PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
lahir (ostium uteri internum). Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya
jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu1 :
1. Plasenta previa totalis, bila seluruh pembukaan jalan lahir tertutup oleh
plasenta.
2. Plasenta previa lateralis, bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir
tertutup oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis, bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan jalan lahir.
4. Plasenta previa letak rendah, bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir
pembukaan jalan lahir.
3
2.4. Penilaian dan Persiapan Pasien Pra-anestesi4
Anamnesis Pra-anestesi
1. Apakah pasien pernah mendapatkan anestesi sebelumnya.
2. Apakah pasien memiliki alergi terhadap obat obatan tertentu.
3. Apakah pasien merokok atau tidak. Karena harus dihentikan 2 minggu
sebelumnya untuk eliminasi nikotin yang mempengaruhi sistem
kardiosirkulasi dan untuk mengaktifkan silia jalan pernafasan serta
mengurangi produksi sputum.
4. Apakah pasien seorang peminum alkohol karena dapat dicurigai akan
adanya penyakit hepar.
4
2.7. Klasifikasi Status Fisik4
Klasifikasi fisik ini bukan prakiraan resiko anestesi, karena dampak samping
anestesi tidak dapat dipisahkan dari dampak samping pembedahan. Menurut ASA
(The American Society of Anesthesiologist), klasifikasi status fisik dibagi menjadi
5 kelas, yaitu :
1. Kelas I
Pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia.
2. Kelas II
Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang.
3. Kelas III
Pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga aktivitas rutin terbatas.
4. Kelas IV
Pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukan aktivitas rutin
dan penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap saat.
5. Kelas V
Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan hidupnya
tidak akan lebih dari 24 jam.
6. Cito atau Emergency
Biasanya dicantumkan huruf E.
7. Donor Organ
5
2.9. Teknik Anestesi4
Menurut American College of Obstetricians and Gynocologist and American
Society of Anestesiologist (ASA) teknik anestesi yang direkomendasikan untuk
pembedahan pada Sectio Secarea adalah anestesi regional. Sedangkan general
anestesi dipersiapkan bila regional anestesi mengalami kendala.
2.10.1. Definisi
Merupakan teknik anestesi blok sentral dengan memasukan zat anestesi local
(bupivacain ®Regivell) dengan dosis 3-4 ml (20 mg / 4 ml) ke ruang
subarachnoid biasa L3-L4 atau L4 – L5.
2.10.2. Indikasi
1. Bedah obsetri-ginekologi
2. Bedah panggul
3. Bedah ekstremitas bawah
4. Bedah abdomen bawah
5. Bedah sekitar rectum perineum
6. Bedah urologi.
6
2.10.4. Kontra Indikasi Relatif
1. Infeksi sistemik
2. Infeksi sekitar tempat suntikan
3. Kelainan neurologis
4. Kelainan psikis
5. Bedah lama
6. Penyakit jantung
7. Hipovolemia ringan
8. Nyeri punggung kronik.
7
2.10.7. Keuntungan
1. Sedikit mendepresi janin
2. Pasien sadar
3. Pernafasan spontan.
2.10.8. Kerugian
1. Dapat menurunkan tekanan darah, nadi dan kontraksi jantung
2. Dapat menyebabkan muat muntah.
8
kelubang jarum tersebut. Jika menggunakan jarum tajam (Quincke-
Babcock) irisan jarum (bevel) harus sejajar dengan serat duramater, yaitu
pada posisi tidur miring bevel mengarah keatas atau kebawah, untuk
menghindari kebocoran likuor yang dapat berakibat timbulnya nyeri
kepala pasca spinal. Setelah resensi menghilang, mandrin jarum spinal
dicabut dan keluar likuor, pasang semprit berisi obat dan obat dapat
dimasukkan pelan-pelan (0,5ml/detik) diselingi aspirasi sedikit, hanya
untuk meyakinkan posisi jarum tetap baik.
6. Posisi duduk sering dikerjakan untuk bedah perineal misalnya bedah
hemoroid (wasir) dengan anestetik hiperbarik. Jarak kulit-ligamentum
flavum dewasa ± 6cm.
Posisi
Posisi Duduk
Pasien duduk di atas meja operasi.
Dagu di dada.
Tangan istirahat di lutut.
Posisi Lateral
Bahu sejajar dengan meja operasi.
Posisikan pinggul di pinggir meja operasi.
Memeluk bantal/knee chest position.
9
o Kecepatan : penyuntikan yang cepat menghasilkan batas anestesi yang
tinggi. Kecepatan penyuntikan yang dianjurkan: 3 detik untuk 1 ml
larutan.
o Maneuver valsava : mengejan meninggikan tekanan liquor serebrospinal
dengan akibat batas anestesi bertambah tinggi.
o Tempat pungsi: pengaruhnya besar pada L4-5 obat hiperbarik cenderung
berkumpul ke kaudal (saddle blok) pungsi L2-3 atau L3-4 obat cenderung
menyebar ke cranial.
o Berat jenis larutan: hiper, iso atau hipobarik.
o Tekanan abdominal yang meningkat : dengan dosis yang sama didapat
batas anestesi yang lebih tinggi.
o Tinggi pasien: makin tinggi makin panjang kolumna vertebralis makin
besar dosis yang diperlukan (BB tidak berpengaruh terhadap dosis obat).
o Waktu: setelah 15 menit dari saat penyuntikan, umumnya larutan analgetik
sudah menetap sehingga batas anestesi tidak dapat lagi diubah dengan
posisi pasien.
10
3. Bupivakaine (markaine) 0.5% dalam air : berat jenis 1.005, sifat isobaric,
dosis 5-20mg
4. Bupivakaine (markaine) 0.5% dalam dextrose 8.25% : berat jenis 1.027,
sifat hiperbarik, dosis 5-15mg (1-3ml)
11
Efek samping = Hipotensi, sakit kepala, retrograde amnesia,
bermimpi, gerakan tonik/klonik
Onset kerja = 10 – 20 menit
Sediaan = 5 mg / ml diencerkan dengan NaCl (1:4)
Dosis = 1 - 2,5 mg, max 5 mg
Pre-operatif 0,07 – 0,08 mg / kgBB
Induksi 0,3 – 0,35 mg / kgBB
Premedikasi 0,15 – 0,35 mg / kgBB
Maintanance 0,02 – 0,1 mg / kgBB
Oxytocin ® Pitogin
Indikasi = Induksi persalinan, inertia uterin, aborsi inkomplit,
perdarahan pasca persalinan
Kontra indikasi = Hipersensitif terhadap obat
Disproporsi selafopelvik (CPD)
Posisi / presentasi janin yang tidak menguntungkan
Plasenta dan vasa previa
12
Efek samping = Reaksi analfilatik, aritmia jantung, mual muntah,
hematoma pelvik
Sediaan = 10 mg / ml
Dosis = Perdarahan pasca persalinan 10 unit (1cc) setelah
keluarnya plasenta
Abortus inkomplit 10 menit dalam dextrose 5% 20 –
40 TPM
13
Efedrin HCl
Indikasi = Menaikkan heart rate, tekanan darah dan suhu
Kontra indikasi = Mempunyai penyakit jantung, aritmia, hipertiroid,
diabetes
Efek samping = Pusing, sakit kepala, mual, muntah,
Sediaan = 50 mg / ml (diencerkan dengan aquades 1:9)
Dosis = 0,8 – 1,6 mg / kgBB / hari
Ondansentron HCl
Indikasi = Mual dan muntah
Kontra indikasi = Hipersensitif terhadap obat
Masa kehamilan (teratogenik)
Efek samping = Sakit kepala, diare
Lama kerja = 3 jam
Sediaan = 4 mg / 2 ml
Dosis = 4 mg
Ketorolac
Indikasi = Analgesik jangka pendek post operatif untuk nyeri
tingkat sedang dan berat
Kontra indikasi = Hipersensitif terhadap obat golongan NSAID
Ulkus peptikum, penyakit cerebrovaskuler, diatesis
perdarahan, asma, bronkospasme, hipovolemi,
gangguan fungsi ginjal
Diberikan pada pra-operatif karena resiko
perdarahan
Efek samping = Dispepsia, gangguan saluran pencernaan, mual,
sakit kepala, diare, nyeri pada tempat suntikan
Sediaan = 30 mg / ml (diencerkan dengan aquades 1:2)
Dosis = 10 – 30 mg / hari. Max 90 mg / hari
14
2.11. Post-Operatif Sectio Cesarea4,5
Pasien post operasi harus dipantau sampai pasien pulih dari anestesia.
Adapun skala pulih dari Anestesia yaitu :
Nilai 2 1 0
Kesadaran Sadar, orientasi Dapat dibangunkan Tidak dapat
baik dibangunkan
Warna Merah muda, Pucat atau Sianosis
Tanpa O2, SaO2 > kehitaman Dengan O2, SaO2
92% Perlu O2 agar SaO2 tetap < 90 %
> 90 %
Aktifitas 4 ekstremitas 2 ekstremitas gerak Tak ada
bergerak ekstremitas yang
bergerak
Respirasi Dapat nafas dalam Nafas dangkal Apneu atau
batuk Sesak nafas obstruksi
Kardiovaskuler Tekanan darah Berubah 20 – 30 % Berubah > 50 %
berubah < 20 %
Kriteria sadar dari anestesi jika nila 9-10
Adapun tekanan darah, nadi, SaO2 harus terus dimonitoring selama pasien
belum pulih dari anestesi. Terapi cairan diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan
basal yaitu :
o 4 ml / kgBB / jam untuk 10 kg pertama
o 2 ml / kgBB / jam untuk 10 kg kedua
o 1 ml / kgBB / jam untuk sisa berat badan
15
BAB III
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Linda Wati
Umur : 23 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status :-
Tin mggi / Berat badan : 148 cm / 67 kg
No RM : 01-04-17-71
Alamat : Binjai
MRS : 11 November 2017
Tanggal Operasi : 13 November 2017
16
dengan diagnosa sekundi gravida + KDR (36-38) minggu + plasenta
previa totalis + previous SC 1x + persentase bokong + anak hidup.
E. Riwayat Kebiasaan
Merokok : disangkal
Minum alkohol : disangkal
Narkotik : disangkal
Olahraga :-
17
III. Keadaan Pra Bedah
B1 (Breath)
Airway : Clear
Frekuensi pernafasan : 20 x/i
Suara pernafasan : Vesikuler
Suara tambahan : (-)
Riwayat asma/sesak/batuk/alergi : -/-/-/-
B2 (Blood)
Akral : Hangat/merah/kering
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekuensi nadi : 92 x/i
T/V : Cukup
Temperatur : 36,5oC
Konj.palp inferior pucat/hiperemis/ikterik : -/-/-
B3 (Brain)
Sensorium : Compos mentis
RC : +/+
Pupil : Isokor
Reflek fisiologis : +/+
Reflek patologis : -/-
Riwayat kejang/ muntah proyektil/ nyeri kepala/ pandangan kabur : -/ -/ -/ -
B4 (Bladder)
Urine :+
Volume : Cukup
Warna : Kuning jernih
Kateter :-
18
B5 (Bowel)
Abdomen : Membesar Simetris
Peristaltic :+
Mual/Muntah : +/-
BAB/Flatus : +/+
NGT :-
B6 (Bone)
Fraktur :-
Luka bakar :-
Oedem :-
19
APTT
Kontrol : 28,8”
Pasien : 23,9”
Kimia Klinik
SGOT (AST) : 17,2 mU/dl (N : 0-40 mU/dl)
SGPT (ALT) : 12,45 mU/dl (N : 0-40mU/dl)
Albumin : 3,00 (N : 3,6-5.0 g/dL)
Ureum : 12,00 mg/dl (N : 10-50 mg/dl)
Creatinin : 0,62 mg/dl (N : 0,6-1,2 mg/dl)
Asam Urat : 3,13 mg/dL (N : 3,50-7.00)
Glukosa Darah adr : 100,00 mg/dl (N : <140 mgdl)
V. DIAGNOSIS KERJA
sekundi gravida + KDR (36-38) minggu + plasenta previa totalis + previous
SC 1x + persentase bokong + anak hidup.
20
VI. PENGGOLONGAN STATUS FISIK PASIEN MENURUT ASA
ASA II (Anemia)
Anestesi
- Persiapan pasien
21
- Pemasangan tensimeter di lengan kiri
- Pemasangan oksimetri di ibu jari kiri pasien
- Pemasangan elektroda pengukuran frekuensi nadi dan frekuensi
nafas
Teknik anestesi : pasien posisi LLD kepala dan kedua kaki ditekuk kea
rah dada identifikasi lapangan anestesi (L3-L4) desinfeksi dengan
povidon iodine dan alcohol insersi dengan jarum spinocain 25G
menembus cutis subcutis ligamentum supraspinosum ligamentum
interspinosum ligamentum flavum CSF (+) barbotase (+)
injeksi bupivacaine 20 mg atur tinggi blok (Th10)
Perdarahan
o Kassa basah : 25 x 10 = 250 cc
o Kassa ½ basah : 15 x 5 = 75 cc
o Suction : 500 cc
o Handuk :-
KETERANGAN TAMBAHAN
- Diagnosis pasca bedah : post SC a/i sekundi gravida + KDR (36-38)
minggu + plasenta previa totalis + previous SC 1x + persentase
bokong + anak hidup
- Lama anastesi : 09.00-11.25
- Lama operasi : 09.15-11.10
- EBV : 60 x 67 = 4020
- EBL : 10% = 402 cc, 20 % = 804 cc, 30% = 1.206 cc
22
INSTRUKSI POST OPERASI
o Injeksi Ketorolac 30 mg / 8 jam
o Injeksi Ceftriaxone 1 g / 12 jam
o Injeksi Ranitidine 50 mg / 8 jam
o Antibiotik dan terapi lain sesuai TS Bedah
o O2 1-2l/i
o Pantau Vital sign per 15 menit selama 2 jam di RR
o Cek Hb, bila Hb < 7 lapor ke dokter jaga
o TD < 90 mmHg atau > 160 mmHg, HR <60x/i atau HR >120 x/i, RR
<10 x/i atau >32x/i, T <35ºC, atau T >38ºC, lapor dokter jaga
o Pantau urin output, bila <0,5cc/kgBB/jam, lapor dokter jaga
23
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Sectio Secarea pada umumnya merupakan suatu tindakan yang harus segera
dilakukan demi keselamatan ibu hamil dan janinnya karena sulit dilakukan
persalinan pervaginam, walaupun demikian sedapat mungkin persiapan pra
anestesi tetap dilakukan untuk mempermudah induksi anestesi dan mencegah hal
yang tidak diinginkan.
Teknik Anestesi yang direkomendasikan oleh American College of
Obstetricians and Gynocologist and American Society of Anestesiologist (ASA)
untuk section secarrea adalah Regional Anestesi (Spinal Anestesi) karena lebih
sedikit mendepresi janin sedangkan teknik general anestesi baik secara inhalasi
maupun intravena tetap dipersiapkan untuk bila regional anestesi mengalami
kesulitan ataupun kegagalan anestesi ataupun operasi section secarea berlangsung
lebih lama dari yang direncanakan.
Teknik regional anestesi mempunyai beberapa efek samping diantaranya
yang paling sering terjadi adalah hipotensi dan mual muntah, untuk itu perlu
disediakan obat untuk mengatasi hal tersebut.
24
DAFTAR PUSTAKA
25