ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk transformasi strategi Detox
Campaign on Fashion Greenpeace serta dampak dari perubahan strategi
tersebut. Penelitian ini menggambarkan bagaimana strategi Greenpeace dalam
menanggulangi pencemaran lingkungan di Tiongkok akibat limbah beracun
hasil produksi barang-barang fashion. Tipe penelitian yang penulis gunakan
untuk mencapai tujuan penelitian adalah tipe penelitian kualitatif deskriptif
dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah telaah pustaka yang
bersumber dari berbagai literatur, seperti buku-buku, jurnal, dan artikel, yang
berkaitan dengan penelitian ini. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
ada perubahan dalam strategi kampanye Detox on Fashion Greenpeace. Hal ini
dibuktikan dengan terbentuknya The Detox Catwalk dengan tujuan utama
mengevaluasi dan mendorong perusahaan fashion agar mencapai tujuan Detox
pada tahun 2020. Terbentuknya The Detox Catwalk merupakan strategi
Greenpeace dalam mengurangi limbah beracun yang disebabkan oleh
perusahaan fashion yang memiliki pemasok dari Tiongkok. Selain itu,semakin
banyaknya perusahaan fashion yang mengikuti komitmen Detox Greenpeace
setiap tahunnya menjadi bukti keberhasilan Greenpeace dalam upaya
menanggulangi pencemaran air di Tiongkok.
ABSTRACT
This study aims to determine the form of transformation of the Greenpeace
Detox Campaign on Fashion strategy and the impact of the change in strategy.
This research illustrates how Greenpeace's strategy in tackling environmental
pollution in China due to toxic waste produced by fashion items. The type of
research that I use to achieve the research objectives is the type of descriptive
qualitative research with the data collection techniques used are literature
review sourced from various literatures, such as books, journals, and articles,
which are related to this research.The results of this study indicate that there is a
change in Greenpeace's Detox on Fashion campaign strategy. This is evidenced
by the establishment of The Detox Catwalk with the main goal of evaluating
and encouraging fashion companies to achieve Detox goals in 2020. The
establishment of The Detox Catwalk is Greenpeace's strategy in reducing toxic
waste caused by fashion companies that have suppliers from China. In addition,
the growing number of fashion companies that follow Detox Greenpeace's
commitments each year is a testament to Greenpeace's success in tackling water
pollution in China.
Keywords: Waste, China, Greenpeace Detox Campaign, Fashion, Environment
PENDAHULUAN
Isu lingkungan mulai menarik perhatian lembaga internasional sejak awal 1970-
an. Saat itu, konferensi PBB mengenai Lingkungan Hidup Manusia yang berlangsung
di Stockholm secara eksplisit menghubungkan tema lingkungan hidup dan
pembangunan untuk kali pertama (Steans & Pettiford, 2009, p. 404). Dengan
kemajuan teknologi komunikasi, informasi tentang isu lingkungan menyebar dengan
luas dan cepat ke segala penjuru dunia. Di samping itu perbincangan tentang
permasalahan lingkungan bersumber dari negara yang telah maju, antara lain
Amerika Serikat. Karena citranya sebagai negara maju dan kekuasaan ekonomi dan
politik negara maju itu, perbincangan tentang permasalahan itu diikuti pula oleh
negara berkembang (Soemarwoto, 1983, p. 6). Hingga kini, isu mengenai kerusakan
lingkungan seperti pemanasan global dan emisi karbon masih sering diperbincangkan
oleh masyarakat global.
Salah satu negara penghasil emisi karbon terbesar ialah Tiongkok. Tiongkok
dikenal sebagai salah satu negara super power yang memiliki pertahanan militer dan
perekonomian yang mumpuni. Negara tirai bambu ini memiliki reputasi yang baik
berkat kemajuan perkembangan danpertumbuhan ekonomi yang spektakuler sehingga
sering dikatakan dengan berbagai julukan seperti keajaiban Tiongkok (China’s
miracle), kemudian kebangkitan sang naga (rise of the dragon), dan beberapa nama
gelar lainnya yang memuji kemajuan perekonomian Tiongkok (Gusman & Waluyo,
2015, p. 1662). Salah satu bidang bisnis yang menguntungkan di Tiongkok adalah
Fashion atau biasa disebut dengan pakaian. Sejak kebijakan open door policy dan
reformasi ekonomi dimulai pada tahun 1979, industri tekstil dan pakaian telah
menjadi kekuatan pendorong dalam ekspor Tiongkok. Industri ini pun menjadi
sumber utama devisa negara dan dengan demikian memainkan peran penting dalam
perdagan gan luar negeri dan pembangunan ekonomi Tiongkok.
Perkembangan ekonomi dan industrialisasi tidak hanya membawa dampak
positif ke Tiongkok tetapi jugamembawa dampak buruk di sektor lingkungan.
Terdapat dua pabrik tekstil di Tiongkok yaitu Youngor Textile City Complex yang
beroperasi dekat dengan Sungai Yangtze dan Well Dyeing Factory Limited yang
berdiri dekat dengan Delta Pearl. Limbah hasil proses pembuatan tekstil di pabrik
tersebut menyebabkan pencemaran air di Tiongkok. Penelitian menunjukan bahwa
limbah kedua pabrik tersebut berkontribusi besar terhadap polusi air di Tiongkok.
Beberapa kandungan bahan kimia yang terkandung dalam limbah produksi tekstil
bersifat tidak hancur sehingga dapat merusak lingkungan. Fakta lain ditemukan,
bahwa banyak brand fashion ternama dunia seperti H&M, Li Ning, Nike, Adidas,
Lacoste, dan lain-lain, mempercayakan produksi tekstilnya kepada dua pabrik tekstil
di Tiongkok tersebut, Youngor dan Well Dyeing (Puti Parameswari, 2016, p. 215).
Berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta cairnya dinamika
hubungan internasional di era globalisasi ini memunculkan banyak aktor selain
negara yang juga mempunyai pengaruh besar. Organisasi internasional serta para
pelaku bisnis merupakan aktor-aktor non negara yang kini memegang peranan
signifikan di dunia internasional. Aktor non negara, seperti NGO dan gerakan
transnasional adalah dua hal yang tidak terpisah satu sama lain. Gerakan
transnasional menjadi salah satu metode bagi NGO dalam upayanya mengusung
sebuah isu. Gerakan yang bersifat lintas batas negara tersebut memungkinkan ranah
gerak yang lebih luas bagi aktor non negara, karena usaha yang dilakukan tidak
dibatasi oleh teritori tertentu (Puti Parameswari, 2016, p. 210). Hadirnya Greenpeace
sebagai International Non Governmental Organization (INGO) juga ikut mengambil
peranan penting di dunia internasional, khususnya di bidang lingkungan. Greenpeace
adalah suatu organisasi internasional yang berkampanye untuk kampanye lingkungan
secara global. Amsterdam, Belanda adalah kantor pusat dari Greenpeace, telah
mempunyai 2,8 Juta pendukung di seluruh dunia, nasional dan kantor regional di 41
negara (Greenpeace, 2008).
Di dalam mengurangi dan mengatasi pencemaran lingkungan yang dihasilkan
oleh zat kimia berbahaya, Greenpeace memiliki program kampanye Detox.
Kampanye Detox yang diusung oleh Greenpeace ini bertujuan untuk menyadarkan
publik akan bahayanya bahan kimia terhadap lingkungan serta memiliki tujuan agar
bahan kimia berbahaya tidak lagi diproduksi, digunakan dan disebarkan ke
lingkungan. Seperti program-program Greenpeace yang lainnya, program kampanye
ini ada yang bersifat global dan bersifat regional. Kampanye ini pun juga dibagi ke
beberapa jenis hasil produksi seperti detoks bahan kimia berbahaya dari hasil
produksi mainan. Peralatan outdoor, gadget, dan juga fashion.Pada kampanye ini,
Greenpeace menentang merek fashion global untuk menghilangkan semua bahan
kimia berbahaya dari rantai suplai dan produksi mereka.
Saat ini kampanye ini juga telah mendapatkan komitmen Detox global dari
berbagai toko ritel, pemasok dan juga dari 76 merek internasional ternama seperti
Nike, Benetton, H&M, Puma, Adidas, dan Burberry. Kampanye ini juga memiliki
dampak politik. Kampanye ini memicu perubahan kebijakan seperti penerapan
standar limbah pada perairan di Tiongkok yang lebih ketat atau larangan Uni Eropa
pada impor tekstil yang mengandung bahan kimia berbahaya nonylphenol ethoxylates
(NPEs) yang harus mulai berlaku pada tahun 2020. Merek fashion memiliki peran
penting dalam mengubah praktek pemasok mereka dan beberapa perusahaan pertama
yang melakukan komitmen untuk detoks (Greenpeace, 2016).
METODE PENELITIAN
Penulis menggunakan tipe penelitian kualitatif deskriptif dengan menjelaskan
bagaimana strategi Greenpeace dalam menanggulangi limbah beracun di Tiongkok
dan juga apa dampak yang dihasilkan oleh strategi Greenpeace tersebut. Adapun
bagian dari tipe penelitian yang penulis gunakan adalah tipe deskriptif. Tipe
deskriptif adalah penelitian yang menggunakan penggambaran berdasarkan fakta
empiris yang disertai argumen yang mendukung. Lalu hasil uraian tersebut
dilanjutkan dengan analisis untuk menarik kesimpulan yang bersifat analitik. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah telaah pustaka, yaitu
cara pengumpulan data berupa data sekunder dengan menelaah berbagai literatur
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yang dapat berasal dari buku, jurnal,
dokumen, makalah, laporan, majalah, surat kabar dan artikel yang berhubungan
dengan masalah penelitian.
TINJAUAN PUSTAKA
Green Thought
Konsep Green Thoughts menjadi popular dan semakin banyak dibahas oleh
penstudi HI sejak berakhirnya perang dingin. Isu lingkungan yang semakin
menghawatirkan kini membutuhkan perhatian lebih oleh masing-masing individu,
pelaku industri internasional, organisasi internasional, negara dan juga kelompok-
kelompok masyarakat lainnya. Kebanyakan orang akan menjawab kemunculan Green
Thoughts dari pemberitaan berbagai prediksi pesimistik tentang masa depan, yang
paling terkenal adalah laporan Limits to Growth karya Roma Klub yang diterbitkan
tahun 1972. Limits to Growth kemunculannya sangatlah penting dalam mendorong
diskusi, perdebatan, dan penelitian, dan dalam menawarkan suatu alternative
terutama bagi pertembuhan kemanusaiaan yang berorientasi sikap. Pada beberapa
tingkatan, argumen Limit to Growth yang dikombinasikan dengan suatu penolakan
dari anthoposentrisme, dapat dilihat sebagai esensi dari Green Thoughts (Steans &
Pettiford, 2009, p. 386). Para pemikir konsep Green Thoughts percaya bahwa dunia
itu terdiri dari serangkaian ekosistem yang saling berkaitan. Hubungan manusia dan
alam harus diperbaiki mengingat krisis lingkungan hidup telah terjadi saat ini.
Singkatnya, Green Thoughts menuntut perubahan-perubahan radikal (baca:
mendasar) dalam hal organisasi sosio-politik dan penghargaan bagi spesies non-
manusia. Sebagaimana telah ditunjukkan oleh para pendukung pemikiran ini, Green
Thoughts tidak perlu menjadi sebuah posisi yang tetap tetapi secara umum terlibat
dalam: (1) suatu penolakan/pembahasan ulang terhadap pandangan-pandangan
antroposentris; (2) suatu penolakan terhadap strategi-strategi pembangunan yang
terlalu mendorong pertumbuhan ekonomi hingga jauh di atas kualitas kehidupan; (3)
keyakinan bahwa campur tangan manusia dalam hukum alam saat ini sedang
mengancam keberlangsungan hidup umat manusia dan spesies lainnya; (4) sebuah
desakan atas perlunya perubahan mendasar dalam struktur sosial, ekonomi, dan
teknologi dan system ideologi/nilai; (5) suatu pemisahan antara kebutuhan-kebutuhan
vital dan non-vital; (6) suatu etika yang berdasarkan ‘teori tentang nilai yang peduli
pada lingkungan’ yang menempatkan nilai intrinsik dalam kehidupan non-manusia;
dan (7) sebuah komitmen aktif terhadap penerapan perubahan yang diperlukan untuk
mencapai masa depan yang ‘hijau’, yang mencakup promosi gaya-gaya hidup
alternatif, nilai-nilai, dan suatu desentralisasi kekuasaan (Steans & Pettiford, 2009, p.
383).
KESIMPULAN
Adapun hasil dari penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Dalam menanggulangi permasalahan limbah beracun akibat industri fashion
di Tiongkok, usaha Greenpeace dapat dibilang berhasil. Terbukti dari
bertambahnya perusahaan fashion maupun perusahaan tekstil yang bergabung
dalam grup ZDHC tiap tahunnya. Menurut ZDHC Annual Report 2016, telah
tercatat bahwa grup ZDHC beranggotakan 22 perusahaan fashion (The Zero
Discharge of Hazardous Chemicals, 2016, p. 1) yang awalnya pada tahun
2011, grup ini hanya beranggotakan 9 perusahaan fashion (The Zero
Discharge of Hazardous Chemicals (ZDHC) , 2012, p. 1). Grup ZDHC juga
kini berafiliasi dengan 20 perusahaan tekstil yang tidak hanya berada di
Tiongkok, tetapi di berbagai negara lainnya seperti di Amerika Serikat, India,
Inggris, Belanda, dan lain-lain. Hal ini menjadikan Greenpeace sebagai
INGO berhasil untuk menyebarkan kesadaran kepada pihak perusahaan
fashion maupun tekstil yang menjadi pemasok merek-merek fashion ternama
bahwa permasalahan pencemaran air akibat limbah beracun hasil industri
tekstil merupakan tanggung jawab bersama.
2. Walaupun tidak berhasil dalam menuntut pemerintah Tiongkok untuk
menghapus penggunaan bahan kimia berbahaya dalam sektor produksi tekstil
di negara tersebut, kampanye Detox Campain on Fashion Greenpeace ini
tetap memicu kebijakan pemerintah Tiongkok. Kampanye ini memicu
pemerintah Tiongkok untuk menerapkan standar limbah yang lebih ketat.
Selain itu, kampanye ini juga memicu perubahan kebijakan di Uni Eropa
dengan adanya pelarangan impor tekstil yang mengandung bahan kimia
berbahaya nonylphenol ethox ylates (NPEs) dan harus mulai berlaku pada
tahun 2020.
3. Adapun bentuk transformasi strategi Detox Campaign on Fashion
Greenpeace adalah dengan memperbarui kampanye mereka dengan nama The
Detox Catwalk. Greenpeace disini lebih memusatkan perhatian mereka
terhadap perusahaan fashion sehingga usaha untuk mencapai tujuan Detox
2020 menjadi lebih terarah. Mereka memperhatikan hal-hal yang diperlukan
dan mengontrol usaha perusahaan untuk mencapai detox hingga tahun 2020.
Greenpeace mengelompokkan merek-merek fashion menjadi 3 kategori dan
mengevaluasi merek tersebut satu per satu. Rincian akan prestasi dan
kekurangan merek fashion dalam menapai tujuan detox dapat diakses oleh
siapapun melalui website Greenpeace sebagai bentuk transparansi dalam The
Detox Catwalk.
4. Lewat The Detox Catwalk, Greenpeace juga menekan perusahaan fashion
untuk memberhentikan penggunaan bahan kimia berbahaya dalam produksi
pakaian mereka. Dengan melibatkan masyarakat global yang merupakan
konsumen dari perusahaan fashion memberi tekanan yang lebih kepada
perusahaan fashion. Dampaknya, perusaaan fashion yang berkomitmen dalam
kampanye ini secara tidak langsung mempengaruhi kondisi perairan di
Tiongkok dengan tidak digunakannya lagi bahan kimia berbahaya dalam
industri fashion. Hal ini dapat mengurangi volume limbah kimia yang dibuang
di perairan Tiongkok.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, maka penulis mencoba
memberikan saran, yakni sebagai berikut:
1. Kepada pemerintah Tiongkok untuk tetap memperbaiki kondisi perairan
mereka yang telah banyak rusak dengan pencemaran limbah beracun.
Pemerintah Tiongkok juga perlu untuk memperketat regulasi mereka dalam
perlindungan lingkungan, khususnya perairan mereka dan untuk menindak
secara tegas bagi mereka yang melanggar peraturan tersebut.
2. Kepada Greenpeace untuk terus meminta komitmen terhadap perusahaan
fashion yang lainnya, demi perindustrian fashion yang lebih ramah
lingkungan. Apalagi dewasa ini telah memasuki era dimana fast fashion
semakin merambah dan masyarakat semakin menggandungi fashion. Selain
itu, untuk Greenpeace agar tetap melibatkan masyarakat global dalam
kampanye ini. Masyarakat global perlu tahu akan apa yang disebabkan oleh
produksi fashion yang mereka kenakan sehari-hari kepada lingkungan.
3. Kepada masyarakat global untuk pandai-pandai memilih barang fashion yang
dikenakan, mengingat betapa banyaknya limbah kimia berbahaya bersifat
tidak ramah lingkungan yang dihasilkan dalam memproduksi barang-barang
fashion. Sebisa mungkin pilihlah merek yang ramah terhadap lingkungan dan
membeli pakaian ketika dibutuhkan saja.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Edele, A. (2005). Non-Governmental Organizations in China. Geneva: Centre for
Applied Studies in International Negotiations.
Groom, A., & Taylor, P. (1998). The Advent of International Organisation. London:
Pinter.
Kusumaningrum, H. (2016). Aplikasi Teori New Social Movement Pada Komunitas
Lingkungan Di D.I Yogyakarta Dan Bandung. Skripsi. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.
Mingst, K. (1999). Essentials of International Relations. New York: W.W. Norton.
Perinova, M. (2005). Civil Society in Authoritarian Regime: The Analysis of China,
Burma and Vietnam . Lund: Lund University.
Perwita, B., Yani, & Mochamad, Y. (2006). Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Soemarwoto, O. (1983). Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta:
Djambatan.
Steans, J., & Pettiford, L. (2009). Hubungan Internasional: Perspektif dan Tema.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Woriwoen, F. C. (2018). Ekspansi Pasar Inditex Group Spanyol di Indonesia.Skripsi.
Makassar: Universitas Hasanuddin.
Jurnal dan Laporan:
China Water Risk. (2016). Today’s Fight For The Future of Fashion. Is there room
for fast fashion in a Beautiful China? China Water Risk.
Greenpeace. (2016). DETOX COLLABORATION – TWO TALES: OF GREATER
AND LESSER AMBITION. Greenpeace.
Greenpeace. (2011). Dirty Laundry. Amsterdam: Greenpeace International.
Greenpeace. (2016). The Detox Catwalk 2016 – Campaign And Criteria Explained.
Greenpeace.
Gusman, D., & Waluyo, T. J. (2015). PERAN GREENPEACE DALAM
PENANGANAN KERUSAKAN LINGKUNGAN (POLUSI UDARA DAN AIR) DI
CHINA. Jurnal Transnasional, Vol. 6, No. 2 .
Irun, B. (2017). Business Opportunities and Challenges in The Textile and Apparel
Market in China. EU SME Centre.
National Bureau of Statistics of China. (2018). China Statistical Yearbook 2017.
National Bureau of Statistics of China.
Puti Parameswari, M. (2016). Gerakan Transnasional dan Kebijakan : Strategi
Advokasi Greenpeace Detox Campaign on Fashion di Tiongkok. International
Relations Unida Gontor, Vol. 1, No. 2 .
Qiu, L. D. (2005). China’s Textile and Clothing Industry. Hong Kong: Hong Kong
University of Science and Technology.
Trianda, F. (2018). Aktor Non-Negara dalam Hubungan Internasional: Studi Kasus
Detox Campaign oleh Greenpeace di Republik Rakyat Tiongkok. Journal of
International Relations, Volume 4, Nomor 2 .
Wang, L. (2006). Understanding greenpeace campaigns in China: Empowerment and
Mobilization. Hong Kong: The University of Hong Kong.
The Zero Discharge of Hazardous Chemicals (ZDHC). (2012). The Zero Discharge of
Hazardous Chemicals (ZDHC) Programme Annual Report 2012. ZDHC
The Zero Discharge of Hazardous Chemicals. (2016). The Zero Discharge of
Hazardous Chemicals (ZDHC) Programme Annual Report 2016. ZDHC
Zhan, X., & Tang, Z.-Y. (2011). Political Opportunities, Resource Constraints, and
Policy Advocacy of Environmental NGOs in China. Reform and Transition in Public
Administration Theory and Practice in Greater China .
Zhang, M., Kong, X. X., & Ramu, S. C. (2015). The Transformation of the Clothing
Industry. ERIA Discussion Paper Series .
Internet:
Ashov, A. (2011, July 21). Pencemaran Sungai Yangtze dan Delta Pearl di Cina,
Apakah Sungai Citarum akan mengalami hal serupa? Retrieved September 28, 2018,
from Greenpeace Indonesia: http://www.greenpeace.org/seasia/id/blog/pencemaran-
sungai-yangtze-dan-delta-pearl-di-/blog/35805/
BussinesVibes. (2015, May 7). 30 Shocking Figures and Facts in Global Textile and
Apparel Industry. Retrieved September 28, 2018, from Business 2 Community:
https://www.business2community.com/fashion-beauty/30-shocking-figures-facts-
global-textile-apparel-industry-01222057#hBWEEKFemo8cCM9Q.97
China Energy Group. (2015, February 27). Textile Industry. Retrieved September 9,
2010, from https://china.lbl.gov/research-projects/textile-industry
Cornier, S. J. (2017, September 1). The state of China’s rivers. Retrieved September
28, 2018, from Chinadialogue: https://www.chinadialogue.net/blog/10033-The-state-
of-China-s-rivers/en
Duggan, J. (2013, March 4). China comes clean on water pollution . Retrieved
October 28, 2018, from Aljazeera:
https://www.aljazeera.com/indepth/features/2013/02/201322811575389871.html
Firlianita, A. (2014). Organisasi Internasional Non Pemerintah. Retrieved May 10,
2018, from http://anggresti-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-116874-
Organisasi%20Internasional-
Organisasi%20Internasional%20Non%20Pemerintah.html
Greenpeace. (2011, July 16). Greenpeace exists because this fragile earth deserves a
voice. Retrieved October 6, 2018, from Greenpeace:
http://www.greenpeace.org/eastasia/about/
Greenpeace. (2010). Our offices. Retrieved October 1, 2018, from Greenpeace:
https://www.greenpeace.org/international/worldwide/
Greenpeace. (2016, July 5). Penjelasan DETOX CATWALK. Retrieved October 2,
2018, from The Detox Catwalk 2016:
http://www.greenpeace.org/seasia/id/campaigns/toxics/detoxcatwalk/
Greenpeace. (2008, July 29). Sejarah Greenpeace. Retrieved May 24, 2018, from
Greenpeace: http://www.greenpeace.org/seasia/id/about/sejarah-greenpeace/
International Relations. (2015, May 5). Social Movements. Retrieved May 15, 2018,
from International Relations: http://internationalrelations.org/social-movements/
Nini, J. (2018, July 16). 7 Years of Detoxing the Clothing and Textile Sectors,
Greenpeace Shows That Fashion Activism Can Work. Retrieved November 1, 2018,
from Eco Warrior Princess: https://ecowarriorprincess.net/2018/07/7-years-detoxing-
fashion-industry-greenpeace-fashion-activism-can-work/
Tingting, D. (2017, June 2). In China, the water you drink is as dangerous as the air
you breathe . Retrieved September 29, 2018, from The Guardian:
https://www.theguardian.com/global-development-professionals-
network/2017/jun/02/china-water-dangerous-pollution-greenpeace
Webber, P. M. (2017, October 9). Tackling China’s water pollution. Retrieved
September 28, 2018, from Global Water Forum:
http://www.globalwaterforum.org/2017/10/09/tackling-chinas-water-pollution/