Anda di halaman 1dari 36

BAGIAN 4

DISTRIBUSI FREKUENSI
PENGERTIAN
• DATA YANG DIPEROLEH DARI SUATU
PENGUKURAN ATAU PENGHITUNGAN
YANG BELUM TERSUSUN SECARA BAIK
DISEBUT SEBAGAI “DATA KASAR”
• DI BAWAH INI DISAJIKAN SUATU DATA
YANG BELUM TERSUSUN (DATA KASAR)
TENTANG NILAI UJIAN MATA KULIAH
PENGANTAR STATISTIK SOSIAL DARI 110
ORANG MAHASISWA FAKULTAS ILMU
SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
HASANUDDIN TAHUN 2007.
70 30 72 64 51 69 52 68 69 79 49 50 87 63
67 65 85 67 25 60 48 51 34 62 68 20 66 66
73 88 47 77 61 51 59 75 58 65 56 50 46 50
52 55 53 80 59 49 57 29 45 50 78 53 45 61
53 48 74 56 44 64 63 62 44 38 31 47 59 58
43 76 62 89 43 58 57 46 52 36 42 33 57 54
42 57 39 61 32 54 41 60 56 37 41 35 60 51
53 54 40 55 55 59 40 54 52 58 56 55
• DARI KUMPULAN DATA TERSEBUT DI
ATAS SEAKAN-AKAN TIDAK MEMPUNYAI
ARTI UNTUK ORANG YANG MELIHATNYA.
SANGAT SUKAR UNTUK MENGETAHUI
NILAI YANG PALING RENDAH DAN NILAI
YANG PALING TINGGI.
• BEGITU PULA BERAPA BANYAKNYA
MAHASISWA YANG MEMPEROLEH
NILAI DI ATAS NILAI 60 DAN
SEBAGAINYA. JADI KUMPULAN DATA
DI ATAS HANYA ATAU MASIH
MERUPAKAN DATA KASAR.
• KALAU KUMPULAN DATA DI ATAS DAPAT
DIANGGAP SEBAGAI SEBUAH DISTRIBUSI,
MAKA DISTRIBUSI SEDEMIKIAN ITU
HANYA MERUPAKAN DISTRIBUSI
FREKUENSI YANG BELUM MENGALAMI
PENGELOMPOKAN SECARA SISTEMATIS.
• PENYUSUNAN DATA YANG PALING
SEDERHANA ADALAH DALAM BENTUK ARRAY.
ARRAY ADALAH MENYUSUN DATA DENGAN
MENGURUTKAN DATA DARI NILAI TERKECIL
HINGGA NILAI TERBESAR ATAU SEBALIKNYA.
CONTOH ARRAY ADALAH :
CONTOH :
• DATA SEBELUM DI ARRAY :

24 58 70 20 44 80 12 90

• DATA SESUDAH DI ARRAY :

12 20 24 44 58 70 80 90
• Bila sekumpulan data telah disusun dalam
bentuk array, maka dengan cepat sekumpulan
data tersebut memberi gambaran tentang
nilai ektrim yaitu nilai terkecil dan nilai
terbesar. Anda dengan cepat juga dapat
mengetahui range dari kumpulan data
tersebut. Range adalah beda antara nilai
terkecil dengan nilai tertinggi atau terbesar
dalam suatu kumpulan data.
• Sekalipun data telah diurutkan dalam bentuk
array, sebenarnya data tersebut masih kurang
kemampuannya untuk memberikan
pengertian yang lebih cepat kepada orang
yang membutuhkannya. Sebab kalau datanya
banyak (misalnya dalam ratusan buah data).
• Disamping dibutuhkan waktu yang cukup lama
untuk mengurutkan data tersebut juga
gambaran yang diberikan oleh data tersebut
tidak sebanding dengan lamanya waktu yang
digunakan. Oleh karena itulah data itu perlu
disusun secara berkelompok dan sistematis ke
dalam sebuah “Tabel Distribusi Frekuensi”.
PEMBENTUKAN TABEL FREKUENSI

1. PENENTUAN JUMLAH KELAS

2. MEMBUAT TABEL DAN


MEMASUKKAN DATA

3. PENYAJIAN GRAFIK FREKUENSI


PENENTUAN JUMLAH KELAS
• Untuk menentukan berapa jumlah kelas yang
harus dibuat dalam sebuah tabel distribusi
frekuensi, sebenarnya tidak ada ketentuan
tentang berapa kelas-kelas yang seharusnya ada
dalam sebuah distribusi frekuensi. Karena itu
penentuan banyaknya kelas lebih banyak
tergantung dari orang yang mengolah dan untuk
keperluan apa data itu diolah. Biasanya yang
menjadi pertimbangan dalam hal ini adalah ciri
dan sifat dari data yang bersangkutan serta
tujuan penggunaan data itu sendiri.
KETENTUAN UMUM
• Banyaknya kelas hendaknya jangan terlalu banyak
tetapi juga jangan terlalu sedikit. Untuk data yang
terdiri dari 100 unit data ke atas jumlah kelasnya
adalah 5 hingga 10 kelas saja.
• Lebar kelas atau interval kelas untuk setiap kelas dalam
distribusi sebaiknya diusahakan sama serta dalam
bilangan yang praktis.
• Penentuan batas kelas sebaiknya diusahakan
sedemikian rupa agar: (1) Tidak ada satu data pun yang
tidak dapat dimasukkan ke dalam kelas tertentu. (2)
Tidak terdapat keragu-raguan dalam memasukkan data
ke dalam kelas yang sesuai.
RUMUS MENENTUKAN JUMLAH KELAS
• Pada tahun 1926, H.A. Sturges dalam karyanya:
“The Choice of a Class Interval”
k = 1 + 3,322 (log n)

Range
i = -----------------
k
• Keterangan: k = banyaknya kelas
i = interval kelas (lebar kelas)
CONTOH :
Penggunaan rumus Sturges pada kumpulan
nilai ujian Statistik mahasiswa Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin
tahun 2007, di atas adalah sebagai berikut.
k = 1 + 3,322 (log 10)
= 1 + 3,322 (2,04139)
= 1 + 6,78149
= 7,78149 dibulatkan menjadi 8
• Karena itulah distribusi data nilai ujian
Statistik dari mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin tahun
2007 di atas menghendaki pengelompokan ke
dalam 8 kelas. Besarnya interval kelas (lebar
kelas) dapat dicari dengan mencari besaran
“range”, yaitu beda nilai terbesar dengan nilai
terkecil dari nilai hasil ujian mahasiswa
tersebut di atas.
• Karena nilai terbesar dari hasil ujian
mahasiswa adalah 89 dan nilai terkecil adalah
20, maka range kelompok data nilai ujian
mahasiswa tersebut adalah:
Range = 89 – 20
= 69
Sehingga interval kelas (lebar kelas)
adalah:
69
Lebar kelas = ------------ = 8,625
8

dibulatkan menjadi 9
• Jadi pengelompokan data menghendaki 8 kelas dengan
interval kelas (lebar kelas) sebesar 9. Karena itulah data
ujian statistik mahasiswa dapat dikelompokkan ke dalam
kelas-kelas sebagai berikut.
Kelas pertama : 20 – 28
Kelas kedua : 29 – 37
Kelas ketiga : 38 – 46
Kelas keempat : 47 – 55
Kelas kelima : 56 – 64
Kelas keenam : 65 – 73
Kelas ketujuh : 74 – 82
Kelas kedelapan : 83 – 91
UJUNG KELAS
• DALAM SETIAP KELAS TERDAPAT DUA UJUNG
KELAS, YAITU UJUNG BAWAH DAN UJUNG
ATAS.
• UJUNG BAWAH KELAS PERTAMA ADALAH 20,
KELAS KEDUA 29, KELAS KETIGA 38 DAN
SETERUSNYA. SEDANG UJUNG ATAS KELAS
PERTAMA ADALAH 28, KELAS KEDUA 37 KELAS
KETIGA 46 DAN SETERUSNYA.
BATAS KELAS
• Selain ujung kelas terdapat pula dua batas kelas (class
limits). Batas kelas adalah “nilai batas tiap kelas dalam
sebuah distribusi frekuensi dan digunakan sebagai
pedoman guna memasukkan data ke dalam sebuah
kelas yang sesuai”. Batas kelas tergantung pada
ketelitian data yang digunakan. Jika data dicatat teliti
hingga satuan, maka batas bawah kelas sama dengan
ujung bawah kelas dikurangi 0,5, sedang batas atasnya
di dapat dari ujung atas ditambah 0,5. Untuk data yang
dicatat hingga satu decimal, batas bawah sama dengan
ujung bawah dikurangi 0,5, sedang batas atasnya di
dapat dengan ujung atas ditambah 0,5
• Batas kelas data hasil ujian Statistik
mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Hasanuddin seperti contoh
sebelumnya adalah batas bawah kelas
pertama adalah 20 – 0,5 = 19,5; batas bawah
kelas kedua adalah 29 – 0,5 = 28,5; batas
bawah kelas ketiga adalah 38 – 0,5 = 37,5, dan
seterusnya.
• Selain batas kelas terdapat pula interval kelas
atau lebar kelas. Lebar kelas adalah lebar dari
sebuah kelas dan dihitung dari perbedaan
antara kedua batas kelasnya. Dengan demikian
lebar kelas pertama adalah 28,5 – 19,5 = 9;
lebar kelas kedua 37,5 – 28,5 = 9; dan
seterusnya.
• Setiap kelas juga memiliki titik tengah kelas
atau tanda kelas (mid point). Titik tengah kelas
merupakan rata-rata hitung dari kedua batas
kelasnya. Sehingga titik tengah kelas pertama
adalah (19,5 + 28,5)/2 = 24; titik tengah kelas
kedua adalah (28,5 + 37,5)/2 = 33, dan
seterusnya.
MEMBUAT TABEL DAN
MEMASUKKAN TABEL
• Pada umumnya proses memasukkan data
tersebut dilakukan di atas sebuah “sheet
hitung” atau sheet catat (tally sheet). Tiap
data dimasukkan ke dalam kelas sesuai dan
dicatat dalam sheet hitung dengan tanda catat
(/). Untuk memudahkan penjumlahan setiap
lima tanda catat dikelompokkan dengan
mengikatnya.
Data hasil ujian Statistik mahasiswa Fisip Unhas,
adalah sebagai berikut

Nilai Ujian Tally Jumlah


20 – 28 // 2
29 – 37 //// - //// 10
38 – 46 //// - //// - //// 15
47 – 55 //// - //// - //// - //// - //// - //// 30
56 – 64 //// - //// - //// - //// - //// - //// 29
65 – 73 //// - //// - /// 13
74 – 82 //// - // 7
83 – 91 //// 4
Jumlah 110
Tabel
Hasil Ujian Statistik Mahasiswa
Fisip Unhas 2007

Nilai Ujian Frekuensi (Fi)


20 – 28 2
29 – 37 10
38 – 46 15
47 – 55 30
56 – 64 29
65 – 73 13
74 – 82 7
83 – 91 4
Jumlah 110
PENYAJIAN GRAFIK
• Penyajian data statistik dengan grafik
frekuensi yang sederhana umumnya lebih
menarik. Grafik frekuensi yang sering kali
digunakan adalah Histogram, Poligon, dan
Kurva. Berikut akan dijelaskan cara
pembuatan darti grafik-grafik tersebut.
HISTOGRAM FREKUENSI
• Histogram adalah serangkaian empat persegi panjang
yang memiliki alas sepanjang interval antara kedua
batas kelas yang memiliki luas sebanding dengan
frekuensi yang terdapat dalam kelas-kelas yang
bersangkutan. Penggambaran hiostogram akan lebih
dipermudah bila distribusi frekuensinya memiliki
interval atau lebar kelas yang sama untuk setiap kelas.
• Dalam pembuatan histogram frekuensi, interval kelas
atau lebar kelas dinyatakan pada sumbu X (horizontal),
sedang frekuensi kelasnya dinyatakan pada sumbu Y
(vertical).
HISTOGRAM FREKUENSI
Nilai Ujian Statistik Mahasiswa
35

30

25

20
frekuensi

15 Series1

10

0
20 – 28 29 – 37 38 – 46 47 – 55 56 – 64 65 – 73 74 – 82 83 – 91
Nilai Ujian
POLIGON FREKUNSI
• Dustribusi frekuensi dapat juga
digambarkandalam bentuk poligon. Poligon ini
sangat berguna bila kita ingin melakukan
perbandingan antara dua atau beberapa
distribusi. Cara penggambaran poligon
dilakukan dengan jalan menentukan titik
tengah untuk tiap-tiap persegi panjang
kemudian menghubungkannya dengan sebuah
garis linear.
POLIGON FREKUENSI
Nilai Ujian Statistik Mahasiswa
35

30

25

20
frekuensi

15 Series1

10

0
20 – 28 29 – 37 38 – 46 47 – 55 56 – 64 65 – 73 74 – 82 83 – 91
Nilai Ujian
Soal
70 30 72 64 51 69 52 68 69 79 49 50 87 63
67 65 85 67 25 60 48 51 34 62 68 20 66 66
73 88 47 77 61 51 59 75 58 65 56 50 46 50
52 55 53 90 59 49 57 29 45 50 78 53 45 61
53 48 74 56 44 64 63 62 44 38 31 47 59 58
43 76 62 89 43 58 57 46 52 36 42 33 57 54
42 57 39 61 32 54 41 60 56 37 41 35 60 51
53 54 40 55 55 59 40 54 52 58 56 55 72 21
SOAL
1. Membuat Jumlah Kelas berdasarkan rumus sturges
2. Membuat Interval Kelas berdasarkan rumus sturges
3. Mencari besaran range
4. Membuat Batasan Bawah, Batasan atas dan Titik
Tengah
5. Membuat Tabel dan Memasukkan Data secara Tally
dan Tabel secara Sempurna
6. Membuat Grafik Frekuensi secara Histogram, Poligon
dan Kurva

Anda mungkin juga menyukai