PENDAHULUAN
dan kemampuan hidup bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang
ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat serta
upaya kesehatan. Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah dalam
pemberantasan penyakit menular. Penyakit menular yang sampai saat ini masih
diare yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit diare, menurunkan angka
Diperkirakan insiden diare 1,3 milyar kasus dan 3,2 juta diantaranya meninggal setiap
tahunnya pada usia dibawah lima tahun dengan episode diare 3,3 kali pertahun
(WHO, 1992).
menyimpulkan bahwa penyakit diare disebabkan oleh rendahnya status gizi balita,
penelitian Sungkapalee (2006), pada tahun 2000 WHO melaporkan bahwa diare
Mortality Rate (PMR) sebesar 13% setelah ISPA sebesar 19%. Di Thailand pada
tahun 2006 diperkirakan bahwa setiap tahun lebih dari 300.000 anak didiagnosa
dengan diare dengan insidensi rate 6000 per 100.000 penduduk. Sedangkan menurut
Hammad (2005) dalam satu tahun mulai bulan Juni 2002 sampai dengan Mei 2003 di
Arab Saudi tercatat 4.458 balita penderita diare dan banyak terjadi pada musim
Di Indonesia tahun 2000 insiden rate diare 301 per 1000 penduduk dengan
episode 1-1,5 kali per tahun. Beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya
penyakit diare antara lain faktor pendidikan, sosial ekonomi, gizi, lingkungan serta
perilaku masyarakat. Secara proporsional diare lebih banyak terjadi pada golongan
balita yaitu sebanyak 55% dari semua golongan umur karena balita merupakan usia
Tahun 2004 menunjukkan ASDR ( Age Specific Death Rate ) diare adalah sebesar 23
per 100 ribu penduduk untuk dewasa dan ASDR sebesar 75 per 100 ribu penduduk
pada balita. Setiap balita rata-rata menderita episode diare sebanyak satu sampai dua
kali dalam satu tahun. Selama tahun 2006, sebanyak 41 kabupaten di 16 Provinsi di
kasus diare yang dilaporkan, sebanyak 19.980 kasus dan 277 diantaranya
menyebabkan kematian pada saat terjadi Kejadian Luar Biasa ( KLB ) di 6 ( enam )
kabupaten yaitu, Kabupaten Deli Serdang dengan Attack Rate ( AR ) sebesar 0,82%
dan Case Fatality Rate ( CFR ) sebesar 3,23%, Kabupaten Asahan dengan AR
sebesar 0,04% dan CFR sebesar 4%, Kabupaten Labuhan Batu dengan AR sebesar
3,29% dan CFR sebesar 1,62%, Kabupaten Simalungun dengan AR 1,16% dan CFR
sebesar 2,6%, Kabupaten Mandailing Natal dengan AR sebesar 1,45% dan CFR
sebesar 1,25 %, dan Kabupaten Serdang Bedagai dengan AR sebesar 0,01% ( Dinkes
Medan salah satu kota di Sumatera Utara tidak terlepas dari masalah diare
karena penyakit ini sering terjadi pada iklim tropis. Dari data profil kesehatan Kota
Medan tahun 2005 dilaporkan proporsi penderita diare rawat jalan di puskesmas
sebesar 5,8% (45.141) dari 780.706 penderita berbagai penyakit lainnya (Dinkes Kota
Medan, 2006).
terhadap pasien diare di rumah sakit yang berhubungan erat dengan mutu dan
efisiensi rumah sakit, agar dapat mewujudkan kepuasan pasien dan keluarga pasien.
Dengan mengetahui faktor-faktor terkait dengan lama rawat yang berasal dari dalam
merupakan urutan pertama dengan proporsi sebesar 17,8% (695) dari 3.911 penderita
berbagai jenis penyakit dengan rata- rata lama rawatan < 8 hari dengan mengetahui
status gizi penderita diare melalui pengukuran berat badan awal masuk hingga keluar
dari rumah sakit yang dipengaruhi oleh faktor- faktor terkait dan rata- rata terjadi
peningkatan berat badan mulai dari awal masuk sampai keluar. Melalui adanya upaya
yang telah dilaksanakan saat ini sehingga angka kematian akibat diare di rumah sakit,
dapat ditekan menjadi kurang dari 3% ( Profil Badan Pelayanan Kes RSU Dr.
Pirngadi, 2003 ).
Rumah Sakit Ibu dan Anak Badrul Aini dengan Kelas C merupakan salah satu
rumah sakit swasta di kota Medan yang menyediakan fasilitas pelayanan diare. Hal
ini dapat dilihat pada tahun 2006 proporsi balita penderita diare sebesar 12, 8% (53
orang) dari 413 orang penderita penyakit lainnya, tahun 2007 proporsi balita
penderita diare sebesar 16,5% (72 orang) dari 453 orang penderita penyakit lainnya
yang dirawat inap, tahun 2008 proporsi balita penderita diare sebesar 19,8% (90
orang) dari 484 orang penderita penyakit lainnya yang dirawat inap. Kasus diare
Sehingga dari keseluruhan balita penderita diare yang dirawat inap pada tahun
2006-2008 yang berjumlah 215 orang mengalami perubahan status gizi yang baik
dengan rata-rata lama rawat inap ≥ 3 hari dan lama rawatan maksimal 8 hari.
hubungan lama rawatan dengan status gizi pada balita penderita diare di RSIA Badrul
Sesuai dengan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh lama rawatan
terhadap perubahan status gizi pada balita penderita diare di RSIA Badrul Aini
Untuk mengetahui hubungan lama rawatan dengan status gizi pada balita
a. Untuk mengetahui karakteristik balita penderita diare, yaitu: umur, jenis kelamin,
b. Untuk mengetahui karakteristik balita penderita diare di RSIA Badrul Aini Medan
Tahun 2009-2010 berdasarkan faktor ibu, yaitu: umur, pendidikan, dan pekerjaan.
c. Untuk mengetahui status gizi balita penderita diare di RSIA Badrul Aini Medan
Tahun 2009-2010.
d. Untuk mengetahui rata-rata lama rawatan balita penderita diare di RSIA Badrul
e. Untuk mengetahui karakteristik balita penderita diare di RSIA Badrul Aini Medan
f. Untuk mengetahui hubungan antara lama rawatan dengan status gizi pada balita
a. Sebagai bahan masukan bagi pihak RSIA Badrul Aini Medan dalam rangka upaya
b. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian lain yang sama mengenai
diare.