PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui penyakit hipertensi
2. Untuk mengetahui perjalanan penyakit hipertensi
3. Untuk mengetahui gejala dari hipertensi
4. Untuk mengetahui pemeriksaan penyakit hipertensi
5. Untuk mengetahui pengobatan penyakit hipertensi
6. Untuk mengetahui komplikasi dan prognosis penyakit hipertensi
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hipertensi (tekanan darah tinggi) adalah suatu peningkatan tekanan darah
di dalam arteri.Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya disebut sebagai
hipertensi esensial. Menurut The Seventh of The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7)
klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,
prehipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2.
Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7
Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7
Klasifikasi Tekanan TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Darah
Normal < 120 dan < 80
Prehipertensi 120-139 atau 80-90
Hipertensi derajat 1 140-159 atau 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥ 160 atau ≥ 100
3
2.2 Patofisiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis:
Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak atau
belum diketahui penyebabnya (terdapat ± 90 % dari seluruh
hipertensi).
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan atau sebagai
akibat dari adanya penyakit lain.
Adapun patofisiologi hipertensi berdasarkan etiologinya yaitu:
1. Hipertensi primer atau esensial
Peningkatan curah jantung (volume sekuncup x frekuensi denyut
jantung) dan peningkatan resistensi perifer total (TPR). Dibagi menjadi 2
yaitu:
a. Hipertensi hiperdinamik
Penyebab 1:
↑ frekuensi denyut jantung atau volume ekstrasel
↓
↑ aliran balik vena
↓
↑ volume sekuncup (mekanisme Frank-Starling)
↓
HIPERTENSI
Penyebab 2:
4
b. Hipertensi resistensi
Penyebab:
- ↑ aktivitas simpatis
- ↑ respon terhadap katekolamin
- ↑ konsentrasi angiotensin II vasokonstriksi perifer
- mekanisme autoregulasi (arteriol)
- hipertrofi otot vasokonstriktor ↓
- ↑ viskositas darah (↑ hematokrit) → HIPERTENSI
HIPERTENSI → kerusakan vaskuler → ↑ TPR → HIPERTENSI
MENETAP
2. Hipertensi sekunder
Dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Hipertensi renal
stenosis arteri renalis atau penyempitan arteriol dan kapiler ginjal
↓
iskemik ginjal
↓
pelepasan renin dari ginjal
↓
renin tumor
angiotensinogen → angiotensin I
↓ ACE
angiotensin II (oktapeptida)
↑ tekanan darah
massa ginjal fungsional ↓
hipertensi
5
↓
hipertensi kronik
↓
perubahan sekunder (hipertrofi dinding vaskuler, aterosklerosis)
b. Hipertensi hormonal
1) Sindrom adrenogenital
pembentukan kortisol di korteks adrenal dihambat
↓
pelepasan hormon adrenokortikotropik (ACTH) tidak dihambat
↓
prekursor mineralokortikoid aktif kotisol dan aldosteron
↓
retensi Na
↓
↑ hormon ekstrasel
↓
↑ curah jantung
↓
HIPERTENSI
6
3) Sindrom Cushing
pelepasan ACTH tidak adekuat
↓
↑ konsentrasi glukokortikoid plasma
HIPERTENSI
4) Feokromasitoma
tumor adrenomedula
↓
katekolamin
↓
↑ kadar epinefrin tidak terkendali
↓
↑ curah jantung
↓
HIPERTENSI
5) Pil kontrasepsi
retensi Na
↓
↑ curah jantung
↓
HIPERTENSI
7
c. Hipertensi neurogenic
ensefalitis, edema serebri, perdarahan, tumor otak
↓
perangsangan sentral kerja jantung berlebih
↓
↑ tekanan darah
↓
HIPERTENSI
↑ volume ekstrasel
↑ tekanan darah (HIPERTENSI)
8
5. Asupan garam tinggi
ion natrium
retensi air perkuat efek nor-adrenalin
↓ ↓
volume darah bertambah (hiperviskositas) vasokonstriksi
↓
daya tahan pembuluh darah ↑
HIPERTENSI
6. Konsumsi liquorice
Sejenis gula-gula dibuat dari Succus liquiritiae yang mengandung asam
glizirinat dengan khasiat retensi air ↑ tekanan darah jika dimakan dalam
jumlah besar.
7. Merokok
Nikotin vasokonstriksi ↑ tekanan darah.
8. Pil KB
Mengandung hormon estrogen retensi garam dan air ↑ tekanan
darah.
9. Hormon pria dan kortikosteroid
Menyebabkan retensi air ↑ tekanan darah.
10. Kehamilan
Uterus direnggangkan telalu banyak oleh janin menerima kurang darah
dilepaskan zat yang ↑ tekanan darah.
9
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
berikut:
Sakit kepala
Kelelahan
Mual-muntah
Sesak napas
Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung, dan ginjal
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak disebut ensefalopati
hipertensif yang memerlukan penanganan segera
2.4 Diagnosis
1. Pemeriksaan dasar
Pengukuran tekanan darah yang sesuai standar dilakukan tidak
hanya sekali jika perlu dapat pada lebih dari sekali kunjungan.
2. Pemeriksaan mencari faktor risiko
Faktor risiko penting untuk menentukan risiko hipertensi dan
stratifikasi terhadap kejadian komplikasi kardiovaskuler yaitu:
a. Risiko untuk stratifikasi
Derajat hipertensi
Wanita > 65 tahun
Laki-laki > 55 tahun
Perokok
Kolesterol total > 250 mg% (6,5 mmol/L)
Diabetes melitus
Riwayat keluarga penyakit kardiovaskuler lain
b. Risiko lain yang mempengaruhi prognosis
Kolesterol HDL rendah
Kolesterol LDL meningkat
Mikroalbuminaria pada diabetes melitus
10
Toleransi glukosa terganggu
Obesitas
Tidak berolahraga (secondary lifestyle)
Fibrinogen meningkat
Kelompok risiko tinggi tertentu (sosio-ekonomi, ras,
geografik)
c. Kerusakan organ sasaran
Hipertrofi ventrikel kiri
Proteinuria atau kreatinin 1,2-2,0 mg%
Penyempitan a. retina lokal atau umum
Tanda aterosklerosis pada a. karotis, a. iliaka, maupun
aorta
d. Tanda klinis kelainan dengan penyakit
Penyakit serebrovaskuler: stroke iskemik, perdarahan
serebral, TIA
Penyakit jantung: infark miokard, angina pektoris,
revaskularisasi koroner, gagal jantung kongestif
Retinopati hipertensi lanjut: perdarahan atau eksudat,
edema papil
Penyakit ginjal: nefropati diabetik, GGK (kreatinin > 2
mg %)
Penyakit lain: diseksi aneurisma, penyakit arteri
(simtomatik)
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan rutin harus dilakukan seperti:
Tes darah rutin
Hemoglobin dan hematokrit
Urinalisis terutama untuk deteksi adanya darah, protein, gula
Kimia darah untuk kalium (serum), kreatinin (serum), asam
urat (serum), gula darah, total kolesterol (kolesterol total
serum, HDL serum, LDL serum, trigliserida serum)
11
Plasma rennin activity (PRA), aldosteron, katekolamin urin
Elektrokardiografi (EKG)
Ekokardiografi jika diduga adanya kerusakan organ sasaran
seperti adanya LVH
Ultrasonografi pembuluh darah besar (karotis dan femoral)
Ultrasonografi ginjal jika diduga adanya kelainan ginjal
Pemeriksaaan neurologis untuk mengetahui kerusakan pada
otak
Funduskopi untuk mengetahui kerusakan pada mata
2.5 Penatalaksanaan
Pengobatan hipertensi terdiri dari non-farmakologis dan
farmakologis.Terapi non-farmakologis dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi
dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor risiko serta
penyakit penyerta lainnya.
Terapi non-farmakologis terdiri dari:
Menghentikan merokok
Menurunkan berat badan berlebih
Menurunkan konsumsi alkohol berlebih
Latihan fisik
Menurunkan asupan garam
Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan
lemak
12
Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 Receptor Antagonist atau
Blocker (ARB)
13
2.6 Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi antara lain:
Aterosklerosis
Penyakit jantung koroner
Penyakit arteri perifer atau penyakit oklusi arteri perifer
Aneurisma
Gagal jantung
Stroke
Edema paru
Gagal ginjal
Kebutaan (pecahnya pembuluh darah pada mata)
Sindrom metabolik
2.7 Prognosis
Hipertensi dapat dikendalikan dengan baik dengan pengobatan yang tepat.
Terapi dengan kombinasi perubahan gaya hidup dan obat-obatan antihipertensi
biasanya dapat menjaga tekanan darah pada tingkat yang tidak akan menyebabkan
kerusakan pada jantung atau organ lain. Kunci untuk menghindari komplikasi
serius dari hipertensi adalah mendeteksi dan mengobati sebelum kerusakan
terjadi.
14
DAFTAR PUSTAKA
15