PENDAHULUAN
Penyakit virus influensa babi pertama dikenal sejak tahun 1918-1919, pada
saat itu di dunia sedang terdapat wabah penyakit influenza secara pandemik yang
bermula di negara Spanyol dan dikenal dengan flu (Spanish flu). Para ahli
kesehatan hewan berpendapat bahwa penyakit flu babi ini ditularkan dari
manusia. Selain di negara Amerika Serikat, wabah influensa babi dilaporkan
terjadi di berbagai negara Canada, Amerika Selatan, Asia dan Afrika pada
permulaan tahun 1968 (FENNER et al., 1987).
Di Eropa influensa babi diketahui pada tahun 1950-an, melanda negara
Cekoslovakia, Inggris dan Jerman Barat, sementara waktu virus menghilang
sampai muncul kembali wabah tahun 1976 di bagian Itali, yang kemudian
menyebar ke Belgia dan bagian selatan Perancis pada tahun 1979. Dengan cepat
penyakit menyebar ke negara Eropa yang lain.
Kasus virus ini menimbulkan kasus yang besar dan di temukan di daerah
meksiko pada tahun 2009, menyebar dengan cepat di seluruh dunia termasuk
Inggris bahkan di laporkan pada tahun 2007 virus ini menyerang salah seorang
masyarakat di pulau Luzon filiphina, di Asia sebagai benua terbesar di dunia,
Negara berkembang tidak terlepas dari keganasan virus ini. Benua Asia
merupakan salah satu wilayah yang terserang wabah flu babi pada tahun 2009.
Jumlah data kumulatif flu H1N1 di 168 negara adalah 182.166 kasus positif
flu babi (H1N1) dengan angka kematian 18.449 orang yang tersebar di semua
benua. Sedangkan jumlah kumulatif flu babi (H1N1) di Indonesia sampai dengan
23 Agustus 2009 sebanyak 1.005 orang dengan 5 orang diantaranya meninggal
dunia.
Berdasarkan data dari tabel di atas angka kematian tertinggi flu babi (H1N1)
terdapat pada Regional Amerika dengan jumlah 8533 orang, diikuti secara
berturut-turut oleh Regional Eropa (4879 orang), Asia tenggara (1992 orang),
pasifik barat (1858 orang), mediterranean timur (1019 orang) dan angka kematian
terendah terdapat pada Regional Afrika dengan jumlah 168 orang.
Melihat dari bahayanya dan penyebarannya yang cepat di karenakan Virus ini
tidak hanya menyebar dari Hewan ke orang (zoonosis) tapi juga dari orang ke
orang serta frekuensi kasus kematian yang timbul dimana setiap 2 dari 10.000
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit swine
influenza (H1N1) dipintu masuk Negara.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan mengenali penyakit swine influenza H1N1 di pintu
masuk Negara.
2. Untuk mengetahui Kebijakan Pemerintah terhadap pencegahan swine
influenza H1N1 di pintu masuk Negara.
1.3 Manfaat
Bagi Penyusun :
Bagi Pembaca :
1. Diharapkan dapat menjadi informasi dan dapat meningkatkan pengetahuan
mengenai penyakit flu babi dan cara pencegahnnya
2. Diharapkan dapat memberikan informasi tentang langkah-langkah yang
harus diambil jika menemukan seseorang yang dicurigai terinfeksi flu babi
BAB 2
PEMBAHASAN
Fase Pandemi
2.2 Epidemiologi
Penyebaran Virus Influensa dari babi ke babi dapat melalui kontak
moncong babi, melalui udara atau droplet. Faktor cuaca dan stres akan
mempercepat penularan. Virus tidak akan tahan lama di udara terbuka. Kekebalan
maternal dapat terlihat sampai 4 bulan tetapi mungkin tidak dapat mencegah
infeksi, kekebalan tersebut dapat menghalangi timbulnya kekebalan aktif.
Transmisi inter spesies dapat terjadi, sub tipe H1N1 mempunyai
kesanggupan menulari antara spesies terutama babi, bebek, kalkun dan manusia,
demikian juga sub tipe H3N2 yang merupakan sub tipe lain dari Influensa A.
H1N1, H1N2 dan H3N2 merupakan ke 3 subtipe Virus Influenza yang umum
ditemukan pada babi yang mewabah di Amerika Utara (WEBBY et al., 2000;
ROTA et al., 2000; LANDOLT et al., 2003), tetapi pernah juga sub tipe H4N6
diisolasi dari babi yang terkena pneumonia di Canada (KARASIN et al., 2000).
Manusia dapat terkena penyakit influensa secara klinis dan menularkannya
pada babi. Kasus infeksi sudah dilaporkan pada pekerja di kandang babi di Eropa
dan di Amerika. Beberapa kasus infeksi juga terbukti disebabkan oleh sero tipe
asal manusia. Penyakit pada manusia umumnya terjadi pada kondisi musim
dingin. Transmisi kepada babi yang dikandangkan atau hampir diruangan terbuka
dapat melalui udara seperti pada kejadian di Perancis dan beberapa wabah
penyakit di Inggris. Babi sebagai karier penyakit klasik di Denmark, Jepang, Italy
dan kemungkinan Inggris telah dilaporkan.
Kasus zoonosis yang dilaporkan menimpa wanita umur 32 tahun, pada
bulan September 1988, orang tersebut dirawat di rumah sakit akibat pnemonia dan
akhirnya meninggal 8 hari kemudian. Dari hasil pemeriksaan ditemukan virus
influensa patogen yang secara antigenik berhubungan dengan virus influensa babi
(ROTA et al., 1989, WELLS et al.,1991). Setelah diselidiki ternyata pasien
tersebut 4 hari sebelum sakit mengunjungi pameran babi. Sementara itu, hasil
Imunisasi Babi
Dahulu banyak para ahli tidak setuju untuk mengimunisasi babi agar tidak
menularkan virus influenza kepada manusia. Kemudian imunisasi babi dianggap
perlu, karena dapat mengurangi replikasi virus sehingga babi tidak sakitdan virus
Kemoprofolaksis Antivirus
Untuk profilaksis infeksi virus influenza A rH1N1 disarankan
menggunakan oseltamivir atau zanamivir. Lama pemberian kemoprofilaksis
antivirus setelah pajanan adalah 10 hari sesudah terpajan virus influenza A
rH1N1. Indikasi pemberian kemoprofilaksis pasca pajanan adalah bila
1. Cuci tangan secara teratur dengan air dan sabun sebelum menyentuh makanan
sebelum dan sesudah makan, sebelum dan sesudah memegang bayi, dan
setelah memegang sesuatu yang kotor.
3.1 Kesimpulan
Fase Pandemi
Fase 6: pandemi Influenza: adanya peningkatan dan penularan
berkelanjutan pada populasi umum.
A. Untuk masyarakat
B. Untuk KKP