DISUSUN OLEH :
ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
KATA PENGANTAR
Hasil penelitian lembaga Political and Economic Risk Consultansy (PERC) yang dilakukan
pada tahun 2002, Indonesia masuk Negara yang terpuruk birokrasinya., sampai saat ini belum
mengalami perubahan yang cukup signifikan. Laporan terakhir World Economic Forum
(WEF) tahun 2004 tentang Global Competitiveness Ranking (GCR) bahkan menempatkan
Indonesia berada di urutan ke-69 dari 104 negara yang diamati. Salah satu aspek penilaian
adalah birokrasi pemerintah (kelembagaan pemerintah) yang mengindikasikan sejauh mana
lembaga pemerintah memberikan kemampuan pelayanan yang baik berorientasi pada
pelanggan atau public, minjimya korupsi, atau berorientasi pada kerangka hokum yang jelas.
Dalam dunia pemerintahan konsep birokrasi dimaknai sebagai proses dan system yang di
ciptakan secara rasional untuk menjamin mekanisme dan system kerja yang teratur, pasti dan
mudah dikendalikan.Birokrasi merupakan instrumen penting dalam masyarakat yang
kehadirannya tak mungkin terelakan. Birokrasi adalah sebuah konsekuensi logis dari
diterimanya hipotesis bahwa negara memiliki misi yaitu untuk mensejahterakan rakyatnya
melalui media birokrasi karena itu negara harus terlibat langsung dalam memproduksi barang
dan jasa publik yang diperlukan oleh rakyatnya.Secara umum birokrasi merupakan
instrument penting dalam masyarakat modern saat ini yang kehadirannya tak mungkin
terelakkan. Dimana birokrasi ini merupakan konsekuensi logis dari tugas Negara
(pemerintah) dalam proses penyelenggaraan pelayanan publik.
Publik mengharapkan bahwa dengan terjadinya Reformasi, akan diikuti pula dengan
perubahan besar pada desain kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, baik yang
menyangkut dimensi kehidupan politik, sosial, ekonomi maupun kultural. Perubahan struktur,
kultur dan paradigma birokrasi dalam berhadapan dengan masyarakat menjadi begitu
mendesak untuk segera dilakukan mengingat birokrasi mempunyai kontribusi yang besar
terhadap terjadinya krisis multidimensional yang tengah terjadi sampai saat ini. Namun,
harapan terbentuknya kinerja birokrasi yang berorientasi pada pelanggan sebagaimana
birokrasi di Negara-negara maju tampaknya masih sulit untuk diwujudkan.
Banyak factor yang signifikan menjelaskan kondisi keterpurukan birokrasi di tanah air, dan
beberapa dijelaskan dalam uraian sebagai berikut:
5. Belum jelasnya standar kinerja yang dapat diukur untuk menentukan mutu output
yang dihasilkan aparatur
Permasalahan dan kondisi seperti yang dijelaskan di atas, memang secara perlahan-lahan
telah diantisipasi dan diatasi oleh pemerintah sendiri. Beberapa kementerian telah melakukan
reformasi birokrasi sendiri diwilayah kerjanya. Memang jika tidak diperbaiki hal-hal terjadi
diatas, maka akan sulit untuk mewujudkan tujuan mencapai kondisi reformasi birokrasi yang
berorientasi pada pelayanan public atau public service.
Strategi yang dapat digunakan dalam mengembangkan pelayanan birokasi ditinjau dari segi
technical yaitu :
1. Penerapan desentralisasi
Penerapan desentralisasi dan otonomi daerah merupakan instrument utama untuk mencapai
suatu Negara yang demokratis dan pemerintahan yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat.
Tetapi dalam pelaksanaanya selama ini, kebijakan otonomi daerah masih menghadapi
beberapa kelemahan, seperti otonomi daerah hanya dipahami sebagai kebijakan yang bersifat
institutional belaka, perhatian dalam otonomi daerah hanya pada masalah pengalihan
kewenangan dari pusat ke daerah, tetapi mengabaikan esensi dan tujuan kebijakan terserbut,
otonomi daerah tidak dibarengi dengan peningkatan kemandirian dan prakarsa manyarakat di
daerah sesuai tuntutan alam demokrasi.
Desentralisasi merupakan isu strategis lainnya yang menjadikan perhatian dalam reformasi
birokrasi. Desentralisasi adalah sebuah bentuk pemindahan tanggung jawab, wewenang, dan
sumber-sumber daya (dana, personel,dan lain-lain) dari pemerintah pusat ketingkat
pemerintahan dibawahnya.Dasar dari inisiatif ini adalah bahwa proses desentralisasi dapat
memindahkan proses pengambilan keputusan ke tingkat pemerintah yang lebih dekat dengan
masyarakat. Karena merekalah yang akan merasakan langsung pengaruh program pelayanan
yang dirancang dan klemudian dilaksanakan oleh pemerintah.
Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) merupakan ciri utama dari Revolusi Industri (R.I)
4.0. Dengan demikian, teknologi ini pun harus diterapkan di organisasi pemerintah dalam
mendukung pelaksanaan tugas dan fungsinya. Penerapan konsep egovernment di instansi
pemerintah telah dimulai sejak tahun 2001. kecepatan teknologi informasi telah
mengantarkan perubahan-perubahan yang sangat cepat. Teknologi informasi juga telah
mengubah perkembangan global yang jauh berbeda disbanding sebelum era informatika lahir.
Kejadian apapun mengenai suatu pemerintahan di belahan bumi manapun dapat disaksikan
pada saat yang sama di belahan bumi lainnya. Era teknologi informasi yang semakin cepat
telah memberikan suatu implikasi bahwa informasi menjadi sesuatu yang sangat penting.
Kondisi menguatnya teknologi informasi telah memberikan ruang hidup tersendiri bagi
birokrasi yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. Teknologi informasi telah
menghantarkan kehidupan dunia yang semakin tidak ada batasnya.
Informasi yang cepat diterima akan menimbulkan pemaknaan atas informasi. Apabila suatu
informasi berkenaan dengan pemerintahan dan pelaksanaan birokrasi di suatu Negara di nilai
baik, maka akan memunculkan efek image yang baik terhadap pemerintahan tersebut.
Kondisi seperti ini mendatangkan implikasi lebih luas terkait dengan persepsi terhadap
bangsa, kualitas pemerintahan, stabilitas politik, dan aspek lainnya. Pada gilirannya,
informasi yang diterima oleh warga dunia akan berimplikasi pada sejauh mana warga dunia
merespons untuk menanamkan investasi, sejauh mana rasa keamanan dapat tumbuh dan
sejauh mana suatu pemerintahan dipercaya oleh warga dunia. Pada perkembangan
selanjutnya, tuntutan kinerja birokrasi diukur dengan indicator-indikator yang sama dengan
kinerja birokrasi di tempat lain.
Terkait dengan kondisi seperti ini, maka birokrasi Indonesia memiliki peluang untuk mampu
mendongkrak kinerja pemerintah dengan memanfaatkan teknologi yang semakin
berkembang. Teknologi informasi bisa dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya menyerap
informasi dari pelanggan (masyarakat) secara cepat dan murah. Pengetahuan yang tepat
terhadap harapan dan kebutuhan pelanggan pada dasarnya diharapkan dapat memberikan
implikasi kemauan meningkatkan kompetensi, kemampuan untuk menggali potensi dan cara
baru guna meningkatkan daya saing, atau melakukan aliansi strategis seiring dengan tuntutan
perkembangan teknologi yang semakin cepat.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pola pengembangan reformasi birokrasi merupakan perubahan ke arah yang menjadi lebih
baik. Dengan menggunakan strategi Technical yaitu Desentralisasi dan penggunaan IT.
Desentralisasi yang positif membutuhkan kelembagaan lokal yang efektif yang dapat
membuat pemerintah daerah berdaya untuk merespon kepentingan konstituen mereka.
Kebijakan desentralisasi yang disusun tidak seharusnya seragam untuk semua kondisi
sehingga mencerminkan kebutuhan lokal. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
dimana pemerintah mengoptimalkan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi untuk
mengeliminasi sekat-sekat birokrasi organisasi, serta membentuk jaringan sistem manajemen
dan proses kerja yang memungkinkan instansiinstansi pemerintah bekerja secara terpadu
untuk menyederhanakan akses dan transparansi ke semua informasi dan layanan publik yang
harus disediakan oleh pemerintah.
3.2 SARAN
Kami menyadari kekuarangan dalam makalah ini sehingga kami sangat mengharapkan saran
dan krtikikan dari pembaca terhadap makalah kami yang berjudul "STARTEGI
PENGEMBANGAN BIROKRASI DARI SEGI TECHNICAL"
DAFTAR PUSTAKA
https://bengkulu.kemenag.go.id/opini/314-birokrasi-dan-upaya-meningkatkan-pelayanan-
publik http://eprints.undip.ac.id/73483/1/BUKU_KAJIAN_BIROKRASI_GABUNGAN.pdf
http://jwk.bandung.lan.go.id/ojs/index.php/jwk/article/download/133/88