frekuensi yang didengar,
yaitu pada frekuensi 20–20000Hz. Telinga sendiri terbagi menjadi beberapa bagian
dengan fungsi dan tugasnya masing-masing yang membuat manusia mampu
mengalami proses pendengaran, diantaranya:
Dalam proses mendengar, telinga manusia memiliki delay waktu selama 30 ms, artinya
bahwa jika ada dua sumber suara, kemudian suara pertama merambat dan direspon
oleh telinga, maka suara kedua tidak akan direspon oleh telinga hingga 30 ms setelah
suara pertama datang.
Jika gelombang merambat melalui dua medium yang berbeda maka akan timbul
gelombang yang mengalami refleksi dan transmisi. Besarnya transmisi atau refleksi
yang dialami gelombang tentunya dipengaruhi oleh medium yang memisahkannya,
dimana setiap medium memiliki koefisien absorbsi yang berbeda. Tingkat koefisien
absorbsi dari suatu material/medium yang semakin besar akan menyebabkan material
lebih mudah menyerap suara.
Ada tiga macam material yang mampu menyerap suara yang secara teknis sering
digunakan yaitu:
1. Porous Material
Material ini menyebabkan energi suara akan berubah menjadi energi lain seperti
energi getaran, perubahan momentum, ataupun energi panas karena terjadinya
friksi pada pori material. Porous material akan secara efektif mengabsorbsi suara
jika didesain dengan ketebalan material kurang lebih seperempat dari panjang
gelombang suara yang ingin diabsorbsi. Material ini juga akan bekerja dengan baik
untuk menyerap suara yang berfrekuensi tinggi.
2. Resonant Absorber
Resonant absorber memiliki prinsip kerja dimana absorbsi dianalogikan pada
resonansi massa-pegas. Udara dalam lubang berperan seperti massa dan rongga
udara dibelakang material berperan sebagai pegasnya. Penyerapan suara
ditentukan oleh adanya udara yang terperangkap di leher yang terhubung langsung
dengan rongga volume udara. Permukaan berlubang menjadi ciri utama resonator
yang bekerja pada frekuensi tertentu, tergantung pada ukuran lubang, leher, dan
volume ruang udaranya. Proses absorbsi ini tentunya akan sangat efektif bekerja
pada frekuensi resonansinya. Efek resonansi nantinya akan menimbulkan osilasi
udara sehingga energi suara dapat diserap. Frekuensi resonansi dan koefisien
absorbsi material ini sendiri dipengaruhi oleh ketebalan rongga udara, ukuran
geometri lubang, dan ketebalan panel atau layer. Frekuensi resonansi biasanya
berada pada rentang 500–1000 Hz, dibawah dan diatas frekuensi tersebut maka
koefisien absorbsi material akan menurun.
3. Membrant Absorber
Material dengan bahan yang tak berporus dipasang dengan lapisan udara
dibelakangnya. Hal ini menyebabkan energi suara akan mengenai panel kemudian
panel akan bergetar. Energi getaran ini kemudian ditransfer ke lapisan udara
sehingga terjadi penyerapan suara. Koefisien absorbsi akan sangat tinggi ketika
bekerja pada frekuensi yang rendah disekitar frekuensi resonansi.
Untuk mendesain sebuah ruangan yang besar dengan akustika yang baik tentunya
pemilihan material menjadi salah satu komponen yang sangat penting. Misalnya untuk
ruangan auditorium dengan kapasitas kurang lebih 400 kursi, ternyata saat uji coba
sistem akustikanya, terjadi echo yang menyebabkan suara yang berada pada rentang
frekuensi 125 Hz-8kHz tidak jelas. Untuk masalah seperti ini, maka dapat dilakukan
perubahan pada pemilihan material penyerap suara. Suara yang tidak jelas berada pada
rentang 125–8000 Hz yang artinya rentang suara tersebut berada pada frekuensi
rendah hingga frekuensi cukup tinggi, artinya diperlukan kombinasi penggunaan
gabungan ketiga bahan penyerap suara yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini
karena diperlukan adanya kombinasi antara proses gesekan dari komponen kecepatan
gelombang suara dan resonansi dari komponen tekanan gelombang suara, sehingga
penyerapan suara dapat berlangsung optimal pada frekuensi yang diinginkan. Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, ketebalan material sangat mempengaruhi tingkat
absorbsi suara dimana semakin tebal material maka koefisien absorbsi suara juga akan
meningkat, tebalnya lapisan rongga udara serta peletakannya terhadap alas juga sangat
berpengaruh terhadap koefisien absorbsi suara dimana jika tebal lapisan udara
semakin tinggi menyebabkan nilai koefisien absorbsi juga meningkat. Selain itu
penempatan material absorbsi menjadi hal yang penting untuk mengurangi tingkat
echo suara yang terjadi pada auditorium.
Suara utama dalam ruang auditorium berasal dari stage yang berada di depan dan
menuju ke arah audiens sehingga dalam mendesain ruang auditorium, letak
pemasangan material juga harus diperhatikan. Material yang bersifat reflektor untuk
ruang auditorium dapat dipasang dibagian langit-langit sehingga suara dari sumber
yang menuju ke langit-langit dapat memantul kembali kebawah menuju ke audiens
berada. Dengan menggunakan reflektor pada atap akan menyebabkan penyebaran
suara menjadi lebih merata dan mencegah suara terpusat hanya pada beberapa bagian
saja. Selain itu, dapat juga ditambahkan material diffusor yang diletakkan pada bagian
belakang sumber suara sehingga energi yang datang ke permukaan disebarkan secara
merata atau dengan acak namun memiliki pola tertentu. Pada bagian dinding samping
dapat digunakan material dengan dua kombinasi yaitu, reflektor-absorber atau
reflektor-diffusor sesuai dengan kebutuhan. Pada bagian dinding belakang, dapat
digunakan material absorber atau material diffusor dapat juga digunakan bergantung
dari kondisi suara yang diinginkan untuk menghindarkan terjadinya pantulan dengan
delay yang panjang. Selain itu, speaker juga menjadi hal yang perlu diperhatikan baik
jumlah speaker, posisi speaker, serta sudut pemasangan speaker yang harus membuat
suara yang dihasilkan tidak memusat pada satu titik namun dapat menyebar. Dibawah
ini merupakan salah satu sketsa penempatan material yang dapat digunakan untuk
mendesain ruang auditorium:
Gambar 4. Sketsa Penempatan Ruang Auditorium 1
1. Stiffness Controlled
Transmisi suara yang disebabkan adanya kekauan material. Pada frekuensi yang
rendah seperti pada material gedung, tranmisi sangat bergantung pada kekauan
dari dinding, dengan massa dan damping yang tidak terlalu berpengaruh.
Efektivitas kekakuan pada redaman transmisi suara menurun 6dB untuk setiap
penggandaan frekuensi (satu oktaf). Pada bagian ini, suara frekuensi rendah pada
umumnya sulit dikontrol sehingga umumnya akan terjadi osilasi.
2. Mass Controlled
Transmisi suara yang dipengaruhi oleh massa dari material. Pada frekuensi sedikit
diatas frekuensi resonansi terendah, dinding akan berperilaku seperti kumpulan
massa yang jauh lebih kecil. Pada bagan ini, transmission loss lebih mudah
dikontrol dimana suara akan mengalami peningkatan 6dB untuk setiap
penggandaan frekuensi.
3. Damping Controlled
Transmisi suara yang dipengaruhi oleh coincidence effect. Pada bagian ini, jika
dilihat pada gambar 7, terdapat bagian yang turun hingga mencapai titik terendah.
Hal tersebut menunjukkan terdapat frekuensi kritis. Pada daerah ini, jika damping
tak digunakan pada frekuensi kritis menyebabkan transmission loss akan semakin
rendah. Jika damping digunakan pada frekuensi kritis akan
menyebabkan transmission loss mengalami peningkatan sebesar 9dB untuk setiap
penggandaan frekuensi.
Gambar 7. Bagian Karakteristik Transmission Loss
Dengan memahami prinsip diatas akan membantu seseorang dalam mendeain sistem
akustika ruang sesuai dengan fungsi dan tujuannya. Misalnya jika diinginkan
mendesain ruang akustik untuk ruang kegiatan musik dengan dominasi energi suara
berfrekuensi rendah dan mampu membuat suara dari dalam ruangan tidak
mengganggu area di luar ruangan dapat dilakukan perancangan selubung ruang
seperti, suara dalam ruangan diusahakan agar tetap bertahan selama mungkin dalam
batas kenyamanan musik yang dimainkan sehingga suara terbagi ke seluruh bagian
ruangan. Oleh sebab itu, diperlukan material penyerap yang sedikit, dan penggunaan
material pemantul dan penyebar pada seluruh bagian permukaan dalam ruangan
dimaksimalkan. Bahan jenis ini dapat dipasang pada langit-langit serta dibelakang
sumber suara. Sedangkan untuk menjaga suara dalam ruangan tidak mengganggu ke
luar ruangan, diperlukan bahan kedap suara untuk menghalangi energi suara keluar
ruangan atau masuk ke ruangan. Bahan ini harus memiliki sifat tidak mudah bergetar
saat terkena energi suara dan mampu mengubah energi suara tersebut menjadi energi
bentuk lainnya sehingga meloloskan sedikit mungkin energi suara dari dalam. Bahan
ini dapat dipasang pada bagian dinding samping serta dinding bagian belakang. Jika
frekuensi resonansi dapat dikendalikan dengan baik, maka insulasi frekuensi rendah
dikendalikan dengan baik juga.
Namun jika diinginkan desain ruangan yang digunakan untuk percakapan, contohnya
ruang kelas maka diperlukan material pemantul atau diffusor pada dinding depan, dan
dinding samping serta langit-langit depan. Material penyerap atau diffusor digunakan
pada dinding belakang dan langit-langit belakang. Lantai bisa digunakan keramik
sebagai media absorber yang baik. Dari kedua kondisi ruangan diatas, untuk
mendesain suatu ruangan tentunya diperlukan kombinasi dari bahan kedap suara dan
bahan penyerap suara sesuai dengan kebutuhan yang ada.