Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Penyakit virus influensa babi pertama dikenal sejak tahun 1918-1919, pada
saat itu di dunia sedang terdapat wabah penyakit influenza secara pandemik yang
bermula di negara Spanyol dan dikenal dengan flu (Spanish flu). Para ahli
kesehatan hewan berpendapat bahwa penyakit flu babi ini ditularkan dari
manusia. Selain di negara Amerika Serikat, wabah influensa babi dilaporkan
terjadi di berbagai negara Canada, Amerika Selatan, Asia dan Afrika pada
permulaan tahun 1968 (FENNER et al., 1987).
Di Eropa influensa babi diketahui pada tahun 1950-an, melanda negara
Cekoslovakia, Inggris dan Jerman Barat, sementara waktu virus menghilang
sampai muncul kembali wabah tahun 1976 di bagian Itali, yang kemudian
menyebar ke Belgia dan bagian selatan Perancis pada tahun 1979. Dengan cepat
penyakit menyebar ke negara Eropa yang lain.

Kasus virus ini menimbulkan kasus yang besar dan di temukan di daerah
meksiko pada tahun 2009, menyebar dengan cepat di seluruh dunia termasuk
Inggris bahkan di laporkan pada tahun 2007 virus ini menyerang salah seorang
masyarakat di pulau Luzon filiphina, di Asia sebagai benua terbesar di dunia,
Negara berkembang tidak terlepas dari keganasan virus ini. Benua Asia
merupakan salah satu wilayah yang terserang wabah flu babi pada tahun 2009.

Jumlah data kumulatif flu H1N1 di 168 negara adalah 182.166 kasus positif
flu babi (H1N1) dengan angka kematian 18.449 orang yang tersebar di semua
benua. Sedangkan jumlah kumulatif flu babi (H1N1) di Indonesia sampai dengan
23 Agustus 2009 sebanyak 1.005 orang dengan 5 orang diantaranya meninggal
dunia.

KKP KELAS I MEDAN Page 1


Tabel angka kematian flu babi (H1N1) berdasarkan region menurut WHO tahun
2009
Region Deaths
WHO Regional Office for Africa 168
WHO Regional Office for Americas At least 8533
WHO Regional Office for Eastern 1019
Mediterranean
WHO Regional Office for Europe At least 4879
WHO Regional Office for South-East 1992
Asia
WHO Regional Office for Western 1858
pacific
Total At least 18.449

Berdasarkan data dari tabel di atas angka kematian tertinggi flu babi (H1N1)
terdapat pada Regional Amerika dengan jumlah 8533 orang, diikuti secara
berturut-turut oleh Regional Eropa (4879 orang), Asia tenggara (1992 orang),
pasifik barat (1858 orang), mediterranean timur (1019 orang) dan angka kematian
terendah terdapat pada Regional Afrika dengan jumlah 168 orang.

KKP KELAS I MEDAN Page 2


KKP KELAS I MEDAN Page 3
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa dari 33 keseluruhan
provinsi di Indonesia telah terdeteksi 25 provinsi yang menderita flu babi (H1N1).

Melihat dari bahayanya dan penyebarannya yang cepat di karenakan Virus ini
tidak hanya menyebar dari Hewan ke orang (zoonosis) tapi juga dari orang ke
orang serta frekuensi kasus kematian yang timbul dimana setiap 2 dari 10.000

KKP KELAS I MEDAN Page 4


penduduk meninggal akibat penyakit ini maka penulis merasa perlu adanya
makalah yang membahas lebih lanjut mengenai Virus Flu Babi (H1N1).

1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit swine
influenza (H1N1) dipintu masuk Negara.

b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan mengenali penyakit swine influenza H1N1 di pintu
masuk Negara.
2. Untuk mengetahui Kebijakan Pemerintah terhadap pencegahan swine
influenza H1N1 di pintu masuk Negara.

1.3 Manfaat
Bagi Penyusun :

1. Dapat menyelesaiakan Tugas Individu yang di berikan Oleh Dosen


Pengajar
2. Dapat menjadi tambahan literatur dalam peningkatan kajian dan
pengetahuanmengenai Penyakit Flu Babi sebagai penyakit menular yang
berbahaya dan dibawa oleh penumpang internasional
3. Menjadi bahan pembelajaran dalam penyusunan makalah
4. Dapat menentukan langkah-langkah apabila menemukan sesorang yang di
curiga terinfeksi penyakit flu babi

Bagi Pembaca :
1. Diharapkan dapat menjadi informasi dan dapat meningkatkan pengetahuan
mengenai penyakit flu babi dan cara pencegahnnya
2. Diharapkan dapat memberikan informasi tentang langkah-langkah yang
harus diambil jika menemukan seseorang yang dicurigai terinfeksi flu babi

KKP KELAS I MEDAN Page 5


3. Di harapkan dapat menjadi refrensi dalam penyusunan makalah ataupun
laporan yang berhubungan dengan Penyakit Flu Babi maupun unsur-unsur
terkait di dalamnya

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Penyakit Flu Babi


Flu Babi adalah penyakit yang menyerang saluran pernapasan manusia yang
di sebabkan oleh virus influenza A.penyakit ini sering di sebut sebagai flu baru
H1N1 atau Flu Meksiko di karenakan penyakit ini mulai mewabah dan
menimbulkan gajala pandemik sejak tahun 2009 bersumber di daerah
Meksiko,penyakit ini kemudian menyerang dari manusia ke manusia yang pada
awalnya bersifat zoonosis.
Penyakit Flu Babi ini disebabkan oleh Virus Influenza yang dikenal
sebagai swine influenza virus (SIV), biasanya menyerang binatang babi. Penyakit
ini dengan sangat cepat menyebar ke dalam kelompok ternak dalam waktu satu
minggu. Virus ini banyak menginfeksi babi di negara Amerika Serikat, Meksiko,
Kanada, Amerika Selatan, Eropa, Kenya, Cina, Taiwan, Jepang, dan sebagian
Asia Timur.
Seperti layaknya virus influenza lainnya, Virus Flu Babi dapat berubah-
ubah. Babi dapat ditulari oleh virus Flu Burung, Flu Babi, maupun Virus
Influenza yang berasal dari manusia. Virus influenza yang berasal dari beberapa
spesies (unggas dan manusia) menginfeksi babi, didalam tubuh babi virus-virus
tersebut dapat mengalami mutasi (antigen shift) dan membentuk subtipe baru. Flu
babi disebabkan oleh serangan Virus Influenza tipe A. Pada saat ini paling tidak

KKP KELAS I MEDAN Page 6


ada empat subtipe dari tipe A yang diidentifikasi pada babi, yaitu H1N1, H1N2,
H3N2, dan H3N1. Namun, dari subtipe tersebut yang banyak menyebabkan flu
babi adalah H1N1 (Cahyono, 2009 dan Dermawan, 2009).
Pada tubuh babi, virus mengalami perubahan dengan dua pola.
1. Adaptasi. Jika ini terjadi dampaknya tidak terlalu berbahaya karena tidak ada
perubahan struktur virus. 2. Penyusunan ulang virus. Berdasarkan pola ini, virus
bisa berkembang menjadi gabungan Flu Babi, Flu Unggas, dan Flu Manusia, Jika
menyimak penjelasan beberapa peneliti di Amerika Serikat, ada kemungkinan
kejadian ini berupa penyusunan ulang virus (Dermawan, 2009 : 13). Pencampuran
material genetik bermula ketika virus itu masuk ke tubuh babi. Virus Flu Manusia
dan Virus Flu Babi masuk ke sel selaput lendir atau epitel babi melalui reseptor
alfa 2,6 sialic acid, sedangkan Virus Flu Unggas masuk ke reptor alfa 2,3 sialic
acid. Namun, babi memiliki kedua reseptor itu sehingga virus dengan mudah
masuk ke dalam sel babi.Di dalam sel babi, virus-virus tersebut bereplikasi.
Saat bereplikasi, diantara virus-virus itu bisa terjadi pertukaran material
genetik atau yang dikenal dengan istilah antigenik drift. Masing-masing virus
memiliki material genetik berupa delapan fragmen. Delapan fragmen itu adalah
HA, NA, PA, PB1, PB2, M, NP, dan NS. Fragmen-fragmen tersebut bisa bertukar
antara atau dengan lainnya sehingga terbentuk “anak” virus dengan sifat yang
berbeda. Dalam kasus Flu Babi, penataan ulang itu menghasilkan virus dengan
struktur luar sama dengan “induknya”, yaitu Virus Flu Babi (karena itu virus ini
tetap disebut subtipe H1N1). Namun, material di dalamnya berasal dari fragmen
Virus Flu Manusia dan Flu Unggas. Disamping terjadi pertukaran material
genetik, kemungkinan pula terjadi antigenetik shift, yaitu fragmen-fragmen yang
ada saling bermutasi. Bila ini yang terjadi,“anak” virus memiliki material genetic
yang lebih kompleks. Bila antigenetic shift dan antigenetik drift terjadi di dalam
kasus Flu Babi, ini merupakan perubahan yang sempurna. WHO akhirnya
mengumumkan namanya flu baru H1N1 mengingat bahwa hampir semua kasus
pada manusia berasal dari manusia,bukan lagi dari babi.penularan dari manusia ini
di sebabkan karena perubahan sifat virus yang mempunyai kemampuan menular

KKP KELAS I MEDAN Page 7


dari manusia ke manusia .sementara itu,banyak Negara melaporkan penurunan
perdagangan produksi babi secara signifikan.

Fase – Fase Pandemi


Fase Inter Pandemi
Fase 1 :
Tidak ada subtipe virus baru yang terdeteksi pada manusia. Suatu subtipe Virus
Influenza yang telah menyebabkan infeksi pada manusia bisa saja terdapat pada
hewan. jika virus ini terdapat pada hewan, resiko infeksi atau penyakit pada
manusia akan rendah.
Fase 2 :
Tidak ada subtipe virus baru yang terdeteksi pada manusia. Namun suatu subtipe
virus influensa pada hewan yang bersirkulasi memiliki resiko menumbulkan
penyakit pada manusia.

Fase Waspada Pandemi


Fase 3:
Infeksi pada manusia bisa disebabkan oleh subtipe baru, tetapi tidak bisa
menyebar dari manusia ke manusia, atau setidaknya ada kejadian langka adanya
penyebaran pada kontak yang erat.
Fase 4 :
Adanya kluster kecil, dengan penularan terbatas manusia ke manusia, tetapi
penyebaran sangat terlokalisir memberi kesan bahwa virus kurang beradaptasi
dengan manusia.
Fase 5 :
Adanya kluster besar, dengan penularan manusia ke manusia yang
penyebarannya masih terlokalisasi, menunjukkan bahwa virus menjadi semakin
lebih baik beradaptasi dengan manusia, tetapi mungkin belum sepenuhnya
berbahaya (adanya resiko pandemi yang cukup besar)

Fase Pandemi

KKP KELAS I MEDAN Page 8


Fase 6:
Pandemi Influenza: adanya peningkatan dan penularan berkelanjutan pada
populasi umum.

2.2 Epidemiologi
Penyebaran Virus Influensa dari babi ke babi dapat melalui kontak
moncong babi, melalui udara atau droplet. Faktor cuaca dan stres akan
mempercepat penularan. Virus tidak akan tahan lama di udara terbuka. Kekebalan
maternal dapat terlihat sampai 4 bulan tetapi mungkin tidak dapat mencegah
infeksi, kekebalan tersebut dapat menghalangi timbulnya kekebalan aktif.
Transmisi inter spesies dapat terjadi, sub tipe H1N1 mempunyai
kesanggupan menulari antara spesies terutama babi, bebek, kalkun dan manusia,
demikian juga sub tipe H3N2 yang merupakan sub tipe lain dari Influensa A.
H1N1, H1N2 dan H3N2 merupakan ke 3 subtipe Virus Influenza yang umum
ditemukan pada babi yang mewabah di Amerika Utara (WEBBY et al., 2000;
ROTA et al., 2000; LANDOLT et al., 2003), tetapi pernah juga sub tipe H4N6
diisolasi dari babi yang terkena pneumonia di Canada (KARASIN et al., 2000).
Manusia dapat terkena penyakit influensa secara klinis dan menularkannya
pada babi. Kasus infeksi sudah dilaporkan pada pekerja di kandang babi di Eropa
dan di Amerika. Beberapa kasus infeksi juga terbukti disebabkan oleh sero tipe
asal manusia. Penyakit pada manusia umumnya terjadi pada kondisi musim
dingin. Transmisi kepada babi yang dikandangkan atau hampir diruangan terbuka
dapat melalui udara seperti pada kejadian di Perancis dan beberapa wabah
penyakit di Inggris. Babi sebagai karier penyakit klasik di Denmark, Jepang, Italy
dan kemungkinan Inggris telah dilaporkan.
Kasus zoonosis yang dilaporkan menimpa wanita umur 32 tahun, pada
bulan September 1988, orang tersebut dirawat di rumah sakit akibat pnemonia dan
akhirnya meninggal 8 hari kemudian. Dari hasil pemeriksaan ditemukan virus
influensa patogen yang secara antigenik berhubungan dengan virus influensa babi
(ROTA et al., 1989, WELLS et al.,1991). Setelah diselidiki ternyata pasien
tersebut 4 hari sebelum sakit mengunjungi pameran babi. Sementara itu, hasil

KKP KELAS I MEDAN Page 9


pengujian HI pada orang yang datang pada pameran babi tersebut menunjukkan
sebanyak 19 orang dari 25 orang (76%) mempunyai titer antibodi ≥20 terhadap flu
babi. Walaupun disini tidak terjadi wabah penyakit, namun terdapat petunjuk
adanya penularan virus (WELLS et al., 1991)

2.3. Penyebab Flu Babi


Flu Babi disebabkan oleh influenza virus dimana virus ini terdiri atas
banyak jenis virus flu.Virus tersebut terus-menerus mengalami perubahan dan
bermutasi untuk menghindari sistem imun hewan yang diinfeksi.
Virus influenza yang menyebabkan Flu Babi disebut H1N1 2009
dkarenakan virus ini pertamakali di temukan pada tahun 2009 di Meksiko. Secara
umum Ada tiga jenis utama dari Virus Flu yakni Influenza A, B, dan C.
Virus Flu Babi masuk dalam kelas influenza tipe A yakni Virus H1N1
telah menyebabkan wabah flu tahunan pada manusia dan pada tahun 2009
mengalami pandemi disebabkan adanya variasi dalam virus H1N1 biasa.Hal ini
secara khusus disebut H1N1 2009 atau Flu Babi. Strain ini yang sebelumnya telah
ditemukan pada babi atau manusia diketahui membawa campuran gen dari Flu
pada manusia,swine Flu (Flu Babi) dan Avian Flu (Flu Burung).
Virus Influenza mempunyai tata nama tertentu dalam pembagiannya
misalnya, Varian Jika terdeteksi disebut dengan tambahan "v". Misalnya, H3N2
virus variasi terdeteksi di seseorang, itu akan disebut "H3N2v" Virus. Tatanama
ini disusun pada 6 Januari 2012 dalam upaya menekan morbiditas dan kematian
mingguan yang dilaporkan dari pusat untuk upaya pencegahan dan kontrol
penyakit.
Virus Flu Babi umumnya ketika menginfeksi babi memperlihatkan gejala
seperti demam, batuk (menggonggong), keluar cairan dari hidung atau mata,
bersin, kesulitan bernapas, mata merah dan berair, dan tidak nafsu makan.
Beberapa babi mungkin terinfeksi tapi tidak memperlihatkan tamda-tanda suspect,
selain itu virus ini di temukan jarang membunuh babi dan kebanyakan wabah
terjadi selama musim gugur dan musim dingin akhir seperti infeksi flu musiman
pada manusia

KKP KELAS I MEDAN Page 10


Lebih lanjut, babi rentan terhadap tiga jenis Flu sebagaimana di paparkan
sebelumnya seperti Flu Burung, Flu Manusia dan Flu Babi. Hewan-hewan ini
mungkin terinfeksi dengan virus dari spesies yang berbeda sekaligus. Setelah ini
terjadi, virus berpotensi untuk membuat variasi baru yang dapat menyebar
dengan mudah dari orang ke orang. Ketika hal ini terjadi untuk strain Influenza
dapat menimbulkan antigenik shift dalam tubuh babi. Antigenik shift
memungkinkan munculnya mutasi pada virus dan ketika menyerang manusia
yang tidak pernah terinfeksi sebelumnya di karenakan tidak adanya informasi zat
imun hal inilah yang menyebabkan pandemik pada tahun 2009 karena adanya
varian virus baru yang dapat di tularkan dari orang ke orang dalam jangka waktu
yang cepat dimana WHO melaporkan hingga tahun 2010 pada bulan februari telah
membunuh 15.921 di seluruh dunia namun pada 10 agusutus 2010 WHO
menyatakan penurunan pandemik di karenakan mulai adanya vaksinasi yang
menyebabkan penurunan prevalensi kasus Flu Babi.

2.4. Transmisi Penyakit Flu Babi


Masa inkubasi virus H1N1 3 sampai 5 hari meski ada pula yang
menyebutkan 2-3 hari (namun rata-rata 1-7 hari). Gejala klinis yang tampak,
antara lain suhu tubuh mencapai 41 derajat celcius sampai 41,5 derajat celcius,
gangguan pernafasan berupa batuk, bersin, susah bernafas, radang hidung, sekret
hidung berlebih dan pneumonia. Babi tertular biasanya malas bergerak, saling

KKP KELAS I MEDAN Page 11


bertumpuk, demam (sampai 41,5oC), rhinitis, sekret hidung berlebihan, bersin,
radang selaput mata (konjungtivitis) dan kehilangan berat badan, batuk hebat,
frekuensi nafas tinggi, susah bernafas, dan pernafasan abdominal. Beberapa
berkembang menjadi bronkopenumonia dan akhirnya mati. Tingkat kefatalan
kasus kurang dari 1% (11).
Masa laten virus H1N1 adalah 3-5 hari (7). Periode Infeksi pasien positif
flu babi adalah sehari sebelum munculnya gejala sampai dengan 7 hari setelah
muncul gejala

2.5 Cara Penularan Virus Flu Babi


Penyebaran Virus Influensa dari babi ke babi dapat melalui kontak
moncong babi, melalui udara atau droplet. Faktor cuaca dan stres akan
mempercepat penularan. Virus tidak akan tahan lama di udara terbuka.Penyakit
bisa saja bertahan lama pada babi breeder atau babi anakan Kekebalan maternal
dapat terlihat sampai 4 bulan tetapi mungkin tidak dapat mencegah infeksi,
kekebalan tersebut dapat menghalangi timbulnya kekebalan aktif. Transmisi inter
spesies dapat terjadi, sub tipe H1N1 mempunyai kesanggupan menulari antara
spesies terutama babi, bebek, kalkun dan manusia, demikian juga sub tipe H3N2
yang merupakan sub tipe lain dari influensa A. H1N1, H1N2 dan H3N2
merupakan ke 3 subtipe virus influenza yang umum ditemukan pada babi yang
mewabah di Amerika Utara, tetapi pernah juga sub tipe H4N6 diisolasi dari babi
yang terkena pneumonia di Kanada
Rute utama penularan adalah melalui kontak langsung antara hewan yang
terinfeksi dan tidak terinfeksi Ini kontak dekat sangat umum selama transportasi
hewan.. Pertanian intensif juga dapat meningkatkan resiko penularan, karena babi
yang dibesarkan dalam jarak yang sangat dekat satu sama lain. Para transfer
langsung dari virus mungkin terjadi baik oleh babi, menyentuh hidung, atau
melalui lendir kering. Transmisi udara melalui aerosol yang dihasilkan oleh babi
batuk atau bersin juga merupakan sarana penting infeksi. Virus ini biasanya
menyebar dengan cepat melalui kawanan, menginfeksi semua babi hanya dalam
beberapa hari.

KKP KELAS I MEDAN Page 12


Manusia dapat terkena penyakit influenza secara klinis dan menularkannya
pada babi.Kasus infeksi sudah dilaporkan pada pekerja di kandang babi di Eropa
dan di Amerika. Beberapa kasus infeksi juga terbukti disebabkan oleh serotipe
asal manusia. Penyakit pada manusia umumnya terjadi pada kondisi musim
dingin. Transmisi kepada babi yang dikandangkan atau hampir diruangan terbuka
dapat melalui udara seperti pada kejadian di Perancis dan beberapa wabah

KKP KELAS I MEDAN Page 13


penyakit di Inggris.Babi sebagai karier penyakit klasik di Denmark, Jepang, Itali
dan kemungkinan Inggris telah dilaporkan.
Kasus zoonosis yang dilaporkan menimpa wanita umur 32 tahun, pada
bulan September 1988, orang tersebut dirawat di rumah sakit akibat pnemonia dan
akhirnya meninggal 8 hari kemudian. Dari hasil pemeriksaan ditemukan Virus
Influenza patogen yang secara antigenik berhubungan dengan Virus Influenza
babi. Setelah diselidiki ternyata pasien tersebut 4 hari sebelum sakit mengunjungi
pameran babi. Sementara itu, hasil pengujian HI pada orang yang datang pada
pameran babi tersebut menunjukkan sebanyak 19 orang dari 25 orang (76%)
mempunyai titer antibodi ≥20 terhadap flu babi. Walaupun disini tidak terjadi
wabah penyakit, namun terdapat petunjuk adanya penularan virus

2.6. Manifestasi Klinis


Gejala penderita Flu Babi, hampir sama dengan penderita influenza biasa.
Sehingga di diagnosa kemungkinan flu babi bila didapatkan gangguan pernafasan
berat yang tiba-tiba, disertai minimal dua tanda berikut, yaitu: demam, batuk,
nyeri menelan, nyeri-nyeri seluruh badan, sakit kepala, demam dan mengiggil,
mual dan muntah. Lama sakit berkisar 4 – 6 hari. Pada anak-anak akan didapatkan
gejala yang lebih berat yaitu sulit bernafas, pernafasan cepat, kebiruan, dehidrasi,
gangguan kesadaran dan tidak bisa tenang.

2.7 Cara Pengobatan Flu Babi

Tidak ada pengobatan spesifik untuk penyakit Influenza. Hanya saja


pengobatan dengan antibiotika seperti dengan penisilin, sulfadimidin atau
mungkin antibiotik yang berspektrum luas dapat menghambat infeksi bakteri
dalam mencegah infeksi sekunder. Pemerintah Amerika mengatakan dua obat
yang biasa digunakan untuk mengobati flu, Tamiflu dan Relenza, tampaknya
efektif dalam mengatasi kasus-kasus yang terjadi sejauh ini. Belum jelas
keefektifan vaksin flu yang kini ada dalam melindungi manusia dari virus baru
ini, karena secara genetik berbeda dengan jenis flu lain. Ilmuwan Amerika telah

KKP KELAS I MEDAN Page 14


mengembangkan satu vaksin baru, namun diperlukan waktu untuk
menyempurnakannya dan juga memproduksi dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi permintaan.
Perlakuan dapat menekan gejala klinis batuk dan anoreksia.Penyembuhan
dilakukan secara simptomatis dan pengobatan dengan antimikrobial untuk
mencegah terjadinya infeksi sekunder.Babi harus dipelihara dalam keadaan
sanitasi yang baik, kondisi kandang yang memadai dan eradikasi cacing askaris
dan cacing paru-paru.Desinfektan dapat digunakan untuk melindungi hewan dari
serangan kutu. Pada kasus-kasus penyakit yang dilakukan eradikasi, juga harus
dilaksanakan pengurangan populasi dan restocking.

2.8 Pencegahan Flu Babi


Pencegahan penyakit infeksi influenza A rH1N1 pada manusia harus
melibatkan pencegahan infeksi pada babi dan unggas. Banyak ahli menyarankan
untuk melakukan imunisasi babi terhadap infeksi virus influenza A H1N1
sehingga jumlah virus yang beredar pada babi berkurang dan penularan ke
manusia juga menurun. Hal yang sama juga diharapkan jika unggas diimunisasi.

Imunisasi Babi
Dahulu banyak para ahli tidak setuju untuk mengimunisasi babi agar tidak
menularkan virus influenza kepada manusia. Kemudian imunisasi babi dianggap
perlu, karena dapat mengurangi replikasi virus sehingga babi tidak sakitdan virus

KKP KELAS I MEDAN Page 15


tidak menyebar ke populasi manusia. Masalah yang selalu dihadapi dalam
mengimunisasi babi adalah mutasi drift dan mutasi shift pada gen virus, sehingga
vaksin kurang efektif untuk mencegah penyakit. Selain itu, babi umur muda masih
memiliki antibodi maternal yang diperoleh dari induknya yang mendapat
imunisasi, sehingga efikasi vaksin menjadi rendah. Dengan demikian, virus masih
tetap dapat eredar di dalam populasi babi. Vaksin influenza babi yang ada saat ini
adalah vaksin virus utuh mati yang dicampur adjuvan. Virus yang digunakan
diperbanyak di dalam telor bebek yang berembrio. Vaksin tersebut mampu
merangsang munculnya IgG titer tinggi di dalam serum dan paru, sehingga dapat
mengurangi timbulnyagejala klinis. Antibodi terhadap protein H tampak paling
protektif. Perlindungan terhadap infeksi tidak seluruhnya dapat dihambat, tetapi
multiplikasi virus dapat dikurangi. Karena adanya varian virus baru yang
menginfeksi babi maka Departemen Pertanian Amerika Serikat menyarankan
untuk menambahkan komponen virus baru, agar vaksin memberikan efikasi yang
lebih tinggi, tetapi harga vaksin akan menjadi lebih mahal dan waktu yang
dibutuhkan untuk uji klinis akan lama. Untungnya, perlindungan silang yang
diberikan oleh vaksin terhadap berbagai varian antigenik virus influenza lebih luas
pada babi dibandingkan dengan vaksin influenza pada manusia. Saat ini, vaksin
virus hidup yang dimodifikasi untuk babi tidak ada. Jenis vaksin tersebut
sebenarnya mempunyai keuntungan, karena dapat meningkatkan rangsangan
imunitas seluler, terutama ditujukan terhadap protein NP yang sangat dilindungi,
sehingga lebih memberikan imunitas heterosubtipik. Penggunaan jenis vaksin
hidup harus berhati-hati
karena dapat terjadi reassortment dengan galur virus liar. Ada berbagai jenis
vaksin lain, misalnya vaksin dengan menggunakan vektor seperti virus vaksinia,
baculovirus, alphavirus, dan adenovirus yang sekarang sedang dipelajari. Vaksin
DNA juga sekarang sedang dipelajari. Vaksin ini tampaknya cukup
menguntungkan karena tidak menggunakan virus hidup, tetapi dapat
menghasilkan protein virus dengan konformasi yang normal. Vaksin ini dapat
merangsang imunitas humoral maupun seluler dalam jangka waktu yang sangat
panjang.

KKP KELAS I MEDAN Page 16


Imunisasi Unggas
Unggas, terutama burung air dapat diinfeksi berbagai subtipe virus
influenza, jadi tanpa memandang subtipe H dan N. Strategi mengawasi infeksi
influenza pada unggas liar sampai saat ini belum ada. Karena virus influenza
selalu beredar pada unggas liar, maka tujuan utama pengawasan adalah untuk
mengurangi paparan virus terhadap peternakan unggas dan babi. Imunisasi ternak
unggas pada prinsipnya sama dengan imunisasi pada mamalia yaitu pada manusia
dan babi. Antibodi terhadap protein H sangat penting untuk perlindungan terhadap
infeksi virus. Vaksin pada unggas mempunyai perlindungan silang yang lebih luas
terhadap berbagai variasi antigenik virus influenza dibandingkan vaksin influenza
untuk manusia. Selain itu, virus influenza liar yang menginfeksi unggas hanya
sedikit mengalami mutasi drift, sehingga perubahan struktur protein sangat jarang,
walaupun pernah dilaporkan mutasi drift pada virus influenza yang menginfeksi
ternak di Meksiko.

Imunisasi pada Manusia


Imunisasi pada manusia sangat penting untuk mencegah agar tidak
menderita penyakit virus influenza rH1N1, tetapi vaksin tersebut sampai saat ini
belum ada. Pemerintah Amerika Serikat sekarang sedang berusaha untuk
membuat vaksin yang mengandung virus rH1N1.18 Vaksin virus influenza yang
ada walaupun sudah mengandung komponen virus influenza H1N1 musiman pada
manusia, kurang efektif untuk mencegah penyakit virus influenza rH1N1.
Meskipun demikian, beberapa ahli menyatakan bahwa vaksin masih dapat
digunakan untuk meringankan gejala penyakit, karena masih memiliki beberapa
persamaan epitop antigenik padaprotein H maupun protein N.18

Kemoprofolaksis Antivirus
Untuk profilaksis infeksi virus influenza A rH1N1 disarankan
menggunakan oseltamivir atau zanamivir. Lama pemberian kemoprofilaksis
antivirus setelah pajanan adalah 10 hari sesudah terpajan virus influenza A
rH1N1. Indikasi pemberian kemoprofilaksis pasca pajanan adalah bila

KKP KELAS I MEDAN Page 17


mengadakan kontak erat dengan kasus confirmed, probable, dan suspect penderita
rH1N1 dalam masa infeksius. Masa infeksius seseorang yang terinfeksi virus
rH1N1 diperkirakan sama dengan yang diamati pada infeksi virus influenza A
musiman. Dari studi yang dilakukan pada infeksi influenza musiman, penderita
dapat menularkan penyakit mulai satu hari sebelum munculnya gejala sampai 7
hari sesudah menjadi sakit. Anak-anak terutama bayi yang masih muda
mempunyai kecenderungan untuk infeksius dalam waktu yang lebih panjang.
Sebagai pegangan, masa infeksius adalah satu hari sebelum munculnya gejala
sampai 7 hari setelah munculnya gejala. Bila kontak dengan penderita terjadi lebih
dari 7 hari dari saat munculnya penyakit, maka pemberian profilaksis tidak perlu.
Untuk profilaksis sebelum terpajan, antivirus diberikan selama terpajan dan
diteruskan 10 hari setelah terpajan terakhir dengan penderita rH1N1 dalam masa
infeksius. Oseltamivir dapat juga digunakan untuk profilaksis pada anak yang
berumur kurang dari 1 tahun.

Kemoprofilaksis antivirus setelah terpapar penderita infeksi virus rH1N1


menggunakan oseltamivir atau zanamivir dapat dipertimbangkan untuk:
1. Orang yang mengadakan kontak erat dengan kasus (confirmed, probable, dan
suspect) yang mempunyai risiko tinggi mendapat komplikasi influenza.
2. Petugas perawatan, petugas kesehatan masyarakat, orang yang menemukan
kasus pertama yang tidak menggunakan alat proteksi terpapar dengan penderita
influenza rH1N1 (confirmed, probable, suspect) dalam masa infeksius.
Kemoprofilaksis antivirus sebelum terpapar harus digunakan seperlunya dan
harus dikonsultasikan kepada petugas kesehatan yang berwenang. Untuk petugas
yang mempunyai risiko tinggi mendapat komplikasi (petugas keperawatan,
petugas kesehatan masyarakat, petugas terdepan di masyarakat) harus
menggunakan alat pelindung diri atau melakukan tugas secara bergantian.

1. Cuci tangan secara teratur dengan air dan sabun sebelum menyentuh makanan
sebelum dan sesudah makan, sebelum dan sesudah memegang bayi, dan
setelah memegang sesuatu yang kotor.

KKP KELAS I MEDAN Page 18


2. Hindari kontak langsung dengan penderita flu babi agar tidak tertular.
3. Lakukan pola hidup sehat sepeti makan makanan gizi seimbang, tidur cukup,
dan olahraga.
4. Tidak ada bukti flu babi menular lewat konsumsi daging binatang yang
terjangkit. Namun, daging itu harus dimasak matang, suhu 70C akan
membunuh virus itu.

5. Bagi peternak sebaiknya sering membersihkan alat-alat peternakan yang di


gunakan dan menggunakan masker saat berada di area peternakan.

Dinas Kesehatan Provinsi

1. Memberikan/meneruskan informasi-informasi kepada Dinas Kesehatan


Kab/Kota
2. Menghimbau Dinkes kab/kota untuk melaksanakan peningkatan surveilans
Influensa like illness dan Pneumonia di Puskesmas dan Rumah sakit serta
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
3. Menghimbau Dinkes Kab/Kota untuk mencermati adanya kluster ILI,
Pneumonia dan kematian akibat Pneumonia yang tidak jelas penyebabnya
4. Berkoordinasi dengan kantor kesehatan Pelabuhan setempat dalam
mengantisipasi masuknya Wsine Flu ke Indonesia
5. Mulai mempersiapkan posko KLB jika diperlukan sesuai dengan
perkembangan penyebaran penyakit.

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)

1. Kantor kesehatan pelabuhan (KKP) agar melakukan


a. Screening demam terhadap penumpang dan awak kapal/pesawat yang
datang langsung maupun tidak langsung dari negara terjangkit Swine Flu
b. Membagikan Health Alert Card (HAC)

Apabila ditemukan panas, maka dapat dilakukan tindakan sebagai berikut :

KKP KELAS I MEDAN Page 19


a. Pemeriksaan di klinik KKP
b. Di karantina oleh KKP sesuai dengan prosedur
c. Dirawat di Rumah Sakit rujukan
2. Dinas Kesehatan Pprovinsi dan Kab/Kota agar melakukan hal-hal sebagai berikut
a. Surveilans intensif terhadap kasus ILI dan Pneumonia
b. Mengkoordinir kesiapan pelayanan kesehatan di daerah dan unit
kesehatan lain terkait

KKP KELAS I MEDAN Page 20


BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Swine influenza merupakan penyakit saluran pernafasan akut yang sangat


menular, disebabkan Virus Influenza yang termasuk dalam
Orthomyxovirus. Virus ini berasal dari Meksiko dan telah menjadi
pandemik di berbagai Negara dunia.
Penyakit Flu Babi ini disebabkan oleh Virus Influenza yang biasanya
menyerang binatang babi. Dan penyakit ini dengan sangat cepat menyebar
ke dalam kelompok ternak dalam waktu satu minggu. Virus ini banyak
menginfeksi babi di negara Amerika Serikat, Meksiko, Kanada, Amerika
Selatan, Eropa, Kenya, Cina, Taiwan, Jepang, dan sebagian Asia Timur.

2. Untuk Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) baik udara maupun Laut


a. Segera mengaktifkan Thermal Scanner atau alat pendeteksi suhu
lainnya
b. Peran aktif Petugas KKP dalam rangka pemantauan kepada setiap
penumpang yang datang dari luar negeri
c. Segera membagikan Health Alert Card (HAC) untuk memantau
penumpang terutama yang datang dari daerah terjangkit
d. Menyimpan daftar nama penumpang terutama yang berasal atau
pernah berkunjung ke negara/area terjangkit dalam 7 hari terakhir
untuk kepentingan penyelidikan Epidemiologi/ pelacakan kasus dan
pengetahuan

KKP KELAS I MEDAN Page 21


3. Fase – Fase Pandemi
Fase Inter Pandemi
Fase 1 : tidak ada subtipe virus baru yang terdeteksi pada manusia. Suatu
subtipe virus influenza yang telah menyebabkan infeksi pada manusia bisa
saja terdapat pada hewan. jika virus ini terdapat pada hewan, resiko infeksi
atau penyakit pada manusia akan rendah.
Fase 2 : tidak ada subtipe virus baru yang terdeteksi pada manusia. Namun
suatu subtipe virusss influensa pada hewan yang bersirkulasi memiliki
resiko menumbulkan penyakit pada manusia.

Fase Waspada Pandemi


Fase 3 : infeksi pada manusia bisa disebabkan oleh subtipe baru, tetapi
tidak bisa menyebar dari manusia ke manusia, atau setidaknya ada
kejadian langka adanya penyebaran pada kontak yang erat.
Fase 4 : adanya kluster kecil, dengan penularan terbatas manusia ke
manusia, tetapi penyebaran sangat terlokalisir memberi kesan bahwa virus
kurang beradaptasi dengan manusia.
Fase 5 : adanya kluster besar, dengan penularan manusia ke manusia yang
penyebarannya masih terlokalisasi, menunjukkan bahwa virus menjadi
semakin lebih baik beradaptasi dengan manusia, tetapi mungkin belum
sepenuhnya berbahaya (adanya resiko pandemi yang cukup besar)

Fase Pandemi
Fase 6: pandemi Influenza: adanya peningkatan dan penularan
berkelanjutan pada populasi umum.

KKP KELAS I MEDAN Page 22


3.2. Saran

A. Untuk masyarakat

1. Bagi masyarakat yang ingin melakukan perjalanan wisata, sebaiknya


berkonsultasi dengan dokter.
2. Penggunaan masker bagi masyarakat setempat maupun turis pendatang
diwilayah terjangkit.
3. Bila ada mengalami gejala demam dan gangguan pernafasan setelah
kembali dari negara atau wilayah yang wabah Avian Influenza H7N9,
segera konsultasikan ke dokter dan ceritkan perjalanan sebelumnya.
4. Selalu cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan dan setelah
melakukan kegiatan di luar.

B. Untuk KKP

1. KKP harus selalu waspada dan sigap dalam mengantisipasi masuknya


penyakit flu babi ke Indonesia terutama di pintu masuk negara
(bandara,pelabuhan, dan perbatasan negara) dengan membuat langkah-
langkah, kebijakan-kebijakan serta peraturan-peraturan dalam mencegah
masuknya swine flu ke Indonesia serta penanggulangannya
2. KKP hendaknya melengkapi sarana dan prasarana dalam membantu
mendeteksi secara dini seseorang yang telah terinfeksi swine flu

KKP KELAS I MEDAN Page 23


DAFTAR PUSTAKA

1. Ananya Mandall.april.Pengertian Virus flu Babi. http://www.news-


medical.net/health/What-is-swine-flu-(Indonesian).aspx.08/04/2013
2. BBC.01/2013.Flu Babi. http://www.bbc.co.uk.08/04/2013
3. Farida Kumalasari.11/2011.Epidemiologi swine influenza(Flu Babi).
http://epidemiologiunsri.blogspot.com.08/04/2013
4. Shvoong.02/08/2011,PengertianFluBabi.http://id.shvoong.com.08/04/2013
5. By alginosurya@yahoo.com

KKP KELAS I MEDAN Page 24

Anda mungkin juga menyukai