Anda di halaman 1dari 6

Vol.

III Nomor 1 April 2017

REFORMASI BIROKRASI MENUJU INDONESIA BARU, BERSIH


DAN BERMARTABAT
Data Wardana dan Geovani Meiwanda
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Riau

ABSTRAK
Perubahan pola Pemerintahan di Indonesia seiring dengan reformasi birokrasi,perubahan diperlukan karena
situasi pemerintahan terus mengalami pergeseran, sistem yang lama tentu tidak cocok lagi jika diterapkan pada
era pemerintahan Indonesia saat ini. Kepentingan dan nilai publik menjadi fokus dalam artikel ini, upaya
merubah birokrasi pemerintahan di Indonesia kearah yang lebih baik mengutamakan kepentingan masyarakat,
sebagai pihak yang dilayani memerlukan proses yang panjang, reformasi birokrasi tidak hanya menitikberatkan
pada gerak pemerintahs aja, seluruh komponen masyarakat dans wasta juga dapat mendukung reformasi
birokrasi ini sehingga effective governance akan cepat tercapai,

Abstract
Changes in government patterns in Indonesia along with bureaucratic reforms, changes are needed because the
governance situation contineus to shift, the old system would not fit anymore if applied in the era of Indonesia
government now. Consideration and public value are the focus of this article, efforts to change the goverment
bureaucracy in Indonesia to better prioritize the interest of society, would require a long process, bureucratic
reform not only focusing on government action, all of the component from society and private should supported
bureucratic reform so the effetive governance will be quickly achieved.

A. PENDAHULUAN
Kehadiran birokrasi dalam mengatur Ketiga periode ini telah digambarkan bahwasanya
sendi-sendi kehidupan warga negara Indonesia birokrasi yang ada tidaklah netral. Posisi birokrat
telah mengalami proses yang panjang dalam yang selalu identik dengan dengan pro kepada
perjalanan bangsa. Dimulai dari masa kerajaan penguasa, pro kepada kekuatan politik tertentu dan
yang menitikberatkan kedaulatan berada ditangan selalu dapat dipolitisasi untuk mendukung
raja dan dilakukan sepenuhnya oleh raja, keluarga kepentingan politik tertentu, hal ini persis pada
dan petinggi kerajaan. Warna birokrasi pada masa gambaran birokrasi klasik ala Weberian.
itu menjadi sangat otonom, totaliter dan Posisi birokrasi sebagai pelayan rakyat,
mencengkeram warga yang ada pada masa tersebut. haruslah menciptakan suatu sistem pelayanan
Setelah runtuhnya masa kerajaan, birokrasi di publik yang lebih memuaskan dan melahirkan
Indonesia diganti dengan masa penjajahan. kebijakan publik yang rasional dan demokratis.
Birokrasi modern yang dikenal oleh penjajah VOC Profesionalisme birokrasi tersebut menggambarkan
dan Belanda bukan untuk tegaknya kedaulatan bahwa tugas utama mereka untuk mengabdi kepada
rakyat, namun birokrasi pada masa ini bertujuan negara dan masyarakat serta dapat menjalankan
untuk mengeksploitasi sember daya yang ada di tugasnya demi terwujudnya kesejahteraan
Indonesia. Birokrasi zaman penjajahan ini masyarakat sesuai dengan tujuan dari suatu negara.
berorientasi kepada atasan, diwarnai dengan pro Secara konsep, menurut Blau (1963)birokrasi
kekuasaan, menciptakan kolusi dan nepotisme. adalah organisasi yang ditunjukan untuk
Setelah masa penjajahan berlalu, dilanjutkan pada memaksimumkan efisiensi dalam administrasi yang
masa birokrasi orde baru. Pada masa orde baru, menurut Sayre memiliki ciri-ciri: Spesialisasi
birokrasi dicirikan dengan dominasi dari institusi tugas-tugas, hierarki otoritas, badan perundang-
pemerintah pusat atas pemerintah daerah dan undangan, sistem pelaporan dan personel dengan
dominasi Partai Golkar sebagai institusi politik keterampilan dan peranan khusus-khusus2.
yang mengakar dibirokrasi. Birokrasi orde baru Sedangkan menurut Mill (dalam Dwiyanto, 2009 :
ditandai dengan birokrasi yang amat loyal kepada hal 228) mengungkapkan bahwa pekerjaan
pemerintah atas, birokrasi yang rumit, dan tidak pro menjalankan pemerintahan oleh orang-orang yang
terhadap publik karna sikap yang tidak rasional memerintah secara profesional, inilah esensi dan
para birokrat dalam melayani kepentingan publik1. arti dari birokrasi. Menurut Peter Al Blau &

1
Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik : Berbasis 2
Poltak Sinambela, Lijan. 2011. Reformasi Pelayanan Publik :
Dynamic Policy Analisys. Yogyakarta : Teori, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta :
Gava Media (hal : 224-227) Bumi Aksara (hal : 70)

331
WEDANA
Jurnal Pemerintahan, Politik dan Birokrasi
Vol. III Nomor 1 April 2017

Charles H. Page dalam Sinambela, Birokrasi


dimaksudkan untuk mengorganisir secara teratur Tabel1
suatu pekerjaan yang harus dilakukan oleh banyak Peringkat dan Skor Corruption Perception Index
orang. Birokrasi adalah tipe dari suatu organisasi 2016
yang dimaksudkan untuk mencapai tugas-tugas
administratif yang besar dengan cara
mengkoordinasikan secara sistematis (teratur)
pekerjaan dari banyak orang.Secara umum
birokrasi diartikan sebagai suatu tipe organisasi
yang melaksanakan tata kerja yang telah ditetapkan
oleh peraturan perundang-undangan, yang bertugas
melakukan pelayanan umum (public service) serta
dilaksanakan dengan sepenuhnya (secara sense of
belonging dan sense of responsibility).reformasi
birokrasi dapat dipahami sebagai suatu proses
perubahan yang direncanakan, sistematis dan
komprehensif, yang ditujukan untuk mendesain
ulang birokrasi yang berada dilingkungan
pemerintah ke arah yang lebih baik sesuai dengan Sumber: Corruption Perception Index 2016. 0
kebutuhan kondisi saat ini, atau yang sejalan artinya sangat korup, 100 artinya sangat bersih.
dengan harapan, nilai, keinginan dari lingkungan * tidak ada data.
sosial dan politik, yakni mewujudkan tatakelola
pemerintahan yang baik (good governance), yaitu Berdasarkan temuan dan rekomendasi utama
birokrasi yang bersih, bebas KKN, professional, Transparency International (TI) dalam Corruption
efiesien dan efektif, transparan, dan akuntabel Perception Index (CPI) 2016 yang diluncurkan
sehingga birokrasi pemerintah mampu secara global, Skor Corruption Perception Index
menghasilkan dan memberikan pelayanan publik (CPI) Indonesia tahun 2016 meningkat tipis satu
dengan prima. poin sebesar 37. Skor CPI berada pada rentang 0-
Namun, sejak runtuhnya pemerintahan 100. 0 berarti negara dipersepsikan sangat korup,
orde baru. Sistem birokrasi yang ada di Indonesia sementara skor 100 berarti dipersepsikan sangat
yang awalnya mendapatkan angin segar atas bersih. Kenaikan skor ini menandakan masih
perubahan birokrasi dalam tatanan pemerintahan berlanjutnya tren positif pemberantasan korupsi di
pada saat reformasi politik tahun 1998 yang Indonesia. Terhitung sejak 2012, skor CPI
berimbas terhadap reformasi di bidang administrasi Indonesia meningkat lima poin dalam rentang
publik. Tuntutan masyarakat terhadap pemerintah waktu lima tahun. Peningkatan lima poin dalam
untuk segera diadakan reformasi penyelenggaraan rentang waktu lima tahun dinilai terlalu lambat
kehidupan berbangsa dan bernegara, menjadi untuk mencapai target 50 pada akhir 2016.
tonggak dimulainya era reformasi di bidang politik, Peningkatan skor CPI lambat karena
hukum, ekonomi, dan birokrasi, yang dikenal pemberantasan korupsi selama ini hanya fokus
sebagai reformasi gelombang pertama (GDRB, pada sektor birokrasi saja. Reformasi birokrasi
2010: 1). Reformasi gelombang pertama ini belum memang berkontribusi terhadap perbaikan
membawa hasil terutama terhadap perubahan di integritas layanan publik dan menyumbang
bidang birokrasi, karena penyakit birokrasi yang kenaikan skor CPI rata-rata 1 poin setiap tahun.
dikenal dengan istilah bureaupathology masih Strategi pemberantasan korupsi nasional masih
menjangkiti birokrasi di Indonesia seperti bersifat belum memberikan porsi besar terhadap korupsi
kaku, hierarkis, berbelit-belit, kolusi, korupsi dan politik, korupsi hukum, dan korupsi bisnis. 4
nepotisme (yang selanjutnya disingkat KKN), tidak
efisien & efektif dan biaya mahal (high cost)3.Hal
ini terbukti selama Indonesia merdeka tetapi
pencapaian kinerja aparat birokrasi pemerintahan
yang produktif, efisien, efektif dan bersih dari
KKN belum juga tampak. Hal ini dapat dilihat atas
beberapa permasalahan yang muncul menghiasi
wajah birokrasi Indonesia tentang tersandungnya
kasus aparat pemerintah.
4
Dalam kutipan Dadang Trisasongko, Sekretaris Jenderal,
Transparency International Indonesia di artikel Corruption
3 Perceptions Index 2016 : Terus Perkuat Integritas Sektor
Hanafie, Haniah. “Strategi Reformasi Birokrasi”. Jurnal Fisip Publik, Dorong Integritas Bisnis Sektor Swasta, diakses pada
UIN Jakarta (Tidak diterbitkan) tanggal 26 Maret 2017.

332
WEDANA
Jurnal Pemerintahan, Politik dan Birokrasi
Vol. III Nomor 1 April 2017

Tahun 2016 lalu, skor CPI Indonesia kurang professional dan cenderung memanfaatkan
sebesar 37 dan menempati urutan 90 dari 176 kekuasaannya untuk kepentingan pribadi. Citra
negara yang diukur. Skor Indonesia naik 1 poin dan negatif yang sudah lama terbentu kini secara terus-
turun dua peringkat dari tahun sebelumnya. menerus telah lama melekat pada diri birokrasi
Kenaikan tipis skor CPI Indonesia hanya mampu publik yang ada di Indonesia ini menyebabkan
menyalip Thailand (35, turun) yang selalu berada di menurunnya kepercayaan public pada birokrasi di
atas Indonesia sejak 5 tahun terakhir. Kenaikan Indonesia. Fenomena ini tentu sangat memperburuk
skor CPI ini belum mampu mengungguli Malaysia kondisi Negara Indonesia dan hal ini tidak boleh
(49, turun), Brunei (58) dan Singapura (85, turun). dibiarkan terus terjadi. Pemerintah harus
Indonesia hanya sedikit lebih baik di atas Thailand melakukan suatu hal untuk mengubahnya. Jika
(35, turun) dan Filipina (35, tetap), Vietnam (33, tidak, kesenjangan antara pemerintah dengan
naik), dan Myanmar (28, naik), Kamboja (21, masyarakat akan terus memiliki jarak dalam
tetap)5. pandangan masyarakat yang sudah tidak perduli
Selain itu, dengan adanya kasus E-KTP lagi terhadap pemerintah yang diakibatkan
yang baru-baru ini muncul dipermukaan menambah buruknya birokrasi yang ada di Indonesia.
sederet panjang kasus korupsi di Indonesia
sehingga mencoreng moralitas dari birokrasi C. PEMBAHASAN
pemerintahan Indonesia. Berdasarkan data dari
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Potensi Reformasi birokrasi dilaksanakan dalam
kerugian negara pada proyek yang telah diusut rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang
sejak tahun 2011 lalu mencapai Rp. 2,3 triliun. Jika baik (good governance). Dengan kata lain,
digunakan untuk ibu melahirkan, itu setara dengan reformasi birokrasi adalah langkah strategis untuk
4 juta ibu melahirkan. Kalau digunakan untuk membangun aparatur negara agar lebih berdaya
pembangunan rumah bagi buruh dan petani, itu guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas
sekitar 25.000 unit rumah kalau dianggap saja umum pemerintahan dan pembangunan nasional.
harganya Rp. 92 juta.6 Padahal bedasarkan Reformasi birokrasi ini dilaksanakan dengan
Undang- Undang No. 28 tahun 1999 tentang memepertimbangkan latar belakang sebagai berikut
penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari :
kolusi, korupsi dan nepotisme dijelaskan bahwa 1. Praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
korupsi adalah tindakan pidana sebagaimana (KKN) masih berlangsung hingga saat ini.
dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang- 2. Tingkat kualitas pelayanan publik yang belum
undangan yang mengatur tentang tindak pidana mampu memenuhi harapan publik.
korupsi. 3. Tingkat efisiensi, efektivitas, dan produktivitas
yang belum optimal dari birokrasi
B. PERMASALAHAN pemerintahan.
4. Tingkat transparansi dan akuntabilitas
Ketika birokrasi yang telah dirancang sedemikian birokrasi pemerintahan masih rendah.
rupa untuk dapat memperbaharui diri menjadi lebih 5. Tingkat disiplin dan etos kerja pegawai masih
baik, namun perubahan itu sejauhinitidak jelas, Hal rendah.
yang
tampakjelasialahbahwakarakterbirokrasibelumberu Agus Dwiyanto mengemukakan ada 5 indikator
bah. Para untuk mengukur kinerja birokrasi, yaitu :
birokrasipadaumumnyamasihkurangpeduliterhadap 1. Produktivitas.
kepentingandannilaipublik, lebih menempatkan diri Konsep produktivitas tidak hanya mengukur
sebagai penguasa daripada sebagai pelayan publik, tingkat efesien, tetapi juga efektivitas
pelayanan.
5
Transparency International Indonesia, edisi Rabu, 25 Januari
2. Kualitas pelayanan.
2017 : Corruption Perception Index 2016,
Isu mengenai kualitas layanan cenderung
Terus Perkuat Integritas Sektor Publik, Dorong menjadi semakin penting dalam menjelaskan
Integritas Bisnis Sektor Swasta. kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak
pandangan negatif terbentuk mengenai
6 organisasi publik muncul karena ketidak puasan
Dalam kutipan Agus Sarwono, PenelitiTransparency
International Indonesia di artikel Transparency masyarakat terhadap kualitas pelayanan yang
International Indonesia, edisi minggu 19 Maret diterima dari organisasi publik. Dengan
2017 : Ayo Kita Kawal Kasus E-KTP. Diakses demikian, kepuasan masyarakat terhadap
tanggal 26 Maret 2017. layanan dapat dijadikan indikator kinerja
organisasi publik.

333
WEDANA
Jurnal Pemerintahan, Politik dan Birokrasi
Vol. III Nomor 1 April 2017

3. Responsivitas. menjaga kepentingan-kepentingan kekuasaan


Responsivitas adalah kemampuan organisasi pimpinan. Sistem insentif dan gaji yang tidak
untuk mengenali kebutuhan masyarakat, memadai ikut berkontribusi terhadap jalannya
menyusun agenda dan perioritas pelayanan dan reformasi birokrasi, karena insentif dan gaji dapat
mengembangkan program-program pelayanan memotivasi birokrasi dalam menjalankan tugasnya,
publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi sehingga dapat mewujudkan kinerja dengan baik.
masyarakat. Dengan insentif dan gaji yang tinggi akan
4. Responsibilitas memberikan stimulus birokrasi bekerja dengan baik
Responsibilitas menjelaskan apakah dan diharapkan tidak terjadi korupsi. Meskipun hal
pelaksanaan organisasi publik itu dilakukan ini tidak menjamin 100 % birokrasi akan bekerja
sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang dengan jujur, karena masih banyak ditemui
benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, pelanggaran-pelanggaran. Sebagai contoh, dapat
baik yang eksplisit maupun implisit (levine, dikemukakan kasus GayusTambunan yang
1990) memanipulasi pajak dan merugikan negara, Proyek
5. Akuntabelitas Hambalang yang melibatkan para pejabat birokrasi,
Akuntabelitas publik menunjuk pada seberapa dan kasus PON di Riau yang meibatkan kepala
besar pada kebijakan dan kegiatan organisasi daerah serta masihbanyak contoh kasus yang
publik tunduk pada para pejabat politik yang ditemui KPK.7 Untuk itu, Dwiyanto dalam
dipilih oleh rakyat. Asumsinyaadalah para Dwiyanto, (2016, hal : 222) merumuskan nilai-nilai
pejabat politiik tersebut karena dipilih oleh yang diperlukan untuk membentuk karakter
rakyat, dengan sendirinya akan selalu aparatur birokrasi Indonesia melalui diskusi
mempresentasikan kepentingan rakyat panjang LAN dengan banyak nara sumber, maka di
(Dwiyanto dalam Dwiyanto, 2006 : 50-51) sepakatilah ANEKA8yakni :
Dalam melaksanakan reformasi birokrasi - Akuntabilitas, setiap tindakan dapat
memanglah tidak mudah, berbagai hambatan dapat dipertanggungjawabkan dan dijelaskan kepada
ditemui baik didalam (internal) maupun eksternal. warga dan pemangku kepentingan.
Berikut ini beberap acara untuk menghadapi - Nasionalisme, Semangat mencintai tanah air,
hambatan yang ditemui dalam birokrasi persatuan dan kesatuan Indonesia yang
pemerintahan Indonesia menurut penulis yakni ; diwujudkan dengan menempatkan kepentingan
1. MeningkatkanMoralitasdanMotivasi bangsa di atas lainnya.
SDM. - Etika Kekuasaan, Kesadaran etis bahwa
Mengenai masalah Sumber Daya Manusia jabatan publik yang diemban memiliki
(SDM), EE Mangindaan (MantanKemen wewenang tertentu, yang penggunaannya
PAN dan RB) mengatakan bahwa mempengaruhi kehidupan warga dan
kenyataan yang tidak dapat dipungkiri masyarakat luas
adalah hambatan untuk melakukan - KomitmenMutu, Kepedulian untuk selalu
reformasi birokrasi seringkali justru dating memperbaiki kualitas kerja melalui
dari dalam birokrasi itu sendiri (internal), pengembangan inovasi dan pembentukan
baik karenal emahnya kemampuan atau kapasitas diri sebagai insane pembelajar.
rendahnya kemauan. Sebenarnya - Antikorupsi, Kesadaran untuk bersih dan
persoalan SDM juga terkait dengan: (1) membersihkan lingkungan dan birokrasi dari
system rekrutmen, (2) penempatan (the berbagai bentuk tindakan korupsi.
right man in the right place), dan (3)
system insentif serta gaji. Sistem 2. Perlunya komitmen politik dari pimpinan
rekrutmen yang masih bernuansa KKN, eksekutif maupun legislatif
maka tidak akan menghasilkan SDM yang Salah satu syarat dalam penerapan
sesuai dengan kompetensinya dan reformasi birokrasi yang ada di Indonesia adalah
profesional. perlunya komitmen politik dari pimpinan eksekutif
Kolusi dan Nepotis memenyebabkan para maupun legislative terutama kepala daerah di
pengambil kebijakan menjadi dilemma dalam daerahmasing-masing untuk mampu melakukan
memutuskan SDM yang ideal, karena analisis perubahan mendasar. Jika komitmen ini tidak di
jabatan tidak akan menjad idasar pertimbangan.
Keputusan yang diambil, biasanya bersifat politis. 7
Hanafie, Haniah. “Strategi Reformasi Birokrasi”. Jurnal Fisip
Misalnya rekrutment pegawai dijadikan jatah bagi UIN Jakarta (Tidak diterbitkan)
para pendukung kepala daerah terpilih atau hasil
pengaruh para politisi di daerah (anggota DPRD). 8
Kata ANEKA sendiri dipilih untuk menggambarkan kesadaran
Demikian pula penempatan seseorang dalam
pegawai birokrasi bahwa Indonesia ialahbangsa yang beraneka
jabatan tertentu. Dasar pertimbangan yang diambil
bukan berdasarkan kompetensi. Analisis jabatan ragam dalam banyak aspek budaya, etnisitas, agama, tingkat
atau kinerja, tetapi seringkali bersifat politis untuk kemajuan sosia lekonomi dan kesejarahannya.

334
WEDANA
Jurnal Pemerintahan, Politik dan Birokrasi
Vol. III Nomor 1 April 2017

utamakan, maka sangat sulit dicapai perubahan dalam Dwiyanto (2006, hal : 30)
bagi pelayanan birokrasi. Karna, komitmen ini menyatakan bahwa factor budaya dalam
bukan hanya sebagai symbol demokrasi, melainkan masyarakat Indonesia umumnya
sebagai wujud keseriusan birokrat dalam mengubah cenderung kondusif untuk mendorong
birokrasi kejalan yang benar. Komitmen elit inia terjadinya korupsi, seperti adanya nilai
kan melahirkan ruang-ruang penyerapan aspirasi atau tradisi pemberian hadiah kepada
baru baik dilingkungan eksekutif maupundi jabatan pemerintah. Tindakan tersebut
lingkungan legislative. Hal ini sebagaimana bagi masyarakat Eropa atau Amerika
dikatakanPrasojo, MaksumdanKurniawan (2006: dianggap sebagai tindakan korupsi, tetapi
175-176) dalam penelitian mereka di beberapa bagi masyarakat Asia seperti di Indonesia,
daerah bahwa salah satu factor pendukung Korea Selatan dan Thailand dianggap
keberhasilan reformasi birokrasi adalah komitmen bukan merupakan tindak korupsi. Bahkan
dan political will kepala daerah. Komitmen elit ini pada kultur Jawa, pemberian tersebut
menjadi sangat penting sebab, selama ini dianggap sebagai bentuk pemenuhan
perubahan haruslah dimulai dari atas. Komitmen kewajiban oleh bawahan(kawula)
elit yang mau membuka ruang penyerapan aspirasi kepadarajanya(Gusti).
akan menambah kepercayaan public kepada
birokrasi dan dewan perwakilan rakyat. D. KESIMPULAN

3. RevitalisasiBudayaBirokrasi Dalam upaya merubah birokrasi


Budaya birokrasi penting untuk dibangun pemerintahan di Indonesia kearah yang
dan dikembangkan agar mampu lebih baik mengutamakan kepentingan
memberikan petunjuk, menginspirasi, dan masyarakat sebagai pihak yang dilayani
mendorong perubahan menuju pada masih memerlukan proses yang panjang.
pencapaian visi dan misi birokrasinya. Pasalnya kebiasaan yang tidak berorientasi
Budaya yang menghargai Integritas, masyarakat dan perilaku korup dalam
kualitas dan kolegialitas sangat penting birokrasi telah terpupuk lama jauh
dilembagakan karna budaya menjadi berdasarkan sejarah panjang birokrasi di
fondasi yang diperlukan untuk Indonesia, sehingga tidaklah mudah untuk
membangun institusi.9 Budaya birokrasi di mengubahnya dengan cepat. Upaya
Indonesia yang merupakan penggabungan perubahan dan pembentukan nilai-nilai
nilai-nilai tradisional dan modern birokratisme baru lebih rasional,
tercermin secara nyata dalam perilaku profesionalisme, pasti dan
birokrasinya. Oleh karenaitu, birokrasi bertanggungjawab akhirnya terletak pada
Indonesia lebih tercerminkan percampuran kemampuan dan kesungguhan pemerintah.
antara karakteristik birokrasi Weberian Namun, reformasi birokrasi tidak hanya
dengan karakteristik birokrasi yang menitikberatkan pada gerak pemerintahs
berakar pada budaya lokal. Budaya seperti aja, seluruh komponen masyarakat dan
ini memberikan peluang pada munculnya swasta juga dapat mendukung reformasi
sikap dan perilaku paternalistik yang birokrasi ini sehingga effective governance
merugikan masyarakat secara luas. akan cepat tercapai, bila semua pihak
Budaya Paternalistik ini menempatkan dapat turut andil berperan dalam
pimpinan sebagai sentral kehidupan dan mendukung pencapaian tersebut. Jika
kegiatan birokrasi serta bersifat cenderung semua pihak dapat saling bergotong
semakin menguat dalam birokrasi royong memajukan birokrasi di Indonesia
Weberian yang sudah terlanjur mengakar seperti yang dicita-citakan maka
dalam kehidupan birokrasi
10 terwujudnya Indonesia Baru yang bersih
pemerintah. Selain itu, menurut Mas’oed serta bermartabat dimata dunia akan
tercapai sehingga akan memajukan bangsa
9 Indonesia itu sendiri tentunya
Dalam Dwiyanto, Agus. 2016. Memimpin Perubahan di
Birokrasi Pemerintah : Catatan Kritis
Seorang Akademisi. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
10
Dalam Dwiyanto, Agus. 2016. Memimpin Perubahan di
Birokrasi Pemerintah : Catatan Kritis Seorang
Akademisi. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Birokrasi Weberian menempatkan kekuasaan sebagai milik elit
bertemu dengan kuatnya nilai-nilai paternalisme, birokrasi
cenderung menciptakan simbol, nilai dan bahasa yang melekat
pada pemegang kekuasaan simbol, nilai, dan bahasa yang
melekat pada pemegang kekuasaan dan jabatan struktual.

335
WEDANA
Jurnal Pemerintahan, Politik dan Birokrasi
Vol. III Nomor 1 April 2017

DAFTAR PUSTAKA Hanafie, Haniah. “Strategi Reformasi Birokrasi”.


Jurnal Fisip UIN Jakarta (Tidak
Buku : diterbitkan)
Dwiyanto, Agus. 2008. Reformasi Birokrasi Publik Jafar AW, Muhammad. “Reformasi Birokrasi
di Indonesia : Seri Kajian Birokrasi. Ditingkat Desa (Studi Komparasi
Yogyakarta : Gadjah Mada Pelaksana Reformasi Birokrasi &
University Press. Pelayanan Publik di Desa
. 2016. Memimpin Perubahan di CadasariKecamatan Cadasari
Birokrasi Pemerintah : Catatan Kritis Kabupaten Pandeglang). Jurnal
Seorang Akademisi. Yogyakarta : Ilmiah Niagara, Vol. V, No. 4.
Gadjah Mada University Press. Desember 2013.
Poltak Sinambela, Lijan. 2011. Reformasi Dwi Tanti, Errica, dkk. “Pelaksanaan Reformasi
Pelayanan Publik : Teori, Kebijakan Birokrasi dalam Rangka Peningkatan
dan Implementasi. Jakarta : Bumi Pelayanan Perizinan Terpadu Kota
Aksara Pasuruan (Studi Pada Badan
Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik : Penanaman Modal & Pelayanan
Berbasis Dynamic Policy Analisys.
Perizinan Terpadu Kota Pasuruan).
Yogyakarta : Gava Media
Jurnal Administrasi Publik (JAP),
Zauhar, Soesilo. 2002. Reformasi Administrasi :
Konsep, Dimensi dan Strategi. Vol. 3, No. 1, hal. 16-21
Jakarta : Bumi Aksara Bahan Bacaan :
Jurnal : Transparency International Indonesia, edisi minggu
Agus Purwanto, Erwan. “Revitalisasi Birokrasi 19 Maret 2017 : Ayo Kita Kawal
Menuju Indonesia Baru : Pendekatan Kasus E-KTP. Diakses tanggal 26
Konseptual Administrasi Publik”, Maret 2017.
Vol. 4, No. 2, tahun 2005 : hal. 110- Transparency International Indonesia, edisi Rabu,
121. 25 Januari 2017 : Corruption
Muhtadi, Yudi. “Reformasi Birokrasi dalam Perception Index 2016, Terus
Peningkatan Daya Saing Ekonomi di Perkuat Integritas Sektor Publik,
Era Globalisasi Menuju Indonesia Dorong Integritas Bisnis Sektor
Unggul”. Jurnal Ilmiah Administrasi, Swasta.
Vol. 1, tahun 2015.

336
WEDANA
Jurnal Pemerintahan, Politik dan Birokrasi

Anda mungkin juga menyukai