Anda di halaman 1dari 19

PENGGUNAAN KONJUNGSI PADA PEMBERITAAN PLASTIK BERBAYAR

(Analisis Wacana pada Media Online JawaPos.com Edisi Maret 2019)

Yuli Widya Nur Annisa


Widyayuli7@gmail.com
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya Malang

ABSTRACT
The policy of paid plastic is one of solution to reduce the spread of plastic
garbage in nature. Since Aprindo officially announce the application of the paid
plastic policy on March 1, 2019, a lot of discourse news popping up to review the
follow-up of the application paid plastic policy that has been started. Before this policy
existed, there have been similar policy which was inaugurated in 2016, but the
implementation did not last long. Therefore this study intends to find out the actions
of Aprindo, the goverment, and the media in reducing plastic waste in the environment.
For this reason, the research focuses on the analysis of the use of adversative
conjunction that relate sentences in the paid plastic news discourses. The selection of
the topic is meant to know how JawaPos.com constructed the KPTG’s policy discourse
proposed by the goverment and Aprindo, and how the implication for public opinion.
The method used to descibe the result is descriptive method. The data obtained in the
paid plastic discourse in media online JawaPos.com. The results of the study is the
form of the use of adversative conjunction which relates sentences contained a
comparison of the actions of the goverment and Aprindo, as well as its implications in
public opinion.
Keywords: KPTG, JawaPos.com, Critical Ecolinguistic, Conjunction.

ABSTRAK
Kebijakan plastik berbayar merupakan salah satu solusi untuk mengurangi
penyebaran sampah plastik di alam. Sejak Aprindo meresmikan penerapan kebijakan
plastik berbayar pada tanggal 1 Maret 2019, banyak wacana berita bermunculan yang
mengulas tentang tindak lanjut dari penerapan kebijakan plastik berbayar yang mulai
diterapkan. Sebelum kebijakan ini ada, telah ada kebijakan serupa yang diresmikan
pada tahun 2016, tetapi pelaksanaannya tidak berlangsung lama. Oleh karena itu,
penelitian ini bermaksud untuk mengetahui aksi Aprindo, Pemerintah, dan media
pemberitaan dalam mengurangi sampah plastik di lingkungan.
Untuk itu penelitian ini memfokuskan analisis pada penggunaan konjungsi
antarkalimat bertipe adversatif yang terdapat pada wacana pemberitaan plastik
berbayar. Pemilihan topik tersebut bermaksud untuk mengetahui bagaimana
JawaPos.com mengonstruksi wacana kebijakan KPTG yang diajukan oleh pemerintah
dan Aprindo, serta bagaimana implikasinya terhadap opini publik.
Metode yang digunakan untuk memaparkan hasil analisis adalah metode
deskriptif. Data yang diperoleh berasal dari wacana pemberitaan plastik berbayar di
media online JawaPos.com. Hasil penelitian yang diperoleh berupa pola penggunaan
konjungsi antarkalimat bertipe adversatif yang mengandung perbandingan aksi
pemerintah dan Aprindo, serta implikasinya terhadap opini publik.
Kata kunci:KPTG, JawaPos.com, ekolinguistik kritis, konjungsi.
PENDAHULUAN
Kebijakan sampah plastik berbayar mulai diterapkan lagi. Kebijakan ini kembali berlaku sejak
Aprindo (Asosiasi Pengusaha Ritel Seluruh Indonesia) meresmikan kebijakan tersebut pada tanggal
1 Maret 2019 lalu. Sebelumnya kebijakan plastik berbayar pernah diberlakukan pada tahun 2016,
dengan dipelopori oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Badan
Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), dan
Asosiasi Pengusaha Ritel Seluruh Indonesia (APRINDO). Namun, kebijakan tersebut tidak berjalan
dengan baik karena terdapat banyak kendala, seperti banyaknya konsumen yang protes karena
diminta harus membayar kantong plastik ketika berbelanja di ritel modern. Sementara kebijakan
kantong plastik tidak gratis (KPTG) yang baru diresmikan ini, mulai ditanggapi serius oleh ritel-ritel
modern yang tergabung dalam Aprindo. Contohnya saja seperti Giant Express, Superindo, dan
Alfamart, ketika berbelanja di cabang manapun diharuskan membayar untuk kantong plastik ukuran
berapapun.
Pemberlakuan kembali kebijakan plastik berbayar tersebut berimbas pada munculnya wacana
berita di berbagai surat kabar baik cetak maupun elektronik. Pemberitaan mengenai plastik berbayar
ini menjadi topik munculnya wacana berita yang berkaitan dengan lingkungan sejak peresmiannya
pada tanggal 1 Maret lalu. Salah satu media online yang secara rutin menyajikan pemberitaan tentang
kebijakan plastik berbayar adalah JawaPos.com. Hal itu terlihat pada edisi bulan Maret 2019, total
berita terkait kebijakan plastik berbayar ada 23 wacana. Pada awal bulan Maret, yakni sejak
diresmikannya kembali kebijakan KPTG, JawaPos.com sangat aktif menyajikan berita tentang tindak
lanjut dari pemberlakuan kebijakan KPTG. Akan tetapi mendekati pertengahan bulan Maret,
pemberitaan terkait kebijakan ini mulai menurun, lalu pada akhir bulan tak ada lagi berita terkait
kebijakan plastik berbayar.
Wacana-wacana terkait KPTG di JawaPos.com terletak di rubrik Humaniora, Bisnis, Nasional,
dan Sekitar Anda. Untuk penelitian ini, wacana mengenai pemberitaan KPTG yang dijadikan sebagai
objek penelitian diambil dari keempat rubrik tersebut. Pemilihan objek kajian di rubrik ini dilakukan
untuk mengetahui keberpihakan JawaPos.com terhadap pemberitaan KPTG dan bagaimana
perspektif JawaPos.com terkait KPTG. Sehubungan dengan hal itu, penulis tertarik untuk mengkaji
lebih dalam tentang konstruksi wacana yang dibangun oleh JawaPos.com terhadap pemberitaan
KPTG.
Pada dasarnya wacana berita tersusun dari beberapa kalimat yang mendukung pokok pikiran
dari wacana berita tersebut. Sebagai bentuk dari suatu wacana, teks berita merupakan suatu wacana
yang utuh. Keutuhan suatu wacana dapat diketahui melalui unsur kepaduan yang timbul apabila
kalimat-kalimat yang menyusun suatu wacana tersebut dapat menyatu. Agar kalimat-kalimat
penyusun wacana tersebut dapat padu, maka diperlukan alat-alat pemaduan yang dapat berupa unsur
leksikal, unsur gramatikal, ataupun unsur semantik (Chaer, 2015:47).
Terdapat berbagai bentuk unsur gramatikal yang mempengaruhi kekohesifan suatu wacana,
salah satunya adalah konjungsi. Konjungsi berperan penting terhadap kepaduan wacana, karena
konjungsi berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, kalimat dengan
kalimat, dan paragraf dengan paragraf. Pada penelitian ini, penulis membatasi penggunaan konjungsi
yang terdapat pada wacana berita tentang KPTG, hanya pada konjungsi yang menghubungkan
kalimat dengan kalimat atau yang lebih dikenal dengan konjungsi antarkalimat. Konjungsi
antarkalimat itu sendiri ada bermacam-macam berdasarkan makna hubungan yang ditimbulkan.
Penelitian ini mengambil konjungsi adversatif, yaitu konjungsi yang memiliki makna ‘hubungan
mempertentangkan’. Pemilihan topik tersebut sebagai bahan penelitian adalah untuk mengetahui
bagaimana perspektif suatu media dan bagaimana media mengonstruksi pemberitaan kebijakan
plastik berbayar yang sebelumnya telah diterapkan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, kelebihan memilih kanal JawaPos.com sebagai bahan atau
objek yang akan diteliti adalah: (1) JawaPos.com merupakan media online pertama di Indonesia
sehingga penulis meyakini JawaPos.com lebih berpengalaman dalam menyajikan berita di internet;
(2) sebagai media online pertama, JawaPos.com banyak diminati orang sebagai bahan bacaan,
dikarenakan beritanya menarik dan mengungkapkan isi berita secara jelas; (2) bahasa yang digunakan
oleh JawaPos.com mudah dipahami, sehingga peneliti tertarik dengan bagaimana konstruksi kalimat
berkonjungsi di JawaPos.com; dan (3) sesuai dengan konjungsi yang hendak diteliti peneliti yakni
konjungsi antar kalimat bertipe adversatif, maka media online JawaPos.com merupakan objek yang
sesuai, karena penggunaan bahasa JawaPos.com menggunakan bahasa Indonesia yang benar.
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang hendak dikaji dalam tulisan ini
adalah (1) konstruksi konjungsi adversatif pada pemberitaan plastik berbayar di media online
JawaPos.com.com edisi Maret 2019; (2) keberpihakan JawaPos.com terhadap kebijakan KPTG
dilihat dari penggunaan konjungsi adversatif; dan (3) implikasi penggunaan konjungsi adversatif pada
pemberitaan plastik berbayar di JawaPos.com edisi Maret 2019 terhadap pembentukan opini publik.

TINJAUAN PUSTAKA
Sintaksis merupakan bidang ilmu yang membahas tentang unsur gramatikal suatu produk
bahasa. Sintaksis mengkaji penataan dan pengaturan kata-kata ke dalam satuan-satuan (kata frasa,
klausa, kalimat, dan wacana) yang lebih besar (Chaer, 2015:3). Berdasarkan pengertian tersebut,
dapat dikatakan bahwa analisis sintaksis lebih berfokus terhadap struktur produk bahasa.
Terkait dengan hakikat sintaksis, telah banyak ilmuwan yang berusaha memberikan deskripsi
terhadap definisi sintaksis. Ahmad (dalam Khairah dan Ridwan, 2014:9) menjelaskan sintaksis
sebagai bidang ilmu yang mempersoalkan tentang hubungan antara kata dan satuan-satuan yang lebih
besar, membentuk suatu konstruksi yang disebut kalimat. Sebagai disiplin ilmu, sintaksis memiliki
batasan-batasan bidang kajian yakni sintaksis hanya membahasa tentaang seluk-beluk wacana,
kalimat, klausa, dan frasa (Ramlan, dalam Khairah dan Ridwan, 2014:9). Berdasarkan deskripsi
definisi yang dijelaskan oleh tokoh-tokoh tersebut dapat disimpulkan cakupan kajian sintaksis
meliputi kata, klausa, kalimat, dan wacana.
Ada beberapa aspek yang di bahas melalui sintaksis meliputi: 1) penggunaan kata; 2)
penyusunan frasa; 3) penyusunan klausa; 4) penyusunan kalimat; dan 5) penggunaan kalimat dalam
wacana. Pada bahasan penggunaan kata terdapat beberapa bagian lain yang perlu dipahami yakni
penggunaan adverbia, pengunaan konjungsi dan penggunaan preposisi.
Penggunaan konjungsi secara tidak langsung mempengaruhi makna yang tersaji dalam suatu
wacana. Hal itu dikarenakan konjungsi berfungsi untuk menghubungkan bagian-bagian kalimat yang
satu dengan kalimat yang lain dalam suatu wacana, sehingga konjungsi mampu mempengaruhi
keterpaduan suatu teks. Secara literal, konjungsi artinya penghubung, perangkai, dan penyambung.
Kridalaksana (2007:103) menjelaskan konjungsi sebagai sebuah kategori yang berfungsi untuk
meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis dan selalu menghubungkan dua satuan lain
atau lebih dalam konstruksi. Konstruksi hipotaktis di sini maksudnya adalah sebuah frasa gabungan
atau klausa gabungan yang menggunakan penghubung. Sehubungan dengan hal itu Chaer turut
mendefinisikan pengertian konjungsi. Menurutnya, konjungsi adalah kategori yang menghubungkan
kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat, bisa juga antara paragraf dengan
paragraf (Chaer, 2015:81).
Konjungsi antarkalimat merupakan salah satu jenis konjungsi yang menghubungkan satu
kalimat dengan kalimat yang lain. Dalam sebuah kalimat, konjungsi tersebut selalu terletak pada awal
kalimat. Oleh karena itu, konjungsi tersebut selalu ditulis dengan huruf kapital. Menurut Alwi (dalam
Setiawati dan Pratiwi, 2016:49) konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang menghubungkan satu
kalimat dengan kalimat yang lain. Oleh karena itu, konjungsi ini selalu memulai satu kalimat yang
baru dan huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital.
Pada dasarnya semua jenis konjungsi berfungsi untuk mengikat teks menjadi satu. Konjungsi
secara eksplisit muncul pada wacana dengan ditunjukkan oleh penanda-penanda formal yang
menghubungkan apa yang segera dikatakan dan yang telah dikatakan sebelumnya. Penanda-penanda
formal yang dimaksudkan disini merupakan penanda yang sudah terdaftar dalam PUEBI, misalnya
dan, atau, karena, tetapi, namun, dll. Penanda tersebut memiliki fungsi dan makna masing-masing.
Berdasarkan hal itu Halliday dan Hasan (dalam Brown, 1986 dalam Setyawati dan Pratiwi)
menggolongkan konjungsi ke dalam beberapa tipe sesuai dengan hubungan konjungtif yang
dimilikinya, yang terdiri dari: (1) aditif (hubungan penambahan); (2) adversatif (hubungan
pertentangan); (3) kausal (hubungan sebab-akibat); dan (4) temporal (hubungan waktu).
Konjungsi aditif merupakan hubungan atau pertalian yang bersifat penambahan atau
penjumlahan antara dua proposisi atau lebih yang dinyatakan oleh penulis. Konjungsi adversatif
adalah pertalian perlawanan yang bermakna mempertentangkan suatu hal, keadaan, atau perbuatan
dengan hal, keadaan, atau perbuatan lain. Konjungsi kausal atau kausalitas adalah hubungan atau
pertalian sebab-akibat yang terjadi bila satu proposisi menyatakan sebab atau alasan bagi proposisi
yang lain menjadi akibat atau sebaliknya. Konjungsi temporal adalah hubungan atau pertalian waktu
antara proposisi dengan proposisi yang lain menunjukkan terjadinya peristiwa dari tahap awal dan
dilanjutkan dengan tahap berikutnya.
Konjungsi adversatif memiliki beberapa konjungsi yang termasuk di dalamnya. Chaer
menyebutkan konjungsi yang menyatakan ‘hubungan pertentangan’ itu meliputi namun, tetapi,
sedangkan, sebaliknya. Akan tetapi selain konjungsi yang disebutkan oleh Chaer ada juga konjungsi
lain yang mengandung makna mempertentangkan seperti konjungsi
Konjungsi namun digunakan untuk menyatakan ‘hubungan mempertentangkan’ diantara dua
buah kalimat. Chaer (2015:87) menyatakan bahwa diantara dua kalimat tersebut, kalimat pertama
berisi pernyataan yang kontras dengan kalimat kedua. Agar menjadi padu, maka digunakanlah
konjungsi namun. Sebenarnya konjungsi namun memiliki fungsi yang sama dengan konjungsi tetapi.
Perbedaannya terletak pada tataran sintasisnya, apabila konjungsi namun merupakan konjungsi
antaralimat, sedangkan konjungsi tetapi berfungsi untuk menghubungkan konjungsi antar klausa.
Selain itu konjungsi namun, juga berfungsi untuk memberikan penegasan terhadap sesuatu.
Konjungsi tetapi merupakan konjungsi yang menyatakan ‘hubungan pertentangan’. Chaer
menyebutkan bahwa terdapat aturan-aturan dalam penggunaan konjungsi ini. Aturan-aturan tersebut
meliputi: 1) digunakan diantara dua buah kata berkategori akjektifa yang kontras di dalam sebuah
klausa; 2) di antara dua buah klausa yang subjeknya merujuk pada identitas yang sama, sedangkan
predikatnya adalah dua buah kata berkategori akjektifa yang kontras; 3) diantara dua buah klausa
yang subjeknya bukan identitas yang sama, sedangkan predikatnya berupa dua buah kata berkategori
akjektifa yang bertentangan; 4) di antara dua buah klausa, yang klausa pertama berisi pernyataan,
sedangkan klausa kedua berisi pengingkaran dengan adverbia tidak; dan 5) di antara dua buah klausa
yang klausa pertamanya berisi pengingkaran dengan adverbia bukan dan klausa keduanya berisi
pernyataan yang membetulkan isi klausa pertama. Berdasarkan aturan-aturan yang diungkapkan
Chaer tersebut dapat disimpulkan bahwa konjungsi tetapi bukanlah konjungsi antarkalimat akan
tetapi konjungsi antarklausa di dalam kalimat. Meskipun begitu dalam beberapa wacana masih
ditemui penggunaan konjungsi tetapi yang dijadikan sebagai penghubung antarkalimat.
Sama seperti halnya dengan konjungsi tetapi, konjungsi sedangkan juga merupakan konjungsi
antarklausa. Konjungsi ini digunakan untuk menyatakan ‘hubungan pertentangan’ yang digunakan di
antara dua buah klausa di dalam satu kalimat. Penggunaan konjungsi sedangkan sebagai konjungsi
antarkalimat juga masih ditemui diberbagai wacana berita.
Konjungsi sebaliknya, digunakan untuk menyatakan ‘pertentangan’ yang terdapat pada dua
buah klausa atau diantara dua buah kalimat (Chaer, 2015:88). Apabila konjungsi sebaliknya
digunakan sebagai konjungsi antarkalimat, konjungsi tersebut harus diletakkan diawal kalimat.
Konjungsi meski merupakan konjungsi yang digunakan untuk menyatakan hubungan
‘pertentangan’ sehingga konjungsi meski disebut dengan konjungsi adversatif.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian disajikan dengan menggunakan
metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan
dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya (Sukardi, 2011: 157). Metode deskriptif dalam
penelitian ini digunakan untuk mendapatkan pendeskripsian penggunaan konjungsi adversatif dalam
wacana pemberitaan plastik berbayar di media online JawaPos.com. Teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi.
Langkah-langkah pengumpulan data yang dilakukan sebagai berikut: (1) mengumpulkan
wacana pemberitaan KPTG di media online JawaPos.com, (2) data yang akan diambil diseleksi
terlebih dahulu dengan cara membaca setiap berita tentang kebijakan plastik berbayar, (3) menandai
konjungsi-konjungsi adversatif yang terdapat di dalam media online JawaPos.com edisi Maret 2019
tentang wacana pemberitaan plastik berbayar, (4) mencatat jenis-jenis konjungsi-konjungsi yang
terdapat di dalam wacana pemberitaan plastik berbayar di portal JawaPos.com.
Berdasarkan hasil pengumpulan data, ditemukan total wacana terkait pemberitaan plastik yang
terdapat pada media online JawaPos.com edisi Maret 2019 berjumlah 23 wacana. Dari total tersebut
terdapat 8 wacana yang tidak menggunakan konjungsi antarkalimat terlebih yang bertipe adversatif.
Sehingga dapat dikatakan bahwa total wacana yang mengandung konjungsi yang dimaksudkan
berjumlah 15 wacana saja. Pada 15 wacana tersebut, ditemukan beberapa jenis konjungsi antarkalimat
bertipe adversatif yaitu namun, tetapi, akan tetapi, padahal, meski, meskipun demikian, meski begitu,
sedangkan, dan sebaliknya. Total keseluruhan konjungsi antarkalimat bertipe adversatif yang
ditemukan berjumlah 37 data, berikut adalah rinciannya: 1) untuk konjungsi namun ditemukan 24
data; 2) konjungsi tetapi ditemukan 1 data; 3) konjungsi akan tetapi ditemukan 1 data; 4) konjungsi
padahal ditemukan 3 data; 5) konjungsi meski ditemukan 4 data; 6) konjungsi meskipun demikian
ditemukan 1 data; 7) konjungsi meski begitu ditemukan 1 data; 8) konjungsi sedangkan ditemukan 1
data; dan 9) konjungsi sebaliknya ditemukan 1 data.
Adapun analisis data penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi konstruksi konjungsi
antarkalimat bertipe adversatif, (2) mengidentifikasi implikasi penggunaan konjungsi adversatif
terhadap lingkungan, (3) kesimpulan, dari hasil identifikasi dan pembahasan.

PEMBAHASAN
Hasil dan pembahasan dari penelitian tentang penggunaan konjungsi pada pemberitaan plastik
berbayar meliputi: 1) konstruksi kalimat yang menggunakan konjungsi antarkalimat bertipe
adversatif; dan 2) implikasi penggunaan konjungsi antarkalimat bertipe adversatif terhadap
lingkungan terkait pemberitaan plastik berbayar.
1. Konstruksi Kalimat dengan Konjungsi Adversatif
Konjungsi antarkalimat merupakan konjungsi yang menhubungkan ide/gagasan antar kalimat yang
satu dengan kalimat lainnya dalam sebuah wacana. Sementara itu konjungsi adversatif merupakan
konjungsi yang memiliki makna mempertentangkan suatu ide/gagasan. Sehingga konjungsi
antarkalimat yang bertipe adversatif merupakan konjungsi yang menyatakan pertentangan
ide/gagasan yang dimiliki oleh kalimat-kalimat yang dihubungkan dengan konjungsi. Pada wacana
pemberitaan plastik berbayar di media online JawaPos.com edisi Maret 2019, ditemukan 9 jenis
konjungsi antarkalimat yang bertipe adversatif. Konjungsi tersebut adalah namun, tetapi, akan tetapi,
padahal, meski, meskipun demikian, meski begitu, sedangkan, dan sebaliknya. Konjungsi-konjungsi
tersebut di konstruksi dengan pola-pola tertentu. Berikut adalah analisisnya.
a. Konjungsi Namun
Penggunaan konjungsi namun pada sebuah kalimat memiliki pola tertentu. Berdasarkan data
yang diambil dari wacana di JawaPos.com, pertentangan yang dimaksudkan dapat berupa
pertentangan ide/gagasan dari kalimat. Pertentangan yang ditunjukkan konjungsi namun
ditandai dengan pertentangan pada salah satu unsur yang menduduki fungsi tertentu dalam
kalimat. Berikut adalah analisisnya.
Data 1
Sebelumnya, Asosiasi Persatuan Ritel Indonesia (Aprindo) telah memberlakukan
Konj. S P
kebijakan kantong plastik berbayar Rp 200 per kantong sejak awal Maret 2019
O Ket. Waktu
. Namun, penerapan ini masih belum efektif lantaran pengusaha retail
Konj. S P Konj. S
masih menunggu aturan resmi dari pemerintah. (W16/P 8/K1&2)
P O Komp.
Data 2
Sebelum kebijakan kantong plastik tidak gratis (KPTG) ini dikemukakan
Konj. S P
oleh Asosiasi Pengusaha Ritel (Aprindo) sejak 1 Maret 2019, sikap serupa
Komp. Ket. Waktu S
pernah dikampanyekan oleh pemerintah. Namun pelaksanaannya tidak efektif.
P Komp. Konj. S P
(W15/P2/K3&4)

Data 3
Pada 2016, Aprindo meluncurkan kebijakan serupa. Namun, realisasinya
Ket. Waktu S P O Konj. S
tidak optimal karena belum ada beleid pembatasan konsumsi kantong plastik.
P Konj. P O
(W11/P4/K3&4)
Pasangan kalimat pada data 1, 2, 3 dihubungkan dengan konjungsi namun yang
menyatakan hubungan pertentangan. Hubungan pertentangan baik data 1,2 dan 3 ditunjukkan
melalui oposisi dari fungsi predikat pada kalimat pertama dengan fungsi predikat pada kalimat
kedua. Pada data 1 fungsi predikat pada kalimat pertama ditempati oleh frasa verbal yaitu telah
memberlakukan. Pelekatan adverbia telah pada verba memberlakukan menunjukkan unsur
waktu bahwa suatu kegiatan sudah dilakukan. Sementara itu pada kalimat kedua diisi oleh frasa
akjektifal masih belum efektif. Frasa tersebut di susun oleh kelas kata adverbia masih belum
sebagai pewatas dan kelas kata akjektifa efektif sebagai inti. Pelekatan adverbia masih belum
menunjukkan pengingkaran pada kata efektif, yang artinya penggunakan konjungsi namun yang
mengikat kalimat 1 dan kalimat 2 tersebut menunjukkan keterikatan suatu tindakkan dengan
hasilnya. Tindakan yang dimaksudkan adalah pemberlakuan kebijakan kantong plastik
sementara hasilnya adalah masih belum efektif.
Pada data 2 fungsi predikat kalimat 1 yang menandai pertentangan diisi oleh frasa verbal
pernah dikampanyekan. Frasa tersebut disusun oleh kelas kata adverbia pernah sebagai pewatas
dan kelas kata verba dikampanyekan sebagai inti. Pelekatan kata pernah pada kata
dikampanyekan menunjukkan unsur waktu yaitu kegiatan dikampanyekan sudah dilakukan.
Lalu pada kalimat 2, fungsi predikat diisi oleh frasa akjektifal tidak efektif, yang disusun oleh
adverbia tidak sebagai pewatas dan akjektifa efektif sebagai inti. Pelekatan adverbia tidak
dimaksudkan untuk menunjukkan pengingkaran terhadap kata efektif, yang artinya penggunaan
konjungsi namun yang menghubungkan kalimat 1 dan 2 menunjukkan keterikatan suatu
tindakkan dengan hasilnya. Tindakan yang dimaksudkan adalah kampanye kebijakan KPTG
oleh pemerintah sementara hasilnya adalah tidak efektif.
Pada data 3 fungsi predikat kalimat 1 diisi oleh verba meluncurkan sementara kalimat 2
diisi oleh frasa akjektifal tidak optimal. Frasa akjektifal yang menduduki fungsi predikat pada
kalimat 2 tersebut disusun oleh adverbia tidak sebagai pewatas dan akjektifa optimal sebagai
inti. Pelekatan adverbia tidak dimaksudkan untuk menunjukkan pengingkaran terhadap kata
optimal, yang artinya penggunaan konjungsi namun yang menghubungkan kalimat 1 dan 2
menunjukkan keterikatan suatu tindakkan dengan hasilnya. Tindakan yang dimaksudkan adalah
peluncuran kebijakan plastik berbayar sementara hasilnya adalah tidak optimal.
Data 4
Sebenarnya pada 2016 KLHK pernah menginisiatori program kantong plastik
Ket. Waktu S P Komp.
berbayar. Namun, dengan prinsip pengurangan beban sampah yang dibuang
Konj. Ket. Alat
ke lingkungan tersebut, kegiatan kantong plastik berbayar itu tidak diteruskan.
S P
(W20/P3/K1&2)

Data 5
Dijelaskannya, penerapan kantong plastik berbayar tersebut sebelumnya
P S Konj
sudah pernah dilaksanakan. Namun dalam perjalanannya dibatalkan
P Konj. Ket. Tempat P
dengan berbagai sebabnya. (W22/P20/K1&2)
Ket. Alat

Data 6
Kasir Alfamart, Putri, 19 mengatakan, penerapan kantong plastik ini sebelumnya
S P O Konj.
sempat diberlakukan sejak beberapa tahun lalu. Namun, dihentikan karena
P Ket. Waktu Konj. P Konj.
banyak yang protes. (W8/P3/K1&2)
Ket. Sebab
Pasangan kalimat pada data 4, 5 dan 6 dirangkai dengan menggunakan konjungsi namun.
Pada ketiga data tersebut bentuk pertentangan ditunjukkan oleh fungsi predikat yang
menempati kalimat 1 dan 2. Fungsi predikat pada kalimat 1 ditempati oleh frasa verbal dan
fungsi predikat pada kalimat 2 ditempati oleh frasa verbal/kelas kata verba.
Pada data 4, fungsi predikat kalimat 1 ditempati oleh frasa verbal pernah menginisiatori,
yang tersusun oleh adverbia pernah sebagai pewatas dan verba menginisiatori sebagai inti.
Pelekatan kata pernah pada kata menginisiatori menunjukkan bahwa kegiatan menginisiatori
telah dilakukan. Sementara pada kalimat 2 fungsi predikat ditempati oleh frasa verbal tidak
diteruskan, yang tersusun dari adverbia tidak sebagai pewatas dan verba diteruskan sebagai inti.
Pelekatan adverbia tidak dimaksudkan untuk menunjukkan pengingkaran terhadap kata
diteruskan, yang artinya penggunaan konjungsi namun yang menghubungkan kalimat 1 dan 2
menunjukkan keterikatan suatu tindakkan dengan dengan tindakkan. Tindakan yang
dimaksudkan adalah penginisiasian program plastik berbayar dan tindakkan lanjutannya adalah
tidak diteruskan.
Pada data 5, fungsi predikat pada kalimat 1 ditempati oleh frasa verbal sudah pernah
dilaksanakan, yang tersusun oleh adverbia sudah dan pernah sebagai pewatas dan verba
dilaksanakan sebagai inti. Pelekatan kata sudah pernah pada kata dilaksanakan menunjukkan
bahwa kegiatan dilaksanakan telah dilakukan. Sementara pada kalimat 2, fungsi predikat
ditempati oleh verba dibatalkan. Penggunaan konjungsi namun yang menghubungkan kalimat
1 dan 2 menunjukkan keterikatan suatu tindakkan dengan dengan tindakkan. Tindakan yang
dimaksudkan adalah pelaksanaan penerapan plastik berbayar dan tindakkan lanjutannya adalah
pembatalan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut.
Pada data 6, fungsi predikat pada kalimat 1 ditempati oleh frasa verbal sempat
diberlakukan, yang tersusun oleh adverbia sempat sebagai pewatas dan verba diberlakukan
sebagai inti. Pelekatan kata sempat pada kata diberlakukan menunjukkan bahwa kegiatan
pemberlakuan telah dilakukan. Sementara pada kalimat 2, fungsi predikat ditempati oleh verba
dihentikan. Penggunaan konjungsi namun yang menghubungkan kalimat 1 dan 2 menunjukkan
keterikatan suatu tindakkan dengan dengan tindakkan. Tindakan yang dimaksudkan adalah
pemberlakuan penerapan plastik berbayar dan tindakkan lanjutannya adalah pemberhentian
terhadap pemberlakuan kegiatan tersebut.
Data 7
Usaha mengurangi konsumsi plastik juga bisa melalui kebijakan cukai plastik.
S P O
Namun, hingga saat ini, Kementerian Keuangan belum memungut cukai plastik.
Konj. Ket. Waktu S P O
(W11/P5/K1&2)

Data 8
Kebijakan cukai plastik sebenarnya mengemuka sejak 2016. Namun sampai saat ini,
S P Ket. Waktu Konj. Ket. Waktu
belum ada aturan mengenai pungutan cukai plastik. (W11/P8/K1&2)
P O
Pasangan kalimat pada data 7 dan 8 dihubungkan dengan menggunakan konjungsi namun.
Pada data 7 pertentangan yang ditunjukkan adalah mengenai kebijakan cukai plastik sebagai
langkah untuk mengurangi sampah plastik. Pada kalimat 1 digunakan gabungan kata juga bisa
melalui yang menduduki fungsi predikat. Penggunaan gabungan kata tersebut menyatakan
suatu opsi solusi dalam mengurangi sampah plastik. Sementara pada kalimat 2 fungsi predikat
diisi oleh frasa belum memungut yang tersusun oleh adverbia belum dan verba memungut.
Penggunaan frasa tersebut menunjukan bahwa kebijakan cukai plastik masih belum dijalankan.
Sehingga penggunaan konjungsi namun menunjukan suatu pertentangan antara solusi kebijakan
cukai plastik dengan penerapan kebijakan cukai plastik yang masih belum dilaksanakan. Hal
tersebut diperkuat oleh penggunaan fungsi keterangan waktu yang melekat pada struktur
kalimat 1 dan 2.
Pada data 8 juga ditemukan pola yang sama mengenai pertentangan yang ditunjukkan,
yaitu mengenai kebijakan cukai plastik sebagai langkah untuk mengurangi sampah plastik.
Pada kalimat 1 digunakan gabungan kata sebenarnya mengemuka yang menduduki fungsi
predikat. Penggunaan gabungan kata tersebut menyatakan bahwa kebijakan cukai plastik sudah
ada. Sementara pada kalimat 2 fungsi predikat diisi oleh frasa belum ada yang tersusun oleh
adverbia belum dan verba ada. Penggunaan frasa tersebut menunjukan bahwa kebijakan cukai
plastik masih belum memiliki aturan yang resmi. Sehingga penggunaan konjungsi namun
menunjukan suatu pertentangan antara keberadaan kebijakan cukai plastik dengan keberadaan
aturan kebijakan cukai plastik. Hal tersebut diperkuat oleh penggunaan fungsi keterangan
waktu yang melekat pada struktur kalimat 1 dan 2.

b. Konjungsi Sedangkan
Pada wacana pemberitaan plastik berbayar yang diproduksi oleh media online JawaPos.com
edisi Maret 2019, hanya ditemukan 1 pasang kalimat yang dihubungkan dengan konjungsi
sedangkan. Sebenarnya, konjungsi sedangkan merupakan konjungsi antarklausa di dalam
kalimat, akan tetapi JawaPos.com menggunakan konjungsi sedangkan sebagai konjungsi
antarkalimat. Sebagai konjungsi adversatif yang menyatakan hubungan pertentangan, kalimat-
kalimat yang dihubungkan dengan konjungsi sedangkan juga memiliki pertentangan yang dapat
diketahui dari kata yang menempati fungsi dalam kalimat. Berikut adalah analisisnya.
Data 9
Plastik berbayar lebih terkait dengan bisnis. Sedangkan upaya mengurangi
S P Ket. Alat Konj. S
penggunaan plastik bertujuan mengurangi beban sampah plastik sekali pakai
P O
yang dibuang ke lingkungan. (W20/P2/K3&4)
Pada data 9, konjungsi sedangkan digunakan untuk membandingkan kalimat 1 dan
kalimat 2. Bentuk pertentangan ditandai dengan kata yang menempati fungsi predikat memiliki
kekontrasan. Kalimat 1, fungsi predikat diisi oleh gabungagan kata lebih terkait. Gabungan kata
tersebut tersusun oleh adverbia lebih dan verba terkait. Penggunaan gabungan kata tersebut
bertujuan untuk menunjukkan kecenderungan keterkaitan plastik berbayar dengan bidang bisnis.
Lalu pada kalimat 2, fungsi predikat diisi oleh gabungan kata bertujuan mengurangi. Gabungan
kata tersebut disusun oleh kelas kata verba. Penggunaan gabungan kata tersebut bertujuan untuk
untuk menyatakan suatu tujuan pengambilan tindakan. Sehingga konjungsi sedangkan
digunakan untuk menghubungan kalimat 1 dan kalimat 2 yang tidak berhubungan, akan tetapi
dapat dipadukan dengan konjungsi sedangkan.
Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan konjungsi sedangkan
pada data 9 menyatakan bahwa pengurangan plastik itu bertujuan untuk mengurangi sampah
plastik yang ada dilingkungan masyarakat. Akan tetapi penerapan plastik berbayar yang semula
memiliki tujuan untuk mengurangi plastik, menunjukkan adanya sisi lain dari kebijakan plastik
berbayar yakni hubungannya dngan bisnis.

c. Konjungsi Tetapi
Konjungsi tetapi merupakan konjungsi yang menghubungkan klausa dengan klausa. Akan
tetapi dalam wacana pemberitaan plastik berbayar di media online JawaPos.com edisi 2019,
ditemukan data yang mengandung penggunaan konjungsi tetapi. Berikut adalah analisisnya.
Data 10
Menurut Reza, sebelumnya memang pernah ada penerapan ini. Tetapi,
P O Konj P O Konj.
kemudian perlahan tidak diberlakukan, dan mulai kemarin kantong plastik berbayar
Konj. P Konj. Ket. Waktu S
kembali diterapkan. (W5/P5/K1&2)
P
Kalimat 1 dan kalimat 2 tersebut dihubungkan oleh konjungsi tetapi. Konjungsi
tetapi merupakan konjungsi yang menyatakan ‘hubungan pertentangan’. Bentuk
pertentangan pada kalimat-kalimat tersebut dapat dilihat pada kata yang menduduki
fungsi predikat. Pada kalimat pertama fungsi predikat ditempati oleh frasa verbal tidak
diberlakukan, sementara pada kalimat kedua ditempati oleh frasa verbal kembali
diterapkan. Penggunaan adverbia tidak yang melekat pada verba diberlakukan pada
kalimat 1 menunjukkan pengingkaran terhadap kata diberlakukan. Sementara pada
kalimat 2, frasa verbal yang menempati fungsi predikat disusun ole verba kembali sebagai
pewatas dan verba diterapkan sebagai inti. Penggabungan kedua kalimat tersebut dengan
menggunakan konjungsi tetapi menunjukkan bahwa penerapan plastik berbayar yang
sudah tidak diberlakukan kembali diterapkan.

d. Konjungsi Akan Tetapi


Konjungsi akan tetapi merupakan perluasan dari konjungsi tetapi dan memiliki fungsi yang
hampir sama dengan konjungsi tetapi. Perbedaan dua konjungsi tersebut terletak pada
penggunaannya dalam wacana. Konjungsi tetapi digunakan untuk menghubungkan klausa
dengan klausa sementara konjungsi akan tetapi digunakan untuk menghubungkan kalimat
dengan kalimat.
Data 11
Pelaksanaan plastik berbayar kepada pengusaha ritel memang mudah dilaksanakan.
S P
Akan tetapi, menurut Adnan, hal ini akan sulit dilaksanakan pada kalangan bawah,
Konj. P S S P Komp.
seperti area pasar. (W22/P6/K1&2)
Pada data 11, kalimat 1 dan 2 dihubungkan dengan menggunakan konjungsi akan tetapi.
Pertentangan yang paling menonjol ditunjukan melalui perlawanan kata (antonim) yang
melekat pada kata yang menduduki fungsi predikat pada kedua kalimat tersebut. Pada kalimat
1, fungsi predikat diisi oleh gabungan kata memang mudah dilaksanakan. Sementara itu pada
kalimat 2 diisi oleh gabungan kata akan sulit dilaksanakan. Kata mudah pada kalimat 1
berlawanan kata dengan kata sulit pada kalimat 2. Sehingga, melalui penggunaan konjungsi
akan tetapi yang memadukan kedua kalimat tersebut, menyatakan bahwa konsumsi plastik di
ritel modern lebih rendah dibandingkan di pasar-pasar tradisional dimana kantong plastik masih
bebas digunakan.

e. Konjungsi Meski
Konjungsi meski merupakan konjungsi yang termasuk ke dalam konjungsi adversatif. Seperti
halnya konjungsi tetapi dan sedangkan, konjungsi meski seharusnya digunakan untuk
menghubungkan klausa dengan klausa di dalam kalimat. Akan tetapi penggunaan konjungsi
meski untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat ditemukan pada wacana pemberitaan
plastik berbayar di JawaPos.com. Berikut adalah analisisnya.
Data 12
Setelah diberlakukan mulai 1 Maret, kebijakan kantong plastik tidak gratis (KPTG)
Ket. Waktu S
mulai diterapkan sejumlah ritel anggota Aprindo. Meski, itu belum secara menyeluruh.
P O Konj. S Ket. Kuantitas
(W14/P1/K1&2)
Pada data 12, kalimat 1 dan 2 dihubungkan dengan menggunakan konjungsi meski.
Pertentangan yang dipadukan terletak pada kata yang menduduki fungsi objek pada kalimat 1
dan fungsi keterangan pada kalimat 2. Pada kalimat 1 fungsi objek diduduki oleh gabungan kata
sejumlah ritel anggota Aprindo. Penggunan nomina sejumlah menyatakan makna kuantitas
banyak. Sementara pada kalimat 2, fungsi keterangan diduduki oleh gabungan kata belum
secara menyeluruh. Penggunaan gabungan kata tersebut menyatakan bahwa kuantitas yang
tidak semuanya. Sehingga penggunaan konjungsi meski menunjukkan pertentangan jumlah ritel
yang telah menerapkan kebijakan plastik berbayar.

f. Konjungsi Meskipun Demikian


Konjungsi meskipun demikian merupakan perluasan dari konjungsi meski. Penambahan
partikel pun digunakan untuk menguatkan pernyataan sementara penambahan pronomina
demikian digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang sudah dibicarakan. Sehingga dapat
dikatakan perbedaan dari konjungsi meski dan meskipun begitu terletak pada penggunaannya
dalam suatu wacana. Penggunaan kata hubung meski digunakan untuk menghubungkan klausa
dengan klausa di dalam kalimat. Sementara penggunaan konjungsi meskipun demikian
digunakan untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat di dalam wacana.
Data 13
Di Indomaret memang setiap pemakaian kantong plastik dikenai biaya sebesar Rp 1.
Ket. Tempat S P O
Meskipun demikian, biaya ini tidak dibebankan kepada pembeli yang menggunakan
Konj. S P O
kantong plastik, melainkan melalui diskon yang diberikan. (W6/P5/K1&2)
Konj. P
Berdasarkan data tersebut konjungsi antarkalimat yang digunakan adalah meskipun
demikian. Pertentangan yang ditunjukkan dari kalimat 1 dan kalimat 2 terletak pada kata yang
menduduki fungsi predikat di kedua kalimat. Kalimat 1 fungsi predikat ditempati oleh kata
dikenai, sementara kalimat 2 ditempati oleh kata tidak dibebankan.

g. Konjungsi Meski Begitu


Konjungsi meski begitu memiliki fungsi penggunaan yang sama dengan konjungsi meski dan
meskipun demikian. Akan tetapi konjungsi ini lebih cenderung untuk menegaskan pernyataan
sebelumnya seperti yang terdapat pada pasangan kalimat berikut ini. Sama seperti konjungsi
meskipun demikian, konjungsi meski begitu juga digunakan untuk menghubungkan kalimat
dengan kalimat.
Data 14
Mereka turut menjual kantong plastik kepada pelanggan seharga Rp 200.
S P O Komp. Ket. Kuantitas
Meski begitu, karyawan toko modern tidak serta merta menerapkan plastik berbayar,
Konj. S P O
melainkan menanyakan terlebih dahulu apakah bersedia untuk membayar Rp 200 atau
Konj. P Konj. P Ket. Kuantitas
tidak. (W5/P1/K2&3)
Berdasarkan data tersebut, kedua kalimat dihubungkan dengan menggunakan konjungsi
meski begitu. Penggunaan konjungsi tersebut dimaksudkan untuk memadukan fungsi predikat
yang bertentangan antara kalimat 1 dan kalimat 2. Pada data 1 fungsi predikat ditempati oleh
kelas kata turut menjual sementara pada kalimat 2 diisi oleh gabungan kata tidak serta merta
menerapkan. Penggunaan adverbia tidak yang melekat pada gabungan kata yang menempati
fungsi predikat menunjukkan pengingkaran dari kalimat 1.

h. Konjungsi Padahal
Konjungsi padahal merupakan kata sambung yang menyatakan pertentangan antara bagian-
bagian yang dirangkaikan. Fungsi penggunaan konjungsi padahal sama dengan konjungsi
sedangkan, yaitu digunakan untuk menghubungkan klausa dengan klausa dalam kalimat. Akan
tetapi pada pemberitaan plastik berbayar yang diproduksi oleh media online JawaPos.com
masih ditemukan penggunaan konjungsi padahal untuk merangkaikan kalimat dengan kalimat.
Berikut adalah analisisnya.
Data 15
Di sisi lain, KLHK malah mendorong pemerintah daerah (pemda) untuk membuat
Ket. Tempat S P O Konj. P
peraturan pelarangan penggunaan kantong plastik. Padahal kebijakan itu
O Konj. S
tidak memiliki acuan peraturan yang mendasar. (W15/P5/K1&2)
P O
Berdasarkan data 15, kalimat 1 dan 2 dirangkai dengan menggunakan konjungsi padahal.
Pertentangan yang disatukan dengan konjungsi padahal terletak pada penggunaan kata yang
menduduki fungsi predikat.

2. Implikasi Penggunaan Konjungsi Adversatif Terhadap Opini Publik


Kepaduan suatu wacana berita dapat dipengaruhi dari konjungsi yang digunakan. Penggunaan dari
konjungsi tersebut juga mampu mempengaruhi makna yang terkandung dalam suatu wacana.
Berdasarkan hasil analisis pola konstruksi kalimat berkonjungsi adversatif, terdapat simpulan-
simpulan yang terangkum dalam tabel berikut ini.
Kode Pasangan Kalimat Konjungsi Simpulan
Data 1 Sebelumnya, Asosiasi Persatuan Ritel Namun Tidak adanya aturan resmi
Indonesia (Aprindo) telah memberlakukan dari pemerintah
kebijakan kantong plastik berbayar Rp 200 menyebabkan kebijakan
kantong sejak awal Maret 2019. Namun, plastik berbayar sebagai
penerapan ini masih belum efektif lantaran langkah untuk mengurangi
pengusaha retail masih menunggu aturan polutan plastik menjadi
resmi dari pemerintah. (W16/P 8/K1&2) terhambat.
Data 2 Sebelum kebijakan kantong plastik tidak Namun Penerapan plastik berbayar
gratis (KPTG) ini dikemukakan oleh lebih berjalan dengan baik
Asosiasi Pengusaha Ritel (Aprindo) sejak 1 apabila diresmikan oleh
Maret 2019, sikap serupa pernah Aprindo dibandingkan oleh
dikampanyekan oleh pemerintah. Namun pemerintah.
pelaksanaannya tidak efektif.
(W15/P2/K3&4)
Data 3 Pada 2016, Aprindo meluncurkan Namun Penerapan plastik berbayar
kebijakan serupa. Namun, realisasinya mengalami hambatan karena
tidak optimal karena belum ada beleid tidak memiliki aturan resmi
pembatasan konsumsi kantong plastik. dari pemerintah.
(W11/P4/K3&4)
Data 4 Sebenarnya pada 2016 KLHK pernah Namun Penerapan kebijakan plastik
menginisiatori program kantong plastik berbayar terhambat karena
berbayar. Namun, dengan prinsip tetap menimbulkan beban
pengurangan beban sampah yang dibuang pada lingkungan.
ke lingkungan tersebut, kegiatan kantong
plastik berbayar itu tidak diteruskan.
(W20/P3/K1&2)
Data 5 Penerapan kantong plastik berbayar disebut Namun Penerapan kantong plastik
dalam rangka mengurangi limbah plastik. berbayar memerlukan aturan
Namun, pengamat lingkungan dari dasar.
Universitas Riau Adnan Kasri menilai perlu
adanya regulasi yang jelas dan kuat.
(W22/P20/K1&2)
Data 6 Kasir Alfamart, Putri, 19 mengatakan, Namun Penerapan kantong plastik
penerapan kantong plastik ini sebelumnya berbayar terhambat karena
sempat diberlakukan sejak beberapa tahun banyak yang protes
lalu. Namun, dihentikan karena banyak
yang protes. (W8/P3/K1&2)
Data 7 Usaha mengurangi konsumsi plastik juga Namun Penerapan kebijakan cukai
bisa melalui kebijakan cukai plastik. plastik terhambat karena
Namun, hingga saat ini, Kementerian tidak ada tindak lanjut dari
Keuangan belum memungut cukai plastik. Kementerian Keuangan.
(W11/P5/K1&2)
Data 8 Kebijakan cukai plastik sebenarnya Namun Penerapan kebijakan cukai
mengemuka sejak 2016. Namun, sampai plastik masih belum
saat ini, belum ada aturan mengenai dilaksanakan karena tidak
pungutan cukai plastik. (W11/P8/K1&2) memiliki aturan dasar.
Data 9 Plastik berbayar lebih terkait dengan bisnis. Sedangkan Plastik berbayar dianggap
Sedangkan upaya mengurangi penggunaan sebagai bisnis dan bukan
plastik bertujuan mengurangi beban sebagai solusi pengurangan
sampah plastik sekali pakai yang dibuang limbah plastik.
ke lingkungan. (W20/P2/K3&4)
Data 10 Menurut Reza, sebelumnya memang Tetapi Kebijakan plastik berbayar
pernah ada penerapan ini. Tetapi, kemudian mengalami pasang surut
perlahan tidak diberlakukan, dan mulai dalam penerapannya.
kemarin kantong plastik berbayar kembali
diterapkan. (W5/P5/K1&2)
Data 11 Pelaksanaan plastik berbayar kepada Akan Kesulitan penerapan
pengusaha ritel memang mudah Tetapi kebijakan plastik berbayar di
dilaksanakan. Akan tetapi, menurut Adnan, kalangan bawah
hal ini akan sulit dilaksanakan pada menyebabkan pengurangan
kalangan bawah, seperti area pasar. sampah plastik menjadi
(W22/P6/K1&2) terhambat.
Data 12 Setelah diberlakukan mulai 1 Maret, Meski Penerapan kebijakan plastik
kebijakan kantong plastik tidak gratis berbayar belum semuanya
(KPTG) mulai diterapkan sejumlah ritel diterapkan
anggota Aprindo. Meski, itu belum secara
menyeluruh. (W14/P1/K1&2)
Data 13 Di Indomaret memang setiap pemakaian Meskipun Kebijakan plastik berbayar
kantong plastik dikenai biaya sebesar Rp 1. demikian belum diterapkan di
Meskipun demikian, biaya ini tidak indomaret.
dibebankan kepada pembeli yang
menggunakan kantong plastik, melainkan
melalui diskon yang diberikan.
(W6/P5/K1&2)
Data 14 Mereka turut menjual kantong plastik Meski Penerapan kebijakan plastik
kepada pelanggan seharga Rp 200. Meski begitu berbayar bergantung pada
begitu, karyawan toko modern tidak serta keputusan konsumen.
merta menerapkan plastik berbayar,
melainkan menanyakan terlebih dahulu
apakah bersedia untuk membayar Rp 200
atau tidak. (W5/P1/K2&3)
Data 15 Di sisi lain, KLHK malah mendorong Padahal Peraturan pelarangan
pemerintah daerah (pemda) untuk membuat penggunaan kantong plastik
peraturan pelarangan penggunaan kantong tidak memiliki aturan dasar.
plastik. Padahal kebijakan itu tidak
memiliki acuan peraturan yang mendasar.
(W15/P5/K1&2)

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan konjungsi yang menghubungkan
kalimat-dengan kalimat mengandung suatu gagasan. Dari gagasan-gagasan tersebut dapat diketahui
implikasi penggunaan konjungsi antarkalimat bertipe adversatif terhadap lingkungan.
Penggunaan konjungsi namun pada data 1, 2, dan 3 menunjukkan bahwa JawaPos.com
cenderung membandingkan tindakan pengurangan sampah plastik antara APRINDO dengan
pemerintah. Pada data tersebut dapat diketahui bahwa JawaPos.com cenderung memihak kepada
APRINDO dibandingkan kepada pemerintah, terbukti dari penggunaan konjungsi namun yang
digunakan untuk membandingkan aksi APRINDO dan pemerintah. Dari pernyataan tersebut dapat
diketahui bahwa APRINDO merupakan kumpulan peritel yang peduli terhadap lingkungan. Di sisi
lain, pemerintah dianggap sebagai pihak yang tidak peduli terhadap lingkungan karena tidak segera
mengeluarkan aturan yang memayungi penggunaan plastik berbayar. Akibatnya pembatasan
konsumsi plastik menjadi terganggu yang berdapampak pada masyarakat masih memiliki kebebasan
untuk mengonsumsi penggunaan plastik secara gratis.
Penggunaan konjungsi pada data 4, 5, dan 6, menunjukkan bahwa penerapan kebijakan plastik
berbayar mengalami kendala. Beberapa kendala yang tersebut berasal dari pihak konsumen dan
ketiadaan aturan dasar yang mengatur penggunaan plastik berbayar. Implikasinya terhadap opini
publik berupa masyarakat akan cenderung tidak ikut berkonstribusi terhadap pengurangan sampah
plastik melalui penggunaan plastik berbayar. Hal itu dikarenakan tidak adanya aturan yang menuntut
masyarakat harus membayar kantong plastik yang digunakannya.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data yang ditemukan pada media online JawaPos.com dapat disimpulkan
beberapa hal, yang meliputi: 1) konjungsi antarkalimat memiliki ciri utama yaitu semua bentuk
konjungsinya diletakkan di awal kalimat; 2) pertentangan yang berusaha ditunjukkan melalui
penggunaan konjungsi antarkalimat bertipe adversatif terletak pada kata yang menempati fungsi
predikat; dan 3) ciri-ciri kalimat yang bertentangan pada data-data yang ditemukan, kata yang
menempati fungsi predikat cenderung dilengkapi kelas kata adverbia seperti tidak dan belum. Selain
itu penggunaan konjungsi antarkalimat bertipe adversatif juga memiliki implikasi terhadap opini
publik, yakni penggunaan konjungsi tersebut mengarahkan pembaca untuk ikut membandingkan
kebijakan plastik berbayar yang ditetapkan pemerintah dan Aprindo.

DAFTAR PUSTAKA
Badara, Aris. 2012. Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Chaer, Abdul. 2015. Sintaksis Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta: PT Rineka Cipta
Darma, Yoce Aliah. 2014. Analisis Wacana Kritis dalam Multiperspektif. Bandung: PT Refika
Aditama.
Eriyanto. 2008. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta.
Khairah, Miftahul dan Ridwan, Sakura. 2014. Sintaksis: Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Setiawati, Sulis dan Pratiwi, Heppy Atma. 2016. “Aspek Kobesi Konjungsi dalam Wacana Opini
pada Majalah Tempo dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia”. [Online].
Tersedia.
Sukardi. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan:Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.
Badara, Aris. 2012. Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Chaer, Abdul. 2015. Sintaksis Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta: PT Rineka Cipta
Darma, Yoce Aliah. 2014. Analisis Wacana Kritis dalam Multiperspektif. Bandung: PT Refika
Aditama.
Eriyanto. 2008. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta.
Khairah, Miftahul dan Ridwan, Sakura. 2014. Sintaksis: Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Setiawati, Sulis dan Pratiwi, Heppy Atma. 2016. Jurnal Gramatika. “Aspek Kobesi Konjungsi dalam
Wacana Opini pada Majalah Tempo dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa
Indonesia”. [Online]. Tersedia.
Sukardi. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan:Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai