Pada Th. 1912 Suwardi Suryaningrat dipanggil Dr. E.F.E. Douwes Dekker
ke Bandung untuk bersama-sama mengasuh Suratkabar Harian “De Express”.
Tulisan pertama beliau berjudul“Kemerdekaan Indonesia”. Di samping itu Suwardi
Suryaningrat menjadi Anggota Redaksi Harian “Kaoem Muda” Bandung,
“Oetoesan Hindia” Surabaya, “Tjahaja Timoer” Malang. Suwardi Suryaningrat
menerima tawaran dari HOS. Tjokroaminoto mendirikan Cabang “Serikat Islam”
di Bandung dan sekaligus menjadi Ketuanya (1912).
Ada satu hal yang menarik, saat sidang pengadilan dan vonis dijatuhkan,
K.P.A. Suryaningrat hadir. Begitu sidang ditutup, Suwardi Suryaningrat langsung
menghampiri ayahandanya. Sesaat kemudian K.P.A.. Suryaningrat mengulurkaan
tangannya seraya berkata “Aku bangga atas perjuangannya. Terimalah doa dan
restu Bapak. Ingat, seorang ksatria tidak akan menjilat ludahnya kembali”
Dari Tiga Serangkai yang diasingkan di negeri Belanda tsb., dr. Cipto
Mangunkusumo diizinkan pulang kembali ke Indonesia karena sakit pada tahun
1914 dan Dr. E.F.E. Douwes Dekker pada tahun 1918. Sedangkan Suwardi
Suryaningrat baru pulang ke Indonesia pada tahun 1919. Sebenarnya Suwardi
Suryaningrat sudah dibebaskan pada 17 Agustus 1917 oleh Pemerintah Hinda
Belanda. Namun beliau belum bisa kembali ke tanah air, karena di Eropa sedang
berkecamuk Perang Dunia I. Di samping itu, belum cukup dana untuk pulang ke
tanah air. Para simpatisan kulit putih Mr. Van Deventer mengumpulkan dana
kepulangan kel.Suwardi Suryaningrat, namun dengan sopan ditolak.
1 Anggota “Empat Serangkai” bersama Bung Karno, Bung Hatta, dan K.H.
Mas Mansyoer, mendirikan dan memimpin “Pusat Tenaga Rakyat”
(Oktober 1942).
2 Anggota “Tjuo Sangiin” yaitu Badan Pertimbangan Dai Nippon (Oktober
1943) dan sebagai “Kenkoku Gakuin Kyozu” (22 April 1944).
3 “Naimubu Bunkyo Kyoku Sanyo (Penasehat Departemen Pendidikan
Pemerintah Balatentara Jepang)- 1 Desember 1944.
4 Anggota “Dokuritzu Jumbi Chosakai” atau “Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia” disingkat BPUPKI, kemudian
menjelma menjadi “”Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia”
disingkat PPKI (29 April 1945) dan “Naimubu Bunkyu Kyokucho (15
Juli 1945).
5 Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan pada Kabinet RI yang
pertama (19 Agustus – 15 November 1945).
6 Ketua Panitia Penyelidikan Pendidikan dan Pengajaran RI (15 Februari
1946)
7 Ketua Panitia Pembantu Pembentukan Undang-Undang Pokok
Pendidikan (1946)
8 Mahaguru Sekolah Polisi RI, Mertoyudan, Magelang (1 Agustus 1946)
9 Dosen Akademi Pertanian Yogyakarta (1 Februari 1947)
10 Anggota Dewan Pertimbangan Agung RI (23 Maret 1947) .
11 Anggota Majelis Pertimbangan Pengajaran Agama Islam di Sekolah
Rakyat Negeri Yogyakarta (10 April 1947)
12 Anggota Dewan Kurator Akademi Pertanaian/Kehutanan RI (27 Maret
1948
13 Pencetus dan Ketua Panitia Pusat Peringatan 40 Tahun Hari Kebangunan
Nasional di Yogyakarta (20 Mei 1948).
14 Ketua Dewan Pertimbangan Agung RI (6 Juni 1949) .
15 Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung RI (1 Juli 1949) .
16 Ketua Panitia Asahan – Selatan dan labuhan Ratu (21 November 1949)
17 Anggota Panitia Perencana Lambang Negara RIS (16 Januari 1950).
18 Anggota Badan Pertimbangan RI (6 November 1951)
19 Anggota DPR RIS – DPRS RI (17 Agustus 1950 – 1 April 1954).
20 Anggota Kehormatan Dewan Guru Besar Perguruan Tinggi Ilmu
Kepolisian (6 Februari 1957)
21 Ketua Panitia Pusat Peringatan Hari Kebangkitan Nasional di Jakarta (20
Mei 1952).