Anda di halaman 1dari 11

Refleksi Kasus Maret 2019

“Pemasangan Laryngeal Mask Airway (LMA)

Pada Pasien Fibroadenoma Mammae”

Disusun Oleh:

Diah Irfaini Zulhij

N 111 17 112

Pembimbing Klinik:

dr. Muhammad Nahir Sp.An

KEPANITERAAN KLINIK ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bahwa:

Nama : Diah Irfaini Zulhij

NIM : N 111 17 112

Judul Refleksi Kasus : Pemakaian Laryngeal Mask Airway (LMA) Pada Pasien
Fibroadenoma Mammae

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik Anestesiologi dan


Reanimasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako.

Palu, Maret 2019

Pembimbing,

dr. Muhammad Nahir Sp.An


BAB I
PENDAHULUAN
Fibroadenoma mammae (FAM) merupakan tumor jinak yang paling banyak
ditemukan. Insidensi tertinggi tumor ini terjadi pada dekade tiga meskipun dapat
timbul terutama pada usia setelah pubertas. FAM umumnya terjadi pada wanita
dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50 tahun.
Sampai saat ini penyebab FAM masih belum diketahui secara pasti. Namun
berdasarkan hasil penelitian ada beberapa faktor resiko yang mempengaruhi
timbulnya tumor ini antara lain riwayat perkawinan yang dihubungkan dengan status
perkawinan dan usia perkawinan, paritas dan riwayat menyusui anak.
Sifat lesi jinak ini berupa benjolan yang mobile atau dapat digerakkan,
lobulasi tidak nyeri tekan, kenyal seperti karet berukuran satu sampai dengan empat
sentimeter, dan banyak ditemukan pada kuadran lateral kanan atas payudara kiri pada
penderita yang right handed. Benjolan ini dapat bertambah besar satu sentimeter
dibawah pengaruh estrogen haid normal, kehamilan, laktasi, atau penggunaan
kontrasepsi oral.
Faktor resiko lain adalah seperti haid terlalu muda, menopause diatas 50
tahun, tidak menikah, tidak menyusui dan melahirkan anak pertama diatas 35 tahun.
Pada klasifikasi klinik kolumbia yang dirumuskan oleh Heagensen terdapat stadium
pada kanker payudara lanjut dengan mengetahui kriteria inoperabilitas, yaitu :
Stadium I : Tanpa edema kulit,ulserasi atau fiksasi padat tumor ke dinding dada,
nodul limfatik aksila tidak terlibat secara klinik.
Stadium II : Tanpa edema kulit, ulserasi atau fiksasi padat tumor ke dinding dada.
Nodul limfatik terlibat secara klinis, tetapi diameter transversa kurang
dari 2,5 cm dan tidak terfiksasi ke kulit di atasnya.
Stadium III : Terdapat salah satu dari lima tanda buruk karsinoma payudara lanjut :
1. Edema kulit yang luasnya terbatas yaitu melibatkan kurang dari
sepertiga kulit di atas payudara.
2. Ulserasi Kulit
3. Fiksasi padat tumor ke dinding dada.
4. Keterlibatan massif nodul limfatik aksila dengan ukuran 2,5 cm
atau lebih dalam diameter transversa.
5. Fiksasi nodul limfatik aksila pada kulit di atasnya atau struktur
profunda aksila.
Stadium IV : Semua indikasi lain dari karsinoma payudara lebih lanjut, mencakup :
1. Kombinasi dua atau lebih dari lima tanda buruk stadium C
2. Edema luas kulit yang melibatkan lebih dari sepertiga kulit diatas
payudara.
3. Nodulus kulit satelit.
4. Jenis karsinoma peradangan
5. Nodul limfatik supraklavikula terlibat secara klinik.
6. Metastasis mamma interna perlu dibuktikan oleh tumor
parasternalis.
7. Edema lengan
8. Metastasis jauh.
BAB II
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Nn. A. M
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 18 tahun
Berat Badan : 56 kg
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Siniu
Diagnosa Pre Anestesi : Fibroadenoma Mamae Sinistra
Jenis Pembedahan : Eksisi FAM
Jenis Anestesi : General Anestesi LMA (Laryngeal Mask Airway)
Tempat Operasi : RSUD Anuntaloko
Tanggal Operasi : 01 maret 2019

B. Persiapan Pre Anestesi


- Anamnesis
Pasien perempuan umur 18 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan
terdapat benjolan pada mamae yang dialami sejak 1 tahun yang lalu. Nyeri yang
dirasakan pasien timbul saat haid. Dan nyeri memberat dirasakan 1 hari sebelum
masuk rumah sakit, ukuran benjolan didapatkan kurang lebih 2,5 cm. Demam (-
), BAK lancar, BAB (+) biasa.

- Riwayat Penyakit :
 Riwayat asma : -
 Riwayat DM : -
 Riwayat Hipertensi : -
 Riwayat alergi obat : -
 Riwayat alergi makanan : -
 Riwayat Penyakit Jantung : -
 Riwayat operasi sebelumnya : -

- Tanda-tanda vital :
TD = 120/70 mmHg
Nadi = 79x/menit
Respirasi = 20x/menit
Suhu = 36,5OC
BB = 56 kg

- Pemeriksaan Fisik
1. Mata : Anemis (-/-) RCL = +/+
Ikterik (-/-) RCTL = +/+
Isokor 2,5mm/2,5mm
2. Leher : Deviasi Trachea (-), Pembesaran KGB (-), Pembesaran Tiroid
(-), JVP tidak meningkat (-), Massa (-).
3. Thoraks : I = Simetris Bilateral
P = Vocal fremitu ka=ki, benjolan pada mamae sinistra dengan
ukuran 2,5 cm.
P = Sonor +/+
A= Vesikuler +/+, Rh -/-. Wheezing -/-
4. Jantung : I = Ictus cordis tidak tampak
P = Ictus cordis teraba
P = Batas jantung normal
A= Murni regular BJ I/II, mur-mur (-)
5. Abdomen : I = Tampak datar
P = Peristaltik kesan normal
P = Tympani (+)
P = Nyeri Tekan (-)
6. Ekstremitas : Akral Hangat (+)
Oedem (-)
ASA : 1
Malampati : 1

- Pemeriksaan Fisik
B1 : Airway paten, nafas spontan, RR = 20x/menit, rhonki -/-, wheezing -/-,
vesikuler +/+, gigi palsu (-), gigi goyang (-), faring terlihat (+), ovu;a (+)
terlihat, tonsil (+) terlihat.
B2 : Akral hangat, N=70x/menit, TD 120/20 mHg, BJ 1/11, BJ I/II murni
regle, murmur (-).
B3 : GCS 14 (E4M6V5), pupil : bulat, isokor diameter 2,5mm/2,5mm, RCL
+/+, RCTL +/+, suhu 36,5OC, VAS 1/10
B4 : BAK (+) biasa
B5 : abdomen datar, defense muscular (-), massa (-), peristaltic kesan normal,
tympani (+).
B6 : Fraktur cervical (-), fraktur vertebra (-), oedem (-).

- Pemeriksaan Laboratorium
 Leukosit : 8,50 x 103/ul - SGOT : 9,0 u/l
 Eritrosit : 5,11 x 103/ul - SGPT : 7,6 u/l
 Hemoglobin : 11,5 g/dl - GDS : 79 mg/dl
 Hematokrit : 30,6 % - Urea : 12,5 mg/dl
 Trombosit : 397 x 103/ul - Creatinin : 0,95 mg/dl

- Persiapan Anestesi General Anestesi LMA


1. Persiapan : posisi supine, monitor (TD, EKG, SpO2), stetoskop, iv line.
2. Premedikasi : Ondancentron injeksi 4 mg, ranitidin injeksi 50 mg,
dexamethason 50 mg.
3. Preoksigenasi : O2 3 liter per menit
4. Induksi : Propofol 80 mg, Fentanyl 100 mg, Midazolam 2 mg/iv.
Maintanance selama operasi diberikan :
- O2 3 Lpm
- Sevofluran 2 vol %
5. Insersi : LMA No.4, kembangkan cuff, auskultasi ka=ki, fiksasi
6. Maintanance O2 3 lpm
7. Tuntun ke nafas spontan dan adekuat.
8. Ekstubasi : dalam keadaan teranastesi yang dalam, lalu suction lendir.
BAB III
DISKUSI

Pasien perempuan umur 18 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan terdapat
benjolan pada mamae yang dialami sejak 1 tahun yang lalu. Nyeri yang dirasakan
pasien timbul saat haid. Dan nyeri memberat dirasakan 1 hari sebelum masuk rumah
sakit, ukuran benjolan didapatkan kurang lebih 2,5 cm. Demam (-), BAK lancar,
BAB (+) biasa.
Diagnosa pada pasien ini adalah Fibroadenoma mamae, dimana yang
merupakan tumor jinak berupa benjolan yang mobile atau dapat digerakkan, lobulasi
tidak nyeri tekan, kenyal seperti karet berukuran satu sampai dengan empat
sentimeter, dan banyak ditemukan pada kuadran lateral kanan atas payudara kiri pada
penderita yang right handed.
Pada pasien ini diberikan obat pre medikasi berupa ondancentron injeksi 4 mg
untuk mencegah muntah, dan ranitidin 50 mg untuk mengurangi produksi asam
lambung. Karena pada LMA tidak memberikan proteksi jalan napas terhadap muntah,
karena LMA tidak masuk kedalam trakea, sehingga ketika pasien muntah dia akan
aspirasi. Dan pasien juga diberikan preoksigenasi (diberikan oksigen 100% sebelum
dilakukan tindakan intubasi) sekitar 3 Lpm. Selanjutnya pasien diberikan obat induksi
berupa propofol 80 mg, fentanyl 100 ug, midazolam 2 mg/iv dan maintenance selama
operasi diberikan O2 3 lpm dan sevofluran 2 vol %.
Operasi FAM ini termasuk operasi kecil dengan prosedur operasi yang singkat
atau waktu yang relatif lebih singkat, sehingga dipilih LMA (laryngeal Mask
Airway). Adapun indikasi dari LMA adalah :
1. Jalan Napas Susah
a. Setelah tidak berhasil di intubasi, LMA bisa sebagai gantinya
b. Pada kasus pasien tidak bisa di intubasi tapi bisa di ventilasi
c. Pada kasus pasien tidak bisa di intubasi dan ventilasi. Untuk persiapan
cricothyroideotomy.
2. Cardiac arrest
3. Pada pasien anak-anak.
4. Prosedur operasi yang singkat
Sedangkan untuk kontraindikasi dari LMA (Laryngeal Mask Airway) adalah :
1. Absolut :
a. Tidak bisa membuka mulut
b.Obstruksi total jalan napas bagian atas
2. Relatif :
a. Meningkatnya resiko aspirasi
i. Prolonged bag-valve-mask-ventilation
ii. Obesitas
iii. Kehamilan semester dua dan tiga
iv. Perdarahan gastrointestinal bagian atas
b.Abnormalitas anatomi dari supraglotic
c. Pada pasien illeus, peritonitis, dan pasien dengan lambung penuh (pasien yang
tidak puasa).

Adapun penyulit/komplikasi yang dapat terjadi ketika dilakukan pemasangan


LMA adalah :
1. dapat terjadi malposisi atau dislokasi dari LMA.
2. Aspirasi dari isi lambung
3. Iritasi lokal
4. Trauma jalan napas bagian atas.
Adapun estimasi blood volume (EBV) dari pasien ini adalah 56 x 65= 3600cc.
Sedangkan untuk MABL dari pasien ini adalah :
MABL = EBV x HCT pasien - HCT rata-rata
HCT rata-rata
= 30,6 – 25 x 3600
30,6 + 25
2
= 720 cc
Pada pasien ini didapatkan perdarahan sebanyak 50 cc, dimana tidak melebihi
MABL , sehingga tidak perlu dilakukan transfuse. Kemudian kebutuhan cairan pada
pasien ini/jam adalah 2cc/kgbb/jam, sehingga 2 x 56 kg = 112 cc dan pasien ini puasa
selama 6-8 jam sehingga devisi cairan 112 x 8 jam = 896 cc. Lalu untuk cairan
sekuestrasinya 56 x 4 = 224, sehingga pasien ini kehilangan cairan sebanyak 224
cc/jam akibat stress pembedahan, dan operasi dilakukan selama 1 jam, sehingga
pasien ini membutuhkan cairan sebanyak 896 + 112 = 1.120 cc lalu ditambahkan
dengan kebutuhan cairan perjam 1.120 + 112 = 1.232 cc (kebutuhan normal tanpa
perdarahan). Dan pada pasien ini mengalami perdarahan sebanyak 60 cc, untuk
mengganti kristaloid itu dikalikan 3, jadi 60cc x 3 = 180. Jadi total kebutuhan
cairannya 1.232 cc + 180 cc = 1.412 cc selama operasi 1 jam (± 1 botol).

Anda mungkin juga menyukai