Anda di halaman 1dari 1

Perkembangan Reformasi Birokrasi di Indonesia

Pasca runtuhnya era Orde Baru, dalam reformasi birokrasiIndonesia tahap pertama (2010-2014)
Indonesia melakukan transisi darimodel birokrasi sebelumnya, suatu struktur birokrasi yang tampak
sepertimodel Webberian, namun dalam penerapannya lebih dekat kepada modelpatronase yang
sentralistis. Berbeda dengan era Orde Baru, dalam Orde

Reformasi sistem birokrasi ditata kembali untuk menghilangkan modelpatronase antara lain melalui
penyusunan tupoksi, indikator kinerja danjob grading. Langkah awal penataan birokrasi sejauh ini patut
diapresiasidan telah menunjukkan hasil dalam kestabilan struktur birokrasi. Beberapasektor pemerintah
(termasuk Kementerian Keuangan) telah berhasilmenjadi pelopor reformasi birokrasi yang ditunjang
oleh upaya keraspemberantasan korupsi tiada henti oleh KPK. Namun harus diakui disebagian sektor
pemerintah pusat dan daerah penegakan prinsip- prinsiptransparansi, stabilitas, dan predictability
model Webberian dalampengambilan kebijakan belum berjalan mulus. Sebagaimana
dijelaskansebelumnya, model birokrasi kementerian dan lembaga pemerintahIndonesia termasuk
Kementerian Keuangan dan Badan Kebijakan Fiskal,

Kementerian Keuangan saat ini pada umumnya masih menganut prinsip-prinsip model Webberian
sebagaimana diusung oleh UU Nomor 43 Tahun1999 tentang Perubahan atas UU Nomor 8 Tahun 1974
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Walaupun demikian terdapat lembaga pemerintahseperti
Kementerian PPN/Bappenas yang sudah memelopori penerapansebagian model NPM sejak tahun 2004
melalui penghapusan dan pengalihan jabatan eselon IV di kedeputian-kedeputian ke jabatanfungsional
perencana (JFP). Unit kerja eselon IV kini hanya ditemui diSekretariat Kementerian PPN/Sekretariat
Utama Bappenas, Tata UsahaKedeputian, dan Inspektorat. Melalui pengalihan ke jabatan
fungsionaltersebut Bappenas menargetkan terjadi peningkatan kemampuanprofesional dan
peningkatan kinerja khususnya para fungsional perencanadi bidang perencanaan baik perencanaan
makro, sektoral, dan regionalpembangunan nasional. Upaya Bappenas tersebut selaras denganwacana
pengalihan jabatan eselon III dan IV ke jabatan fungsional yangtelah disuarakan dalam berbagai
kesempatan oleh Kemenpan-RB, danjuga UU ASN yang secara filosofis hanya mengenal eselonisasi
hinggaeselon II – eselonisasi yang diistilahkan sebagai jabatan pimpinan tinggi.

Dalam UU ASN, jabatan yang berorientasi pada administrasi dimasukkanke dalam jabatan administrasi,
sedangkan jabatan yang berorientasi padafungsi dimasukkan ke dalam jabatan fungsional.(Setiawan,
2015)

Referensi

MAKALAH "Reformasi Birokrasi Pada Administrasi Publik".

Anda mungkin juga menyukai