Perawatan Home Care Pada Lansia
Perawatan Home Care Pada Lansia
Perawatan kesehatan di rumah bukanlah suatu konsep baru dalam sistem pelayanan
kesehatan, khususnya pada praktek keperawatan komunitas. Hal ini sudah dikembangkan
sejak tahun 1859 yang pada saat itu William Rathbone of Liverpool, England, dan juga
Florence Nightingale melakukan perawatana kesehatan di rumah dengan memberikan
pengobatan bagi klien (masyarakat) yang mengalami sakit terutama mereka dengan status
sosial ekonomi rendah, kondisi sanitasi, kebersihan diri dan lingkungan, dan gizi buruk
sehingga berisiko tinggi terhadap berbagai jenis penyakit infeksi yang umum ditemukan di
masyarakat (Smith & Maurer, 2000).
Kunjungan rumah juga dilakukan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan
masyarakat serta meminimalkan resiko penyakit infeksi masyarakat, serta mencegah dari
kekambuhan penyakit (Stanhope & Lancaster, 1996).
Seiring dengan perkembangan IPTEK dan teknologi medis di era globalisasi ini,
berdampak pada sistem pelayanan kesehatan dan praktek keperawatan di Indonesia kini.
Tuntutan masyarakat akan kebutuhan pelayanan kesehatan juga semakin meningkat dan
berubah dari konsep perawatan dan pengobatan di rumah sakit/klinik menjadi kebutuhan
perawatan di rumah, khususnya bagi klien/keluarga dengan penyakit terminal. Disamping itu,
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pembangunan, seperti perbaikan gizi,
perilaku sehat, tersedianya bermacam jenis obat, peningkatan kualitas pengobatan dan
perawatan berbagai penyakit akibat proses penuaan memungkinkan seseorang dapat
menikmati usia lanjut sehingga usia harapan hidup manusia juga meningkat. Terjadinya
booming pada populasi lansia di abad ke-21 ini merupakan salah satu issue penting bagi
dunia, baik di negara maju dan negara yang sedang berkembang (Ebersole & Hess, 1998;
Reimer, 1998). Di Indonesia terjadi peningkatan umur harapan hidup lansia dari usia 58
tahun pada tahun 1986 menjadi usia 65 tahun pada tahun 1995 (Depkes, 2003) dan terjadi
peningkatan populasi lanjut usia secara signifikan, yaitu 3,96 % setiap tahunnya dan
diperkirakan dapat mencapai angka 22.277.700 jiwa pada tahun 2000 (Boedhi-Darmojo &
Martono, 1999).
Peningkatan usia harapan hidup yang diiringi dengan penurunan angka kelahiran dan
kematian mengakibatkan komposisi penduduk Indonesia mengarah ke penduduk berstruktur
tua artinya jumlah lanjut usia semakin meningkat. Meningkatnya jumlah lanjut usia, di satu
sisi dapat dipandang sebagai asset nasional, namun di sisi lain dapat dipandang sebagai
problematika sosial yang memerlukan perhatian khusus. Hal ini disebabkan oleh adanya
siklus kehidupan manusia yang terus menerus mengalami proses penuaan secara biologis
dalam kehidupannya. Kondisi tersebut menimbulkan berbagai masalah, yaitu menurunnya
kemampuan fisik dan mental, keterbatasan berinteraksi social dan menurunnya produktifitas
kerja. Permasalahan lainnya adalah rasio ketergantungan antara penduduk tua dengan
penduduk usia produktif semakin meningkat, lanjut usia mengalami masalah kesehatan yang
signifikan, meningkatnya jumlah lanjut usia terlantar bahkan yang lebih memprihatinkan
adanya kasus lanjut usia menjadi korban tindak kekerasan (Ebersole & Hess, 1998; Reimer,
1998).
Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan berbagai upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan sosial lanjut usia. Salah satu diantaranya adalah Program Home Care
(Pendampingan dan Perawatan Lanjut Usia di Rumah/ Lingkungan Keluarga).
A. DEFINISI
Bentuk pelayanan Pendampingan dan Perawatan Lanjut Usia di rumah (Home Care)
sangat tepat untuk diterapkan dalam masyarakat Indonesia yang masih berpegang pada nilai-
nilai budaya timur, sebagai wujud perhatian terhadap lanjut usia dengan mengutamakan peran
masyarakat berbasis keluarga. Pelayanan lanjut usia di rumah (home care) sangat membantu
lanjut usia yang mempunyai hambatan fisik, mental dan sosial, termasuk memberikan
dukungan dan pelayanan untuk hidup mandiri, sehingga mengurangi beban baik dari anggota
keluarga, teman, kerabat maupun tetangga yang membantu memenuhi kebutuhan lanjut usia.
Menurut Warhola (1980, dalam Smith & Maurer, 2000) perawatan kesehatan trumah
adalah suatu pelayanan kesehatan secara komprehensif yang diberikan kepada klien/individu
atau keluarga di temapat tinggal mereka (di rumah), bertujuan untuk memandirikan klien
dalam pemeliharaan kesehatan, peningkatan derajat kesehatan, upaya pencegahan penyakit,
dan risiko kekambuhan serta rehabilitasi kesehatan.
Perawatan kesehatan rumah (home care) juga dapat diartikan sebagai kesatuan yang
memungkinkan pelayanan kesehatan dilakukan secara bersamaan ataupun kombinasi dari
berbagai profesi kesehatan sebagai satu kesatuan tim untuk mencapai dan mempertahankan
status kesehatan klien secara optimal (Smith & Maurer, 2000).
Home care bagi lansia merupakan salah satu unsur pelayanan kesehatan secara luas yang
ditujukan untuk kesehatan perorangan atau kesehatan keluarga di tempat tinggal mereka
untuk tujuan promotif, rehabilitatif, kuratif, asesmen dan mempertahankan kemampuan
individu untuk mandiri secara optimal selama mungkin. Sedikitnya terdapat empat kelompok
penderita yang dapat secara efektif dan efisien dilakukannya home care yaitu penyakit kronik
multisistem, kondisi terminal pada keganasan, kondisi kronik pada lansia dan demensia.
Tentunya potensi-potensi setempat perlu dilibatkan seperti pihak keluarga, masyarakat,
dokter keluarga, perawat keluarga, asuransi kesehatan, dan yayasan atau lembaga swadaya
masyarakat yang bergerak di bidang kesehatan untuk diajak menjalin kerjasama dalam
berbagai beban seefektif mungkin (Walsh & Wieck, 1987).
Pendirian home care secara umum bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup usia
lanjut, sedang rehabilitatif yaitu pencegahan sekunder dan tertier yaitu pengobatan kronik
penderita keganasan/penyakit lainnya serta menghambat laju penyakit dan menghambat
timbulnya keterbatasan-keterbatasan (disability) sehingga penderita dapat mempertahankan
otonominya selama mungkin. Secara khusus, tujuan yang diharapkan dari Pendampingan dan
Perawatan lanjut usia di rumah (Stanhope & Lancaster, 1996) adalah:
1. Meningkatnya kemampuan lanjut usia untuk menyesuaikan diri terhadap proses perubahan
dirinya secara fisik, mental dan sosial.
2. Terpenuhinya kebutuhan dan hak lanjut usia agar mampu berperan dan berfungsi di
masyarakat secara wajar.
3. Meningkatnya kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pendampingan dan perawatan
lanjut usia di rumah.
4. Terciptanya rasa aman, nyaman dan tentram bagi lanjut usia baik di rumah maupun di
lingkungan sekitarnya.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan dirumah (home
care) diberikan kepada individu dan keluarga baik keluarga dengan lansia di rumah tinggal
mereka yang melibatkan berbagai disiplin ilmu atau profesi dalam suatu tim kesehatan untuk
melakukan perawatan kesehatan di rumah dengan tujuan untuk memberikan kondisi yang
sehat secara optimal dan terbebasnya klien dari penyakit yang diderita.
B. SASARAN
Adapun sasaran dari home care bagi lansia ini (Nugroho, 2008), antara lain
1. Lanjut usia 60 tahun ke atas
2. Lanjut usia yang tinggal sendiri dan lanjut usia yang tinggal bersama keluarga baik
keluarganya sendiri maupun keluarga pengganti.
3. Lanjut usia yang mengalami hambatan, seperti lanjut usia yang sakit, lanjut usia penyandang
cacat, lanjut usia uzur dan lain-lain.
4. Lanjut usia yang terlantar atau miskin.
Adapun program/kegiatan home care (perawatan kesehatan rumah) pada lansia yang
dapat dilaksanakan, antara lain:
1. Manajemen kasus home care
a. Melakukan seleksi kasus
Melakukan spesifikasi pasien lansia dengan perawatan khusus (usia lanjut pasca rawat inap
dan risiko tinggi) seperti cidera, diabetes mellitus, gagal jantung, asma berat, stroke,
amputasi, luka kronis, nutrisi melalui infus, dll. Disamping itu, pelayanan perawatan rumah
dilakukan juga bagi lansia mandiri meliputi upaya promotif dan preventif.
b. Melakukan pengkajian kebutuhan pasien
Perawat melakukan pengkajian pada kebutuhan pasien sepert kondisi fisik, kondisi
psikologis, status sosial ekonomi, pola perilaku pasien, sumber-sumber yang tersedia di
keluarga pasien.
c. Membuat perencanaan pelayanan
1) Membuat rencana kunjungan
2) Membuat rencana tindakan
3) Menyeleksi sumber-sumber yang tersedia di keluarga/masyarakat
d. Melakukan koordinasi pelayanan
1) Memberi informasi berbagai macam pelayanan yang tersedia
2) Membuat perjanjian kepada pasien dan keluarga/pendamping pasien tentang pelayanan
3) Menkoordinasikan kegiatan tim sesuai jadwal
4) Melakukan rujukan pasien
e. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelayanan
1) Memonitor tindakan yang dilakukan oleh tim
2) Menilai hasil akhir pelayanan (sembuh, rujuk, meninggal, menolak)
3) Mengevaluasi proses manajemen kasus
4) Monitoring dan evaluasi kepuasan pasien secara teratur
Untuk dapat menilai hasil pemantauan dan penilaian tersebut diatas, diperlukan indikator
sebagai berikut :
No Indikator Target nasional
(dalam kurun waktu 1 tahun)
1 Prosentase pra usia lanjut yang dilayani (proporsi …………………%
pra usia lanjut yang mendapat pelayanan dari yang
membutuhkan pelayanan)
2 Prosentase usia lanjut yang dilayani (proporsi usia …………………%
lanjut yang mendapat pelayanan dari yang
membutuhkan pelayanan)
3 Prosentase Pramusila yang telah mendapat ……………..%
pelatihan
4 Prosentase Pramusila yang aktif melakukan …………….%
pelayanan
5 Prosentase pengasuh yang terlibat dalam …………….%
perawatan kesehatan di rumah
6 Jadwal kegiatan tim Ada/tidak
7 Notulen rapat tim minimal sekali dalam seminggu Ada/tidak
8 Prosentase peningkatan kemandirian klien yang …………..%
dirawat dinilai berdasarkan indeks ADL (Kazt,
1960)
9 Frekuensi kunjungan Pramusila sesuai kontrak Ada/tidak
kerja
2. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
1) Riwayat kesehatan
2) Lingkungan sosial dan budaya
3) Spiritual
4) Pemeriksaan fisik
5) Kemampuan pasien/lansia dalam pemenuhan kebutuhan sehari- hari
6) Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga lansia
b. Diagnosa keperawatan
1) Aktual
2) Resiko
3) Potensial
c. Perencanaan keperawatan
1) Penentuan prioritas masalah
2) Menentukan tujuan
3) Menyusun rencana secara komprehensif
d. Implementasi keperawatan
1) Menumbuhkan dan membina hubungan saling percaya dengan cara memanggil nama klien
2) Menyediakan penerangan cukup: cahaya matahari, ventilasi rumah, hindarkan dari cahaya
silau
3) Meningkatkan rangsangan panca indra melalui buku-buku yang dicetak besar dan berikan
warna yang dapat dilihat
4) Mempertahankan dan melatih daya orientasi realita: kalender, jam, foto-foto
5) Memberikan perawatan sirkulasi: hindarkan pakaian yang sempit, mengikat/menekan,
mengubah posisi, dukung lansia untuk melakukan aktivitas, serta melakukan penggosokan
pelan-pelan waktu mandi
6) Memberikan perawatan pernafasan dengan membersihkan hidung, melindungi dari angin,
dan meningkatkan aktivitas pernapasan dengan latihan napas dalam (latihan batuk). Hati-hati
dengan terapi oksigen, perhatikan tanda-tanda gelisah, keringat berlebihan, gangguan
penglihatan, kejang otot, dan hipotensi
7) Memberikan perawatan pada organ pencernaan: beri makan porsi kecil tapi sering, beri
makanan menarik dan dalam keadaan hangat, sediakan makanan yang lansia sukai, makanan
yang cukup cairan, banyak makan buah dan sayur, berikan makanan yang tidak membentuk
gas, serta sikap fowler waktu makan
8) Memberikan perawatan genitourinaria dengan mencegah inkontinensia dengan menjelaskan
dan memotivasi lansia untuk BAK tiap 2 jam serta observasi jumlah urine pada saat akan
tidur. Untuk seksualitas, sediakan waktu untuk lansia konsultasi
9) Memberikan perawatan kulit. Mandi: gunakan sabun yang mengandung lemak, hindari
menggosok kulit dengan keras, potong kuku tangan dan kaki, hindari menggaruk dengan
keras, serta berikan pelembab (lotion) untuk kulit
10) Memberikan perawatan muskuloskeletal: bergerak dengan keterbatasan, ubah posisi tiap 2
jam, cegah osteoporosis dengan latihan, lakukan latihan aktif/pasif, senam lanjut usia, serta
anjuekan keluarga atau pendamping lansia untuk membuat klien mandiri
11) Memberikan perawatan psikososial: jelaskan dan motivasi untuk sosialisasi, bantu dalam
memilih dan mengikuti aktivitas, fasilitasi pembicaraan, sentuhan pada tangan untuk
memelihara rasa percaya, berikan penghargaan, serta bersikap empati
12) Memelihara keselamatan: usahakan agar pagar tempat tidur (pengaman) tetap di pasang,
posisi tempat tidur yang rendah, kamar dan lantai tidak berantakan dan licin, cukup
penerangan, bantu untuk berdiri, serta berikan penyangga pada waktu berdiri bila di perlukan.
e. Evaluasi
1) Mengukur efektifitas dan efisiensi pelayanan
2) Dilaksanakan selama proses dan akhir pemberian asuhan keperawatan.
3. Pencatatan dan pelaporan home care
a. Pencatatan manajemen kasus
1) Persetujuan pasien/keluarga/pendamping pasien
2) Jadwal kunjungan
3) Lembar pengobatan
4) Tindakan tim
5) Rujukan kasus
6) Penghentian perawatan
b. Pencatatan pelaksanaan asuhan keperawatan
1) Pengkajian keperawatan
2) Perencanaan asuhan keperawatan
3) Evaluasi asuhan keperawatan
c. Alur pelaporan
1) Home Care
2) Dinas kesehatan kabupaten
3) Dinas kesehatan provinsi
4) Departemen kesehatan
d. Materi pelaporan
1) Jumlah pasien home care
2) Jenis penyakit yang di derita
3) Frekuensi kunjungan rumah tiap kasus
4) Jumlah pasien yang mendapat pengobatan
5) Jumlah pasien yang dirujuk
6) Jumlah pasien yang meninggal
7) Penyebab kematian
8) Tingkat keberhasilan/kemandirian pasien
9) Jenis tenaga yang memberi pelayanan kesehatan rumah
Boedhi-Darmojo, R & Martono, H. (1999). Text Book of Geriatric: Health Science in Elderly.
Jakarta: FK UI.
Depkes. (2003). Pedoman Perawatan Usia Lanjut di Rumah. Jakarta: Depkes RI.
Ebersole, P & Hess, P. (1998). Toward Healthy Aging: Human Needs and Nursing Respons (5th ed).
St. Louis: Mosby Year Book.
Hitchcock, J.E & Thomas, S.A. (2003). Community Health Nursing: Caring in Action (2nd Ed).
Australia: Delmar Learning.
Maryam, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
Nugroho Wahjudi H. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Smith, C.M & Maurer, F.A. (2000). Community Health Nursing: Theory and Practice. Philadelphia:
W.B. Saunders Company.
Stanhope, M & Lancaster, J. (1996). Community Health Nursing: Promoting Health of Aggregates,
Families, and Individuals (4th Ed). St. Louis: Mosby Year Book.
Walsh, J, Persons, C.B & Wieck, L. (1987). Manual of Home Health Care Nursing. Philadelphia:
J.B.Lippincott Company.
Zang, S.M & Bailey, N.C. Alih Bahasa Komalasari, R. (2004). Manual Perawatan Dirumah (Home
Care Manual). Edisi Terjemahan. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC