ABSTRAK
Perubahan pola Pemerintahan di Indonesia seiring dengan reformasi birokrasi,perubahan diperlukan karena
situasi pemerintahan terus mengalami pergeseran, sistem yang lama tentu tidak cocok lagi jika diterapkan pada
era pemerintahan Indonesia saat ini. Kepentingan dan nilai publik menjadi fokus dalam artikel ini, upaya
merubah birokrasi pemerintahan di Indonesia kearah yang lebih baik mengutamakan kepentingan masyarakat,
sebagai pihak yang dilayani memerlukan proses yang panjang, reformasi birokrasi tidak hanya menitikberatkan
pada gerak pemerintahs aja, seluruh komponen masyarakat dans wasta juga dapat mendukung reformasi
birokrasi ini sehingga effective governance akan cepat tercapai,
Abstract
Changes in government patterns in Indonesia along with bureaucratic reforms, changes are needed because the
governance situation contineus to shift, the old system would not fit anymore if applied in the era of Indonesia
government now. Consideration and public value are the focus of this article, efforts to change the goverment
bureaucracy in Indonesia to better prioritize the interest of society, would require a long process, bureucratic
reform not only focusing on government action, all of the component from society and private should supported
bureucratic reform so the effetive governance will be quickly achieved.
A. PENDAHULUAN
Kehadiran birokrasi dalam mengatur Ketiga periode ini telah digambarkan bahwasanya
sendi-sendi kehidupan warga negara Indonesia birokrasi yang ada tidaklah netral. Posisi birokrat
telah mengalami proses yang panjang dalam yang selalu identik dengan dengan pro kepada
perjalanan bangsa. Dimulai dari masa kerajaan penguasa, pro kepada kekuatan politik tertentu dan
yang menitikberatkan kedaulatan berada ditangan selalu dapat dipolitisasi untuk mendukung
raja dan dilakukan sepenuhnya oleh raja, keluarga kepentingan politik tertentu, hal ini persis pada
dan petinggi kerajaan. Warna birokrasi pada masa gambaran birokrasi klasik ala Weberian.
itu menjadi sangat otonom, totaliter dan Posisi birokrasi sebagai pelayan rakyat,
mencengkeram warga yang ada pada masa tersebut. haruslah menciptakan suatu sistem pelayanan
Setelah runtuhnya masa kerajaan, birokrasi di publik yang lebih memuaskan dan melahirkan
Indonesia diganti dengan masa penjajahan. kebijakan publik yang rasional dan demokratis.
Birokrasi modern yang dikenal oleh penjajah VOC Profesionalisme birokrasi tersebut menggambarkan
dan Belanda bukan untuk tegaknya kedaulatan bahwa tugas utama mereka untuk mengabdi kepada
rakyat, namun birokrasi pada masa ini bertujuan negara dan masyarakat serta dapat menjalankan
untuk mengeksploitasi sember daya yang ada di tugasnya demi terwujudnya kesejahteraan
Indonesia. Birokrasi zaman penjajahan ini masyarakat sesuai dengan tujuan dari suatu negara.
berorientasi kepada atasan, diwarnai dengan pro Secara konsep, menurut Blau (1963)birokrasi
kekuasaan, menciptakan kolusi dan nepotisme. adalah organisasi yang ditunjukan untuk
Setelah masa penjajahan berlalu, dilanjutkan pada memaksimumkan efisiensi dalam administrasi yang
masa birokrasi orde baru. Pada masa orde baru, menurut Sayre memiliki ciri-ciri: Spesialisasi
birokrasi dicirikan dengan dominasi dari institusi tugas-tugas, hierarki otoritas, badan perundang-
pemerintah pusat atas pemerintah daerah dan undangan, sistem pelaporan dan personel dengan
dominasi Partai Golkar sebagai institusi politik keterampilan dan peranan khusus-khusus2.
yang mengakar dibirokrasi. Birokrasi orde baru Sedangkan menurut Mill (dalam Dwiyanto, 2009 :
ditandai dengan birokrasi yang amat loyal kepada hal 228) mengungkapkan bahwa pekerjaan
pemerintah atas, birokrasi yang rumit, dan tidak pro menjalankan pemerintahan oleh orang-orang yang
terhadap publik karna sikap yang tidak rasional memerintah secara profesional, inilah esensi dan
para birokrat dalam melayani kepentingan publik1. arti dari birokrasi. Menurut Peter Al Blau &
1
Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik : Berbasis 2
Poltak Sinambela, Lijan. 2011. Reformasi Pelayanan Publik :
Dynamic Policy Analisys. Yogyakarta : Teori, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta :
Gava Media (hal : 224-227) Bumi Aksara (hal : 70)
331
WEDANA
Jurnal Pemerintahan, Politik dan Birokrasi
Vol. III Nomor 1 April 2017
332
WEDANA
Jurnal Pemerintahan, Politik dan Birokrasi
Vol. III Nomor 1 April 2017
Tahun 2016 lalu, skor CPI Indonesia kurang professional dan cenderung memanfaatkan
sebesar 37 dan menempati urutan 90 dari 176 kekuasaannya untuk kepentingan pribadi. Citra
negara yang diukur. Skor Indonesia naik 1 poin dan negatif yang sudah lama terbentu kini secara terus-
turun dua peringkat dari tahun sebelumnya. menerus telah lama melekat pada diri birokrasi
Kenaikan tipis skor CPI Indonesia hanya mampu publik yang ada di Indonesia ini menyebabkan
menyalip Thailand (35, turun) yang selalu berada di menurunnya kepercayaan public pada birokrasi di
atas Indonesia sejak 5 tahun terakhir. Kenaikan Indonesia. Fenomena ini tentu sangat memperburuk
skor CPI ini belum mampu mengungguli Malaysia kondisi Negara Indonesia dan hal ini tidak boleh
(49, turun), Brunei (58) dan Singapura (85, turun). dibiarkan terus terjadi. Pemerintah harus
Indonesia hanya sedikit lebih baik di atas Thailand melakukan suatu hal untuk mengubahnya. Jika
(35, turun) dan Filipina (35, tetap), Vietnam (33, tidak, kesenjangan antara pemerintah dengan
naik), dan Myanmar (28, naik), Kamboja (21, masyarakat akan terus memiliki jarak dalam
tetap)5. pandangan masyarakat yang sudah tidak perduli
Selain itu, dengan adanya kasus E-KTP lagi terhadap pemerintah yang diakibatkan
yang baru-baru ini muncul dipermukaan menambah buruknya birokrasi yang ada di Indonesia.
sederet panjang kasus korupsi di Indonesia
sehingga mencoreng moralitas dari birokrasi C. PEMBAHASAN
pemerintahan Indonesia. Berdasarkan data dari
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Potensi Reformasi birokrasi dilaksanakan dalam
kerugian negara pada proyek yang telah diusut rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang
sejak tahun 2011 lalu mencapai Rp. 2,3 triliun. Jika baik (good governance). Dengan kata lain,
digunakan untuk ibu melahirkan, itu setara dengan reformasi birokrasi adalah langkah strategis untuk
4 juta ibu melahirkan. Kalau digunakan untuk membangun aparatur negara agar lebih berdaya
pembangunan rumah bagi buruh dan petani, itu guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas
sekitar 25.000 unit rumah kalau dianggap saja umum pemerintahan dan pembangunan nasional.
harganya Rp. 92 juta.6 Padahal bedasarkan Reformasi birokrasi ini dilaksanakan dengan
Undang- Undang No. 28 tahun 1999 tentang memepertimbangkan latar belakang sebagai berikut
penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari :
kolusi, korupsi dan nepotisme dijelaskan bahwa 1. Praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
korupsi adalah tindakan pidana sebagaimana (KKN) masih berlangsung hingga saat ini.
dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang- 2. Tingkat kualitas pelayanan publik yang belum
undangan yang mengatur tentang tindak pidana mampu memenuhi harapan publik.
korupsi. 3. Tingkat efisiensi, efektivitas, dan produktivitas
yang belum optimal dari birokrasi
B. PERMASALAHAN pemerintahan.
4. Tingkat transparansi dan akuntabilitas
Ketika birokrasi yang telah dirancang sedemikian birokrasi pemerintahan masih rendah.
rupa untuk dapat memperbaharui diri menjadi lebih 5. Tingkat disiplin dan etos kerja pegawai masih
baik, namun perubahan itu sejauhinitidak jelas, Hal rendah.
yang
tampakjelasialahbahwakarakterbirokrasibelumberu Agus Dwiyanto mengemukakan ada 5 indikator
bah. Para untuk mengukur kinerja birokrasi, yaitu :
birokrasipadaumumnyamasihkurangpeduliterhadap 1. Produktivitas.
kepentingandannilaipublik, lebih menempatkan diri Konsep produktivitas tidak hanya mengukur
sebagai penguasa daripada sebagai pelayan publik, tingkat efesien, tetapi juga efektivitas
pelayanan.
5
Transparency International Indonesia, edisi Rabu, 25 Januari
2. Kualitas pelayanan.
2017 : Corruption Perception Index 2016,
Isu mengenai kualitas layanan cenderung
Terus Perkuat Integritas Sektor Publik, Dorong menjadi semakin penting dalam menjelaskan
Integritas Bisnis Sektor Swasta. kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak
pandangan negatif terbentuk mengenai
6 organisasi publik muncul karena ketidak puasan
Dalam kutipan Agus Sarwono, PenelitiTransparency
International Indonesia di artikel Transparency masyarakat terhadap kualitas pelayanan yang
International Indonesia, edisi minggu 19 Maret diterima dari organisasi publik. Dengan
2017 : Ayo Kita Kawal Kasus E-KTP. Diakses demikian, kepuasan masyarakat terhadap
tanggal 26 Maret 2017. layanan dapat dijadikan indikator kinerja
organisasi publik.
333
WEDANA
Jurnal Pemerintahan, Politik dan Birokrasi
Vol. III Nomor 1 April 2017
334
WEDANA
Jurnal Pemerintahan, Politik dan Birokrasi
Vol. III Nomor 1 April 2017
utamakan, maka sangat sulit dicapai perubahan dalam Dwiyanto (2006, hal : 30)
bagi pelayanan birokrasi. Karna, komitmen ini menyatakan bahwa factor budaya dalam
bukan hanya sebagai symbol demokrasi, melainkan masyarakat Indonesia umumnya
sebagai wujud keseriusan birokrat dalam mengubah cenderung kondusif untuk mendorong
birokrasi kejalan yang benar. Komitmen elit inia terjadinya korupsi, seperti adanya nilai
kan melahirkan ruang-ruang penyerapan aspirasi atau tradisi pemberian hadiah kepada
baru baik dilingkungan eksekutif maupundi jabatan pemerintah. Tindakan tersebut
lingkungan legislative. Hal ini sebagaimana bagi masyarakat Eropa atau Amerika
dikatakanPrasojo, MaksumdanKurniawan (2006: dianggap sebagai tindakan korupsi, tetapi
175-176) dalam penelitian mereka di beberapa bagi masyarakat Asia seperti di Indonesia,
daerah bahwa salah satu factor pendukung Korea Selatan dan Thailand dianggap
keberhasilan reformasi birokrasi adalah komitmen bukan merupakan tindak korupsi. Bahkan
dan political will kepala daerah. Komitmen elit ini pada kultur Jawa, pemberian tersebut
menjadi sangat penting sebab, selama ini dianggap sebagai bentuk pemenuhan
perubahan haruslah dimulai dari atas. Komitmen kewajiban oleh bawahan(kawula)
elit yang mau membuka ruang penyerapan aspirasi kepadarajanya(Gusti).
akan menambah kepercayaan public kepada
birokrasi dan dewan perwakilan rakyat. D. KESIMPULAN
335
WEDANA
Jurnal Pemerintahan, Politik dan Birokrasi
Vol. III Nomor 1 April 2017
336
WEDANA
Jurnal Pemerintahan, Politik dan Birokrasi