Anda di halaman 1dari 6

STATISTIKA-1

DISTRIBUSI FREKUENSI
<Handout-05>

JURUSAN/KELAS: PEMASARAN / A & B


MINGGU/PERTEMUAN KE-3
TANGGAL 26-09-2002

DISUSUN OLEH:

CAHYAT ROHYANA, SE., MM.

POLITEKNIK POS INDONESIA


JL. SARIASIH No.54
BANDUNG 40151
DISTRIBUSI FRE KUENSI
<HANDOUT-05, STATISTIKA-1, MINGGU-3>

BEBERAPA PENGERTIAN TENTANG DISTRIBUSI FREKUENSI

Data kasar umumnya diperoleh langsung dari hasil pengukuran atau observasi. Data
demikian dapat juga diperoleh dari hasil pengumpulan data sekunder yang sudah ada.
Untuk memberi gambaran tentang data kasar, berikut ini disajikan contoh sederhana data
tersebut.

Tabel 5.1.1. Hasil produksi padi kering per hektar dalam kuintal di 100 desa, 1969.

71 29 64 118 74 86 53 38 70 64
48 39 78 72 33 64 41 36 78 58
60 42 96 48 43 39 63 71 43 69
39 72 120 102 26 86 39 28 64 61
78 82 78 96 38 63 71 43 53 86
56 83 103 64 64 78 96 54 48 50
112 136 48 73 63 63 123 62 36 58
108 27 73 42 71 54 28 96 81 63
67 48 100 62 48 62 71 72 63 71
83 28 28 43 39 38 36 83 62 60
Sumber: Data yang tidak diterbitkan oleh Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan
Masyarakat, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 1969.

Data di atas secara langsung tidak begitu besar kegunaannya dalam penggambaran
peristiwa yang bersifat kuantitatif. Sepintas sulit sekali, misalnya untuk mengetahui
berapa sebenarnya jumlah desa yang menghasilkan padi kering sekitar 50 kuintal. Kita
juga tidak mengetahui berapa kuintal padi kering yang dihasilkan oleh sebagian besar
desa. Oleh karena itu, perlu dikembangkan penyajian yang lebih cermat untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut. Seandainya data di atas dianggap sebagai sebuah
distribusi, maka distribusi demikian itu hanya merupakan distribusi frekuensi dari
pengukuran-pengukuran yang belum dikelompokkan secara sistematis.

Sehubungan persoalan tersebut, maka ilmu statistik memberikan cara untuk


menganalisis data kuantitatif yang bervariasi. Sebelum data tersebut dianalisis secara
baik, semuanya harus disusun ke dalam bentuk yang mudah dimengerti serta berguna
untuk tujuan analisis. Penyusunan data yang paling sederhana adalah dalam bentuk
urutan (array). Dalam susunan berbentuk urutan, kita dapat dengan mudah mengetahui
kedua nilai ekstrimnya dan jarak (range).

Namun demikian, kita masih belum dapat melihat berapa jumlah desa yang
menghasilkan padi kering sekitar 50 kuintal. Selain itu, jika data terdiri dari ribuan
observasi maka akan sangat sulit untuk memberi gambaran yang jelas dan cepat
mengenai suatu peristiwa dari sebuah urutan. Untuk memudahkan kita dalam melihat
peristiwa tersebut maka akan lebih baik apabila data disusun secara berkelompok ke
dalam sebuah distribusi frekuensi.

Distribusi Frekuensi 1
PEMBENTUKAN DISTRIBUSI FREKUENSI

1. Menentukan jumlah kelas untuk memasukkan angka-angka

Penentuan jumlah kelas umumnya tergantung pada pertimbangan-pertimbangan


praktis yang masuk akal dari pengolah data. Metode statistik tidak pernah memberikan
suatu aturan tertentu yang secara mutlak harus diikuti. Penentuan jumlah kelas dari suatu
distribusi tergantung pada ciri-ciri data kasarnya dan tujuan pengunaan data itu sendiri,
sesudah digolongkan ke dalam kelas-kelas tertentu. Jumlah kelas dari sebuah distribusi
berhubungan erat dengan besarnya interval kelas, sifat data kasar dan jumlah angka-
angkanya yang ingin dikelompokan ke dalam kelas-kelas tersebut.

Jumlah kelas hendaknya jangan terlalu besar tetapi juga jangan terlalu kecil. Bagi
data yang terdiri dari 100 observasi, penyusunan data ke dalam distribusi frekuensi
dengan 5 sampai dengan 10 kelas sudah dapat dianggap sesuai. Secara praktis, penentuan
yang demikian itu ditentukan juga oleh ciri datanya serta maksud tujuannya.

Pada tahun 1926, H.A. Sturges mengemukakan sebuah rumus untuk menentukan
jumlah kelas yang sebaiknya digunakan dalam pengelompokkan data. Rumus tersebut
adalah sebagai berikut:

k = 1 + 3,322 log n
dimana:
k = jumlah kelas
n = jumlah angka yang terdapat dalam data.

Sedangkan interval kelas dapat diperkirakan sebagai berikut:

i = jarak / (1 + 3,322 log n)

Namun demikian, hasil perhitungan dengan mengggunakan rumus ini seringkali


tidak praktis. Misalnya terdapat interval kelas sebesar 7,5 sehingga menghasilkan batas
bawah dan batas atas dengan angka yang tidak bulat dan yang sulit diingat

Besarnya interval kelas untuk tiap-tiap kelas dalam distribusi sebaiknya diusahakan
agar sama semua, serta dalam bilangan-bilangan yang praktis. Umumnya bilangan yang
pratis adalah bilangan yang mudah digunakan dalam penghitungan atau sebagai pedoman
untuk menentukanbatas kelas. Bilangan 5, 10, 15, 20 dan seterusnya umumnya
merupakan bilangan praktis.

Penentuan batas kelas sebaiknya diusahakan sedemikian rupa, agar:


a. tidak ada satu angka pun dari data asal yang tidak dapat dimasukkan ke dalam kelas
tertentu (exhaustive), dan
b. tidak terdapat keragu-raguan dalam memasukkan angka-angka ke dalam kelas-kelas
yang sesuai.

Distribusi Frekuensi 2
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka terdapat 3 hal penting yang harus
diperhatikan oleh pengolah data:
1) Penentuan jarak untuk menentukan jumlah kelas dan besarnya interval kelas
sebaiknya dilakukan atas dasar perbedaan angka terendah yang telah mengalami
pembulatan ke bawah dan angka tertinggi yang telah mengalami pembulatan ke
atas seperlunya.
2) Pengulangan penggunaan batas kelas atas untuk batas kelas bawah dari kelas
berikutnya sebaiknya dihindari.
3) Batas kelas sebaiknya dinyatakan dalam bilangan bulat. Jika tidak memungkinkan
maka penggunaan jumlah desimal harus sesuai dengan kebutuhan.

Interval kelas harus dihitung dari tepi kelas dan bukan dari batas kelas. Pada contoh
tabel di bawah ini, interval kelas pertama adalah sebesar 34,5 – 19,5 = 15 (dan bukan 34
– 20 = 14).
Tabel 5.2.2. Distribusi frekuensi hasil produksi padi kering per hektar
dalam kuintal di 100 desa daerah Sukabumi dan Yogyakarta, 1969.
Hasil produksi dalam kuintal Jumlah data
20 – 34 8
35 – 49 24
50 – 64 27
65 – 79 20
80 – 94 8
95 – 109 8
110 – 124 4
125 – 139 1
Jumlah 100
Sumber: Data Tabel 5.1.1.

2. Memasukkan angka-angka ke dalam kelas-kelas yang sesuai serta menghitung


frekuensinya

Pada umumnya proses memasukkan angka-angka ke dalam kelas yang sesuai, dapat
dilakukan pada lembaran hitung (tally sheet). Setiap kali angka dimasukkan ke dalam
kelas tertentu, dicatat dengan memberi tanda catat, “/ ”. Guna memudahkan penjumlahan,
tanda tersebut dikelompokkan setelah genap lima kali mencatat angka yang masuk.
Setelah selesai memasukkan dan mencatat keseluruhan angka-angka, maka dihitung
jumlah frekuensi berdasarkan tanda catat tersebut.

3. Membuat tabel distribusi frekuensi

Bentuk tabel distribusi frekuensi yang biasa disajikan dalam laporan-laporan


maupun majalah-majalah harus memenuhi syarat-syarat penyajian tabel statistik yang
umum seperti telah dijelaskan pada materi kuliah terdahulu.

Distribusi Frekuensi 3
PENYAJIAN GRAFIK FREKUENSI

Penyajian data statistik dengan grafik frekuensi yang sederhana umumnya lebih
menarik perhatian. Dalam metode statistik, grafik frekuensi yang sering digunakan adalah
1) histogram, 2) poligon frekuensi (frequency poligon), dan 3) kurva frekuensi yang
diratakan (smoothed frekuency curve).

1. Histogram frekuensi

Histogram seringkali disebut sebagai grafik frekuensi yang bertangga, salah satu
fungsinya adalah menggambarkan beda antara kelas-kelas dalam sebuah distribusi.
Pembuatan histogram akan lebih mudah apabila distribusi frekuensi memiliki interval
kelas yang sama untuk setiap kelas. Oleh karenanya, histogram merupakan serangkaian
empat persegi panjang yang memiliki alas sepanjang interval antara kedua tepi kelas dan
memiliki luas yang sebanding dengan frekuensi yang terdapat dalam kelas-kelas yang
bersangkutan. Untuk memberi tanda setiap kelas dapat dengan cara mencantumkan tepi
kelas atau nilai tengah sepanjang sumbu x (sumbu horizontal).

Dalam penggambaran data dengan histogram terdapat dua hal yang perlu
diperhatikan, yaitu:
a. Histogram tidak dapat digunakan bagi penggambaran distribusi frekuensi yang
memiliki interval kelas terbuka (open-class-interval).
b. Jika distribusi frekuensi disusun dengan menggunakan interval kelas yang berbeda,
maka penggambaran histogram harus dilakukan penyesuaian.

2. Poligon frekuensi (frequency poligon)

Distribusi frekuensi dapat digambarkan dalam bentuk poligon frekuensi. Cara


penggambaran poligon frekuensi umumnya dilakukan dengan cara menentukan titik
tengah untuk tiap persegi panjang, kemudian menghubungkannya dengan sebuah garis
terputus-putus.

3. Kurva frekuensi yang diratakan (smoothed frekuency curve)

Salah satu tujuan pengrataan grafik frekuensi adalah untuk menghilangkan bentuk
yang tidak beraturan yang sifatnya kebetulan. Biasanya pengrataan ini dilakukan terhadap
distribusi frekuensi sampel, tujuannya adalah untuk memproyeksikan ciri-ciri populasi
secara umum.

DISTRIBUSI KUMULATIF DAN KURVA OGIVE

Dalam distribusi kumulatif, penentuan frekuensi bagi setiap kelas kedua dan
seterusnya, distribusi dilakukan dengan cara:
a. mengakumulasikan secara berturut-turut frekuensi kelas-kelas sebelumnya yang
terdapat dalam distribusi biasa, atau

Distribusi Frekuensi 4
b. memasukkan angka-angka ke dalam kelas yang bersangkutan dengan menggunakan
data asal, kemudian menghitung frekuensinya.

Terdapat dua jenis distribusi kumulatif, yaitu distribusi kumulatif “kurang dari”
(less than distribution) dan distribusi kumulatif “atau lebih” (or more distribution).

Jika distribusi kumulatif digambarkan dalam bentuk poligon, maka poligon tersebut
dapat juga disebut kurva “ogive”. Caranya adalah dengan menghubungkan titik ordinat
dari tepi kelas, dimulai dari titik nol yang terdapat pada tepi kelas bawah dari interval
kelas pertama. Catatan: Harus dibedakan antara cara menggambar poligon distribusi
frekuensi biasa dengan cara menggambar poligon distribusi kumulatif.

DISTRIBUSI FREKUENSI RELATIF

Distribusi frekuensi relatif diperlukan apabila kita ingin menganalisis perbandingan


secara persentase. Untuk itu distribusi frekuensi perlu dinyatakan dalam bentuk
persentase atau proporsi. Oleh karenanya, distribusi frekuensi relatif disebut juga dengan
istilah distribusi persentase.

Bentuk khusus dari kurva frekuensi persentase adalah kurva Lorenz. Kurva ini
digunakan untuk menggambarkan data tentang distribusi persentase kekayaan atau
pendapatan dalam hubungannya dengan distribusi persentase jumlah keseluruhan orang
yang menerima kekayaan atau pendapatan tersebut.

LATIHAN

1. Buatlah tabel distribusi frekuensi relatif, berdasarkan data pada Tabel 5.2.2.
2. Kerjakanlah soal nomor 9 pada kumpulan soal-soal latihan Bab V buku Anto Dajan
(hlm.109-110).

REFERENSI

Dajan, Anto (1995), Pengantar Metode Statistik Jilid 1, Cetakan ke-18 Edisi Revisi 1983,
LP3ES, Jakarta. (AD)
Sudjana (1989), Statistika Deskriptif untuk Ekonomi dan Niaga, Edisi Baru, Tarsito,
Bandung. (SJ)
Soemartojo, N. (1991), Statistik untuk Manajemen dan Ekonomi Jilid 1, Alihbahasa dari
William Mendenhall dan James E. Reinmuth, Erlangga, Jakarta. (MR)
Weiers, Ronald W. (1998), Introduction to Business Statistics, Third Edition,
International Thompson Publishing Company/ITP, Pacific Grove, CA. (RW)

Distribusi Frekuensi 5

Anda mungkin juga menyukai