Anda di halaman 1dari 8

Dampak National Sword Policy China Tahun 2018 pada Perubahan Kebijakan Malaysia

Terhadap Sampah Impor

Metode Riset Hubungan Internasional

Yusril Ihza Ali


17044010044

Abstrak

Permasalahan akan lingkungan yang disebabkan oleh sampah makin parah. Namun hal ini
menjadi lebih buruk lagi saat China menciptakan kebijakan bertajuk National Sword Policy di
tahun 2018. Salah satu dampak dari adanya kebijakan tersebut adalaha peningkatan sampah
impor di Malaysia karena adanya pengalihan sampah dari negara eksportir, yang akhirnya di
tahun yang sama, pemerintah Malaysia merubah kebijakan luar negerinya terkait sampah impor
untuk melarang sampah impor masuk ke Malaysia hingga tahun 2022.

Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana dampak dari National Sword
Policy hingga membuat pemerintah Malaysia merubah kebijakan luar negerinya terkait sampah
impor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana alur perubahan kebijakan suatu
negara, apa saja faktornya, dan apa saja output yang dihasilkan. Metode penelitian yang akan
digunakan penulis berupa metode kualitatif-deskriptif, guna dapat memberikan gambaran
sistematis proses perubahan kebijakan luar negeri suatu negara, dengan berlandaskan pada teori
perubahan kebijakan luar negeri oleh Charles F. Herman dalam “Changing Course: When
Government Choose to Redirect Foreign Policy” (Herman. 1990).

Kata kunci: National Sword Policy, perubahan kebijakan luar negeri, sampah impor, lingkungan
Latar Belakang Masalah

Isu mengenai lingkungan –terutama tentang sampah plastik- dewasa ini semakin marak menjadi
pembahasan di panggung global. United Nations Environtment Programme (UNEP) pada tahun
2017 dalam Economist World Ocean Summit di Bali menyatakan “perang” pada sampah plastik
yang berada di lautan berupa kampanye untuk mengeliminasi sumber dari sampah plastik di
lautan yang mayoritas berupa plastik dan produk-produk kosmetika dengan target tahun 2022
(UNEP. 2017). Hal ini dilakukan untuk menanggapi bagaimana parahnya plastik merusak laut
beberapa tahun terakhir. UNEP mengestimasi ada sekitar 8 juta ton sampah plastik yang berada
di lautan tiap tahunnya, dan hal ini menyebabkan kerugian sekitar 8 milyar US Dollar kepada
sektor perekonomian di sekitar laut, seperti sektor nelayan dan turis (UNEP. 2017).

Sampah –utamanya plastik- tidak serta merta barang yang tidak memiliki nilai guna yang hanya
menyebabkan permasalahan lingkungan. Di beberapa negara, ternyata sampah plastik adalah
komoditas yang diperjual-belikan atau ekspor-impor. Sampah plastik umumnya digunakan
sebagai bahan baku untuk industri daur ulang. Hal tersebut menciptakan dilema kepada negara-
negara yang memiliki industri daur ulang seperti Malaysia, di sisi lain sampah plastik dapat
merusak lingkungan, di sisi lain mampu memberikan penduduknya pekerjaan untuk dapat
menyambung hidup. Namun agaknya permasalahan sampah plastik impor tak lagi dapat
dikompromi, pasalnya resiko kualitas lingkungan hidup, kesehatan manusia, dan makhluk hidup
lain semakin terancam tiap tahunnya dikarenakan “bocornya” sampah plastik ke lingkungan. Hal
ini dikarenakan di negara berkembang, pengelolaan sampah tidak sepenuhnya dilaksanakan
sesuai standar dari regulasi baik skala domestik maupun internasional, seperti Konvensi Basel
contohnya.

Permasalah mengenai sampah ini kemudian menjadi lebih parah. Pada tahun 2018, China mulai
mengimplementasikan kebijakan baru yang disebut “National Sword” yang melarang 24 jenis
sampah impor seperti Polyethylene terephthalate (PET), Polyethyene (PE), Polyvinyl chloride
(PVC) dan Polystyrene (PS). Dampak dari pelarangan 24 jenis sampah impor untuk masuk ke
wilayah China tersebut menyebabkan berkurangnya sampah plastik impor di China sebesar 93%
dari tahun 2017 hingga 2018 (GRID-Arendal. 2019). Kebijakan terkait sampah impor ini
bertujuan untuk melindungi wilayah China dari bahaya polusi, namun hal ini membuat negara-
negara di seluruh dunia gempar, terutama bagi negara yang tergabung dalam perdagangan
sampah global. Bukan tanpa alasan, selama beberapa dekade terakhir, China adalah pusat dari
perdagangan sampah plastik global. Dari tahun 1988 hingga 2016, China dalam kurun waktu
tersebut telah menyerap sekitar 72,40% sampah impor di dunia (Armstrong. 2018). Dampak dari
pelarangan China terkait sampah impor ini menyebabkan resonasi ke seluruh negara industri
daur ulang, yang mengakibatkan dampak signifikan baik kepada negara-negara eksportir sampah
dan importir.

Di negara eksportir –yang mayoritas negara maju- terdapat permasalahan mengenai sedikitnya
negara resipien yang mau menerima sampah dari negara mereka, dikarenakan banyak negara-
negara resipien yang mulai mengikuti kebijakan yang dijalankan oleh China. Sebagai contoh
adalah adanya tumpukan 23,000 ton sampah plastik yang belum disortir yang kemudian dibakar
di tempat terbuka di Latvia pada tahun 2018 dikarenakan tidak adanya negara yang mau
menerima sampah tersebut (GRID-Arendal. 2019). Hal ini menyebabkan negara eksportir
mengarahkan eskpor sampah ke negara-negara berkembang, yang salah satunya adalah Malaysia.
Adanya pengalihan ekspor sampah tersebut yang akhirnya berimplikasi pada kualitas lingkungan
dan kesehatan penduduk Malaysia, membuat Malaysia menciptakan perubahan kebijakan terkait
sampah impor, yang secara garis besar untuk menghentikan sampah impor masuk ke Malaysia
selama tiga tahun kedepan (GAIA. 2019).

Rumusan Masalah

1. Apa pengaruh National Sword Policy tahun 2018 terhadap perdagangan sampah global?
2. Bagaimana National Sword Policy dapat mempengaruhi adanya perubahan kebijakan
oleh pemerintah Malaysia terkait sampah impor?
3. Apa output dari adanya kebijakan tersebut

Tinjauan Pustaka

Ada beberapa literatur-literatur yang membahas terkait National Sword Policy oleh China di
tahun 2018 mengenai sampah impor, atau lebih tepatnya kebijakan mengenai perdagangan
sampah global. Arah pembahasan dari tiap-tiap literatur yang ditemukan penulis sebagai bahan
tinjauan tersebut beragam, ada yang membahas bagaimana respon Amerika Serikat pasca
kebijakan tersebut diberlakukan, adanya policy adjustment dalam kebijakan domestik di Inggris,
ada yang membahas dampak secara kebijakan China terhadap negara-negara berkembang, dan
masih banyak lagi, dan salah satu literatur yang diambil oleh penulis sebagai bahan dalam
mengkaji bagaimana National Sword Policy China di tahun 2018 dapat mempengaruhi adanya
perubahan kebijakan terkait sampah impor oleh Malaysia, datang dari studi Brooks & Jambeck
(2018) dalam “The Chinese import ban and its impact on global plastic waste trade”.

Dalam literatur tersebut, dapat diambil garis besar bahwa National Sword Policy China di tahun
2018 menimbulkan dampak yang signifikan terhadap perdagangan sampah global. Sebelum
adanya kebijakan National Sword Policy, China sebelumnya telah memberlakukan kebijakan
“Green Fence” pada tahun 2013 yang secara garis besar meningkatkan batasan atas sampah, agar
dapat menurunkan angka sampah yang terkontaminasi masuk ke China (Brooks & Jambeck.
2018). Dengan diimplementasikannya kebijakan tersebut, menurut data dari UN Comtrade data
yang telah dikompilasikan menunjukkan adanya penurunan perdagangan sampah global baik
eskpor maupun impor, dan kembali menurun saat diberlakukannya National Sword Policy di
tahun 2018 (Brooks & Jambeck. 2018).
Adapun literatur lain yang berasal dari Dimas Rahmad Sanubari bertajuk “Respon Amerika
Serikat Terhadap Kebijakan Larangan Impor Sampah Daur Ulang Tiongkok”. Dalam literatur
tersebut, Sanubari mencoba untuk menggambarkan bagaimana respon Amerika Serikat pasca
adanya Green Fence dan National Sword Policy oleh China. Pasalnya menurut Sanubari, AS
adalah negara yang paling terdampak dengan adanya kebijakan tersebut. (Sanubari. 2019). Hal
ini dikarenakan adanya fakta yang menunjukkan bahwa Amerika adalah negara eksportir
terbesar sampah ke China. Dengan adanya dampak tersebut, AS kemudian merespon kebijakan-
kebijakan China tersebut dengan mengalihkan ekspor sampah ke negara-negara lain, utamanya
Asia Tenggara (Sanubari. 2019). Namun tidak berhenti pada upaya pengalihan sampah, kenaikan
tarif produk China yang masuk ke Amerika Serikat juga bentuk respon terhadap kebijakan
tersebut (Sanubari. 2019).

Kedua literatur tersebut sama-sama membahas tentang National Sword Policy oleh China,
namun keduanya tidak membahas bagaimana kebijakan tersebut dapat mempengaruhi suatu
negara untuk melakukan perubahan kebijakan, yang dalam konteks ini kebijakan terkait
perdagangan sampah. Apa yang membedakan penelitian dari penulis dan kedua literatur yang
telah disebutkan, adalah adanya analisa mendalam bagaimana National Sword Policy oleh China
di tahun 2018 dapat mempengaruhi Malaysia –sebagai salah satu negara yang terdampak- dalam
perubahan kebijakan terkait sampah impor. Dalam penelitian ini akan dipaparkan secara detail
tentang konsiderasi apa saja yang digunakan pemerintah Malaysia dalam merubah kebijakan
terkait sampah impornya, bagaimana prosesnya, bagaimana bentuk kebijakannya, dan akan
dipaparkan juga beberapa data terkait kebijakan sampah impor di negara-negara tetangga sebagai
komparasi.

Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan model dan teori perubahan kebijakan luar
negeri oleh Charles F. Herman dalam “Changing Course: When Government Choose to Redirect
Foreign Policy” (Herman. 1990). Dalam literatur tersebut, dipaparkan bagaimana proses sebuah
negara merubah kebijakan luar negerinya, termasuk faktor apa saja yang menjadi
konsiderasi/mempengaruhi, dan output dari hasil pertimbangan pemerintah atas faktor-faktor
tersebut.

Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir yang menjadi garis besar dari penelitian ini adalah dampak National Sword
Policy China akan adanya perubahan kebijakan Malaysia terkait sampah impor. Penulis tertarik
tentang bagaimana regulasi baru China terkait sampah impor tersebut dan bagaimana regulasi
tersebut memberikan dampak berupa kerugian di beberapa sektor di Malaysia hingga menjadi
konsiderasi pemerintah Malaysia untuk merubah kebijakannya

Sebagai salah satu negara importir terbesar di dunia, Malaysia secara otomatis terdampak oleh
adanya kebijakan dari China. Berdasarkan keadaan tersebut, penulis ingin mengetahui lebih
lanjut tentang apa saja sektor yang terdampak dari regulasi National Sword Policy China pada
tahun 2018 di Malaysia hingga bagaimana dampak tersebut menjadi konsiderasi dan diproses
oleh pemerintah dalam menetapkan kebijakan yang baru.

Dalam mengetahui bagaimana National Sword Policy berdampak pada perubahan kebijakan,
penulis menggunakan teori teori perubahan kebijakan luar negeri oleh Charles F. Herman. Secara
garis besar, Herman berasumsi bahwa terdapat beberapa faktor yang disebut sebagai Primary
Change Agents yang melatarbelakangi adanya perbuahan kebijakan luar negeri oleh suatu
negara. Primary Change Agents tersebut mencakup leader driven, bureaucratic advocacy,
domestic restructuring, dan external shock (Herman. 1990).

Grafik 1.1 Proses perubahan kebijakan luar negeri Herman (1990)

Apabila mengikuti klasifikasi Herman mengenai jenis-jenis faktor yang dijadikan konsiderasi
pemerintah untuk merubah suatu kebijakan luar negeri, maka National Sword Policy oleh China
di tahun 2018 termasuk dalam primary agents klasifikasi external shock. Hal ini merujuk pada
pengertian dari external shock oleh Herman: “sources of foreign policy changes that result from
dramatic international event.” (Herman. 1990). National Sword Policy oleh China di tahun 2018
seperti yang telah penulis jabarkan sebelumnya, adalah suatu fenomena yang menggemparkan
perdagangan sampah global. Pasalnya dengan China menutup impor sampahnya, negara-negara
eksportir –sebagian besar- mengalihkan ekspor sampahnya ke negara importir lain. Di sisi lain,
akibat adanya pengalihan ekspor sampah, negara importir –yang sebagian besar merupakan
negara berkembang- harus menghadapi naiknya sampah ke negaranya, namun di saat yang
bersamaan dibingungkan oleh masalah lingkungan karena manajemen pengolahan sampah yang
buruk.

Berangkat dari hal tersebut, penulis mencoba merangkai kerangka berpikir tentang bagaimana
National Sword Policy berpengaruh terhadap perubahan kebijakan luar negeri terkait sampah
oleh Malaysia sebagai berikut:
China

National Sword Policy


(external shock)

Negara eksportir

Pengalihan ekspor sampah ke negara


lain

Peningkatan sampah impor di


Malaysia

Implikasi lingkungan
Perubahan kebijakan luar
negeri terkait sampah impor

Konsiderasi pemerintah
Malaysia

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan penulis untuk mengkaji dampak regulasi baru China terkait
pelarangan sampah impor terhadap perubahan kebijakan Malaysia adalah penelitian kualitatif
yang datanya diambil dari studi kepustakaan. Alasan penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif adalah sebagai berikut :

1. Kualitatif

- Untuk dapat menggambarkan bagaimana regulasi China terkait sampah impor dapat
mempengaruhi perubahan kebijakan Malaysia
- Untuk dapat menggambarkan apa yang menjadi konsiderasi pemerintah Malaysia dalam
merubah kebijakan terkait sampah impor

- Untuk dapat menggambarkan bagaimana proses perubahan kebijakan oleh pemerintah Malaysia

Data kualitatif didapatkan oleh penulis melalui studi kepustakaan yang bersumber dari buku,
surat kabar, publikasi ilmiah atau penelitian, literatur dan artikel-artikel online. Penelitian ini
akan bersifat deskriptif, karena menurut Menurut Nazir (1988) metode penelitian deskriptif
merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set
kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Dengan kata lain,
metode penelitian deskriptif dapat menjawab secara sistematis akan gambaran bagaimana
National Sword Policy oleh China di tahun 2018 dapat mempengaruhi pemerintah Malaysia
dalam membuat perubahan akan kebijakan luar negerinya terkait sampah impor.
Daftar Pustaka

 Brooks, A. L., Wang, S., & Jambeck, J. R. 2018. The Chinese import ban and its impact
on global. ENVIRONMENTAL STUDIES, pp. 1-7.
 SANUBARI, D. R. 2019. RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP KEBIJAKAN
LARANGAN IMPOR SAMPAH DAUR ULANG TIONGKOK (Doctoral dissertation,
UNIVERSITAS AIRLANGGA).
 GAIA. 2019. “DISCARDED : COMMUNITES ON THE FRONTLINE OF THE GLOBAL
PLASTIC CRISIS” [online] https://wastetradestories.org/wp-
content/uploads/2019/04/Discarded-Report-April-22.pdf diakses pada 10 Maret 2020
 GRID-Arendal. 2019. Controlling Transboundary Trade in Plastic Waste (GRID-
Arendal Policy Brief). [online] https://gridarendal-website-
live.s3.amazonaws.com/production/documents/:s_document/483/original/PlasticBrief_hi.
pdf?1557746817 diakses pada 10 Maret 2020
 Hermann, C. F. 1990. Changing course: when governments choose to redirect foreign
policy. International Studies Quarterly, 34(1), 3-21.
 Jambeck, et al. 2015. Plastic waste inputs from land into ocean. Science, 347(6223), 768-
771.
 Nazir, M. 2011. Metode Penelitian. Edisi 7. Jakarta: Ghalia Indonesia
 UNEP. 2017. “UN Declares War on Ocean Plastic” [online]
https://www.unenvironment.org/news-and-stories/press-release/un-declares-war-ocean-
plastic diakses pada 10 Maret 2020.

Anda mungkin juga menyukai