Anda di halaman 1dari 47

“TUGAS TAK TERSTRUKTUR”

MATEMATIKA
KELAS IX A
TAHUN PELAJARAN 2018/2019

DISUSUN OLEH:

NAMA : VONY YULIASTUTI


KELAS : IX A
NO.ABSEN: 23

SMP NEGERI 3 KARANGDOWO


“TUGAS TAK TERSTRUKTUR”
MATEMATIKA
KELAS IX A
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

DISUSUN OLEH :

NAMA : VONY YULIASTUTI

KELAS : IX A

NO. ABSEN : 23

SMP NEGERI 3 KARANGDOWO KLATEN


Master Of Ceremony

Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah, Alhamdulillahirobbil’alamin, wabihinasta’inu wa’ala ummuridunn ya
waddin, washolawatu wassalamu ‘ala asrofil ambya i wal mursalin wa’ala alihi wa ashabihi
ajma’in, ammaba’du.
Rekan Muda Mudi Kauman’s Generation yang saya hormati,
Pertama – tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah swt yang telah
melimpahkan rahmat hidayahnya kepada kita semua, sehingga kita dapat berkumpul ditempat
ini dalam keadaan sehat wal’afiat tanpa halangan suatu apapun, amiin.
Taklupa sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita nabi agung
Muhammad saw, keluarga, sahabat, serta pengikut – pengikutnya hingga akhir zaman dan
semoga kita semua mendapatkan syafa’at beliau di yaumul qiyamah nanti, aamiin.
Disini saya sebagai pembawa acara akan membacakan susunan acara pada malam hari ini
yaitu sebagai berikut:
1. Pembukaan
2. Membaca Ayat suci Al Qur’an
3. Sambutan
4. Inti
5. Lain-lain
6. Penutup
Untuk mempersingkat waktu, marilah kita menginjak acara yang pertama yaitu pembukaan.
Marilah kita buka acara pada malam hari ini dengan membaca surat al-fatihah bersama-sama(....)
Semoga dengan bacaan surat al-fatihah ini, acara pada malam hari ini bisa berjalan dengan lancar
dan tertib tanpa ada kendala suatu apapun, amiin.
Menginjak acara yang kedua yaitu membaca ayat suci al qur’an melanjutkan pertemuan
yang lalu.(....)
Acara selanjutnya yaitu sambutan. Sambutan yang pertama (sambutan tuan rumah) untuk
itu kepada sdr/i..... kami persilahkan.
Terimakasih kepada sdr/i.... Atas sambutannya.
Sambutan yang kedua adalah sambutan ketua muda mudi kauman’s generation, untuk itu kepada
sdr Margono ataupun yang mewakili kami persilahkan.
Terimakasih kepada sdr/i....
Acara yang keempat adalah inti.
Inti yang pertama yaitu iuran wajib dan iuran sosial, untuk itu kepada sdr/i bendahara kami
persilahkan.
Acara yang kelima yaitu lain-lain.
Untuk itu kepada rekan rekan yang ingin memberikan saran ataupun kritik yang membantu dan
nantinya akan kita bahas bersama sama demi kemajuan organisasi kita kedepan.
Acara yang terakhir adalah penutup. Marilah kita tutup acara pada malam hari ini dengan
membaca hamdalah dan kafaratul majelis bersama-sama.(....)
Saya sebagai pembawa acara mohon maaf apabila ada salah-salah kata.

Akhiru kalam Wassalamu’alaikum Wr.Wb


Master Of Ceremony

Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah, Alhamdulillahirobbil’alamin, wabihinasta’inu wa’ala ummuridunn ya
waddin, washolawatu wassalamu ‘ala asrofil ambya i wal mursalin wa’ala alihi wa ashabihi
ajma’in, ammaba’du.
Rekan Muda Mudi Kauman’s Generation yang saya hormati,
Pertama – tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah swt yang telah
melimpahkan rahmat hidayahnya kepada kita semua, sehingga kita dapat berkumpul ditempat
ini dalam keadaan sehat wal’afiat tanpa halangan suatu apapun, amiin.
Taklupa sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita nabi agung
Muhammad saw, keluarga, sahabat, serta pengikut – pengikutnya hingga akhir zaman dan
semoga kita semua mendapatkan syafa’at beliau di yaumul qiyamah nanti, aamiin.
Disini saya sebagai pembawa acara akan membacakan susunan acara pada malam hari ini
yaitu sebagai berikut:
1. Pembukaan
2. Membaca Ayat suci Al Qur’an
3. Sambutan
4. Inti
5. Lain-lain
6. Penutup
Untuk mempersingkat waktu, marilah kita menginjak acara yang pertama yaitu pembukaan.
Marilah kita buka acara pada malam hari ini dengan membaca surat al-fatihah bersama-sama(....)
Semoga dengan bacaan surat al-fatihah ini, acara pada malam hari ini bisa berjalan dengan lancar
dan tertib tanpa ada kendala suatu apapun, amiin.
Menginjak acara yang kedua yaitu membaca ayat suci al qur’an melanjutkan pertemuan
yang lalu.(....)
Acara selanjutnya yaitu sambutan. Sambutan yang pertama (sambutan tuan rumah) untuk
itu kepada sdr/i..... kami persilahkan.
Terimakasih kepada sdr/i.... Atas sambutannya.
Sambutan yang kedua adalah sambutan ketua muda mudi kauman’s generation, untuk itu kepada
sdr Margono ataupun yang mewakili kami persilahkan.
Terimakasih kepada sdr/i....
Acara yang keempat adalah inti.
Inti yang pertama yaitu iuran wajib dan iuran sosial, untuk itu kepada sdr/i bendahara kami
persilahkan.
Acara yang kelima yaitu lain-lain.
Untuk itu kepada rekan rekan yang ingin memberikan saran ataupun kritik yang membantu dan
nantinya akan kita bahas bersama sama demi kemajuan organisasi kita kedepan.
Acara yang terakhir adalah penutup. Marilah kita tutup acara pada malam hari ini dengan
membaca hamdalah dan kafaratul majelis bersama-sama.(....)
Saya sebagai pembawa acara mohon maaf apabila ada salah-salah kata.

Akhiru kalam Wassalamu’alaikum Wr. Wb


“MAKALAH PENJASORKES”
BOLA VOLI

DISUSUN OLEH :

1. ADITYA FAJAR DAYU NUGRAHA


2. LUSI RAHMAWATI
3. MUHAMMAD LUHUNG PRADIPA
4. SITI NUR FATHONAH
5. VONY YULIASTUTI
6. WIDI KRISDYANTORO

KELAS IX A
SMP NEGERI 3 KARANGDOWO
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Nama : Vony yuliastuti

Nomor induk sekolah :

Nomor induk nasional : 0043718974

Sekolah asal : MI Muhammadiyah Tegalampel

Nama orang tua : 1) Ayah : Sri minanto

2) Ibu : Suwarti

Jumlah anak tanggungan :

Pekerjaan orang tua : 1) Ayah : buruh

2) Ibu : ibu rumah tangga

Alamat : kauman 10/06, tegalampel, karangdowo,


Klaten, jawa tengah

Tempat, tanggal lahir : Klaten, 16 Januari 2004

Nomor ijazah :
Dear,
Suara motor itu semakin mendekat,
Kamu abaikan sapanya.....
Dia berupaya mencari senyummu dengan rayuan yang pelik,
Waktu demi waktu pun berlalu keinginanmu mulai tumbuh,
Biar dia merindukan Mu sendiri,
Jangan resah dia pasti pikirkanmu walau kau tak tahu,
Hingga diujung malam,
Engkau menyusuri jalan bersamanya dikala dinginnya senja,
Hanya berduaan tanpa tau tujuan, bahkan tidak mau tau,
Namun sudah saatnya untuk pulang, tak ingin kau akhiri hari itu,
Biar dia merindukan mu sendiri,
Jangan resah dia pasti pikirkanmu walau kau tak tahu,
Hingga diujung malam,
Biar dia merindukan mu sendiri,
Jangan resah dia pasti pikirkanmu walau kau tak tahu,
Hingga diujung malam........
KABUPATEN : ...................................
KECAMATAN : ....................................
DESA : ....................................

SURAT KETERANGAN USAHA


No. Agenda :

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : ..........................................
Jabatan ; ..........................................

Menerangkan dengan sebenarnya bahwa orang tersebut dibawah ini menjalankan


Usaha seperti berikut :

Nama : ........................................................ Telp : ................................................


Alamat : ............................................
Pekerjaan : ............................................
Benar – benar mempunyai usaha
Lokasi usaha / lama usaha

Surat keterangan ini dibuat khusus untuk keperluan mengajukan kredit di PT. BANK
RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk. Cabang klaten BRI Unit ..............................
Demikian surat keterangan usaha ini dibuat dengan sebenar – benarnya.

KLATEN, ...............................
Kepala Desa ..........................
(.......................................)

KABUPATEN : ...................................
KECAMATAN : ....................................
DESA : ....................................

SURAT KETERANGAN USAHA


No. Agenda :

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : ..........................................
Jabatan ; ..........................................

Menerangkan dengan sebenarnya bahwa orang tersebut dibawah ini menjalankan


Usaha seperti berikut :

Nama : ........................................................ Telp : ................................................


Alamat : ............................................
Pekerjaan : ............................................
Benar – benar mempunyai usaha
Lokasi usaha / lama usaha

Surat keterangan ini dibuat khusus untuk keperluan mengajukan kredit di PT. BANK
RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk. Cabang klaten BRI Unit ..............................
Demikian surat keterangan usaha ini dibuat dengan sebenar – benarnya.

KLATEN, ...............................
Kepala Desa ..........................

(.......................................)

KABUPATEN : KLATEN
KECAMATAN : KARANDOWO
DESA : TEGALAMPEL

SURAT KETERANGAN USAHA


No. Agenda : 140 / 37 / IV /2017

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : SUWANTO
Jabatan ; KEPALA DESA TEGALAMPEL

Menerangkan dengan sebenarnya bahwa orang tersebut dibawah ini menjalankan


Usaha seperti berikut :

Nama : SRI MINANTO Telp : 081329265559


Alamat : KAUMAN RT. 10/06,TEGALAMPEL,KARANGDOWO,KLATEN
Pekerjaan : JUAL-BELI KAYU BAHAN MEUBEL
Benar – benar mempunyai usaha :
Lokasi usaha / lama usaha : BULAKAN RT: 03/07 SUKOHARJO

Surat keterangan ini dibuat khusus untuk keperluan mengajukan kredit di PT. BANK
RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk. Cabang klaten BRI Unit JUWIRING I.
Demikian surat keterangan usaha ini dibuat dengan sebenar – benarnya.

KLATEN, 01 JUNI 2017


Kepala Desa Tegalampel

( SUWANTO )

NB: Mas Mimin jual kayu dibulakan

Hmmm… Kakang Kurupati menyang Ngamarta nggawa prajurit sagelar sapa-pan ana parigawe apa?”
pitakone Wrekudara marang keng raka.

“Lhoh..! Kok sajak mejanani temen. Apa netra panduluku sing pancen wis blawur. Wrekudara iki!?”
pitakone Prabu Duryudana sajak kurang precaya.

“Isih pana kowe Kakang, aku Wrekudara kang ana ngarepmu. Baliya menyang Ngastina, undurna kabeh
wadyabalamu.”

“Waa wis kebacut tumeka kene je! Ora susah ngenteni Baratayuda. Ora idhep kowe kuwi Wrekudara
apa iblis, bakune dina iki kudu sirna saka tanganku.”

“Majuwa, bakal dak ajangi apa kang dadi karepmu.”

Tetandhingan antarane Prabu Duryudana lan Dyan Wrekudara datan kena den selaki. Bledug ngampak-
ampak sumundhul ngawiyat. Alun-alun Ngamarta kang dadi ajanging paprangan bosah-baseh ora
karuwan. Suwarane wadyabala Kuru Kancana lan Ngamarta kang padha andon yuda sangsaya gawe
horeging suwasana. Mulat sang Wisanggeni marang lumampahing paprangan. Gya mateg mantram
sakti. Eling-eling Wisanggeni mono titah kang kinacek ing sesamane, mula gampang katrima kang dadi
panyuwune. Eloking kahanan, prajurit saka Kuru Kancana cacah ewon kang ndherekake Prabu
Duryudana nggecak perang Ngamarta sakala malih dadi roning waringin.

Kagyat Sang Duryudana, Dursasana, Tirtanata, Kartamarma apadene Patih Sangkuni. Legeg nyipati
kahanan. Gya sinawat ing angin sindhung riwut dening Raden Bratasena temah kabur kontal kongsi
tumekan dhatulaya praja Kuru Kancana. Ngreti Prabu Kurupati kendhang, Wisanggeni banjur
mrayogakake para kadang nglurug menyang Kuru Kancana ngluwari para pepundhen.
Prabu Duryudana sapendherek kang tiba gumebrug aneng dhatulaya tuhu gawe kagyate Prabu Darma
Lelana sakadang. Prabu Duryudana ngendika sarwi nandukaken deduka merga rumangsa kena ing apus
karma.

“Paduka sampun mirsani piyambak, bilih wekdal samenika Pandhawa taksih wonten ing pakunjaran.
Mokal menawi wekdal samenika sampun wonten Ngamarta,” ngedikane Prabu Darma Lelana sareh.
“Nanging nyatanipun sareng dumugi Ngamarta kula dipun papagaken dening Werkudara. Pramila kula
suwun Prabu Darma Lelana sakadang kemawon ingkang ngrampungi prekawis menika. Mangke
sasampunipun sembada mbedhah Ngamarta merjaya pranakanipun, bumi Ngamarta didum sasigar
semangka kemawon. Kula sepalih, dene Paduka ugi sepalih.”

“Yayi Guna Lelana, jeneng sira Yayi dak dhawuhi niliki kang sabanjure nyowanake Pandhawa sing wektu
dinane iki isih ana pakunjaran. Yen wus kasowanake ayo padha ditigas janggane ana alun-alun Kuru
Kancana, murih enggal ilang kliliping ingkang sinuwun Duryudana.”

Kang kadhawuhan datan suwaleng kayun, gya nyuwun pamit mring pakunjaran nganthi Pandhawa
banjur kairit mring dhatulaya. Kedhep tesmak pandulune Prabu Duryudana nalika uninga para Pan-
dhawa kang kasowanake isih kanthi kahanan dibanda astane.

“Waaa kahanan kok kaya mangkene, angel anggonku mikir. Sinuwun Darma Lelana, prekawis menika
kula pasrahaken sawetahe dhateng Paduka. Kula pun mboten badhe tumut-tumut malih. Ingkang baken
tumrap kula sakadang, Pandhawa dalah anak-anake kudu modar!”

“Menika dhawah gampil Sinuwun. Paduka mboten sisah rumagang ing karya. Pejahipun Pandhawa
sakukuban kapasrahaken kewala dhateng kula sakadang,” dhawuhe Prabu Darma Lelana agawe lejar
penggalih Prabu Kurupati.

Nanging kedadak Raden Puja Lelana munggah ing sitinggil asung palapuran menawa Pandhawa Lima
ngamuk punggung ing Kuru Kancana sarwi nyumbari Prabu Darma Lelana sakadang.
“Lhadalah, pripun yen ngaten niki? Estu ta ingkang dados ngendikanipun anak prabu Kurupati?”
sumelane Patih Sengkuni. “Pandhawa ngamuk punggung ing alun-alun, lha lajeng sing dibanda niki
sinten?”

“Paman Patih mboten sisah tumut-tumut, pun kersane dirampungi piyambak kaliyan Prabu Darma
Lelana sakadang. Ingkang baken icaling klilip kula nenggih Pandhawa sakpranakane,” sumelane Prabu
Duryudana.

“Para kadang kabeh, ayo bebarengan padha dipapagake kang lagi sesumbar ana alun-alun. Aja lali
pandhawa kang wus dadi bandan iki digawa menyang palagan pisan!” dhawuhe Prabu Dharma Lelana
kanthi trewaca. Kang ana dhatulaya Kuru Kancana sigra metu njaba mapagake tekane mungsuh. Sedaya
datan ana kang katinggalan.

Tekan ngalun-alun kawistara Pandhawa lima lagya mbegagah nyranti tekane Prabu Dharma Lelana
sakadang.

“Para kadang kabeh,” Raden Wisanggeni bisik-bisik. “Eling-elingen kang dadi piwelingku, mangko
kalamunta Pandhawa sing dikongkon maju mapagake awake dhewe, aja padha diladeni…”
“Lho, Wisanggeni ki piye? Yen ora oleh diladeni rak padha karo nyorohake patine para kadang,”
panyelane Antareja.

“Mengko dhisik ta. Durung rampung anggonku kandha. Bakune aja diladeni, mengko yen nganti para
kadang tumekeng lalis, Wisanggeni kang bakal nanggung sakabehe. Cukup sembahen kaping telu
sinambi ngeningake netra batin nyenyuwun mring Hyang Manon kanggo miyak warana sapa sejatine
kang kok adhepi. Wis, ngono kakang kang dadi piwelingku. Aku tak ngawat-awati saka kadohan wae
kakang,” Raden Wisanggeni banjur nggeblas lunga saka papan kono.

Tan pantara lama Prabu Darma Lelana sakadang wus prapta ing papan kono nganthi Pandhawa miwah
Prabu Duryudana, Dursasana, Tirtanata uga Patih Sengkuni. Pirsa ing ngalun-alun uga ana Pandhawa
cacah lima rumangsa gumun sang Duryudana.
“Sarehne sing mbarang amuk iku tetirone Pandhawa, mula kareben Pandhawa iki wae sing ngadhepi.
Yayi Guna Lelana, enggal luwarana bandane Pandhawa, banjur dhawuhana maju pabaratan ngadhepi
tetirone kae,” dhawuhe Prabu Darma Lelana marang keng rayi. “Pun Kakang bakal bali hange-dhaton,
mangko samangsa-mangsa ana bebaya kang banget mutawatiri pun kakang aturana pirsa ya Yayi.”

Kang dhinawuhan sigra ngluwari bandane Pandhawa. Sabanjure Pandhawa kadhawuhan maju ing pupuh
ngadhepi tetirone. Para putra Pandhawa kang lagi namur laku maksih eling marang pitungkase
Wisanggeni, mula majune Pandhawa babar pisan ora digape. Sawise caket sigra kasembah kaping telu,
sinartan donga panyuwun mring Hyang Manon murih lebdeng karya. Kaelokaning jagad, Pandhawa kang
nembe diluwari saka bebandane iku ilang wewujudane malih dadi gegaman kadewatan. Prabu Punta
babar dadi Jamus Kalima Sada, Raden Wrekudara dadi Gada Rujak Pala, Dyan Janaka babar dadi
Saratama, semono uga satriya kembar kemanikan dadiya sanjatanira sowang-sowang.

Prabu Duryudana nggragap mulat kaelokaning lelakon, sigra nggemprang mring kedhaton ngupadi Prabu
Darma Lelana sakadang. Caos palapuran kedadeyan ing alun-alun.

Ing alun-alun, Raden Wisanggeni banjur mrepegi kadang-kadange maneh.

“ Para kadang, sanjata iku padha pundhinen. Kanggonen sangu ngadhepi Prabu Darma Lelana sakadang.
Wis enggal majua maneh!”

Pandhawa tiron kang wus mandhe gegaman banjur nyumbari Prabu Darma Lelana sakadang. Panas
talingane midhanget swara panantang, wusanane Prabu Dharma Lelana sakadang kabiyantu Prabu
Duryudana maju ing palagan. Saka papane sesingid, Wisanggeni bali mateg mantram sakti.
Dumadakan ana mega mangampak-ampak nglurupi praja Kuru Kancana. Ilanging mega bebarengan
kalawan musnane praja Kuru Kancana kang pan-cen dumadi mung karana cipta. Kraton saisine bali
kadya sakawit dadi ara-ara Kurusetra kang jembar hangilak-ilak.

Tetandhingan antarane Pandhawa tiron mungsuh Darma Lelana sakadang lumaku imbang. Yen
ditimbang padha abote. Durung ana tandha-tandha sapa sing bakal unggul lan sapa sing kasoran.
Nanging suwe-suwe Prabu Darma Lelana sakadang keseser yudane. Mulat mungsuhe karoban lawan,
ponang sanjata kang cinekel Pandhawa tiron arsa katamakake mring anggane Prabu Darma Lelana
sakadang. Ing kahanan kang mutawatiri mau Wisanggeni malumpat saka papane singidan niyat misah
marang para kang lagi bandayuda. Mlumpate Wisanggeni bebarengan kalawan praptane jawata Suduk
Pangudal-Udal, Resi Kaneka Putra kang nunggal niyat kalawan Wisanggeni nedya misah kang lagi rog
bandawalapati.

“Bregenjong-bregenjong pak-pak pong waru dhoyong ditegor uwong. Waaaa…. padha kurang gaweyan
iki. Bapak kok gelut mungsuh anak, ora lucu. Hayo bubar-bubaaar. Kuwi sing padha memba-memba gage
lukar busana,” Dhawuhe Resi Narada karo gumujeng.

“Weh kedhisikan Bathara Narada, mangka sakjane sutradharane aku he he he. Ya wis ora dadi ngapa.
Para kadang, cukupna semene anggonmu namur laku. Sajake wis kewiyak mungguh warananing lakon.”

Para Pandawa kang nyekel senjata mau banjur badhar sejatining wujud dadi para putra Pandhawa.
“Darma Lelana sakadang barang kuwi gage padha rucata! Apa dikira jeneng ulun ora pirsa sapa sejatine
Darma Lelana sakadang kuwi?” ngendikane Bathara Narada.

“Iya Mbah, tuturana para pepundhen Pandhawa kuwi. Padha murca reka-reka dadi Prabu Darma Lelana
sakadang mung gawe bingunging para garwa putra,” sumelane Raden Wisanggeni.
Sanalika badhar sejatining wujud Prabu Darma Lelana sakadang dadi Pandhawa lima. Prabu Duryudana
sapendherek kang rumangsa kewirangan banjur nggeblas ninggalke Tegal Kuru tanpa pamit.

“Sarawuh Paduka Pukulun Bathara Narada, sembah pangabekti kula konjuk,” ature Prabu Punta makili
para kadang lan putra.

“Hiya Kaki Prabu Punta wus ulun tampa. Balik pudyastawaning Ulun muga rumenthah mring Kaki Prabu
sakadang lan para putra. Iki mau lagi ngapa, lha kok bisa pak karo anak padha gelut?”
“Nuwun sewu Pukulun, lekas kula sakadang namung badhe murungaken Baratayuda. Menawi Ngamarta
kula pasrahaken dhateng kaka prabu Duryudana lan kula sakadang cekap wonten Kuru Kancana,
tartemtu perang ageng jangkaning jagad badhe wurung.”

“Sapa sing kandha? Bharatayuda tetep bakal dumadi, awit iku uga winastan perang suci. Perange watak
sura mungsuh asura. Sanajan disrananana kaya ngapa tetep bakal kelakon. Mung pitungkas Ulun,
Pandhawa lima iku endhog sapetarangan ngibarate, mukti siji mukti kabeh, mati siji liyane hangemasi.
Mula raketing kekadangan kudu den jaga. Aja padha kemba nindakake saliring kadarman kang anjog
marang katentremane kawula dasih sawegung. Iki kang dadi pitungkas Ulun, raharja kang samya pi-
nanggya, Ulun kondur kahyangan ngger,” Bathara Naradha gya cumalorot ing akasa kondur mring
Suduk Pangudal-Udal.

Para Pandhawa uga banjur kondur mring Ngamarta kadherekake para putra. Prapteng Ngamarta Raden
Wrekudara gya njoget tayungan minangka tandha syukur konjuk mring Gusti Kang Mahalinangkung.

AYAH KAU PAHLAWANKU


Oleh Arin Ferafqu

Ayah ...
kau bagaikan hembusan angin
Yang dpt kurasa keberadaanmu,,
Namun ku tak bisa melihatmu,,
Aku dpt merasakan keberaadaanmu
Namun aku tak bisa memelukmu,,

Ayah...
Aku bagaikan Mata,,
Dan kau bagaikan telingaa..
Kita dekat,,
Tapi aku tak bisa melihatmu..

Ayah..
Kau Bagaikan Mata..
Dan aku adalah kulit,,
Kau Melihatku
Tapi aku hanya bisa merasakanmu,,

Ayah...
Ngkau bagaikan penonton televisi,,
Dan aku bagaikan pemain di televisi itu..
Ngkau melihatku..
Namun aku tidak melihatmu,

Ayah..
Mungkin sekarang kau mencemaskanku,,
Takut keperluanku tak tercukupi
Ngkau takut aku kenapa-kenapa
Ngkau takut aku bersedih,,

Begitupun aku,
Aku mencemaskanmu,,
Aku takut kau bersedih,,
Aku takut kau menangis,,
Aku takut kau gelisah
Aku takut kau mencemaskanku...

Ayah..
Tenanglah ngkau disana,,
Jangan fikirkan aku di dunia ini,,
Aku belajar,,
Menjalani hari-hari tanpamu,

Aku tak ingin mengingatmu,,


Tapi aku tak mau melupakanmu,,
Aku tak ingin mengenangmu,,
Tapi wajahmu selalu terbayang

Ketika aku mengingatmu,,


Ketika aku mengenangmu,
Ketika aku melihat fotomu,
Rasanya sakit,
Bagaikan tertusuk seribu duri,,

Aku tak bisa seperti ini,


Aku tak bisa melupakanmu,
Tapi aku tak ingin mengingatmu

Ayah..
Aku hanya bisa berdoa,,
Semoga kau tenang dialam sana
semoga amal ibadahmu diterima disisi allah...
Dan dipersilahkan surga indahnya untukmuu...

Aku sayang Ayahh :(


Aku Rindu ayah :(
Aku ingin jalani hari dengan ayah :(
Aku ingin seperti anak lain :'(

Popular
Tags
Blog Archives
Sejarah Berdirinya Dinasti Bani Umayah
A. Latar Belakang Berdirinya Dinasti Bani Umayah Pengertian kata Bani menurut bahasa berarti anak,
anak cucu atau keturunan. De...
Pengamalan pancasila tak sepenuhnya ibid dampak globalisasi
Globalisasi berasal dari kata globe yang artinya dunia. Sehingga globalisasi dapat disimpulkan sebagai
perubahan yang mendunia. Globalis...
MANFAAT / FADILAH MEMBACA AL-QURAN
Rasulullah SAW menerangkan bahwa membaca Al-Qur'an adalah berbicara langsung kepada Allah SWT,
sehingga pembaca Al-Qur'an antara la...
Diberdayakan oleh Blogger.
BLOG ARCHIVE
▼ 2013 (3)
► April (1)
▼ Maret (2)
Sejarah Berdirinya Dinasti Bani Umayah
Pengamalan pancasila tak sepenuhnya ibid dampak gl...
MENGENAI SAYA

YUSTIKA KUSUMA PUTRI


LIHAT PROFIL LENGKAPKU
PAGES
Beranda
ARSIP BLOG

COPYRIGHT TEXT
ISINYA...

BL

A. Latar Belakang Berdirinya Dinasti Bani Umayah


Pengertian kata Bani menurut bahasa berarti anak, anak cucu atau keturunan. Dengan demikian yang
dimaksud Bani Umayah adalah anak, anak cucu atau keturunan Bani Umayah bin Abdu Syams dari satu
keluarga. Kata Dinasti berarti keturunan raja-raja yang memerintah dan semuanya berasal dari satu
keturunan. Dengan demikian, Dinasti Umayah adalah keturunan raja-raja yang memerintah yang berasal
dari Bani Umayah.
Adapun istilah lain yang sering digunakan adalah kata Daulah, yang berarti kekuasaan, pemerintahan,
atau negara. Dengan kata lain, Daulah Bani Umayah adalah negara yang diperintah oleh Dinasti Umayah
yang raja-rajanya berasal dari Bani Umayah.
Dinasti Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan pada tahun 41H/661 M di Damaskus dan
berlangsung hingga pada tahun 132 H/750 M. Muawiyah bin Abu Shofyan adalah seorang politisi handal
di mana pengalaman politiknya sebagai Gubernur Syam pada zaman Khalifah Ustman bin Affan cukup
mengantarkan dirinya mampu mengambil alih kekusaan dari genggaman keluarga Ali Bin Abi Thalib.
Tepatnya setelah Hasan bin Ali menyerahkan kursi kekhalifahan secara resmi kepada Muawiyah bin Abu
Sofyan dalam peristiwa Ammul Jama’ah.
Oleh karena itu Muawiyah bin Abu Sofyan dinyatakan sebagai pendiri Dinasti Bani Umayah. Dilihat dari
sejarahnya Bani Umayah memang begitu kental dengan kekuasaannya, terutama pada masa zaman
jahiliyah. Dalam setiap persaingan, ternyata Bani Umayah selalu lebih unggul dibandingkan keluarga
Bani Hasyim. Hal ini disebabkan Bani Umayah memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1. Umayah berasal dari keturunan keluarga bangsawan
2. Umayah memiliki harta yang cukup
3. Umayah memiliki 10 anak yang terhormat dan menjadi pemimpin di masyarakat, di antaranya
Harb, Sufyan, dan Abu Sufyan.
Sebagaimana yang disebut-sebut dalam sejarah, bahwa Abu Sofyan merupakan pemimpin pasukan
Quraisy melawan Nabi Muhammad SAW pada Perang Badar Kubra.
Keluarga Bani Umayah masuk Islam ketika terjadi Fathul Makkah pada tahun ke-8 H. Abu Sofyan diberi
kehormatan untuk mengumumkan pengamanan Nabi SAW, yang salah satunya adalah barang siapa
masuk ke dalam rumahnya maka amanlah dia, masuk kedalam Masjidil Haram dan rumahnya Nabi SAW
maka dia juga akan merasa aman. Dengan ini banyak kaum dari kalangan Bani Umayah yang berduyun-
duyun untuk masuk Islam dan menyebarkan Islam keberbagai wilayah.
PERKEMBANGAN PADA MASA BANI UMAYYAH
Masa pemerintahan bani Umayyah terkenal sebagai suatu era agresif,dimana perhatian tertumpu pada
usaha perluasan wilayah dan penaklukan, yangterhenti sejak zaman kedua Khulafaur Rashidin terakhir.
Hanya dalam jangkawaktu 90 tahun banyak bangsa di empat penjuru mata angin beramai-ramai
masukkedalam kekuasaan Islam yang meliputi tanah Spanyol, seluruh wilayah AfrikaUtara, Jazirah Arab,
Syiria, Palistina, sebagian daerah Anatolia, Irak, Persia,Afghanistan dan negeri yang sekarang dinamakan
Turkmenistan, Uzbekistan dan
Kirgiztan yang termasuk Soviet Rusia. Penaklukan militer di zaman „Umayyah
mencakup tiga front penting yaitu sebagi berikut:Pertama, front melawan bangsa romawi di Asia kecil
dengan sasaranutama pengepungan ke Ibukota Konstantinopel dan penyerangan ke pulau-pulaudi laut
tengah. Kedua, front Afrika Utara, selain menundukkan daerah hitamAfrika, pasukan muslim juga
menyeberangi selat Gibraltar lalu masuk ke Spanyol.Ketiga, front timur menghadapi wilayah sangat luas
sehingga operasi di jalur inidibagi menjadi 2 arah, yang satu menuju ke utara ke daerah-daerah
seberangsungai Jihun (Ammu Darya), sedangkan yang lainnya kearah selatan menyusurisind wilayah
India bagian barat. (Sumartini,1995:31-32)Saat-saat yang paling mengesankan dalam ekspansi ini ialah
pada paruh
pertama dari seluruh masa pemerintahan bani „Umayyah yaitu ketika kedaulatandipegang oleh
Mu‟awiyah bin Abi Sufyan dan tahun
-tahun terakhir dari zamankekuasaan Abdul Malik. Diluar masa-masa tersebut, usaha-usah
penaklukanmengalami degradasi atau hanya mencapai kemenangan-kemenangan yang sangattipis.
Ekspansi ke timur yang telah dirintis oleh Mu‟awiyah, lalu disempurnakan
oleh khalifah Abdul Malik. Dibawah komando gubernur Irak, Hajjaj bin Yusuf,tentara kaum muslimin
menyeberangi sungai Ammu Darya dan menundukkanBalkh, Bukhara, Khawarizm, Farghana dan
Samarkand. Pasukan Islam jugamelalui Makran masuk ke Balukhistan, Sind dan Punjab sampai ke
Multan, Islammenginjakkan kakinya untuk pertama kali di bumi India. Kemudian tiba padamasa
kekuasaan Al-Walid I yang disebut-sebut sebagai masa kemenangan yangluas.
Prestasi yang lebih besar dicapai oleh Al-Walid I adalah di front Afrikautara dan sekitarnya. Disamping
keberhasilan tersebut, Bani
„Umayyah juga
banyak berjasa dalam pembangunan berbagai bidang, baik politik atau tata
pemerintahan maupun sosial kebudayaan. Dalam bidang politik, Bani „Umayyah
menyusun tata pemerintahan yang sama sekali baru.
Kemudian dalam bidang sosial, Bani „Umayy
ah mulai membukahubungan dengan bangsa-bangsa lain seperti Persia, Mesir, Eropa dan
sebagainya,yang kemudian melahirkan asimilasi dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan.Dalam bidang
seni, yang berkembang adalah seni arsitektur (bangunan). Salahsatu pencapaiannya yaitu dibangunnya
kubah Ash-Shakhra di Yerussalem yanghingga kini masih ada dan menjadi bukti keemasan zaman Islam.
Dalam bidangseni yang lain yakni seni sastra yang menelurkan sastrawan-sastrawan terkemukaseperti
Al-Ahtal, Farazdaq, Jurair dan lain-lain.Kemajuan yang lain adalah dalam hal peradaban yang terbagi
menjadi pengembangan bahasa dan pengembangan ilmu pengetahuan. Dalam bidang ini,Bani Umayyah
telah menemukan jalur yanng lebih luas dalam
kancah pengembangan bahasa dan ilmu pengetahuan dengan bahsa Arab sebagai pengantarnya. Berikut
ini akan dijelaskan beberapa Perkebangan dinasti baniumayyah, diantaranya adalah:1. Sistem
PemerintahanKarena proses berdirinya pemerintahan Bani Umayyah tidak dilakukansecara demokratis
dimana pemimpinnya dipilih melalui musyawarah, melainkandengan cara-cara yang tidak baik dengan
mengambil alih kekuasaan dari tanganHasan bin Ali (41 H/661M) akibatnya, terjadi beberapa perubahan
prinsip dan berkembangnya corak baru yang sangat mempengaruhi kekuasaan dan perkembangan umat
Islam. Diantaranya pemilihan khalifah dilakukan berdasarkanmenunjuk langsung oleh khalifah
sebelumnya dengan cara mengangkat seorang putra mahkota yang menjadi khalifah
berikutnya.(Syukur,2009:72)Orang yang pertama kali menunjuk putra mahkota adalah Muawiyah binAbi
Sufyan dengan mengangkat Yazib bin Muawiyah. Sejak Muawiyah bin AbiSufyan berkuasa (661 M-681
M), para penguasa Bani Umayyah menunjuk
penggantinya yang akan menggantikan kedudukannya kelak, hal ini terjadi karenaMuawiyah sendiri
yang mempelopori proses dan sistem kerajaan denganmenunjuk Yazid sebagai putra mahkota yang akan
menggantikan kedudukannyakelak. Penunjukan ini dilakukan Muawiyah atas saran Al-Mukhiran bin
Sukan,agar terhindar dari pergolakan dan konflik politik intern umat Islam seperti yang pernah terjadi
pada masa-masa sebelumnya.Sejak saat itu, sistem pemerintahan Dinasti Bani Umayyah
telahmeninggalkan tradisi musyawarah untuk memilih pemimpin umat Islam. Untukmendapatkan
pengesahan, para penguasa Dinasti Bani Umayyah kemudian
memerintahkan para pemuka agama untuk melakukan sumpah setia (bai‟at)
dihadapan sang khalifah. Padahal, sistem pengangkatan para penguasa seperti
ini bertentangan dengan prinsip dasar demokrasi dan ajaran permusyawaratan Islamyang dilakukan
Khulafaur Rasyidin.Selain terjadi perubahan dalm sistem pemerintahan, pada
masa pemerintahan Bani Umayyah juga terdapat perubahan lain misalnya masalahBaitulmal. Pada masa
pemerintahan Khulafaur Rasyidin, Baitulmal berfungsisebagai harta kekayaan rakyat, dimana setiap
warga Negara memiliki hak yangsama terhadap harta tersebut. Akan tetapi sejak pemerintahan
Muawiyah bin AbiSufyan, Baitulmal beralih kedudukannya menjadi harta kekayaan keluarga rajaseluruh
penguasa Dinasti Bani Umayyah kecuali Umar bin Abdul Aziz (717-729M). Berikut nama-nama ke 14
khalifah Dinasti Bani Umayyah yang berkuasa:1.

Muawiyah bin Abi Sufyan (41-60 H/661-680 M)2.

Yazid bin Muawiyah (60-64 M/680-683 M)3.

Muawiyah bin Yazid (64-64 H/683-683 M)4.

Marwan bin Hakam (64-65 H/683-685 M)5.

Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/685-705 M)6.

Walid bin Abdul Malik (86-96 H/705-715 M)7.

Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H/715-717 M)8.

Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/717-720 M)9.

Yazid bin Abdul Malik (101-105 H/720-724)10.

Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/724-743 M)11.

Walid bin Yazid (125-126 H/743-744 M)

12.

Yazid bin Walid (126-127 H/744-745 M)13.

Ibrahim bin Walid (127-127 H/745-745 M)14.

Marwan bin Muhammad (127-132 H/745-750 M)2. Sistem SosialDalam lapangan sosial, Bani Umayyah
telah membuka terjadinya kontakantara bangsa-bangsa Muslim (Arab) dengan negeri-negeri taklukan
yang terkenalmemiliki kebudayaan yang telah maju seperti Persia, Mesir, Eropa dansebagainya. Hal
tersebut menyebabkan terjadinya akulturasi budaya antara Arab(yang memiliki ciri-ciri Islam) dengan
tradisi bangsa-bangsa lain yang bernaungdibawah kekuasaan Islam.. Hubungan tersebut kemudian
melahirkan
kreatifitas baru yang menakjubkan dibidang seni bangunan (arsitektur) dan ilmu pengetahuan. Seperti y
ang terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Walid ibnAbdul Malik (705-715 M) kekayaan dan
kemakmuran melimpah ruah. Ia seorangyang berkemauan keras dan berkemampuan melaksanakan
pembangunan. Olehkarena itu, ia menyempurnakan gedung-gedung, pabrik-pabrik dan jalan-jalanyang
dilengkapi dengan sumur untuk parakabilah yang berlalu lalang dijalantersebut. Ia membangun masjid
al-Amawi yang terkenalhingga masa kini diDamaskus.Disamping itu ia menggunakan kekayaan negerinya
untukmenyantuni parayatim piatu, fakir miskin, dan penderita cacat seperti orang lumpuh,
butadansebagainya.Akibat lainnya adalah juga banyak orang-orang dari negeri taklukanyang
memelukIslam. Mereka adalah pendatang-pendatang baru dari kalangan bangsa-
bangsa yangdikalahkan, yang kemudian mendapat gelar “al mawali”.
Status tersebut menggambarkaninferioritas di tengah-tengah keangkuhan bangsaArab. Mereka tidak
mendapat fasilitasdari penguasa Bani Umayyah sebagaimanayang didapatkan oleh orang-orang
musliminArab.Dalam masa Daulah Bani Umayyah, orang-orang muslimin Arabmemandang dirinyalebih
mulia dari segala bangsa bukan Arab (mawali). Orang-
orang Arab memandang dirinya“saiyid” (tuan) atas bangsa bukan Arab, seakan
-akan mereka dijadikan Tuhan untukmemerintah. Sehingga antara bangsa Arabdengan negeri
taklukannya terjadi jurangpemisah dalam hal pemberian hak-hak

bernegara. .Pada saat itu banyak Khalifah Bani Umayyah yang bergaya hidupmewah yang samasekali
berbeda dengan para Khalifah sebelumnya. Meskipundemikian, mereka tidakpernah melupakan orang-
orang lemah, miskin dan cacat.Pada masa tersebut dibangunberbagai panti untuk menampung dan
menyantuni para yatim piatu, faqir miskin danpenderita cacat. Untuk orang-orang yang terlibatdalam
kegiatan humanis tersebut merekadigaji oleh pemerintah secara tetap.3. Sistem PolitikPerubahan yang
paling menonjol pada masa Bani Umayyah terjadi pada sistem politik, diantaranya adalah:a. Politik
dalam Negeri1) Pemindahan pusat pemerintahan dari Madinah ke Damaskus. Keputusan ini berdasarkan
pada pertimbangan politis dan keamanan. Karena letaknya jauh
dari Kufah, pusat kaum Syi‟ah (pendukung Ali), dan juga jauh dari Hijaz,
tempat tinggal Bani Hasyim dan Bani Umayyah, sehingga bisa terhindardari konflik yang lebih tajam
antar dua bani tersebut dalam memperebutkankekuasaan. Lebih dari itu, Damaskus yang terletak di
wilayah Syam(Suriah) adalah daerah yang berada di bawah genggaman Muawiyah selama20 tahun sejak
dia diangkat menjadi Gubernur di distrik ini sejak zamanKhalifah Umar ibn Khattab.2) Pembentukan
lembaga yang sama sekali baru atau pengembangan dariKhalifah arrasyidin, untuk memenuhi tuntutan
perkembangan administrasidan wilayah kenegaraan yang semakin komplek. Dalam
menjalankan pemerintahannya Khalifah Bani Umayyah dibantu oleh beberapa al Kuttab b. Politik Luar
NegeriPolitik luar negeri Bani Umayyah adalah politik ekspansi yaitu
melakukan perluasandaerah kekuasaan ke negara

negara yang belum tunduk pada kerajaanBani Umayyah.Pada zaman Khalifah ar-Rasyidin wilayah Islam
sudah demikianluas, tetapi perluasan tersebut belum mencapai tapal batas yang tetap, sebab disana-sini
masih selalu terjadi pertikaian dan kontak-kontak pertempuran di daerah perbatasan. Daerah-
daerah yang telah dikuasai oleh Islam masih tetap menjadi

sasaran penyerbuan pihak-pihakdi luar Islam, dari belakang garis perebutantersebut. Bahkan musuh
diluar wilayah Islam telah berhasil merampas beberapawilayah kekuatan Islam ketika terjadi
perpecahan-perpecahan dan permberontakan-
pemberontakan dalam negeri kaum muslimin. Berdasarkankedaan semacam ini, terjadilah
pertempuran-pertempuran antara Bani Umayahdan negara-negara tetangga yang telah ditaklukkan
pada masa khilafaur rasyidin.Di sebelah Timur, Muawiyah dapat menguasai Khurasan sampai ke
sungaiOxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke ibu
kota Bizantium, Konstantinopel. Ekspansi ke timur yangdilakukan Muawiyah dilanjutkan oleh Khalifah
Abdul Malik. Dia mengirimtentara menyeberangi sungai Oxus dan berhasil menundukkan Balk,
Bukhara,Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya sampai ke India dan dapatmenguasai
Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan . Ekspansi keBarat secara besar-besaran
dilanjutkan di zaman Walid bin Abdul Malik. Padamasa pemerintahannya tercatat suatu ekspedisi militer
dari Afrika Utara menujuwilayah Barat daya, benua Eropa, pada tahun 711 M. Setelah al-Jazair
danMarokka dapat ditaklukkan, Tariq bin Ziyad, pemimpin pasukanIslam,menyeberangi selat yang
memisahkan antara Marokko dengan benua Eropa,dan mendapat di suatu tempat yang sekarang
dikenal dengan nama Gibraltar(Jabal Tariq).Tentara Spanyol dapat ditaklukkan. Dengan demikian
Spanyol menjadisasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol, Kordova, dengan cepat
dikuasai.Menyusul kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibukota Spanyol yang
baru setelah jatuhnya Kordova . Pada saat itu, pasukan Islammemperoleh kemenangan dengan mudah
karena mendapat dukungan dari rakyatsetempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman
penguasa. Di zaman Umar bin Abdul Aziz, serangan dilakukan ke Prancis melalui pegunungan
Piranee.Perluasan yang dilakukan pada masa Bani Umayyah meliputi tiga front penting, yaitu daerah-
daerah yang telah dicapai dan gerakan Islam terhenti sampaidi situ, ketika masaKhalifah Ustman bin
Affan. Ketiga front itu sebagai berikut :1) Front pertempuran melawan bangsa Romawi di Asia Kecil.
Dimasa pemerintahan Bani Umayyah, pertempuran di front ini telah meluas, sampai

meliputi pengepungan terhadap kota Konstantinopel, dan penyeranganterhadap beberapa pulau di laut
tengah.2) Front Afrika Utara. Front ini meluas sampai ke pantai Atlantik, kemudianmenyeberangi selat
Jabal Thariq dan sampai ke Spanyol.3) Front Timur. Ini meluas dan terbagi kepada dua cabang, yang satu
menuju keutara, ke daerah-daerah diseberang sungai Jihun (Amru Dariyah). Dan cabangyang kedua
menuju ke Selatan, meliputi daerah Sind, wilayah India di bagianBarat (Mufrodi,1997:80).4. Sistem
EkonomiPada masa Bani Umayyah ekonomi mengalami kemajuan yang luar biasa.Denganwilayah
penaklukan yang begitu luas, maka hal itu memungkinkannyauntukmengeksploitasi potensi ekonomi
negeri-negeri taklukan. Mereka juga dapatmengangkutsejumlah besar budak ke Dunia Islam.
Penggunaan tenaga kerja inimembuat bangsa Arabhidup dari negeri taklukan dan menjadikannya
kelas pemungut pajak dan sekaligusmemungkinkannya mengeksploitasi negeri-negeritersebut, seperti
Mesir, Suriah dan Irak.Tetapi bukan hanya eksplotasi yang bersifat menguras saja yang
dilakukan oleh Bani umayyah, tetapi ada juga usahauntuk memakmurkan negeri taklukannya. Hal ini
terlihat dari kebijakan GubernurIrak yang saat itu dijabat oleh al-Hajjaj bin Yusuf. Dia berhasil
memperbaikisaluran-saluran air sungai Euphrat dan Tigris, memajukan perdagangan, danmemperbaiki
sistem ukuran timbang, takaran dan keuangan.Jadi sumber ekonomi masa Daulah Bani Umayyah berasal
dari potensiekonomi negeri-negeri yang telah ditaklukan dan sejumlah budak dari negara-negara yang
telah ditaklukkan diangkut ke Dunia Islam. Tetapi kebijakan
yang paling strategis pada masa Daulah Bani Ummayah adalah adanya sistem penyamaan keuangan. Hal
ini terjadi pada masa Khalifah Abdul Malik. Dia mengubah mata uang asing Bizantium dan Persia yang
dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak uang tersendiri pada tahun 659M
dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Mata uang tersebut terbuat dari emas dan perak sebagai
lambang kesamaan kerajaan ini dengan imperium yang ada sebelumnya.

5. Ilmu Pengatahuan Menurut Jurji Zaidan (George Zaidan) beberapa kemajuan dalam
bidang pengembangan ilmu pengetahuan antara lain sebagai berikut:
a. Pengembangan bahasa ArabBahasa Arab dipakai sebagai bahasa resmi Negara, baik di tanah Arab
maupundi daerah kekuasaan, seperti Romawi dan Persia. Pembukuan/administrasi dansurat-menyurat
memakai bahasa Arab.
b. Marbad kota Pusat Kegiatan Ilmu
Marbad adalah kota kecil yang didirikan oleh Bani „Umayyah sebagai pusat
kegiatan ilmu dan kebudayaan. Di kota ini berkumpul para pujangga, filsuf,
ulama‟, penyair dan cendikiawan lainnya sehingga disebut ukadz
-nya Islam.
c. Ilmu Qiraat Ilmu Qiraat adalah salah satu ilmu shariat tertua, yakni ilmu seni baca Qur‟an
yang telah dibina sejak zaman Khulafaur Rashidin dan kemudiandike
mbangluaskan pada masa Bani „Umayyah. Pada masa ini, lahir para ahli
Qiraat ternama seperti Abdullah bin Qusair dan Ashim bin Abi Nujud
d. Ilmu Tafsir Untuk memahami
Al-Qur‟an sebagai kitab suci diperlukan interpretasi
pemahaman secara komprehensif. Dan pada masa itu, minat menafsirkan
Al-Qur‟an bertambah dikalangan Islam. Salah satu ulama‟ yang membukukan
ilmu tafsir pada masa perintisannya adalah Mujahid.
e. Ilmu HaditsIlmu Hadits adalah ilmu yang mempelajari hadits secara mendalam, mulai
dari pengumpulan, penyelidikan asal-usulnya, dan lain-
lain. Ulama‟-ulama‟ hadits
yang masyhur pada masa itu ialah Al-Auzai Abdurrahman bin Amru, Hasan
Basri, Ibn Abu Malikah dan Asya‟bi Amru Amir bin Syurahbil.
f. Ilmu FiqhPada masa ini, fiqh telah menjadi cabang ilmu
sendiri. Diantara ulama‟-ulama‟nya yang terkenal adalah Sa‟ud bin Misib, Abu Bakar bin Abdurrahman,
Qasim Ubaidillah, Urwah dan Kharijah.
g. Ilmu Nahwu Karena lebih luasnya wilayah Islam pada masa „Umayyah dan banyaknya
orang Ajam (non-Arab) yang masuk Islam, maka ilmu nahwu sangatdibutuhkan baik untuk mempelajari
bahasa Arab maupun mempelajari ilmuIslam.
h. Ilmu Jughrafi dan Tarikh Ilmu ini adalah salah satu dari ilmu yang lahir pada masa Bani „Umayyah,
yakni ilmu Jughrafi (ilmu Goegrafi) dan Tarikh(ilmu sejarah). Pada masa inilahilmu tersebut berkembang
dan berdiri sendiri.
i. Usaha Penerjemahan Untuk kepentingan pembinaan dakwah Islamiah, banyak buku-buku dari bahasa
dan literatur lain diterjemahkan. Seperti buku-buku tentang ilmu kimia,ilmu astronomi, ilmu falak, ilmu
fisika, kedokteran dan lain-lain.
Salah satu ahlinya adalah Khalid bin Yazid, sebagai ahli astronomi.Runtuhnya Bani UmayyahMeskipun
keberhasilan banyak dicapai dinasti ini, namun tidak
berarti bahwa politik dalam negeri dapat dianggap stabil. Muawiyah tidak mentaati isi perjanjiannya den
gan Hasan ibn Ali ketika dia naik tahta, yang menyebutkan bahwa persoalan penggantian pemimpin sete
lah Muawiyah diserahkan kepada pemilihan umat Islam. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid sebagai
puteramahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyatyang
mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan.Ketika Yazid naik tahta,
sejumlah tokoh terkemuka di Madinah tidak maumenyatakan setia kepadanya. Yazid kemudian
mengirim surat kepada gubernurMadinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambil sumpah
setiakepadanya. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husein ibn Alidan Abdulah ibn
Zubair. Bersamaan dengan itu, Syi'ah (pengikut Ali) melakukankonsolidasi (penggabungan) kekuatan
kembali.Perlawanan orang-orang Syi'ah tidak padam dengan terbunuhnya Husein.Gerakan mereka
bahkan menjadi lebih keras dan tersebar luas. Yang termashurdiantaranya adalah pemberontakan
Mukhtar di Kufah pada tahun 685-687 M.Mukhtar mendapat banyak pengikut dari kalangan kaum
Mawali..
Mukhtar terbunuh dalam peperangan melawan gerakan oposisi lainnya, yaitu gerakanAbdullah ibn
Zubair.Kerusuhan terus berlanjut hingga masa pemerintahan Khalifah berikutnya,Hisyam ibn Abd al-
Malik (724-743 M). Bahkan di zaman Hisyam ini muncul satukekuatan baru yang menjadi tantangan
berat bagi pemerintahan Bani Umayyah.Kekuatan itu berasal dari kalangan Bani Hasyim yang didukung
oleh golonganmawali dan merupakan ancaman yang sangat serius. Dalam
perkembangan berikutnya kekuatan baru ini, mampu menggulingkan dinasti Umawiyah danmenggantik
annya dengan dinasti baru, Bani Abbas. Sebenarnya Hisyam ibn Abdal-Malik adalah seorang khalifah
yang kuat dan terampil. Akan tetapi, karenagerakan oposisi terlalu kuat khalifah tidak berdaya
mematahkannya.Sepeninggal Hisyam ibn Abd al-Malik, khalifah-khalifah Bani Umayyahyang tampil
bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makinmemperkuat golongan oposisi. Akhirnya,
pada tahun 750 M, Daulat Umayyahdigulingkan Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim al-
Khurasani.Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir Bani Umayyah, melarikan diri keMesir, ditangkap
dan dibunuh di sana.Ada beberapa faktor yang menyebabkan dinasti bani Umayyah lemah
danmembawa pada kehancuran. Faktor-faktor itu terbagi menjadi dua yaitu:

1. Faktor Internal (berasal dari dalam istana) antara lain:a.


Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunanSistem pergantian khalifah melalui garis keturunan
mengakibatkan perselisihan antara keluarga khalifah. Diantrara para putra mahkotayang pertama telah
memegang maka ia berusaha untukmengasingkan keluarga yang lain dan ingin menggantikan
dengananaknya sendiri. sehingga sistim pergantian khalifah dari garisketurunan adalah suatu yang baru
bagi tradisi Arab. Yangmengakibatkan terjadinya persaingan yang tidak sehat dikalangananggota
keluarga istana. (Syukur,2009:83) b.

Perilaku khalifah atau gubernur jauh dari aturan islamkekayaan Bani Umayyah disalah gunakan oleh
khalifah ataupungubernur untuk hidup berfoya-foya ,bersuka ria dalam kemewahan
Karena lebih luasnya wilayah Islam pada masa „Umayyah dan banyaknya
orang Ajam (non-Arab) yang masuk Islam, maka ilmu nahwu sangatdibutuhkan baik untuk mempelajari
bahasa Arab maupun mempelajari ilmuIslam.h. Ilmu Jughrafi dan Tarikh
Ilmu ini adalah salah satu dari ilmu yang lahir pada masa Bani „Umayyah,
yakni ilmu Jughrafi (ilmu Goegrafi) dan Tarikh(ilmu sejarah). Pada masa inilahilmu tersebut berkembang
dan berdiri sendiri.i. Usaha PenerjemahanUntuk kepentingan pembinaan dakwah Islamiah, banyak
buku-buku dari bahasa dan literatur lain diterjemahkan. Seperti buku-buku tentang ilmu kimia,ilmu
astronomi, ilmu falak, ilmu fisika, kedokteran dan lain-lain. Salah satuahlinya adalah Khalid bin Yazid,
sebagai ahli astronomi.Runtuhnya Bani UmayyahMeskipun keberhasilan banyak dicapai dinasti ini,
namun tidak berarti bahwa politik dalam negeri dapat dianggap stabil.
Muawiyah tidak mentaati isi perjanjiannya dengan Hasan ibn Ali ketika dia naik tahta,
terutama masa khalifah yazid II naik Tahta ia terpikat oleh
dua biduanitanya ,Sallamah dan Habadah serta suka meminumminuman keras. Ditambah lagi para wazir
dan panglima baniUmayyah sudah mulai korup dan mengendalikan Negara karena para khalifah pada
saat itu sangat lemah.(Yatim,2004:45)

2.Faktor eksternal istana ,adalah yang berasal dari luar istanaa.


Perlawanan dari kaum KhawarijSejak berdiri dinasti Bani Umayyah para khalifahnya seringmenghadapi
tantangan dari golongan khawarij. Golongan inimemandang bahwa Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah
telahmelakukan dosa besar perbedaan sudut pandang pro Ali dan ProMuaiwiyah ini menjadikan
khawarij mengangkat pemeimpin darikalngan mereka sendiri. b.

Perlawanna dari kalangan Syi`ahPada dasarnya kaum Syi`ah tidak perna mengakui pemerintahanDinasti
bani Umayyah dan tidak perna memaafkan kesalahanmereka terhadap Ali dan Husain hingga semakin
aktid danmendapat dukungan public.disisi mereka berkumpul orang-orangyang merasa tidak puas ,baik
dari sisi politik,ekonomi maupunsosial terhadap pemerintahan Bani Umayyah.c.

Perlawanan dari golongan MawaliAsal mula kaum Mawali yaitu budak-budak tawanan perang yangtelah
dimerdekakan kemudian istilah ini berkembang pada orangislam bukan arab.ketika bani Umayyah
berkuasa orang mawalidipandang sebagai masyarakat bawahan sehingga terbukalah jurangdan sekat
sosial yang memisahkan ,padahal orang Mawali
turut berjuang memebelah islam dari bani Umayyah, mereka adalahkaum infantri yang berjalan kaki
yang bertempur dengan
kakitelanjang diatas terik panasnya padang pasir.mereka ahkirnya bergabung dengn gerakan anti pemeri
ntah yakni pihak BaniAbbasiyah dan Syi`ah.d.

Pertentangan etnis Arab Utara dengan Arab Selatan.

Masa khilafah Bani Umayyah ,pertentangan etnis antara sukuarabia utara (baniQaisy) dan arabia
Selatan (bani Qalb) yang sejakzaman sebelum islam makin meruncing.atas asumsi tersebutapabila
seorang khalifah berasal atau lebih dekat dengan ArabSelatan, Arab Utara akan iri demikian sebaliknya,
perselisihantersebut berimplikasi pada kesulitan Bani Umayyah menggalang persatuan.e.

Perlawanan dari Bani AbbasiyahKeturunan dari paman Rasulullah Keluarga Abbas,mulai bergerakaktif
dan menegaskan mereka untuk menduduki pemerintahandengan cerdik mereka bergabung dengan
pendukung Ali danmenekangkan hak keluarga Hasyim. Dengan memanfaatkankekecewaan publik dan
menampilkan sebagai pembelah sejatiagama islam, para keturunan abbas segera menjadi
pemimpingerakan anti Umayyah. (Syukur,2009:83)Yatim, Badri.2008.
Sejarah peradaban Islam
. Jakarta :Raja Grafindo PersadaSoepratignyo & Sri Sumartini. 1995.
Sejarah Asia Barat Daya.
Malang: IKIPMalang

Bani Umayyah atau Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafa’ ar-
Rasyidin yang memerintah dari tahun 661 sampai 750 Hijriyah di Jazirah Arab dan sekitarnya, serta dari
756 sampai 1031 Hijriyah di Kordoba (Spanyol).
Nama dinasti ini diambil dari nama tokoh Umayyah bin ‘Abdu asy-Syams, kakek buyut dari khalifah
pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah I.
Khalifah Bani Umayyah
Para Khalifah yang cukup berpengaruh dari Bani Umayyah ini adalah:
Muawiyah bin Abi Sufyan [Muawiyah I], (661-680 M),
Yazid bin Muawiyah [Yazid I], (680-683 M),
Muawiyah bin Yazid [Muawiyah II], (683-684 M),
Marwan Ibnul Hakam [Marwan I], (684-685 M),
‘Abdullah bin Zubair Ibnul ‘Awwam.
‘Abdul Malik bin Marwan (685-705 M),
Al-Walid bin ‘Abdul Malik [al-Walid I], (705-715 M),
Sulaiman bin ‘Abdul Malik, (715-717 M),
‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz [‘Umar II], (717-720M),
Yazid bin ‘Abdul Malik [Yazid II], (720-724 M),
Hisyam bin ‘Abdul Malik (724-743 M).
Walid bin Yazid [al-Walid III], (743-744 M).
Yazid bin Walid [Yazid III], (744 M).
Ibrahim bin Walid, (744 M).
Marwan bin Muhammad [Marwan II al-Himar]. Rahimahumullahu ajma’in.
Kemunduran Bani Umayyah
Dinasti Bani Umayah mengalami masa kemunduran yang di tandai dengan melemahnya sistem politik
dan kekuasaan karena banyak persoalan yang dihadapi para penguasa dinasti ini.

Seperti diketahui, bahwa setelah Khalifah Hisyam bin Abdul Malik, para khalifah Bani Umayah tidak ada
yang dapat di andalkan untuk mengendalikan pemerintahan dan keamanan denga baik. Selain itu
mereka juga tidak dapat mengatasi pemberontakan di dalam negeri secara tuntas. Bahkan mereka tidak
mampu lagi menjaga keutuhan dan persatuan di kalangan keluarga Bani Umayah sehingga sering terjadi
pertikaian di dalam rumah tangga istana. Penyebabnya adalah perebutan kekuasaan. Siapa yang akan
menggantikan kedudukan khalifah dan seterusnya.
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab dari keruntuhan Bani Umayyah antara lain:
1. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru (bid’ah) bagi tradisi
Islam yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas, sehingga menyebabkan
terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.
2. Latar belakang terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik politik
yang terjadi di masa ‘Ali –radhiyallaahu ‘anhu-. Sisa-sisa Syi’ah dan Khawarij terus menjadi gerakan
oposisi, baik secara terbuka seperti di masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti di masa
pertengahan kekuasaan Bani Umayyah.
3. Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan
Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing. Perselisihan ini
mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan
kesatuan. Disamping itu, sebagian besar golongan mawali (non-Arab), terutama di Irak dan wilayah
bagian timur lainnya, merasa tidak puas karena status mawali itu menggambarkan suatu inferioritas,
ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah.
4. Lemahnya para khalifah, kecenderungan mereka hidup santai, sikap hidup mewah di lingkungan
istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka
mewarisi kekuasaan dan keluarnya mereka dari prinsip-prinsip Islam yang menjadi tonggak tegaknya
sebuah negara. Disamping itu, para Ulama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap
perkembangan agama sangat kurang.
5. Pertikaian para khalifah dan permusuhan mereka satu sama lain padahal tadinya seia–sekata dan satu
tangan dalam menghadapi pihak luar. Yazid bin Walid Abu Khalid yang bergelar “an-Naqidh” misalnya,
mengkudeta khalifah dan membunuh misannya Walid hanya untuk bisa menjadi khalifah.
6. Banyak bermunculan pemberontakan-pemberontakan yang terjadi yang memecah belah eksistensi
negara.
7. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah adalah munculnya kekuatan baru
yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas bin Abd al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh
dari Bani Hasyim dan dan kaum mawali yang merasa dikelas duakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.
Wallahul musta’an.
Setelah sekian lama mengalami masa-masa kemunduran akhirnya dinasti umayah benar-benar
mengalami kehancuran atu keruntuhan. Keruntuhan ini terjadi pada masa pemerintahan Marwan bin
Muhammad setelah memerintah lebih kurang 46 tahun. (744-750 M)
Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah


Pemerintahan dinasti Abbasiyah dinisbatkan kepada Al- Abbas, paman Rasulullah, sementara Khalifah
pertama dari pemerintahan ini adalah Abdullah Ash- Sahffah bin Muhammad bin Ali Bin Abdulah bin
Abbas bin Abdul Muthalib.Pada tahun 132 H/750 M, oleh Abul abbas Ash- saffah,dan sekaligus sebagai
khalifah pertama.Selama lima Abad dari tahun 132-656 H ( 750 M- 1258 M).Kemenangan pemikiran
yang pernah dikumandangkan oleh Bani Hasyim ( Alawiyun ) setelah meninggalnya Rasulullah dengan
mengatakan bahwa yang berhak untuk berkuasa adalah keturunana Rasulullah dan anak-anaknya.
Sebelum berdirinya Dinasti Abbasiyah terdapat tiga poros utama yang merupakan pusat kegiatan,
anatara satu dengan yang lain memiliki kedudukan tersendiri dalam memainkan peranya untuk
menegakan kekuasaan keluarga besar paman Rasulullah, Abbas bin Abdul Muthalib.Dari nama Al- Abbas
paman Rasulullah inilah nama ini di sandarkan pada tiga tempat pusat kegiatan, yaitu Humaimah,
Kufah,dan khurasan.
Di kota Mumaimah bermukim keluarga Abbasiyah, salah seorang pimpinannya bernama Al-imam
Muhammad bin Ali yang merupakan peletak dasar-dasar bagi berdirinya dinasti Abbasiyah.Para
penerang Abbasiyah berjumlah 150 orang di bawah para pimpinannya yang berjumlah 12 orang dan
puncak pimpinannya adalah Muhammad bin Ali.
Propaganda Abbasiyah dilaksanakan dengan strategi yang cukup matang sebagai gerakan rahasia.Akan
tetapi,imam Ibrahim pemimpin Abbasiyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan
Abbasiyah,gerakannya diketahui oleh khalifah Ummayah terakhir,Marwan bin Muhammad. Ibrahim
akhirnya tertangkap oleh pasukan dinasti Umayyah dan dipenjarakan di haran sebelum akhirnya
diekskusi. Ia mewasiatka kepada adiknya Abul Abbas untuk menggantikan kedudukannya ketika tahu
bahwa ia akan terbunuh,dan memerintahkan untuk pindah ke kufah.Sedangkan pemimpin propaganda
dibebankan kepada Abu Salamah.Segeralah Abul Abbas pindah dari Humaimah ke kufah di iringi oleh
para pembesar Abbasiyah yang lain seperti Abu Ja’far,Isa bin Musa, dan Abdullah bin Ali.
Penguasa Umayyah di kufah, Yazid bin Umar bin Hubairah, ditaklukan oleh Abbasiyah dan di usir ke
Wasit.Abu Salamah selanjutnya berkemah di kufah yang telah di taklukan pada tahun 132 H. Abdullah
bin Ali, salah seorang paman Abbul Abbas di perintahkan untuk mengejar khaliffah Umayyah terakhir,
marwan bin Muhammad bersama pasukannya yang melarikan diri, dimana akhirnya dapat di pukul di
dataran rendah sungai Zab. Khlifah itu melarikan diri hingga ke fustat di mesir, dan akhirnya terbunuh di
Busir, wilayah Al- Fayyum, tahun 132 H/750 M. Dan beririlah Dinasti Abbasiyah yang di pimpin oleh
khalifah pertamanya, yaitu Abbul Abbas Ash- Shaffah dengan pusat kekuasaan awalnya di Kufah.
B. Sistem Pemerintahan
Penggantian Umayyah oleh Abbasiyah ini di dalam kepimpinan masyarakat islam lebih dari sekedar
penggantian dinastiIa merupakan revolusi dalam sejarah islam,revolusi prancis dan revolusi Rusia did
lam sejarah barat.Seluruh anggota keluarga Abbas dan pimpinan umat islam mengatakan setia kepada
Abbul Abbas Ash-shaffah sebagai khaliffah mereka. Ash- Shaffah kemudian pindah ke Ambar, sebelah
barat sungai Eufrat dekat Baghdad.
Kekhaliffahan Ash-Shaffah hanya bertahan selama 4 tahun,9 bulan.Ia wafat pada tahun 136 H di Abar
,Satu kota yang telah di jadikanya sebagai tempat kedudukan pemerintahan.Ia berumur tidak lebih dari
33 tahun. Bahkan ada yang mengatakan umur ash-Shaffah ketika meinggal dunia adalah 29 tahun.
Selama dinasti Abbasiyah berkuasa, pola pemerintahan yang di terpkan berbeda-beda sesuai dengan
perubahan politik,social, dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu, para
sejarahwan biasanya membagi masa pemerintahan bani Abbasiayah dalam 4 periode berikut.
1. Masa Abbasiyah 1, yaitu semenjak lahirnya Daulah Abbasiyah tahun 132 H ( 750 M) sampai
meninggalnya khaliffah Al- Wastiq 232 H ( 847 M ).
2. Masa Abbasiyah II, yaitu mulai khliffah Al- Mutawakkil pada tahun 232 H ( 847 M) sampai
berdirinya Daulah buwaihiyah di Baghdad pada tahun 334 H (946 M).
3. Masa Abbasiyah III, yaitu dari berdirinya daulah Buwahiyah tahun 334 H (946 M ) sampai masuknya
kaum saljuk ke Baghdad tahun 447 H (1055 M).
4. Masa Abbasiyah IV,yaitu masuknya orang-orang saljuk ke Baghdad tahun447 H (1055 M ).Sampai
jatuhnya Baghdad ketangan bangsa mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 656 H (1258 M
).
C. Kemajuan – kemajuan Dinasti Abbasiyah
Sebagai sebuah dinasti, kekhalifahan Bani Abbasiyah yang berkuasa lebih dari lima abad, telah banyak
memberikan sumbangan positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Dari
sekitar 37 orang khalifah yang pernah berkuasa, terdapat beberapa orang khalifah yang benar-benar
memliki kepedulian untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, serta berbagai
bidang lainnya, seperti bidang-bidang sosial dan budaya.
Diantara kemjuan dalam bidang sosila budaya adalah terjadinya proses akulturasi dan asimilasi
masyarakat. Keadaan sosial masyarakat yang majemuk itu membawa dampak positif dalam
perkembangan dan kemajuan peradaban Islam pada masa ini. Karna dengan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang mereka miliki, dapat dipergunakan untuk memajukan bidang-bidang sosial budaya
lainnya yang kemudian menjadi lambang bagi kemajuan bidang sosial budaya dan ilmu pengetahuan
lainnya. Diantara kemajuan ilmu pengetahuan sosial budaya yang ada pada masa Khalifah Dinasi
Abbasiyah adalah seni bangunan dan arsitektur, baik untuk bangunan istana, masjid, bangunan kota dan
lain sebagainya. Seni asitektur yang dipakai dalam pembanguanan istana dan kota-kota, seperti pada
istana Qashrul dzahabi, dan Qashrul Khuldi, sementara banguan kota seperti pembangunan kota
Baghdad, Samarra dan lain-lainnya
.Kemajuan juga terjadi pada bidang sastra bahasa dan seni musik. Pada mas inilah lahir seorang
sastrawan dan budayawan terkenal, seperti Abu Nawas, Abu Athahiyah, Al Mutanabby, Abdullah bin
Muqaffa dan lain-lainnya. Karya buah pikiran mereka masih dapat dibaca hingga kini, seperti kitab
Kalilah wa Dimna. Sementara tokoh terkenan dalam bidang musik yang kini karyanya juga masih dipakai
adalah Yunus bin Sulaiman, Khalil bin Ahmad, pencipta teori musik Islam, Al farabi dan lain-lainnya.
Selain bidang –bidang tersebut diatas, terjadi juga kemajuan dalam bidang pendidikan. Pada masa-maa
awal pemerinath Dinasti Abbasiyah, telah banyak diushakan oleh para khalifah untuk mengembangakan
dan memajukan pendidikan. Karna itu mereka kemudian mendirikan lembaga-lembaga pendidikan,
mulai dari tingkat dasar hingga tingakat tinggi.
1. Kemajuan dalam bidang politik dan militer
Di antara perbedaan karakteristik yang sangat mancolok anatara pemerinatah Dinasti Bani Umayyah
dengan Dinasti Bani Abbasiyah, terletak pada orientasi kebijakan yang dikeluarkannya. Pemerinath
Dinasti Bani Umayyah orientasi kebijakan yang dikeluarkannya selalu pada upaya perluasan wilayah
kekuasaanya. Sementara pemerinath Dinasti Bani Abbasiyah, lebih menfokuskan diri pada upaya
pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, sehingga masa pemerintahan ini dikenal
sebagai masa keemasan peradaban Islam. Meskipun begitu, usaha untuk mempertahankan wilayah
kekuasaan tetap merupakan hal penting yang harus dilakukan. Untuk itu, pemerintahan Dinasti Bani
Abbasiyah memperbaharui sistem politik pemerintahan dan tatanan kemiliteran.
Agar semua kebijakan militer terkoordinasi dan berjalan dengan baik, maka pemerintah Dinasti
Abbasiyah membentuk departemen pertahanan dan keamanan, yang disebut diwanul jundi.
Departemen inilah yamg mengatur semua yang berkaiatan dengan kemiliteran dan pertahanan
keamanan.Pembentuka lembaga ini didasari atas kenyataan polotik militer bahwa pada masa
pemertintahan Dinasti Abbasiyah, banayak terjadi pemebrontakan dan bahkan beberapa wilayah
berusaha memisahkan diri dari pemerintahan Dinasyi Abbasiyah
2. kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan
Keberahasilan umat Islam pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah dalam pengembangan ilmu
pengetahuan sains dan peradaban Islam secara menyeluruh, tidak terlepas dari berbagai faktor yang
mendukung. Di anataranya adalah kebijakan politik pemerintah Bani Abbasiyah terhadap masyarakat
non Arab ( Mawali ), yang memiliki tradisi intelektual dan budaya riset yang sudah lama melingkupi
kehidupan mereka. Meraka diberikan fasilitas berupa materi atau finansial dan tempat untuk terus
melakukan berbagai kajian ilmu pengetahuan malalui bahan-bahan rujukan yang pernah ditulis atau
dikaji oleh masyarakat sebelumnya. Kebijakan tersebut ternyata membawa dampak yang sangat positif
bagi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan sains yang membawa harum dinasyi ini.
Dengan demikian, banyak bermunculan banyak ahli dalam bidang ilmu pengetahaun, seperti Filsafat,
filosuf yang terkenal saat itu antara lain adalah Al Kindi ( 185-260 H/ 801-873 M ). Abu Nasr al-faraby, (
258-339 H / 870-950 M ) dan lain-lain.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban islam juga terjadi pada bidang ilmu sejarah, ilmu bumi,
astronomi dan sebagainya. Dianatar sejarawan muslim yang pertama yang terkenal yang hidup pada
masa ini adalah Muhammad bin Ishaq ( w. 152 H / 768 M ).
3. kemajuan dalam ilmu agama islam
Masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah yang berlangsung lebih kurang lima abad ( 750-1258 M ), dicatat
sebagai masa-masa kejayaan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
peradaban Islam ini, khususnya kemajuan dalam bidang ilmu agama, tidak lepas dariperan serta para
ulama dan pemerintah yang memberi dukungan kuat, baik dukungan moral, material dan finansia,
kepada para ulama. Perhatian yang serius dari pemeruntah ini membuat para ulama yang ingin
mengembangkan ilmu ini mendapat motivasi yang kuat, sehingga mereka berusaha keras untuk
mengembangkan dan memajukan ilmu pengetahuan dan perdaban Islam. Dianata ilmu pengetahuan
agama Islam yang berkembang dan maju adalah ilmu hadist, ilmu tafsir, ilmu fiqih dan tasawuf.
D. Faktor Eksternal dan internal kejatuhan Dinasti Abasiyah
1) Faktor Eksternal
Selain yang disebutkan diatas, yang merupakan faktor-faktor internal kemunduran dan kehancuran
Khilafah bani Abbas. Ada pula faktor-faktor eksternal yang menyebabkan khilafah Abbasiyah lemah dan
akhirnya hancur.
1. Perang Salib
Kekalahan tentara Romawi yang berjumlah 200.000 orang dari pasukan Alp Arselan yanag hanya
berkekuatan 15.000 prajurit telah menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang kristen
terhadap ummat Islam. Kebencian itu bertabah setelah Dinasti Saljuk yang menguasai Baitul Maqdis
menerapkan beberapa peraturan yang dirasakan sangat menyulitkan orang-orang Kristen yang ingin
berziarah kesana. Oleh karena itu pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II menyerukan kepada ummat
kristen Eropa untuk melakukan perang suci, yang kemudian dikenal dengan nama Perang Salib.
Perang salib yang berlangsung dalam beberapa gelombang atau peride telah banyak menelan korban
dan menguasai beberapa wilaya Islam. Setelah melakukan peperangan antara tahun 1097-1124 M
mereka berhasil menguasai Nicea, Edessa, Baitul Maqdis, Akka, Tripoli dan kota Tyre. Pengaruh Salib
juga terlihat dalam penyerbuan tentara Mongol. Disebutkan bahwa Hulagu Khan, panglima
tentara Mongol, sangat membenci Islam karena ia banyak dipengaruhi oleh orang-
orang Budha dan Kristen Nestorian. Gereja-gereja Kristen berasosiasi dengan orang-orang Mongol yang
anti Islamitu dan diperkeras di kantong-kantong ahlul-kitab. Tentara Mongol, setelah menghancur
leburkan pusat-pusat Islam, ikut memperbaiki Yerussalem.

2. Serangan Mongolia Ke Negeri Muslim dan Berakhirnya Dinasti Abbasiyah


Orang-orang Mongolia adalah bangsa yang berasal dari Asia Tengah. Sebuah kawasan terjauh di China.
Terdiri dari kabilah-kabilah yang kemudian disatukan oleh Jenghis Khan (603-624 H). mereka adalah
orang-orang Badui-sahara yang dikenal keras kepala dan suka aberlaku jahat.Sebagai awal
penghancuran Bagdad dan Khilafah Islam, orang-orang Mongolia menguasai negeri-negeri Asia Tengah
Khurasan dan Persia dan juga menguasai Asia Kecil. Pada bulan September 1257, Hulagu mengirimkan
ultimatum keada Khalifah agar menyerah dan mendesak agar tembok kota sebelah luar diruntuhkan.
Tetapi Khalifah tetap enggan memberikan jawaban. Maka pada Januari 1258, asuakn Hulagu bergerang
untuk mengahncurkan tembok ibukota. Sementara itu Khalifah al-Mu’tashim langsung menyerah dan
berangkat ke base pasukan mongolia. Setelah itu para pemimpin dan fuqaha juga keluar, sepuluh hari
kemudian mereka semua dibunuh. Hulagu mengzinkan pasukannya untuk melakukan aa saja di
Baghdad. Mereka menghancurkan kota Baghdad dan membakarnya. Pembunuhan berlangsung selama
40 hari dengan jumlah korban sekitar dua juta orang.Perlu juga disebutkan disini peran busuk yang
dimainkan oleh seorang Syi’ah Rafidhah yaitu Ibn ’Alqami, menteri al-Mu’tashim, yang bekerjasama
dengan orang-orang Mongolia dan membantu pekerjaan-pekerjaan mereka
2. Faktor Internal
Sebagaimana terlihat dalam periodisasi khilafah Abbasiyah, masa kemunduran dimulai sejak periode
kedua. Namun demikian, faktor-faktor penyebab kemunduran itu tidak datang secara tiba-tiba. Benih-
benihnya sudah terlihat pada periode pertama, hanya karena khalifah pada periode ini sangat kuat,
benih-benih itu tidak sempat berkembang. Dalam sejarah kekuasaan Bani Abbas terlihat bahwa apabila
khalifah kuat, para menteri cenderung berperan sebagai kepala pegawai sipil, tetapi jika khalifah lemah,
mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan.
Disamping kelemahan khalifah, banyak faktor lain yang menyebabkan khilafah Abbasiyah menjadi
mundur, masing-masing faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Beberapa diantaranya adalah
sebagai berikut
a. Perebutan Kekuasaan di Pusat Pemerintahan
Khalifah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orangPersia. Persekutuan
dilatar belakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masaBani Umayyah berkuasa.
Keduanya sama-sama tertindas. Setelah khilafah Abbasiyah berdiri, dinasti Bani Abbas tetap
mempertahankan persekutuan itu. Menurut Ibnu Khaldun, ada dua sebab dinasti Bani Abbas memilih
orang-orang Persia daripada orang-orang Arab. Pertama, sulit bagi orang-orang Arab untuk
melupakan Bani Umayyah. Pada masa itu mereka merupakan warga kelas satu. Kedua, orang-
orang Arab sendiri terpecah belah dengan adanya ashabiyah (kesukuan). Dengan demikian, khilafah
Abbasiyah tidak ditegakkan di atas ashabiyah tradisional.
Meskipun demikian, orang-orang Persia tidak merasa puas. Mereka menginginkan sebuah dinasti
dengan raja dan pegawai dari Persia pula. Sementara itu bangsa Arabberanggapan bahwa darah yang
mengalir di tubuh mereka adalah darah (ras) istimewa dan mereka menganggap rendah bangsa non-
Arab ('ajam) di dunia Islam.Fanatisme kebangsaan ini nampaknya dibiarkan berkembang oleh penguasa.
Sementara itu, para khalifah menjalankan sistem perbudakan baru. Budak-budak
bangsa Persia atau Turkidijadikan pegawai dan tentara.
Adalah Khalifah Al-Mu’tashim (218-227 H) yang memberi peluang besar kepada bangsa Turki untuk
masuk dalam pemerintahan. Mereka di diangkat menjadi orang-orang penting di pemerintahan, diberi
istana dan rumah dalam kota. Merekapun menjadi dominan dan menguasai tempat yang mereka diami,
sehingga khalifah berikutnya menjadi boneka mereka.
Setelah al-Mutawakkil (232-247 H), seorang Khalifah yang lemah, naik tahta, dominasi
tentara Turki semakin kuat, mereka dapat menentukan siapa yang diangkat jadi Khalifah. Sejak itu
kekuasaan Bani Abbas sebenarnya sudah berakhir. Kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki. Posisi
ini kemudian direbut oleh Bani Buwaih, bangsaPersia, pada periode ketiga (334-447), dan selanjutnya
beralih kepada Dinasti Seljuk, bangsa Turki pada periode keempat (447-590H).
b. Munculnya Dinasti-Dinasti Kecil Yang Memerdekakan Diri
wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periode pertama hingga masa keruntuhan sangat luas, meliputi
berbagai bangsa yang berbeda, seperti Maroko, Mesir, Syria, Irak,Persia, Turki dan India. Walaupun
dalam kentaannya banyak daerah yang tidak dikuasai oleh Khalifah, secara riil, daerah-daerah itu berada
di bawah kekuasaaan gubernur-gubernur bersangkutan. Hubungan dengan Khalifah hanya ditandai
dengan pembayaran upeti.Ada kemungkinan penguasa Bani Abbas sudah cukup puas dengan pengakuan
nominal, dengan pembayaran upeti. Alasannya, karena Khalifah tidak cukup kuat untuk membuat
mereka tunduk, tingkat saling percaya di kalangan penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah
dan juga para penguasa Abbasiyah lebih menitik beratkan pembinaan peradaban dan kebudayaan
daripada politik dan ekspansi. Selain itu, penyebab utama mengapa banyak daerah yang memerdekakan
diri adalah terjadinya kekacauan atau perebutan kekuasaan di pemerintahan pusat yang dilakukan oleh
bangsa Persia dan Turki.
Akibatnya propinsi-propinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa Bani Abbas. Ini
bisa terjadi dengan dua cara, pertama, seorang peminpin lokal memimpin suatu pemberontakan dan
berhasil memperoleh kemerdekaan penuh, seperti daulat Umayyah di Spanyol dan Idrisiyah di Marokko.
Kedua, seorang yang ditunjk menjadi gubernur oleh Khalifah yang kedudukannya semakin kuat, seerti
daulah Aghlabiyah di Tunisiyah dan Thahiriyyah di Khurasan.Dinasti yang lahir dan memisahkan diri dari
kekuasaan Baghdad pada masa khilafah Abbasiyah, di antaranya adalah:
a) Yang berkembasaan Persia: Thahiriyyah di Khurasan (205-259 H), Shafariyah di Fars (254-290 H),
Samaniyah di Transoxania (261-389 H), Sajiyyah di Azerbaijan (266-318 H), Buwaihiyyah, bahkan
menguasai Baghdad (320-447).
b) Yang berbangsa Turki: Thuluniyah di Mesir (254-292 H), Ikhsyidiyah di Turkistan (320-560 H),
Ghaznawiyah di Afganistan (352-585 H), Dinasti Seljuk dan cabang-cabangnya
c) Yang berbangsa Kurdi: al-Barzukani (348-406 H), Abu Ali (380-489 H), Ayubiyah (564-648 H).
d) Yang berbangsa Arab: Idrisiyyah di Marokko (172-375 h), Aghlabiyyah di Tunisia (18-289 H),
Dulafiyah di Kurdistan (210-285 H), Alawiyah di Tabaristan (250-316 H), Hamdaniyah di Aleppo dan
Maushil (317-394 H), Mazyadiyyah di Hillah (403-545 H), Ukailiyyah di Maushil (386-489 H), Mirdasiyyah
di Aleppo 414-472 H).
e) Yang Mengaku sebagai Khalifah : Umawiyah di Spanyol dan Fatimiyah di Mesir.
3. Kemerosotan Perekonomian
Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang
masuk lebih besar dari yang keluar, sehingga Baitul-Mal penuh dengan harta. Perekonomian masyarakat
sangat maju terutama dalam bidang pertanian, perdagangan dan industri. Tetapi setelah memasuki
masa kemunduran politik, perekonomian pun ikut mengalami kemunduran yang drastis.Setelah khilafah
memasuki periode kemunduran ini, pendapatan negara menurun sementara pengeluaran meningkat
lebih besar. Menurunnya pendapatan negara itu disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah
kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat. diperingannya pajak
dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan
pengeluaran membengkak antara lain disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat semakin
mewah. jenis pengeluaran makin beragam dan para pejabat melakukan korupsi.Kondisi politik yang
tidak stabil menyebabkan perekonomian negara morat-marit. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk
memperlemah kekuatan politik dinasti Abbasiyah kedua, faktor ini saling berkaitan dan tak terpisahkan.
4. Munculnya Aliran-Aliran Sesat dan Fanatisme Keagamaan
Karena cita-cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai untuk menjadi penguasa, maka kekecewaan itu
mendorong sebagian mereka mempropagandakan ajaranManuisme, Zoroasterisme dan Mazdakisme.
Munculnya gerakan yang dikenal dengan gerakan Zindiq ini menggoda rasa keimanan para
khalifah.Adalah khalifah Al-Manshuryang berusaha keras memberantasnya, beliau juga memerangi
Khawarij yang mendirikan Negara Shafariyah di Sajalmasah pada tahun 140 H. setelah al Manshur wafat
digantikan oleh putranya Al-Mahdi yang lebih keras dalam memerangi orang-orang Zindiq bahkan beliau
mendirikan jawatan khusus untuk mengawasi kegiatan mereka serta melakukanmihnah dengan tujuan
memberantas bid'ah. Akan tetapi, semua itu tidak menghentikan kegiatan mereka. Konflik antara kaum
beriman dengan golongan Zindiq berlanjut mulai dari bentuk yang sangat sederhana seperti polemik
tentang ajaran, sampai kepada konflik bersenjata yang menumpahkan darah di kedua belah pihak.
Gerakan al-Afsyin danQaramithah adalah contoh konflik bersenjata itu.
Pada saat gerakan ini mulai tersudut, pendukungnya banyak berlindung di balik ajaran Syi'ah, sehingga
banyak aliran Syi'ah yang dipandang ghulat (ekstrim) dan dianggap menyimpang oleh
penganut Syi'ah sendiri. Aliran Syi'ah memang dikenal sebagai aliran politik dalam Islam yang
berhadapan dengan paham Ahlussunnah. Antara keduanya sering terjadi konflik yang kadang-kadang
juga melibatkan penguasa. Al-Mutawakkil, misalnya, memerintahkan agar makam Husein Ibn
Ali di Karballadihancurkan. Namun anaknya, al-Muntashir (861-862 M.), kembali memperkenankan
orang syi'ah "menziarahi" makam Husein tersebut. Syi'ah pernah berkuasa di dalam khilafah Abbasiyah
melalui Bani Buwaih lebih dari seratus tahun. Dinasti Idrisiyah diMarokko dan
khilafah Fathimiyah di Mesir adalah dua dinasti Syi'ah yang memerdekakan diri dari Baghdad yang Sunni.
Selain itu terjadi juga konflik dengan aliran Islam lainnya seperti perselisihan antara Ahlusunnah dengan
Mu'tazilah, yang dipertajam oleh al-Ma'mun, khalifah ketujuh dinasti Abbasiyah (813-833 M), dengan
menjadikan mu'tazilah sebagai mazhab resmi negara dan melakukan mihnah. Pada masa al-
Mutawakkil (847-861 M), aliran Mu'tazilahdibatalkan sebagai aliran negara dan golongan ahlusunnah
kembali naik daun. AliranMu'tazilah bangkit kembali pada masa Bani Buwaih. Namun pada masa dinasti
Seljukyang menganut paham Asy'ariyyah penyingkiran golongan Mu'tazilah mulai dilakukan secara
sistematis. Dengan didukung penguasa, aliran Asy'ariyah tumbuh subur dan Berjaya.
Perkembangan Ekonomi Sosial Pada Masa Daulat Abbasiyah
a. Perdagangan Perniagaan tetap menjadi perhatian yang besar, baik dari penguasa Umawiyah maupun
Abbasiyah lebih menggondol bangsa Arab dalam memegang sentral kekuatan ekonomi negara,
termasuk
dalam perdagangan. Sementara pemerintah Abbasiyah lebih egaliter dan equal sifatnya, sehingga
golongan
muslim manapun bisa ikut andil dalam memegang kendali perdagangan, tanpa mengalami kesulitan
dalam hal
birokrasi tetapi bagaimanapun satu hal yang patut dibanggakan pada kekuasaan dinasti Abbasiyah
Penyebaran
yang efektif dari agama Islam bukanlah akibat perlakuan atau espansi militer kewilayahan-kewilayahan
tertentu, melainkan melalui kegiatan secara damai oleh pihak-pihak saudagar muslim dan oleh misi-misi
golongan sampai di sisi lain. Orang tertarik memeluk agama Islam berkat suri tauladan yang mereka
perlihatkan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Sumur-sumur dan terminal tempat peristirahatan para kapilah dagang yang Menempuh rute daratan,
kian
diperbanyak jumlahnya, demikian juga menara-menara pengontrol. Bagi yang menggunakan rute laut
penguasa Abbasiyah menambah jumlah armada lautnya. Kecuali untuk pengamanan pelabuhan-
pelabuhan
dagang juga untuk mengawal dan mengamankan kapal-kapal yang mengarungi lautan dari gangguan
para
perampok. Perhatian ini sangat memberi pengaruh besar bagi perkembangan perniagaan muslim yang
berskala
lokal maupun Internasional. Tidak heran jika masyarakat Eropa pada saat itu menjuluki para pedagang
muslim
dengan “raja-raja dari timur” Dari Baghdad dan pusat-pusat perdagangan Islam lainnya
para
pedagang muslim mengirim barang-barang melalui samudera ke timur jauh. Eropa dan Afrika, seperti
hasil-hasil industri perhiasan, kaca logam, Mutiara dan rempah-rempah. Mata uang arab (Daulah
Abbasiyah)
yang beberapa dasa warsa terakhir ini ditemukan para arkeologi di daerah utara sampai Rusia, Finlandia,
Jerman dan Swedia, membuktikan bahwa kegiatan kaum muslimin dari zaman ini dan zaman berikutnya
meliputi seluruh dunia. b. Rute Dan Pusat Penting Perdagangan Luas wilayah kerajaan yang tingginya
tingkat peradaban yang dicapai baik dalam bidang industri maupun pertanian memaksa diadakan suatu
perdagangan Internasional yang lebih luas. Berikut rute-rute penting yang dilalui para saudagar pada
kegiatan
niaga pada masa dinasti Abbasiyah. 1. Dari barat ke timur via Mesir, memakai rute ini Kebanyakan para
pedagang Yahudi yang menjadi mitra usaha saudagar muslim dan Irak. Di istahan mereka mempunyai
perkampungan dagang yang disebut Havi Yahudi (lorong Yahudi) 2. Dari Eropa ke Timur Via Antiokh
terus
ke Baghdad melalui sungai efrat, kemudian teluk Persi, Yaman, India dan China 3. Dari utara Rusia ke
timur
melalui laut Kaspia kemudian ke Marx, Balk, Bukhara, Samarkhand, Transoxiana, dan China 4. Jalur
darat
dari Eropa ke timur dimulai dari Andalusia, melalui Jabal Tarik ke Maroko, Tunisia, Mesir, Damaskus, Irak
(Baghdad, Basrah, dan Kuffah) lalu ke Iran, Kirman, India dan berakhir di China. Para saudagar muslim
yang
berniaga lewat jalur ini sekarang disebut silk road (jalur sutra). Disebut demikian karena salah satu
barang
dagangan yang diangkut berupa sutra. 5. Jalur laut dan Teluk Persi, Gujarat, Selat Malaka, Jawa, Laut
China
ke Kanton (China) Sebuah karya maha penting tentang rute-rute dan pusat perdagangan dan
pemerintahan
ditulis pada masa ini (abad ke 3 H/ 9 masehi) oleh seorang ahli geografi Abu Al–Qosim bin
Khurdadhbeh dari Persia dalam buku yang dinamakannya Al-Musalik wa al Mamalik, berikut pusat-pusat
penting perdagangan pada masa dinasti Abbasiyah. 1. Antiokh yang terletak di pesisir timur laut tengah
pelabuhan yang diperlebar pada masa khalifah mu’tasim ini merupakan pusat perdagangan Syam
yang
menjadi transit (perhentian) para saudagar timur dan barat. 2. Pelabuhan Iskandaria dan varma, juga
menjadi
penghubung antara pedagang yang dagang dari Eropa dan laut merah. 3. Ailot, Qolzam, dan Jeddah,
adalah
pusat-pusat perdagangan laut merah, Jeddah bahkan setiap tahun menjadi terminal jamaah haji yang
datang
dari pelosok dunia. 4. Aden pintu gerbang kapal-kapal yang akan memasuki laut merah 5. Basrah pintu
gerbang kota Baghdad dan muara sungai Tigris didatangi oleh pedagang dari timur dan barat 6. Baghdad
merupakan kota dagang terbesar di Asia, sebagaimana Iskandaria sebagai pusat perdagangan di Afrika,
kesemarakan kota ini tidak saja disebabkan kedudukannya sebagai ibu kota daulat Abbasiyah dan pusat
pertemuan jalur-jalur niaga dari seluruh penjuru. 7. Damaskus menjadi kota dagang penting karena
dilewati
oleh kapilah-kapilah jamaah haji yang berangkat dan pulang dari Mekkah. 8. Tushat, kota dagang Mesir
di
Page 1Perkembangan Ekonomi Sosial Pada Masa Daulat Abbasiyah
zaman dinasti Fatimah, merupakan kota terbersih dan aman tentram 9. Tes (Maroko) dan lain-lain Satu
kebiasaan bangsa Arab sebelum Islam dan diteruskan kaum muslim, yakni dilangsungkannya pekan-
pekan
dagang dan bazaar raya pada waktu-waktu tertentu do kota-kota penting perdagangan. c. Pertanian
Kegiatan
perdagangan tidak mungkin mencapai kepesatan yang luar biasa jika tidak ditopang oleh kegiatan
pertanian
dan Perindustrian yang mapan. Hal ini yang sangat menjadi perhatian para penguasa dinasti Abbasiyah.
Pada
masa Abbasiyah lah bidang pertanian mengalami perkembangan pesat, karena di samping ibu kota
terletak di
daerah sangat subur (diapit oleh sungai Efrat dan Tigris), para penguasa memberi kekebasan kepada
penduduk
setempat untuk mengolah lahan pertanian mereka, tanpa tekanan-tekanan yang bersifat diskriminatif
(membeda-bedakan) Sekolah-sekolah pertanian dibuka untuk menganalisis sifat-sifat tanah dan
tanaman yang
cocok untuk ditanam di atas jenis tanah dan iklim yang beraneka, sebuah karya penting tentang ilmu
pengolahan tanah dan tanaman ditulis di Irak oleh seorang insinyur, Ibn Washiyyah dalam buku yang
dinamakan kitab Al-Filalah al Nabatiyyah (291 H/904 M) yang isinya merupakan hasil riset dan
perpaduan
antara ilmu tradisional dengan ajaran-ajaran yang termaktub dalam filsafat-filsafat kuno. Wilayah
Spanyol
yang sangat subur tidak disia-siakan kaum muslimin. Gandum merupakan makanan pokok hampir
seluruh
kaum muslimin saat itu diperkebunan sayur-mayur, tumbuhan polong dan beraneka ragam makanan
rambat
serta rempah-rempah melimpah ruah. Di wilayah-wilayah selain sayuran, kaum muslimin menanam
seluruh
jenis buah-buahan yang terdapat di Mediterania, sementara di daerah pinggiran gurun, ditanami pohon
kurma
yang menjadi makanan pokok penduduk miskin saat itu. Pertanian merupakan sumber terpenting
kerajaan
Abbasiyah dan petani merupakan mayoritas penduduk yang mendiami seluruh wilayah kekuasaan di
antara
mereka yang hanya menjadi buruh tani, praktek pengolahan tanah pertanian tidak jauh berbeda dengan
praktek
masa khulafaur rasyidin. d. Industri Di bidang industri terdapat pemisah antara sektor pemerintah dan
swasta,
tetapi bagaimana bebasnya pihak swasta bergerak dalam suatu industri kerajinan tangan misalnya ia
Tetap di
bawah aturan dan pengawasan negara. Hampir seluruh Perindustrian yang berskala besar ditangani oleh
negara, seperti pabrik senjata, galangan kapal laut, armada perdagangan pabrik kertas dan pabrik
barang-barang lux lainnya. Termasuk brukat emas untuk pakaian para khalifah dan hadiah raja-raja.
Demikian
juga percetakan mata uang emas dan perak. Kerajinan tangan yang di tangani oleh pihak swasta sangat
banyak dan bervariasi. Secara umum para produsen bertindak pula sebagai penjual barang-barang yang
diproduksinya. Bahkan, mereka yang bergerak di bidang tekstil, terhimpun dalam sebuah unit koperasi
yang
disebut bazzaz (produsen dan penjual kain) yang pekerjanya penenun, pemintal dan binatu, kekuatan
mereka
yang begitu besar dan sangat dominan, terutama di kota-kota besar, melahirkan kelompok baru dalam
masyarakat, aristokrat kaum pedagang. Beberapa bidang industri dan kerajinan rakyat yang terkenal
pada
masa ini antara lain. 1. Industri gelas dan tembikar 2. Industri tekstil dan tenun terdapat di Myat, Kabul,
Transoxiana, Maroko Andalus, Merx dan Mesir mosul sejak awal terkenal dengan pembuatan permadani
yang
khas, sedangkan kain kepala dari sutra yang hingga kini dikenal dengan sebutan kufiah, Damaskus
terkenal
dengan pembuatan kain Dumas yang disulami dengan benang emas dan kain-kain tirai yang dibuat dari
pintalan sutra. 3. Kertas telah lama dikenal orang di Cina. Ketika Samarkhand ditaklukkan kaum muslimin
(704 M), di kota ini terdapat pabrik kertas tulis yang diproduksinya sangat halus dan bagus, pada akhir
ke 8 M.
Baghdad telah memiliki pabrik kertas tersendiri. Dari kaum muslimin di Spanyol bangsa Eropa mengenal
kertas abad ke 12 dan 13 M. 4. Industri pertimbangan, penggalian perak, kuningan, timah, dan besi
terdapat di
daerah Afrika dan Andalus. 5. Penggilingan gula tebu menyebar di sebelah barat daya Persia, Basrah,
dan
Tusthat, begitu juga pengolahan minyak jaitun yang menjadi pelezat makanan terdapat di Andalus
Maroko
dan Mesir. 6. Selain jenis industri yang tercantum di muka dinasti Abbasiyah menggalakan industri
pembuatan
lilin, sabun kerajinan kulit, galangan kapal perang dan lain-lain. e. Penggunaan Mata Uang (Sikka) Sejak
masa Rasulullah, mata uang telah digunakan kaum muslimin sebagai salah satu bentuk pembayaran
pajak,
tetapi mereka masih menggunakan mata uang romawi dan Persia, dinar dan dirham, Umar bin Khatab
ketika
menjabat khalifah mulai mencetak uang yang berciri khas Islam tetapi bentuknya masih seperti mata
uang
Kisra (Persia). Di dalam koin tersebut hanya ditambah lafadz Alhamdulillah, bahkan tercantum namanya
sendiri Umar di Mekkah. Abdullah bin Zubair mencetak uang sendiri uang dirham bulat dengan lafadz
Abdullah Muhammad Rasulullah dan Amarallah biladli wal wafa. Barulah pada masa dinasti Abbasiyah
tepat
Page 2Perkembangan Ekonomi Sosial Pada Masa Daulat Abbasiyah
pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan (65-96) dicetak pada masa daulat Islam. Mata uang dicetak
dengan bahan perak (disebut dirham) dan bahan emas (dinar) bertuliskan la ilaha illahau wahdah la
syarikalah,
atau surat al-ikhlas dan ayat-ayat tertentu dari al-Qur'an. Di sisi lain tertulis tempat dan tahun
percetakan. Mata
uang Islam segera disebarkan ke wilayah–wilayah Islam diberbagai pelosok. Sejak itu mata uang
Persia
atau romawi tidak lagi dipergunakan, khalifah Abdul Malik sangat ketat dalam penggunaan mata uang,
ia
mengancam dengan hukuman mati bagi seseorang muslim yang tidak menggunakan mata uang Islam
sebagai
sarana jual beli f. Kehidupan Sosial Para penguasa Abbasiyah membentuk masyarakat berdasarkan rasa
persamaan. Pendekatan terhadap kaum Malawi dilakukan antara lain dengan mengadopsi sistim
Administrasi
dari tradisi setempat (Persia) mengambil beberapa pegawai dan Menteri dari bangsa Persia dan
meletakan ibu
kota kerajaannya, Baghdad di wilayah yang dikelilingi oleh bangsa dan agama yang berlainan seperti
bangsa
Aria dan Sumit dan agama Islam, Kristen, dan Majusi. Pembagian kelas dalam masyarakat Daulat
Abbasiyah
tidak lagi berdasarkan ras atau kesukaan, melainkan berdasarkan jabatan seseorang seperti menurut
jarzid
Zaidan, masyarakat Abbasiyah terbagi dalam 2 kelompok besar, kelas khusus dan kelas umum. Kelas
khusus
terdiri dari khalifah, keluarga khalifah (Bani Hasyim) para pembesar negara (Menteri, gubernur dan
panglima). Kaum bangsawan non Bani Hasyim (Quraisy) pada umumnya. Dan pra petugas khusus,
tentara dan
pembantu Istana. Sedangkan kelas umum terdiri dari para seniman, ulama, pujangga fukoha, saudagar
dan
penguasa buruh dan petani. KESIMPULAN 1. Untuk memajukan usaha perdagangan nasional maupun
Internasional, para khalifah Menempuh beberapa usaha antara lain: memperbanyak jumlah sumur-
sumur dan
tempat peristirahatan para khalifah dagang yang Menempuh rute daratan dan kemudian mendirikan
menara-menara, pengontrol armada laut dan membentuk pasukan pengamanan untuk kebutuhan
perdagangan
jalur laut. 2. Para saudagar, terutama yang berniaga melalui jalur darat dan Asia barat dan tengah hingga
ke
daratan Cina dan India sangat besar jasanya dalam menyebarkan agama Islam di wilayah-wilayah yang
dikunjunginya. 3. Kepemilikan tanah pada masa Abbasiyah umumnya terbagi ke dalam tanah milik kaum
muslim tanah wakaf beberapa model praktek pengolahan tanah antara lain muzara’ah dan
mugharasah.
4. Perindustrian terbagi ke dalam sektor industri yang ditangani dan yang oleh pihak negara dan pihak
swasta
5. Pendapatan kas negara bersumber antara lain dari zakat jizyah, gharimah usy’r kharaj dan
pajak
perdagangan. Pendapatan antara lain dibelanjakan untuk haji pegawai negara, tentara, pembangunan
pertanian
dan industri perlengkapan senjata perang, ongkos para tahanan, dan hadiah-hadiah bagi orang yang
dikehendaki para khalifah. 6. Pada masa dinasti Abbasiyah, suasana kehidupan bermasyarakat lebih
berdasarkan persamaa
Dikatakan khilafah dinasti Abbasiyah karena pencetus utama dinasti ini berasal dari keturunan Al-Abbas,
yaitu seorang paman Rasulullah SAW. Abdullah Al-Saffah bin Muhammad bin Ali bin Ibnu Al-Abbas
(132H/1258M – 656H/1320M) adalah yang mendirikan dinasti Abbasiyah, kepemimpinannya hanya
berlangsung selama 4 tahun (750 – 754M).
Para ahli sejarawan membagi periode-perode kepeimpinan dinasti Abbasiyah menjadi 5 kategori;
Periode Pertama, (132H/750M – 232H/847M), disebut juga dengan masa pengaruh Persia periode
pertama.
Periode Kedua, (232H/847M – 334H/945M), disebut juga masa pengaruh Turki periode pertama.
Periode Ketiga, (334H/945M – 447H/1055M), disebut masa pengaruh Persia periode kedua (dinasti
Buwaih).
Periode Keempat, (447H/1055M – 590H/1194M), disebut masa pengaruh Turki periode kedua (Bani
Saljuk).
Periode Kelima, (590H/1194M – 656H/1258M), disebut bebas dari pengaruh dinasti lain.[1]

Selanjutnya setelah kepemimpinan Abdullah Al-Saffah, berlangsunglah pergantian demi pergantian;


Abu Ja’far Al-Manshur (754 – 775M)
Muhammad Al-Mahdi (775 – 785M)
Musa Al-Hadi (785 – 786M)
Harun Ar-Rasyid (786 – 808M)
Muhammad Al-Amien (808 – 813M)
Abdullah Al-Makmun (813 – 833M)
Abu Ishaq Al-Mu’tashim (833 – 841M
Harun Al-Wastiq (841- 846M)
Ja’far Al-Mutawakkil (846 – 861M)
Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan yang dianut dinasti Abbasiyah adalah khilafah, namun juga berkembang
sebagai sistem politik. Konsep dan pengertian khalifah berubah pada masa ini, khususnya pada
kepemimpinan Abu Ja’far Al-Manshur, dikatakan bahwa “innana ana Sulthan Allah fi Ardhihi,”
sesungguhnya saya adalah kekuasaan Allah di bumi-Nya, atau dengan kata lain kekuasaan langsung dari
Tuhan (divine origin). Dengan demikian konsep khilafah dengan pandangan seperti ini terus berlanjut ke
generasi sesudahnya (keturunan, monarki absolute) yang merupakan mandat dari Allah. Sehingga
penggunaan gelar tahta menjadi populer, seperti “Al-Manshur” sendiri merupakan gelar tahta.[2]
Stabilitas poltik, kemakmuran ekonomi, sistem irigadi pertanian yang demikian maju mejadikan
pemerintahan Abbasiyah sebagai puncak kejayaan peradaban Islam yang berpusat di kota Bagdad.
Karena perluasan daerah daulah ismaiyah pemerintahan Abbasiyah mengangkat gubernur (‘amir)
untuk memimpin suatu wilayah. Agar sistem pemerintahan berjalan efektif, khalifah membentuk sistem
birokrasi pada era awal kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Salah satunya adalah mengadakan jabatan baru
seperti wazir. Wazir adalah penasihat khalifah dengan tingkat pengaruh yang beraneka ragam, tetapi
kemudian bisa bertindak sebagai kepala pemerintahan. Pemerintahan dibagi menjadi sejumlah
departemen (diwan). Ada diwan yang membawahi kegiatan militer, administrasi, dokumentasi, dan
pembendaharaan. Jumlah diwan cenderung bertambah karena kompleksnya pemerintahan dan luasnya
wilayah kekuasaan. Di samping mengangkat wazir dan pejabat birokrasi lain, khalifah juga menunjuk
hakim agung (qadhi al-qudhah) dari kalangan ulama terkemuka. Hakim agung ini menunjuk dan
mengirim hakim ke provinsi-provinsi. Para hakim provinsi kemudian mengangkat perangkat personalia
peradilannya masing-masing.
Di samping itu, ada lembaga lain yang disebut mazalim, yaitu lembaga ekstrayudisial, tempat para
khalifah atau gubernur mendengar keluhan dan laporan langsung dari rakyat. Materi hukum dan
prosedur yang diterapkan lembaga ini tidak seketat yang telah dibakukan dalam fikih.[3]
Model Kepemimpinan Khalifah Dinasti Abbasiyah
Abdullah Al-Saffah
Karena dinasti Abbasiyah baru terbentuk pada masanya, ia disibukkan dengan berbagai upaya
konsolidasi internal untuk memperkuat pila-pilar negara yang masih lemah. Walaupun pada masa itu
terjadi pergolakan peperangan antara Turki dan Asia Tengah, namun Abdullah tidak ingin melakukan
penaklukan daerah.
Abu Ja’far Al-Manshur
Pada masanya terjadi banyak pemberontakan, namun ia berhasil diatasi dengan segala kecerdasan
strategi yang dimilikinya. Diantara pemberontakan tersebut ialah, pemberontakn Khawarij,
pemberontakan Ali bin Abdullah bin Ali.
Dalam uapaya penaklukannya, ia memberangkatkan pasukan militer ke negeri Romawi dan membangun
basis militer di sana yang dikenal dengan Shawaif dan Shawati’.
Ia mengkokohkan pondasi-pondasi pemerintahan Abbasiyah gan juga mulai menyusun undang-undang.
Dalam masa pemerintahannya inilah kota Bagdad dibuat sebagai pusat pemerintahan pada tahun
146H/763M dan juga melakukan perluasan Majidil Haram 139H/756M.
Muhammad Al-Mahdi
Pada masa pemerintahannya kondisi negara sangat stabil dan tidak ada gerakan-gerakan signifikan. Ia
sangat geram dengan gerakan Zindiq, yaitu paham agama manawiyah paganistik (penyembah cahaya
dan kegelapan).
Musa Al-Hadi
Bisa dikatakan masa pemerintahannya adalah yang paling singkat diantara khalifah yang lain, yaitu
hanya 3 bulan saja. Selama ia memimpin, ia berusahan untuk mencabut gelar putra mahkota dari yang
Ayahnya (Al-Mahdi) kepada saudaranya Harun Ar-Rasyid untuk diberikan pada anaknya. Namun, upaya
itu gagal. Ia berhasil menaklukan pemeberontakan yang dilakukan Husein bin Ali ibnul Husein ibnul
Hasan bin Ali di Mekah dan Madinah atau yang dikenal dengan perang Fakh.
Harun ar-Rasyid
Pada masa inilah Islam mengalami puncak kejayaan yang luar biasa, ia merupakan raja paling agung
dalam sejarah peradaban Islam (golden age of Islam). Penaklukan dan penyerbuan ke Romawi telah
dilakukannya pada usian 20 tahun. Pemahamn ilmu pengetahuan dan Agamanya begitu kental, ia adalah
seorang ulama sekaligus politisi.
Salah satu jasa terbesarnya ialah pembangunan Bait Al-Hikmah, sebuah pusat ilmu pengetahuan dan
perdaban dunia pada masa itu. Pada masa ini keadaan negara sangatlah stabil dan tenang, tidak
terdapat pemberontakan yang signifikan.
Ia berhasil melakukan ekspansi ke negeri Romawi dan berhasil mangalahkan Nicephorus, Raja Romawi
masa itu.
Muhammad Al-Amien
Pada masa ini terjadi perang saudara antara Al-Amien dan Al-Makmun karena kesalah pahaman atas
pembagian kekuasaan dari ayahnya Harun Ar-Rasyid. Selama kepemimpinannya 5 tahun catatan sejarah
menulis bahwa ia dikenal banyak berfoya-foya, berbuat maksiat dan lalai terhadap tugas negara.
Abdullah Al-Makmun
Pada masa kekuasaannya terjadi beberapa pemberontakan, yang paling krusial ialah fitnah yang
mengatakan bahwa Al-Quran adalah mahluk dan bukan wahyu yang diturunkan (218H/833M),
sedangkan Al-Makmun meyakini pendapat yang dikeluarkan kaum Mu’tazilah ini. Imam Ahmad bin
Hanbal (imam besar hukum 4 mazhab) dibunuh karena mempertahankan kesucian Al-Quran adalah
wahyu.
Al-Makmun mengambil banyak pelajaran dari sejarah khilafah yang ia pahami, ia sadar bahwa khilafah
bukanlah miliknya secara khusus yang diwariskan kepada anaknya, dan pemerintahan dalam
pandangannya bertujuan untuk kemaslahatan umum. Ia tidak menjadikan anaknya sebagai penerus
tahta. Kekuasaannya berlangsung selama 20 tahun.
Abul Ishaq Al-Muqtashim
Ia adalah saudara dari Abdullah Al-Makmun. Pada masa kekuasaannya ia lebih memilih orang-orang
Turki untuk bekerja di pemerintahan dibanding sebelumnya yang memilih orang-orang Arab dan Persia.
Keputusan ini merupakan sebuah dilema bagi keturunan dan anak-anaknya (orang Arab), karena secara
tidak langsungmenyerahkan kekuasaan pada orang Turki sepenuhnya. Pemerintahannya berlangsung
selama 9 tahun.
Harun Al-Watsiq
Pembesar-pembesar Turki mencapai posisi yang terhormat pada masanya, bahkan memberikan gelar
“Sultan” kepada seorang panglima Turki yang bernama Asynas, sehingga membuat panglima tersebut
memiliki kekuasaan yang sangat luas. Pemerintahannya berlangsung selama 5 tahun.
Ja’far Al-Mutawakkil
Orang-orang Turki mulai menguasai kunci-kunci pemerintahan, ia berusaha untuk menghapus
kekuasaan orang-orang Turki namun gagal. Al-Mutawakkil sangat tidak setuju dengan pendapat bahwa
Al-Quran adalah mahluk sehingga ia menaruh hormat pada Imam Ahmad bin Hanbal yang menentang
pendapat tersebut. Akibat meluasnya pengaruh orang Turki terhadap pemerintahan, dibunuhlah Al-
Mutawakkil oleh orang Turki. Pemerintahannya berlangsung selama 15 tahun.

Kejatuhan Dinasti Abbasiyah


Pada masa ini terjadi perang Salib yang berlangsung selama 3 abad, pada tahun 1099 pihak
tentara Salib berhasil menduduki Yerussalem dan menjadikan Majid Al-Aqsha sebagai markas para
Ksatria Biarawan (Knights of Templars).
Kejatuhan dinasti Abbasiyah terjadi pada tahun 656H/1258M. Banyak wilayah yang memisahkan
diri. Sebelumnya dinasti Abbasiyah mengalami kejayaan karena seluruh kekuasaan berada di bawah
kontrol para khalifah, namun setelah itu mengalami penurunan hingga akhirnya dihancurkan oleh
bangsa Mongol Tatar. Menurut para sejarawan, berikut ini sebab-sebab runtuhnya dinasti Abbbasiyah;
Munculnya pemberontakan keagamaan dan munculnya gerakan kebatinan.
Adanya dominasi militer atas khilafah.
Munculnya kesenangan terhadap materi karena kemudahan-kemudahan yang tersedia.
Mereka telah melupakan unsur penting dalam Islam, yakni Jihad. Seandainya mereka mengarahkan
potensi dan energi Jihad untuk melawan tentara Salib tentu tidak akan terjadi pemberontakan-
pemberontaka.
Munculnya serangan dari bangsa Mongol Tatar yang mengakhiri perjalanan panjang pemerintahan
dinasti Abbasiyah tanpa sisa.
Referensi
Al-Usairy, Ahmad. Al-Thorikh al-Islamiy, diterjemahkan oleh Samson Rahman, Sejarah Islam,
(Jakarta: Akbarmedia, 2012).
Ahmad, Imam Subakir. Thorikh al-Hadhoroh al-Islamiyah, (Gontor:
Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Dinasti Abbasiyah
Pada masa Dinasti Abbasiyah kehidupan peradaban Islam sangat maju, sehingga pada masa itu
dikatakan sebagai jaman keemasan Islam. Kaum muslimin sudah sampai pada puncak kemuliaan,
baik kekayaan, bidang kekuasaan, politik, ekonomi, dan keuangan lebih lagi dalam bidang
kebudayaan dan ilmu pengetahuan, baik pengetahuan agama dan pengetahuan umum mengalami
kemajuan yang sangat pesat. Berbagai ilmu telah lahir. Hal ini dikarenakan antara lain:

Penelitian-penelitian dan kajian-kajian tentang ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh para kaum
muslimin itu sendiri, Penerjemahan buku berbahasa asing seperti halnya Yunani, Mesir, Persia,
India, dan lain-lain ke dalam bahasa Arab dengan sangat gencar. Buku-buku yang diterjemahkan
antara lain: ilmu kedokteran, kimia, ilmu alam, mantiq (logika), filasat al jabar, ilmu falak,
matematika, seni, dan lain-lain. Penerjemahan dan penelitian tersebut pada umumnya dilakukan
pada masa pemerintahan Abu Ja’far, Harun ar-Rasyid, al-Makmum, dan Mahdi.

Khalifah Harun ar-Rasyid sangat serius dalam memajukan pengetahuan tersebut. Beliau
mendirikan lembaga ilmu pengetahun yang diberi nama ‘BAITUL HIKMAH” sebagai pusat
penerjemahan, penelitian, dan pengkajian ilmu perpustakaan serta lembaga pendidikan (Perguruan
Tinggi).

Dengan begitu kaum muslimin dapat mempelajari berbagai ilmu dalam bahasa Arab. Dan hasilnya
bermunculan sarjana-sarjana besar muslim dari berbagai disiplin ilmu yang sangat terkenal juga
ulama-ulama besar yang sangat tersohor seperti halnya Imam Abu Hanafi-Imam Malik-Imam
Syafei-Imam Hambali, Imam Bukhari, dan Imam Muslim.

Ilmu pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting dan mulia. Para khalifah dan
pembesar lainnya membuka peluang seluas-luasnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu
pengetahuan. Para khalifah sendiri pada umumnya adalah ulama-ulama yang mencintai ilmu,
menghormati para sarjana dan memuliakan para pujangga.

Mereka benar-benar menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, mereka mempraktikkan syariat Islam:
bahwa tinggi rendahnya derajat dan martabat seseorang tergantung pada banyak sedikitnya
pengetahuan yang ia miliki di samping ketakwaannya pada Allah swt. Allah swt. berfiman dalam Q.S
al-Mujaddalah/58: 11: Artinya: “Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. (Q.S al-Mujadalah/58:
11)

Para khalifah dalam memandang ilmu pengetahuan sangat menghargai dan memuliakannya. Oleh
karena itu, mereka membuka peluang seluas-luasnya terhadap pengembangan ilmu pengetahuan
kepada seluruh mahasiswa baik dari kalangan Islam maupun kalangan lainnya. Para khalifah
sendiri pada umumnya seorang ulama yang mencintai ilmu, menghormati sarjana dan para
pujangga. Kebebasan berfikir sangat dijunjung tinggi. Para sarjana (ulama) dibebaskan untuk
berijtihad mengembangkan daya intelektualnya dan bebas dari belenggu taqlid. Hal ini menjadikan
ilmu pengetahuan umum atau agama berkembang sangat tinggi. Sebagai bukti antara lain:

Dibentuk Korps Ulama yang anggotanya terdiri dari berbagai negara dan berbagai agama yang
bertugas menerjemahkan, membahas, dan menyusun sisa-sisa kebudayaan kuno, sehingga pada
masa itu muncullah tokoh-tokoh muslim yang menyebarluaskan agama Islam dan menghasilkan
karya-karya yang besar.
Didirikanlah Baitul Hikmah sebagai pusat penterjemahan, penelitian dan pengkajian ilmu
pengetahuan baik agama maupun umum.
Didirikan ‘Majelis Munazarat’ yaitu suatu tempat berkumpulnya para sarjana muslim, untuk
membahas ilmu pengetahuan, para sarjana muslim diberi kebabasan berfikir atas ilmu
pengetahuan tersebut.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah


Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan Islam pada masa Dinasti Abbasiyah sangat pesat,
sehingga lahir beberapa ilmu dalam agama Islam, antara lain sebagai berikut.
a. Ilmu Hadis
Ilmu hadis adalah ilmu yang mempelajari tentang hadis dari sunat, perawinya, isi, dll. Pada masa itu
bermunculan ahli-ahli hadis yang besar dan terkenal beserta hasil karyanya, antara lain:
Imam Bukhari, lahir di Bukharo 194 H di Bagdad, kitabnya yang termasyur adalah al-Jami’us sahih
dan terkenal dengan sahih Bukhari.
Imam Muslim wafat tahun 216 H di Naisabur. Kitabnya Jami’us dan terkenal dengan ‘Sahih
Muslim”.
Abu Dawud dengan kitab hadisnya berjudul “Sunan Abu Dawud”.
Ibnu Majah dengan kitab hadisnya Sunan Ibnu Majah.
At-Tirmidzi sebagai kitabnya ‘Sunan Tirmidzi’.
b. Ilmu Tafsir
Ilmu tafsir adalah ilmu yang menjelaskan tentang makna/kandungan ayat Al-Qur’an. Sebab-sebab
turunnya ayat/Asbabun nuzulnya, hukumnya, dan lain-lain. Adapun ahli tafsir yang termasyur
ketika itu antara lain:
Abu Jarir at-Tabari dengan tafsirnya Al-Qur’anul Azim sebanyak 30 juz.
Abu Muslim Muhammad bin Bahr Isfahany (mu’tazilah), tafsirnya berjumlah 14 jilid.
c. Ilmu Fikih
Ilmu fikih yaitu ilmu yang mempelajari tentang hukum-hukum Islam (segala sesuatu yang
diwajibkan, dimakruhkan, dibolehkan, dan yang diharamkan oleh agama Islam).

d. Filsafat Islam
Filsafat Islam adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala
sesuatu yang ada, sebab asal hukumnya atau ketentuan-ketentuannya berdasarkan Al-Qur’an dan
hadis. Manfaat filsafat Islam adalah untuk menemukan hakikat segala sesuatu sebagai ciptaan Allah
dan merupakan bukti kebesaran-Nya. Allah swt. berfirman: Artinya: “Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi orang yang berakal.” (Q.S. Ali-‘Imran/3: 190)

e. Ilmu Tasawuf
Ilmu tasawuf yaitu ilmu yang mengajarkan cara-cara membersihkan hati, pikiran, dan ucapan dari
sifat yang tercela sehingga tumbuh rasa taqwa dan dekat kepada Allah swt. Untuk dapat mencapai
kebahagiaan abadi (bersih lahir dan batin). Orang muslim yang menjalani kehidupan tasawuf
disebut sufi.

f. Sejarah
Sejarah ialah ilmu yang mempelajari tentang berbagai peristiwa masa lampau yang meliputi waktu
dan tempat peristiwa itu terjadi, pelakunya, peristiwanya dan disusun secara sistematis. Dengan
mempelajari sejarah seseorang dapat mengambil pelajaran, manfaat, dan hikmahnya dari peristiwa
tersebut. Allah swt. berfirman dalam Surah Yusuf ayat 111 : Artinya: “Sungguh, pada kisah-kisah
mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal.” (Q.S. Yusuf/12: 111)

g. Kedokteran
Pada masa Dinasti Abbasiyah kedokteran mengalami perkembangan dan kemajuan, khususnya
tatkala pemerintahan Harun ar-Rasyid dan khalifah-khalifah besar sesudahnya. Pada waktu itu
sekolah-sekolah tinggi kedokteran didirikan sehingga banyak mencetak sarjana kedokteran.

h. Matematika
Para tokohnya antara lain:
Al-Khawarizmi (194-266 H). Beliau telah menyusun buku Aljabar dan menemukan angka nol (0).
Angka 1-9 berasal dari Hindu, yang telah dikembangkan oleh umat Islam (Arab).
Umar Khayam. Buku karyanya adalah Treatise On Algebra dan buku ini telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Prancis.

i. Astronomi
Astronomi ilmu yang mempelajari perjalanan matahari, bumi, bulan, dan bintang-bintang serta
planet-planet yang lain. Tokoh-tokohnya antara lain:
Abu Mansur al-Falaqi
Jabir al-Batani, beliau pencipta alat teropong bintang yang pertama.

Ilmuwan/Tokoh-Tokoh Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah

a. Ahli Filsafat Islam antara lain:


Al-Kindi (185-252 H/805-873 M), terkenal dengan sebutan ‘Filosof Arab’, beliau menerjemahkan
buku-buku asing ke dalam bahasa Arab. Bermacam-macam ilmu telah dikajinya, terutama filsafat.
Al-Kindi bukan hanya filosof, tetapi juga ahli ilmu matematika, astronomi, farmakologi, dan
sebagainya.
Al Farabi (180-260 H/780 – 863 M), beliau menerjemahkan buku-buku asing ke dalam bahasa
Arab. Al Farabi banyak menulis buku mengenai logika, matematika, fisika, metafisika, kimia, etika,
dan sebagainya. Filsafatnya mengenai logika antara lain dalam bukunya “Syakh Kitab al Ibarah Li
Aristo”, menjelaskan logika adalah ilmu tentang pedoman yang dapat menegakkan pikiran dan
dapat menunjukkannya kepada kebenaran. Dia diberi gelar guru besar kedua, setelah Aristoteles
yang menjadi guru besar pertama. Buah karyanya banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa.
Ibnu Sina (Abdullah bin Sina) (370 - 480H/980 - 1060 M). Di Eropa dikenal dengan nama Avicena.
Sejak kecil ia telah belajar bahasa Arab, geometri, fisika, logika, teolog Islam, ilmu-ilmu kedokteran
dan Islam. Beliau seorang dokter di kota Hamazan, Persia, yang aktif mengadakan penelitian
tentang berbagai macam jenis penyakit. Beliau juga terkenal dengan idenya mengenai faham serba
wujud atau wahdatul wujud, juga ahli fisika dan ahli jiwa. Pada usia 17 tahun ia sangat terkenal.
Karangan Ibnu Sina berjumlah lebih dari dua ratus buku, yang terkenal antara lain: 1. Asy Syifa,
buku ini adalah buku filsafat, terdiri atas empat bagian yaitu logika, fisika, matematika, dan
metafisika. 2. Al-Qanun atau Canon of Medicine. Menurut penyebutan orang-orang barat, buku ini
pernah diterjemahkan ke dalam bahasa latin dan pernah menjadi buku standar untuk Universitas-
universitas Eropa sampai akhir abad ke-17.

Ibnu Rusyd. Dilahirkan di Cardova pada tahun 250 H/1126 M dan meninggal dunia tahun 675
H/1198 M. Dia dikenal di Eropa dengan nama Averoes. Dia adalah ahli filsafat yang dikenal dengan
sebutan bapak Rasionalisme. Dia juga ahli ilmu hayat, ilmu fisika, ilmu falak, ilmu akhlak dan juga
ilmu kedokteran, ilmu fikih. Karyanya antara lain: a. Fasul Maqal fima Baina al Hikmati Wasyari’at
Minal Ittisal. b. Bidayatul Mujtahid c. Tahafutut Tahafud d. Fikih. Karangan beliau hingga kini masih
banyak dijumpai di perpustakaan Eropa dan Amerika.

b. Ahli Kedokteran Muslim


Hunain Ibnu Iskak, lahir pada tahun 809 M dan meninggal pada tahun 874 M. Beliau adalah dokter
spesialis mata, karyanya adalah buku-buku tentang berbagai penyakit, dan banyak menerjemahkan
buku-buku kedokteran yang berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab.

Ibnu Sina, di samping filosof juga sebagai tokoh kedokteran, bukunya yang sangat terkenal di
bidang kedokteran adalah Al-Qanun Fi Al-tib dijadikan buku pedoman kedokteran di Universitas-
universitas Eropa maupun negara-negara Islam.

c. Ahli Sejarah
Ibnu Qutaibah (828 M – 889 M) dengan hasil karyanya Uyun Al Akhbar yang berisi sejarah politik
negeri-negeri Islam. At-Thabari (839 M – 923 M) menulis tentang sejarah para rasul dan raja-
raja. Ibnu Khaldun (1332 M – 1406 M) hasil karyanya Al Ihbar banyaknya 7 jilid dan setiap jilidnya
berisi 500 halaman.

d. Ahli Fikih
Imam Abu Hanifah (80 – 150 H/700 – 767 M) beliau menyusun madzhabnya yaitu madzhab
Hanafi.
Imam Malik Bin Anas, lahir di Madinah tahun 93 H/788 M dan meninggal di Hijaz pada tahun 170
H/788 M, beliau menyusun madzhab Maliki.
Imam Syafii nama lengkapnya Muhammad bin Idris bin Syafi’i (150 – 204 H/767 – 802 M), sewaktu
berumur 7 tahun sudah hafal Al Quran dan menyusun madzhabnya yaitu madzhab Syafi’i.
Imam Hambali (164 – 241 H/780 – 855 M), beliau menyusun madzhabnya, yaitu madzhab
Hambali.
Para mujtahidin mencurahkan segala kemampuannya untuk mendapatkan ilmu-ilmu praktis dalam
syariat Islam sehingga umat Islam dengan mudah melaksanakannya.

e. Ahli Tasawuf
Rabi’ah Adawiyah (lahir di Baghdad tahun 714 M ajaran tasawufnya dinamakan ‘Mahabbah’.
Abu Hamid bin Muhammad bin ahmad Ghozali (1059– 111 M) - hasil karyanya yang terkenal
adalah ‘Ihya Ulumuddin’.
Abdul Farid Zunnu Al Misri, lahir tahun 156 H/773 M – 245 H/860 M), beliau dapat membaca
Hieroglif yang ditinggalkan di zaman Firaun (Mesir).
PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN PADA MASA ABBASIYAH

Pada masa Dinasti Abbasiyah, peradaban Islam mencapai masa keemasannya. Akademi-akademi yang
mirip Universitas modern didirikan di Baghdad, Mosul, Basrah, Nishapur, dan Khurasan. Pusat-pusat
pendidikan lainnya berkembang dari semenanjung Iberia sampai India barat laut.
Pendidikan pada masa Dinasti Abbasiyah kebanyakan masih menfokuskan diri terhadap kajian
keagamaan, seperti hokum Islam dan tafsir. Sebagian besar buku-buku Yunani diterjemahkan ke bahasa
Arab melalui bahasa Syiria atau Aramaik. Penerjemahan berlangsung dengan sangat lancer karena kosa
kata bahasa Arab yang sangat fleksibel mempermudah para penerjemah untuk mencatat padanan kata
yang sesuai dengan maksud sang penulis.
Periode terbesar kemajuan ilmu pengetahuan islam terjadi pada abad ke-10 dan ke-11 M. meskipun
demikian dasar-dasar ilmu pengetahuan sesungguhnya telah diletakkan oleh generasi-generasi
sebelumnya, yaitu pada periode awal dinasti Abbasiyah saat penguasa-penguasa Bani Abbas masih
memiliki kekuasaan yang melimpah.

Salah satu factor yang mendorong cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan di dunia islam adalah
ditemukannya teknologi pembuatan kertas. Penemuan ini memberikan dampat yang sangat besar pada
penyebaran ilmu pengetahuan. Teknologi ini kemudian segera diikuti oleh munculnya percetakan.
Perkembangan pengetahuan kimia menyebabkan ditemukannya bahan celup tekstil, tinta pada
keramik, dan campuran logam dekoratif yang digunakan dalam pembuatan barang-barang logam.
Sementara itu, dalam bidang matematika, orang islam berhasil menenukan angka nol.
Aljabar atau yang dalam bahasa Arab disebut al-jabr (perbaikan terhadap ilmu ukur geometri),
trigonometri analitis, dan trigonometri bola adalah penemuan baru oleh ilmuan-ilmuan islam.
Karya terlengkap yang membahas tentang aljabar adalah kita al- jabr wa al-muqabalah yang ditulis oleh
al-Khawarizmi. Karya ini ditulis pada seperempat pertama abad ke-9 M dan dianggap sebagai karya
paling terkemuka dalam sejarah perkembangan ilmu matematika.
Pada paruh abad kedua ke-9 M, Ilmuwan arab Qusta bin Luqa al-Ba’labakki menerjemahkan tujuh buku
aritmatika karya Diophantus untuk kali pertama ke dalam bahasa arab.
Selain itu, ketertarikan yang mendalam terhadap cahaya dan ilmu optic membawa para ilmuwan islam
untuk menghitung ketebalan atmosfer bumi dengan ketepatan yang sangat menakjubkan. Pada
ilmuwan islam telah menginterpretasikan bahwa system tata surya berpusat pada matahari, bukan pada
bumi,. Pendapat ini bahkan telah dinyatakan oleh beberapa ilmuwan islam jauh sebelum itu.
Perkembangan teknoologi pada masa Abbasiyah memberikan kontribusi signifikan pada kesejahteraan
masyarakat islam pada abad pertengahan. Mesin dan teknologi yang ditemukan berhasil meningkatkan
produksi barang jadi sperti tekstil dn lain sebagainya.
Pada abad ke-9 dan Ibnu ar-Razzaz al-jazari sekitar tahun 1200 M. Karya-karya ini menjelaskan beberapa
bentuk mekanik dan masih otomatis serta memuat diagram-diagram yang mengilustrasikan bagaimana
bagian-bagian tersebut beroperasi. Sebagian mesin-mesin yang dibuat memiliki fungsi yang jelas dan
didesain untuk kebutuhan social dan umum, seperti mesin penimba air.
Karya al-Jazari tentang automata merupakan buku pegangan mesin mekanis pertama yang menyediakan
informasi lengkap tentang konstruksi mesin. Dalam buku ini juga dibuat ilustrasi secara artistic
bagaimana mesin-mesin tersebut bekerja.
Dalam bidang kedokteran, aktivitas penelitian meningkat secara dramatis di masa kekuasaan Dinasti
Abbasiyah. Para khalifah memperkerjakan dokter-dokter Nestorian dari Gandishapur. Salah satunya
adalah keluarga Baktishu, yang merupakan dokter terkenal hingga abad ke-11 M. selain itu,
penerjemahan teks medis pun telah muncul sejak abad ke-9 M.

KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN DINASTI ABBASIYAH

Telah tercatat dalam sejarah bahwa Islam telah berjaya dan mengalami kemajuan dalam segala bidang
selama beratus-ratus tahun, namun disisi lain umat islam juga pernah mengalami kemunduran dan
keterbelakangan.

Dinasti Bani Abbasiyah, sebagai dinasti kedua dalam sejarah pemerintahan umat Islam setelah dinasti
Bani Umayyah, dalam sejarah perjalanannya mengalami fase-fase yang sama dengan dinasti Umayyah,
yakni fase kelahiran, perkembangan, kejayaan, kemudian memasuki masa-masa sulit dan akhirnya
mundur dan jatuh.

Kemunduran dan kehancuran Dinasti Abbasiyah yang menjadi awal kemunduran dunia Islam terjadi
dengan proses kausalitas sebagaimana yang dialami oleh dinasti sebelumnya. Konflik internal, ketidak
mampuan khalifah dalam mengkonsolidasi wilayah kekuasaannya, budaya hedonis yang melanda
keluarga istana dan sebagainay, disamping itu juga terdapat ancaman dari luar seperti serbuan tentara
salib ke wilayah-wilayah Islam dan serangan tentara Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan. Dalam
makalah ini penulis akan membahas sebab-sebab kemunduran dan kehancuran Dinasti Abbasiyah serta
dinamikanya.

Tak ada gading yang tak retak. Mungkin pepatah inilah yang sangat pas untuk dijadikan cermin atas
kejayaan yang digapai bani Abbasiah. Meskipun Daulah Abbasiyah begitu bercahaya dalam mendulang
kesuksesan dalam hampir segala bidang, namun akhirnya iapun mulai menurun dan akhirnya runtuh.
Menurut beberapa literatur, ada beberapa sebab keruntuhan daulah Abbasyiah, yaitu:

A. Faktor Internal

Sebagaimana terlihat dalam periodisasi khilafah Abbasiyah, faktor-faktor penyebab kemunduran itu
tidak datang secara tiba-tiba. Benih-benihnya sudah terlihat pada periode pertama, hanya karena
khalifah pada periode ini sangat kuat, sehingga benih-benih itu tidak sempat berkembang. Dalam
sejarah kekuasaan Bani Abbas terlihat bahwa apabila khalifah kuat, para menteri cenderung berperan
sebagai kepala pegawai sipil, tetapi jika khalifah lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda
pemerintahan.

Disamping kelemahan khalifah, banyak faktor lain yang menyebabkan khilafah Abbasiyah menjadi
mundur, masing-masing faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Beberapa diantaranya adalah
sebagai berikut:[1]
1. Perebutan Kekuasaan di Pusat Pemerintahan
Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan
dilatar belakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masa Bani Umayyah berkuasa.
Keduanya sama-sama tertindas. Setelah khilafah Abbasiyah berdiri, dinasti Bani Abbas tetap
mempertahankan persekutuan itu. Menurut Ibnu Khaldun, ada dua sebab dinasti Bani Abbas memilih
orang-orang Persia daripada orang-orang Arab. Pertama, sulit bagi orang-orang Arab untuk
melupakan Bani Umayyah. Pada masa itu mereka merupakan warga kelas satu. Kedua, orang-
orang Arab sendiri terpecah belah dengan adanya ashabiyah (kesukuan). Dengan demikian, khilafah
Abbasiyah tidak ditegakkan di atas ashabiyah tradisional.

Meskipun demikian, orang-orang Persia tidak merasa puas. Mereka menginginkan sebuah dinasti
dengan raja dan pegawai dari Persia pula. Sementara itu bangsa Arab beranggapan bahwa darah yang
mengalir di tubuh mereka adalah darah (ras) istimewa dan mereka menganggap rendah bangsa non-
Arab ('ajam) di dunia Islam.

Fanatisme kebangsaan ini nampaknya dibiarkan berkembang oleh penguasa. Sementara itu, para
khalifah menjalankan sistem perbudakan baru. Budak-budak bangsa Persia atau Turki dijadikan
pegawai dan tentara. Khalifah Al-Mu’tashim (218-227 H) yang memberi peluang besar kepada bangsa
Turki untuk masuk dalam pemerintahan. Mereka di diangkat menjadi orang-orang penting di
pemerintahan, diberi istana dan rumah dalam kota. Merekapun menjadi dominan dan menguasai
tempat yang mereka diami.[2]

Setelah al-Mutawakkil (232-247 H), seorang Khalifah yang lemah, naik tahta, dominasi
tentara Turkisemakin kuat, mereka dapat menentukan siapa yang diangkat jadi Khalifah. Sejak itu
kekuasaan Bani Abbas sebenarnya sudah berakhir. Kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki.
Posisi ini kemudian direbut oleh Bani Buwaih, bangsa Persia, pada periode ketiga (334-447), dan
selanjutnya beralih kepada Dinasti Seljuk, bangsa Turki pada periode keempat (447-590H).[3]
2. Munculnya Dinasti-Dinasti Kecil Yang Memerdekakan Diri
Wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periode pertama hingga masa keruntuhan sangat luas, meliputi
berbagai bangsa yang berbeda, seperti Maroko, Mesir, Syria, Irak, Persia, Turki dan India. Walaupun
dalam kenyataannya banyak daerah yang tidak dikuasai oleh Khalifah, secara riil, daerah-daerah itu
berada di bawah kekuasaaan gubernur-gubernur bersangkutan. Hubungan dengan Khalifah hanya
ditandai dengan pembayaran upeti.[4]

Ada kemungkinan penguasa Bani Abbas sudah cukup puas dengan pengakuan nominal, dengan
pembayaran upeti. Alasannya, karena Khalifah tidak cukup kuat untuk membuat mereka tunduk, tingkat
saling percaya di kalangan penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah dan juga para
penguasa Abbasiyah lebih menitik beratkan pembinaan peradaban dan kebudayaan daripada politik dan
ekspansi.[5] Selain itu, penyebab utama mengapa banyak daerah yang memerdekakan diri adalah
terjadinya kekacauan atau perebutan kekuasaan di pemerintahan pusat yang dilakukan oleh bangsa
Persia dan Turki.[6] Akibatnya propinsi-propinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari genggaman
penguasa Bani Abbas. Dinasti yang lahir dan memisahkan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa
khilafah Abbasiyah, di antaranya adalah:
Yang berkembasaan Persia: Thahiriyyah di Khurasan (205-259 H), Shafariyah di Fars (254-290 H),
Samaniyah di Transoxania (261-389 H), Sajiyyah di Azerbaijan (266-318 H), Buwaihiyyah, bahkan
menguasai Baghdad (320-447).
Yang berbangsa Turki: Thuluniyah di Mesir (254-292 H), Ikhsyidiyah di Turkistan (320-560 H),
Ghaznawiyah di Afganistan (352-585 H), Dinasti Seljuk dan cabang-cabangnya
Yang berbangsa Kurdi: al-Barzukani (348-406 H), Abu Ali (380-489 H), Ayubiyah (564-648 H).
Yang berbangsa Arab: Idrisiyyah di Marokko (172-375 h), Aghlabiyyah di Tunisia (18-289 H), Dulafiyah di
Kurdistan (210-285 H), Alawiyah di Tabaristan (250-316 H), Hamdaniyah di Aleppo dan Maushil (317-394
H), Mazyadiyyah di Hillah (403-545 H), Ukailiyyah di Maushil (386-489 H), Mirdasiyyah di Aleppo 414-472
H).
Yang Mengaku sebagai Khalifah : Umawiyah di Spanyol dan Fatimiyah di Mesir.[7]
3. Kemerosotan Perekonomian
Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang
masuk lebih besar dari yang keluar, sehingga Baitul-Mal penuh dengan harta. Perekonomian
masyarakat sangat maju terutama dalam bidang pertanian, perdagangan dan industri. Tetapi setelah
memasuki masa kemunduran politik, perekonomian pun ikut mengalami kemunduran yang drastis.[8]
Setelah khilafah memasuki periode kemunduran ini, pendapatan negara menurun sementara
pengeluaran meningkat lebih besar. Menurunnya pendapatan negara itu disebabkan oleh makin
menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian
rakyat. diperingannya pajak dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak lagi
membayar upeti. Sedangkan pengeluaran membengkak antara lain disebabkan oleh kehidupan para
khalifah dan pejabat semakin mewah. jenis pengeluaran makin beragam dan para pejabat melakukan
korupsi.[9]

Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian negara morat-marit. Sebaliknya, kondisi
ekonomi yang buruk memperlemah kekuatan politik dinasti Abbasiyah, faktor ini saling berkaitan dan
tak terpisahkan.
4. Munculnya Aliran-Aliran Sesat dan Fanatisme Keagamaan
Karena cita-cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai untuk menjadi penguasa, maka kekecewaan itu
mendorong sebagian mereka mempropagandakan
ajaran Manuisme, Zoroasterisme dan Mazdakisme. Munculnya gerakan yang dikenal dengan
gerakan Zindiq ini menggoda rasa keimanan para khalifah.

Khalifah Al-Manshur yang berusaha keras memberantasnya, beliau juga memerangi Khawarij yang
mendirikan Negara Shafariyah di Sajalmasah pada tahun 140 H.[10] Setelah al Manshur wafat digantikan
oleh putranya Al-Mahdi yang lebih keras dalam memerangi orang-orang Zindiq bahkan beliau
mendirikan jawatan khusus untuk mengawasi kegiatan mereka serta melakukan mihnah dengan tujuan
memberantas bid'ah. Akan tetapi, semua itu tidak menghentikan kegiatan mereka. Konflik antara kaum
beriman dengan golongan Zindiq berlanjut mulai dari bentuk yang sangat sederhana seperti polemik
tentang ajaran, sampai kepada konflik bersenjata yang menumpahkan darah di kedua belah pihak.
Gerakan al-Afsyin dan Qaramithah adalah contoh konflik bersenjata itu.

Pada saat gerakan ini mulai tersudut, pendukungnya banyak berlindung di balik ajaran Syi'ah, sehingga
banyak aliran Syi'ah yang dipandang ghulat (ekstrim) dan dianggap menyimpang oleh
penganut Syi'ahsendiri. Aliran Syi'ah memang dikenal sebagai aliran politik dalam Islam yang
berhadapan dengan paham Ahlussunnah. Antara keduanya sering terjadi konflik yang kadang-kadang
juga melibatkan penguasa. Al-Mutawakkil, misalnya, memerintahkan agar makam Husein Ibn
Ali di Karballa dihancurkan. Namun anaknya, al-Muntashir (861-862 M.), kembali memperkenankan
orang syi'ah "menziarahi" makam Husein tersebut.[11] Syi'ah pernah berkuasa di dalam khilafah
Abbasiyah melalui Bani Buwaih lebih dari seratus tahun. Dinasti Idrisiyah di Marokko dan
khilafah Fathimiyah di Mesir adalah dua dinasti Syi'ah yang memerdekakan diri
dari Baghdad yang Sunni.

Selain itu terjadi juga konflik dengan aliran Islam lainnya seperti perselisihan antara Ahlusunnah dengan
Mu'tazilah, yang dipertajam oleh al-Ma'mun, khalifah ketujuh dinasti Abbasiyah (813-833 M), dengan
menjadikan mu'tazilah sebagai mazhab resmi negara dan melakukan mihnah. Pada masa al-
Mutawakkil(847-861 M), aliran Mu'tazilah dibatalkan sebagai aliran negara dan golongan ahlusunnah
kembali naik daun. Aliran Mu'tazilah bangkit kembali pada masa Bani Buwaih. Namun pada
masa dinasti Seljuk yang menganut paham Asy'ariyyah penyingkiran golongan Mu'tazilah mulai
dilakukan secara sistematis. Dengan didukung penguasa, aliran Asy'ariyah tumbuh subur dan
berjaya.[12]

B. Faktor Eksternal

Selain yang disebutkan diatas, yang merupakan faktor-faktor internal kemunduran dan kehancuran
Khilafah bani Abbas. Ada pula faktor-faktor eksternal yang menyebabkan khilafah Abbasiyah lemah dan
akhirnya hancur.
1. Perang Salib
Kekalahan tentara Romawi telah menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang kristen
terhadap ummat Islam. Kebencian itu bertambah setelah Dinasti Saljuk yang menguasai Baitul Maqdis
menerapkan beberapa peraturan yang dirasakan sangat menyulitkan orang-orang Kristen yang ingin
berziarah kesana. Oleh karena itu pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II menyerukan kepada ummat
kristen Eropa untuk melakukan perang suci, yang kemudian dikenal dengan nama Perang Salib.

Perang salib yang berlangsung dalam beberapa gelombang atau periode telah banyak menelan korban
dan menguasai beberapa wilaya Islam. Setelah melakukan peperangan antara tahun 1097-1124 M
mereka berhasil menguasai Nicea, Edessa, Baitul Maqdis, Akka, Tripoli dan kota Tyre.[13]
2. Serangan Mongolia ke Negeri Muslim dan Berakhirnya Dinasti Abbasiyah
Orang-orang Mongolia adalah bangsa yang berasal dari Asia Tengah. Sebuah kawasan terjauh di China.
Terdiri dari kabilah-kabilah yang kemudian disatukan oleh Jenghis Khan (603-624 H).

Sebagai awal penghancuran Bagdad dan Khilafah Islam, orang-orang Mongolia menguasai negeri-negeri
Asia Tengah Khurasan dan Persia dan juga menguasai Asia Kecil.[14] Pada bulan September 1257,
Hulagu mengirimkan ultimatum kepada Khalifah agar menyerah dan mendesak agar tembok kota
sebelah luar diruntuhkan. Tetapi Khalifah tetap enggan memberikan jawaban. Maka pada Januari 1258,
Hulagu khan menghancurkan tembok ibukota.[15] Sementara itu Khalifah al-Mu’tashim langsung
menyerah dan berangkat ke base pasukan mongolia. Setelah itu para pemimpin dan fuqaha juga keluar,
sepuluh hari kemudian mereka semua dieksekusi. Dan Hulagu beserta pasukannya menghancurkan kota
Baghdad dan membakarnya. Pembunuhan berlangsung selama 40 hari dengan jumlah korban sekitar
dua juta orang.[16] Dan Dengan terbunuhnya Khalifah al-Mu’tashim telah menandai babak akhir dari
Dinasti Abbasiyah.

KESIMPULAN

Dari uraian masalah di atas, maka dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemunduran dinasti Abbasiyah, secara umum disebabkan oleh dua faktor; Internal dan Eksternal.
- Secara internal dapat dirinci sebagai berikut:
Tampilnya penguasa lemah yang sulit mengendalikan wilayah yang sangat luas ditambah sistem
komunikasi yang masih sangat lemah dan belum maju menyebabkan lepasnya daerah satu per satu.
Kecenderungan para penguasa untuk hidup mewah, mencolok dan berfoya-foya kemudian diikuti oleh
para hartawan dan anak-anak pejabat ikut menyebabkan roda pemerintahan terganggu dan rakyat
menjadi miskin.
Dualisme pemerintahan, secara de jure dipegang oleh Abbasiyah, tetapi secara de facto digerakkan oleh
oleh tentara profesional asal Turki yang semula diangkat oleh al-mu’tashim untuk mengambil kendali
pemerintahan.
Praktek korupsi oleh penguasa diiringi munculnya nepotisme yang tidak profesional di berbagai
propinsi.
Perang saudara antara al-Amin dan al-Ma’mun secara jelas membagi Abbasiyah dalam dua kubu, yaitu
kubu Arab dan Persia, Pertentangan antara Arab-non Arab, perselisihan antara muslim dengan non-
muslim, dan perpecahan di kalangan umat Islam sendiri.
- Secara ekternal disebabkan oleh karena Abbasiyah menghadapi perlawanan yang sangat gencar dari
dunia luar. Pertama, mereka mendapat serangan secara tidak langsung dari pasukan Salib di Barat.
Kedua, serangan secara langsung dari orang Mongol yang berasal dari Timur ke wilayah kekuasaan
Islam.

Anda mungkin juga menyukai