BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Olahraga
2.1.1 Definisi
Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur,
dan rohani secara menyeluruh. Metabolisme tubuh akan membaik dari segi fisik
dan mental. Perubahan akan dicapai apabila sudah mencukupi waktu yang
diperlukan untuk adaptasi fisiologis yaitu berkisar antara 6-8 minggu (Purwanto,
2011).
a. Olahraga aerobik
80% dari denyut jantung maksimal. Olahraga aerobik ada 2 macam yaitu
low impact dan high impact, yang fokus pada peningkatan daya tahan
b. Olahraga anaerobik
otot, tetapi harus berhati-hati karena bisa menjadi bahaya pada orang yang
kekuatan otot dalam jangka pendek, dan latihan berat badan (Purwanto,
2011).
Berbagai hal telah diketahui dapat mengontrol tekanan darah, salah satunya
adalah latihan olahraga khususnya jenis aerobik. Senam yang cocok digunakan
untuk orang yang menderita penyakit jantung maupun hipertensi yaitu jenis senam
aerobik low impact karena merupakan senam yang gerakannya ringan dan bisa
dilakukan siapa saja mulai dari usia anak-anak, dewasa bahkan lansia (Roza, Siti,
dan Herlina, 2015). Senam aerobik low impact merupakan suatu aktivitas fisik
kesehatan dan daya tahan jantung, paru, peredaran darah, otot dan sendi. Senam
ini dapat dilakukan dengan frekuensi latihan 3-5 kali dalam satu minggu minimal
30 menit dalam satu kali latihan (Purwanto, 2011). Senam aerobik low impact
(Roza, Siti, dan Herlina, 2015). Penurunan tekanan darah yang kecil ternyata
7
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Roza, Siti, dan Herlina (2015)
besar adalah responden berusia 45-55 tahun (55,9%), hal ini sejalan dengan teori
penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot,
sehingga pembuluh darah akan menyempit dan kaku. Tekanan darah sistolik dan
diastolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada
pembuluh darah otot, sehingga meningkatkan aliran balik vena dan curah jantung.
berkontraksi. Kontraksi otot memerlukan energi dalam bentuk ATP (Adenosin Tri
8
dari energi potensial yaitu energi yang tersimpan dalam makanan berupa energi
kimia, dimana energi tersebut akan dilepaskan setelah bahan makanan mengalami
molekul ATP dimana prosesnya akan dapat berjalan secara aerobik maupun
anaerobik. Proses hidrolisis ATP yang akan menghasilkan energi ini dapat
tubuh. Proses ini meliputi kontraksi otot, pembentukan dan penghantaran impuls
saraf, sekresi kelenjar, produksi panas, mekanisme transport aktif dan berbagai
otot jantung, menurunkan tekanan darah istirahat, dan memperbaiki aliran balik
2.2 Hipertensi
2.2.1 Definisi
penyakit dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik >140 mmHg atau
tekanan darah diastolik >90 mmHg. Menurut WHO, batas tekanan darah masih
berbagai faktor risiko yang dimiliki seseorang. Hipertensi yang tidak terkontrol
kongestif), otak (stroke, enselopati hipertensif), ginjal (gagal ginjal kronis) dan
2.2.2 Epidemiologi
berbeda-beda, karena ada faktor genetik, ras, regional, sosiobudaya yang juga
akan meningkat bersama dengan bertambahnya umur. Sekitar 60% dari seluruh
2014). Faktor asupan garam pada diet juga sangat erat hubungannya dengan
7), klasifikasi hipertensi pada orang dewasa dapat dibagi menjadi kelompok
masing individu. Gejalanya adalah : otak dan mata (sakit kepala, vertigo,
keras atau mengangkat beban berat, nyeri dada, bengkak kaki), ginjal (haus,
a. Hipertensi Primer
b. Hipertensi sekunder.
Hipertensi dapat disebabkan oleh adanya faktor yang secara alami telah
ada pada seseorang. Faktor risiko yang tidak dapat diubah antara lain adalah
umur, jenis kelamin, genetik dan riwayat keluarga. Karakteristik umur dan
fisiologis tubuh.
a. Umur
berkembang ketika mencapai usia paruh baya yaitu ketika berusia lebih
b. Jenis kelamin
perempuan (25%) lebih besar dari pada laki-laki (24%) (Tesfaye et al,
12
c. Faktor Genetik
d. Riwayat Keluarga
2014).
a. Aktivitas Fisik
aerobik dan setelah latihan aerobik selesai tekanan darah akan turun
darah arteri pada jangka waktu yang pendek, selama dan setelah
c. Nutrisi
(2007).
d. Status Gizi
oleh Sugiharto (2007) diperoleh hasil bahwa orang dengan obesitas akan
e. Stress
2.2.5 Patofisiologi
2014).
kelenjar adrenal, yang salah satunya berada dipuncak setiap ginjal, dan
oleh ventrikel kiri setiap kontraksi dan kecepatan denyut jantung. Tahanan
Dilatasi dan konstriksi pembuluh darah dikendalikan oleh sistem saraf simpatis
jantung, dan kekuatan kontraksi ventrikel (Ulfah, 2012). Sama halnya pada
adrenal. Hormone tersebut menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
Wilson, 2006).
relaksasi otot polos pembuluh darah yang pada akhirnya akan menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Aorta dan arteri besar
(Silbernagl, 2013)
Gambar 2.1
Prinsip Terjadinya Hipertensi
18
2.2.6 Diagnosis
Tidak
TD 140-179/90-109 mmHg
Lanjutkan Diagnosis
Lanjutkan Diagnosis Kontrol Hipertensi
Kontrol Hipertensi
(PERKI 2015)
Gambar 2.2
Diagnosis Hipertensi
19
2.2.7 Komplikasi
Pada jangka lama bila hipertensi tidak dapat turun stabil pada kisaran
target normo tensi pasti akan merusak organ-organ terkait. Risiko komplikasi
bukan hanya tergantung pada kenaikan tekanan darah yang terus menerus,
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai otak,
a. Otak
yang meningkat atau akibat emboli yang terlepas dari pembuluh selain
otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi
b. Ginjal
c. Kardiovaskular
2015).
d. Mata
darah pada retina, semakin tinggi tekanan darah dan makin lama
yang dapat ditimbulkan. Kelainan lain pada retina yang terjadi akibat
21
kerusakan pada saraf mata akibat aliran darah yang buruk, oklusi arteri
dan vena retina akibat penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena
gejala, yang pada akhirnya dapat menjadi kebutaan pada stadium akhir
(Nuraini B, 2015).
produksi nitrit oksida (NO) di sel endotelial dan bioavaibilitas untuk sel otot
dengan penurunan tahanan perifer, dapat dijelaskan dari dua mekanisme yaitu
terjadinya perubahan pada aktivitas sistem saraf simpatik dan respon vaskular
sistem saraf simpatik pada pembuluh darah perifer sebagai petunjuk terjadi
2011).
tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi sebelum dan
sesudah melakukan senam aerobik. Pada tekanan darah sistolik sebelum senam
aerobic low impact intensitas sedang rata-rata dengan tekanan darah 152,23
141,97 mmHg. Pada tekanan darah diastole sebelum senam aerobik rata-rata
dengan tekanan darah 90,40 mmHg, setelah senam aerobik rata-rata dengan
Penelitian lain yang dilakukan oleh Deiby, Herlina dan Hedison (2016)
darah sistolik 146 mmHg dan diastolik 88 mmHg. Setelah melakukan senam
tidak mengalami jantung koroner. Hal tersebut menunjukkan orang yang tidak
koroner atau dengan kata lain olahraga rutin dapat mencegah kejadian penyakit
coroner (PJK) dari pada orang yang mempunyai kebiasaan olahraga. Olahraga
Penelitian yang dilakukan oleh Hesty dan Dian (2012) di Rumah Sakit
adalah komplikasi pada otak yaitu cerebrovascular accident (CVA), dan pada
komplikasi yaitu 62% dan responden lama menderita hipertensi mulai dari 2
tahun sampai lebih dari 10 tahun (Hesty dan Dian, 2012). Dampak terjadinya
terburuk adalah mortalitas meningkat (Hesty dan Dian, 2012). Terapi non
2.6.2 Algoritma
Hypertension 2013.
25
(Usia >80 tahun, tekanan darah ≥150.90 atau ≥140/90 jika berisiko tinggi (diabetes, penyakit ginjal)
(PERKI 2015)
Gambar 2.3
Algoritme Tatalaksana Hipertensi
secara non farmakologi adalah upaya yang dilakukan untuk menurunkan dan
yaitu dimulai dengan perubahan gaya hidup (PERKI, 2015). Semua pasien
Modifikasi gaya hidup yang penting untuk menurunkan tekanan darah adalah
mengurangi berat badan pada individu yang obes atau gemuk; mengadopsi
pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan
kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik; dan mengkonsumsi
pengontrolan tekanan darah cukup baik dengan terapi satu obat antihipertensi;
seperti olahraga aerobik seperti jalan kaki secara teratur paling tidak 30
menit/hari, beberapa hari per minggu dapat menurunkan tekanan darah 4-9
mmHg. Mengurangi konsumsi sodium tidak lebih dari 2,4 g/hari dapat
yang tidak disertai dengan komplikasi dan dianjurkan untuk mengatur pola
dengan antihipertensi harus dimulai dengan dosis rendah agar tekanan darah
tidak menurun drastis dan mendadak, kemudian tiap 1-2 minggu dosis
2015). Obat antihipertensi harus diminum seumur hidup dan setelah beberapa
a. Diuretik Tiazid
dalam waktu 1‐2 jam setelah pemberian dan bertahan sampai 12‐24 jam,
sehingga obat ini cukup diberikan sekali sehari (Gormer, 2007). Semua
2014).
28
b. Adrenoreseptor-β (β-Bloker)
curah jantung. Obat ini juga dapat menurunkan aliran keluar simpatis dari
sistem saraf pusat (SSP) dan menghambat pelepasan renin dari ginjal
pasien yang mengalami gagal jantung akut atau penyakit vaskuler perifer.
2016).
adanya zat renin yang dikeluarkan oleh ginjal diubah menjadi angiotensin
ACEI. Dosis pertama ACEI harus diberikan pada malam hari karena
memiliki waktu paruh yang pendek (3-4 jam) pada dosis pemberian oral.
batuk dan angioedema sangat menurun, namun efek samping lain tetap
ada seperti Hiperkalemia dan azotemia (Chris dan Ni Made, 2014). ARB
f. Antagonis α1 Adrenergik
g. Vasodilator
2003). Pada penelitian yang dilakukan oleh Erni, Retno dan Liana (2014) pasien
dengan kelas terapi yang paling banyak diresepkan adalah calcium channel
dengan tekanan darah terkontrol adalah pasien yang menerima CCB (61,1%).
CCB merupakan pilihan kedua terbanyak selain diuretic, karena CCB lebih efektif
pada pasien hipertensi yang sensitive terhadap garam. Pasien yang diteliti
sebagian besar usianya diatas 40 tahun yang rentan mengalami hipertensi sistolik
terisolasi (Yusi et al, 2012). Penelitian lain yang dilakukan oleh Pande, Adeanne
dan Paulina (2015) diperoleh bahwa pasien hipertensi yang dirawat di instalasi
rawat inap RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari-Juni 2014
33
tentang hubungan antara kepatuhan penggunaan obat dan keberhasilan terapi pada
pasien hipertensi di Rumah Sakit daerah Surakarta tahun 2010, ditemukan adanya
normal dan prehipertensi, dimana pada bulan sebelum penelitian tidak ditemukan