Anda di halaman 1dari 17

REFARAT

KETUBAN PECAH DINI

Pembimbing:
dr. Budi Susetyo, Sp. OG

Disusun oleh:
Nur Azreen Binti Mohamad Hamid
112017111

HALAMAN SAMPUL
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI - BOGOR
PERIODE 12 JANUARI 2019 – 12 MARET 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA
Perdarahan Post Partum

LEMBAR PENGESAHAN

Refarat:
KETUBAN PECAH DINI

Disusun oleh :

Nur Azreeb Binti Mohamad Hamid


112017111

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Ilmu Kebidanan
dan Kandungan RSUD Ciawi
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Ciawi, 20 Februari 2019

dr. Budi Susetyo, Sp.OG

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana ii


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
RSUD Ciawi, Kabupaten Bogor
Periode 5 November 2018 - 12 Januari 2019
Perdarahan Post Partum

LEMBAR PENGESAHAN

Refarat:
KETUBAN PECAH DINI

Disusun oleh :
Nur Azreen Binti Mohamad Hamid
112017111
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
RSUD Ciawi
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Mengetahui,
Kepala SMF Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan

dr. Freddy Dinata, Sp.OG

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana iii


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
RSUD Ciawi, Kabupaten Bogor
Periode 5 November 2018 - 12 Januari 2019
Perdarahan Post Partum

Pendahuluan
Pengelolaan Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah yang masih kontroversial
dalam ilmu kebidanan. Pengelolaan yang optimal dan yang baku masih belum ada, selalu
berubah. KPD sering kali menimbulkan konsekuensi yang dapat menimbulkan morbiditas dan
mortalitas pada ibu maupun bayi terutama kematian perinatal yang cukup tinggi. Kematian
perinatal yang cukup tinggi
ini antara lain disebabkan karena kematian akibat kurang bulan, dan kejadian infeksi
yang meningkat karena partus tak maju, partus lama, dan partus buatan yang sering dijumpai
pada pengelolaan kasus KPD terutama pada pengelolaan konservatif.1,2
Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera bersikap aktif
terutama pada kehamilan yang cukup bulan, atau harus menunggu sampai terjadinya proses
persalinan, sehingga masa tunggu akan memanjang berikutnya akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya infeksi. Sedangkan sikap konservatif ini sebaiknya dilakukan pada
KPD kehamilan kurang bulan dengan harapan tercapainya pematangan paru dan berat badan
janin yang cukup.1,2
Ada 2 komplikasi yang sering terjadi pada KPD, yaitu : pertama, infeksi, karena
ketuban yang utuh merupakan barier atau penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi.
Dengan tidak adanya selaput ketuban seperti pada KPD, flora vagina normal yang ada bisa
menjadi patogen dan akan membahayakan baik pada ibu maupun pada janinnya. Oleh karena
itu membutuhkan pengelolaan yang agresif seperti diinduksi untuk mempercepat persalinan
dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan resiko terjadinya infeksi; kedua, adalah
kurang bulan atau prematuritas, karena KPD sering terjadi pada kehamilan kurang bulan.
Masalah yang sering timbul pada bayi yang kurang bulan adalah gejala sesak nafas atau
respiratory Distress Syndrom (RDS) yang disebabkan karena belum matangnya paru.1

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 1


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
RSUD Ciawi, Kabupaten Bogor
Periode 5 November 2018 – 12 Januari 2019
Perdarahan Post Partum

Anatomi & Fisiologi


a. Selaput Ketuban
Selaput ketuban (selaput janin) terdiri dari amnion dan korion. Amnion adalah
membran yang paling dalam dan berdampingan dengan cairan amnion. Struktur avascular
khusus ini memiliki peran penting dalam kehamilan pada manusia. Amnion adalah jaringan
yang menentukan hampir semua kekuatan regang membran janin. Dengan demikian,
pembentukan komponen–komponen amnion yang mencegah ruptur atau robekan sangatlah
penting bagi keberhasilan persalinan.1,3
Amnion (selaput ketuban) merupakan membran internal yang membungkus janin dan
cairan ketuban. Selaput ini licin, tipis, ulet, dan transparan. Selaput amnion melekat erat pada
korion (sekalipun dapat dikelupas dengan mudah). Selaput ini menutupi permukaan fetal
plasenta sampai pada insersio tali pusat dan kemudian berlanjut sebagai pembungkus tali pusat
yang tegak lurus hingga umbilicus janin. Sedangkan korion merupakan membran eksternal
yang berwarna putih dan terbentuk vili – vili sel telur yang berhubungan dengan desidua
kapsularis. Selaput ini berlanjut dengan tepi plasenta dan melekat pada lapisan uterus.3

Gambar 1. Selaput amnion dan korion.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
RSUD Ciawi, Kabupaten Bogor
Periode 5 November 2018 – 12 Januari 2019
Perdarahan Post Partum

b. Cairan Amnion

 Volume cairan amnion


Cairan yang normalnya jernih dan menumpuk di dalam rongga amnion ini akan
meningkat jumlahnya seiring dengan perkembangan kehamilan sampai menjelang aterm, saat
terjadi penurunan volume cairan amnion pada banyak kehamilan normal.1,3
Volume cairan amnion pada hamil aterm sekitar 1000 – 1500 ml, warna putih, agak
keruh serta mempunyai bau yang khas, agak amis dan manis. Cairan ini mempunyai berat jenis
1.098 terdiri atas 98% air. Sisanya terdiri atas garam anorganik serta bahan organik dan bila
diteliti dengan benar terdapat rambut lanugo, sel – sel epitel dan verniks kaseosa. Protein
ditemukan rata–rata 2,6% g per liter, sebagian besar sebagai albumin.1,3

Tabel 1. Volume cairan amnion yang lazim (Cunningham, 2006)


Minggu Janin (g) Plasenta (g) Cairan Persen
gestasi amnion (ml) cairan
16 100 100 200 50
28 1000 200 1000 45
36 2500 400 900 24
40 3300 500 800 17

Beberapa fungsi dari cairan amnion :


1. Proteksi : melindungi janin terhadap trauma dari luar
2. Mobilisasi : memungkinan ruang gerak bagi janin
3. Homeostasis : menjaga keseimbangan suhu dan lingkungan asam basa dalam rongga
amnion untuk suasana yang optimal bagi janin
4. Mekanik : menjaga keseimbangan tekanan dalam seluruh ruangan intrauterine
5. Pada persalinan : membersihkan atau melicinkan jalan lahir dengan cairan steril sehingga
melindungi bayi dari kemungkinan infeksi jalan lahir.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 3


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
RSUD Ciawi, Kabupaten Bogor
Periode 5 November 2018 – 12 Januari 2019
Perdarahan Post Partum

Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
mulai dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi
pada hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu, kejadiannya tidak terlalu
banyak. 3,4

1. Pecahnya ketuban sebelum inpartu atau sebelum timbulnya persalinan minimal lebih dari
1 jam sebelum inpartu.

2. Pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila diameter serviks pada primigravida < 3 cm
dan multi gravida <5 cm.

3. Pecahnya selaput ketuban secara spontan pada umur kehamilan > 28 minggu sebelum
waktu persalinan, dan dibagi menjadi dua :

- PROM  (prelabour rupturs of the membranes); pecahnya selaput ketuban pada usia
kehamilan > 37 minggu sebelum waktu persalinan.

- PPROM  (preterm prelabour rupturs of the membranes); pecahnya selaput ketuban


pada usia kehamilan < 37 minggu.

Arti klinis ketuban pecah dini adalah :3,4,6

 Bila bagian terendah janin masih belum masuk pintu atas panggul maka kemungkinan
terjadinya prolaps tali pusat atau kompresi tali pusat menjadi besar.

 Peristiwa KPD yang terjadi pada primigravida hamil aterm dengan bagian terendah
yang masih belum masuk pintu atas panggul seringkali merupakan tanda adanya
gangguan keseimbangan feto pelvik.

 KPD seringkali diikuti dengan adanya tanda – tanda persalinan sehingga dapat memicu
terjadinya persalinan preterm dengan segala akibatnya.

 Peristiwa KPD yang berlangsung lebih dari 24 jam (prolonged rupture of membrane)
seringkali disertai dengan infeksi intrauterine dengan segala akibatnya.

 Peristiwa KPD dapat menyebabkan oligohidramnion dan dalam jangka panjang,


kejadian ini akan mengakibatkan hilangnya fungsi amnion bagi pertumbuhan dan
perkembangan janin.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 4


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
RSUD Ciawi, Kabupaten Bogor
Periode 5 November 2018 – 12 Januari 2019
Perdarahan Post Partum

Insidensi
Ketuban pecah dini dapat terjadi pada kehamilan aterm (8%), preterm (1-3%), dan pada
midsemester kehamilan (<1%). Secara umum, insidensi dari KPD terjadi sekitar 7 – 12 % dari
semua kehamilan.3,4
Sekitar 8-10% pasien ketuban pecah dini memiliki risiko tinggi infeksi intrauterine
akibat interval antara ketuban pecah dan persalinan yang memanjang. Ketuban pecah dini
berhubungan dengan 30 hingga 40% persalinan preterm dimana sekitar 75% pasien akan
mengalami persalinan satu minggu lebih dini dari jadwal.3

Etiologi
Etiologi dari KPD masih belum jelas, bisa dikarenakan faktor selaput ketuban itu
sendiri (berkurangnya kekuatan ketuban) atau faktor infeksi yang menyebabkan peningkatan
tekanan intrauterin.1,3
Karena etiologinya yang belum jelas maka tindakan preventif tidak dapat dilakukan,
kecuali dalam upaya untuk menekan terjadinya infeksi.

Faktor predisposisi terjadinya KPD3,4,7

1. Faktor selaput ketuban itu sendiri  Selaput ketuban yang kurang elastis dan tipis
2. Adanya infeksi yang terjadi secara langsung mengenai selaput ketuban maupun ascenden
dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban seperti:
- Chorioamnionitis
- Phyelonefritis
- Sistitis
- Cervisitis
- Vaginitis
3. Kelainan kehamilan :
- cervix incompeten menyebabkan dinding ketuban paling bawah mendapat tekanan
paling tinggi
- cephalo-pelvic disproportion
- Peduncular abdomen (perut gantung)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 5


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
RSUD Ciawi, Kabupaten Bogor
Periode 5 November 2018 – 12 Januari 2019
Perdarahan Post Partum

- kelainan letak janin (letak sungsang), sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran
bagian bawah
- hidramnion, kehamilan ganda
Overdistensi uterus mengakibatkan selaput ketuban menjadi lebih tipis
4. Trauma dan tekanan intra abdominal
5. Faktor lain ;
- Umur, usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat daripada ibu
muda
- Paritas (multipara, grandemultipara). Pada kehamilan yang terlalu sering akan
mempengaruhi proses embryogenesis sehingga selaput ketuban yang terbentuk akan
lebih tipis yang akan menyebabkan selaput ketuban pecah sebelum tanda – tanda
inpartu.
- Merokok selama kehamilan
- Defisiensi gizi dari tembaga dan vitamin C
- Riwayat KPD sebelumnya

Patofisiologi
Patofisiologi KPD berkaitan dengan adanya faktor predisposisi.:

1. Faktor selaput ketuban


Membran ketuban memiliki karakteristik kemampuan suatu material viscoelastis.
Dimana jika ada tekanan internal saat persalinan dan juga adanya infeksi membuat
membran menjadi lemah dan rentan  membran pecah.1,3

2. Faktor infeksi
Pada infeksi dan inflamasi terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin 
menghasilkan kolagenase jaringan  sehingga terjadi depolimerase kolagen pada
selaput korion/amnion  menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah
spontan.3,4

3. Faktor trauma dan tekanan intra abdominal


Adanya stress material dan fetal menyebabkan peningkatan pelepasan plasental
corticotropin releasing hormon (CRH), sehingga terjadi pembentukan enzim matriks
metalloproteinase (MMP)  ketuban pecah.3,6,7

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 6


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
RSUD Ciawi, Kabupaten Bogor
Periode 5 November 2018 – 12 Januari 2019
Perdarahan Post Partum

Diagnosa

 Data subyektif:
Anamnesa:
 Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak secara
tiba-tiba dari jalan lahir, tidak dapat ditahan, terus menerus. Cairan berbau khas, dan
perlu juga diperhatikan warna cairan tersebut, his belum teratur atau belum ada, dan
belum ada pengeluaran lendir darah. Dari anamnesis 90% sudah dapat mendiagnosa
KPD secara benar.1,3
 Jika sudah terjadi infeksi intra partum (misalnya amniontis) didapat keluhan demam
tinggi, nyeri abdomen dan keluar cairan pervaginam berbau.3
 Riwayat haid
Ketuban pecah sebelum taksiran kelahiran. Umur kehamilan diperkirakan dari hari haid
terakhir.3,4

 Data objektif :
Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan umum:
 Periksa tanda-tanda vital pasien yaitu kesadaran, tekanan darah, nadi, pernafasan
dan suhu badan. Apakah ada tanda infeksi, seperti suhu badan meningkat dan nadi
cepat.4,5

 Pemeriksaan abdomen :
 Uterus lunak dan tidak nyeri tekan. Tinggi fundus uteri (TFU) harus diukur dan
dibandingkan dengan tinggi yang diharapkan menurut haid terakhir
 Denyut jantung janin normal yaitu 120-160 x/menit.3,4

 Pemeriksaan obstetrik3-5
 Memeriksa adanya cairan yang keluar pervaginam yang berisi meconium, verniks
kaseosa, rambut lanugo, dan tidak berbau.
 Dengan inspekulo;
a. Lihat dan perhatikan apakah air ketuban memang keluar dari kanalis servikalis
dan apakah ada bagian yang pecah

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 7


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
RSUD Ciawi, Kabupaten Bogor
Periode 5 November 2018 – 12 Januari 2019
Perdarahan Post Partum

b. Keadaan umum dari serviks, juga dinilai dilatasi dan pendataran dari serviks,
adanya prolaps tali pusat atau tidak, dan nilai ekstremitas bayi.
c. Pooling pada cairan amnion dari forniks posterior
 Pemeriksaan dalam; (tidak dianjurkan)
a. Didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi.
Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu dipertimbangkan,
pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan, tidak perlu
diadakan pemeriksaan dalam karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari
pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina
yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen.
Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan kalau KPD yang sudah dalam
persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan, dan bila akan dilakukan
penanganan aktif (terminasi kehamilan), dan dibatasi sedikit mungkin.

 Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH nya.
Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine atau sekret
vagina.

1. Tes Lakmus (tes Nitrazin).


 yaitu dengan memeriksa kadar keasaman cairan vagina. Kertas mustard emas
yang sensitiv, pH ini akan berubah menjadi biru tua pada keberadaan bahan
basa. pH normal vagina selama kehamilan adalah 4,5-5,5, pH cairan amniotik
adalah 7-7,5. Tempatkan sepotong kertas nitrazin pada mata pisau spekulum
setelah menarik spekulum dari vagina, jika kertas lakmus merah berubah
menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). Darah dan infeksi
vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu. 1,3,6
2. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun
pakis.1,3

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 8


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
RSUD Ciawi, Kabupaten Bogor
Periode 5 November 2018 – 12 Januari 2019
Perdarahan Post Partum

 Pemeriksaan penunjang
 USG: untuk menilai jumlah air ketuban (Amniotic Fluid Index), menentukan umur
kehamilan, letak plasenta, letak janin dan berat janin.3
 Amniosentesis: cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi
kematangan paru janin {(rasio L/S: Fosfatidilgliserol, fosfatidi (kolin jenuh)}.
Pewarnaan gram dan hitung koloni kuantitatif membuktikan adanya infeksi
intrauterine.4,6
 Protein C-reaktif: peningkatan protein C-reaktif serum menunjukan peringatan awal
koriomnionitis.7

Komplikasi

Pengaruh KPD pada kehamilan :


1. timbulnya persalinan  Masa laten merupakan waktu dari ketuban pecah sampai
mulainya persalinan. Makin tua kehamilan maka masa latennya makin pendek. Dan
makin muda umur kehamilan maka makin panjang pula masa latennya. Persalinan
spontan dapat terjadi < 24 jam pada 80%-85% kehamilan aterm dan 50% kehamilan
prematur.3
2. lamanya persalinan  lamanya persalinan menjadi lebih pendek yaitu; pada
primigravida ±9 jam dan pada multigravida ±6 jam.1,3

Pengaruh KPD pada janin :


1. Prematuritas, pada prematuritas dapat terjadi komplikasi pada bayi yaitu:
- Prolaps tali pusat, asfiksia neonatorum
- respiratory distress sindrom (RDS)
- Sindroma deformitas fetal  growth retardation, hipoplasia paru-paru, deformitas
muka dan tubuh karena kompresi. 1,3

2. Infeksi intra uterin.


Pada infeksi intra partum janin terinfeksi lebih dulu dibandingkan ibu, infeksi ini terjadi
karena adanya infeksi asendens dari vagina ke intra uterin (khorioamniositis). Infeksi yang
dapat terjadi pada janin yaitu: pneumonia, septikemia, infeksi saluran kemih,
konjungtivitis. Bila terjadi infeksi pada janin didapatkan suhu tubuh ibu meningkat dan DJJ
meningkat (fetal distress).1,3,4

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 9


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
RSUD Ciawi, Kabupaten Bogor
Periode 5 November 2018 – 12 Januari 2019
Perdarahan Post Partum

3. Peningkatan morbiditas dan mortilitas janin.


Prematuritas, intra uterin fetal disstres, infeksi dan masa laten yang meningkat dapat
meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas janin.3,4
Pada masa laten yang lama terjadi peningkatan angka kematian janin. Dimana bila masa
laten > 12jam maka terjadi peningkatan 4-6% angka kematian janin. Bila > 24 jam
meningkat 2 x lipat dan > 48 jam meningkat 4x lipat.3,6

Pengaruh KPD pada ibu : 2,3,5


1. infeksi partial
2. infeksi nifas (puerpuralis)
3. peritonitis, septikemia
4. dry labor
5. prolonged labor (partus lama)
6. atonia uteri
7. chorioamnionitis, endometritis
8. kematian ibu karena septikemia

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 10


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
RSUD Ciawi, Kabupaten Bogor
Periode 5 November 2018 – 12 Januari 2019
Perdarahan Post Partum

Penatalaksanaan
Dalam penatalaksanaan ketuban pecah dini ada beberapa hal dasar yang harus
dilakukan sebelum melakukan tindakan yaitu:
 Memastikan diagnosis
 Menentukan usia kehamilan
 Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin
 Tanda-tanda inpartu dan gawat janin
Penderita dengan kemungkinan ketuban pecah dini harus masuk rumah sakit untuk
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Jika pada perawatan, air ketuban berhenti keluar maka
pasien dapat pulang untuk rawat jalan. Bila terdapat persalinan dalam kala aktif,
korioamnionitis dan gawat janin maka kehamilan diterminasi. Bila ketuban pecah pada
kehamilan prematur, maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih komprehensif. Secara
umum, penatalaksanaan pasien ketuban pecah dini yang tidak dalam persalinan serta tidak ada
infeksi dan gawat janin, penatalaksanaanya bergantung pada usia kehamilan.3,6,7
Secara umum, terdapat 2 jenis penanganan dan penatalaksanaan pada kasus ketuban
pecah dini yaitu:
a. Konservatif 1,3,5
Rawat di Rumah Sakit, berikan antibiotik (ampicilin atau eritromisin 4 x 500 mg) dan
metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
 Jika usia kehamilan < 32 – 34 minggu maka pasien dirawat selama air ketuban
masih keluar atau sampai air ketuban tidak lagi keluar.
 Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi dan tes
busa negatif maka diberikan dexametason IM 5mg setiap 6 jam sebanyak 4x,
observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi kehamilan
pada usia kehamilan 37 minggu.
 Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi maka
berikan tokolitik (salbutamol), dexametason IM 5mg setiap 6 jam sebanyak 4x
dan induksi persalinan setelah 24 jam.
 Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu dan ada infeksi maka beri antibiotik dan
lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi
intra uterin).
Pada usia kehamilan 32 – 37 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru
janin dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 11
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
RSUD Ciawi, Kabupaten Bogor
Periode 5 November 2018 – 12 Januari 2019
Perdarahan Post Partum

b. Aktif1,3,5
 Pada kehamilan ≥ 37 minggu dan taksiran berat janin (TBJ) ≥ 2500 gram,
keadaan ibu dan janin baik, skor pelvic ≥ 5 dan ICA > 5 maka dilakukan induksi
dengan oksitosin. Dapat pula diberikan misoprostol 25µg - 50µg intravaginal
tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila gagal maka dilakukan seksio sesarea.
 Pada kehamilan ≥ 37 minggu dan taksiran berat jangin (TBJ) ≥ 2500 gram, skor
pelvic < 5, ICA ≤ 5, keadaan ibu dan janin kurang baik ( terdapat tanda-tanda
infeksi intra partum, NST non-reaktif atau CST positif, terdapat indikasi
obstetrik) dan ketuban pecah ≥ 12 jam maka berikan antibiotik dosis tinggi dan
kehamilan diakhiri dengan seksio sesarea.

Bagan 1. Tatalaksana Ketuban Pecah Dini

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 12


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
RSUD Ciawi, Kabupaten Bogor
Periode 5 November 2018 – 12 Januari 2019
Perdarahan Post Partum

Tabel 2. Tatalaksana Ketuban Pecah Dini.

Prognosis

Prognosis pada ketuban pecah dini sangat bervariatif tergantung pada:


 Usia kehamilan
 Adanya infeksi / sepsis
 Faktor resiko / penyebab
 Ketepatan diagnosis awal dan penatalaksanaan
Prognosis dari KPD tergantung pada waktu terjadinya, lebih cepat kehamilan, lebih
sedikit bayi yang dapat bertahan. Bagaimanapun, umumnya bayi yang lahir antara 34-37
minggu mempunyai komplikasi yang tidak serius dari kelahiran prematur.3

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 13


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
RSUD Ciawi, Kabupaten Bogor
Periode 5 November 2018 – 12 Januari 2019
Perdarahan Post Partum

Kesimpulan
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetrik berkaitan
dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang
meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.
Beberapa peneliti melaporkan insidensi KPD berkisar antara 8 – 10 % dari semua
kehamilan. Hal ini menunjukkan, KPD lebih banyak terjadi pada kehamilan yang cukup bulan
dari pada yang kurang bulan, yaitu sekitar 95 %, sedangkan pada kehamilan tidak cukup bulan
atau KPD pada kehamilan preterm terjadi sekitar 34 % semua kelahiran prematur.
Pengelolaan Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah yang masih kontroversial

dalam kebidanan. Pengelolaan yang optimal dan yang baku masih belum ada, selalu berubah.

Protokol pengelolaan yang optimal harus mempertimbangkan adanya infeksi dan usia gestasi
serta faktor-faktor lain seperti fasilitas serta kemampuan untuk merawat bayi yang kurang
bulan. Meskipun tidak ada satu protokol pengelolaan yang dapat untuk semua kasus KPD,
tetapi harus ada panduan pengelolaan yang strategis, yang dapat mengurangi mortalitas
perinatal dan dapat menghilangkan komplikasi yang berat baik pada anak maupun pada ibu.

Daftar Pustaka
1. Anonym, 2004. High Risk Pregnancy-Premature Rupture of Membrane (PROM)/Preterm
Premature Rupture of Membrane (PPROM). Univercity of Virginia. USA.
2. Prawirohardjo. S. Ilmu Kebidanan. Ed. III, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2008.
3. Prawirohardjo. S. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002.
4. Marjono, Anthonius. 1992. Ketuban Pecah Dini dan Infeksi Intrapartum. FKUI. Jakarta.
5. Medina, Tanya M and Hill D. Ashley. 2006. Preterm Premature Rupture of Membrane:
Diagnosis and Management. American Familiy Physician. Orlando Florida.
6. Premature Rupture of The Membranes. http//www.eMedicine.com.
7. Premature Rupture of The Membranes with Intrauterine Spread. http//lpig.doe report.com.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 14


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
RSUD Ciawi, Kabupaten Bogor
Periode 5 November 2018 – 12 Januari 2019

Anda mungkin juga menyukai