Anda di halaman 1dari 20

Presentasi Kasus dan Portofolio

KASUS MEDIKOLEGAL
MULTIPLE VULNUS EXORIATUM
CARA MEMBUAT VISUM ET REPERTUM YANG TEPAT

Oleh:
Dr. Asri Indriyani Putri

Pendamping:
Dr. Fitri Isneni

Wahana:
RSUD SITI AISYAH LUBUKLINGGAU

KOMITE INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


PUSAT PERENCANAAN DAN PENDAYAGUNAAN SDM KESEHATAN
BADAN PPSDM KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2015

1
BORANG LAPORAN KASUS MEDIKOLEGAL

Topik : Visum et Repertum Kasus Vulnus excoriatum


Tanggal (kasus) : 15 november2014 Presenter : dr. Asri Indriyani Putri
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Fitri Isneni
Tempat Presentasi : Ruang Komite Medik RSUD Siti Aisyah
Objektif Presentasi :
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
 Deskripsi : Laki-laki, 33 tahun, datang dibawa oleh polisi dengan
permintaan visum setelah mengalami kecelakaan ditabrak oleh sepeda
motor. Pasien datang dengan luka lecet di banyak tempat setelah kendaraan
roda dua yang dikendarainya ditabrak oleh kendaraan roda dua lainnya ± 1
jam yang lalu. Luka lecet ditemukan pada daerah dahi, siku tangan kanan,
□ Deskripsi :
siku tangan kiri, lutut kiri, dan mata kaki kiri dengan ukuran yang
bervariasi. Luka lecet pasien dibersihkan dengan NaCl 0,9% karena
lukanya tampak kotor oleh pasir, dan diberikan betadine sebagai antiseptik.
 Tujuan : Menentukan cara pembuatan Visum et Repertum yang tepat dan
penanganan pertama pada pasien yang mengalami kecelakaan lalu lintas.
□ Tujuan : Menentukan cara pembuatan Visum et Repertum yang tepat
Bahan
□ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Bahasan :
Cara
□ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos
Membahas :
Data Pasien : Nama : Tn. B , 24 tahun No. Registrasi : 0070876
Nama Klinik : RSUD Siti Aisyah Telp : (0733) 451902 Terdaftar sejak :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
 Pasien datang dibawa oleh polisi dengan permintaan visum setelah mengalami kecelakaan
ditabrak oleh sepeda motor. Pasien datang dengan luka lecet di banyak tempat setelah
kendaraan roda dua yang dikendarainya ditabrak oleh kendaraan roda dua lainnya ± 1 jam
yang lalu. Luka lecet ditemukan pada daerah dahi, siku tangan kanan, siku tangan kiri, lutut
kiri, dan mata kaki kiri dengan ukuran yang bervariasi. Nyeri pada daerah dada disangkal
oleh pasien. Rasa sesak atau berat saat bernafas juga disangkal oleh pasien. Penglihatan
kabur disangkal. Adanya pingsan ataupun muntah setelah tabrakan juga disangkal oleh
pasien.
Status Lokalis
 Di region frontalis didapat 1 luka lecet ukuran 2 x 2 cm
 Di region olecranon dextra didapat luka lecet ukuran 2 x 1 cm
 Di region olecranon sinistra didapat luka lecet ukuran 3 x 5 cm
 Di region patella sinistra didapat luka lecet ukuran 3 x 3 cm
 Di region maleolus lateralis sinistra didapat luka lecet ukuran 1 x 1 cm

1. Riwayat Pengobatan : -
2. Riwayat Kesehatan/Penyakit: Tidak diketahui
3. Riwayat Keluarga : Tidak diketahui
4. Riwayat Pekerjaan : Pasien adalah seorang ibu rumah tangga
5. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Pasien tinggal bersama suami dan kedua anaknya
6. Riwayat sosial ekonomi : Keadaan sosial ekonomi cukup
7. Lain-lain : -
Daftar Pustaka :
1. Syamsuhidayat, R dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.2004.
2. Karakata, S dan Bachsinar, B. Bedah Minor. Jakarta: Hipokrates. 1996.
3. Atmadja DS. Simposium Tatalaksana Visum et Repertum Korban Hidup pada Kasus
Perlukaan & Keracunan di Rumah Sakit. Jakarta: RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Rabu
10 Juli 2004.
4. Budiyanto, Arif; Widiatmaka, Wibisana. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian
Kedokteran Forensik Kedokteran Universitas Indonesia. 1997.
5. Hoediyanto; A. Hariadi. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Surabaya.
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga. 2010.

6. Guntur, P.J.L. Penerapan Visum et Repertum sebagai Alat Bukti dalam Peradilan
Pidana. HUT FK-UGM ke-54 RSUP Dr Sardjito ke-18, Yogyakarta. 2000.

7. Soegandhi, R. Arti Dan Makna Bagian-Bagian Visum Et Repertum. Ed.2 Bagian


Ilmu Kedokteran Forensik FK-UGM, Yogyakarta. 2001.

8. Soegandhi, R. Pedoman Pemeriksaan Jenazah Forensik dan Kesimpulan Visum et Repertum


di RSUP Dr. Sardjito, Ed.2. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik FK-UGM, Yogyakarta. 2001.
Hasil Pembelajaran :
1. Membuat Visum et Repertum yang tepat
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

• Subjektif :

Keluhan Utama: luka lecet di daerah ditemukan pada daerah dahi, siku tangan kanan,
siku tangan kiri, lutut kiri, dan mata kaki kiri

Pasien datang dibawa oleh polisi dengan permintaan visum setelah mengalami
kecelakaan ditabrak oleh sepeda motor. Pasien datang dengan luka lecet di banyak
tempat setelah kendaraan roda dua yang dikendarainya ditabrak oleh kendaraan roda
dua lainnya ± 1 jam yang lalu. Luka lecet ditemukan pada daerah dahi, siku tangan
kanan, siku tangan kiri, lutut kiri, dan mata kaki kiri dengan ukuran yang bervariasi.
Nyeri pada daerah dada disangkal oleh pasien. Rasa sesak atau berat saat bernafas
juga disangkal oleh pasien. Penglihatan kabur disangkal. Adanya pingsan ataupun
muntah setelah tabrakan juga disangkal oleh pasien.

1. Objektif :

Pemeriksaan Fisik

 Keadaan umum : tampak sakit sedang

 Kesadaran : compos mentis, GCS: E4M6V5 (15)

 Tekanan Darah : 130/90

 Nadi : 86 x/menit

 Frekuensi Nafas : 26 x/menit

 Suhu : 37,2 0C

Status Internus

 Kepala : Normocepali

 Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

 Kulit : Pucat (-), Sianosis (-)


 Thoraks

o Paru

Inspeksi : Gerakan nafas simetris kiri dan kanan

Palpasi : Stem fremitus kanan sama dengan kiri

Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru,

Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), rhonki -/-, wheezing -/-

o Jantung

Inspeksi : Iktus jantung tidak terlihat

Palpasi : Iktus jantung tidak teraba

Perkusi : Batas atas ICS II, batas kanan linea sternalis dextra, batas

kiri linea midklavikularis sinistra

Auskultasi : HR 80x/m, S1 & S2 normal, murmur (-), gallop (-)

 Abdomen

Inspeksi : Cembung
Palpasi : Lemas, Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal

 Ekstremitas : Akral hangat (-), Refilling capiller baik, edema pretibial (-/-).

Status Lokalis
 Di region frontalis didapat 1 luka lecet ukuran 2 x 2 cm
 Di region olecranon dextra didapat luka lecet ukuran 2 x 1 cm
 Di region olecranon sinistra didapat luka lecet ukuran 3 x 5 cm
 Di region patella sinistra didapat luka lecet ukuran 3 x 3 cm
 Di region maleolus lateralis sinistra didapat luka lecet ukuran 1 x 1 cm

2. Assesment (penalaran klinis) :

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis pasien ini adalah multipel
vulnus excoriatum
Vulnus atau luka adalah terjadinya gangguan kontinuitas suatu jaringan, sehingga
terjadi pemisahan jaringan yang semula normal2.

Kasus vulnus biasanya disebabkan oleh trauma benda tajam (paku, pisau, sisa pohon,
kawat pagar dan sebagainya) atau benda tumpul (batu, batang pohon, tali pelana dan
sebagainya). Vulnus dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya antara lain: saddle druck
(luka dipunggung akibat pemasangan pelana yang tidak sempurna), strackle (luka di bagian
medial kaki), vulnus punctio (luka akibat tusukan benda tajam), vulnus serrativa (luka akibat
goresan kawat), vulnus incisiva (luka akibat tusukan benda tajam), vulnus traumatica (luka
akibat hantaman benda tajam).

Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat


substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stres simpatis, perdarahan dan
pembekuan darah, kontaminasi bakteri, kematian sel2.

Gejala yang tampak di lapang berupa robeknya sebagian kulit, pengerasan daerah
sekitar kulit dan kadang berbau busuk dan eksudat di daerah vulnus menjadi mukopurulen
jika telah berlangsung lama. Eksudat di daerah vulnus yang telah mukopurulen merupakan
indikasi telah terjadi infeksi sekunder dari bakteri lingkungan yang menghasilkan nanah,
misalnya Streptococcus dan Stahpylococcus. Gejala-gejala yang muncul jika tidak segera
ditangani dapat memicu terjadinya miasis.

Tipe Vulnus

1.Vulnus Laceratum (Laserasi/Robek)

Jenis luka ini disebabkan oleh karena benturan dengan benda tumpul, dengan ciri tepi
luka tidak rata dan perdarahan sedikit karena mudah terbentuk cincin trombosis akibat
pembuluh darah yang hancur dan memar2.

2.Vulnus Excoriasi (Luka Lecet)

Merupakan luka yang paling ringan dan paling mudah sembuh. Terjadi karena gesekan
tubuh dengan benda-benda rata, misalnya semen, aspal atau tanah2.

3.Vulnus Punctum (Luka Tusuk)

Penyebab adalah benda runcing tajam atau sesuatu yang masuk ke dalam kulit,
merupakan luka terbuka dari luar tampak kecil tapi didalam mungkin rusak berat, jika yang
mengenai abdomen/thorax disebut vulnus penetrosum(luka tembus)2.

4.Vulnus Contussum (Luka Memar)

Disini kulit tidak apa-apa, pembuluh darah subkuta dapat rusak, sehingga terjadi
hematom. Bila hematom kecil, maka ia akan diserap oleh jaringan sekitarnya. Bila hematom
besar, maka penyembuhan berjalan lambat2.

5.Vulnus Scissum/Insivum (Luka Sayat)

Tepi luka tajam dan licin. Bila luka sejajar dengan garis lipatan kulit, maka luka tidak
terlalu terbuka. Bila memotong pembuluh darah, maka darah sukar berhenti karena sukar
terbentuk cincin trombosis (trombose ring)2.

6.Vulnus Sclopetorum (Luka Tembak)

Penyebabnya adalah tembakan, granat, dsb. Pada pinggiran luka tampak kehitam-
hitaman, bisa tidak teratur kadang ditemukan corpus alienum. Kemungkinan infeksi dengan
bakteri anaerob dan ganggren gas lebih besar2.

7.Vulnus Morsum (Luka Gigitan)

Penyebab adalah gigitan binatang atau manusia, kemungkinan infeksi besar bentuk
luka tergantung dari bentuk gigi.2

8.Vulnus Perforatum (Luka Tembus)

Luka jenis ini merupakan luka tembus atau luka jebol. Penyebab oleh karena panah,
tombak atau proses infeksi yang meluas hingga melewati selaput serosa/epithel organ
jaringan.2

9.Vulnus Amputatum (Luka Terpotong)

Luka potong, pancung dengan penyebab benda tajam ukuran besar/berat, gergaji. Luka
membentuk lingkaran sesuai dengan organ yang dipotong. Perdarahan hebat, resiko infeksi
tinggi, terdapat gejala pathom limb.2

10.Vulnus Combustion (Luka Bakar)


Penyebab oleh karena thermis, radiasi, elektrik ataupun kimia Jaringan kulit rusak
dengan berbagai derajat mulai dari lepuh (bula – carbonisasi/hangus). Sensasi nyeri dan atau
anesthesia.2

3. Plan :

DIAGNOSIS KERJA
Multiple Vulnus excoriatum

TERAPI
 Oksigen Kanul 4 L/menit
 IVFD RL + Ketorolac 2 ampul gtt 20/menit (makro)
 Wound toilet
 Inj Ranitidin 2 x 1 ampul
 Inj Cefotaxim 2 x 1 gr (skin test)
 Inj ATS (skin test)

PRO JUSTICIA

VISUM ET REPERTUM
No: / RSUD SA / VER / / 2014

Yang bertandatangan dibawah ini, dr. Christantono, Dokter Umum di RSUD Siti Aisyah Kota
Lubuk Linggau, menerangkan bahwa berdasarkan permintaan tertulis dari surat saudara
Fransisco Yosep, Pangkat AIPTU NRP. 65120865, Jabatan Kanit SPK SHIEF “C”,
mengatasnamakan Kepala Kepolisian Resor Lubuk Linggau, tanggal dua puluh sembilan
bulan Oktober tahun dua ribu empat belas, Nomor Polisi: LP/B-1034/X/2014/SUMSEL/RES
LUBUK LINGGAU, maka dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal lima belas
novembeer tahun dua ribu empat belas pukul delapan belas lewat tiga puluh menit Waktu
Indonesia Bagian Barat bertempat di RSUD Siti Aisyah Kota Lubuk Linggau, telah
dilaksanakan pemeriksaan terhadap korban dengan nomor registrasi 0070876 yang menurut
surat tersebut adalah:
Nama : Tn. Basrani
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/ Tgl lahir : Desa O, 30 tahun
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa P2 Mardiharjo, Kel. Purwodadi

HASIL PEMERIKSAAN
Dari hasil pemeriksaan didapatkan :

Kepala : Tidak ada tanda-tanda kekerasan

Leher : Tidak ada tanda-tanda kekerasan

Dada : Tidak ada tanda-tanda kekerasan

Perut : Tidak ada tanda-tanda kekerasan

Anggota gerak atas : Ditemukan luka lecet di siku tangan kanan dengan ukuran dua kali
satu sentimeter dan di siku tangan kiri dengan ukuran tiga kali lima
sentimeter.

Anggota gerak bawah : : Ditemukan luka lecet di lutut kaki kiri dengan ukuran tiga kali tiga
sentimeter dan di mata kaki kiri dengan ukuran satu kali satu
sentimeter.

Lain-lain : Tidak ada tanda-tanda kekerasan

KESIMPULAN

Pada pemeriksaan korban laki-laki berusis tiga puluh tahun ini ditemukan luka lecet di daerah
dahi, siku tangan kanan dan kiri, lutut kiri dan mata kaki kiri yang disebabkan oleh kekerasan
benda tumpul.

Luka tersebut telah mengakibatkan penyakit/halangan dalam menjalankan pekerjaan sehari-


hari untuk sementara waktu. Demikianlah Visum Et Repertum ini saya buat dengan sejujur-
jujurnya dan menggunakan ilmu yang sebaik-baiknya mengingat sumpah jabatan sesuai
dengan KUHP.
Lubuk Linggau, 15 November 2014
Dokter Pemeriksa

dr. Christantono

TINJAUAN PUSTAKA

Visum et Repertum

Visum et Repertum adalah keterangan yang dibuat dokter atas permintaan penyidik yang
berwenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, hidup maupun mati,
ataupun bagian/diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah
sumpah untuk kepentingan peradilan.4

Perbedaan Visum et Repertum dengan Catatan Medis4

Catatan medis adalah catatan tentang seluruh hasil pemeriksaan medis beserta tindakan
pengobatan atau perawatan yang dilakukan oleh dokter. Catatan medis disimpan oleh dokter
atau institusi dan bersifat rahasia, tidak boleh dibuka kecuali dengan izin dari pasien atau atas
kesepakatan sebelumnya misalnya untuk keperluan asuransi. Catatan medis ini berkaitan
dengan rahasia kedokteran dengan sanksi hukum seperti yang terdapat dalam pasal 322
KUHP.

Sedangkan Visum et Repertum dibuat berdasarkan Undang-Undang yaitu pasal 120, 179 dan
133 KUHAP dan dokter dilindungi dari ancaman membuka rahasia jabatan meskipun Visum
et Repertum dibuat dan dibuka tanpa izin pasien, asalkan ada permintaan dari penyidik dan
digunakan untuk kepentingan peradilan.

Jenis dan Bentuk Visum et Repertum

Ada beberapa jenis visum et repertum, yaitu visum et repertum perlukaan (termasuk
keracunan), visum et repertum kejahatan susila, visum et repertum jenazah, dan visum et
repertum psikiatrik. Tiga jenis visum yang pertama adalah visum et repertum mengenai
tubuh/raga manusia yang dalam hal ini berstatus sebagai korban tindak pidana, sedangkan
jenis terakhir adalah mengenai jiwa/mental tersangka atau terdakwa atau saksi.5

Visum et repertum dibuat secara tertulis, sebaiknya dengan mesin ketik, di atas sebuah kertas
putih dengan kepala surat institusi kesehatan yang melakukan pemeriksaan, dalam bahasa
Indonesia, tanpa memuat singkatan dan sedapat mungkin tanpa istilah asing, bila terpaksa
digunakan agar diberi penjelasan bahasa Indonesia5.

1. Visum et Repertum pada Kasus Perlukaan4.

Terhadap setiap pasien yang diduga korban tindak pidana meskipun belum ada surat
permintaan visum et repertum dari polisi, dokter harus membuat catatan medis atas
semua hasil pemeriksaan medisnya secara lengkap dan jelas sehingga dapat
repertum
digunakan untuk pembuatan visum et . Umumnya, korban dengan luka ringan
datang ke dokter setelah melapor ke penyidik, sehingga membawa surat permintaan
visum et repertum. Sedangkan korban dengan luka sedang/berat akan datang ke
dokter sebelum melapor ke penyidik, sehingga surat permintaan datang terlambat.
Keterlambatan dapat diperkecil dengan komunikasi dan kerjasama antara institusi
kesehatan dengan penyidik.

Di dalam bagian pemberitaa biasanya disebutkan keadaan umum korban sewaktu


datang, luka-luka atau cedera atau penyakit yang diketemukan pada pemeriksaan fisik
berikut uraian tentang letak, jenis dan sifat luka serta ukurannya, pemeriksaan
khusus/penunjang, tindakan medis yang dilakukan, riwayat perjalanan penyakit
selama perawatan, dan keadaan akhir saat perawatan selesai. Gejala yang dapat
dibuktikan secara obyektif dapat dimasukkan, sedangkan yang subyektif dan tidak
dapat dibuktikan tidak dimasukkan ke dalam visum et repertum.

2. Visum et Repertum Korban Kejahatan Susila4

Umumnya korban kejahatan susila yang dimintakan visum et repertumnya pada


dokter adalah kasus dugaan adanya persetubuhan yang diancam hukuman oleh KUHP
(meliputi perzinahan, perkosaan, persetubuhan dengan wanita yang tidak berdaya,
persetubuhan dengan wanita yang belum cukup umur, serta perbuatan cabul).

Untuk kepentingan peradilan, dokter berkewajiban untuk membuktikan adanya


persetubuhan atau perbuatan cabul, adanya kekerasan (termasuk keracunan), serta usia
korban. Selain itu juga diharapkan memeriksa adanya penyakit hubungan seksual,
kehamilan, dan kelainan psikiatrik sebagai akibat dari tindakan pidana tersebut.
Dokter tidak dibebani pembuktian adanya pemerkosaan, karena istilah pemerkosaan
adalah istilah hukum yang harus dibuktikan di depan sidang pengadilan. Dalam
kesimpulan diharapkan tercantum perkiraan tentang usia korban, ada atau tidaknya
tanda persetubuhan dan bila mungkin, menyebutkan kapan perkiraan terjadinya, dan
ada atau tidaknya tanda kekerasan. Bila ditemukan adanya tanda-tanda ejakulasi atau
adanya tanda-tanda perlawanan berupa darah pada kuku korban, dokter berkewajiban
mencari identitas tersangka melalui pemeriksaan golongan darah serta DNA dari
benda-benda bukti tersebut.

3. Visum et Repertum Jenazah4

Jenazah yang akan dimintakan visum et repertumnya harus diberi label yang memuat
identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan, diikatkan pada ibu jari kaki atau
bagian tubuh lainnya. Pada surat permintaan visum et repertum harus jelas tertulis
jenis pemeriksaan yang diminta, apakah pemeriksaan luar (pemeriksaan jenazah) atau
pemeriksaan dalam/autopsi (pemeriksaan bedah jenazah).
Pemeriksaan forensik terhadap jenazah meliputi :

a. Pemeriksaan luar jenazah yang berupa tindakan yang tidak merusak keutuhan
jaringan jenazah secara teliti dan sistematik.
b. Pemeriksaan bedah jenazah, pemeriksaan secara menyeluruh dengan membuka
rongga tengkorak, leher, dada, perut, dan panggul. Kadangkala dilakukan
pemeriksaan penunjang yang diperlukan seperti pemeriksaan histopatologi,
toksikologi, serologi, dan sebagainya.

Dari pemeriksaan dapat disimpulkan sebab, jenis luka atau kelainan, jenis kekerasan
penyebabnya, sebab dan mekanisme kematian, serta saat kematian seperti tersebut di
atas.

4. Visum et Repertum Psikiatrik4

Visum et repertum psikiatrik perlu dibuat oleh karena adanya pasal 44 (1) KUHP yang
berbunyi ”Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan padanya disebabkan karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya
atau terganggu karena penyakit, tidak dipidana”. Jadi selain orang yang menderita
penyakit jiwa, orang yang retardasi mental juga terkena pasal ini.

Visum ini diperuntukkan bagi tersangka atau terdakwa pelaku tindak pidana, bukan
bagi korban sebagaimana yang lainnya. Selain itu visum ini juga menguraikan tentang
segi kejiwaan manusia, bukan segi fisik atau raga manusia. Karena menyangkut
masalah dapat dipidana atau tidaknya seseorang atas tindak pidana yang
dilakukannya, maka adalah lebih baik bila pembuat visum ini hanya dokter spesialis
psikiatri yang bekerja di rumah sakit jiwa atau rumah sakit umum.

Dalam Keadaan tertentu di mana kesaksian seseorang amat diperlukan sedangkan ia


diragukan kondisi kejiwaannya jika ia bersaksi di depan pengadilan maka kadangkala
hakim juga meminta evaluasi kejiwaan saksi tersebut dalam bentuk visum et repertum
psikiatrik.

Pada kasus ini, permintaan visumnya adalah Visum et Repertum perlukaan.

Bagian bagian dari Visum et Repertum

Sudut kanan atas:

a. Alamat tujuan SPVR (Rumah sakit atau dokter), dan tgl SPVR.
b. Rumah sakit (Direktur) :

- Kepala bagian / SMF Bedah


- Kepala bagian / SMF Obgyn
- Kepala bagian / SMF Penyakit dalam
- Kepala bagian I.K.Forensik.
Sudut kiri atas:
a. Alamat peminta VetR,
b. Nomor surat, hal dan
c. Lampiran

Bagian tengah :
a. Disebutkan SPVR korban hidup / mati
b. Identitas korban (nama, umur, kelamin, kebangsaan, alamat, agama dan pekerjaan).
c. Peristiwanya (modus operandi) antara lain
*Luka karena . . . . . . . . . . . . . . . .
*Keracunan (obat/racun . . . . . . . . . .).
*Kesusilaan (perkosaan/perzinahan/cabul).
*Mati karena (listrik, tenggelam, senjata api/tajam/tumpul).
1. PEMBUKAAN

Kata Projustitia dicantumkan disudut kiri atas, dan dengan demikian visum et
repertum tidak perlu bermaterai, sesuai dengan pasal 136 KUHAP.

2. PENDAHULUAN

Bagian ini memuat antara lain :


- Identitas pemohon visum et repertum.
- Identitas dokter yang memeriksa / membuat visum et repertum.
- Tempat dilakukannya pemeriksaan (misalnya rumah sakit X Surabaya).
- Tanggal dan jam dilakukannya pemeriksaan.
- Identitas korban.
- Keterangan dari penyidik mengenai cara kematian, luka, dimana korban dirawat,
waktu korban meninggal.
- Keterangan mengenai orang yang menyerahkan / mengantar korban pada dokter dan
waktu saat korban diterima dirumah sakit.

2. PEMBERITAAN
- Identitas korban menurut pemeriksaan dokter, (umur, jenis kel,TB/BB), serta
keadaan umum.
- Hasil pemeriksaan berupa kelainan yang ditemukan pada korban.
- Tindakan-tindakan / operasi yang telah dilakukan.
- Hasil pemeriksaan tambahan.

Syarat-syarat :
- Memakai bahasa Indonesia yg mudah dimengerti orang awam.
- Angka harus ditulis dengan hurup, (4 cm ditulis empat sentimeter).
- Tidak dibenarkan menulis diagnose luka (luka bacok, luka tembak dll).
- Luka harus dilukiskan dengan kata-kata.
- Memuat hasil pemeriksaan yang objektif (sesuai apa yang dilihat dan ditemukan).

3. KESIMPULAN
- Bagian ini berupa pendapat pribadi dari dokter yang memeriksa, mengenai hasil
pemeriksaan sesuai dgn pengetahuan yang sebaik-baiknya.
- Seseorang melakukan pengamatan dengan kelima panca indera (pengelihatan,
pendengaran, perasa, penciuman dan perabaan).
- Sifatnya subjektif.

4. PENUTUP
- Memuat kata “Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan mengingat sumpah
pada waktu menerima jabatan”.
- Diakhiri dengan tanda tangan, nama lengkap/NIP dokter.

Struktur Visum et Repertum


Unsur penting dalam VeR yang diusulkan oleh banyak ahli adalah sebagai berikut5 :
1. Pro Justitia
Kata tersebut harus dicantumkan di kiri atas, dengan demikian VeR tidak perlu
bermeterai.
2. Pendahuluan
Pendahuluan memuat: identitas pemohon visum et repertum, tanggal dan pukul
diterimanya permohonan VeR, identitas dokter yang melakukan pemeriksaan,
identitas subjek yang diperiksa : nama, jenis kelamin, umur, bangsa, alamat,
pekerjaan, kapan dilakukan pemeriksaan, dan tempat dilakukan pemeriksaan.

3. Pemberitaan (Hasil Pemeriksaan)


Memuat hasil pemeriksaan yang objektif sesuai dengan apa yang diamati, terutama
dilihat dan ditemukan pada korban atau benda yang diperiksa. Pemeriksaan
dilakukan dengan sistematis dari atas ke bawah sehingga tidak ada yang tertinggal.
Deskripsinya juga tertentu yaitu mulai dari letak anatomisnya, koordinatnya (absis
adalah jarak antara luka dengan garis tengah badan, ordinat adalah jarak antara
luka dengan titik anatomis permanen yang terdekat), jenis luka atau cedera,
karakteristik serta ukurannya. Rincian tersebut terutama penting pada pemeriksaan
korban mati yang pada saat persidangan tidak dapat dihadirkan kembali. Pada
pemeriksaan korban hidup, bagian pemberitaan terdiri dari:
a. Pemeriksaan anamnesis atau wawancara mengenai apa yang dikeluhkan dan
apa yang diriwayatkan yang menyangkut tentang penyakit yang diderita
korban sebagai hasil dari kekerasan/tindak pidana/didugakekerasan.
b. Hasil pemeriksaan yang memuat seluruh hasil pemeriksaan, baik pemeriksaan
fisik maupun pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Uraian hasil pemeriksaan korban hidup berbeda dengan pada korban mati, yaitu
hanya uraian tentang keadaan umum dan perlukaan serta hal-hal lain yang
berkaitan dengan tindak pidananya (status lokalis).
c. Tindakan dan perawatan berikut indikasinya, atau pada keadaan sebaliknya,
alasan tidak dilakukannya suatu tindakan yang seharusnya dilakukan. Uraian
meliputi juga semua temuan pada saat dilakukannya tindakan dan perawatan
tersebut. Hal tersebut perlu diuraikan untuk menghindari kesalahpahaman
tentang tepat/ tidaknya penanganan dokter dan tepat/tidaknya kesimpulan yang
diambil.
d. Keadaan akhir korban, terutama tentang gejala sisa dan cacat badan merupakan
hal penting untuk pembuatan kesimpulan sehingga harus diuraikan dengan
jelas. Pada bagian pemberitaan memuat 6 unsur yaitu anamnesis, tanda vital,
lokasi luka pada tubuh, karakteristik luka, ukuran luka, dan tindakan
pengobatan atau perawatan yang diberikan.

4. Kesimpulan
Memuat hasil interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dari
fakta yang ditemukan sendiri oleh dokter pembuat VeR, dikaitkan dengan maksud
dan tujuan dimintakannya VeR tersebut. Pada bagian ini harus memuat minimal 2
unsur yaitu jenis luka dan kekerasan dan derajat kualifikasi luka. Hasil
pemeriksaan anamnesis yang tidak didukung oleh hasil pemeriksaan lainnya,
sebaiknya tidak digunakan dalam menarik kesimpulan. Pengambilan kesimpulan
hasil anamnesis hanya boleh dilakukan dengan penuh hati-hati. Kesimpulan VeR
adalah pendapat dokter pembuatnya yang bebas, tidak terikat oleh pengaruh suatu
pihak tertentu. Tetapi di dalam kebebasannya tersebut juga terdapat pembatasan,
yaitu pembatasan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi, standar profesi dan
ketentuan hukum yang berlaku. Kesimpulan VeR harus dapat menjembatani antara
temuan ilmiah dengan manfaatnya dalam mendukung penegakan hukum.
Kesimpulan bukanlah hanya resume hasil pemeriksaan,melainkan lebih ke arah
interpretasi hasil temuan dalam kerangka ketentuan hokum-hukum yang berlaku.

5. Penutup
Memuat pernyataan bahwa keterangan tertulis dokter tersebut dibuat dengan
mengingat sumpah atau janji ketika menerima jabatan atau dibuat dengan
mengucapkan sumpah atau janji lebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan
serta dibubuhi tanda tangan dokter pembuat VeR.

Prosedur, permintaan, penerimaan dan penyerahan Visum et Repertum

Pihak yang berhak meminta Ver5 :

- Penyidik, sesuai dengan pasal I ayat 1, yaitu pihak kepolisian yang diangkat negara
untuk menjalankan undang-undang.
- Di wilayah sendiri, kecuali ada permintaan dari Pemda Tk II.
- Tidak dibenarkan meminta visum pada perkara yang telah lewat.
- Pada mayat harus diberi label, sesuai KUHP 133 ayat C.
Syarat pembuat5 :
- Harus seorang dokter (dokter gigi hanya terbatas pada gigi dan mulut)
- Di wilayah sendiri
- Memiliki SIP
- Kesehatan baik

Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter untuk membuat
VeR korban hidup, yaitu:
1. Harus tertulis, tidak boleh secara lisan.
2. Langsung menyerahkannya kepada dokter, tidak boleh dititip melalui korban atau
keluarganya. Juga tidak boleh melalui jasa pos.

3. Bukan kejadian yang sudah lewat sebab termasuk rahasia jabatan dokter.

4. Ada alasan mengapa korban dibawa kepada dokter.

5. Ada identitas korban.

6. Ada identitas pemintanya.

7. Mencantumkan tanggal permintaan.

8. Korban diantar oleh polisi atau jaksa.

Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter untuk membuat
VeR jenazah, yaitu:

1. Harus tertulis, tidak boleh secara lisan.


2. Harus sedini mungkin.

3. Tidak bisa permintaannya hanya untuk pemeriksaan luar.

4. Ada keterangan terjadinya kejahatan.

5. Memberikan label dan segel pada salah satu ibu jari kaki.

6. Ada identitas pemintanya.

7. Mencantumkan tanggal permintaan.


8. Korban diantar oleh polisi.

Saat menerima permintaan membuat VeR, dokter harus mencatat tanggal dan jam,
penerimaan surat permintaan, dan mencatat nama petugas yang mengantar korban. Batas
waktu bagi dokter untuk menyerahkan hasil VeR kepada penyidik selama 20 hari. Bila
belum selesai, batas waktunya menjadi 40 hari dan atas persetujuan penuntut umum.

Lampiran visum
- Fotografi forensik
- Identitas, kelainan-kelainan pada gambar tersebut
- Penjelasan istilah kedokteran
- Hasil pemeriksaan lab forensik (toksikologi, patologi, sitologi, mikrobiologi)

DAFTAR PUSTAKA

1. Syamsuhidayat, R dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Kedua. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.2004.
2. Karakata, S dan Bachsinar, B. Bedah Minor. Jakarta: Hipokrates. 1996.
3. Atmadja DS. Simposium Tatalaksana Visum et Repertum Korban Hidup pada Kasus
Perlukaan & Keracunan di Rumah Sakit. Jakarta: RS Mitra Keluarga Kelapa Gading,
Rabu 10 Juli 2004.
4. Budiyanto, Arif; Widiatmaka, Wibisana. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian
Kedokteran Forensik Kedokteran Universitas Indonesia. 1997.
5. Hoediyanto; A. Hariadi. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.
Surabaya. Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga. 2010.

6. Guntur, P.J.L. Penerapan Visum et Repertum sebagai Alat Bukti dalam Peradilan
Pidana. HUT FK-UGM ke-54 RSUP Dr Sardjito ke-18, Yogyakarta. 2000.

7. Soegandhi, R. Arti Dan Makna Bagian-Bagian Visum Et Repertum. Ed.2 Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik FK-UGM, Yogyakarta. 2001.

8. Soegandhi, R. Pedoman Pemeriksaan Jenazah Forensik dan Kesimpulan Visum et


Repertum di RSUP Dr. Sardjito, Ed.2. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik FK-
UGM, Yogyakarta. 2001.

Anda mungkin juga menyukai