KASUS MEDIKOLEGAL
MULTIPLE VULNUS EXORIATUM
CARA MEMBUAT VISUM ET REPERTUM YANG TEPAT
Oleh:
Dr. Asri Indriyani Putri
Pendamping:
Dr. Fitri Isneni
Wahana:
RSUD SITI AISYAH LUBUKLINGGAU
1
BORANG LAPORAN KASUS MEDIKOLEGAL
1. Riwayat Pengobatan : -
2. Riwayat Kesehatan/Penyakit: Tidak diketahui
3. Riwayat Keluarga : Tidak diketahui
4. Riwayat Pekerjaan : Pasien adalah seorang ibu rumah tangga
5. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Pasien tinggal bersama suami dan kedua anaknya
6. Riwayat sosial ekonomi : Keadaan sosial ekonomi cukup
7. Lain-lain : -
Daftar Pustaka :
1. Syamsuhidayat, R dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.2004.
2. Karakata, S dan Bachsinar, B. Bedah Minor. Jakarta: Hipokrates. 1996.
3. Atmadja DS. Simposium Tatalaksana Visum et Repertum Korban Hidup pada Kasus
Perlukaan & Keracunan di Rumah Sakit. Jakarta: RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Rabu
10 Juli 2004.
4. Budiyanto, Arif; Widiatmaka, Wibisana. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian
Kedokteran Forensik Kedokteran Universitas Indonesia. 1997.
5. Hoediyanto; A. Hariadi. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Surabaya.
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga. 2010.
6. Guntur, P.J.L. Penerapan Visum et Repertum sebagai Alat Bukti dalam Peradilan
Pidana. HUT FK-UGM ke-54 RSUP Dr Sardjito ke-18, Yogyakarta. 2000.
• Subjektif :
Keluhan Utama: luka lecet di daerah ditemukan pada daerah dahi, siku tangan kanan,
siku tangan kiri, lutut kiri, dan mata kaki kiri
Pasien datang dibawa oleh polisi dengan permintaan visum setelah mengalami
kecelakaan ditabrak oleh sepeda motor. Pasien datang dengan luka lecet di banyak
tempat setelah kendaraan roda dua yang dikendarainya ditabrak oleh kendaraan roda
dua lainnya ± 1 jam yang lalu. Luka lecet ditemukan pada daerah dahi, siku tangan
kanan, siku tangan kiri, lutut kiri, dan mata kaki kiri dengan ukuran yang bervariasi.
Nyeri pada daerah dada disangkal oleh pasien. Rasa sesak atau berat saat bernafas
juga disangkal oleh pasien. Penglihatan kabur disangkal. Adanya pingsan ataupun
muntah setelah tabrakan juga disangkal oleh pasien.
1. Objektif :
Pemeriksaan Fisik
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 37,2 0C
Status Internus
Kepala : Normocepali
o Paru
o Jantung
Perkusi : Batas atas ICS II, batas kanan linea sternalis dextra, batas
Abdomen
Inspeksi : Cembung
Palpasi : Lemas, Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat (-), Refilling capiller baik, edema pretibial (-/-).
Status Lokalis
Di region frontalis didapat 1 luka lecet ukuran 2 x 2 cm
Di region olecranon dextra didapat luka lecet ukuran 2 x 1 cm
Di region olecranon sinistra didapat luka lecet ukuran 3 x 5 cm
Di region patella sinistra didapat luka lecet ukuran 3 x 3 cm
Di region maleolus lateralis sinistra didapat luka lecet ukuran 1 x 1 cm
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis pasien ini adalah multipel
vulnus excoriatum
Vulnus atau luka adalah terjadinya gangguan kontinuitas suatu jaringan, sehingga
terjadi pemisahan jaringan yang semula normal2.
Kasus vulnus biasanya disebabkan oleh trauma benda tajam (paku, pisau, sisa pohon,
kawat pagar dan sebagainya) atau benda tumpul (batu, batang pohon, tali pelana dan
sebagainya). Vulnus dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya antara lain: saddle druck
(luka dipunggung akibat pemasangan pelana yang tidak sempurna), strackle (luka di bagian
medial kaki), vulnus punctio (luka akibat tusukan benda tajam), vulnus serrativa (luka akibat
goresan kawat), vulnus incisiva (luka akibat tusukan benda tajam), vulnus traumatica (luka
akibat hantaman benda tajam).
Gejala yang tampak di lapang berupa robeknya sebagian kulit, pengerasan daerah
sekitar kulit dan kadang berbau busuk dan eksudat di daerah vulnus menjadi mukopurulen
jika telah berlangsung lama. Eksudat di daerah vulnus yang telah mukopurulen merupakan
indikasi telah terjadi infeksi sekunder dari bakteri lingkungan yang menghasilkan nanah,
misalnya Streptococcus dan Stahpylococcus. Gejala-gejala yang muncul jika tidak segera
ditangani dapat memicu terjadinya miasis.
Tipe Vulnus
Jenis luka ini disebabkan oleh karena benturan dengan benda tumpul, dengan ciri tepi
luka tidak rata dan perdarahan sedikit karena mudah terbentuk cincin trombosis akibat
pembuluh darah yang hancur dan memar2.
Merupakan luka yang paling ringan dan paling mudah sembuh. Terjadi karena gesekan
tubuh dengan benda-benda rata, misalnya semen, aspal atau tanah2.
Penyebab adalah benda runcing tajam atau sesuatu yang masuk ke dalam kulit,
merupakan luka terbuka dari luar tampak kecil tapi didalam mungkin rusak berat, jika yang
mengenai abdomen/thorax disebut vulnus penetrosum(luka tembus)2.
Disini kulit tidak apa-apa, pembuluh darah subkuta dapat rusak, sehingga terjadi
hematom. Bila hematom kecil, maka ia akan diserap oleh jaringan sekitarnya. Bila hematom
besar, maka penyembuhan berjalan lambat2.
Tepi luka tajam dan licin. Bila luka sejajar dengan garis lipatan kulit, maka luka tidak
terlalu terbuka. Bila memotong pembuluh darah, maka darah sukar berhenti karena sukar
terbentuk cincin trombosis (trombose ring)2.
Penyebabnya adalah tembakan, granat, dsb. Pada pinggiran luka tampak kehitam-
hitaman, bisa tidak teratur kadang ditemukan corpus alienum. Kemungkinan infeksi dengan
bakteri anaerob dan ganggren gas lebih besar2.
Penyebab adalah gigitan binatang atau manusia, kemungkinan infeksi besar bentuk
luka tergantung dari bentuk gigi.2
Luka jenis ini merupakan luka tembus atau luka jebol. Penyebab oleh karena panah,
tombak atau proses infeksi yang meluas hingga melewati selaput serosa/epithel organ
jaringan.2
Luka potong, pancung dengan penyebab benda tajam ukuran besar/berat, gergaji. Luka
membentuk lingkaran sesuai dengan organ yang dipotong. Perdarahan hebat, resiko infeksi
tinggi, terdapat gejala pathom limb.2
3. Plan :
DIAGNOSIS KERJA
Multiple Vulnus excoriatum
TERAPI
Oksigen Kanul 4 L/menit
IVFD RL + Ketorolac 2 ampul gtt 20/menit (makro)
Wound toilet
Inj Ranitidin 2 x 1 ampul
Inj Cefotaxim 2 x 1 gr (skin test)
Inj ATS (skin test)
PRO JUSTICIA
VISUM ET REPERTUM
No: / RSUD SA / VER / / 2014
Yang bertandatangan dibawah ini, dr. Christantono, Dokter Umum di RSUD Siti Aisyah Kota
Lubuk Linggau, menerangkan bahwa berdasarkan permintaan tertulis dari surat saudara
Fransisco Yosep, Pangkat AIPTU NRP. 65120865, Jabatan Kanit SPK SHIEF “C”,
mengatasnamakan Kepala Kepolisian Resor Lubuk Linggau, tanggal dua puluh sembilan
bulan Oktober tahun dua ribu empat belas, Nomor Polisi: LP/B-1034/X/2014/SUMSEL/RES
LUBUK LINGGAU, maka dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal lima belas
novembeer tahun dua ribu empat belas pukul delapan belas lewat tiga puluh menit Waktu
Indonesia Bagian Barat bertempat di RSUD Siti Aisyah Kota Lubuk Linggau, telah
dilaksanakan pemeriksaan terhadap korban dengan nomor registrasi 0070876 yang menurut
surat tersebut adalah:
Nama : Tn. Basrani
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/ Tgl lahir : Desa O, 30 tahun
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa P2 Mardiharjo, Kel. Purwodadi
HASIL PEMERIKSAAN
Dari hasil pemeriksaan didapatkan :
Anggota gerak atas : Ditemukan luka lecet di siku tangan kanan dengan ukuran dua kali
satu sentimeter dan di siku tangan kiri dengan ukuran tiga kali lima
sentimeter.
Anggota gerak bawah : : Ditemukan luka lecet di lutut kaki kiri dengan ukuran tiga kali tiga
sentimeter dan di mata kaki kiri dengan ukuran satu kali satu
sentimeter.
KESIMPULAN
Pada pemeriksaan korban laki-laki berusis tiga puluh tahun ini ditemukan luka lecet di daerah
dahi, siku tangan kanan dan kiri, lutut kiri dan mata kaki kiri yang disebabkan oleh kekerasan
benda tumpul.
dr. Christantono
TINJAUAN PUSTAKA
Visum et Repertum
Visum et Repertum adalah keterangan yang dibuat dokter atas permintaan penyidik yang
berwenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, hidup maupun mati,
ataupun bagian/diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah
sumpah untuk kepentingan peradilan.4
Catatan medis adalah catatan tentang seluruh hasil pemeriksaan medis beserta tindakan
pengobatan atau perawatan yang dilakukan oleh dokter. Catatan medis disimpan oleh dokter
atau institusi dan bersifat rahasia, tidak boleh dibuka kecuali dengan izin dari pasien atau atas
kesepakatan sebelumnya misalnya untuk keperluan asuransi. Catatan medis ini berkaitan
dengan rahasia kedokteran dengan sanksi hukum seperti yang terdapat dalam pasal 322
KUHP.
Sedangkan Visum et Repertum dibuat berdasarkan Undang-Undang yaitu pasal 120, 179 dan
133 KUHAP dan dokter dilindungi dari ancaman membuka rahasia jabatan meskipun Visum
et Repertum dibuat dan dibuka tanpa izin pasien, asalkan ada permintaan dari penyidik dan
digunakan untuk kepentingan peradilan.
Ada beberapa jenis visum et repertum, yaitu visum et repertum perlukaan (termasuk
keracunan), visum et repertum kejahatan susila, visum et repertum jenazah, dan visum et
repertum psikiatrik. Tiga jenis visum yang pertama adalah visum et repertum mengenai
tubuh/raga manusia yang dalam hal ini berstatus sebagai korban tindak pidana, sedangkan
jenis terakhir adalah mengenai jiwa/mental tersangka atau terdakwa atau saksi.5
Visum et repertum dibuat secara tertulis, sebaiknya dengan mesin ketik, di atas sebuah kertas
putih dengan kepala surat institusi kesehatan yang melakukan pemeriksaan, dalam bahasa
Indonesia, tanpa memuat singkatan dan sedapat mungkin tanpa istilah asing, bila terpaksa
digunakan agar diberi penjelasan bahasa Indonesia5.
Terhadap setiap pasien yang diduga korban tindak pidana meskipun belum ada surat
permintaan visum et repertum dari polisi, dokter harus membuat catatan medis atas
semua hasil pemeriksaan medisnya secara lengkap dan jelas sehingga dapat
repertum
digunakan untuk pembuatan visum et . Umumnya, korban dengan luka ringan
datang ke dokter setelah melapor ke penyidik, sehingga membawa surat permintaan
visum et repertum. Sedangkan korban dengan luka sedang/berat akan datang ke
dokter sebelum melapor ke penyidik, sehingga surat permintaan datang terlambat.
Keterlambatan dapat diperkecil dengan komunikasi dan kerjasama antara institusi
kesehatan dengan penyidik.
Jenazah yang akan dimintakan visum et repertumnya harus diberi label yang memuat
identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan, diikatkan pada ibu jari kaki atau
bagian tubuh lainnya. Pada surat permintaan visum et repertum harus jelas tertulis
jenis pemeriksaan yang diminta, apakah pemeriksaan luar (pemeriksaan jenazah) atau
pemeriksaan dalam/autopsi (pemeriksaan bedah jenazah).
Pemeriksaan forensik terhadap jenazah meliputi :
a. Pemeriksaan luar jenazah yang berupa tindakan yang tidak merusak keutuhan
jaringan jenazah secara teliti dan sistematik.
b. Pemeriksaan bedah jenazah, pemeriksaan secara menyeluruh dengan membuka
rongga tengkorak, leher, dada, perut, dan panggul. Kadangkala dilakukan
pemeriksaan penunjang yang diperlukan seperti pemeriksaan histopatologi,
toksikologi, serologi, dan sebagainya.
Dari pemeriksaan dapat disimpulkan sebab, jenis luka atau kelainan, jenis kekerasan
penyebabnya, sebab dan mekanisme kematian, serta saat kematian seperti tersebut di
atas.
Visum et repertum psikiatrik perlu dibuat oleh karena adanya pasal 44 (1) KUHP yang
berbunyi ”Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan padanya disebabkan karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya
atau terganggu karena penyakit, tidak dipidana”. Jadi selain orang yang menderita
penyakit jiwa, orang yang retardasi mental juga terkena pasal ini.
Visum ini diperuntukkan bagi tersangka atau terdakwa pelaku tindak pidana, bukan
bagi korban sebagaimana yang lainnya. Selain itu visum ini juga menguraikan tentang
segi kejiwaan manusia, bukan segi fisik atau raga manusia. Karena menyangkut
masalah dapat dipidana atau tidaknya seseorang atas tindak pidana yang
dilakukannya, maka adalah lebih baik bila pembuat visum ini hanya dokter spesialis
psikiatri yang bekerja di rumah sakit jiwa atau rumah sakit umum.
a. Alamat tujuan SPVR (Rumah sakit atau dokter), dan tgl SPVR.
b. Rumah sakit (Direktur) :
Bagian tengah :
a. Disebutkan SPVR korban hidup / mati
b. Identitas korban (nama, umur, kelamin, kebangsaan, alamat, agama dan pekerjaan).
c. Peristiwanya (modus operandi) antara lain
*Luka karena . . . . . . . . . . . . . . . .
*Keracunan (obat/racun . . . . . . . . . .).
*Kesusilaan (perkosaan/perzinahan/cabul).
*Mati karena (listrik, tenggelam, senjata api/tajam/tumpul).
1. PEMBUKAAN
Kata Projustitia dicantumkan disudut kiri atas, dan dengan demikian visum et
repertum tidak perlu bermaterai, sesuai dengan pasal 136 KUHAP.
2. PENDAHULUAN
2. PEMBERITAAN
- Identitas korban menurut pemeriksaan dokter, (umur, jenis kel,TB/BB), serta
keadaan umum.
- Hasil pemeriksaan berupa kelainan yang ditemukan pada korban.
- Tindakan-tindakan / operasi yang telah dilakukan.
- Hasil pemeriksaan tambahan.
Syarat-syarat :
- Memakai bahasa Indonesia yg mudah dimengerti orang awam.
- Angka harus ditulis dengan hurup, (4 cm ditulis empat sentimeter).
- Tidak dibenarkan menulis diagnose luka (luka bacok, luka tembak dll).
- Luka harus dilukiskan dengan kata-kata.
- Memuat hasil pemeriksaan yang objektif (sesuai apa yang dilihat dan ditemukan).
3. KESIMPULAN
- Bagian ini berupa pendapat pribadi dari dokter yang memeriksa, mengenai hasil
pemeriksaan sesuai dgn pengetahuan yang sebaik-baiknya.
- Seseorang melakukan pengamatan dengan kelima panca indera (pengelihatan,
pendengaran, perasa, penciuman dan perabaan).
- Sifatnya subjektif.
4. PENUTUP
- Memuat kata “Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan mengingat sumpah
pada waktu menerima jabatan”.
- Diakhiri dengan tanda tangan, nama lengkap/NIP dokter.
4. Kesimpulan
Memuat hasil interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dari
fakta yang ditemukan sendiri oleh dokter pembuat VeR, dikaitkan dengan maksud
dan tujuan dimintakannya VeR tersebut. Pada bagian ini harus memuat minimal 2
unsur yaitu jenis luka dan kekerasan dan derajat kualifikasi luka. Hasil
pemeriksaan anamnesis yang tidak didukung oleh hasil pemeriksaan lainnya,
sebaiknya tidak digunakan dalam menarik kesimpulan. Pengambilan kesimpulan
hasil anamnesis hanya boleh dilakukan dengan penuh hati-hati. Kesimpulan VeR
adalah pendapat dokter pembuatnya yang bebas, tidak terikat oleh pengaruh suatu
pihak tertentu. Tetapi di dalam kebebasannya tersebut juga terdapat pembatasan,
yaitu pembatasan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi, standar profesi dan
ketentuan hukum yang berlaku. Kesimpulan VeR harus dapat menjembatani antara
temuan ilmiah dengan manfaatnya dalam mendukung penegakan hukum.
Kesimpulan bukanlah hanya resume hasil pemeriksaan,melainkan lebih ke arah
interpretasi hasil temuan dalam kerangka ketentuan hokum-hukum yang berlaku.
5. Penutup
Memuat pernyataan bahwa keterangan tertulis dokter tersebut dibuat dengan
mengingat sumpah atau janji ketika menerima jabatan atau dibuat dengan
mengucapkan sumpah atau janji lebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan
serta dibubuhi tanda tangan dokter pembuat VeR.
- Penyidik, sesuai dengan pasal I ayat 1, yaitu pihak kepolisian yang diangkat negara
untuk menjalankan undang-undang.
- Di wilayah sendiri, kecuali ada permintaan dari Pemda Tk II.
- Tidak dibenarkan meminta visum pada perkara yang telah lewat.
- Pada mayat harus diberi label, sesuai KUHP 133 ayat C.
Syarat pembuat5 :
- Harus seorang dokter (dokter gigi hanya terbatas pada gigi dan mulut)
- Di wilayah sendiri
- Memiliki SIP
- Kesehatan baik
Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter untuk membuat
VeR korban hidup, yaitu:
1. Harus tertulis, tidak boleh secara lisan.
2. Langsung menyerahkannya kepada dokter, tidak boleh dititip melalui korban atau
keluarganya. Juga tidak boleh melalui jasa pos.
3. Bukan kejadian yang sudah lewat sebab termasuk rahasia jabatan dokter.
Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter untuk membuat
VeR jenazah, yaitu:
5. Memberikan label dan segel pada salah satu ibu jari kaki.
Saat menerima permintaan membuat VeR, dokter harus mencatat tanggal dan jam,
penerimaan surat permintaan, dan mencatat nama petugas yang mengantar korban. Batas
waktu bagi dokter untuk menyerahkan hasil VeR kepada penyidik selama 20 hari. Bila
belum selesai, batas waktunya menjadi 40 hari dan atas persetujuan penuntut umum.
Lampiran visum
- Fotografi forensik
- Identitas, kelainan-kelainan pada gambar tersebut
- Penjelasan istilah kedokteran
- Hasil pemeriksaan lab forensik (toksikologi, patologi, sitologi, mikrobiologi)
DAFTAR PUSTAKA
1. Syamsuhidayat, R dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Kedua. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.2004.
2. Karakata, S dan Bachsinar, B. Bedah Minor. Jakarta: Hipokrates. 1996.
3. Atmadja DS. Simposium Tatalaksana Visum et Repertum Korban Hidup pada Kasus
Perlukaan & Keracunan di Rumah Sakit. Jakarta: RS Mitra Keluarga Kelapa Gading,
Rabu 10 Juli 2004.
4. Budiyanto, Arif; Widiatmaka, Wibisana. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian
Kedokteran Forensik Kedokteran Universitas Indonesia. 1997.
5. Hoediyanto; A. Hariadi. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.
Surabaya. Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga. 2010.
6. Guntur, P.J.L. Penerapan Visum et Repertum sebagai Alat Bukti dalam Peradilan
Pidana. HUT FK-UGM ke-54 RSUP Dr Sardjito ke-18, Yogyakarta. 2000.
7. Soegandhi, R. Arti Dan Makna Bagian-Bagian Visum Et Repertum. Ed.2 Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik FK-UGM, Yogyakarta. 2001.